minor edisi 1

12
MINOR Media Orang Biasa Selamat datang di edisi perdana “MINOR-media orang biasa”, sebuah media dimana berisi hal-hal atau usaha-usaha serta inisiaf kecil namun bermakna dan juga bersemangat nggi berkumpul. Media yang me- nyediakan wadah untuk orang- orang yang biasa saja untuk sal- ing berbagi, menginspirasi dan mengubah sekitar ke arah yang lebih baik tentunya. Untuk per- temuan kita perdana ini men- coba menampilkan pengulikan pepatah “Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Menjadi Buk”. Tenang saja, memang sengaja di pelinr pada kata terakhir agar tak kalah dramas dari sinetron saat ini, yah namun dengan tu- juan yang beda pasnya :P Tu- juan yang memiliki maksud agar walaupun sudahlah sibuk den- gan urusan perut lapar dan se- gala tetek bengek masalah hidup layakkah kita terus mengaduh dan manggut nurut dengan arus kehidupan saat ini yang begitu membuat tensi darah naik-turun seper drama reality show ini untuk jangan malu berbagi dan berkontribusi demi kemajuan kehidupan sesama :D Edisi 1/2011

Upload: minor-media

Post on 12-Mar-2016

258 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Selamat datang di edisi perdana “MINOR-media orang biasa”, sebuah media dimana berisi hal-hal atau usaha-usaha serta inisiatif kecil namun bermakna dan juga bersemangat tinggi berkumpul. Media yang menyediakan wadah untuk orang-orang yang biasa saja untuk saling berbagi, menginspirasi dan mengubah sekitar ke arah yang lebih baik tentunya. Untuk pertemuan kita perdana ini mencoba menampilkan pengulikan pepatah “Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Menjadi Bukti”. Tenang saja, memang sengaja di pelintir pada kata terakhir agar tak kalah dramatis dari sinetron saat ini, yah namun dengan tujuan yang beda pastinya :P Tujuan yang memiliki maksud agar walaupun sudahlah sibuk dengan urusan perut lapar dan segala tetek bengek masalah hidup layakkah kita terus mengaduh dan manggut nurut dengan arus kehidupan saat ini yang begitu membuat tensi darah naik-turun seperti drama reality show ini untuk jangan malu berbagi dan berkontribusi demi kemajuan kehidupan sesama :D

TRANSCRIPT

Page 1: minor edisi 1

MINORM e d i a O r a n g B i a s a

Selamat datang di edisi perdana “MINOR-media orang biasa”, sebuah media dimana berisi hal-hal atau usaha-usaha serta inisiatif kecil namun bermakna dan juga bersemangat tinggi berkumpul. Media yang me-nyediakan wadah untuk orang-orang yang biasa saja untuk sal-ing berbagi, menginspirasi dan mengubah sekitar ke arah yang

lebih baik tentunya. Untuk per-temuan kita perdana ini men-coba menampilkan pengulikan pepatah “Sedikit Demi Sedikit Lama-Lama Menjadi Bukti”. Tenang saja, memang sengaja di pelintir pada kata terakhir agar tak kalah dramatis dari sinetron saat ini, yah namun dengan tu-juan yang beda pastinya :P Tu-juan yang memiliki maksud agar

walaupun sudahlah sibuk den-gan urusan perut lapar dan se-gala tetek bengek masalah hidup layakkah kita terus mengaduh dan manggut nurut dengan arus kehidupan saat ini yang begitu membuat tensi darah naik-turun seperti drama reality show ini untuk jangan malu berbagi dan berkontribusi demi kemajuan kehidupan sesama :D

Edisi 1/2011

Page 2: minor edisi 1

Intro: Sedikit-sedikit menjadi bukit, bukit-bukit menjadi sedikit. Sedikit-sedikit menjadi bukti, bukti-bukti menjadi sedikit… Ini zaman bukan lagi saat untuk terbuai peribahasa-peribahasa manis dan bijak seperti yang diajarkan turun temurun. Ini zaman di saat realita terlalu nyata untuk menampar dan menindas rakyat yang sudah jelata tiada jelita. Tinggal sembilu yang tersisa untuk bertahan hidup hari ini, tan-pa asa, tanpa mimpi. Karena yang miskin memang tak berhak untuk bermimpi di negeri ini. Lantas apa kewajiban kalian hai jelata? Carilah rezeki untuk hari ini, bersyukurlah untuk tarikan nafas hari ini, ber-hentilah mengeluh karena uang tak muncul dari keluh kesah. Dan apabila mati nanti, janganlah me-nyusahkan sesama, kuburlah diri sendiri dengan baik-baik, bisa di ta-man kota, tanpa membuat gundu-kan dan nisan. Biarkan diinjak-injak tak ubahnya ketika hidup yang se-lalu terinjak.

