pendalaman materi bi-beres

28
1. Pendahuluan a. Pengantar Materi pendalaman bahasa Indonesia dalam modul ini memfokuskan pada pemakaian bahasa. Pemakaian tersebut tentunya juga mempertimbangkan segi mikro maupun segi makro linguistik. Dari segi mikro dipaparkan mengenai satuan-satuan bahasa yang terdapat dalam bahasa antara lain fonem, kata atau morfem, kalimat. Selain itu juga dipaparkan kaidah pemakaian bahasa terutama dalam ragam baku bahasa Indonesia. Diharapkan melalui kedua unsur tersebut pemakai bahasa memperoleh keterpaduan dalam pemahaman maupun penerapannya. Pembicaraan lebih lanjut, yakni pada tataran makro, dibahas tentang komunikasi bahasa, yakni yang menyangkut bahasa sebagai alat komunikasi, gangguan komunikasi, dan fungsi komunikasi bahasa. Untuk melengkapi materi ini juga dibahas ragam bahasa (ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis), selain itu juga ragam fungsional, yakni pemakaian ragam bahasa yang menyangkut keprofesian (ragam keilmuan, ragam profesi, ragam keagamaan). Representasi kebahasaan sehubungan dengan kesantunan terdapat dalam pemakaian bahasa sesuai konteks. Pembahasan materi kebahasaan dalam modul ini disajikan secara terpadu, dengan harapan dapat membantu guru menambah dan memperluas wawasan kebahasaan secara komprehensif dan dapat memancing muncul dan berkembangnya gagasan-gagasan pembelajaran bahasa yang bersifat inovatif di lingkup sekolah tempat para guru bekerja. Materi Bahasa Indonesia

Upload: doni-trinanda

Post on 26-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendalaman Materi BI-Beres

1. Pendahuluana. Pengantar

Materi pendalaman bahasa Indonesia dalam modul ini memfokuskan pada pemakaian bahasa. Pemakaian tersebut tentunya juga mempertimbangkan segi mikro maupun segi makro linguistik. Dari segi mikro dipaparkan mengenai satuan-satuan bahasa yang terdapat dalam bahasa antara lain fonem, kata atau morfem, kalimat. Selain itu juga dipaparkan kaidah pemakaian bahasa terutama dalam ragam baku bahasa Indonesia. Diharapkan melalui kedua unsur tersebut pemakai bahasa memperoleh keterpaduan dalam pemahaman maupun penerapannya.

Pembicaraan lebih lanjut, yakni pada tataran makro, dibahas tentang komunikasi bahasa, yakni yang menyangkut bahasa sebagai alat komunikasi, gangguan komunikasi, dan fungsi komunikasi bahasa. Untuk melengkapi materi ini juga dibahas ragam bahasa (ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis), selain itu juga ragam fungsional, yakni pemakaian ragam bahasa yang menyangkut keprofesian (ragam keilmuan, ragam profesi, ragam keagamaan). Representasi kebahasaan sehubungan dengan kesantunan terdapat dalam pemakaian bahasa sesuai konteks.

Pembahasan materi kebahasaan dalam modul ini disajikan secara terpadu, dengan harapan dapat membantu guru menambah dan memperluas wawasan kebahasaan secara komprehensif dan dapat memancing muncul dan berkembangnya gagasan-gagasan pembelajaran bahasa yang bersifat inovatif di lingkup sekolah tempat para guru bekerja. Kompetensi yang akan dicapai melalui modul ini dirumuskan sebagai berikut.Setelah mempelajari modul ini, diharapkan para peserta pelatihan mampu 1. menjelaskan unsur pemakaian bahasa;2. menjelaskan hakikat komunikasi bahasa;3. menjelaskan gangguan komunikasi bahasa;4. menjelaskan fungsi komunikasi bahasa;5. menjelaskan ragam bahasa baku;6. terampil menggunakan bahasa dalam berbagai konteks.

Selanjutnya untuk menguasai modul ini ada beberapa petunjuk yang harus dipraktikkan, yakni1. guru hendaknya mempelajari modul ini dengan sebaik-baiknya;2. guru hendaknya membuat rangkuman konsep esensial dari modul ini;

Materi Bahasa Indonesia

Page 2: Pendalaman Materi BI-Beres

3. serta guru hendaknya mengerjakan latihan yang terdapat dalam modul ini, di samping mencari contoh atau kasus sejenis dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari di sekitarnya;

4. guru hendaknya membuat catatan atas konsep-konsep yang belum dikuasai sebagai bahan untuk diskusi dengan sejawat dalam kelompok dan teman mengajar di sekolah.

2. Pengembangan Materi KebahasaanKegiatan BelajarA. Pemakaian Bahasa

Dalam hal pemakaian bahasa sekurang-kurangnya kita perlu memperhatikan dua hal pokok yang dianggap penting, yaitu unsur bentuk dan unsur kaidah. Unsur bentuk mengarahkan kita pada wawasan dan pengetahuan kita terhadap bentuk-bentuk bahasa secara utuh dan lengkap. Unsur kaidah memandu kita dalam penggunaan bahasa secara wajar, tepat, baik, benar, dan efektif. Kedua hal tersebut sangat diperlukan bagi kejelasan makna atau maksud yang terkandung dalam ungkapan bahasa yang kita gunakan.

