mikrobiologi ii vco

14
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II “Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)” Oleh : Ahmad Fadli 2011 38 001 POGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2013

Upload: fadly-boiz

Post on 29-Nov-2015

88 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mikrobiologi II Vco

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II

“Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)”

Oleh :

Ahmad Fadli

2011 38 001

POGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

MANOKWARI

2013

Page 2: Mikrobiologi II Vco

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa (Cocos nucifera) memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan

manusia, mulai dari buah, daun, batang, sampai akarnya. Salah satu bagian

tanaman kelapa yang banyak memiliki manfaat adalah buahnya. Minyak kelapa

merupakan produk dari buah kelapa yang paling sering dibuat oleh para petani

kelapa. Tanaman kelapa banyak tumbuh di daerah tropis sehingga minyaknya

disebut juga minyak tropis (tropical oil).

Secara umum, pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan cara memanaskan

santan sehingga dihasilkan minyak dan ampas minyak. Hasilnya, diperoleh

minyak klentik bewarna kekuningan. Namun, kelemahan cara ini adalah tidak

tahan lama karena mudah tengik. Minyak jenis ini dapat dijumpai pada

masyarakat pedesaan dan pesisir yang dibuat dalam skala industri rumah tangga.

Dewasa ini telah ditemukan suatu metode pembuatan minyak kelapa yang

dapat mengurangi kerugian-kerugian tersebut diatas. Minyak kelapa dibuat dalam

bentuk minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak kelapa

murni dibuat dari kelapa segar tanpa pemanasan dan bahan kimia. Selain itu, tidak

melalui tahap pemurnian, pemucatan, dan penghilang aroma. Biasanya, kelapa

yang digunakan bukan kelapa hibrida, tetapi kelapa dalam atau kelapa lokal

sehingga kandungannya masih utuh dan tahan terhadap ketengikan. Minyak

kelapa murni ini bisa tahan beberapa tahun karena disimpan pada wadah tertutup

dan tidak terkena cahaya secara langsung. Hingga kini minyak kelapa murni ini

ramai diperbincangkan karena khasiatnya bagi kesehatan. Para ahli pun mulai

tertarik untuk meneliti kandungan VCO dan kaitannya dengan kesehatan manusia.

Secara garis besar, ada dua cara pembuatan minyak kelapa murni, yaitu cara

kering dan cara basah. Namun, pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara

basah dengan metode fermentasi. Metode ini didasarkan pada penemuan

biotekhnologi sederhana, yaitu penggunaan ragi untuk memisahkan minyak dari

karbohidrat dan protein yang terdapat dalam sel-sel endosperm biji kelapa.

Page 3: Mikrobiologi II Vco

2

Metode ini lebih dikenal dengan pembuatan minyak kelapa dengan menggunakan

ragi atau pembuatan minyak kelapa secara fermentasi.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari praktikum ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengenal VCO (Virgin Coconut Oil).

2. Mengetahui teknik pembuatan minyak kelapa murni atau VCO (Virgin

Coconut Oil) yang baik.

3. Mengetahui manfaat VCO (Virgin Coconut Oil).

Page 4: Mikrobiologi II Vco

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian VCO (Virgin Coconut Oil)

VCO adalah minyak kelapa murni yang terbuat dari daging kelapa segar yang

diolah dalam suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan dan tidak melalui

pemurnian dengan bahan kimia. Dibandingkan dengan minyak kelapa yang diolah

secara tradisional, VCO memiliki keunggulan, yaitu kadar air dan asam lemak

bebas rendah, tidak berwarna (bening), beraroma harum, dan daya simpan lebih

lama. (Rindengan, 2003)

Di kalangan masyarakat umum ada yang menyebut dengan nama minyak

perawan, minyak murni, minyak kelapa murni, bahkan ada yang menyebut

dengan nama minyak ajaib. Dilihat dari manfaatnya yang sangat banyak memang

pantas bila minyak ini disebut sebagai minyak ajaib, hal ini karena

kemampuannya minyak VCO dalam menyembuhkan dan membantu mengobati

berbagai macam penyakit. (Lappy, 2013)

2.2 Bahan Baku dan Kandungan Gizi VCO

Bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan minyak kelapa murni

adalah kelapa dalam atau lokal. Kelapa tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu kelapa

hijau dan kuning. Dalam bahasa Latin, kelapa hijau disebut Cocos nucifera Linn.,

sedangkan kelapa kuning disebut Cocos nucifera.

