karlis maya beres

93
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatah adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat meliputi bio, psiko, social spiritual yang komperhensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia (Nursalam, 2002). Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah satunya adalah bidang keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas merupakan layanan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan proses keperawatan (Mansjoer, 2002). Peningkatan kesehatan bagi dan oleh kalangan perempuan menjadi sangat penting dalam mencapai target MDGs (Millenium Development Goals). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator bidang kesehatan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat di tentukan oleh kesehatan di kalangan perempuan, dan hingga kini kondisi kesehatan masyarakat kita (terutama kaum perempuan) masih sangat memprihatinkan. Hingga saat ini Angka

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 08-Jul-2015

159 views

Category:

Entertainment & Humor


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karlis maya beres

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keperawatah adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan

ilmu dan kiat meliputi bio, psiko, social spiritual yang komperhensif

ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia (Nursalam, 2002).

Bidang layanan dalam keperawatan sangat luas, salah satunya

adalah bidang keperawatan maternitas. Keperawatan maternitas

merupakan layanan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur

yang meliputi masa sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan, masa

nifas, masa diantara kehamilan, neonatus dan keluarga yang berfokus

kepada kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial

dengan menggunakan proses keperawatan (Mansjoer, 2002).

Peningkatan kesehatan bagi dan oleh kalangan perempuan menjadi

sangat penting dalam mencapai target MDGs (Millenium Development

Goals). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

yang menjadi indikator bidang kesehatan dalam Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) sangat di tentukan oleh kesehatan di kalangan perempuan,

dan hingga kini kondisi kesehatan masyarakat kita (terutama kaum

perempuan) masih sangat memprihatinkan. Hingga saat ini Angka

Page 2: Karlis maya beres

2

Kematian Ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN.

Tahun 2007 lalu Angka Kematian Ibu di Indonesia tercatat sebesar 248 per

100 ribu kelahiran hidup. Hal yang tak jauh berbeda juga dengan Angka

Kematian Bayi di tahun yang sama yang mencapai 26,9 per seribu

kelahiran hidup. Padahal dalam Millenium Development Goals ditargetkan

pada tahun 2015 nanti Angka Kematian Ibu tidak lebih dari 104 per 100

ribu (Carpenito, 2002).

Dewasa ini sectio caesarea jauh lebih aman berkat kemajuan

dalam ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti adanya antibiotik,

transfusi darah, anastesi, dan tehnik operasi yang lebih sempurna. Karena

itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar

indikasi yang cukup kuat. Operasi caesar hanya boleh dilakukan bila

plasenta menutup jalan lahir, bayi yang besar, letak bayi abnormal dan

chepalo pelvic disproporsi sehingga di khawatirkan persalinan akan macet

(Wikjosastro, 2002).

Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang

dilakukan dengan cara mengiris perut sehingga rahim seorang ibu untuk

mengeluarkan bayi akan tetapi, persalinan melalui sectio caesarea

bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus

terhadap indikasi dilakukannya maupun perawatan ibu setelah tindakan

sectio caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan

berdampak pada kematian ibu (Wikjosastro, 2002).

Page 3: Karlis maya beres

3

Menurut WHO (2007), menyatakan bahwa persalinan dengan

bedah caesar adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan dinegara

berkembang. Di Indonesia sendiri, presentasi operasi caesar sekitar 5%

semua proses persalinan yang ada di Indonesia. Sedangkan menurut

Bensons dan pernolls, angka kematian pada operasi caesar adalah 40-80

tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25 kali lebih

besar dibanding persalinan pervaginal. Untuk kasus karena infeksi

mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan

pervaginal. Komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari seluruh angka

kematian ibu. Disamping itu sumber lain mengatakan bahwa sectio

caesaria berhubungan dengan peningkatan dua kali lipat resiko mortalitas

ibu dibandingkan pada persalinan pervaginal. Kematian ibu akibat operasi

sectio itu sendiri menunjukan angka 1 per 1.000 persalinan (Depkes,

2008).

Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna, periode Januari sampai dengan April 2014 kejadian

Sectio Caesarea atas indikasi Letak Lintang dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini :

Page 4: Karlis maya beres

4

Tabel 1. Distribusi Persalinan Dengan Tindakan Sectio Caesarea di

Ruang Delima Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna Pada Periode Januari Sampai Dengan

April 2014

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH PERSEN

1 Plasenta Previa 19 21,59

2 Ketuban Pecah Dini 17 19,31

3 Gawat Janin 15 17,04

4 Kematian Janin Dalam Lahir 13 14,77

5 Letak Lintang 9 10,22

6 Letak Sungsang 6 6,81

7 Eklamsia 4 4,54

8 Panggul Sempit 3 3,40

9 Serotinus 1 1,13

10 Letak Kaki 1 1,13

Jumlah 88 100

Sumber : Catatan Medik Diruang Kebidanan RSUD Kabupaten Muna Periode Bulan

Januari s/d April 2014

Melihat keadaan tersebut diatas dan mengingat dampak yang

ditimbulkan pada klien, penulis tertarik untuk menyusun suatu karya tulis

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post

Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang

lingkup masalah yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien

Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang di

Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.

Page 5: Karlis maya beres

5

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata serta

mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post

Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang secara langsung dan

komperhensif yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan

spiritual berdasarkan Ilmu dan Kiat Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komperhensif

pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak

Lintang.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas masalah pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD

I a/i Letak Lintang.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien

dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada

klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak

Lintang.

Page 6: Karlis maya beres

6

D. Manfaat Penulisan

1. Pihak Rumah Sakit

a. Sebagai bahan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan studi

kasus lebih lanjut dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang.

b. Sebagai bahan perbandingan bagi perawat dalam bertugas

melaksanakan pelayanan Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka perbandingan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha penyempurnaan asuhan

keperawatan yang telah ada saat ini.

3. Profesi

Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang.

4. Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.

E. Metode Telaahan

Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis

ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan

Page 7: Karlis maya beres

7

pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

menyusun karya tulis ini adalah:

1. Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan

klien dan keluarga klien untuk memperoleh informasi yang akurat.

2. Observasi yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung

meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual.

3. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melakukan

pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

4. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau

informasi melalui catatan atau arsip dari medical record yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien.

5. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau

buku-buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan

kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien (Nursalam,

2002).

F. Waktu Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan mulai tanggal 7 - 10 Mei 2014.

Page 8: Karlis maya beres

8

G. Tempat Pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna.

H. Sistematika Telaahan

Karya tulis ini disusun secara sistematis yang dijabarkan dalam 4

BAB yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang, Ruang Lingkup

Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode

Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis, Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang, yang

terdiri dari konsep dasar yang meliputi: Pengertian, Anatomi

Fisiologi Sistem Reproduksi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda

dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medis,

Komplikasi, Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/

Pola Fungsi Sistem Tubuh Tertentu serta Tinjauan Teoritis

Asuhan Keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, Tediri dari laporan

kasus yang membahas tentang Laporan Asuhan Keperawatan

Pada Klien Ny. R dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah

Page 9: Karlis maya beres

9

Kabupaten Muna yang disusun berdasarkan pada proses

keperawatan yang mencakup pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta

catatan perkembangan. Serta pembahasan berisikan

perbandingan antara teori dan fakta yang ada pada tinjauan

studi kasus, dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

BAB IV : Kesimpulan dan rekomendasi, Bab ini berisikan

kesimpulan dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan studi

kasus.

Page 10: Karlis maya beres

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP

SECTIO CAESAREA POD I A/I LETAK LINTANG

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Letak lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau

dalam persalinan dimana sumbu panjang janin melintang terhadap

sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi

oblique). Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak

dapat didorong keatas tanpa merobekkan uterus (PPNI, 2009).

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang

didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong

berada pada sisi yang lain bokong berada sedikit lebih tinggi dari

kepala janin sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul

(Prawirohardjo, 2003).

Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu

panjang tubuh janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu

panjang ibu (Nursalam, 2008).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa letak

lintang adalah suatu keadaan dalam kehamilan atau dalam persalinan

dimana posisi janin atau posisi sumbu panjang tubuh janin di dalam

uterus memotong atau melintang terhadap sumbu panjang tubuh ibu

Page 11: Karlis maya beres

11

dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi

yang lain.

2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

a. Anatomi sistem reproduksi wanita

Alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Alat genetalia (reproduksi) bagian luar :

a) Mons veneris

b) Bibir besar (Labia Mayora)

c) Bibir kecil (Labia Minora)

d) Klitoris

e) Vestibulum

f) Hymen (Selaput Darah)

g) Kelenjar : bartholini, skene

2) Alat genetalia reproduksi bagian dalam :

a) Liang senggama (Vagina)

b) Rahim (Uterus)

c) Kedua tuba fallopi

d) Kedua indung telur

e) Parametrium jaringan ikat penyangga (Wilson, 2002).

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang alat

genetalia bagian dalam dan luar telah dijabarkan secara singkat

adalah sebagai berikut:

Page 12: Karlis maya beres

12

1) Alat genetalia bagian luar

Gambar 1

Organ Reproduksi eksterna Wanita (Wilson, 2002)

a) Mons Veneris

Di sebut juga gunung fenus merupakan bagian yang

menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan

lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh

rambut yang bentuknya segitiga.

b) Bibir Besar (Labia Mayora)

Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong

kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk

perineum, permukaan terdiri dari:

(1) Bagian luar :

Tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari

rambut pada mons veneris.

(2) Bagian dalam

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung

kelenjar sebasea (lemak).

Page 13: Karlis maya beres

13

c) Bibir Kecil (Labia Minora)

Merupakan lipatan bagian dalam bibir besar tanpa rambut

di bagian atas klitoris bibir kecil bertemu membentuk

prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu

membentuk prenulum klitoridis bibir ini mengeliling

orivisium vagina.

d) Klitoris

(1) Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang

bersifat erektil.

(2) Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf

sensoris sehingga sangat sensitif.

(3) Analok dengan penis pada laki-laki.

e) Vestibulum

Merupakan alat reproduksi yang di batasi oleh kedua bibir

kecil, bagian atas klitoris serta bagian belakang (bawah)

pertemuan kedua bibir kecil.

f) Kelenjar bartholini

(1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina

karena dapat mengeluarkan lender.

(2) Pengeluaran lender meningkat saat hubungan seks.

g) Hymen (Selaput Darah)

(1) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina

bersifat rapuh dan mudah robek.

Page 14: Karlis maya beres

14

(2) Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari

lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat

menstruasi.

(3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinis setelah

mendapat menstruasi.

(4) Setelah persalinan sisanya disebut karukule hymenalis.

2) Alat genetalia bagian dalam

Gambar 2

Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson, 2002)

a) Vagina

(1) Merupakan saluran muskulo membraneus yang

menghubungkan rahim dengan vulva.