Monolog:Ooo… Anda keberatan dengan uca-pan saya? Anda lupa siapa peme-gang kekuasaan dalam tulisan ini? SAYA. Maaf bila terdengar lancang, karena saya hanya ingin mem-bantu Anda mengeja, kenapa? Kar-ena masih banyak dari Anda yang tak mampu membaca. Termasuk membaca perasaan orang lain! Janganlah seperti angin…

Puan dan Tuan, kata-kata saya akan terus melesat dan menerjang karena jari-jemari ini sedang di tingkat keringanan yang luar biasa. Menghantam tuts demi tuts mer-angkai huruf dan menyusun kata sekehendak hati.

Sekiranya, sekali lagi saya rangkai huruf MAAF sebelum memasuki sebuah pemikiran yang terus berkecamuk tak kuasa ditahan ‘tuk dituangkan…

--------------------

Yang banyak akan menjadi sedikit, yang sedikit akan terus menyusut hingga memudar… Kesan hiper-bola mungkin sangat kuat tertang-kap indera Anda, tapi begitulah karakter fenomena yang terjadi di masyarakat dalam sudut pandang saya. Jadi, saya memberi arahan kepada Anda yang serba kesediki-tan untuk sedikit saja menyimpan harapan dalam isi kepala yang sedikit. Ada baiknya anda-anda sekalian untuk berganti pegangan, berpeganglah pada prinsip “Sedikit itu lebih baik”. Kenapa? Karena sedikit harapan tak akan mem-buat Anda sedih berlebihan ketika harapan-harapan itu tak terwujud, sedikit isi kepala tak akan mem-buat Anda, wong cilik, memikirkan hal-hal yang acap kali Anda bilang urusan wong gede, ya memang sebaiknya begitu sebab banyak hal yang bahkan tak sanggup dipikir-kan nalar Anda. Sehingga lazim dikatakan you are powerless.

Bermimpi semestinya tak akan me-lukai siapa-siapa tetapi siapa sang-ka bermimpi dapat sangat melukai rakyat jelata???

Salah bila Anda mencari solusi da-lam barisan kalimat di atas. Siapa suruh mencari solusi pada orang lain? Sudah sepatutnya Anda men-cari solusi pada diri sendiri! Minta solusi pada saya? Wani piro?

Ditulis oleh:

Gusti Aditya MPSeorang Fashion Stylist di

Majalah yang konon memiliki

lidah tajam nan efektif.

TERAS

SEDIKIT DEMI SEDIKIT LAMA-LAMA MENJADI BUKTI

2

Page 3: minor edisi 1

Pepatah oh pepatah, mengapa engkau banyak sekali dicerna

orang mentah-mentah, semakin membuat mereka merasa “sudah” dan ternyata kalah atawa salah. Ya sudah, entah kenapa terjadilah ilustrasi yang menggambarkan ke-mentahan itu. Bukitlah yang be-nar-benar di pegang oleh bersar-ung tangan layaknya memegang

barang bukti. Tak seperti tangan bersarung tangankah? Ya sudah, kan mentah? Anda suka kan yang mentah-mentah? Suka menelan atau tertelan? Ah.. Ya sudah...•ilustrasi sampul & teks: Parapappaw, Grup yang konon kreatif, sedang berusaha me-masyarakatkan gagasan-gagasan biar bikin penasaran.

SAMpUL hIKAyAT

TEMAN KE TEMA

TERAS | MINORITA “RIDO PANGKAS RAMBUT” - “BETONIUS FLORANICUS”

“KAGAK PAKE GAMBAR PEGUNUNGAN” | NGUPINI “HIJAU BALAU”

“BUSA ANTI NOMBOK” | MERAPATAN - “ASEM DUA,CIPETE” | MAjU jAyA

DAPATKAN DI TEMPAT-TEMPAT YANG TIDAK BIASA, JIKALAU TIDAK MENDAPATKAN

SILAKAN MAMPIRLAH KE:

Desain SampulParapappaw

Desain HalamanMurethy

Kontributor TulisanGusti Aditya M.P.