Kelapa termasuk suku Palmae. Beberapa varietas kelapa dalam antara lain

Mapanget, DMT 3283, Tenga, Bali, Palu, Sawarna, dan Riau. Varietas tersebut

mampu menghasilkan 3,0 - 4,0 ton per ha dan umumnya memiliki kualitas yang

baik untuk dijadikan bahan baku minyak kelapa murni.

Selain kelapa dalam, sebenarnya kelapa jenis hibrida bisa digunakan untuk

membuat minyak kelapa murni. Namun, kelapa hibrida merupakan hasil mutasi

gen atau persilangan yang memerlukan kondisi tertentu serta memerlukan pupuk

kimia dan pestisida dalam proses budi dayanya. Hal ini dikhawatirkan akan

menimbulkan adanya residu kimia dalam buah kelapa sehingga tidak virgin atau

murni lagi. Yang perlu diketahui bahwa selain Khina-1, Khina-2, Khina-3, telah

Page 5: Mikrobiologi II Vco

4

ditemukan empat jenis kelapa hibrida baru yang bisa diterima petani karena low

input, yaitu GRA x DMT, GKB x DMT, GKN x DTE, dan GKB x DTE.

Semakin tua umur buah kelapa maka kandungan lemaknya semakin tinggi.

Daging buah kelapa dapat diisolasi komponen rafinosa, sukrosa, fruktosa, dan

galaktosanya. Selain itu, dagingnya dapat dibuat menjadi santan (juice). Santan

kelapa bisa dijadikan bahan pengganti susu atau minyak. Namun, tidak bisa

dijadikan alkohol. Hal ini dikarenakan santan memiliki kandungan gula kurang

dari 1%.

Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh berantai sedang dan pendek

yang tinggi, yaxtu sekitar 92%. Asam lemak jenuh dalam minyak kelapa terdiri

dari asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat,

kaprilat, dan miristat yang dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi

makanan menjadi energi. Fungsi lain dari zat ini, antara lain sebagai antivirus,

antibakteri, dan antiprotozoa dengan cara merusak membran yang membungkus

sel yang terdiri dari asam lemak.

Dalam minyak kelapa murni terdapat MCFA (Medium Chain Fatty Acid).

MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak

fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses

metabolisme glukosa dapat berjalan normal. Selain itu, MCFA juga bermanfaat

dalam mengubah protein menjadi sumber energi. Konsumsi MCFA bisa

meningkatkan efisiensi asam lemak esensial sebesar 100%.

Manfaat asam lemak jenuh dan MCFA pada minyak kelapa sama seperti pada

air susu ibu (ASI), yaitu dapat memberi gizi serta melindungi tubuh dari penyakit

menular dan penyakit degeneratif. Kandungan MCFA juga dapat digunakan

sebagai suplemen untuk mendapatkan energi lebih cepat karena dalam proses

metabolisme juga lebih cepat. Selain itu, dapat juga membantu menyembuhkan

beberapa penyakit seperti gangguan pencernaan, diabetes mellitus, Hepatitis C

dan B, serta mengurangi penyakit jantung dan osteoporosis. Asam lemak jenuh

pada minyak kelapa tidak menimbulkan radikal bebas dalam tubuh sehingga

bermanfaat untuk mencegah kanker, penuaan dini, dan keriput. Minyak kelapa

juga dapat menjaga dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas.