(2) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari

muskulus sfingter ani dan muskulus lefator ani oleh

karena itu dapat di kendalikan.

(3) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum.

Page 15: Karlis maya beres

15

(4) Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding

belakangnya sekitar 11 cm.

(5) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang

disebut rugae dan terutama di bagian bawah.

(6) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian

dari uterus.

(7) Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut

portio.

(8) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks

anterior, forniks posterior, forniks dekstra, dan forniks

sinistra.

(9) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang

menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. Keasaman

vagina memberikan proteksi terhadap infeksi, Fungsi

utama vagina:

b) Uterus

(1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis

minor di antara kandung kemih dan rectum.

(2) Dinding belakang dan dinding depan dan bagian atas

tertutup petitonium sedangkan bagian bawahnya

berhubungan dengan kandung kemih.

(3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pir) dan gepeng.

Page 16: Karlis maya beres

16

(4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangan

beberapa ligamentum, jaringan ikat, dan para metrium.

(5) Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas

ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, dan

multipara 9 cm.

(6) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu

peritoneum, lapisan otot dan endometrium

(Wiknjosastro, 2002).

c) Tuba Fallopi

Tuba fallopi terdiri atas :

(1) Pars intertisialis bagian yang terdapat pada dinding

uterus.

(2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit

seluruhnya.

(3) Pars ampularis bagian yang berbentuk sebagai saluran

agak lebar tempat konsepsi terjadi.

(4) Infundibulum bagian ujung tuba yang terbuka ke arah

abdomen dan mempunyai fimbria (Wiknjosastro, 2002).

d) Ovarium (Indung Telur)

Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri ovarium ke

arah uterus tergantung pada ligamentum

infundibulifeltikum dan melekat pada ligamentum latum

melalui mesofarium.

Page 17: Karlis maya beres

17

e) Para metrium

Jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar

ligamentum latum disebut parametrium yang dibatasi oleh :

(1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalfing.

(2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri.

(3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

(4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari proprium.

b. Fisiologi alat reproduksi wanita

Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang

kompleks. Pada saat puberitas sekitar umur 13-16 tahun di mulai

pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menunjukan tanda seks

sekunder pada wanita misalnya pengeluaran darah menstruasi

pertama (menarche). Selanjutnya menarche di ikuti menstruasi

yang tidak teratur karena folikel graf belum melepaskan ovum

yang disebut ovulasi. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah

teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung lebih kurang

2-3 hari di sertai dengan ovulasi sebagai pertanda kematangan alat

reproduksi wanita. Sejak saat itu wanita memasuki masa

reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada umur sekitar 50

tahun. Kejadian menarche dan menstruasi di pengaruhi beberapa

faktor yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu:

1) Sistem susunan saraf pusat dan panca indranya.

Page 18: Karlis maya beres

18

2) Sistem hormonal: aksishipotalamo-hipofisis-ovarial.

3) Perubahan yang terjadi pada ovarium.

4) Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.

5) Rangsangan estrogen dan progesteron pada panca indra

langsung pada hipothalamus dan melalui perubahan emosi

(Manuaba, 2002).

3. Etiologi

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari

berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu

misteri. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fiksasi kepala tidak ada karena panggul sempit, hidrosefalus,

anensefalus, plasenta previa, dan tumor-tumor pelvis.

b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil

atau sudah mati.

c. Gemelli (Kehamilan Ganda).

d. Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus atau septum.

e. Lumbar skoliosis.

f. Monster.

g. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh

(Prawirohardjo, 2003).

Page 19: Karlis maya beres

19

4. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus pada kehamilan sampai kurang lebih

32 minggu. Jumlah air ketuban relatif banyak sehingga

memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin

dapat menempatkan diri dalam presentase kepala letak lintang atau

sungsang. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung

menyebabkan uterus beralih kedepan, sehingga menimbulkan defleksi

sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir menyebabkan

terjadinya posisi obliq atau melintang (Mochtar, 2002).

5. Tanda dan Gejala

a. Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus

uteri membentang sedikit diatas umbilikus.

b. Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur

kehamilan.

c. Pada palpasi

1) Leopold 1 tidak di temukan bagian bayi di daerah fundus uteri.

2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka

dan bokong pada fosa iliaka yang lain.

3) Leopold 3 dan 4 memberikan hasil negatif (Bobak, 2002).

6. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan USG untuk melihat keadaan janin.

Page 20: Karlis maya beres

20

7. Penatalaksanaan

a. Pada kehamilan

1) Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu

dianjurkan posisi lutut dada jika lebih dari 28 minggu di

lakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada

sampai persalinan.

2) Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu

posisi lutut dada jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar,

kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.

b. Pada persalinan

Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada dan pembukaan

kurang dari 4 cm di coba lakuka versi luar jika pembukaan lebih

dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio

caesarea. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan sectio

caesarea. Sectio caesarea dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengertian

Sectio caesarea adalah tindakan alternative metode melahirkan

melalui tindakan pembedahan untuk melahirkan janin melalui

sayatan yang dibuat pada dinding uterus dan abdomen

(Manuaba, 2002). Operasi caesar atau sectio caesarea adalah

proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut

hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi

(Wiknjosastro, 2002).

Page 21: Karlis maya beres

21

2) Jenis

Sectio caesarea dapat dibagi dalam empat macam yaitu sebagai

berikut:

a) Sectio caesarea transperitoneal yaitu insisi yang dilakukan

menurut arah sayatan yaitu memanjang (vertical), sayatan

melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T inscision).

b) Sectio caesarea clasi (corporal) yaitu pembedahan yang

dilakukan apabila ada halangan transperitonial profunda

misalnya melekatnya uterus pada dinding karena sectio

caesarea sebelumnya.

c) Sectio caesarea exraperitonealis yaitu pembedahan tanpa

membuka peritoneum parietal dan cavum abdominalis

tehnik ini paling sering dilakukan.

d) Sectio caesarea hysterectomy yaitu setelah sectio caesarea

dikerjakan histerektomi.

3) Indikasi

a) Indikasi Sectio Caesarea

(1) Sebelum persalinan; infisiensi plasenta, hipoksia janin

dan fekal distress.

(2) Dalam persalinan; fekal distress, prolaps tali pusat,

batasan persalinan pada multipara lebih dari 12 jam dan

multipara selama 8 jam dan ketuban pecah premature.

Page 22: Karlis maya beres

22

b) Indikasi pada ibu

(1) Sebelum persalinan

(a) Foto pelvik disporpotion.

(b) Tumor uterus dan ovarium dalam kehamilan yang

menyumbat jalan lahir.

(c) Karsinoma serviks, eklampsia dan pre eklampsia.

(2) Saat persalinan

(a) Perdarahan hebat.

(b) Rupture uteri dan membran.

c) Kombinasi indikasi fetus dan ibu

(1) Perdarahan pervaginam akut disebabkan oleh plasenta

previa atau solusio plasenta premature.

(2) Letak lintang karena akan timbul retraksi progresif.

4) Komplikasi

Terdapat beberapa resiko pada janin jika dilakukan sectio

caesarea yaitu hypoxia akibat sindrom hipotensi terlentang,

depresi pernapasan akibat penggunaan anastesi dan sindrom

gagal napas karena imaturinitas pulmonal janin. Sedangkan

resiko pada ibu adalah infeksi sesudah sectio caesarea (SC),

ileus akibat peritonitis, kecelakaan anastesi dan fenomena

tromboemboli terutama pada ibu multipara dengan varikositas.

Page 23: Karlis maya beres

23

5) Penatalaksanaan

a) Pra sectio caesarea

(1) Persiapan fisik

Persiapan kamar operasi, pengambilan darah untuk

transfusi sebanyak 1000-2000 cc (pra operasi),

pemeriksaan laboratorium seperti Hb, leukosit, masa

perdarahan, masa pembekuan, puasa 6-8 jam, cukur

area operasi, persiapan colon, pengukuran Tanda-Tanda

Vital, pengawasan pemasangan infus dextrose 5% atau

sesuai program, pemasangan foley kateter, pemberian

obat premidikusi, informant consent serta pemeriksaan

EKG jika diperlukan.

(2) Pemeriksaan mental

Informasi akurat mengenai alasan tindakan operasi dan

perawatan pasca operasi.

b) Pasca sectio caesarea

Pemantauan Tanda-Tanda Vital, keadaan umum,

mengurangi dan mengatasi gangguan rasa nyeri akibat

opersai, perawatan luka, perawatan payudara dan perawatan

bayi.

8. Komplikasi

Meskipun letak lintang dapat di ubah menjadi presentasi kepala tetapi

kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang misalnya panggul

Page 24: Karlis maya beres

24

sempit, tumor pangguldan plasenta previa masih tetap dapat

menimbulkan kesulitan pada persalinan persalinan letak lintang

memberikan prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya.

a. Bagi Ibu

Bahaya yang mengancam adalah rupture uteri baik spontan atau

sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini,

dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.

b. Bagi Janin

Angka kematian tinggi (25-49%), yang dapat disebabkan oleh:

1) Prolasus funiculi.

2) Trauma partus.

3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus.

4) Ketuban pecah dini (Bobak, 2002).

9. Dampak masalah terhadap perubahan struktur/pola fungsi sistem

tubuh tertentu

a. Sistem Pernapasan

Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan napas

akibat pengaruh anastesi mensupresi pusat napas, menyebabkan

peningkatan mukus, bunyi napas ronchi atau vesikuler, frekuensi

napas 16-24 kali permenit.

b. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau perubahan

gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia, vibrilasi atrium

Page 25: Karlis maya beres

25

dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktivitas miocardial

mencakup peningkatan frekuensi jantung dan Central Venous

Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak adanya endogenous

stimulus saraf simpatis maka akan mempengaruhi penurunan

kontraktilitas ventrikel. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan CO2 dan peningkatan tekanan atrium kiri.

c. Sistem Pencernaan

Terjadi penurunan kerja peristaltik usus akibat efek anastesi, enam

jam pertama tidak diperbolehkan makan untuk mengurangi resiko

aspirasi, peristaltik lemah mempengaruhi kekuatan otot abdominal

mual dan muntah post SC jarang ditemukan karena kemajuan

dibidang anastesi. 24 jam pertama klien dapat infus intra vena

untuk memenuhi kebutuhannya, klien dipuasakan sampai bising

usus positif lakukan test feeding setelah bising usus positif.

d. Sistem Perkemihan

Anastesi dapat mengakibatkan hilangnya sensasi pada area bladder

sampai anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam

operasi atau keesokan harinya.

e. Sistem Muskuloskeletal

Merasa tidak mampu mengerjakan sesuatu karena kelemahan fisik

dan pada saat yang sama citra tubuh ibu menjadi rusak

mengakibatkan ibu merasa sensitif dan cepat tersinggung (PPNI,

2009).

