metode kuadratkel9-udah beres bs d print

51
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN METODE KUADRAT Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Ekologi Tumbuhan Oleh : Roseanni Kushargena 140410060010 Ayub Ratta Darmawan 140410060043 Vera Anzela 140410060058 Nadia Istiqomah 140410060066 Nugraha Putra Maulana 140410060067 Dwi Prasetya Aghita 140410060079 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: nnadya

Post on 07-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

METODE KUADRAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Ekologi Tumbuhan

Oleh :

Roseanni Kushargena 140410060010

Ayub Ratta Darmawan 140410060043

Vera Anzela 140410060058

Nadia Istiqomah 140410060066

Nugraha Putra Maulana 140410060067

Dwi Prasetya Aghita 140410060079

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2008

Page 2: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

ANALISA VEGETASI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis vegetasi merupakan salah satu cara untuk mempelajari susunan

(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Dalam ekologi hutan hal yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan

asosasi konkrit, berbeda dari inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada

komposisi jenis pohon. Perbedaan inilah yang nantinya akan mempengaruhi cara

sampling.

Dari segi floristis ekologi “random sampling” hanya mungkin digunakan

apabila lapangan dan vegetasi yang diteliti homogen, seperti misalnya padang rumput

dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih

tepat dipakai “systematic sampling” atau bahkan “purposive sampling” pun boleh

digunakan pada suatu keadaan tertentu.

Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling

berbagai tipe organisme. Plot biasanya berbentuk segi empat atau kuadrat bahkan

juga lingkaran.

Metode plot dapat digunakan untuk sampling tumbuhan bawah sampai

pohon atau bahkan juga hewan. Untuk keperluan sampling tumbuhan , terdapat dua

cara penerapan metode plot, yaitu :

1) Metode petak tunggal : kurva spesies area/ minimal area

2) Metode petak ganda : metode kuadrat

Namun pada praktikum kali ini, metode yang akan dilakukan adalah metode kuadrat.

Metode kuadrat dicetuskan oleh Frederick Edward Clement (1874-1945)

(Pound & Clement, 1898). Kuadrat adalah berupa bingkai dengan banyak bentuk yang

dapat ditempatkan di atas tanaman sehingga penutupannya dapat diestimasi dan

dihitung serta dicatat jenisnya.

Kuadrat digunakan untuk mendefinisikan contoh area dan biasanya dibuat

dari kayu, logam atau plastik kaku yang direntangkan, dilem, dilas atau dipalang

bersama untuk membentuk kuadrat. Tiga faktor yang diperkirakan berhubungan

dengan penggunaan kuadrat :

1. Distribusi tumbuhan

2. Bentuk dan ukuran kuadrat

3. Jumlah pengamatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan estimasi kerapatan

yang memadai.

Page 3: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Pada metode kuadrat yang harus diperhatikan dalam hal pengambilan

bentuk, ukuran dan jumlah kuadrat. Perbedaan tipe vegetasi membutuhkan ukuran

kuadrat yang berbeda pula.Sejumlah kajian telah mengevaluasi ukuran kuadrat dan

tidak ada rekomendasi konsisten yang sudah dibuat mengenai ukuran untuk

dipergunakan.

Ukuran yang paling sering digunakan adalah :

- 0,25 m2 untuk bryophyta, lichens dan alga

- 0,25 – 16 m2 untuk rumput dan herba tinggi, semak pendek atau makrofita akuatik

- 25-100 m2 untuk komunitas semak tinggi

- 400-2500 m2 untuk pohon

Analisis vegetasi dengan metode kuadrat yaitu suatu analisa vegetasi

dengan menggunakan satuan kuadrat yaitu parameter frekuensi, dominansi, kerapatan

dan nilai penting.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang ingin diketahui pada praktikum ini adalah :

1) Jenis tumbuhan apa saja yang ada pada daerah sampel.

2) Frekuensi dan kerapatan relatif tumbuhan–tumbuhan yang ada di daerah sampel.

1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi dan

dominansi suatu spesies serta struktur komunitas di suatu daerah. Tujuan dari

praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran beragam kelompok

vegetasi dengan ukuran yang tetap. Sedangkan kegunaan praktikum ini adalah untuk

melatih mahasiswa untuk menganalisa struktur komiunitas dan komposisi tumbuhan

yang terdapat di suatu daerah.

1.4 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Kuadrat ini dilakukan pada hari Selasa, 18 November 2008.

Dimulai pada pukul 08.00-13.00 WIB. Bertempat di Arboretum Universitas Padjadjaran

Jatinangor.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi adalah keseluruhan kehidupan tetumbuhan atau himpunan semua

jenis tumbuhan pada suatu daerah (Rifai, 2002). Danserau (1957) dalam Mueller-

Dombois & Ellenberg (1974) mendefinisikan struktur vegetasi sebagai organisasi

dalam ruang dari individu-individu yang membentuk bidang (dan dengan perluasan dari

Page 4: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

suatu tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan), dan dia menyatakan bahawa”elemen

primer dari struktur adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan”. Struktur

vegetasi dalam ekologi tumbuhan dibagi ke dalam lima bagian, yaitu : fisiognomi

vegetasi, struktur biomasa, struktur bentuk kehidupan, struktur tumbuhan, dan struktur

tegakan. Kelima struktur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan saling

menunjang satu sama lain (Mueller dan Ellenberg, 1974). Sedangkan menurut

Fosberg (1958, dalam Rahmat, 2002) satu klasifikasi vegetasi yang rasional haruslah

didasarkan pada data:

1. Fisiognomi vegetasi

2. Struktur dan susunan komponen vegetasi

3. Fungsi sifat-sifat fenotipik

4. Komposisi susunan floristik

5. Dinamika suksesi

6. Hubungan habitat dengan keadaan lingkungan

7. Sejarah vegetasi.

Menurut Wyat-Smith dalam Soerianegara (1984) dalam Husodo (2008)

dalam suatu analisis vegetasi, tumbuhan digolongkan ke dalam 4 kategori berdasarkan

ukuran tinggi dan diameter batang, yaitu:

- Semai (seedling), permulaan mulai dari kecambah sampai tinggi 1,5 meter.

- Pancang (sapling), permulaan dengan tinggi 1,5 meter atau lebih, pohon muda

dengan diameter kurang dari 10 meter.

- Tiang (pole), pohon dengan diameter kurang dari 10cm.

- Pohon dewasa dengan diameter lebih dari 35 cm.

Menurut Ewusie (1990) dalam Husodo (2003), pada dasarnya analisis

vegetasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu ciri kualitatif, yang bersifat gambaran

dari komunitas dan ciri kuantitatif, yang diperoleh dari hasil penghitungan. Untuk

pengukuran kuantitas pada suatu komunitas, sampel yang lebih penting untuk diambil

adalah jumlah individu atau densitas (= kelimpahan), frekuensi (jumlah plot atau saat

dimana ditemukan spesies pada kuadrat kecil yang telah ditandai atau poin sampel

yang telah ditandai), penutupan, baik pada area puncak dan tunas atau pada basal

area (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974).

Banyak pertanyaan akan muncul saat kita mempelajari sebarapa

pentingnya spesies tanaman tertentu dalam sebuah komunitas: Berapa luasnya

distribusi dari spesies ini. Berapa sering kehadiran spesies tanaman ini dalam

komunitas tersebut. Seberapa luas ruang atau plot ditemukannya spesies tersebut. Bila

kita dapat menjawab pertanyaan ini, maka kita bisa menguasai beberapa ilmu yang

menarik dan penting.

