mikrobiologi ii vco
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II
“Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)”
Oleh :
Ahmad Fadli
2011 38 001
POGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa (Cocos nucifera) memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan
manusia, mulai dari buah, daun, batang, sampai akarnya. Salah satu bagian
tanaman kelapa yang banyak memiliki manfaat adalah buahnya. Minyak kelapa
merupakan produk dari buah kelapa yang paling sering dibuat oleh para petani
kelapa. Tanaman kelapa banyak tumbuh di daerah tropis sehingga minyaknya
disebut juga minyak tropis (tropical oil).
Secara umum, pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan cara memanaskan
santan sehingga dihasilkan minyak dan ampas minyak. Hasilnya, diperoleh
minyak klentik bewarna kekuningan. Namun, kelemahan cara ini adalah tidak
tahan lama karena mudah tengik. Minyak jenis ini dapat dijumpai pada
masyarakat pedesaan dan pesisir yang dibuat dalam skala industri rumah tangga.
Dewasa ini telah ditemukan suatu metode pembuatan minyak kelapa yang
dapat mengurangi kerugian-kerugian tersebut diatas. Minyak kelapa dibuat dalam
bentuk minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak kelapa
murni dibuat dari kelapa segar tanpa pemanasan dan bahan kimia. Selain itu, tidak
melalui tahap pemurnian, pemucatan, dan penghilang aroma. Biasanya, kelapa
yang digunakan bukan kelapa hibrida, tetapi kelapa dalam atau kelapa lokal
sehingga kandungannya masih utuh dan tahan terhadap ketengikan. Minyak
kelapa murni ini bisa tahan beberapa tahun karena disimpan pada wadah tertutup
dan tidak terkena cahaya secara langsung. Hingga kini minyak kelapa murni ini
ramai diperbincangkan karena khasiatnya bagi kesehatan. Para ahli pun mulai
tertarik untuk meneliti kandungan VCO dan kaitannya dengan kesehatan manusia.
Secara garis besar, ada dua cara pembuatan minyak kelapa murni, yaitu cara
kering dan cara basah. Namun, pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara
basah dengan metode fermentasi. Metode ini didasarkan pada penemuan
biotekhnologi sederhana, yaitu penggunaan ragi untuk memisahkan minyak dari
karbohidrat dan protein yang terdapat dalam sel-sel endosperm biji kelapa.
2
Metode ini lebih dikenal dengan pembuatan minyak kelapa dengan menggunakan
ragi atau pembuatan minyak kelapa secara fermentasi.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengenal VCO (Virgin Coconut Oil).
2. Mengetahui teknik pembuatan minyak kelapa murni atau VCO (Virgin
Coconut Oil) yang baik.
3. Mengetahui manfaat VCO (Virgin Coconut Oil).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian VCO (Virgin Coconut Oil)
VCO adalah minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang
diolah dalam suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan dan tidak melalui
pemurnian dengan bahan kimia. Dibandingkan dengan minyak kelapa yang diolah
secara tradisional, VCO memiliki keunggulan, yaitu kadar air dan asam lemak
bebas rendah, tidak berwarna (bening), beraroma harum, dan daya simpan lebih
lama. (Rindengan, 2003)
Di kalangan masyarakat umum ada yang menyebut dengan nama minyak
perawan, minyak murni, minyak kelapa murni, bahkan ada yang menyebut
dengan nama minyak ajaib. Dilihat dari manfaatnya yang sangat banyak memang
pantas bila minyak ini disebut sebagai minyak ajaib, hal ini karena
kemampuannya minyak VCO dalam menyembuhkan dan membantu mengobati
berbagai macam penyakit. (Lappy, 2013)
2.2 Bahan Baku dan Kandungan Gizi VCO
Bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan minyak kelapa murni
adalah kelapa dalam atau lokal. Kelapa tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu kelapa
hijau dan kuning. Dalam bahasa Latin, kelapa hijau disebut Cocos nucifera Linn.,
sedangkan kelapa kuning disebut Cocos nucifera.
Kelapa termasuk suku Palmae. Beberapa varietas kelapa dalam antara lain
Mapanget, DMT 3283, Tenga, Bali, Palu, Sawarna, dan Riau. Varietas tersebut
mampu menghasilkan 3,0 - 4,0 ton per ha dan umumnya memiliki kualitas yang
baik untuk dijadikan bahan baku minyak kelapa murni.