Page 26: Karlis maya beres

26

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang

sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok

dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dari pemecahan masalah

dan dari respon pasien terhadap penyakitnya. Digunakan untuk membantu

perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam

memecahkan masalah keperawatan. Pendekatan proses keperawatan yang

digunakan dalam asuhan keperawatan tersebut meliputi Pengkajian Data,

merumuskan Diagnosa Keperawatan, menyusun Rencana Keperawatan,

Implementasi dan Evaluasi (Carpenito, 2000). Adapun langkah-langkah

dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian yaitu tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien yang

berdasarkan pada kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001).

a. Pengumpulan data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat

digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan

tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari

klien, data yang berhubungan dengan klien serta data tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan

klien seperti data tentang keluarga (Hidayat, 2004).

Page 27: Karlis maya beres

27

Adapun data yang dikumpulkan antara lain:

1) Identitas

a) Identitas klien

Identitas klien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin,

status, agama, suku/bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,

tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor

register, dan diagnosa medik.

b) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, suku/bangsa, dan hubungan dengan klien.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan

pengkajian. Pada pasien post sectio caesarea keluhan

utamanya berupa nyeri pada area abdomen yaitu luka

operasi.

b) Riwayat Keluhan Utama

Merupakan informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan

klien mengalami keluhan hal apa saja yang mendukung dan

mengurangi, kapan, dimana dan berapa jauh keluhan

tersebut dirasakan klien. Hal tersebut dapat diuraikan

dengan metode PQRST sebagai berikut:

Page 28: Karlis maya beres

28

(1) Palliative/Provokatif : Apa yang menyebabkan

terjadinya nyeri pada abdomen faktor pencetusnya

adalah post op sectio caesarea a/i letak lintang.

(2) Qualitative/Quantitas : bagaimana gambaran keluhan

yang dirasakan dan sejauh mana tingkat keluhannya

seperti berdenyut, ketat, tumpul atau tusukan.

(3) Region/Radiasi : lokasi keluhan yang dirasakan dan

penyebarannya.

(4) Scale/Serverity : intensitas keluhan apakah sampai

mengganggu atau tidak. Pada kasus sectio caesarea

nyeri selalu mennganggu dengan skala 7-8 (0-10).

(5) Timing : kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa

lama kejadian ini berlangsung biasanya pada luka sectio

caesarea dirasakan secara terus-menerus.

c) Riwayat kesehatan yang lalu

Biasanya klien belum pernah menderita penyakit yang

sama atau klien tidak pernah mengalami penyakit yang

berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan

akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam pengkajian ini ditanyakan tentang hal keluarga yang

dapat mempengaruhi kehamilan langsung ataupun tidak

langsung seperti apakah dari keluarga klien yang sakit

Page 29: Karlis maya beres

29

terutama penyakit yang menular yang kronis karena dalam

kehamilan daya tahan ibu itu menurun bila ada penyakit

menular dapat lekas menular kepada ibu dan

mempengaruhi janin dan sectio caesarea ini biasanya tidak

tergantung dari keturunan.

e) Riwayat obstetri dan ginekologi

(1) Riwayat obstetri

(a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

yang terdiri dari tahun persalinan, umur kehamilan,

tempat pertolongan, jenis persalinan, jenis kelamin

bayi serta keadaan bayi.

(b) Riwayat kehamilan sekarang yang perlu di kaji

seberapa seringnya memeriksakan kandungan serta

menjalani imunisasi.

(c) Riwayat persalinan sekarang yang perlu di kaji

adalah lamanya persalinan, BB bayi (Mansjoer,

2000).

(2) Riwayat ginekologi

(a) Riwayat menstruasi

Yang perlu dikaji adalah usia pertama kali haid,

siklus dan lamanya haid, warna dan jumlah, HPHT

dan tafsiran kehamilan.

Page 30: Karlis maya beres

30

(b) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah usia saat menikah dan usia

pernikahan, pernikahan keberapa bagi klien dan

suami.

(c) Riwayat keluarga berencana

Yang perlu dikaji adalah jenis kontrasepsi yang

digunakan sebelum hamil, waktu dan lamanya serta

masalah selama pemakaian alat kontrasepsi, jenis

kontrasepsi yang akan digunakan setelah persalinan.

3) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : klien dengan sectio caesarea akan

mengalami kelemahan.

b) Kesadaran : pada umumnya Compos Mentis

c) Tanda-tanda vital : hal-hal yang dilakukan pada

pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post Sectio

Caesarea biasanya tekanan darah menurun, suhu

meningkat, nadi meningkat dan pernapasan meningkat.

d) Sistem Pernapasan

Kaji tentang bentuk hidung, ada tidaknya secret pada

lubang hidung, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,

gerakan dada saat bernapas apakah simetris atau tidak,

frekuensi napas.

Page 31: Karlis maya beres

31

e) Sistem Indera

Yang perlu di kaji pada sistem inin adalah adanya

ketajaman penglihatan, pergerakan mata, proses

pendengaran dan kebersihan pada lubang telinga,

ketajaman penciuman dan fungsi bicara serta fungsi

pengecapan.

f) Sistem Kardiovaskuler

Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan konjungtiva,

keadaan warna bibir, ada tidaknya peninggian vena

jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada dan

pengukuran tekanan darah serta pengukuran nadi.

g) Sistem Pencernaan

Kaji tentang keadaan mulut, gigi, lidah dan bibir, peristaltik

usus, keadaan atau bentuk abdomen ada atau tidak adanya

massa atau nyeri tekan pada daerah abdomen.

h) Sistem Muskuloskeletal

Kaji tentang keadaan darajat Range Of Montion pada

tungkai bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang pada

waktu bergerak, serta keadaan tonus dan kekuatan otot pada

ekstremitas bagian bawah dan bagian atas.

i) Sistem Persyarafan

Kaji tentang adanya gangguan-gangguan yang terjadi pada

ke-12 sistem persyarafan.

Page 32: Karlis maya beres

32

j) Sistem Perkemihan

Kaji adanya keadaan yang terjadi pada kandung kemih,

warna urin, bau urin, serta pengeluaran urin.

k) Sistem Reproduksi

Yang perlu di kaji adalah tentang keadaan bentuk payudara,

puting susu, ada tidaknya pengeluaran ASI serta kebersihan

pada daerah payudara, kaji adanya pengeluaran darah pada

vagina, warna darah, bau serta ada tidaknya pemasangan

kateter.

l) Sistem Integumen

Kaji tentang keadaan kulit, rambut dan kuku, turgor kulit,

pengukuran suhu serta warna kulit dan penyebaran rambut.

m) Sistem Endokrin

Yang perlu di kaji adalah tentang ada tidaknya pembesaran

kelenjar thyroid, bagaimana refleks menelan serta

pengeluaran ASI dan kontraksi.

n) Sistam Imun

Yang perlu di kaji pada sistem ini adalah tentang keadaan

kelenjar limfe, apakah mengalami pembesaran pada

kelenjar limfe.

Page 33: Karlis maya beres

33

4) Pola aktivitas sehari-hari

Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di Rumah Sakit dan

pola aktivitas klien selama di rumah, terdiri atas :

a) Nutrisi : kaji adanya perubahan dan masalah dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu

makan, kehilangan sensasi pengecap, menelan, mual dan

muntah.

b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi

BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau

tidak.

c) Istrahat Tidur : kesulitan tidur dan istirahat karena adanya

nyeri dan kejang otot.

d) Personal hygiene : klien biasanya memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

e) Aktivitas gerak : kaji adanya kehilangan sensasi atau

paralise dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan

aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan.

5) Data Psikologis

a) Status emosi

Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara

tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.

Page 34: Karlis maya beres

34

b) Konsep diri

(1) Body image : klien memiliki persepsi dan merasa

bahwa bentuk tubuh dan penampilan sekarang

mengalami penurunan berbeda dengan keadaan

sebelumnya.

(2) Ideal diri : klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-

cita yang diinginkan.

(3) Harga diri : klien merasa tidak berharga lain dengan

kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu

dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu

memerlukan bantuan orang lain.

(4) Peran : klien merasa dengan kondisinya yang sekarang

ia tidak dapat melakukan peran yang dimilikinya baik

sebagai orang tua, istri ataupun seorang pekerja.

(5) Identitas diri : klien memandang dirinya berbeda

dengan orang lain karena kondisi badannya yang

disebabkan oleh penyakitnya.

c) Pola koping

Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi

tertutup.

Page 35: Karlis maya beres

35

6) Data Sosial

Klien dengan sectio caesarea cenderung tidak mau

bersosialisasi dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa

malu terhadap keadaannya.

7) Data Spiritual

Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya

dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana

persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas

spiritual klien selama menjalani perawatan dirumah sakit dan

siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi bagi

kesembuhan klien.

8) Data penunjang

Kaji pemeriksaan darah Hb, Hematokrit ibu, Leukosit dan

USG.

9) Perawatan dan pengobatan

a) Terapi

Pada pasien yang post sectio caesarea biasanay diberikan

obat analgetik serta antipiuretik serta pemberian cairan

perinfus dan elektrolit harus cukup.

b) Diet

Pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan enam

sampai 10 jam post operasi berupa air putih atau teh manis.

Page 36: Karlis maya beres

36

Setelah cairan infus dihentikan diberikan makan bubur

saring selanjutnya secara bertahap boleh makan biasa.

c) Kateterisasi

Biasanya dilepas 12 jam post operasi atau keesokan

paginya, kemampuan selanjutnya untuk mengosongkan

vesika urinaria sebelum terjadi distensi yang berlebihan

harus dipantau.

b. Klasifikasi data

Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien atau

keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan

atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah

dapat dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah

keperawatan klien dengan merumuskannya. Adapun data-data

yang muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif.

Data subyektif adalah data yang diperoleh lansung melalui

ungkapan atau keluhan dari klien sedangkan data obyektif adalah

data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengukuran

(Nursalam, 2002).

c. Analisa data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi,

menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokan data serta

mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk

Page 37: Karlis maya beres

37

diagnosa keperawatan biasanya ditemukan data subyektif dan

obyektif (Carpenito, 2002).

Dalam analisa data mengandung 3 komponen utama yaitu :

1) Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan dimana

tindakan keperawatan dapat diberikan.

2) Etiologo (E/penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab

keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah

terhadap terapi keperawatan.

3) Sign dan Symptom (S/tanda dan gejala), adalah ciri, tanda atau

gejala yang merupakan suatu informasi yang diperlukan untuk

dapat merumuskan suatu diagnosis keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

perawat mempunyai izin dan berkompeten dan mengatasinya. Respon

aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian,

tinjauan literatur yang berkaitan catatan medis klien masa lalu dan

konsultasi dengan profesional lain yang kesemuanya dikumpulkan

selama pengkajian (Potter, 2005).