Page 5: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Banyak sekali metode penelitian dan pengamatan yang dapat dilakukan

untuk menjawab sejumlah pertanyaan di atas. Bila hanya membutuhkan informasi yang

gamblang mengenai setiap spesies tanaman dalam sebuah komunitas, maka cukup

apabila kita hanya menggunakan studi kuantitatif. Contohnya, untuk mengestimasi

kelimpahan dari setiap spesies, kita hanya membutuhkan persiapan sederhana dengan

mencatat spesies yang muncul dan mengkategorikan setiapnya dalam kelimpahan,

frekuensi. Hal ini tentunya sulit dilakukan bila melihat kenyataan di lapangan.

Informasi kuantitatif yang sangat akurat bisa didapatkan bila tim pengamat

mengidentifikasi,menghitung dan mengukur semua tanaman yang ada. Pada area

yang besar hal ini tentunya bisa saja dilakukan, apabila memugkinkan. Tetapi hal ini

tidak perlu dilakukan lagi semenjak para ahli ekologi berhasil menemukan teknik

pengambilan sampel yang dapat memberikan hasil yang sama dalam waktu yang

singkat. Salah satu dari teknik tersebut adalah dengan menggunakan metode kuadrat.

Ukuran Kuadrat

Baik ketinggian maupun kepadatan dari tanaman di sebuah area studi harus

diperhatikan ketika kita memutuskan berapa besar ukuran kuadrat yang harus dibuat.

Kuadrat tersebut harus cukup besar sehingga terkandung jumlah tanaman yang

signifikan, dan juga harus cukup kecil agar memudahkan kita untuk mengidentifikasi,

menghitung dan agar tidak memakan waktu yang terlalu panjang.

Jenis Kuadrat

Jika satu jenis kuadrat telah dipilih, maka tipe variasi informasi bisa

didapatkan dari kuadrat tersebut. Penamaan kuadrat disesuaikan dengan tipe

informasi yang dilihat dan kegunaannya.

a). List quadrat.

Pada kuadrat tipe ini, tanaman yang berada di plot diidentifikasi dan diberi nama.

Tidak ada penghitungan jumlah individu. Jika list quadrat memungkinkan untuk

digunakan di area studi, maka kita bisa mengkalkulasi frekuensi kemunculan setiap

spesies, yang adalah, jumlah kuadrat di mana setiap spesies muncul.

b). Count quadrat.

Di sini, baik jumlah maupun nama dari setiap spesies turut dicantumkan. Informasi

mengenai ketinggian dan diameter biasanya juga dicatat. Count quadrat lebih

banyak digunakan dalam survei kayu gelondongan di mana hal ini berguna untuk

mendeterminasi nilai jual dari kayu gelondongan tersebut.

c). Cover quadrat.

Page 6: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Dalam studi ekologi seringkali kita harus megetahui berapa persentase dari

permukaan tanah di area studi yang “ditutupi” spesies tertentu. Dan cover quadrat

digunakan untuk memenuhi hal tersebut.

d). Chart quadrat.

Sebuah chart quadrat adalah peta untuk membuat skala sebuah plot, dapat

menunjukkan posisi dari bermacam-macam tanaman. Walaupun hal ini memakan

waktu banyak, tetapi chart quadrat sangat berguna bila kita berencana untuk

mempelajari area yang sama dalam periode waktu yang panjang.

Bentuk dari Kuadrat

Kata “kuadrat” yang berarti plot persegi sering sekali digunakan dalam

metode analisis vegetasi. Tetapi, bentuk plot yang persegi panjang dan bulat lebih

sering digunakan.Pemilihan bentuk dalam metode ini sangat bergantung pada vegetasi

alam yang akan diinvestigasi. Plot bentuk bulat biasanya memberikan hasil yang lebih

valid untuk vegetasi tingkat rendah bila dibandingkan dengan penggunaan plot persegi

dengan besar atau luas yang mirip di tempat yang sama. Tambahan lagi, plot bentuk

bulat lebih mudah didenahkan atau digambarkan. Jika hanya plot kecil yang

dibutuhkan, satu seri simpul dapat dibuat dengan arah acak dari titik pusat. Plot bukat

yanglebih besar dapat didenahkan. Plot bulat ini sangat efektif bila digunakan untuk

daerah vegetasi tingkat rendah.

Plot persegi empat dan persegi panjang dapat digunakan pada vegetasi di

ketinggian berapapun. Plot persegi panjang biasanya memberikan hasil yang lebih

akurat bila dibandingkan dengan penggunaan plot persegi empat dengan besar atau

luas yang sama di tempat yang sama. Hal ini dikarenakan lebih mudah untuk

mendeteksi variasi vegetasi di sebuah area jika bentuk sebuah plot memanjang. Oleh

sebab itu, plot persegi panjang ini terutama berguna di daerah seperti bukit berpasir di

mana kondisi lingkungan dan tipe vegetasinya memiliki kemiringan. Dalam kasus

seperti ini poros yang panjang dari plot tersebut harus disambungkan ke arah pusat

kemiringan. Kuadrat persegi panjang yang biasa dipakai memiliki panjang-lebar

dengan rasio 1:2, 1:4 atau 1:8.

Kuadrat persegi dan persegi panjang dapat dibentuk dengan menggunakan

meteran. Sementara yang lebih besar bisa ditandai dengan empat pancang dan tali.

Langkah pertama adalah mendenahkan sebuah kuadrat dengan membentuk sudut

yang tepat dari ujung kuadrat. Hal ini bisa dilakukan dengan meletakkan dua pancang

Page 7: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

dengan jarak 9 meter satu sama lainnya lalu meletakkan dua pancang yang lain

dengan jarak yang sama (9 meter), dan antara dua pancang yang satu dengan dua

pancang yang lain berjarak 15 meter, sehingga terbentuklah plot persegi panjang.

A. Pengukuran densitas atau kelimpahan dalam kuadrat

Parameter ini berhubungan dengan penghitungan individu per unit area.

Penghitungan ini biasanya dilakukan dalam kuadrat kecil yang ditempatkan beberapa

kali dalam suatu komunitas, lalu jumlah individu per spesies tersebut dikalkulasikan

untuk sampel area total oleh kuadrat kecil dan hasilnya menunjukan kelimpahan

spesies per unit area yang cocok, seperti meter persegi, are atau hektar. Penghitungan

ini mungkin merupakan konsep analitis termudah untuk dimengerti, namun terkadang

menyebabkan beberapa kesulitan dalam aplikasinya seperti sulit mengidentifikasi

individu, efek marginal dari kuadrat, dan waktu yang dibutuhkan untuk menghitung

individu herba dan semak.

Ukuran kuadrat harus berhubungan dengan ukuran dan jarak individu,

karena menghitung spesies dengan jumlah individu yang banyak tidak akan dapat

selesai secara akurat dalam plot besar kecuali mereka terbagi-bagi atau individu

tersebut ditandai setelah masing-masing dijumlahkan satu persatu. Ukuran kuadrat

biasanya bervariasi dalam limit untuk stratum dengan ketinggian masing-maisng.

Biasanya, ukuran yang digunakan untuk pohon, kuadrat 10 x 10 m; untuk pohon semak

sampai ketinggian 3 m, kuadrat 4 x 4 m; dan untuk lapisan herba, kuadrat 1 x 1m.

Clapham (1932) dan kawan-kawan (seperti Bormann 1953) telah

mendemonstrasikan bahwa bentuk dari kuadrat densitas juga memiliki efek terhadap

akurasi penghitungan. Bentuk persegi panjang ternyata lebih eisien dibandingkan

bentuk persegi atau lingkaran, karena umunya terdapat kecenderungan merumpun

dalam vegetasi (Greig-Smith, 1964 dalam Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974).

B. Ketepatan Frekuensi

Berhubungan dengan jumlah waktu/plot dimana spesies muncul dalam poin

sampel atau plot yang telah ditandai. Ditujukan dengan fraksi total, biasanya dalam

persen. Tidak ada penghitungan yang terlibat, hanya pencatatan kehadiran spesies.