Selain kelapa dalam, sebenarnya kelapa jenis hibrida bisa digunakan untuk
membuat minyak kelapa murni. Namun, kelapa hibrida merupakan hasil mutasi
gen atau persilangan yang memerlukan kondisi tertentu serta memerlukan pupuk
kimia dan pestisida dalam proses budi dayanya. Hal ini dikhawatirkan akan
menimbulkan adanya residu kimia dalam buah kelapa sehingga tidak virgin atau
murni lagi. Yang perlu diketahui bahwa selain Khina-1, Khina-2, Khina-3, telah
4
ditemukan empat jenis kelapa hibrida baru yang bisa diterima petani karena low
input, yaitu GRA x DMT, GKB x DMT, GKN x DTE, dan GKB x DTE.
Semakin tua umur buah kelapa maka kandungan lemaknya semakin tinggi.
Daging buah kelapa dapat diisolasi komponen rafinosa, sukrosa, fruktosa, dan
galaktosanya. Selain itu, dagingnya dapat dibuat menjadi santan (juice). Santan
kelapa bisa dijadikan bahan pengganti susu atau minyak. Namun, tidak bisa
dijadikan alkohol. Hal ini dikarenakan santan memiliki kandungan gula kurang
dari 1%.
Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh berantai sedang dan pendek
yang tinggi, yaxtu sekitar 92%. Asam lemak jenuh dalam minyak kelapa terdiri
dari asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat,
kaprilat, dan miristat yang dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi
makanan menjadi energi. Fungsi lain dari zat ini, antara lain sebagai antivirus,
antibakteri, dan antiprotozoa dengan cara merusak membran yang membungkus
sel yang terdiri dari asam lemak.
Dalam minyak kelapa murni terdapat MCFA (Medium Chain Fatty Acid).
MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak
fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses
metabolisme glukosa dapat berjalan normal. Selain itu, MCFA juga bermanfaat
dalam mengubah protein menjadi sumber energi. Konsumsi MCFA bisa
meningkatkan efisiensi asam lemak esensial sebesar 100%.
Manfaat asam lemak jenuh dan MCFA pada minyak kelapa sama seperti pada
air susu ibu (ASI), yaitu dapat memberi gizi serta melindungi tubuh dari penyakit
menular dan penyakit degeneratif. Kandungan MCFA juga dapat digunakan
sebagai suplemen untuk mendapatkan energi lebih cepat karena dalam proses
metabolisme juga lebih cepat. Selain itu, dapat juga membantu menyembuhkan
beberapa penyakit seperti gangguan pencernaan, diabetes mellitus, Hepatitis C
dan B, serta mengurangi penyakit jantung dan osteoporosis. Asam lemak jenuh
pada minyak kelapa tidak menimbulkan radikal bebas dalam tubuh sehingga
bermanfaat untuk mencegah kanker, penuaan dini, dan keriput. Minyak kelapa
juga dapat menjaga dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas.
5
Selain asam lemak jenuh, minyak kelapa juga mengandung asam lemak tidak
jenuh, yaitu asam palmitoleat, oleat, dan linoleat. Namun, persentasenya sangat
kecil.
2.3 Pembuatan VCO
Membuat VCO dapat dilakukan dengan cara tradisional/sederhana (cara
basah), tidak memerlukan keahlian khusus dan alat-alat tertentu. Bahan baku yang
digunakan adalah buah kelapa segar yang cukup tua. Bahan baku dihancurkan/
digiling atau diparut, lalu diperas untuk diambil santannya (coconut milk). Santan
dipanaskan di atas kompor secara terus-menerus (rendering) selama 5 jam atau
tergantung jumlah santan sambil terus diaduk. Tujuannya, untuk memecah emulsi,
yaitu campuran air dan minyak yang terdapat dalam santan. Selanjutnya, air akan
menguap sampai habis. Mekanisme pemecahannya melalui perusakan (denaturasi
protein) sehingga yang tersisa hanya minyak kelapa dan ampasnya (blondo).
Proses selanjutnya adalah pemisahan minyak dari ampas dengan cara meniriskan.
Umumnya, protein yang terdapat dalam santan berwujud lipoprotein.
Fungsinya, sebagai emulsifier. Jika protein terdenaturasi maka fungsinya sebagai
emulsifier menurun dan akhirnya terjadi pemecahan emulsi. Kelemahan dari
teknologi minyak kelapa secara tradisional ini adalah minyak kelapa yang
dihasilkan tidak bisa berumur lama dan cepat tengik akibat oksidasi. Selain itu,
rendemennya pun rendah.