Menurut Bobak (2002), diagnosa keperawtan yang dapat

muncul pada kasus sectio caesarea a/i letak lintang antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

tindakan pembedahan.

Page 38: Karlis maya beres

38

b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri

terus menerus.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan

kekuatan/keterbatasan gerak dan kelemahan fisik.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi

tentang penyakitnya.

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

status kesehatan dan keadaan pasca operasi.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang masih

basah.

g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pendarahan.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan

keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan

diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien (Nursalam, 2001).

Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

klien post op sectio caesarea yang ditegakan antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang/ teratasi.

Kriteria hasil :

1) Ekspresi wajah klien tidak meringis

Page 39: Karlis maya beres

39

2) Klien tidak mengeluh nyeri

Intervensi :

1) Pantau tingkat atau lokasi nyeri yang dirasakan klien

Rasional : membantu menentukan tingkat dan lokasi nyeri yang

dirasakan klien sehingga memudahkan intevensi selanjutnya.

2) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : tanda-tanda vital dapat berubah akibat rasa nyeri dan

merupakan indikator untuk menilai perkembangan penyakit.

3) Anjurkan klien untuk nafas dalam secara teratur dan perlahan-

lahan bila nyeri muncul

Rasional : penarikan nafas dalam secara perlahan-lahan dapat

terjadi suatu relaksasi dan melancarkan aktivitas suplai O2 ke

jantung sehingga nyeri berkurang.

4) Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap

Rasional : motivasi untuk mobilisasi bertahap akan

meningkatkan vaskularisasi sehingga suplai O2 dan nutrisi ke

jaringan meningkat.

5) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : analgetik dapat menghambat pengiriman impuls

nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.

Tujuan : kebutuhan istrahat dan tidur dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

Page 40: Karlis maya beres

40

1) Klien dapat tidur dengan nyenyak

2) Klien tidak mudah terbangun

3) Konjungtiva tidak anemis

Intervensi :

1) Observasi pola tidur klien

Rasional : sebagai pedoman untuk intervensi selanjutnya.

2) Hindarkan prosedur yang kurang penting selama periode tidur

Rasional : dengan tindakan yang tidak penting dapat

mengganggu ketenangan tidur klien sehingga klien mudah

terbangun.

3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

Rasional : lingkungan yang tenang dan nyaman memberikan

kemudahan pada klien untuk tidur dan istrahat.

4) Beri HE pada klien tentang manfaat istrahat dan tidur

Rasional : istrahat dan tidur dapat memulihkan stamina

sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan

dan keterbatasan gerak.

Tujuan : klien dapat melakukan perawatan diri dengan baik

Kriteria hasil :

1) Klien nampak bersih dan rapi

2) Klien dan keluarga mengerti pentingnya kebersihan diri

Page 41: Karlis maya beres

41

Intervensi :

1) Pantau tingkat pemahaman klien, berikan berikan penjelasan

tentang manfaat perawatan diri

Rasional : informasi sangat mempengaruhi klien sehingga klien

dapat termotivasi untuk melakukan perawatan diri.

2) Berikan bantuan kepada klien dalam melakukan perawatan diri

seperti mandi, sikat gigi, keramas dan mengganti pakaian

Rasional : membantu klien dalam melakukan perawatan diri

dan memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman.

3) Lakukan perawatan vulva hygiene

Rasional : Vulva hygiene akan mencegah berkembang biaknya

kuman-kuman yang dapat masuk ke dalam serviks.

4) Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri setiap hari

Rasional : meningkatkan tingkat kemandirian klien di dalam

merawat dirinya serta memperlancar sirkulasi darah.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakitnya

Tujuan : pengetahuan klien dapat teratasi

Kriteria hasil :

1) Keadaan umum baik

2) Klien dapat merasa tenang

3) Klien dapat menjelaskan cara merawat payudara

Intervensi :

Page 42: Karlis maya beres

42

1) Kaji kemampuan dan motivasi klien untuk belajar serta bantu

klien dan pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan

Rasional : Periode Post Op Sectio Caesarea menjadikan

pengalaman positif bila kesempatan penyuluhan di berikan

untuk membantu ibu

2) Berikan penyuluhan lisan dan tertulis

Rasional : Membantu menjamin ketangkapan informasi yang

di terima

3) Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan

fisiologis dan psikologis berkenaan dengan persalinan Sectio

Caesarea dan kebutuhan dengan periode Post Op Sectio

Caesarea

Rasional : Membantu klien mengenali perubahan normal dari

proses abnormal yang mungkin memerlukan tindakan

4) Anjurkan kepada klien melakukan perawatan payudara

Rasional : Agar dapat memproduksi ASI dengan lancar

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

status kesehatan dan keadaan pasca operasi.

Tujuan : rasa cemas yang dirasakan klien dapat teratasi

Kriteria hasil :

1) Klien dapat menjelaskan tentang penyakitnya, prosedur

pengobatan dan perawatan

2) Klien nampak tenang

Page 43: Karlis maya beres

43

Intervensi :

1) Observasi perasaan klien terhadap kecemasan yang

dihadapinya

Rasional : mengetahui lebih lanjut tentang perasaan klien

sehingga memudahkan untuk menentukan intervensi

selanjutnya.

2) Anjurkan pada pasangan atau keluarga untuk memberi support

Rasional : support dari pasangan dan keluarga memberi

semangat bagi ibu menjalani proses penyembuhan.

3) Berikan informasi yang tepat tentang keadaan bayi

Rasional : khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi

atau kesalahpahaman dapat meningkatkan kecemasan.

4) Anjurkan klien untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

dengan sering berdoa

Rasional : agar klien merasa tenang dan lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka tidak

efektif.

Tujuan : tanda-tanda infeksi tidak terjadi

Kriteri hasil : tidak terjadi tanda radang, kemerahan, bengkak dan

panas.

Intervensi :

1) Observasi keadaan luka

Page 44: Karlis maya beres

44

Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi dini.

2) Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan

Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi.

3) Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan kesterilan

Rasional : melakukan perawatan luka untuk menjaga agar luka

tetap bersih yang mencegah terjadinya kontaminasi dengan

mikroorganisme.

4) Observasi tanda-tand vital terutama suhu

Rasional : adanya peningkatan tanda-tanda vital terutama suhu

merupakan salah satu tanda adanya infeksi.

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik

Rasional : antibiotik dapat mencegah infeksi dengan cara

membunuh kuman yang masuk.

g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pengeluaran cairan pendarahan.

Tujuan : kebutuhan klien akan cairan dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Tidak ada pendarahan serta membran mukosa lembab

2) Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :

1) Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran cairan

Rasional : membantu mengevaluasi status cairan khususnya

bila dibandingkan dengan berat badan.

Page 45: Karlis maya beres

45

2) Timbang berat badan klien

Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian

volume cairan dan keefektifan pengobatan.

3) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : hipotensi dan takikardi menunjukan kekurangan

cairan.

4) Kolaborasi pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit

Rasional : menurun karena anemia, hemodilusi atau kehilangan

darah aktual.

4. Implementasi

Pelaksanaan/implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk

membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena

itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan

dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit dan pemulihan (Nursalam, 2001).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

Page 46: Karlis maya beres

46

rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai.

Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan

pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses

keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh

intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari

hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap

perencanaan (Nursalam, 2001).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :

S: Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

O: Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

A: Analisa ulang atas data subjektif dan data objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru

atau mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang

ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada

respon.

Page 47: Karlis maya beres

47

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata

a) Identitas Klien

Nama : Ny. R

Umur : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Muna/Indonesia

Pendidikan terakhir : S1

Pekerjaan : Guru Honorer

Alamat : Sidodadi

Tanggal masuk RS : 6 Mei 2014

Tanggal Operasi : 6 Mei 2014

Tanggal pengkajian : 7 Mei 2014

No. Register : 26 52 02

Diagnosa Medik : Post Op Sectio Caesarea

POD I a/i Letak Lintang

Page 48: Karlis maya beres

48

b) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. R

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Muna/Indonesia

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Honorer

Alamat : Sidodadi

Hubungan Dengan Klien : Suami Klien

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

(1) Keluhan Utama : Nyeri

(2) Riwayat Keluhan Utama :

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 7 Mei 2014,

klien mengeluh nyeri pada daerah luka bekas

operasi yaitu pada abdomen bagian bawah yang di

akibatkan karena adanya proses pembedahan, klien

tampak meringis pada saat timbul nyeri dengan

skala nyeri 6 (0-10). Nyeri dirasakan secara hilang

timbul (Intermiten), nyeri bertambah pada saat klien

Page 49: Karlis maya beres

49

bergerak dan dirasakan ringan pada saat klien

istirahat serta aktivitas tampak dibantu keluarga.

b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Menurut ungkapan dari klien, ini merupakan persalinan

pertama. Klien tidak mengira bahwa persalinan

pertama, janinnya mengalami letak lintang. Klien tidak

mempunyai riwayat penyakit yang memperberat selama

kehamilan seperti penyakit hipertensi serta penyakit

jantung dan klien juga tidak memiliki riwayat alergi

makanan maupun obat.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi

kesehatan ibu dan perkembangan janin serta tidak ada

anggota yang berpenyakit keturunan seperti Diabetes

Melitus, Gangguan Jiwa dan hemophili.

3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a) Riwayat Obstetri

(1) Riwayat kehamilan sekarang

G1 P0 A0, Ibu pertama kali memeriksakan

kehamilannya di bidan pada usia kehamilan 2

minggu kemudian mulai memeriksakan diri ke

dokter spesialis kandungan pada usia kehamilan 1

Page 50: Karlis maya beres

50

bulan sampai usia kehamilan sekarang selama ibu

hamil tidak pernah melakukan imunisasi sekalipun.

(2) Riwayat persalinan sekarang

P1 A0 tempat persalinan Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna pada tanggal 6 Mei 2014,

lamanya persalinan sekitar 35 menit, jenis

persalinan Sectio Caesarea (SC) jenis kelamin bayi

laki-laki dengan berat badan 3000 gram dan panjang

45,3 cm.

b) Riwayat Ginekologi

(1) Riwayat Menstruasi

Klien mengatakan mendapat haid pertama pada

usia 12 tahun siklusnya 30 hari, lama haid 5-7 hari,

jumlah ganti balutan 3x dalam sehari, warna darah

merah dan biasanya bercampur dengan gumpalan

darah, berbau amis. Selama haid ada keluhan nyeri

pada perut, haid pertama dan terakhir (HPHT) yaitu

4 Agustus 2013, Tafsiran persalinan tanggal 11 Mei

2014.