1. Unsur Bentuk Apabila kita cermati suatu ujaran lisan atau ungkapan tertulis, kita akan

mendapatkan adanya serangkaian bunyi di antara jeda, atau urutan tanda atau lambing (bunyi). Rangkaian bunyi dan lambing (huruf) tersebut bersambungan membentuk sebuah struktur yang teratur. Dalam suatu ujaran kita mendengar adanya intonasi, hentian-hentian atau jeda-jeda sejenak atau lama serta tidak jarang disertai dengan gerak tubuh dan mimik. Dalam ungkapan tertulis kita mendapatkan adanya tanda-tanda titik, koma, dan lainnya di antara rangkaian lambang (huruf) yang bersambungan itu. Rangkaian bunyi atau lambang (huruf) dalam suatu ujaran atau tulisan itu pada dasarnya dapat dipenggal menurut satuan-satuan yang bermakna. Satuan-satuan penggalan ujaran atau tulisan itu lazim disebut fonem, morfem atau kata, frasa, dan kalimat.

Perhatikan kalimat yang berikut.“Dia sedang memperbaiki mobilnya”

Kalimat di atas atas 15 fonem yang berkaitan dengan cara tertentu yaitu; /d/, /i/, /a/, /s/, /e/, /ng/, /m/, /p/, /r/, /b/, /i/, /k/, /o/, /l/, /ny/, atau 9 morfem, atau 4 kata. Kita dapat menemukan morfem /dia/, /sedang/, /me-/, /per-/, /baik/, /-i/, /mobil/, dan /-nya/; atau kata /dia/, /sedang/, /memperbaiki/, /mobilnya/. Kita mengetahuan bahwa /me-/, /per-/, /-i/, dan /-nya/ merupakan imbuhan atau yang juga disebut morfem terikat, sedangkan /dia/, /sedang/, /baik/ sebagai bentuk dasar, dan /mobil/ sebagai morfem bebas.

Pada tataran morfologi kita mengenal adanya morfem terikat dan morfem bebas, serta bentukan kata. Morfem terikat berupa imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran); morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, lazimnya berupa bentuk dasar atau kata dasar. Sementara itu, kata dapat berupa kata dasar,

Page 3: Pendalaman Materi BI-Beres

kata berimbuhan, kata ulang maupun kata majemuk. Analisis morfem, penentuan morfem, dan pembentukan kata mengindikasikan bahwa dalam morfologi terdapat adanya struktur pada lingkup tersebut.

Jika kita telaah lebih lanjut, kalimat di atas dapat kita penggal atau kita bagi menurut satuan sintaksisnya. Satuan-satuan sintaksis itu kita sebut fungsi, peran, dan kategori sintaksis. Kata ”dia’ dalam kalimat di atas berfungsi sebagai subjek (S), sedangkan kelompok kata ”sedang memperbaiki” berfungsi sebagai predikat (P), dan kata ”mobilnya” berfungsi sebagai objek (O). Fungsi sintaksis menunjuk kepada hubungan antara unsur-unsur atau bagian-bagian dari suatu kalimat. Kata ”dia”, ”sedang memperbaiki”, dan ”mobilnya” menunjukkan hubungan fungsi sintaksis satu terhadap lainnya, yaitu sebagai subjek, predikat, dan objek. Selanjutnya, kata ”dia” dalam kalimat tersebut di atas memiliki peran sintaksis sebagai pelaku atau agen, yakni yang melakukan suatu perbuatan atau tindakan, sedangkan kata ”mobilnya” menunjuk kepada yang dikenai tindakan, atau objek tindakan. Kategori menunjuk kepada macam kelas atau kelompok berdasarkan kelas kata dari unsur-unsur pembentuk kalimat. Dalam hal ini, kata ”dia” berkategori sebagai nomina atau benda (lazim disebut juga FB, frasa benda), sedangkan ”sedang memperbaiki” termasuk ke dalam kelas verba atau kata kerja (lazim disebut juga FV, frasa verba atau FK, frasa kerja), dan kata ”mobilnya” berkategori benda (disebut FB, frasa benda).

Pada tataran sintaksis dalam bahasa Indonesia juga dikenal. Biasaya frasa tersebut memiliki sebuah struktur yang terdiri dari dua atau lebih unsur. Unsur pertama atau yang utama disebut unsur pusat dan unsur-unsur lainnya disebut atribut. Sebuah frasa selalu terdiri dari satu unsur pusat dan unsur atribut. Misalnya frasa wanita pengusaha. Unsur wanita disebut unsur pusat karena unsur tersebut merupakan hal yang duterangkan, sedangna pengusaha disebut unsur atribut atau penjelas atau juga disebut yang menenrangkan. Dalam kaitan ini, kita mengenal hukum DM, diterangkan dan menengakan. Yang diterangkan (D) adalah unsur pusat, sedangkan yang menenrangkan (M) disebut unsur atribut. unsur diterangkan mendahului unsur menerangkan, denan ketentuan unsur D selalu mendahului unsur M dalam frasa. Artinya, frasa wanita pengusaha berbeda maknanya dari pengusaha wanita. Mengapa?