Dalam penempatannya, spesies dicatat tanpa memperhatikan kuantitas atau jumlah

individu. Untuk membandingkan komunitas yang berbeda, frekuensi ditunjukan dalam

persentasi dari jumlah total penempatan, disebut persentasi frekuensi atau index

frekuensi.

Frekuensi adalah parameter kuantitatif yang paling umum digunakan untuk

analisis hutan semak dan komunitas herba dalam studi deskiptif Amerika Utara

Page 8: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

(Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974). Frekuensi memberikan sedikit atau tidak ada

indikasi dari penutupan sewaktu ditentukan dalam kuadrat. Spesies dengan jumlah

individu sedikit dan tersebar melewati area sampel akan memberikan nilai frekuensi

yang tinggi, walaupun penutupannya mungkin kurang signifikan. Spesies dengan

beberapa individu tetapi area puncak atau basalnya lebar hingga menutupi porsi yang

tinggi dari area sampel akan memberikan frekuensi yang rendah. Walau begitu, ini

semua bergantung pada kriteria tumbuhan mana yang termasuk atau tidak dalam

penghitungan frekuensi.

C. Pengukuran Penutupan

Biasanya penutupan didefinisikan sebagai proyeksi secara vertikal dari area

puncak atau tunas suatu spesies pada permukaan tanah yang ditunjukan sebagai

fraksi atau persen dari area tertentu. Selain area puncak, penutupan juga secara tidak

langsung memproyeksikan area basal dari permukaan tanah. Basal area,

memperlihatkan garis bentuk area suatu tanaman pada permukaan tanah. Konsep

basal area ini terkadang digunakan untuk bentuk hidup caespitose seperti serangkaian

rumput,

Pada vegetasi herba rendah, penutupan terkadang dapat dipetakan dengan

menggunakan kuadrat kecil. Sebagai contoh, dalam kuadrat meter persegi atau frame,

garis bentuk dari area puncak pada spesies tertentu atau sistem tunas basal atau

dasarnya dapat digambarkan dengan skala pada selembar kertas. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara membagi-bagi meter persegi menjadi 100 dm dan dengan

memberi nomer koordinat pada frame kuadrat, biasanya 1 sampai 10. Bentuk puncak

atau basal tunas dan area yang ditempati oleh berbagai bentuk tumbuhan akan dapat

dipindahkan cukup akurat pada lembaran kertas.

Dalam penghitungan penutupan tumbuhan, metode pemetaan kuadrat ini

memiliki dua keterbatasan utama yaitu

1. Penutupan tumbuhan hanya ditunjukan secara diagram. Hal tersebut tetap

harus diukur.

2. Metode ini hanya terbatas pada tumbuhan yang bentuk penutupan tunasnya

hampir 100 persen. Tidak dapat digunakan untuk penutupan tumbuhan

heterogen atau campur, dimana sistem tunasnya bercampur baur.

Metode ini tidak dapat dipergunakan secara baik untuk memperoleh sampel

tumbuhan yang mewakili spesies yang penutupannya melewati area lebih besar. Hal

ini berguna hanya untuk analisis detail dari area kecil, seperti untuk kuadrat permanen.

Page 9: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

III. METODOLOGI

3,1 Metode Umum

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode petak ganda

atau petak kuadrat yaitu dengan menggunakan banyak petak yang letaknya tersebar

secara merata dan dilakukan dengan sistematis.

3.2 Alat dan Bahan

Alat/Bahan Fungsi/Kegunaan/Parameter yang

diukur

Alat tulis Mencatat data yang diperoleh

Kompas Menentukan koordinat jalur transek

Meteran Mengukur luas plot

Patok Membatasi petak/ plot

Tali raffia menandai luas petak/ plot

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada metode kuadrat ini menggunakan teknik

survey yaitu dengan menginventarisasi/ mencatat seluruh jenis tumbuhan yang ada di

plot/ petak

3.3.2 Tata Cara/Prosedur

Pertama, tentukanlah daerah yang akan dibuat plot dan dikumpulkan

sampel tumbuhannya dengan cara acak (random) atau secara sistematik. Buatlah plot

dengan cara bertingkat dan menandai dengan patok dan tali rafia dengan ukuran yang

bervariasi (1m x 1m; 2m x 2m; 4m x 4m). Setelah pembuatan plot, lakukan

pengamatan dan hitunglah jumlah tumbuhan yang ada pada tiap plot, menyesuaikan

dengan kriteria yang telah ditentukan : plot 1m x 1m = jenis rumput-rumputan; 2m x 2m

= tumbuhan herba, semak dan 4m x 4m = pancang. Buatlah tabulasi data dari data

yang telah diperoleh dan analisa frekuensi, kerapatan, dominansi dan indeks nilai

pentingnya. Untuk mengetahu dominansi pohon maka harus diukur diameter batang

setinggi dada (DBH) dan akan didapat basal areanya dengan rumus lingkaran,

sedangkan untuk semak dan tumbuhan penutup tanah digunakan luas penutupan

kanopi dengan persentase, namun pada umumnya persentase penutupannya lebih

dari 100% per plot karena tumpang tindih.

Page 10: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis Data Lapangan

Dari data yang dipeoleh dari setiap plot yang dibuat maka hitung dan

analisis frekuensi mutlak dan relatif, dominansi mutlak dan relatif dan kerapatan mutlak

dan relatif serta indeks nilai penting.

Frekuensi mutlak (Fm) : menunjukkan kepadatan suatu spesies dari

seluruh plot yang dibuat, dicatat berdasarkan kepadatan suatu

spesies di seluruh plot pengamatan.

Fm = jumlah plot ditemukan jenis

jumlah seluruh plot pengamatan

Frekuensi relatif (FR) : keepadatan suatu spesies dari seluruh

kepadatan spesies lain dari seluruh plot dalam satuan persentase.

FR = frekuensi mutlak dari suatu jenis x 100%

Frekuensi mutlak dari seluruh spesies

Kerapatan (densitas) mulak (Km) : menunjukkan jumlah individu per

unit area (luas) atau unit volume.

Km = jumlah total individu untuk spesies ke-I

Luas total plot pengamatan yang disampling

Kerapatan relatif (Kr) : perbandingan jumlah individu spesies ke-I

dengan jumlah total individu seluruh spesies dalam satuan

persentase.

KR = kerapatan mutlak suatu spesies ke- I x 100%

Kerapatan mutlak total seluruh spesies

Untuk kerapatan dapat digunakan susunan kadar kerapatan Braun Blanquet

(1927) yang lebih terperinci dan mudah dilakukan . kadar kerapatan ada 2 skala yaitu :

1) kelas pertama merupakan kombinasi dari banyaknya individu suatu jenis dengan

kerimbunan daripada spesies tesebut dan 2) skala kedua membentuk gambaran

tentang pengelompokannya :

r : satu atau sangat sedikit individu, dan penutupannya 1 %

+ : sedikit sampai beberapa individu, penutupannya < 1%

Page 11: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

1 : beberapa sampai banyak individu, penutupannya 1-5%

2 : sangat banyak individu, penutupannya 5-25%

3 : penutupannya 25-50%, jumlah individu bebas

4 : penutupannya 50-75%, jumlah individu bebas

5 : penutupannya 75-100%, jumlah individu bebas

Sedangkan skala Domin Krajinan, dalam menaksir kerapatan

penutupan (cover abundance) :

10 : kerimbunan 100%

9 : kerimbunan 75 %

8 : kerimbunan 50-75%

7 : kerimbunan 33-50%

6 : kerimbunan 25-33%

5 : kerimbunan 10-25%

4 : kerimbunan kecil 5-10%

3 : kerimbunan kerap 1-5%

2 : kerimbunan <1%

1 : kerimbunan jarang sekali

+ : kerimbunan kecil, terisolasi

Dominansi mutlak (Dm) : penutupan (coverage) spesies terhadap

seluruh plot pengamatan

Dominansi relatif (DR) : perbandingan luas basal area suatu spesies

dengan luas basal area seluruh spesies pada plot pengamatan

dalam satuan persentase.