(2) Riwayat perkawinan

Klien mengatakan menikah pada usia 25 tahun dan

suaminya pada usia 29 tahun. Lamanya perkawinan

Page 51: Karlis maya beres

51

1 tahun dan merupakan perkawinan pertama bagi

klien dan suaminya.

(3) Riwayat Keluarga Berencana

Klien mengatakan sebelum hamil tidak

menggunakan alat kontrasepsi, dan setelah

melahirkan klien berencana untuk memakai KB

jenis pil.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : Lemah

b) Kesadaran : Compos Mentis

c) Tanda-Tanda Vital :

TD : 100/70 mmHg

N : 80 x/menit

R : 24 x/menit

S : 37°C

d) Sistem integumen

Inspeksi : Warna kulit sawo matang, turgor kulit

baik, tampak luka yang masih basah

pada daerah abdomen bagian bawah

dengan ukuran panjang luka 10 cm,

bentuk kepala bulat, penyabaran

rambut merata, warna rambut hitam

Page 52: Karlis maya beres

52

dan bergelombang, keadaan rambut

kusam dan berketombe.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

dan kulit tampak lengket ketika

dipegang karena adanya daki yang

bercampur dengan keringat.

e) Sistem pengindraan

Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, sclera

tidak ikterik, gerakan bola mata baik,

refleks pupil terhadap cahaya isokor,

konjungtiva tidak anemis dan

penglihatan klien masih jelas terbukti

dengan klien dapat membaca nama

perawat dengan jarak 30 cm, pada

hidung klien dapat membedakan bau

alkohol dan minyak kayu putih, posisi

hidung simetris kiri dan kanan, tidak

ada secret, pada telinga klien masih

dapat mendengar dengan baik dengan

melakukan tes pendengaran

menggunakan garputala, posisi telinga

simetris kiri dan kanan, tidak ada

serumen, pada lidah klien masih bisa

Page 53: Karlis maya beres

53

membedakan rasa asin, pahit dan

manis, warna lidah merah mudah, pada

kulit klien masih bisa merasakan

rangsangan apabila disentuh oleh

perawat.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau masa serta

nyeri tekan pada mata, hidung, telinga.

f) Sistem kardiovaskuler

Inspeksi : Tidak terdapat sianosis.

Palpasi : CRT <2 detik, tidak ada pembesaran

arteri karotis, konjungtiva tidak anemis,

akral teraba hangat, irama jantung

reguler.

Auskultasi : Tidak terdengar bunyi jantung

tambahan, bunyi jantung S1 dan S2

murni.

Perkusi : Bunyi pekak pada daerah jantung.

g) Sistem pernapasan

Inspeksi : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan,

tidak ada pernapasan cuping hidung,

bentuk dada simetris kiri dan kanan,

pergerakan dada simetris, tidak

terdapat retraksi dinding dada,

Page 54: Karlis maya beres

54

pergerakan dada mengikuti pernapasan,

tidak ada penggunaan otot-otot

pernapasan, proses pernapasan

teratur/normal.

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama antara kiri

dan kanan pada saat klien mengatakan

satu-satu.

Perkusi : Saat diperkusi suara paru resonan.

Auskultasi : Tidak terdengar bunyi napas tambahan.

h) Sistem pencernaan

Inspeksi : Jumlah gigi masih lengkap, gigi

tampak kotor, tidak ada peradangan

pada gusi, pergerakan lidah baik,

tampak luka operasi yang tertutup

verban pada abdomen bagian bawah,

keadaan luka masih basah.

Auskultasi : Bising usus 8x/menit.

Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen.

Perkusi : Terdengar bunyi timpani.

i) Sistem muskuloskeletal

(1) Ekstremitas atas

Inspeksi : Ekstremitas kiri dan kanan simetris,

tidak terdapat lesi, pada tangan kanan

Page 55: Karlis maya beres

55

terpasang infus RL 20 tetes/menit,

pergerakan baik.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,

Kekuatan otot 5 5 .

Perkusi : Refleks bisep +/+, refleks trisep +/+.

(2) Ekstremitas bawah

Inspeksi : Ekstremitas kanan dan kiri simetris,

tidak terdapat lesi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema,

Kekuatan otot 5 5 .

Perkusi : Refleks achiles +/+.

Refleks pattela +/+.

Refleks babynski +/+.

j) Sistem endokrin

Inspeksi : Refleks menelan baik, tidak ada

pembesaran thyroid dan para thyroid,

pengeluaran ASI tidak lancar dan

kontraksi uterus baik.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.

k) Sistem perkemihan

Inspeksi : Terpasang kateter, warna urin kuning

pekat, volume urin 500 cc/hari.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan edema.

Page 56: Karlis maya beres

56

l) Sistem reproduksi

Inspeksi : Tidak ada edema pada perineum,

keluar darah bercampur dengan

gumpalan darah (lochia rubra), tampak

terpasang pempers pembalut 1 buah,

payudara simetris kiri dan kanan,

tampak areola mamae kurang bersih

serta produksi ASI kurang.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada payudara.

m) Sistem imun

Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran pada

kelenjar limfe.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

n) Sistem persyarafan

(1) Fungsi serebral

(a) Status mental

Klien dapat berorientasi dengan baik, wajah

klien nampak meringis, kekuatan otot normal,

bahasa jelas.

(b) Kesadaran

Compos mentis (GCS: 15), eyes 4 (dapat

membuka mata dengan spontan), motorik 6

(pergerakan baik), verbal 5 (komunikasi jelas).

Page 57: Karlis maya beres

57

(c) Bicara

Dapat mengungkapkan rasa nyeri, klien dapat

mengikuti perintah, serta bicara normal dan

jelas.

(2) Fungsi kranial

N I (Olfaktorius) : klien dapat membedakan bau.

N II (Optikus) : fungsi penglihatan klien masih baik

dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

N III, N IV dan N VI (Okulomotorius, Troclearis,

Abdusen) : kontraksi pupil isokor, pergerakan

kelopak mata baik, klien dapat menggerakan mata

ke atas dan kebawah.

N V (Trigeminus) : refleks kornea klien baik.

N VII (Facialis) : perubahan mimik wajah klien

baik.

N VIII (Vestibulococlearis) : klien dapat mendengar

dengan baik.

N IX dan N X (Glosofaringeus dan Vagus) : refleks

menelan dan mengecap klien baik.

N XI (Aksesorius) : klien dapat mengangkat bahu.

N XII (Hipoglosus) : pergerakan lidah klien baik.

Page 58: Karlis maya beres

58

5) Pola Kegiatan Sehari-hari

Tabel.2 pola aktivitas sehari-hari No Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit

1. Nutrisi

- Pola makan

- Frekuensi

makan

- Jenis makanan

- Pantangan

- Keluhan

- Intake cairan /

hari

- Jenis cairan

Teratur, porsi 1

piring di habiskan

3 x sehari

Nasi, ikan, sayur

dan buah

Tidak ada

Tidak ada

7 – 8 gelas / hari

Air putih dan susu

Teratur, porsi 1

piring di habiskan

2x sehari

Bubur, telur,

gabing

Tidak ada

Tidak ada

4 – 5 gelas / hari

Air putih hangat

2. Eliminasi

- Frekuensi

BAK

- Warna urin

- Bau

- Keluhan

- Frekuensi

BAB

- Konsistensi

- Warna feses

- Bau

- Keluhan

5 – 6 x/ hari

Kuning jernih

Khas amoniak

Tidak ada

2 x/ hari

Padat

Kuning

Khas feses

Tidak ada

4 – 5 x/ hari

Kuning pekat

Khas amoniak

Tidak ada

Baru 1x setelah

operasi

Padat

Kuning

Khas feses

Tidak ada

3. Personal

hygiene

- Mandi

- Cuci rambut

- Gosok gigi

- Potong kuku

- Ganti pakaian

2 x/ hari

2 x seminggu

3 x/ hari

1 x seminggu

Setiap habis

mandi

Belum mandi

Belum cuci rambut

Belum gosok gigi

1 x seminggu

Klien tampak

kusam

4. Pola istrahat

tidur

- Tidur siang

- Tidur malam

13.00 – 15.00

21.00 – 05.00

13.00 – 16.00

22.00 – 05.00

5. Aktivitas

- Olahraga

- Kegiatan di

waktu luang

- Jenis

pekerjaan

Jalan pagi

Nonton televisi

Sebagai guru

honorer / ibu

rumah tangga

Tidak pernah

Cerita dengan

keluarga dan

perawat

Tidak dapat

beraktivitas karena

nyeri

Page 59: Karlis maya beres

59

6) Data Psikologis

a) Status emosi

Klien tampak tidak mudah tersinggung dengan

pertanyaan-pertanyaan yang perawat ajukan kepadanya

serta klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.

b) Konsep diri

(1) Body image : klien mengatakan tidak merasa malu

walaupun pada perutnya terdapat luka bekas

operasi.

(2) Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh

agar dapat berkumpul lagi bersama keluarganya.

(3) Harga diri : klien masih merasa berharga walaupun

dengan kondisinya yang sekarang, serta klien

merasa cemas atas kondisinya.

(4) Peran : klien adalah sebagai ibu rumah tangga yang

baru mempunyai satu orang anak serta mengurus

suaminya.

(5) Identitas diri : klien mengatakan dirinya sama

dengan orang lain meskipun terdapat luka bekas

operasi di perutnya.

Page 60: Karlis maya beres

60

c) Pola koping

Klien tampak ceria dan terbuka dalam bercerita serta

klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak tau cara

merawat payudara.

7) Data sosial

Klien mau diajak untuk bercerita tentang keadaan

penyakitnya, klien selalu menjawab bila di tanya serta cara

berbicara klien cukup jelas.

8) Data spiritual

Klien mengatakan dukungan dari suami dan keluarga

sangat tinggi, klien beragama islam dan klien menyarahkan

semua keadaannya saat ini kepada Allah SWT serta selama

sakit klien tidak dapat menjalankan shalat.