Telah disinggung di atas bahwa pada tataran kalimat, terdapat unsur-unsur pembentuk dan unsur-unsur pembentuk tadi dalam kesatuan kalimat yang bersangkutan memiliki fungsi, peran, dan kategori sintaksis.

a. FungsiFungsi sintaksis artinya, suatu unsure dalam kalimat memiliki hubungan fungsi dengan unsure lainnya dalam kalimat itu, sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan. Uraian kalimat berdasarkan fungsi sintaksis akan memperlihatkan bahwa kalimat terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan/atau keterangan (K).

(1) Ceramah itu sangat bagus

Page 4: Pendalaman Materi BI-Beres

S P(2) Keputusan pemimpin itu sangat mengecewakan anak buahnya.

S P O(3) Pak Imam sudah menjadi direktur

S P Pel.(4) Dia sering bertugas ke luar kota.

S P K (5) Kami pernah mengundang pakar pendidikan dalam seminar sehari.

S P O K

b. KategoriPembahasan kalimat berdasarkan kategori berarti pemilahan unsur-unsur kalimat dilakukan berdasarkan kelas kata. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya kelas kata kerja (KK), kata benda (KB), kata sifat (KS), kata keterangan (KKet), dan kata tugas (KT). Yang termasuk kata tugas adalah konjungsi (kata depan), preposisi, artikula, dan partikel. Gabungan kata disebut frasa. Jika yang menjadi intinya nomina, gabungan itu disebut frasa nominal. Jika intinya verba, gabungan itu disebut frasa verbal, jika intinya adjektiva, gabungan itu disebut frasa ajektival dan seterusnya.

(6) Gedung ini akan dibongkar S: FB P: FK

(7) Kongres bahasa Indonesia berlangsung lima tahun sekali S: FB P: FK K: FBil

(8) Kami memerlukan sepidol biru. S:FB P: FV O: FB(9) Kedatangannya melegakan hati kami.

S: FB P: FK O:FB(10) Bapak dan ibunya mengajar di perguruan tinggi.

S: FB P:FK Pel: FN

c. PeranUraian berdasarkan peran akan memperlihatkan kelompok-kelompok pelaku (agen), penderita (pasien) atau sasaran, pengalam, pemanfaat (benefaktif), waktu, tempat, dan sebagainya dari unsur-unsur kalimat yang bersankutan. Peran pelaku (agen) artinya, unsur kalimat itu (biasanya subjek) melakukan tindakan atau perbuatan sebagaimana dimaksudkan dalam unsur predikatnya. Sementara itu, peran penderita adalah unsur dalam suatu kalimat yang dikenai tindakan sebagaimana dimaksudkan dalam predikatnya.

Perhatikanlah contoh-contoh yang berikut.

(11) Bu Yuli sedang membuat konsep surat. S: pelaku P: perbuatan O: sasaran

(12) Rambut Pak Surya memutih. S: pengalam P: proses

Page 5: Pendalaman Materi BI-Beres

(13) Buku ini sangat bagus. S: kualifikasi P: keadaan

Karena unsur predikat biasanya berupa verba atau adjektiva, peran unsur predikat ini tentulah menyatakan perbuatan, proses, atau keadaan. Sementara itu peran unsur keterangan antara lain sebagai alat, tempat, waktu, dan atribut.

2. Unsur KaidahSetiap bahasa memiliki kaidah, yang mengatur pemakaian bahasa baik lisan (pengucapan atau pelafalan) maupun tulis (tata tulis, ejaan) serta untuk berbagai tujuan penggunaan. Bahasa Indonesia juga memiliki kaidah yang mengatur penggunaan bahasa baik lisan maupun tulis. Pemakaian bahasa Indonesia tentunya harus sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Penyimpangan terhadap kaidah yang ada dianggap menyalahi aturan, terutama dalam pemakaian bahasa baku, atau pemakaian bahasa resmi.

Dalam pengucapan kita sering keliru atau salah, terutama untuk beberapa kata yang mengandung bunyi /e/ taling dan bunyi /e/ pepet. Contoh-contoh pada kolom kiri seharusnya diucapkan dengan bunyi /e/ taling dan pada kolom kanan seharusnya diucapkan dengan /e/ pepet, dan bukan sebaliknya.

seri “urutan” seri “sama”mental ”jiwa” mental “berbalik, memantul”teras ”beranda” teras “inti”

Kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan kata bahasa Indonesia juga sering kita jumpai, misalnya karena faktor pengaruh bahasa daerah, atau karena ketidaktahuan. Kata-kata pada kolo kiri adalah contoh kata-kata yang ditulis sesuai kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), sedangkan pada kolom kanan yang salah (tidak baku) menurut EYD. sudah ditulis suda (tanpa huruf h)rumah ditulis ruma (tanpa huruf h) bawah ditulis bawa (tanpa huruf h)kualitas ditulis kwalitaskuitansi ditulis kwitansiapotek ditulis apotikanalisis ditulis analisahipotesis ditulis hipotesapena ditulis pina