Selain cara tradisional, ada juga cara lain yang tidak popular. Caranya, santan
dicampur dengan nanas atau papaya yang sudah dihancurkan. Penggunaan nanas
bertujuan untuk membantu dalam pelepasan minyak dari santan. Namun, cara ini
tidak memperbaiki kualitas dan daya simpan minyak. Kualitas minyak tetap hanya
bertahan dalam hitungan hari.
Pada dasarnya cara pembuatan minyak kelapa murni yang banyak dilakukan
di Indonesia dibedakan menjadi cara pemanasan, fermentasi, dan pancingan.
A. Pemanasan 95oC
Pada prinsipnya, pembuatan VCO dengan pemanasan sama seperti cara
tradisional. Pada tahap awal, kelapa diparut, lalu dibuat santan. Krim (Jawa:
kanil) yang diperoleh dipisahkan dari air, kemudian dipanaskan dengan suhu
6
95oC sampai dihasilkan minyak. Selanjutnya, minyak dipisahkan dari air
melalui peng-uapan (dipanaskan di atas kompor dengan api kecil) hingga
dihasilkan minyak kelapa murni. Untuk menghasilkan satu liter minyak kelapa
murni diperlukan 10 - 15 butir kelapa.
B. Fermentasi
Pada tahap awal, kelapa segar diparut, lalu diperas hingga menghasilkan
santan segar. Selanjutnya, tempatkan santan pada wadah yang bersih, lalu
biarkan beberapa saat (1 - 2 jam) hingga terbentuk gumpalan krim yang
disebut biang santan. Selanjutnya, biang santan difermentasi selama satu
sampai dua hari. Caranya, dengan mengunakan enzim secara langsung
(mikroba penghasil enzim). Dapat pula dengan menambahkan ragi atau
larutan cuka nira secukupnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah protein
yang berikatan dengan minyak dan karbohidrat sehingga minyak dapat
terpisah dengan baik.
Proses fermentasi dikatakan berhasil jika dari campuran tersebut
terbentuk tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa minyak murni, lapisan tengah
berupa blondo (warna putih), dan lapisan bawah berupa air. Selanjutnya,
lapisan atas berupa minyak kelapa murni dipisahkan secara hati-hati
menggunakan gayung atau sendok. Minyak tersebut mempunyai aroma khas
kelapa dan warna yang lebih jemih. Untuk melepas unsur-unsur pekat, minyak
dipanaskan pada suhu sekitar 60° C. Hal ini juga dimaksudkan untuk
menghilangkan kelembapan yang tersisa dan menghindari bau tidak sedap.
Dengan mengikuti cara seperti yang dijelaskan, akan diperoleh minyak kelapa
murni yang jernih dan beraroma khas.
C. Pancingan
Tahapan metode pancingan dilakukan dengan cara kelapa segar diubah
menjadi santan terlebih dahulu, lalu krim kental (kanil) yang berupa cairan
putih/jernih dipisahkan dari air dengan cara didiamkan sekitar 1 jam.
Selanjutnya, krim tersebut dicampur dengan minyak pancingan (minyak
kelapa murni hasil fermentasi) dengan perbandingan tertentu sambil terus
diaduk hingga rata, lalu didiamkan 7 - 8 jam. Krim akan akan menghasilkan
7
tiga lapisan, yaitu air pada bagian bawah, blondo pada lapisan tengah, dan
minyak murni pada lapisan paling atas.
Pada prinsipnya, santan adalah campuran minyak, air, dan protein. Ikatan
tersebut terbentuk karena adanya protein yang mengelilingi molekul minyak.
Dengan teknik pemancingan, molekul minyak dalam santan ditarik oleh
minyak umpan sampai akhirnya bersatu. Tarikan itu membuat minyak terlepas
dari air dan protein. Minyak yang dihasilkan adalah minyak kelapa dengan
kualitas tinggi yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil).
2.4 Manfaat VCO bagi Kesehatan
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) merupakan minyak yang paling
sehat dan aman dibandingkan dengan minyak goreng golongan minyak sayur,
seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, dan minyak
kanola. Virgin coconut oil mampu mendukung sistem kekebalan dengan
membebaskan tubuh dari mikroorganisme berbahaya.
Jika organisme berbahaya yang memakan energi tubuh dapat ditekan
jumlahnya, sistem kekebalan bisaberfungsi lebih baik. Minyak kelapa murni dapat
memberikan sumber energi cepat dan merangsang metabolisme. Peningkatan
energi ini menyebabkan penyembuhan lebih cepat. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi metabolisme tubuh maka efisiensi sistem kekebalannya semakin bagus.