9) Data penunjang (pemeriksaan laboratorium tanggal 6 Mei

2014)

Tabel. 3 pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin

Leukosit

LED/BBS

7,2

8840

60/-

L : 14 – 18

5.000 - 10.000

L : 0-10

gr/Dl

mm3

mm/1 jam

10) Pengobatan dan Perawatan

a) Pengobatan

(1) IVFD RL 20 tetes/menit

(2) Zibac 1 gr/12 Jam/IV

Page 61: Karlis maya beres

61

(3) Metronidazole 1A/8Jam/Infus

(4) Asam Mefenamat 3 x 500 mg PO

(5) Metil Ergo 3 x 0,125 mg PO

(6) Lactapit 3 x 1 PO

(7) B/C 3 x 1 PO

(8) Stolax Supp II/Rectal

b) Perawatan

(1) Observasi TTV

(2) Perawatan luka

(3) Vulva hygiene

(4) Istrahat

(5) Ganti verban

(6) Personal hygiene

b. Klasifikasi Data

1) Data Subjektif

a) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di

abdomen

b) Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul

c) Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi

d) Klien mengatakan belum pernah keramas

e) Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi

f) Klien mengatakan tidak mampu beraktifitas

Page 62: Karlis maya beres

62

g) Klien mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan

payudara

h) Klien mengatakan cemas karena ASInya belum keluar

2) Data Objektif

a) Ekspresi wajah tampak meringis

b) Skala yang di rasakan nyeri 6 (0-10)

c) Nyeri tekan pada luka operasi

d) Tampak luka bekas operasi pada abdomen

e) Luka masih tampak basah

f) Luka tampak di tutupi verban

g) Klien tampak lemah

h) Aktivitas klien tampak dibantu keluarga

i) Klien tampak kusam

j) Gigi klien tampak kotor

k) Rambut tampak tidak tertata dengan rapi

l) Klien tampak bertanya-tanya tentang keadaannya

m) Klien tampak cemas

Page 63: Karlis maya beres

63

c. Analisa Data

Tabel 4. Analisa data

No Data Penyebab Masalah

1. DS :

- Klien mengatakan

nyeri pada luka bekas

operasi di abdomen

- Klien mengatakan

nyeri di rasakan

secara hilang timbul

DO : - Ekspresi wajah

tampak meringis

- Skala nyeri yang di

rasakan 6 (0-10)

- Nyeri tekan pada luka

operasi

Adanya sectio

caesarea

Terputusnya

kontinuitas

jaringan

Merangsang

tubuh,

mengeluarkan

protagladin,

histamine,

serotonin

Impuls dikirim

ke thalamus

korteks serebri

Nyeri

dipersepsikan

Nyeri

2. DS : - Klien mengatakan

belum mandi setelah

di operasi

- Klien mengatakan

belum pernah keramas

- Klien mengatakan

belum pernah

menyikat gigi

- Klien mengatakan

tidak mampu

beraktivitas

DO : - Rambut tampak tidak

tertata dengan rapi

- Klien tampak kusam

- Gigi klien tampak

kotor

- Aktivitas klien tampak

dibantu keluarga

Indikasi sectio

caesarea

Terputusnya

kontinuitas

jaringan

Nyeri insisi saat

bergerak

Ketidak mampuan

untuk melakukan

aktivitas

Defisit perawatan

diri

Defisit

perawatan

diri

Page 64: Karlis maya beres

64

3. DS : -

DO : - Tampak luka bekas

operasi pada abdomen

- Luka masih tampak

basah

- Luka tampak ditutupi

verban

Indikasi sectio

caesarea

Terputusnya

kontinuitas

jaringan

Luka tampak

basah

Tempat

perkembangan

mikro

organisme

pathogen

Resiko tinggi

terhadap

infeksi

Resiko

tinggi

infeksi

4. DS :

- Klien mengatakan

tidak mengetahui

tentang perawatan

payudara

- Klien mengatakan

cemas karena

ASInya belum

keluar

DO :

- Klien tampak

bertanya-tanya

tentang keadaannya

- Klien tampak cemas

Indikasi sectio

caesarea

Adanya

perubahan

status

kesehatan

Kurang

terpapar

informasi

tentang status

kesehatan dan

keadaan pasca

operasi

Ancaman

status

kesehatan

Stress

psikologis

Kurang

pengetahuan

Kurang

pengetahu

an

Page 65: Karlis maya beres

65

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan di

tandai dengan :

Data subyektif :

1) Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di

abdomen

2) Klien mengatakan nyeri di rasakan secara hilang timbul

Data obyektif :

1) Ekspresi wajah tampak meringis

2) Skala nyeri yang di rasakan 6 (0-10)

3) Nyeri tekan pada luka operasi

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak

di tandai dengan :

Data subyektif :

1) Klien mengatakan belum mandi setelah di operasi

2) Klien mengatakan belum pernah keramas

3) Klien mengatakan belum pernah menyikat gigi

4) Klien mengatakan tidak mampu beraktivitas

Data obyektif :

1) Rambut tampak tidak tertata dengan rapi

2) Klien tampak kusam

3) Gigi klien tampak kotor

4) Aktivitas klien tampak dibantu keluarga

Page 66: Karlis maya beres

66

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang

masih basah di tandai dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen

2) Luka masih tampak basah

3) Luka tampak di tutupi verban

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakitnya di tandai dengan :

Data subyektif :

1) Klien mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan

payudara

2) Klien mengatakan cemas karena ASInya belum keluar

Data obyektif :

1) Klien tampak bertanya-tanya tentang keadaannya

2) Klien tampak cemas

Page 67: Karlis maya beres

67

3. Rencana Keperawatan

Nama : Ny. R Tanggal Masuk : 6 Mei 2014

Umur : 26 Tahun Tanggal Pengkajian : 7 Mei 2014

Alamat : Sidodadi Diagnosa Medis : Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang

Tabel 5. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 2 3 4 5 1. Nyeri berhubungan

dengan terputusnya

kontinuitas jaringan,

ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan nyeri

pada luka bekas operasi

di abdomen

- Klien mengatakan nyeri

di rasakan secara hilang

timbul

DO :

- Ekspresi wajah tampak

meringis

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 4 hari,

rasa nyeri dapat berkurang

dengan kriteria:

- Klien tampak rileks

- Klien mengatakan nyeri

berkurang

- Tanda-tanda vital dalam

batas normal

1. Pantau karakteristik dan

intensitas nyeri

2. Observasi TTV

3. Ajarkan klien tehnik mengatasi

nyeri yaitu relaksasi dan

distraksi

1. Nyeri dirasakan,

dimanifestasikan dan

ditoleransi secara individual,

perubahan berat / lamanya

dapat mengidentifikasi

kemajuan proses penyakit

2. Peningkatan Tanda-tanda

vital merupakan indikator

peningkatan nyeri

3. Tehnik distraksi dapat

mengalihkan perhatian klien

terhadap nyeri dan tehnik

relaksasi menurunkan

kelelahan otot

Page 68: Karlis maya beres

68

- Skala nyeri yang di

rasakan 6 (0-10)

- Nyeri tekan pada luka

operasi

4. Atur posisi yang nyaman bagi

klien

5. Lanjutkan pemberian terapi obat

analgetik sesuai indikasi

4. Posisi yang nyaman

menurunkan kelelahan otot

5. Menghambat reseptor nyeri

dan mempercepat proses

penyembuhan

2. Defisit perawatan diri

berhubungan dengan

keterbatasan gerak,

ditandai dengan :

DS : - Klien mengatakan

belum mandi setelah di

operasi

- Klien mengatakan

belum pernah keramas

- Klien mengatakan

belum pernah menyikat

gigi

- Klien mengatakan tidak

mampu beraktivitas

DO : - Rambut tampak tidak

tertata dengan rapi

- Klien tampak kusam

- Gigi klien tampak kotor

- Aktivitas klien tampak

dibantu keluarga

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 4 hari,

perawatan diri dapat

teratasi dengan kriteria :

- Klien berpenampilan

bersih dan rapi

- Gigi klien bersih

- Klien mampu melakukan

aktivitas perawatan diri

secara mandiri

1. Kaji kemampuan saat ini dan

hambatan dalam perawatan diri

2. Beri HE pada klien dan

keluarga tentang pentingnya

perawatan diri

3. Lakukan perawatan vulva

hygiene

4. Bantu klien dalam melakukan

aktivitas perawatan diri

5. Beri reinforcement kepada klien

jika klien mampu melakukan

kebutuhan merawat diri

walaupun dalam batas minimal

1. Mengidentifikasi kemampuan

intervensi yang dibutuhkan

selanjutnya

2. Agar klien dan keluarga dapat

memahami pentingnya

perawatan diri

3. Vulva hygiene akan

mencegah berkembang

biaknya kuman yang masuk

kedalam serviks yang dalam

proses dilatasi

4. Memberi rasa percaya diri

dan meningkatkan rasa

nyaman klien

5. Memberikan suport sehingga

memaksimalkan kemampuan

klien dalam tindakan

keperawatan dirinya dan

meningkatkan kepercayaan

diri klien

Page 69: Karlis maya beres

69

3. Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan luka

operasi yang masih basah,

ditandai dengan :

DS : -

DO : - Tampak luka bekas

operasi pada abdomen

- Luka masih tampak

basah

- Luka tampak ditutupi

verban

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 4 hari,

tanda-tanda infeksi tidak

ada dengan kriteria :

- Tidak terjadi tanda-tanda

peradangan seprti

kemerahan ataupun panas

- Luka mengering

1. Observasi keadaan luka

2. Observasi tanda-tanda vital

terutama suhu

3. Gunakan tehnik aseptik dan

antiseptik dalam setiap tindakan

4. Lakukan perawatan luka dengan

memperhatikan kesterilan

5. Beri HE pada klien dan

keluarga tentang pentingnya

perawatan luka

6. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat antibiotik

1. Untuk mengetahui adanya

tanda-tanda infeksi

2. Adanya peningkatan suhu

tubuh merupakan salah satu

tanda dari infeksi

3. Menurunkan resiko

penyebaran infeksi

4. Melakukan perawatan luka

untuk menjaga agar luka tetap

bersih serta mencegah

terjadinya kontaminasi

dengan mikroorganisme

5. Agar klien dan keluarga

memahami pentingnya

perawatan luka

6. Antibiotik dapat mencegah

infeksi dengan cara

membunuh kuman yang

masuk

Page 70: Karlis maya beres

70

4. Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya informasi

tentang penyakitnya,

ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan tidak

mengetahui tentang

perawatan payudara

- Klien mengatakan

cemas karena ASInya

belum keluar

DO :

- Klien tampak bertanya-

tanya tentang

keadaannya

- Klien tampak cemas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 4 hari,

kurangnya pengetahuan

klien dapat teratasi dengan

kriteria :

- Klien mengerti dengan

kondisi penyakitnya

- Klien tampak tenang

- Klien tampak paham

dengan penyakitnya dan

tidak merasa cemas lagi

1. Kaji kemampuan dan motivasi

klien untuk belajar serta bantu

klien dan pasangan dalam

mengidentifikasi kebutuhan

2. Berikan penyuluhan lisan dan

tertulis

3. Berikan informasi yang

berhubungan dengan perubahan

fisiologis dan psikologis

berkenaan dengan persalinan

Sectio Caesarea dan kebutuhan

dengan periode Post Op Sectio

Caesarea

4. Anjurkan kepada klien

melakukan perawatan payudara

1. Periode Post Op Sectio

Caesarea menjadikan

pengalaman positif bila

kesempatan penyuluhan di

berikan untuk membantu ibu

2. Membantu menjamin

ketangkapan informasi yang

di terima

3. Membantu klien mengenali

perubahan normal dari proses

abnormal yang mungkin

memerlukan tindakan

4. Agar dapat memproduksi ASI

dengan lancar

Page 71: Karlis maya beres

71

4. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 6. Implementasi dan Evaluasi