Contoh lainnya yang memperlihatkan penulisan yang baku dan tidak baku seperti di bawah ini.

baku tidak bakutunanetra tuna netrakerja sama kerjasama

Page 6: Pendalaman Materi BI-Beres

nonmigas non migasabad X abad ke-Xantarkota antar kotasistem sistim

B. Komunikasi Bahasa1. Bahasa sebagai Alat KomunikasiSecara umum bahasa merupakan alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep dan juga perasaan. Wardhaugh (1972:38) menyatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tertulis. Dalam hal ini, yang dimaksud komunikasi adalah "a process by which information is exchange between individuals through a common system of symbols, signs, or behaviour" (komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum (Webster's New Collegiate Dictionary, 1981:225). Proses komunikasi demikian melibatkan komponen-komponen (1) pihak yang berkomu-nikasi atau partisipan atau pelibat; (2) informasi yang dikomunikasikan; dan (3) alat yang digunakan dalam komunikasi itu. Partisipan dalam suatu proses komunikasi antara pembicara dengan pendengar, penulis dengan pembaca, pada saat mengirim informasi (sender) dan pada saat menerima informasi (receiver). Informasi yang disampaikan berupa suatu ide, gagasan, pesan. Keterangan, sedangkan alat yag digunakan dapat berupa simbol/lambang verbal seperti bahasa, berupa tanda-tanda (rambu lalu lintas, gambar, atau petunjuk), berupa gerak-gerik anggota badan (gesture, kinesik).

Sebagai alat kornunikasi bahasa terdiri dari dua aspek, yaitu aspek linguistik dan aspek nonlinguistik atau paralinguistik. Kedua aspek ini "bekerja sama" dalam membangun kornunikasi bahasa. Aspek linguistik mencakup tataran fonologi, morfologi, sintaksis. Ketiga tataran ini mendukung aspek semantik, yaitu aspek yang mencakup makna, gagasan, ide atau konsep yang disampaikan. Aspek para linguistic mencakup (1) kualitas ujaran, yaitu mencakup pola ujaran (suara tinggi, suara terputus-putus dsb.); (2) unsur suprasegmental, yaitu tekanan, nada, dan intonasi; (3) jarak dan gerak-gerik tubuh, (4) rabaan, yaitu berkenaan dengan indera perasa (pada kulit).

Page 7: Pendalaman Materi BI-Beres

2. Gangguan Komunikasi Berbahasa

Suatu proses kornunikasi kadangkala tidak dapat berjalan dengan mulus disebabkan adanya gangguan atau hambatan. Salah satu penyebab harnbatan dapat bermula dari parisipan atau pelibat. Gangguan atau hambatan lain, misalnya pendengaran kurang baik, suara bising pada saat komunikasi berlangsung, serta kemampuan penggunaan bahasa yang kurang. Latar belakang kebudayaan, pengetahuan, pengalaman antara pembicara dan lawan bicara dapat juga menjadi gangguan yang menyebabkan ketidaklancaran dalam berkornunikasi.

semantik

konteks situasi

kualitas suara

jarak dan

isyarat

unsur supra-segmental

fonologi morfologi sintaksis

alat komunikasi bahasa

linguistik paralinguistik

rabaan

Page 8: Pendalaman Materi BI-Beres

gangguan

pengirim penerimaenkoding dekodingpesan/informasi

umpan balik

Page 9: Pendalaman Materi BI-Beres

3. Fungsi Komunikasi Bahasa Secara lebih rinci, fungsi komunikasi bahasa menurut (Halliday, 1968;

Finicchiaro, 1974; Jakobson, 1960) dapat dipilah-pilah, seperti di bawah ini: (a) Fungsi personal atau pribadi atau disebut juga fungsi emotif (dari segi pembicara). Contoh fungsi ini dapat dilihat pada ujaran-ujaran berikut, “Aduh, indah sekali rambutmu, panjang dan bergelombang.

(b) Fungsi direktif atau instrumental atau retorikal (dari segi pendengar); fungsi ini tercermin pada penggunaan kalimat-kalimat permintaan, rayuan atau bujukan, serta perintah. Misalnya kalimat-kalimat yang berikut ini hádala contoh-contoh yang menunjukkan fungís direktif.

(a) Tolong bawakan Ibu tas ini, Nak! (b) Selesaikan tugasmu segera, jangan tunda lagi. (c) Aku mohon, beri aku kesempatan sekali lagi.(d) Kamu memang yang terbaik, dan aku tahu tak akan mengecewakanku.

(c) Fungís fatik atau personal atau kognitif atau denotatif atau informatif (dari segi kontak antara penutur dan pendengar), yaitu fungsi untuk menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat dan solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan apa kabar?; bagaimana anak-anak?; buru-buru mau ke mana? adalah ungkapan-ungkapan untuk sekadar menjalin hubungan di antara penutur dan lawannya.