Dengan demikian, semakin cepat tubuh bisa menyembuhkan dan memperbaiki
diri.
Minyak kelapa murni atau VCO biasanya dijadikan sebagai obat. Berbagai
penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya dapat ditangkal
dengan mengonsumsi VCO, seperti flu burung, HIV/AIDS, hepatitis, dan jenis
virus lainnya. Bukan itu saja, VCO dapat juga mengatasi kegemukan, penyakit
kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya kanker prostat, jantung,
darah tinggi, dan diabetes.
8
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) ini dilakukan pada tanggal
28 – 29 Agustus 2013 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Papua.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
1. Toples plastik/wadah transparan
2. Baskom
3. Sarung tangan plastik
4. Saringan santan
5. Selang plastik kecil
6. Gelas ukur
7. Botol kecil
3.2.2 Bahan :
1. Kelapa yang sudah tua 10 butir
2. Aquades 5 liter
3.3 Cara Kerja
1. Mengambil sebanyak 10 butir kelapa yang sudah tua. Mengupas dan
membelah kelapa, kemudian memarut daging kelapa hingga halus.
2. Menempatkan daging kelapa parut dalam wadah yang besar, kemudian
menambahkan aquades sebanyak 5 liter dan meremas-remas campuran.
Setelah itu membiarkan mengendap selama 6 jam.
3. Menyaring santan kelapa untuk menghilangkan padatan lain yang tidak di
inginkan. Menempatkan dalam gelas atau wadah transparan.
9
4. Membiarkan santan berfermentasi selama 18 - 24 jam. Kemudian
perlahan-lahan akan terpisah menjadi 4 bagian, yaitu lapisan paling bawah
adalah air, lapisan kedua adalah blondo (berwarna putih), lapisan ketiga
adalah minyak, dan lapisan ke empat adalah gelembung-gelembung putih.
5. Mengeluarkan air yang ada pada bagian bawah dengan disedot
menggunakan selang pelastik kecil.
6. Perlahan-lahan mengangkat gelembung-gelembung putih (lapisan atas)
dengan sendok. Kemudian mengumpulkan minyak dengan seksama
dengan menggunakan sendok besar atau sedotan. Pastikan air tidak
tercampur lagi dengan minyak yang akan dikumpulkan.
7. Menyaring minyak dengan kain bersih atau kertas saring. Minyak kelapa
murni yang dihasilkan tidak berwarna, tawar, dan beraroma kelapa segar.
8. Menempatkan minyak kelapa murni dalam botol yang berwarna gelap
untuk menjaga kandungan vitamin E yang peka terhadap cahaya matahari.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
lapisan 1
lapisan 2
lapisan 3
lapisan 4
Lapisan yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam
Lapisan Bentuk
1 Berupa gelembung-gelembung putih
2 Berupa minyak murni (VCO)
3 Berupa blondo (berwarna putih)
4 Berupa Air
Tabel Hasil VCO yang didapatkan
Suhu
inkubasi
Volume santan
yang digunakan Volume VCO
yang didapat Karakteristik VCO
Suhu
Ruang
(27 oC)
5.000 ml 500 ml
Bening (color less/white
water) dan berbau harum
khas kelapa
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami telah membuat VCO (Virgin Coconut Oil)
dengan metode fermentasi tanpa ragi (bakteri starter). Selama proses fermentasi
terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun emulsi krim santan. Senyawa
karbohidrat dalam krim santan merupakan sumber karbon bagi bakteri asam laktat
yang digunakan sebagai sumber energi dalam metabolisme sel.
Pembentukan asam laktat dari karbohidrat menyebabkan penurunan pH
substrat, sehingga dapat menyebabkan protein yang juga sebagai emulsifier pada
krim santan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Penguraian protein juga
berlangsung secara enzimatis oleh enzim aminpeptidase yang dihasilkan oleh
11
bakteri asam laktat. Aminopeptidase merupakan eksopeptidase yang menguraikan
peptide menjadi asam amino (Yahya dkk., 1997). Dengan terurainya karbohidrat
dan protein dalam emulsi krim santan, maka molekul minyak akan dibebaskan
dan membentuk lapisan tersendiri yang dapat dipisahkan dari bagian lainnya.