Halimatu Syadiyah

Kontributor FotoArdiansyah Abidin

Kontributor KreasiSupri Yadi

Arif Setiawan

Kontake-mail : [email protected]

twitter : @media_minor

www.issuu.com/minormedia

MINORM e d i a O r a n g B i a s a

ARIF, Customer Relation Officer“Lakuin sebaik mungkin, ga usah banyak omong, hasilnya pasti bakal dateng.”

ARDIANSYAH, Fotografer “Jangan sampe sakit”

AAM, Desainer Grafis“Sedikit demi sedikit

lama-lama menjadi tersangka.”

Supriyadi, Desainer Grafis“The Shawshank Redemption (film).”

3

Page 4: minor edisi 1

M elihat tidak sama dengan memperha-tikan, agaknya biasa

saja kalimat tersebut sampai saya tergelitik (baru sadar te-patnya) dengan pangkas rambut Rido. Terletak di jalan Cipete Raya No. 12, Rido berdiri mungil dengan mempertahankan keuni-kannya tersendiri.

Sebuah usaha potong rambut yang hanya memiliki satu ru-angan kecil pas-pasan, dengan mempertahankan alat cukur manual (seperti kita ketahui saat ini lumrahnya mengguna-kan electric shaver) tetap eksis selama kurang lebih 35 tahun. tanpa promo advertising, tanpa branding berupa sepaket logo yang menguras budget, agaknya

tidak memengaruhi keberlang-sungan usaha ini, terlebih set-elah saya perhatikan secara teliti lagi ada hal-hal yang ternyata tak kalah penting.

Mang habib,si pemilik, begitulah panggilannya, sudah keriputan tentunya, namun tangannya tetap lincah memangkas helai-helai rambut tebal pelanggan. Ruang satu petak itu ibarat panggung teaternya, sisir-sisir, manual shaver, gunting stan-dar bersisir, kuas basah dengan sabun yang beraroma khas, kursi kayu khas lengkap dengan tata-kan duduk buat bocah cilik, be-nar-benar sesuatu yang menurut saya asyik sekali jika mereka da-pat berbicara menceritakan ki-sah usaha cukuran ini……sampai

suatu saat saya menyesal tidak dapat mengabadaikan semua itu, yah pada penghujung tahun lalu tempat itu terbakar ludes si jago merah yang lahir dari arus pendek listrik.

Namun apalah arti benda-benda itu, bersyukur sekali bahwa mang habib baik-baik saja, sehat, tetap giat, tetap bersemangat walau setelah kejadian itu Ia menjadi tukang cukur panggilan dadakan, mengingat namanya yang tidak habis terbakar si jago merah. namanya tetap lebih jago dari si jago merah. Sebuah kekuatan brand luar biasa menurut saya kiranya, Ia tetap dicari para pe-langgan kesayangan, tak sedikit kalau lewat depan tempat usa-hanya itu yang sudah berupa

RIDOPANGKAS RAMBUT

MINORITA

4

Page 5: minor edisi 1

puing-puing hangus masih saja ada pelanggan yang terkejut tak percaya karena lenyapnya tem-pat langganan itu.

Hingga pada suatu hari sepergi saya ke tempat dimana meng-habiskan waktu 8 jam rutin saya, melihat suatu pembangunan kembali tempat cukuran itu. bisa dibilang setengah percaya meli-hat hal tersebut, namun senang hati tentunya juga karena meny-adari inilah kesempatan kembali mengorek lebih dalam tentang kekuatan dan ciri khas Rido ini.

Jadilah saya dan teman yang ternyata merupakan kerabat dekat mang Habib (kebetu-lankah?) untuk mendokumen-tasikan dan mengobrol singkat dengan sang pencukur terse-but. Ketika akhirnya setelah beberapa bulan kemudian Rido kembali dibangun.