(d) Fungsi referensial atau representasional atau kognitif atau denotatif atau informatif (dari segi topik ujaran), yaitu fungsi bahasa sebagai alat untuk membicarakan keadaan dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Contoh, Tadi pagi telah terjadi kebakaran di rumah Pak Lurah, penyebabnya adalah kompor gas yang meledak.

(e) Fungsi metalingual atau metalinguistik (dari segi kode yang digunakan) ialah fungsi bahasa untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Dalam proses pernbelajaran bahasa, kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa, dan inilah fungsi metalingual itu. Contoh, Dalam pembelajaran materi pokok menulis, sering sekali anak kebingungan pada saat ditugasi untuk menulis paragraf narráis. Padahal paragraf narasi itu sendiri artinya adalah paragraf yang diungkapkan atau dinyatakan berdasarkan urutan waktu, mengandung tokoh dan peristiwa.

(f) Fungsi imajinatif (dari segi amanat atau pesan yang disampaikan). Fungsi ini dapat dilihat pada pernakaian bahasa karya susastra, karya rekaan (dongeng, puisi, novel dan sebagainya).

Fungsi-fungsi tersebut dalam pemakaiannya bisa tumpang tindih, artinya dalarn suatu ujaran, suatu teks, atau wacana, dapat saja tertuang beberapa fungsi bahasa sekaligus.

Perhatikan contoh teks berikut.

Page 10: Pendalaman Materi BI-Beres

Suatu hari ke dalam kamar studi seorang profesor, datang tergopoh-gopoh dua orang mahasiswa. "Profesor!", seru seorang mahasiswa terengah-engah, "saya menemukan obat kanker yang berasal dari tape."

"Saya juga menemukan hal yang sama," seru kawannya yang tak kurang terengah-engahnya, sambil menyeka keringat dari dahinya.

"Baik kawan yang terpelajar, " jawab professor itu kepada mahasiswa yang satu. "Ceritakan kepada saya, mengapa kamu berpendapat bahwa tape dapat menyembuhkan kanker?" Yakinkan saya dengan menggunakan semua ilmu yang kamu telah pelajari, kimia, kimia-fisika, biologi dan sebangsanya.

”Tapi saya tidak mempelajari tentang hal ini, Profesor? Saya hanya mencoba, bagaimana pengaruhnya kalau orang yang sakit kanker banyak makan tape dan hasilnya ternyata sembuh”.

Sang Profesor itu mengangguk-anggukan kepalanya dan berpaling kepada mahasiswa yang lainnya. "Kalian tahu, anak muda, sembuhnya itu mungkin saja kebetulan". Bagaimana dengan percobaan kamu sendiri? Apakah juga kamu berhasil menyembuhkan kanker dengan tape?”

"Saya justru tidak melakukan percobaan, Prof”, jawab mahasiswa itu, "Saya mempelajari kanker dan tape dari semua segi dan mendapatkan penemuan yang penting, bahwa ditinjau dari teori kimia, kimia-fisika, biologi, sosiologi dan sebangsanya (maaf prof, tape malah ada aspek kulturalnya), tape adalah obat yang ampuh untuk menyembuhkan kanker ".

Sang professor itu tersenyum dan berkata, "Kalian berdua masing-masing mewakili sebagian-sebagian dari cara berpikir keilmuan. Tandasnya, ditinjau dari segi epitemologi ilmu, kalian ini baru setengah ilmuwan. Untuk menjadi seorang ilmuwan yang penuh, kalian berdua harus bekerja sama.”.

Jika kita perhatikan dengan seksama, kita akan menemukan dalam kutipan di atas adanya pernyataan-pemyataan yang menunjukkan berbagai fungsi bahasa seba-gaimana yang telah dikemukakan. Yang jelas dalam kutipan di atas terdapat ungkapan yang menunjukkan fungsi informatif bahasa, fungsi personal bahasa, dan lainnya, meskipun tidak fungsi imajinatif bahasa. Silakan melacak fungsi-fungsi yang lain yang terdapat dalam teks tersebut.

B. Ragam BahasaBahasa tidak pernah terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir setiap saat dalam beraktivitas manusia selalu menggunakan bahasa. Tentunya penggunaan bahasa yang dimasudkan adalah untuk menyampaikan maksud, informasi serta berbagai kepentingan lain sesuai dengan keinginan yang akan dicapai dalam berkomunikasi. Mengingat pemakai bahasa sangat beragam dan tujuan yang akan dicapai pun beragam, maka bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi juga beragam. Sehubungan dengan ragam bahasa tersebut dalam kaitan penggunaan bahasa sesuai dengan lingkungan, fungsi dan kedudukan bahasa, maksud, dan sarana yang digunakan maka dikenal adanya ragam lisan dan ragam tulis.

Page 11: Pendalaman Materi BI-Beres

1. Ragam Bahasa Lisan Ragam bahasa lisan memiliki ciri-ciri antara lain seperti yang dikemukakan di

bawah ini. 1) Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang langsung kontak pada

saat itu, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan kontak secara langsung pada saat itu.