DR = dominansi mutlak spesies ke-I x 100%

dominansi mutlak seluruh spesie pada plot

Indeks Nilai Penting (Important Value)/ INP : merupakan suatu

besaran yang menunjukkan dominansi atau kekuasaan suatu jenis

terhadap jenis-jenis lainnya pada suatu vegetasi tertentu dan

merupakan hasil penjumlahan dari FR, KR dan DR

Page 12: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Kelompok 9

Data Fisik

Intensitas Cahaya : 210 Candela Suhu Tanah : 24,3 oC

pH Tanah : 5,03 Kelembaban tanah : 62 %

Suhu Udara : 27,3 o C Kelembaban Udara : 78,3 %

PLOT 1x1 m

Nama Tumbuhan

Kadar penutupan per plot (%)

BBDM

DR (%)1 2 3  Rumput teki (Cyperus rotundus) 2 2   30% 0.13 21.429Rumput gajah 2     10% 0.04 7.143

Ilalang 3     30% 0.13 21.429Putri malu (Mimmosa pudica) 2   2 15% 0.02 3.571Semanggi (marsiles crenata) 2     5% 0.02 3.571Kembang telang (Clitoria ternatea) 2   2 20% 0.04 7.143Oxalidaceae 2     20% 0.08 14.286Lamiaceae     5 80% 0,33 36,49Rumput A   2   20% 0.08 14.286Rumput B   2   10% 0.04 7.143

TOTAL 240% 0,913 100

Page 13: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

PLOT 2x2 m

Nama TumbuhanPlot

FM FR (%) KM KR (%) DM DR (%) INP (%)1 2 3Oxalidaceae 15 4   0,67 14,3 19 13.971 0.14 13.971 28.09Rumput jarum 19 7   0,67 14,3 26 19.118 0.191 19.118 38.38

Tapak liman (Elephantopus scaber) 10 12   0,67 14,3 22 16.176 0.162 16.176 32.50Ki Rinyuh (Eupathorium odoratum) 1 10   0,67 14,3 11 8.088 0.081 8.088 16.32Areuy patuk manuk (Thunbergia alata)   4   0,33 7,1 4 2.941 0.029 2.941 5.95Pilea sp   25 25 0,67 14,3 50 36.765 0.368 36.765 73.67Spesies A   2   0,33 7,1 2 1.471 0.015 1.471 3.01Spesies B   1   0,33 7,1 1 0.735 0.007 0.735 1.54Spesies C   1   0,33 7,1 1 0.735 0.007 0.735 1.54TOTAL 136 4,67 100 136 100 1 100 200.00

PLOT 4x4 m

Nama TumbuhanPlot

FM FR (%) KM KR (%) DM DR (%) INP (%)1 2 3Takokak (Solanum torvum) 6     0,33 12,4 6 3,8 0.038 3.75 3.912Sengon (Albizzia falcataria) 67 26   0,67 25,2 93 58,00 0.581 58.125 58.958

Saliara (Lantana camara) 2     0,33 12,4 2 1,3 0.013 1.25 1.387Pilea sp   25 25 0,67 25,2 50 31,3 0.313 31.25 31.815Pisang (Musa paradisiaca)     6 0,33 12,4 6 3,8 0.038 3.75 3.912Verbenaceae     3 0,33 12,4 3 1,9 0.019 1.875 2.018TOTAL 160 2,66 100 160 100 1 100 300.000 PLOT 8x8 m

Page 14: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Nama TumbuhanPlot

FMFR (%) KM

KR (%) DM

DR (%)

INP (%)1 2 3

Pulai (Alstonia scolaris) 1 1   0,67 18,4 2 16,7 0.167 16.667 17,021Baragalan 1     0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5

Jeruk Purut (Citrus hystrix)   1   0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5Kelapa (Cocos nucifera)   1   0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5Bisbul (Diospiros discolor)   1   0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5Kapuk (Ceiba petandra)   1   0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5Sengon (Albizzia falcataria)     2 0,33 9,1 2 16,7 0.167 16.667 17,021Kembang Merak (Caesalpinia pulcherima)

    1

0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5Pohon A     1 0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5Pohon B 1     0,33 9,1 1 8,3 0.083 8.333 8.5TOTAL 12 3,64 100 12 100 1 100 300

Page 15: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

DATA ANGKATAN 2006                               

Plot 1m x 1m (dengan memakai kadar kerapatan Braun Blanquet )                                                              No Nama Spesies Kelompok / Plot DM DR    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12    1 Rumput teki 1     3         2   + 1 8 8%2 Rumput gajah 5   2 1 4 3 4   2 2   2 25 25%3 Rumput raksasa (ilalang)           2     2   +   5 5%4 Mimosa                 1     + 2 2%5 Semanggi                 1       1 1%6 Kembang telang                 2       2 2%7 Oxalidaceae                 2       2 2%8 Graminae (rumput biasa) 2               2       4 4%9 Cyperus rotundus             2           2 2%

10 Tumbuhan melata             2           2 2%11 Centosoma pubescens             1           1 1%12 Rumput pita     2 3   1 2 4         12 12%13 Andropogon sp   2                     2 2%14 Cynodon dactylon   1                     1 1%15 Rumput padi                       3 3 3%16 Cyperus alternifolius                       + 1 1%17 Thunbergia alata                       + 1 1%18 Cyperus brevifolius           1       1     2 2%19 Tembagaan           2       +     3 3%20 Rumput A (10)               2   +     3 3%21 Rumput B (7)       2     3 1         6 6%22 Rumput C (9)               3         3 3%23 Spesies E (10)                   2     2 2%24 Spesies A (2)   2   1                 3 3%  JUMLAH                         96 100%

Page 16: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Plot 2m x 2m

No Nama spesies Kelompok/plot Total FmFR (%)

KmKR (%)

Dm DR INP

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12                1 Oxalidaceae                 12       12 0.083 1% 0.25 1% 12 1% 3%2 Rumput Jarum                 26       26 0.083 1% 0.54 2% 26 2% 5%3 Tapak liman         8 5     22     3 38 0.333 4% 0.79 3% 38 3% 10%4 Kirinyuh   3 1   3       11 5     23 0.416 5% 0.47 2% 23 2% 9%5 Arey patuk manuk                 4   2   6 0.166 2% 0.13 0% 6 0% 3%6 Pilea sp           1     50       51 0.166 2% 1 4% 51 4% 9%7 Bauhinia purpurea   19     1               20 0.166 2% 0.42 1% 20 1% 5%8 Kacang-kacangan   18                     18 0.083 1% 0.38 1% 18 1% 4%9 Bixaolerona   1                     1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%

10 Caesalpinia pulcherima   2               1     3 0.166 2% 0.06 0% 3 0% 3%11 P. spicata   10                     10 0.083 1% 0.21 1% 10 1% 3%12 Galinggem   4                     4 0.083 1% 0.08 0% 4 0% 2%13 Oxalis   2                     2 0.083 1% 0.04 0% 2 0% 1%14 Papilionaceae     5                   5 0.083 1% 0.1 0% 5 0% 2%15 Euphatorium podoratum     1                   1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%16 Sawo Belanda     1                   1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%17 Pseudoelephanthopus scaber     2 32     2 39         75 0.333 4% 1.56 5% 75 5% 15%18 Mimosa pudica 5   2 15     1 7       5 35 0.5 6% 0.72 2% 35 3% 11%19 Canna indica             5           5 0.083 1% 0.1 0% 5 0% 2%20 Ageratum conizoides       35     3 2         40 0.25 3% 0.83 3% 40 3% 9%21 Terminalia cahapa(ketapang)             1           1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%22 Syzigium sp             3     1     4 0.166 2% 0.08 0% 4 0% 3%23 Tempuyung(Soncus arvensis)             1           1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%24 Centela asiatica             1           1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%