Page 6: Mikrobiologi II Vco

5

Selain asam lemak jenuh, minyak kelapa juga mengandung asam lemak tidak

jenuh, yaitu asam palmitoleat, oleat, dan linoleat. Namun, persentasenya sangat

kecil.

2.3 Pembuatan VCO

Membuat VCO dapat dilakukan dengan cara tradisional/sederhana (cara

basah), tidak memerlukan keahlian khusus dan alat-alat tertentu. Bahan baku yang

digunakan adalah buah kelapa segar yang cukup tua. Bahan baku dihancurkan/

digiling atau diparut, lalu diperas untuk diambil santannya (coconut milk). Santan

dipanaskan di atas kompor secara terus-menerus (rendering) selama 5 jam atau

tergantung jumlah santan sambil terus diaduk. Tujuannya, untuk memecah emulsi,

yaitu campuran air dan minyak yang terdapat dalam santan. Selanjutnya, air akan

menguap sampai habis. Mekanisme pemecahannya melalui perusakan (denaturasi

protein) sehingga yang tersisa hanya minyak kelapa dan ampasnya (blondo).

Proses selanjutnya adalah pemisahan minyak dari ampas dengan cara meniriskan.

Umumnya, protein yang terdapat dalam santan berwujud lipoprotein.

Fungsinya, sebagai emulsifier. Jika protein terdenaturasi maka fungsinya sebagai

emulsifier menurun dan akhirnya terjadi pemecahan emulsi. Kelemahan dari

teknologi minyak kelapa secara tradisional ini adalah minyak kelapa yang

dihasilkan tidak bisa berumur lama dan cepat tengik akibat oksidasi. Selain itu,

rendemennya pun rendah.

Selain cara tradisional, ada juga cara lain yang tidak popular. Caranya, santan

dicampur dengan nanas atau papaya yang sudah dihancurkan. Penggunaan nanas

bertujuan untuk membantu dalam pelepasan minyak dari santan. Namun, cara ini

tidak memperbaiki kualitas dan daya simpan minyak. Kualitas minyak tetap hanya

bertahan dalam hitungan hari.

Pada dasarnya cara pembuatan minyak kelapa murni yang banyak dilakukan

di Indonesia dibedakan menjadi cara pemanasan, fermentasi, dan pancingan.

A. Pemanasan 95oC

Pada prinsipnya, pembuatan VCO dengan pemanasan sama seperti cara

tradisional. Pada tahap awal, kelapa diparut, lalu dibuat santan. Krim (Jawa:

kanil) yang diperoleh dipisahkan dari air, kemudian dipanaskan dengan suhu

Page 7: Mikrobiologi II Vco

6

95oC sampai dihasilkan minyak. Selanjutnya, minyak dipisahkan dari air

melalui peng-uapan (dipanaskan di atas kompor dengan api kecil) hingga

dihasilkan minyak kelapa murni. Untuk menghasilkan satu liter minyak kelapa

murni diperlukan 10 - 15 butir kelapa.

B. Fermentasi

Pada tahap awal, kelapa segar diparut, lalu diperas hingga menghasilkan

santan segar. Selanjutnya, tempatkan santan pada wadah yang bersih, lalu

biarkan beberapa saat (1 - 2 jam) hingga terbentuk gumpalan krim yang

disebut biang santan. Selanjutnya, biang santan difermentasi selama satu

sampai dua hari. Caranya, dengan mengunakan enzim secara langsung

(mikroba penghasil enzim). Dapat pula dengan menambahkan ragi atau

larutan cuka nira secukupnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah protein

yang berikatan dengan minyak dan karbohidrat sehingga minyak dapat

terpisah dengan baik.

Proses fermentasi dikatakan berhasil jika dari campuran tersebut

terbentuk tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa minyak murni, lapisan tengah

berupa blondo (warna putih), dan lapisan bawah berupa air. Selanjutnya,

lapisan atas berupa minyak kelapa murni dipisahkan secara hati-hati

menggunakan gayung atau sendok. Minyak tersebut mempunyai aroma khas

kelapa dan warna yang lebih jemih. Untuk melepas unsur-unsur pekat, minyak

dipanaskan pada suhu sekitar 60° C. Hal ini juga dimaksudkan untuk

menghilangkan kelembapan yang tersisa dan menghindari bau tidak sedap.