2) Bahasa ragam lisan sering tidak mematuhi kaidah-kaidah gramatikal seperti kelangkapan unsur-unsur subjek (S), predikat (P), objek (O). Tidak jarang unsur-unsur tersebut ditinggalkan atau dilesapkan penggunaannya. Hal ini disebabkan penggunaan bahasa lisan dapat dibantu oleh gerak, mimik, anggukan atau intonasi.

Contoh percakapan di bawah ini pada saat seseorang berbelanja di pasar, memperlihatkan ketidaklengkapan unsur-unsur kalimat.

Berapa cabenya, Bu?Dua puluh!Bisa kurang?Pas, sajalah!

3) Ragam lisan sangat terikat pada situasi, kondisi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan pada saat belanja cabe seperti di atas hanya berarti dan berlaku pada waktu transaksi terjadi. Begitu pun saat proses belajar-mengajar di kelas, bahasa lisan yang digunakan juga hanya berarti dan berlaku pada saat proses berlangsungnya belajar-mengajar waktu itu. Perhatikan penggunaan ragam lisan berikut:

Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya, “Kenapa dia, San? “Tahu Tuan, miring kali?

Apabila kita tidak dalam situasi percakapan tersebut, tentunya kita tidak tahu persis maksud yang diperbincangkan direktur dan sekretarisnya.

Contoh-contoh penggunaan ragam bahasa lisana. Penggunaan Bentuk Kata (1) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni. (2) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.

(3) Foto kopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.b. Penggunaan Kosakata (4) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu. (5) Mereka lagi bikin denah buat pameran entar. (6)Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang

diterima.

c. Penggunaan Struktur Kalimat (7) Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri oleh Gubernur Derah Istimewa

Aceh. (8) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin

bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Page 12: Pendalaman Materi BI-Beres

4) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,

2. Ragam TulisRagam tulis memiliki ciri-ciri antara lain seperti yang dikemukakan di bawah ini.

a) Ragam tulis tidak mengharuskan kontak secara langsung pada saat itu antara penulis dengan pembaca.

b) Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap jika dibandingkan dengan ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di hadapan penulis. Penggunaan unsur-unsur bahasa dalam ragam tulis harus lengkap agar pembaca dapat memahami isi tulisan.

c) Sebaliknya, ragam bahasa tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu. Bahasa tulis diperuntukkan bagi para pembaca di mana pun berada dan kapan pun waktunya. Dengan demikian, ragam bahasa tulis menghen-daki adanya penggunaan unsur-unsur bahasa secara lengkap. Perhatikan contoh berikut:

1) “Sekarang saya mengerti maksudnya”2) “Saya belum jelas”

Kalimat (1), apabila ditinjau dari segi kelengkapan unsurnya dikatakan sudah cukup lengkap. Bandingkan dengan pengungkapan kalimat (2) bahwa kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat tidak lengkap, karena unsur objeknya (O) tidak dinyatakan.

d) Ragam tulis dilengkapi dengan penerapan ejaan (tanda baca, huruf capital, huruf miring dsb.)

Contoh-contoh penggunaan ragam tulis (1) Penggunaan Bentuk Kata

(a) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon Mahoni.(b) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan

itu.(c) Foto kopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.

(2) Penggunaan Kosakata(d) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.(e) Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.(f) Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana

yang diterima

(3) Penggunaan Struktur Kalimat(g) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada direktur.(h) “Asah terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa

Aceh(i) Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung

untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Page 13: Pendalaman Materi BI-Beres

Selain ragam di atas kita juga mengenal adanya ragam-ragam yang lain, di antaranya adalah ragam baku dan ragam tidak baku, ragam fungsional (ragam keilmuan/teknologi, kedokteran, keagamaan).

3. Ragam Baku dan Tidak BakuRagam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri yang menyimpang dari norma baku. Ragam baku kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam tidak baku. Ragam itu tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah.

a) Ciri-ciri Ragam Bahasa Baku1) Kemantapan dinamis, yakni memiliki kaidah dan aturan yang tetap.

Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Kaidah pembentukan kata perasa dan perumus secara taat asas harus dapat menghasilkan bentuk perajin dan perusak dan bukan pengrajin atau pengrusak. Dipihak lain, kemantapan itu tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosa kata dan peristilahan, dan mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern.

2) Kecendikiaan, perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan-satuan yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. Contoh: Pencopet berhasil ditangkap polisi. Kalimat ini tidak cendikia, sebab yang berhasil bukan pencopet tetapi polisi.

Seharusnya: a) Polisi berhasil menangkap pencopet. b) Pencuri berhasil melarikan diri.

3) Penyeragaman, yakni bahwa pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman kaidah bukan penyeragaman bahasa. Hal tersebut menyangkut masalah ejaan, lafal, kosa-kata, dan tata bahasa.

b) Fungsi Bahasa Baku Bahasa baku mendukung empat fungsi di antaranya adalah: (1) Fungsi pemersatu, Bahasa baku menghubungkan semua penutur

berbagai dialek bahasa. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa.

(2) Fungsi pemberi kekhasan, yakni kehasan yang diemban oleh bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional.

(3) Fungsi pembawa wibawa. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Menurut pengalaman sudah

Page 14: Pendalaman Materi BI-Beres

dapat disaksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain.