Page 17: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

25 Gomprena sp 2                       2 0.083 1% 0.04 0% 2 0% 1%26 Stachytarpheta sp. 18                       18 0.083 1% 0.38 1% 18 1% 4%27 Cana hibrida                     1 21 22 0.166 2% 0.46 2% 22 2% 5%28 Lantana camara (saliara)         1             49 50 0.166 2% 1.04 4% 50 4% 9%29 Kerma                       31 31 0.083 1% 0.65 2% 31 2% 6%30 Stachytarpeta jamaicensis                       6 6 0.083 1% 0.13 0% 6 0% 2%31 Adas                       3 3 0.083 1% 0.06 0% 3 0% 1%32 Salvia sp                       2 2 0.083 1% 0.04 0% 2 0% 1%33 Ocimum basilicum                       1 1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%34 Euphatorium odoratum                       4 4 0.083 1% 0.08 0% 4 0% 2%35 Jarong ungu                   14     14 0.083 1% 0.29 1% 14 1% 3%36 Kaliandra                   24     24 0.083 1% 0.5 2% 24 2% 5%37 Merry gold                   19     19 0.083 1% 0.4 1% 19 1% 4%38 Babandotan                   1     1 0.083 1% 0.02 0% 1 0% 1%39 Mimosa pigra       2           13     15 0.166 2% 0.31 1% 15 1% 4%40 Tithonia diversifolia       5                 5 0.083 1% 0.1 0% 5 0% 2%41 Urena lobata       3                 3 0.083 1% 0.06 0% 3 0% 1%42 Chromolaena odorantha       12                 12 0.083 1% 0.25 1% 12 1% 3%43 Wedelia triloba             215           215 0.083 1% 4.48 15% 215 15% 32%44 Euphatorium inufolium             4 4         8 0.166 2% 0.17 1% 8 1% 3%45 Centrosoma sp             2 2         4 0.166 2% 0.08 0% 4 0% 3%46 Seedling           385             385 0.083 1% 8.02 28% 385 28% 56%47 Leguminacae           2             2 0.083 1% 0.04 0% 2 0% 1%48 Ipomea sp           6             6 0.083 1% 0.13 0% 6 0% 2%49 Spes A(11)                 2   7   9 0.166 2% 0.19 1% 9 1% 3%50 Spes B(11)     12   2       1   15   30 0.333 4% 0.62 2% 30 2% 9%51 Spes C(11)     2 2 2       1   5   12 0.416 5% 0.25 1% 12 1% 7%52 Spes D (11)   3                 2   5 0.166 2% 0.1 0% 5 0% 3%53 Spes E (11)   14                 11   25 0.166 2% 0.52 2% 25 2% 6%

Page 18: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

54 Spes F (11)                     3   3 0.083 1% 0.06 0% 3 0% 1%55 Spesies G           8             8 0.083 1% 0.17 1% 8 1% 2%56 Tumbuhan A             64           64 0.083 1% 1.33 5% 64 5% 10%  Jumlah                         1391 7.727 100% 28.93 100% 1391 100% 300%

Page 19: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Plot 4mx 4m

                                           No Nama spesies Kelompok/plot Total Fm FR Km KR Dm DR INP

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12                1 Mimosa pigra             11           11 0.005 2% 0.057 3% 11 3% 7%2 Mimosa pudica   9         15       44   68 0.015 7% 0.354 16% 68 16% 39%3 Solanum torpum             1           1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%4 Syzigium sp     1     2 7 3         13 0.02 9% 0.068 3% 13 3% 15%5 Sengon                 93       93 0.005 2% 0.484 22% 93 22% 46%6 Pilea sp                 50       50 0.005 2% 0.26 12% 50 12% 26%7 Musa paradisiacal                 6     3 9 0.01 5% 0.047 2% 9 2% 9%8 Lantana camara (Saliara)         1       2       3 0.01 5% 0.016 1% 3 1% 6%9 Takokak                 6       6 0.005 2% 0.031 1% 6 1% 5%

10 Bauhinia purpurea   6                     6 0.005 2% 0.031 1% 6 1% 5%11 B.olerana   4                     4 0.005 2% 0.021 1% 4 1% 4%12 C.pulcherima   7       1             8 0.01 5% 0.042 2% 8 2% 8%13 Jarak   1                     1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%

14jarong ungu (Stachytarpeta jamaicensis)

        1              1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%

15 Arachis sp         1               1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%16 Citrus sp               3   2     5 0.01 5% 0.026 1% 5 1% 7%17 Tectonia grandis       1                 1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%18 Bambu sp               53         53 0.005 2% 0.276 12% 53 12% 27%19 Jelata               1         1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%20 Swietenia               1         1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%21 Calliandra calothyrsus                     31   31 0.005 2% 0.161 7% 31 7% 17%22 Tapak liman semu           34             34 0.005 2% 0.177 8% 34 8% 18%23 Katuk           2             2 0.005 2% 0.01 0% 2 0% 3%

Page 20: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

24 Starchypeta indica           9             9 0.005 2% 0.047 2% 9 2% 6%25 Verbenaceae           4     3       7 0.01 5% 0.036 2% 7 2% 8%26 Kirinyuh           1             1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%27 Spesies Q           1             1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%28 Spesies R           1             1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%29 Spesies A                     1   1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%30 spesies C     1                   1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%31 Spesies F   1                     1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%32 Spesies 4         1               1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%33 Pancang A               1         1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%34 Kacang A             1           1 0.005 2% 0.005 0% 1 0% 3%  Jumlah                         428 0.22 100% 2.224 100% 428 100% 300%

Page 21: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Plot 8m x 8m

No Nama spesiesKelompok/plot

Total Fm FR Km KR Dm DR INP1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Bauhinia purpurea   3                     3 0.0013 2% 0.0039 4% 3 4% 10%2 C. pulcherima   2                     2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%3 B. olerana   2                     2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%4 Musa paradisiacal   1         12           13 0.0026 4% 0.0169 15% 13 15% 34%5 Syzigium sp     4 2   1   1         8 0.0052 7% 0.0104 10% 8 10% 26%6 Tamarindus indica     1                   1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%7 Scimawalichi     1                   1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%8 Poh pohan     1                   1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%9 Pulai                 2       2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%

10 Citrus sp                 1 2     3 0.0026 4% 0.0039 4% 3 4% 12%11 Cocos nucifera                 1       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%12 Bisbul(Diosphiros discolor)                 1 1     2 0.0026 4% 0.0026 2% 2 2% 8%13 Kapuk                 1       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%14 Baragala                 1       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%15 Pohon (ky cynometra)                 1       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%16 Sengon                 2       2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%17 Caesalpinea           1     1       2 0.0026 4% 0.0026 2% 2 2% 8%18 Fillicium decipiens             1           1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%19 Acacia sp. 1                       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%20 Cananga odorata 1                       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%21 Tectona grandis 1                       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%22 Hibiscus stilaceus 1                       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%23 Artocarpus communis 1                       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%24 Pappilionaceae A(1) 1                       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%25 Anona muricata         3               3 0.0013 2% 0.0039 4% 3 4% 10%

Page 22: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

26 Abrus precatorius         1               1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%27 Mangifera indica         1               1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%28 Areca cathecu         3               3 0.0013 2% 0.0039 4% 3 4% 10%29 Averhoa carambola         1               1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%30 Cassia sp                   1     1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%31 Palem           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%32 Callophylum inophylum           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%33 Spatodea campanulata           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%34 Gnetum gnemon           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%35 Bombacaceae           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%36 Ficus sp           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%37 Galinggem           2             2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%38 Euphorbiaceae           1             1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%39 Ficus lyrata               1         1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%40 Spesies A (3) 1   2                   3 0.0026 4% 0.0039 4% 3 4% 12%41 Spesies D (4)       1                 1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%42 Spesies G (2)   1                     1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%43 Spesies H (2)   2                     2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%44 Spesies N (6)           2             2 0.0013 2% 0.0026 2% 2 2% 6%45 Pancang A (7)             1           1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%46 Pohon A (9)                 1       1 0.0013 2% 0.0013 1% 1 1% 4%  JUMLAH                         84 0.0702 100% 0.1092 100% 84 100% 300%

Page 23: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

4.2 Pembahasan

4.2.1. Pembahasan Data Kelompok 9

Pada plot 1x1 m praktikan mengambil sampel dengan criteria ground cover, yaitu

tanaman sebagai penutup lapisan tanah dengan ketinggian maksimal tidak lebih dari 1 m.