Dengan mengikuti cara seperti yang dijelaskan, akan diperoleh minyak kelapa

murni yang jernih dan beraroma khas.

C. Pancingan

Tahapan metode pancingan dilakukan dengan cara kelapa segar diubah

menjadi santan terlebih dahulu, lalu krim kental (kanil) yang berupa cairan

putih/jernih dipisahkan dari air dengan cara didiamkan sekitar 1 jam.

Selanjutnya, krim tersebut dicampur dengan minyak pancingan (minyak

kelapa murni hasil fermentasi) dengan perbandingan tertentu sambil terus

diaduk hingga rata, lalu didiamkan 7 - 8 jam. Krim akan akan menghasilkan

Page 8: Mikrobiologi II Vco

7

tiga lapisan, yaitu air pada bagian bawah, blondo pada lapisan tengah, dan

minyak murni pada lapisan paling atas.

Pada prinsipnya, santan adalah campuran minyak, air, dan protein. Ikatan

tersebut terbentuk karena adanya protein yang mengelilingi molekul minyak.

Dengan teknik pemancingan, molekul minyak dalam santan ditarik oleh

minyak umpan sampai akhirnya bersatu. Tarikan itu membuat minyak terlepas

dari air dan protein. Minyak yang dihasilkan adalah minyak kelapa dengan

kualitas tinggi yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil).

2.4 Manfaat VCO bagi Kesehatan

Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) merupakan minyak yang paling

sehat dan aman dibandingkan dengan minyak goreng golongan minyak sayur,

seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, dan minyak

kanola. Virgin coconut oil mampu mendukung sistem kekebalan dengan

membebaskan tubuh dari mikroorganisme berbahaya.

Jika organisme berbahaya yang memakan energi tubuh dapat ditekan

jumlahnya, sistem kekebalan bisaberfungsi lebih baik. Minyak kelapa murni dapat

memberikan sumber energi cepat dan merangsang metabolisme. Peningkatan

energi ini menyebabkan penyembuhan lebih cepat. Hal ini dikarenakan semakin

tinggi metabolisme tubuh maka efisiensi sistem kekebalannya semakin bagus.

Dengan demikian, semakin cepat tubuh bisa menyembuhkan dan memperbaiki

diri.

Minyak kelapa murni atau VCO biasanya dijadikan sebagai obat. Berbagai

penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya dapat ditangkal

dengan mengonsumsi VCO, seperti flu burung, HIV/AIDS, hepatitis, dan jenis

virus lainnya. Bukan itu saja, VCO dapat juga mengatasi kegemukan, penyakit

kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya kanker prostat, jantung,

darah tinggi, dan diabetes.

Page 9: Mikrobiologi II Vco

8

BAB III

METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) ini dilakukan pada tanggal

28 – 29 Agustus 2013 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Papua.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat :

1. Toples plastik/wadah transparan

2. Baskom

3. Sarung tangan plastik

4. Saringan santan

5. Selang plastik kecil

6. Gelas ukur

7. Botol kecil

3.2.2 Bahan :

1. Kelapa yang sudah tua 10 butir

2. Aquades 5 liter

3.3 Cara Kerja

1. Mengambil sebanyak 10 butir kelapa yang sudah tua. Mengupas dan

membelah kelapa, kemudian memarut daging kelapa hingga halus.

2. Menempatkan daging kelapa parut dalam wadah yang besar, kemudian

menambahkan aquades sebanyak 5 liter dan meremas-remas campuran.

Setelah itu membiarkan mengendap selama 6 jam.

3. Menyaring santan kelapa untuk menghilangkan padatan lain yang tidak di

inginkan. Menempatkan dalam gelas atau wadah transparan.