(4) Fungsi kerangka acuan. Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan. Dengan demikian, penyimpangan dari norma atau kaidah dapat dinilai. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti di dalam permainan kata, iklan dan tajuk berita. Fungsi ini di dalam bahasa baku belum berjalan baik.

4. Ragam FungsionalRagam funsional, kadang-kadang disebut juga ragam professional. Ragam ini sering dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan ragam fungsional menjelma menjadi bahasa Negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti: keilmuan /teknologi, pendidikan, dan keagamaan. Cermati contoh-contoh berikut:a) Ragam Keilmuan/Tenologi

Komputer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari kembali apabila diperlukan. Komputer juga dapat mengerjakan perhitungan yang rumit dengan kecepatan luar biasa. Hanya dalam waktu beberapa detik dapat melaksanakan pekerjaan yang kalau dikerjakan oleh tenaga manusia akan memakan waktu berminggu-minggu. Di jantung komputer terkecil (mikrokomputer) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari keeping silicon yang berukuran tidak lebih besar daripada kuku jari kelingking. Sebenarnya, mikroprosesor itu sendiri adalah computer dan dapat dibangun menjadi berbagai jenis mesin.

b) Ragam PendidikanSeorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu yang diajarkannya. Selain itu, ia harus memiliki rasa empati yang tinggi terhadap peserta didik. Guru harus memiliki etos kerja yang tinggidilandasi rasa iklas dalam bekerja. Semangat keiklasan ini akan membuat seseorang guru mau mengerti terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik. Seorang guru akan menyayangi siswanya secara tulus. Itulah sebagian sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional.

Page 15: Pendalaman Materi BI-Beres

c) Ragam KeagamaanKecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang , yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya. Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

Pemilihan ragam bahasa biasanya berkaitan erat dengan penutur, lawan tutur, topic yang dibicarakan, tujuan serta situasi. Perhatikan pemakaian ragam bahasa sesuai dengan konteks berikut.

Konteks 1 Contoh pemakaian bahasa, seorang kepala sekolah dalam suatu rapat dinas

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati, rapat pagi ini akan segera kita mulai dengan agenda siding sebagai berikut.

Konteks 2 Contoh pemakaian bahasa sekelompok anak-anak muda pada saat sedang

berkumpul dan bermainA: Ben, ke mana aja lu dari tadi? Gua tungguin nggak muncul-muncul.B: Mau tau aja lu urusan orang!

Konteks 3Contoh pemakaian bahasaseorang mahasiswa karena terlambat kuliah tergopoh-gopoh pada saat menghadap dosennya.

“Maaf Bu, sepeda motor saya pecahban di jalan. Boleh saya masuk? Bu.Konteks 4Contoh pemakaian bahasa seseorang yang sedang mencari alamat temannya.

“Maaf mengganggu, apa Bapak tahu alamat ini?

Berdasarkan contoh-contoh di atas dapat dicermati bahwa dalam pemilihan ragam bahasa, selain terdapat aspek penutur dan lawan tutur, juga aspek kesantunan bahasa. Kesantunan bahasa dapat diungkapkan melalui aspek verbal, seperti pilihan kata, kalimat, tetapi juga dapat dinyatakan dengan aspek nonverbal seperti paralinguistic dan kinesik. Perhatikan pemakaian bahasa berikut ini.1) “Selamat siang, Pak. Maaf mengganggu sebentar! Boleh saya mewawancarai

Bapak sekarang?” (santun)2) Selamat siang! Saya mau mewawancarai Bapak sekarang? (tidak santun) 3) “Maaf Bu, saya terlambat! (santun)4) “Terima kasih, atas informasinya Pak! (santun)5) “Eh, matamu ditaro di mana?” (tidak santun)6) Hei Pak! Mau nanya secretariat HMI cabang Bengkulu di mana?(tidak

santun)7) Hei, minggir setan! Sudah tahu saya mau lewat di jalan, kau tidak mau

memberi jalan sedikit pun, dasar tidak punya otak! (tidaksantun)

Page 16: Pendalaman Materi BI-Beres

C. Analisis Wacana1. PengertianIstilah 'wacana' mengaeu ke rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa kornunikasi. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat menggunakan bahasa tulisan (Samsuri, 1988:1). Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalarn wacana tulis. Untuk mengkaji itu, analisis wacana banyak menggunakan pola sosiolinguistik, yaitu suatu cabang ilmu bahasa yang menelaah bahasa di dalam masyarakat, piranti-piranti, serta temnuan-temuannya yang penting (Kartomiharjo, 1992:1). Di samping itu, analisis wacana juga mengkaji pemakaian bahasa dalam konteks social termasuk interaksi antara penutur-penutur bahasa. (Stubbs, 1984:1). Analisis wacana juga memanfaatkan hasil kajian pragmatic. Oleh karena itu, analisis wacana berupaya menafsirkan suatu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik tertentu maupun sintaksis. Sebagai contoh perhatikan ujaran berikut.

(1) Jangan dilipat.(2) Rasanya seperti bulan puasa.(3) Yang ini setelah makan siang, yang ini sebelum tidur malam.