Yang termasuk ke dalam golongan tumbuhan Ground cover diantaranya didominasi

golongan rumput-rumputan. Jenis rumput yang banyak ditemukan di semua plot

diantaranya rumput teki (Cyperus rotundus) dan rumput gajah. Sedangkan yang memiliki

dominansi tertinggi adalah dari kelompok Lamiaceae pada daerah 3 karena penutupannya

hampir di seluruh plot 1x1 m di daerah tersebut. Dari 3 plot 1x1 m yang dibuat, rumput teki

dan famili Lamiaceae kadar penutupannya relative paling tinggi. Pada plot 1x1 digunakan

metode Braun Blanket untuk menghitung susunan kadar kerapatan karena jumlah individu

spesies rumput-rumputan terlalu banyak sehingga sulit dihitung. Penggunaan metode ini

juga berfungsi untuk melihat presentase kerapatan/penutupan golongan rumput di daerah

pengamatan. Selain itu, dengan metode ini memudahkan praktikan melihat dan

menghitung kerapatan tumbuhan penutup lapidsan tanah tersebut (ground cover). Jenis

rumput yang dimaksud adalah tumbuhan yang memiliki ketinggian di bawah 50 cm .

Menurut Soerianegara, tumbuhan golongan penutup lapisan tanah ini temasuk dalam

stratifikasi tumbuhan tipe E dengan ukuran ketinggian antara 0-1 m. Jenis rumput yang

menempati indeks nilai penting tertinggi adalah dari golongan Lamiaceae sebesar 36,49

%. Hal ini menunjukan bahwa gologan tersebut dapat hidup dengan baik di lokasi tersebut

dan dapat membentuk komunitas tersendiri secara berkelompok sehingga mampu

menguasai area tersebut. Selain itu, nilai penting trtinggi ini dapat menunjukkan daya

adaptasi yang relatif lebih tinggi terhadap faktor lingkungan sekitarnya dibanding dengan

kelompok ground cover lainnya. Pada setiap plot 1x1 kuadrat kelompok, hampir semua

kelompok menunjukan bahwa komposisi rumput-rumputan terdapat dalam daerah yang

dicuplik. Hal ini berarti bahwa vegetasi rumput cukup adaptif terhadap lingkungan.

Sedangkan pada plot 2x2 yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas

dari herba, didapat kerapatan terbesar pada spesies Pilea sp sebesar 36,76%. Tumbuhan

yag diamati pada plot ini masuk ke dalam stratifikasi tumbuhan tipe D, yaitu lapisan

tumbuhan perdu, herba, dan semak dengan ketinggian antara 1-4 m. Kerapatan tertinggi

Pilea sp menunjukkan tumbuhan tersebut berada dalam jumkah yang lebih banyak

dibandingkan jenis tumbuhan herba yang lain di plot 2x2 m. Spesies ini juga memiliki nilai

penting terbesar, yaitu 73,67 %. Hal ini menunjukkan daya adaptasi yang relative lebih

tinggi dibandingkan dengan jenis tumbuhan herba lain di plot 2x2m, kemudian hal ini juga

menunjukkan bahwa Pilea sp memiliki peran yang cukup penting dalam komunitas di

daerah pengamatan dilihat dari jumlahnya yang paling dominant.

Page 24: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Pada plot 4x4 yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas dari kategori

pancang, didapat kerapatan terbesar pada spesies Albizzia falcataria yaitu sebesar 58 %.

Spesies yang menempati indeks nilai penting tertinggi yaitu Albizzia falcataria sebesar

58,96 %. Albizzia falcataria dapat tumbuh di mana saja dan tidak memerlukan perlakuan

khusus untuk merawatnya, sehingga memiliki dominansi paling banyak dari pada

tumbuhan pancang yang lain. Tumbuhan yang tergolong pancang adalah tumbuhan kayu

dengan diameter batang kurang dari 10 cm.

Dan pada plot 8x8 yang digunakan untuk mengetahui struktur komunitas dari

kategori tiang, didapat kerapatan dan nilai indeks penting tertinggi pada tumbuhan pulai

(Alstonia scolaris) yaitu masing-masing sebesar 16, 7% dan 17,021%. Hal ini mungkin

berkaitan dengan budidaya tanaman tersebut di area arboretum. Tumbuhan yang

tergolong tiang adalah tumbuhan kayu yang memiliki diameter batang sama dengan lebih

dari 10 cm.

ELEPHANTOPUS SCABER L.

Klasifikasi

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Asterales

Suku Asteraceae

Marga Elephantopus

Jenis Elephentopus scaber L.

Nama daerah Tapak Liman

OXALIDACEAE

Klasifikasi

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Geraniaies

Suku Oxalidaceae

ALBIZZIA FALCATARIA

Kingdom Plantae - Haeckel, 1866 - Plants

Subkingdom Viridaeplantae - Cavalier-Smith, 1981

Phylum Magnoliophyta - Sinnott, 1935 Ex Cavalier-Smith, 1998 - Flowering Plants

Page 25: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Subphylum Euphyllophytina

Infraphylum Radiatopses - Kenrick & Crane, 1997

Class Magnoliopsida - Brongniart, 1843 - Dicotyledons

Subclass Rosidae - Takhtajan, 1967

Superorder Fabanae - R. Dahlgren Ex Reveal, 1993

Order Fabales - Bromhead, 1838

Family Fabaceae - Lindley, 1836 - Bean Family

Genus Albizzia

Species Albizzia falcataria

LANTANA CAMARA

Spesies : Lantana camara Linn.

Nama Inggris : Sage, wild sage

Nama Indonesia : Kembang telek, tembelekan

Deskripsi :

Herba batang berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang

2 m. Daunnya kasar, beraroma dan berukuran panjang

beberapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi.

Bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas

berduri dan ada varietas yang tidak berduri. Daun tunggal,

duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir

bergerigi tulang daun menyirip, permukaan atas berambut

banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah

berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos

mempunyai warna putih, merah muda, jingga kuning, dsb. Buah

seperti buah buni berwarna hitam mengkilap bila sudah matang.

Distribusi/Penyebaran :Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan

dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl.

Habitat :

Ditemukan pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar

matahari atau agak ternaung.Terdapat sampai 1.700 m dpl., di

tempat panas, banyak dipakai sebagai tanaman pagar.

Page 26: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

SOLANUM TORVUM

Klasifikasi

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Solanales

Suku Solanaceae

Marga Solanum

Jenis Solanum torvum

Nama daerah takokak

CEIBA PENTANDRA

Spesies : Ceiba pentandra Gaertn.

Nama Inggris : Kapok, (white) silk-cotton tree

Nama Indonesia : Kapuk

Deskripsi :

Merupakan pohon dengan tinggi mencapai 70 m. Akar

menyebar horizontal, di permukaan tanah. Batang dengan atau

tanpa cabang, kadang-kadang berduri. Daun majemuk,

berseling; memanjang - lanset, gundul. Bunga bisexual;

kelopak menggenta, di bagian luar gundul; mahkota bunga

memanjang-bulat telur terbalik, bersatu pada pangkal,

biasanya berwarna putih kotor dengan bau seperti susu, di

bagian dalam gundul dan di bagian luar berambut lebat seperti

sutra; benang sari bersatu pada pangkal dalam kolom staminal,

kepala sari bergelung atau seperti ginjal. Buah ketika masak

berubah menjadi coklat, dengan banyak biji. Biji bulat telur,

coklat tua, putih, kuning muda atau berwarna seperti sutra.