Page 10: Mikrobiologi II Vco

9

4. Membiarkan santan berfermentasi selama 18 - 24 jam. Kemudian

perlahan-lahan akan terpisah menjadi 4 bagian, yaitu lapisan paling bawah

adalah air, lapisan kedua adalah blondo (berwarna putih), lapisan ketiga

adalah minyak, dan lapisan ke empat adalah gelembung-gelembung putih.

5. Mengeluarkan air yang ada pada bagian bawah dengan disedot

menggunakan selang pelastik kecil.

6. Perlahan-lahan mengangkat gelembung-gelembung putih (lapisan atas)

dengan sendok. Kemudian mengumpulkan minyak dengan seksama

dengan menggunakan sendok besar atau sedotan. Pastikan air tidak

tercampur lagi dengan minyak yang akan dikumpulkan.

7. Menyaring minyak dengan kain bersih atau kertas saring. Minyak kelapa

murni yang dihasilkan tidak berwarna, tawar, dan beraroma kelapa segar.

8. Menempatkan minyak kelapa murni dalam botol yang berwarna gelap

untuk menjaga kandungan vitamin E yang peka terhadap cahaya matahari.

Page 11: Mikrobiologi II Vco

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

lapisan 1

lapisan 2

lapisan 3

lapisan 4

Lapisan yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam

Lapisan Bentuk

1 Berupa gelembung-gelembung putih

2 Berupa minyak murni (VCO)

3 Berupa blondo (berwarna putih)

4 Berupa Air

Tabel Hasil VCO yang didapatkan

Suhu

inkubasi

Volume santan

yang digunakan Volume VCO

yang didapat Karakteristik VCO

Suhu

Ruang

(27 oC)

5.000 ml 500 ml

Bening (color less/white

water) dan berbau harum

khas kelapa

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami telah membuat VCO (Virgin Coconut Oil)

dengan metode fermentasi tanpa ragi (bakteri starter). Selama proses fermentasi

terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun emulsi krim santan. Senyawa

karbohidrat dalam krim santan merupakan sumber karbon bagi bakteri asam laktat

yang digunakan sebagai sumber energi dalam metabolisme sel.

Pembentukan asam laktat dari karbohidrat menyebabkan penurunan pH

substrat, sehingga dapat menyebabkan protein yang juga sebagai emulsifier pada

krim santan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Penguraian protein juga

berlangsung secara enzimatis oleh enzim aminpeptidase yang dihasilkan oleh

Page 12: Mikrobiologi II Vco

11

bakteri asam laktat. Aminopeptidase merupakan eksopeptidase yang menguraikan

peptide menjadi asam amino (Yahya dkk., 1997). Dengan terurainya karbohidrat

dan protein dalam emulsi krim santan, maka molekul minyak akan dibebaskan

dan membentuk lapisan tersendiri yang dapat dipisahkan dari bagian lainnya.

Pada pembuatan VCO secara fermentasi, pada krim santan yang

dibiarkan/diinkubasi, bakteri menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam

krim santan sebagai sumber energi utama sehingga ikatan karbohidrat, lemak dan

proteinnya menjadi longgar yang akhirnya akan terlepas. Minyak akan berada

dipermukaan karena memiliki berat jenis yang lebih ringan, sedangkan protein

(blondo) dan air berada di bawah.

Pemisahan krim santan yang telah diinkubasi pada proses pembuatan VCO

secara fermentasi tanpa menggunakan ragi ternyata memperlihatkan hasil yang

sesuai harapan, dimana terbukti terpisah menjadi 4 bagian, yaitu lapisan paling

bawah adalah air, lapisan kedua adalah blondo (berwarna putih), lapisan ketiga

adalah minyak, dan lapisan ke empat adalah gelembung-gelembung putih.

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan volume VCO hasil fermentasi

menunjukkan hasil 500 ml dari 5 liter santan yang digunakan.