Yup, tetap satu ruangan, yah kar-ena agaknya tetap tidak mungkin diperluas lagi mengingat kepemi-likan ruang di kota ini amit-amit mahalnya. sembari tangannya berdansa dengan alat cukurnya di rambut saya ini, kembali terin-gat tentang tidak adanya poster “top collection” yang lumrah ditempel sebagai rujukan model rambut yang khas begitu juga tampang sang model (masih in-

gat dengan mimik mereka? geli? sama), sebagai gantinya mang Habib membuat tulisan terbing-kai berbunyi : “Tataan Rambut yang Sesuai dengan Wajah dan Pribadi Anda Akan Mendukung Wajah Anda yang Tampan”. Sebuah copywriting yang tegas menantang visual “top collec-tion” itu tentunya dijawab juga dengan jelas oleh mang Habib yang tetap menggunakan man-ual shavernya, “bentuk kepala orang kan beda-beda lah apa iya bisa dipaksain pake model orang laen? kalo pake cukuran listrik mah gak bisa ngikutin bentuk kepala”.

Waduh…idealis juga nih orang. bener-bener jujur dengan apa yang ditulis dan alat apa yang dipegang, dengan begitu Ia me-mang memahami apa yang co-cok bagi pelanggan, dan tentu saja paham dengan “cetakan” kepala dan rambut yang ilahi beri kepada tiap pelanggan.

Setelah saya sadari sepertinya mang Habib sendirilah sang con-ductor, graphic designer, sang advertiser, sang interior design-er, sang public relation alami yang PAHAM dan ENJOY dengan apa yang Ia LAKUKAN. teks: murethy | foto: Ardiansyah

“Tataan Rambut yang Sesuai dengan Wajah dan Pribadi Anda Akan Mendukung Wajah Anda yang Tampan”

Sebuah papan tarif harga bertipografi khas yang dibuat sendiri oleh mang habib.

“BUKA/OPEN” memang diartikan terus buka/open selama Mang Habib tidak pulang kampung, ketok saja walaupun sudah larut malam jikalau kebelet ingin dipangkas rambut Anda, Mang Habib beraksi :)

“Alat Perang” dan entah apa maksud tempelan gambar wanita muslimah berjilbab di permukaan kotak kayu.

5

Page 6: minor edisi 1

MINORAKSI

Pecel udah gak jualan lagi, shan, semenjak ada galian” ujar arief, teman sepermainan (tapi gak pake mesra) menceritakan dampak pem-

bangunan flyover Antasari-Blok M terhadap usa-ha pecel bokapnya yang terdapat di pinggir jalan bilangan antasari.

“Sama aja! ntar akhirnya juga kaya leher botol, mam-pet! awalnya ngelebar ujungnya nyempit juga kan di blok m!” seloroh supir taksi ketika saya sedang makan nasgor bebarengan di bilangan blok m.

“Gue denger malem-malem di jalan antasari itu udah ada yang berani nyopotin spion mobil waktu lagi macet” kata seorang fashion stylist teman satu kantor saya.

Juga liputan berita di televisi yang menyebutkan bahwa tidak diizinkan mendirikan tempat usaha di sepanjang jalan Antasari karena merupakan jalur hijau.

Apalagi kalau bukan karena MACET proyek flyover ini berjalan? Macet memang sudah menjadi hal yang wa-jar bin lumrah di Jakarta ini. Bahkan janganlah mem-buat alasan ‘telat di jalan karena macet’ di Jakarta kita ini. Kita? memang Jakarta ini milik Kita? Sepertinya hal yang sia-sia untuk membuat kota Jakarta ini menjadi “KOTA KITA”… seperti komentar teman yang mengutip dari suatu sumber : Anda tidak akan menemukan Ja-karta saya ketika mencari Jakarta Anda, yang ada hanya Jakarta saya, Jakarta anda dan Jakarta “mereka”. Namun Ada juga yang setuju dengan pembangunan ini sebagai pengorbanan berbuah manis, ada benarnya juga mengingat kendaraan pribadi yg menjadi pri-madona untuk bepergian ketimbang naik kendaraan

umum. Sebuah konsekuensi konsumtif berbuah pembabatan konsistensi atas peraturan yang dibuat sendiri, jalur Antasari merupakan jalur hijau pun agaknya menjadi lumrah dilakukan. Pikiran usil pun muncul, apakah masyarakat sekitar sadar akan dampak dari pembangunan fly-over ini ? Saya pribadi memiliki anggapan bahwa tataan jalanan tersebut kurang oke un-

BETONIUS FLORANICUSProyekan tempel poster oleh: PARAPAPPAW x RSZ300cc x ARIEF SMILIKITI