Distribusi/Penyebaran :

Asal dan penyebaran geografi Kapuk adalah Amerika Tropik.

Dari sana meyebar ke Afrika, sepanjang pantai barat dari

Senegal ke Angola. Tanaman ini dibawa dari Afrika ke Asia

untuk dibudidayakan. Kapuk terlukis di relief Jawa sejak 1000

Setelah Masehi. Kini, tanaman ini dibudidayakan di seluruh

daerah tropik, terutama di Asia Tenggara, termasuk Indonesia

dan Thailand.

Page 27: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Habitat :

Kapok tumbuh bagus pada ketinggian di bawah 500 m.

Temperatur malam hari di bawah 17°C. Untuk hasil bagus,

tumbuh baik pada 20°N dan 20°S. Kapok menyukai curah

hujan yang melimpah selama periode vegetatatif dan lebih

kering pada periode berbunga dan berbuah. Curah hujan

sebaiknya sekitar 1500 mm per tahun. Periode kering tidak

lebih dari 4 bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm per

bulan, dan dalam periode ini, total curah hujan 150—300 mm.

Di daerah yang lebih kering, persediaan air terdapat di dalam

tanah. Di delta Mekong (Vietnam), dimana curah hujan tidak

mencukupi, kapok tumbuh bagus di sepanjang sungai. Untuk

hasil yang bagus, tanaman ini sebaiknya ditanam di tanah yang

bagus, di Indonesia ditanam di tanah lempung vulkanik. Pohon

ini mudah rusak oleh angin yang kuat. di Indonesia, daerah

datar di sepanjang sisi jalan dan sungai dipilih untuk

penanaman tanaman ini, selama lokasi tersebut cukup sinar

matahari dan pengairan. Di Jawa dan Sulawesi kapok juga

ditanam di lereng pegunungan..

Perbanyakan : Kapuk diperbanyak dengan biji atau stek. Biji disebarkan dalam

garis semai 25—30 cm. Jika tanah tidak subur, harus disiapkan

10 hari sebelum biji ditebarkan. Ketika tanaman muda

mencapai tinggi 12—15 cm, mereka dapat diletakkan di bawah

cahaya matahari penuh. Tanaman yang tidak menerima

banyak sinar matahari tumbuh tinggi dan kurus. Tanaman

muda ditanam di ladang ketika berumur 8—10 bulan. Metode

lain adalah dengan menaburkan biji langsung ke ladang yang

telah dibersihkan. 3 biji ditaburkan setioap lubang dan sekitar 2

- 3 bulan berikutnya, seedling dijarangkan menjadi satu per

lubang. Kapuk mudah diperbanyak dengan stek, diameter 5—8

cm dan panjang 1.2—1.8 m, dari kayu yang berumur 2—3

tahun. Stek diambil dari cabang yang tegak. Pohon ditanam

dari biji lebih baik daripada yang dari stek, tetapi berkembang

lebih lambat dan tidak terjadi persilangan. Kemudian sekarang

di Indonesia direkomendasikan bahwa kecambah diokulasikan

pada pohon dari klon dengan hasil panen yang tinggi. Okulasi

dilakukan pada permulaan musim hujan dan kecambah yang

Page 28: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

telah diokulasi ditanam di ladang ketika kuncup tumbuh

menjadi tunas sepanjang 1 m. Dalam penanaman komersial di

Jawa, kapok ditanam dengan jarak 8 - 12 m.; Di Asia

Tenggara, pohon kapuk ditanam di sekitar desa, di lahan

petani atau di penanaman komersial. Tanaman ini juga

ditanam di sepanjang jalan dan di sekeliling ladang. Di Jawa,

kapuk sangat jarang ditanam sebagai tanaman yang

diperjualbelikan. Tanaman ini digabungkan dengan bermacam-

macam tanaman, seperti ketela pohon (Manihot esculenta

Crantz), kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan turmeric

(Curcuma longa L.). Di Kamboja digabungkan dengan tanaman

satu tahunan seperti jagung, kapas dan kedelai selama 2—3

tahun pertama setelah penanaman pohon. Beberapa

penanaman di Jawa Timur menyarankan untuk menanam

jagung dan kedelai di bawah pohon pada waktu musim hujan..

MIMOSA PUDICA

Klasifikasi

Divisio Spermatophyta

Subdivisio Angiospermae

Classis Dicotyledonae

Ordo Rosales

Familia Mimosaceae

Genus Mimosa

Spesies Mimosa pudica L.

Putri malu merupakan herba memanjat atau berbaring atau setengah perdu dengan

tinggi antara 0,3 – 1,5 m.Putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, tempat – tempat terbuka

yang terkena sinar matahari. Tumbuhan asli Amerika tropis ini dapat ditemukan pada

ketinggian 1 – 1200 m dpl.

CLITORIA TERNATEA

Spesies : Clitoria ternatea

Nama Inggris : Butterfly pea, ordofan pea, blue pea, Asian pigeon-wings

Nama Indonesia : Bunga biru

Nama Lokal : Bunga biru (Malay), kembang telang (Jawa, Sunda), Bunga

Page 29: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

telang (Makassar), Bunga temenraleng (Bugis), Saya ma

gulele (Ternate), Bisi (Halmahera Utara)

Deskripsi :

Tumbuhan ini tergolong ke dalam famili Leguminosae atau

kacang-kacangan. Hidupnya merambat dan membelit.daunnya

bersirip ganjil. Daun pelindungnya berjumlah 2-3 pasang

berbentuk telur atau jorong. Permukaan daun dan batangnya

berbulu. Untuk bunganya, warnanya biru, jarang berwarna

putih. Bentuknya seperti kupu-kupu. Jumlah bunganya

biasanya terdapat beberapa tangkai, sedangkan di ketiak daun

berjumlah satu bunga. Bila bunga dibuahi, maka dihasilkan

polong yang berbentuk garis lebar, dan tipis. Di dalamnya

terdapat banyak biji. Bentuk bijinya tak berlipat dan terdapat

pusar biji.

Distribusi/Penyebaran : Jawa, Sunda, Maluku, Ternate, Sulawesi Selatan.

Habitat :

Kembang teleng (Clitoria ternatea l) sering ditemukan hidup

menjalar di pagar-pagar rumah di pedesaan. Tempat yang

cocok untuk hidupnya adalah di dataran rendah hingga

ketinggian 700 meter.

4.2.2. Pembahasan Data Angkatan

Jenis rumput yang paling banyak ditemukan di plot 1 x 1 m dari semua kelompok

adalah spesies rumput gajah, begitu pula yang memiliki dominansi tertinggi adalah rumput

gajah yaitu sebanyak 25%, ini menujukan bahwa rumput gajah penutupannya hampir di

seluruh plot masing-masing kelompok di daerah tersebut. Pada plot 1x1 digunakan metode

Braun Blanket untuk menghitung susunan kadar kerapatan karena jumlah individu spesies

rumput-rumputan terlalu banyak sehingga sulit dihitung. Penggunaan metode ini juga

berfungsi untuk melihat presentase kerapatan/penutupan golongan rumput di daerah

pengamatan. Selain itu, dengan metode ini memudahkan praktikan melihat dan

menghitung kerapatan tumbuhan penutup lapidsan tanah tersebut (ground cover). Jenis

rumput yang dimaksud adalah tumbuhan yang memiliki ketinggian di bawah 50 cm .

Menurut Soerianegara, tumbuhan golongan penutup lapisan tanah ini temasuk dalam

stratifikasi tumbuhan tipe E dengan ukuran ketinggian antara 0-1 m. Jenis rumput yang

menempati indeks nilai penting tertinggi adalah dari golongan rumput gajah sebesar 25%.