Pada pembuatan VCO secara fermentasi, pada krim santan yang
dibiarkan/diinkubasi, bakteri menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam
krim santan sebagai sumber energi utama sehingga ikatan karbohidrat, lemak dan
proteinnya menjadi longgar yang akhirnya akan terlepas. Minyak akan berada
dipermukaan karena memiliki berat jenis yang lebih ringan, sedangkan protein
(blondo) dan air berada di bawah.
Pemisahan krim santan yang telah diinkubasi pada proses pembuatan VCO
secara fermentasi tanpa menggunakan ragi ternyata memperlihatkan hasil yang
sesuai harapan, dimana terbukti terpisah menjadi 4 bagian, yaitu lapisan paling
bawah adalah air, lapisan kedua adalah blondo (berwarna putih), lapisan ketiga
adalah minyak, dan lapisan ke empat adalah gelembung-gelembung putih.
Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan volume VCO hasil fermentasi
menunjukkan hasil 500 ml dari 5 liter santan yang digunakan.
Semakin tinggi kadar air dalam VCO menyebabkan terjadinya reaksi
hidrolisis yang dapat mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol
yang dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini dihasilkan oleh mikroba yang
tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air tinggi. Reaksi hidrolisis ini
mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita rasa dan bau tengik pada
minyak tersebut.
Hasil penelitian menunnjukkan bahwa kondisi fisik VCO menghasilkan
minyak yang berwarna bening (color less/white water) dan berbau harum khas
kelapa. Sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang mengatakan perbedaan
utama VCO dengan minyak kelapa biasa terletak pada warna, rasa (taste) dan bau
(scent). Minyak kelapa murni memilik sifat bening seperti air basah, tidak berbau
(color less), mempertahankan bau dan rasa khas kelapa segar. Warna minyak yang
terbentuk disebabkan karena tidak adanya pemanasan, karena selama proses
pemanasan menyebabkan komponen karbohidrat, protein dan minyak akan
mengalami hidrolisis dan oksidasi yang akan berpengaruh pada warna minyak.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
VCO (Virgin Coconut Oil) adalah minyak kelapa murni yang terbuat dari
daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan
dan tidak melalui pemurnian dengan bahan kimia. Bahan baku yang biasa
digunakan dalam pembuatan minyak kelapa murni adalah kelapa dalam atau lokal.
Pada proses pembuatan VCO dengan metode fermentasi tanpa ragi (bakteri
starter), selama proses fermentasi terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun
emulsi krim santan. Bakteri menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam
krim santan sebagai sumber energi utama sehingga ikatan karbohidrat, lemak dan
proteinnya menjadi longgar yang akhirnya akan terlepas. Minyak akan berada
dipermukaan karena memiliki berat jenis yang lebih ringan, sedangkan protein
(blondo) dan air berada di bawah.
Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya
dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO, seperti flu burung, HIV/AIDS,
hepatitis, dan jenis virus lainnya. Bukan itu saja, VCO dapat juga mengatasi
kegemukan, penyakit kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya
kanker prostat, jantung, darah tinggi, dan diabetes.
5.2 Saran
1. Teknik pembuatan VCO yang lain agar dapat dipratikumkan, sehingga
dapat dibandingkan hasilnya dari masing-masing teknik.
2. Dalam praktek pembuatan VCO perlu diperhatikan kesterilan alat dan
bahan yang digunakan, misalnya sebelum diparut daging buah kelapa
dicuci bersih, agar tidak ada pencemar yang mengotori kemurnian minyak
yang dihasilkan.
3. Sebelum praktikum, dosen atau asisten memberikan arahan dan petunjuk
yang jelas tentang teknis praktikum yang dilaksanakan, agar kegiatan
berjalan dengan lancar dan praktikan mengerti tentang apa yang
seharusnya dilakukan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, N. A. 2005. Pengenalan Virgin Coconut Oil. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian
Elfianus, Goniwala. 2008. Teknik Pengolahan Virgin Coconut Oil Menggunakan
Ragi Tape. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2.
Jekti, D.S.D., A. Sukarso, dan D.A.C. Rasmi. 2005. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi 2. Mataram: FKIP Universitas Mataram
Rindengan, B. dan H. Novarianto. 2004. Minyak Kelapa Murni. Pembuatan dan
Pemanfatannya. Seri Agritekno. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2003. Biologi 2000. Jakarta: Erlangga.
Winarti, Sri, Jariyah, dan Yudi Purnomo. 2007. Proses Pembuatan VCO (Virgine
Coconut Oil) Secara Enzimatis Menggunakan Papain Kasar. Jurnal
Teknologi Pertanian, Vol, 8 No.2.