6

Page 7: minor edisi 1

tuk dibangun fly-over karena lebar jalan yang kurang, bahkan untuk total 2 jalur sekalipun, yang khawatir akan membentuk “daerah gelap” di bawah jalan layang kelak. Fuh... pemikiran sotoy Saya pun agaknya gak mungkin terden-gar oleh empunya kepentingan, daripada jera-wat stress bermunculan jadilah Saya membuat poster berjudul “Betonius Floranicus” yang me-

nyindir pembabatan pohon-pohon (yang katanya akan diganti setelah ditebang) demi proyek jalan layang ini. Sadar karena tak pernah melakukan penempelan poster nekat ini Saya pun meminta bantuan teman yang giat dengan seni jalanan agar lebih mengerti sekaligus belajar melakukan penempelan den-gan cepat tanpa tertangkap POL-PP. Oh.. tapi tunggu dulu ternyata teman Saya yang bapaknya tak jualan pecel itu pun penasaran ingin berpartisipasi dan lucunya justru mereka yang menjadi seksi sibuk sampai naik-naik pagar sekaligus giat menunjuk lokasi-lokasi yang asyik untuk ditempel. :D

*tulisan dan karya ini juga menyambung inisiatif “POPO” street artist ibukota yang membuat tulisan “DEMI FLYOVER POHON GAME OVER”

teks & foto: Parapappaw

7

Page 8: minor edisi 1

MINORAKSI

Masih teringat tentang brief (arahan) yang pal-ing menempel diingatan

saya adalah : “backgroundnya di-pakein pemandangan yah, gunung-gunung gitu deh”. Oke..Saya pun agak bingung ingin buru-buru mem-beri penjelasan untuk menentang arahan tadi, namun seketika sadar juga kalau itu merupakan pelajaran tersendiri bagi seorang desainer grafis pemula seperti Saya ini.

Sang klien adalah seorang yang memiliki usaha gas dan air mineral rumahan yang ingin memiliki span-duk layaknya usaha-usaha saat ini yang gencar bikin banner digital printing dengan harapan menarik pelanggan lebih gencar.

Saya pikir lebih baik memahami lebih dalam kenapa si klien ini in-gin sekali memberi latar belakang pemandangan alam di spanduknya kelak, sembari corat-coret menung-gu wangsit ide. Ada kecenderungan pemikiran bahwa air mineral identik dengan sumbernya yang dari mata air pegunungan sehingga klien ber-pikir ke arah sana, duh.. apa iya yah? iya donk, apalagi banyak banget yang bikin kaya gitu , seperti sudah

menjadi doktrin yang disepakati tan-pa sadar bahwa harus menampilkan pemandangan alam pegunungan biar kata pembeli jadi “ngeh”.

Yaaah…. kalo gitu mah bisa sama donk dengan rival yang lainnya? sayang banget usaha rumahan-ke-luarga begini bakal “sama” dengan saingan-saingannya, dan gak me-nampilkan kekhasan tersendiri atas usahanya ini. Oke! Saya pun langsung berinisiatif sekalian membuat logo agar menjadi identitas khas tersend-iri (maaf saja yah, Saya males mem-buat serupa dengan yang lain :P). Bukankah akan terlihat lebih profe-sional? dan bukankah kita senang dengan harapan dan doa agar kelak apa yang kita inginkan menjadi hal yang baik ke depannya?

Maka didesainlah logo yang memi-liki filosofi tersendiri yaitu logotype (logo yang berupa huruf sekaligus penamaan) yang memiliki bentuk huruf tegak, ramping dan kokoh na-mun tetap berkesan rapih, bersih. Hal ini dimaksudkan agar lebih jelas dalam hal pelafalan nama usaha karena ini merupakan penamaan pertama kali. Selain itu ditambahkan logomark (logo berupa gambar atau

simbol tertentu) berupa 5 garis di atas huruf “L” yang menyimbolkan pancaran sinar dan jumlah bersau-dara sang klien tersebut, dan pas sekali kalo ternyata klien ini anak ketiga dan dari segi visual susunan garis itu terletak dibarisan tengah :D

Untuk visual spanduknya sendiri pun akhirnya saya tetap berpegang den-gan prinsip “bodo amat, pokoknya kagak pake gambar pegunungan”. Jadilah dengan menggunakan ilus-trasi sederhana berwarna berupa gambar galon dan gas dengan tu-juan agar beda dan terlihat lebih mencolok namun tidak “dangdut”. Begitu juga tata letak tulisan alamat, nomor telepon dan barang yang di-jual, disusun sedemikian rupa agar menghargai pembaca dan porsi dari logo dan ilustrasi itu sendiri.