Hari /

Tanggal

No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Hari /

Tanggal

Jam Evaluasi Paraf

Rabu

7 Mei 2014 I 07.00

07.15

07.50

1. Memantau karakteristik

dan intensitas nyeri

Hasil :

- Nyeri tekan pada daerah

luka operasi di abdomen

- Ekspresi wajah

meringis saat nyeri

timbul

- Skla nyeri 6 (0-10)

2. Mengobservasi TTV

Hasil :

TD : 100/70 mmHg

N : 80x / menit

P : 24x / menit

S : 37 °C

3. Mengajarkan klien tehnik

mengatasi nyeri yaitu

tehnik distraksi dan

relaksasi

Hasil :

Klien tampak merasa

nyaman

Rabu

7 Mei 2014

13.30 S :

- Klien mengatakan

masih merasa nyeri

pada luka operasi

- Klien mengatakan

nyeri hilang timbul

O :

- Skala nyeri 6 (0-10)

- Nyeri tekan pada luka

operasi

- Ekspresi wajah

meringis saat timbul

nyeri

- Klien tampak bergerak

terbatas dan berhati-

hati

A :

Tujuan belum tercapai

P :

Lanjutkan Intervensi

Page 72: Karlis maya beres

72

08.00

10.00

4. Mengatur posisi yang

nyaman bagi klien

dengan cara semi fowler

Hasil :

Klien merasa nyaman

dengan posisi yang

diberikan

5. Memberi terapi obat

analgetik

Hasil : Asmet 500 gr PO

Rabu

7 Mei 2014

II 07.30

08.45

1. Mengkaji kemampuan

saat ini dan hambatan

dalam perawatan diri

Hasil :

- Klien belum dapat

beraktivitas secara

mandiri

- Klien belum dapat

melakukan perawatan

diri secara mandiri

- Aktivitas klien masih

dibantu oleh keluarga

2. Membantu klien dalam

memenuhi personal

hygiene

Rabu

7 Mei 2014 13.45 S :

- Klien mengatakan

merasa segar setelah

dimandikan

- Klien mengatakan

dalam merawat diri

masih dibantu oleh

keluarga

O :

- Klien belum dapat

merawat diri secara

mandiri

- Penampilan klien

tampakn rapi

- Kuku tampak bersih

- Rambut tertata rapi

Page 73: Karlis maya beres

73

09.45

10.25

Hasil :

Klien mau di mandikan

dengan menggunakan

waslap basah

3. Memberikan HE pada

klien dan keluarga

tentang pentingnya

perawatan diri

Hasil :

Klien dan keluarga

memahami pentingnya

perawatan diri

4. Memberikan

reinforcement kepada

klien atas kemampuan

dalam perawatan diri Hasil :

Klien merasa senang

A :

Tujuan belum tercapai

P :

Lanjutkan intervensi

Rabu

7 Mei 2014

III 08.25

09.00

1. Mengobservasi keadaan

luka bekas operasi

Hasil :

- Tampak luka di daerah

abdomen

- Luka tampak mulai

mengering

- Luka masih di verban

2. Mengobservasi TTV

terutama suhu

Rabu

7 Mei 2014 14.00 S : -

O :

- Luka masih tampak

basah

- Luka tampak tertutup

verban

Page 74: Karlis maya beres

74

09.10

09.15

10.45

Hasil : suhu 37 °C

3. Menggunakan tehnik

aseptik dan antiseptik

dalam setiap tindakan

Hasil :

Sebelum melakukan

tindakan terlebih dulu

mencuci tangan dan

memakai sarung tangan

steril serta sesudah

melakukan tindakan

mencuci tangan

4. Melakukan perawatan

luka dengan

memperhatikan kesterilan

Hasil :

Menggunakan alat steril

pada saat mengganti

balutan

5. Memberikan HE pada

klien dan keluarga

tentang pentingnya

perawatan luka

Hasil : klien dan keluarga

memahami dan mengerti

A :

Tujuan belum tecapai

P :

Intervensi dilanjutkan

Page 75: Karlis maya beres

75

11.00 6. Berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian

obat antibiotik

Hasil : metil ergo 3x1

Rabu

7 Mei 2014

IV 08.05

08.15

08.30

09.05

1. Mengkaji kemampuan

dan motivasi klien untuk

belajar serta bantu klien

dan pasangan dalam

mengidentifikasi

kebutuhan

Hasil : klien mau belajar

2. Memberikan penyuluhan

lisan dan tertulis

3. Memberikan informasi

yang berhubungan dengan

perubahan fisiologis dan

psikologis berkenaan

dengan persalinan Sectio

Caesarea dan kebutuhan

dengan periode Post Op

Sectio Caesarea

Hasil : klien tampak

mengerti

4. Menganjurkan kepada

klien melakukan

perawatan payudara

Hasil : tampak ASI keluar

dengan lancar

Rabu

7 Mei 2014

14.00 S :

- Klien mengatakan

sudah mengetahui cara

merawat payudara

- Klien mengatakan

tidak merasa cemas

lagi

O :

- Klien tidak lagi

bertanya-tanya

- Klien tampak tenang

A :

Tujuan tercapai

P :

Intervensi dipertahankan

Page 76: Karlis maya beres

76

5. Catatan Perkembangan

Tabel 7. Catatan perkembangan

No. Hari /

Tanggal

Diagnosa

Keperawatan

Jam Catatan Perkembangan

1 2 3 4 5

1. Kamis

8 Mei 2014

DX

I 09.00 S :

- Klien mengatakan masih

merasa nyeri pada luka

operasi

- Klien mengatakan nyeri

masih di rasakan secara hilang

timbul

O :

- Skla nyeri 6 (0-10)

- Nyeri tekan di sekitar luka

operasi

- Ekspresi wajah meringis saat

timbul nyeri

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :

6. Memantau karakteristik dan

intensitas nyeri

Hasil :

- Nyeri tekan pada daerah

luka operasi di abdomen

- Ekspresi wajah meringis

saat nyeri timbul

- Skla nyeri 6 (0-10)

7. Mengobservasi TTV

Hasil :

TD : 100/80 mmHg

N : 90x / menit

P : 24x / menit

S : 36,5 °C

8. Mengajarkan klien tehnik

mengatasi nyeri yaitu tehnik

distraksi dan relaksasi

Hasil : Klien di ajak bercerita

9. Mengatur posisi yang nyaman

bagi klien dengan cara semi

fowler

Hasil : Klien diberi posisi

semi fowier

10. Penatalaksanaan pemberian

obat analgetik

E : Masalah belum teratasi

Page 77: Karlis maya beres

77

2. Kamis

8 Mei 2014

DX

II 10.00 S :

- Klien mengatakan merasa

segar setelah dimandikan

- Klien mengatakan masih di

bantu keluarga dalam

merawat diri

O :

- Klien belum dapat

beraktivitas secara mandiri

- Penampilan klien tampak rapi

- Rambut tertata dengan rapi

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :

5. Mengkaji kemampuan saat ini

dan hambatan dalam

perawatan diri

Hasil :

- Klien belum dapat

beraktivitas secara mandiri

- Klien belum dapat

melakukan perawatan diri

secara mandiri

- Aktivitas klien masih

dibantu oleh keluarga

6. Membantu klien dalam

memenuhi personal hygiene

Hasil : Klien mengganti

pakaian kotor

7. Memberikan HE pada klien

dan keluarga tentang

pentingnya perawatan diri

Hasil : Klien dan keluarga

memahami pentingnya

perawatan diri

8. Memberikan reinforcement

kepada klien atas kemampuan

dalam perawatan diri Hasil : Klien merasa senang

E : Masalah belum teratasi

3. Kamis

8 Mei 2014

DX

III 11.00 S : -

O :

- Luka msih tampak basah

- Luka tampak tertutup verban

Suhu 36,5 °C

A : tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi

Page 78: Karlis maya beres

78

I :

7. Mengobservasi keadaan luka

bekas operasi

Hasil :

- Tampak luka di daerah

abdomen

- Luka tampak masih basah

- Luka masih di verban

8. Menggunakan tehnik aseptik

dan antiseptik dalam setiap

tindakan

Hasil :

Sebelum melakukan tindakan

terlebih dulu mencuci tangan

dan memakai sarung tangan

steril serta sesudah melakukan

tindakan mencuci tangan

9. Melakukan perawatan luka

dengan memperhatikan

kesterilan

Hasil :

Menggunakan alat steril pada

saat mengganti balutan

10. Memberikan HE pada klien

dan keluarga tentang

pentingnya perawatan luka

Hasil : klien dan keluarga

memahami dan mengerti

E : Masalah belum teratasi

4. Jumat

9 Mei 2014

DX

I 08.00 S :

- Klien mengatakan nyerinya

sudah berkurang

O :

- Skala nyeri 4 (0-10)

- Nyeri tekan pada luka bekas

operasi

A : tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi 1, 3, 4, 5

I :

1. Memantau karakteristik dan

intensitas nyeri

Hasil :

- Nyeri tekan pada daerah

luka operasi di abdomen

- Nyeri dirasakan sudah

berkurang

Page 79: Karlis maya beres

79

3. Mengajarkan klien tehnik

mengatasi nyeri yaitu tehnik

distraksi dan relaksasi

Hasil : Klien di ajak bercerita

4. Mengatur posisi yang nyaman

bagi klien dengan cara semi

fowler

Hasil : Klien diberi posisi

semi fowier

5. Penatalaksanaan pemberian

obat analgetik yaitu asam

mefenamat

E : masalah belum teratasi

5. Jumat

9 Mei 2014

DX

II

08.30 S :

Klien mengatakan dalam

merawat diri masih di bantu

keluarga

O :

- Klien tampak bersih

- Klien tampak dibantu

keluarga dalam memenuhi

kebutuhannya

A : tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3

I :

1. Mengkaji kemampuan saat ini

dan hambatan dalam

perawatan diri

Hasil :

- Klien belum dapat

beraktivitas secara mandiri

- Klien belum dapat

melakukan perawatan diri

secara mandiri

- Aktivitas klien masih

dibantu oleh keluarga

2. Membantu klien dalam

memenuhi personal hygiene

Hasil : Klien mengganti

pakaian kotor

3. Memberikan HE pada klien

dan keluarga tentang

pentingnya perawatan diri

Hasil : Klien dan keluarga

memahami tentang

pentingnya perawatan diri

E : masalah belum teratasi

Page 80: Karlis maya beres

80

6. Jumat

9 Mei 2014

DX

III

08.45 S : -

O :

- Luka tampak sudah

mengering

- Luka di tutup verban

A : Tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3

I :

1. Mengobservasi keadaan luka

bekas operasi

Hasil :