Hal ini menunjukan bahwa gologan tersebut dapat hidup dengan baik di lokasi tersebut

dan dapat membentuk komunitas tersendiri secara berkelompok sehingga mampu

Page 30: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

menguasai area tersebut. Selain itu, nilai penting trtinggi ini dapat menunjukkan daya

adaptasi yang relatif lebih tinggi terhadap faktor lingkungan sekitarnya dibanding dengan

kelompok ground cover lainnya. Pada setiap plot 1x1 kuadrat kelompok, hampir semua

kelompok menunjukan bahwa komposisi rumput-rumputan terdapat dalam daerah yang

dicuplik. Hal ini berarti bahwa vegetasi rumput cukup adaptif terhadap lingkungan.

Pada plot 2x2 didapat kerapatan terbesar yaitu seedling sebesar 28%. Tumbuhan

yang diamati pada plot ini masuk ke dalam stratifikasi tumbuhan tipe D, yaitu lapisan

tumbuhan perdu, herba, dan semak dengan ketinggian antara 1-4 m. Kerapatan tertinggi

seedling menunjukkan tumbuhan tersebut berada dalam jumkah yang lebih banyak

dibandingkan jenis tumbuhan herba yang lain di plot 2x2 m. Spesies ini juga memiliki nilai

penting terbesar, yaitu 56%. Hal ini menunjukkan daya adaptasi yang relative lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis tumbuhan herba lain di plot 2x2m, kemudian hal ini juga

menunjukkan bahwa seedling memiliki peran yang cukup penting dalam komunitas di

daerah pengamatan dilihat dari jumlahnya yang paling dominant.

Pada plot 4x4 didapat kerapatan terbesar pada spesies Albizzia falcataria yaitu

sebesar 22%. Spesies yang menempati indeks nilai penting tertinggi yaitu Albizzia

falcataria sebesar 46%. Albizzia falcataria dapat tumbuh di mana saja dan tidak

memerlukan perlakuan khusus untuk merawatnya, sehingga memiliki dominansi paling

banyak dari pada tumbuhan pancang yang lain. Tumbuhan yang tergolong pancang

adalah tumbuhan kayu dengan diameter batang kurang dari 10 cm.

Dan pada plot 8x8 didapat kerapatan dan nilai indeks penting tertinggi pada Musa

paradisiaca yaitu masing-masing sebesar 15% dan 34%. Hal ini mungkin berkaitan dengan

budidaya tanaman tersebut di area arboretum.

VI. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengamatan dan pembahasan pada data yang diperoleh, maka

dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada data kelompok plot 1x1, kerapatan terbesar dimiliki oleh spesies Cyperus

rotundus, dan famili Lamiaceae, yaitu sebesar 8,8%. Spesies yang menempati

indeks nilai penting tertinggi adalah Lamiaceae sebesar 36,49 %.

2. Pada data angkatan plot 1x1, kerapatan terbesar dimiliki oleh spesies rumput

gajah yaitu sebesar 25%. Spesies yang menempati indeks nilai penting tertinggi

adalah rumput gajah sebesar 36,49 %.

3. Pada data kelopmpok plot 2x2, kerapatan terbesar dimiliki oleh Pilea sp

sebesar 36,76%.

Page 31: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

Pilea sp juga menempati urutan indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar

73,67%.

4. Pada data angkatan plot 2x2, kerapatan terbesar dimiliki oleh seedling sebesar

28%.

Seedling juga menempati urutan indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar

56%.

5. Pada data kelompok plot 4x4, kerapatan terbesar dimiliki oleh spesies Albazzia

falcataria yaitu 58%. Spesies yang menempati indeks nilai penting tertinggi

yaitu Albazzia falcataria sebesar 58,96%.

6. Pada data angkatan plot 4x4, kerapatan terbesar dimiliki oleh spesies Albazzia

falcataria yaitu 22%. Spesies yang menempati indeks nilai penting tertinggi

yaitu Albazzia falcataria sebesar 46%

7. Pada data kelompok plot 8x8, kerapatan terbesar dimiliki oleh spesies Alstonia

scolaris sebesar 16,7%. Demikian pula spesies yang memiliki nilai penting

tertiggi yaitu Alstonia scolaris sebesar 17,021%.

8. Pada data angkatan plot 8x8, kerapatan terbesar dimiliki oleh spesies Musa

paradisiaca sebesar 15%. Demikian pula spesies yang memiliki nilai penting

tertiggi yaitu Musa paradisiaca sebesar 34%.

5. Kekuasaan, kerapatan dan dominansi tiap-tiap spesies terhadap spesies lainnya

pada setiap plot dipengaruhi daya adaptasi spesies terhadap lingkugan dan

pembudidayaan spesies tersebut di arboretum.

Page 32: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. Vegetation Analysis Methods. http://www.hkflora.com/v2/

vegetation/veget_analysis_methods.php

Anonim2 .Vegetation Analysis www.tuhsd.k12.az.us/Corona_del_Sol_HS/ departments/

Science/veganalysis .html-2k

Djufri. .http://www .pk.ut.ac.id/jmst /jurnal_2004.2/djufri .htm-515k

Dumbois-Mueller D., and Ellenberg H. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology .

New York: Wiley International Edition

Husodo, T. 2008. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jatinangor: Jurusan biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran

Odum, EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi edisi ketiga. Jogjakarta: Gadjah Mada University

Press

Rifai, Mien A., 2002. Kamus Biologi / Penyusun Akhir Mien A. Rifai. –cet. 2-.

Jakarta:Balai Pustaka

Soerianegara, I. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor : IPB

Page 33: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

LAMPIRAN

- Data Mentah

Plot 1x1 m

Nama Tumbuhan (Daerah A) Kadar Penutupan

Rumput teki (Cyperus rotundus) 20 %

Rumput gajah 10 %

Rumput raksasa 30 %

Mimmosa pudica 5 %

Semanggi 5 %

Kembang telang (Clitoria ternatea) 10 %

Oxalidaceae 20 %

Nama Tumbuhan (Daerah B) Kadar Penutupan

Rumput gajah 60 %

Rumput (A) 20 %

Rumput (B) 10 %

Rumput Teki (Cyperus rotundus) 10 %

Nama Tumbuhan (Daerah C) Kadar Penutupan

Rumput (C) 80 %

Rumput teki (Cyperus rotundus) 10 %

Mimmosa pudica 10 %

Graminae 20 %

Kembang telang (Clitoria ternatera) 10 %

Plot 2x2 m

Nama

Tumbuhan

Plot

1 2 3

Oxalidaceae 15 4

Rumput jarum 19 7

Tapak liman

(Elephantopus

scaber)

10 12

Ki Rinyuh

(Eupathorium

odoratum)

1 10

Areuy patuk

manuk

4

Page 34: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

(Thunbergia

alata)

Pilea sp 25 25

Spesies A 2

Spesies B 1

Spesies C 1

Plot 4x4 m

Nama

Tumbuhan

Plot

1 2 3

Takokak

(Solanum

torvum)

6

Sengon (Aibizia

falcataria)

(seedling)

67 26

Saliara (Lantana

camara)

2

Pilea sp 25 25

Pisang (Musa

paradisiaca)

6

Verbenaceae 3

Plot 8x8 m

Nama

Tumbuhan

Plot

1 2 3

Pulai (Aistonia

colaris)

1 1

Baragalan 1

Jeruk purut

(Cytrus hystrix)

1

Kelapa (Cocos

nucifera)

1

Bisbul

(Diospiros

1

Page 35: METODE KUADRATkel9-Udah Beres Bs d Print

discolor)

Kapuk (Ceiba

petandra)

1

Sengon (Albizia

falcataria)

2

Caesalpinea

pulcherima

1

Pohon A 1

Pohon B (kaya

Cinometra)

1