Naah, begitu diserahkan kepada sang klien untungnya secara umum setuju dengan desain baik logo mau-pun spanduknya, yaah… meskipun ada sedikit revisi tentang letak dan ukuran tulisan. Beberapa hari kemu-dian puas rasanya ketika telah terc-etak menjadi spanduk berlapis fiber dan dipajang depan rumah sang klien. teks: Parapappaw

KAGAK pAKE GAMBAR pEGUNUNGANProyekan desain logo dan spanduk oleh: PARAPAPPAW

8

Page 9: minor edisi 1

NGUPINI

hIJAU BALAU

Selain kata-kata atau kalimat, sebagai alat untuk menyam-paikan pesan ada satu bentuk

yang bisa langsung masuk tanpa disadari ke dalam otak kita tanpa filter kesadaran, yaitu visual. Kira-kira begitu yang saya tangkap dari buku yang pernah saya baca. Mung-kin sepele tapi sungguh dahsyat fenomena yang terjadi pada pen-erapan visual di backdrop-backdrop penutup galian tanah proyek flyover Antasari-Blok M.

Entah karena tidak enak hati atau memberikan tahap awal niat ‘tanggung jawab’ dari yang punya proyek karena telah membabat pohon-pohon, backdrop-backdrop penutup galian tersebut memiliki visual berupa gambar pepohonan rimbun nan hijau segar dan juga pe-gunungan indah! ditambah kalimat dibawahnya berbunyi: ‘satu pohon

yang ditebang akan diganti dengan satu pohon’. Konyol menurut saya, diganti pohon apa? selain itu juga tidak menjelaskan apakah berupa bibit? kalau iya ternyata memang cilaka! bagaimana tidak? pohon yang telah tumbuh menjulang membutuhkan waktu lama dalam pertumbuhannya.

Entah apa yang ada di pikiran yang desainer grafis (atau jangan-jangan bukan desainer grafis) mendesain itu backdrop. Visual itu sama saja menutupi kekonsistenan proyek yang sedang berlangsung dan ke-nyataan yang telah terjadi. bukan solusi yang dikeluarkan malah ilusi yang mengelus-elusi penuh buaian dan angan-angan omong kosong para pengguna jalan dan tentu saja penduduk sekitar juga, dan yang paling penting, lingkungan.

Kalaupun boleh saya bersaran men-gapa juga tidak memakai simbol-simbol, atau mungkin komposisi grafis yang cermat untuk menin-gkatkan kewaspadaan? bahkan berupa teks dan warna yang me-nyolok pun tampaknya jauh lebih masuk akal dan bertanggung jawab dibanding gambar pepohonan dan pegunungan tersebut.

Sewaktu saya sedang memikirkan hal ini, entah kebetulan atau bukan saya sedang membaca buku yang baris bawah halamannya tertulis peribahasa cina: Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah dua puluh tahun lalu Waktu kedua terbaik adalah seka-rang. •teks & foto: murethy

9

Page 10: minor edisi 1

NGUPINI

Dulu waktu baru lulus sekolah, jaman-jamannya nge-

lamar pekerjaan, ada satu posisi yang menurut gw paling serem, yaitu kasir. Yaaah…. kita tahulah, kasir sudah pasti berhubun-

gan langsung dengan uang, bukan itu aja sih, yang pasti dan wajib hukumn-nya adalah soal tanggung jawab.

Tragedi uang kurang, kelebihan atau ngasih uang kembalian itu udah jadi hal lumrah dalam dunia perkasiran, namun akan membuat bulu kuduk rada jingkrak kalo udah sampai ratusan ribu.

Alamat nombok! (duh!).

Tapi itu pemikiran sebelum terjun langsung di dunia kasir, dan setelah mengalami langsung hal-hal seperti diatas tadi, sudah sewajarnya ada alat yang mampu meminimalisir kesalahan manusiawi seperti itu, tentu

saja faktor utama adalah si manusianya sendiri. Yah… kalo kita liat seperti di bank-bank ada alat hitung oto-matis menghitung jumlah uang misalnya.