- Tampak luka di daerah

abdomen

- Luka tampak mengering

- Luka masih di verban

2. Menggunakan tehnik aseptik

dan antiseptik dalam setiap

tindakan

Hasil :

Sebelum melakukan tindakan

terlebih dulu mencuci tangan

dan memakai sarung tangan

steril serta sesudah melakukan

tindakan mencuci tangan

3. Melakukan perawatan luka

dengan memperhatikan

kesterilan

Hasil :

Menggunakan alat steril pada

saat mengganti balutan

E : Masalah belum teratasi

7. Sabtu

10 Mei 2014

DX

I

10.00 S :

Klien mengatakan nyeri sudah

berkurang

O :

- Skala nyeri 2 (0-10)

- Klien tampak tenang

A : tujuan tercapai

P : Intervensi di pertahankan

8. Sabtu

10 Mei 2014

DX

II

10.15 S :

Klien mengatakan sudah dapat

merawat diri secara mandiri

O :

- Klien tampak rapi dan bersih

- Klien beraktivitas secara

mandiri

A : Tujuan tercapai

P : intervensi dipertahankan

Page 81: Karlis maya beres

81

9. Sabtu

10 Mei 2014

DX

III

10.45 S : -

O :

- Luka sudah mengering

- Luka masih tertutup verban

A : tujuan tercapai

P : intervensi di pertahankan

Page 82: Karlis maya beres

82

B. Pembahasan

Bagian ini membahas mengenai kesenjangan Asuhan

Kaperawatan Pada Klien Ny. R Dengan Post Op Sectio Caesarea POD

I a/i Letak Lintang di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna, tanggal 7-10 Mei 2014 dihubungkan dengan teori

yang ada dalam tinjauan teoritis dan di bahas mulai dari Pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

1. Pengkajian

Menurut tinjauan teori bahwa pada pengkajian klien dengan

Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang ditemukan data

antara lain nyeri pada luka bekas operasi, belum melakukan

perawatan diri, ekspresi wajah meringis bila nyeri, tampak luka

operasi di daerah abdomen, kelemahan, keterbatasan rentang gerak,

aktivitas dibantu, klien merasa cemas, klien tidak mengetahui

tentang cara merawat payudara, pengeluaran ASI belum lancar,

luka masih tampak basah, masih terpasang kateter serta klien selalu

bertanya tentang keadaan penyakitnya.

Pada pengkajian studi kasus di temukan data pada klien Ny.

R antara lain klien mengeluh nyeri pada luka operasi dan dirasakan

secara hilang timbul, nyeri tekan pada area sekitar luka operasi

dengan skala 6 (0-10), klien dibantu oleh keluarga dalam

memenuhi personal hygienenya, keadaan umum lemah, ektivitas

klien dibantu keluarga, klien tampak kusam, klien belum mandi,

Page 83: Karlis maya beres

83

klien belum sikat gigi, keramas, ekspresi wajah meringis, kateter

sudah di lepas, terpasang infus RL.

Dari pengkajian di atas penulis mendapatkan kesenjangan

antara teori dan fakta yang ada dari hasil pengkajian Klien Ny. R.

Kesenjangan ini terjadi disebabkan oleh karena manusia

merupakan makhluk yang unik dimana dalam memberikan respon

terhadap masalah kesehatan atau penyakit baik respon bio, psiko,

sosial, spiritual, dan kultural berbeda-beda setiap individu.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teori, Diagnosa Keperawatan yang ditemukan

Pada Klien Ny. R Dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang adalah sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

akibat tindakan pembedahan.

b. Gangguan kebutuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan

nyeri terus menerus.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan

kekuatan/keterbatasan gerak dan kelemahan fisik.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi

tentang penyakitnya.

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

status kesehatan dan keadaan pasca operasi.

Page 84: Karlis maya beres

84

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang

masih basah.

g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pendarahan.

Sedangkan Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada

studi kasus sebagai hasil analisa dan penetapan masalah

Keperawatan ditemukan empat Diagnosa Keperawatan adalah

sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi yang

masih basah

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakitnya

Dengan demikian antara teori Konsep Keperawatan dan

Studi Kasus terjadi kesenjangan, dimana Diagnosa Keperawatan

yang ada pada teori tidak ditemukan dalam studi kasus yaitu

gangguan kebutuhan istrahat dan tidur, kecemasan serta resiko

tinggi kekurangan volume cairan.

Adanya kesenjangan ini karena tidak adanya tanda dan

gejala yang menunjang pada studi kasus untuk mengangkat

masalah tersebut karena masalah diangkat disesuaikan dengan

kondisi klien pada saat pengkajian, interpretasi data dan analisa

Page 85: Karlis maya beres

85

data. Selain itu respon individu terhadap stress atau penyakit

berbeda-beda, sehingga dalam merumuskan diagnosa keperawatan

disesuaikan dengan keadaan data yang mendukung.

3. Perencanaan

Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga klien

menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

sesuai dengan masalah yang muncul. Perencanaan disesuaikan

dengan kebutuhan klien, situasi dan kondisi serta sarana dan

prasarana yang ada diruangan.

Penulis akan menguraikan kesenjangan yang terjadi pada

penyusunan rencana keperawatan berdasarkan teori dan studi kasus

klien dengan Post Op Sectio Caesarea POD I a/i Letak Lintang

sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Intervensi berdasarkan teori tetapi tidak ada pada kasus yaitu

anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap

sedangkan intervensi pada studi kasus yang tidak terdapat pada

teori yaitu atur posisi yang nyaman bagi klien. Untuk intervensi

pada studi kasus dan tidak terdapat pada tinjauan teori penulis

bersama-sama dengan klien dan keluarga klien membuat

rencana keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan

klien.

Page 86: Karlis maya beres

86

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mendapatkan

kesenjangan dalam penyusunan rencana keperawatan, dimana

tidak semua rencana keperawatan yang ada pada teori

ditetapkan dalam kasus dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan

dalam membuat suatu rencana keperawatan penulis berpatokan

pada keadaan atau kondisi klien pada saat itu serta disesuaikan

dengan sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit.

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi masih

basah. Intervensi pada studi kasus tetapi tidak ada pada tinjauan

teori yaitu beri HE pada klien dan keluarga klien tentang

pentingnya perawatan luka. Intervensi ini di cantumkan dalam

studi kasus karena pengetahuan tentang perawatan luka sangat

penting bagi klien dan keluarga untuk mempercepat proses

penyembuhan.

4. Implementasi

Pada tahap ini implementasi merupakan kelanjutan dari

perencanaan yang telah disusun tetapi penulis mendapat

kesenjangan sehingga dalam implementasi tidak semua intervensi

dilaksanakan yaitu pada Diagnosa Keperawatan defisit perawatan

diri berhubungan dengan keterbatasan gerak dengan intervensi

lakukan perawatan vulva hygiene. Hal ini disebabkan dalam

pelaksanaan implementasi, penulis berpatokan pada keadaan atau

Page 87: Karlis maya beres

87

kondisi klien saat itu dimana klien tidak mau dilakukan perawatan

vulva hygiene.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sebaiknya

perawat memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan

pendekatan komunikasi terapeutik.

b. Membantu mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhan klien

baik bio, psiko, sosial, spiritual dan kultural.

c. Meningkatkan harga diri klien

d. Semua tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus

dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung gugatkan.

e. Implementasi dalam keperawatan sifatnya berkesinambungan

karena waktu yang disediakan kurang memadai oleh karena itu

kerja sama dengan perawat ruangan dalam pemberian Asuhan

Keperawatan sehingga pelaksanaan tindakan keperawatan

berkelanjutan.

f. Melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya dalam

proses keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan

dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan

dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Page 88: Karlis maya beres

88

Adapun evaluasi dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan

pada Ny. R yang dirawat selama empat hari perawatan mulai

tanggal 7-10 Mei 2014 adalah dari empat diagnosa keperawatan

yang ada pada tinjauan kasus hanya satu diagnosa keperawatan

yang teratasi yaitu kurang pengetahuan sedangkan diagnosa yang

belum teratasi adalah nyeri, defisit perawatan diri, dan resiko

infeksi. Hal ini disebabkan beberapa masalah keperawatan

membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses

penyembuhan.

Page 89: Karlis maya beres

89

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari dan melaksanakan studi melalui

pendekatan Proses Keperawatan Pada Klien Ny. R yang penulis

laksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna dari tanggal 7-10 Mei 2014 dengan mengacu pada tujuan yang ingin

dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :

1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian

dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data

yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan

fisik, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakan diagnosa

keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien dan

disesuaikan dengan teori yang ada. Kemudian diprioritaskan

berdasarkan kebutuhan dasar manusia dan keluhan yang betul-betul

mengganggu atau mengancam kesehatan klien.

3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana

tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

masalah Klien Pada Post Op Sectio Caesaria POD I a/i Letak Lintang

Page 90: Karlis maya beres

90

berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan dalam

melakukan prosedur tindakan keperawatan.

4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang

merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya

kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga serta sarana

dan prasarana yang tersedia sehingga memudahkan dalam setiap

tindakan. Selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari perawat

pembimbing sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan lancar sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk

menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu

pada tercapainya tujuan yang ditetapkan dan terarah dengan adanya

catatan perkembangan setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4

hari, semua diagnosa teratasi.

6. Dokumentasi dimana penulis dapat mempresentasikan hasil dari proses

keperawatan yang telah dilakukan secara sistematis berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan.

Page 91: Karlis maya beres

91

B. Rekomendasi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan

Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Post OP Sectio Caesarea POD I

a/i Letak Lintang, penulis menyarankan :

1. Untuk Pihak Rumah Sakit

Rumah Sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

komperhensif yaitu bio, psiko, sosial dan spiritual kepada klien dengan

menambah peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang

pelaksanaan asuhan keperawatan. Selain itu juga perlu tambahan

tenaga perawat terampil yang dapat membimbing para mahasiswa

yang akan melakukan praktek keperawatan di Rumah Sakit. Perawat

agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang

komperhensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian

yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien juga diperlukan

adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk

mempercepat proses kesembuhan klien.

2. Untuk Institusi Pendidikan

Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku

referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang

penatalaksanaan perawatan Klien Dengan Sectio Caesarea POD I a/i

Letak Lintang serta menyediakan waktu yang cukup untuk

Page 92: Karlis maya beres

92

pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk

penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang.

3. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan

penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu Sectio

Caesarea POD I a/i Letak Lintang.

4. Bagi Penulis Sendiri

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan

dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam

pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sectio Caesarea

POD I a/i Letak Lintang. Penulis jangan pernah puas dengan apa yang

telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tetapi perlu

belajar lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dimasa yang

akan datang.

Page 93: Karlis maya beres

93