Semakin tinggi kadar air dalam VCO menyebabkan terjadinya reaksi

hidrolisis yang dapat mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol

yang dilakukan oleh enzim lipase. Enzim ini dihasilkan oleh mikroba yang

tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air tinggi. Reaksi hidrolisis ini

mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita rasa dan bau tengik pada

minyak tersebut.

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa kondisi fisik VCO menghasilkan

minyak yang berwarna bening (color less/white water) dan berbau harum khas

kelapa. Sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang mengatakan perbedaan

utama VCO dengan minyak kelapa biasa terletak pada warna, rasa (taste) dan bau

(scent). Minyak kelapa murni memilik sifat bening seperti air basah, tidak berbau

(color less), mempertahankan bau dan rasa khas kelapa segar. Warna minyak yang

terbentuk disebabkan karena tidak adanya pemanasan, karena selama proses

pemanasan menyebabkan komponen karbohidrat, protein dan minyak akan

mengalami hidrolisis dan oksidasi yang akan berpengaruh pada warna minyak.

Page 13: Mikrobiologi II Vco

12

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

VCO (Virgin Coconut Oil) adalah minyak kelapa murni yang terbuat dari

daging kelapa segar yang diolah dalam suhu rendah atau tanpa melalui pemanasan

dan tidak melalui pemurnian dengan bahan kimia. Bahan baku yang biasa

digunakan dalam pembuatan minyak kelapa murni adalah kelapa dalam atau lokal.

Pada proses pembuatan VCO dengan metode fermentasi tanpa ragi (bakteri

starter), selama proses fermentasi terjadi pemecahan senyawa-senyawa penyusun

emulsi krim santan. Bakteri menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam

krim santan sebagai sumber energi utama sehingga ikatan karbohidrat, lemak dan

proteinnya menjadi longgar yang akhirnya akan terlepas. Minyak akan berada

dipermukaan karena memiliki berat jenis yang lebih ringan, sedangkan protein

(blondo) dan air berada di bawah.

Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya

dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO, seperti flu burung, HIV/AIDS,

hepatitis, dan jenis virus lainnya. Bukan itu saja, VCO dapat juga mengatasi

kegemukan, penyakit kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya

kanker prostat, jantung, darah tinggi, dan diabetes.

5.2 Saran

1. Teknik pembuatan VCO yang lain agar dapat dipratikumkan, sehingga

dapat dibandingkan hasilnya dari masing-masing teknik.

2. Dalam praktek pembuatan VCO perlu diperhatikan kesterilan alat dan

bahan yang digunakan, misalnya sebelum diparut daging buah kelapa

dicuci bersih, agar tidak ada pencemar yang mengotori kemurnian minyak

yang dihasilkan.

3. Sebelum praktikum, dosen atau asisten memberikan arahan dan petunjuk

yang jelas tentang teknis praktikum yang dilaksanakan, agar kegiatan

berjalan dengan lancar dan praktikan mengerti tentang apa yang

seharusnya dilakukan.

Page 14: Mikrobiologi II Vco

13

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, N. A. 2005. Pengenalan Virgin Coconut Oil. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian

Elfianus, Goniwala. 2008. Teknik Pengolahan Virgin Coconut Oil Menggunakan

Ragi Tape. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2.

Jekti, D.S.D., A. Sukarso, dan D.A.C. Rasmi. 2005. Penuntun Praktikum

Mikrobiologi 2. Mataram: FKIP Universitas Mataram

Rindengan, B. dan H. Novarianto. 2004. Minyak Kelapa Murni. Pembuatan dan

Pemanfatannya. Seri Agritekno. Jakarta: Penebar Swadaya.

Syamsuri, Istamar, dkk. 2003. Biologi 2000. Jakarta: Erlangga.

Winarti, Sri, Jariyah, dan Yudi Purnomo. 2007. Proses Pembuatan VCO (Virgine

Coconut Oil) Secara Enzimatis Menggunakan Papain Kasar. Jurnal

Teknologi Pertanian, Vol, 8 No.2.