Nah! Ternyata setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata ada juga alat seperti itu namun jauh dari kesan modern namun tetap efektif nan murah meriah (hari gini kudu pinter-pinter bersiasat loh..). Ini alat

terbuat dari busa berbentuk bulat dan diberi air, simpel, murah, namun ternyata memiliki nilai yang sangat luar biasa positif terhadap kelalaian manusia. Cara menggunakannya tinggal menyolek si busa itu ketika

menghitung uang untuk customer agar tak kelebihan ataupun kekurangan, menggantikan kebiasaan kita menjilat ujung jari (hmmm... mungkin agak geli juga kali yah kalo kurang nempel kita jadi terus-

terusan menjilati ujung jari sampai basah kuyup :D ).

Seringkali kita berpikir untuk memiliki alat mahal untuk mengakali suatu kendala, yah wajar sih tapi kalau kita mau melihat lebih dekat agar cocok dengan apa yang kita

kerjakan, tak perlulah latah dengan yang mewah-mewah.Berlembar-lembar puluhan bahkan ratusan ribu pun masih dapat di-

akali oleh seonnggok busa berair… ya, busa berair….. :D

• • •

Ditulis oleh:

Halimatu SyadiyahKasir di Sebuah Restoran Pizza,

10

Page 11: minor edisi 1

MERAPATAN

Perempatan Asem DuaCipete, Jak-SelMarilah Saya ajak Anda sekalian melihat perempatan antara jalan Asem Dua - H. Junaedi, yang teduh nan menarik tertata dengan apik ditambah pula pepohonan rindang semakin membuat hati jadi asyik.

Perempatan, setiap kali melewati suatu perempatan en-tah kenapa ini mata jadilah terkesiap dengan wujudnya. Perpaduan tata letak bangunan, pepohonan, jalanan dan tentu saja kegiatan interaksinya (gambar 1&2). Per-temuan arus dari 4 arah yang sudah pasti membuat kes-empatan orang-orang untuk membuka tempat usaha. Perempatan Asem Dua, Cipete Selatan boleh jadi salah satu yang menarik perhatian Saya. Ada loper Koran yang digawangi seorang ibu ramah yang siap menjajakan me-

dia cetak bagi mereka yang haus informasi (gambar 5), jikalau Saya lihat buka dari pagi sampai sore-sorean jam 16.00. Tepat di seberang ada toko “Sahabat Setia” yang menjual alat-alat listrik dan bangunan dengan harga yang pas di hati (gambar 4). Ah.. tak lupa di seberang ada gereja “Huria Kristen Batak Protestan Resort Kebay-oran Selatan” yang tampak teduh nan asri menambah khusyuk bagi para jemaatnya (gambar 3). •teks & foto: murethy

1

3

4 5

2

11

Page 12: minor edisi 1

MAjU jAyA

“Tataan Rambut yang Sesuai

dengan Wajah dan Pribadi Anda Akan Mendukung

Wajah Anda yang Tampan”

TARIP

DEWASARp.10.000

ANAK-ANAKRP.8000

Dengan ketepatan dan kecermatan dalam mengerjakan ide gagasan yang muncul bersama diharapkan hasil yang masimal sesuai dengan harapan kita semua. SWORKS dibangun sebagai sebuah pengrajin solutif, didukung oleh para tenaga ahli yang berpengalaman untuk memberikan layanan terbaik pada tingkat yang sangat kompetitif sekaligus tarif yang masuk akal untuk menjadi solusi dan karena itu SWORKS ada dan lebih baik.

JL. M Kafi 1 no 76 jagakarsa Jakarta selatan 12620T: 0217890477, 021 94650347, 02199928269E: [email protected]

OPTIK SHALWAPEMERIKSAAN MATA (GRATIS)• GANTI FRAME KACA MATA• GANTI LENSA KACA MATA• PEMBAYARAN CASH/KREDIT• MENERIMA RESEP DOKTER•

hub: (021) 92022581 / 089635617240 - Sdr. EDI SUPRIYADI

MINORM e d i a O r a n g B i a s a

DAPATKAN DI TEMPAT-TEMPAT YANG TIDAK BIASA,JIKALAU TIDAK MENDAPATKAN SILAKAN MAMPIRLAH KE:

www.issuu.com/minormediawww.minor.tumblr.com

12