Ujaran (1) itu tertera pada sebuah amplop yang dikirim seseorang. Ujaran itu berfungsi sebagai peringatan kepada Pak Pos agar tidak melipat surat itu, karena di dalamnya berisi sesuatu yang dapat rusak kalau dilipat, misaInya foto. Ujaran (2) diucapkan oleh seorang peserta pelatihan yang sedang menghadapi menu makan malamnya. Ujaran itu menunjukkan bahwa dia sangat lapar. Pendengar yang sudah merasakan lapar saat puasa dan nikmatnya buka puasa mengetahui secara pasti apa yang dimaksudkan dalam ujaran itu dapat dipahami.

Dari contoh-contoh itu dapat diketahui bahwa ternyata kalimat-kalimat itu tidak lengkap. Bagian-bagian tertentu dalam contoh tersebut itu ada yang ditinggalkan. Ujaran (1) dapat terjadi karena dukungan konteks terjadinya uj aran itu yang memungkinkan penafsiran local; sedangkan uj aran (2) dapat terjadi karena adanya 'pengetahuan tentang dunia' yang sama disampaikan berdasarkan analogi. Ujaran (3) mengandung deiksis VW' yang merujuk ke benda yang dimaksudkan, yakni obat yang dibeli berdasarkan resep dokter. Wacana itu merupakan transaksi yang terjadi di apotek.

2. Analisis percakapan di kelasAnalisis wacana juga mencakup analisis percakapan di kelas. Percakapan terjadi dalam interaksi guru dan siswa. Guru biasanya berusaha mengamati apakah siswa mengikuti apa yang dikatakannya, di samping memantau dan membenarkan bahasa yang dipakai oleh para siswa. Oleh karena itulah dalam perannya sebagai orang yang berwenang, guru biasanya menggunakan berbagai jenis fungsi bahasa. Berikut ini merupakan contoh jenis fungsi bahasa yang dipakai oleh guru. Contoh itu diadaptasi dari Stubbs (1984: 50-53)

Page 17: Pendalaman Materi BI-Beres

a. Menarik perhatian siswa. Guru selalu menarik perhatian para siswa. Contoh ujaran yang dipakai guru sebagai berikut.

1) Jangan menulis dulu, dengarkan saja.2) Baiklah kita mulai sekarang. 3) Tunggu. Kita lihat dulu hasilnya

4) (bertepuk tangan) Bagus, bagus!b. Memantau jumlah perkataan. Guru sering memantau apakah siswa

berbicara atau tidak. Upaya memantau itu dapat dilakukan dalam bentuk perintah kepada siswa untuk mengatakan atau permintaan agar tidak berbicara.

1) Kau ingin berpendapat tentang itu?2) Ada pendapat lain?3) Tolong jangan gaduh!

c. Memeriksa pemahaman. Guru kadang-kadang memeriksa apakah dia dapat memahami para siswa. Perhatikan contoh berikut.

1) Apanya yang serius? Saya tidak dengar!2) Oh! Begitu.

d. Meringkas. Pengajar sering pula meringkas sesuatu yang dikatakan atau meringkas situasi yang dicapai dalam diskusi atau pelajaran, atau dia bisa menugasi siswa untuk memberikan ringkasan tentang sesuatu yang telah dikatakan atau dibaca.

1) Yang ingin saya katakana ialah…2) Kesimpulannya ialah…

e. Mendefinisikan. Guru dapat pula membuat definisi atau penjelasan sesuatu yang dikatakan. Contoh.

1) Adaptasi artinya penyesuaian.2) Kata-kata itu menunjukkan ketidaksetujuan.

Guru kadang-kadang juga meminta siswa mendefinisikan atau menjelaskan sesuatu.

1) Apa artinya ‘ceteris paribus’?2) Siapa dapat menjelaskan dengan cara yang lain?

f. Menyunting. Guru kadang-kadang juga memberikan komentar tentang apa yang dikatakan oleh siswa yang menunjukkan penilaian atau kritik.

1) Ya. Pertanyaan yang bagus.2) Hampir mengena.

g. Membenarkan. Guru juga berusaha membenarkan apa yang dikatakan atau ditulis oleh siswa. Upaya itu dapat dilakukan secara langsung atau dengan mengulangi bentuk yang benar.

1) Guru : Apa arti ~paramount'Siswa : Penting.Guru : Ya. Artinya 'sangatpenting'

2) Yang benar ialah 'received' bukan 'accepted'

h. Menspesifikasikan topik. Guru juga dapat memfokuskan pada sebuah topic pernbahasan atau menentukan batas-batas perkataan yang relevan.

Page 18: Pendalaman Materi BI-Beres

1) Sekarang kita membahas 'wacana'.2) Kita akan segera membahas hal itu.3) Itu merupakan topik yang lain.

2. Menafsirkan wacanaApabila kita memperhatikan pada uraian bahasa tertentu, kita biasanya

memperhatikan perwujudan struktur dan kaidah yang digunakan dalarn bahasa itu, Namun sebagai pernakai bahasa, kita mampu berbuat lebih dari pada hanya mengetahui struktur yang benar atau yang salah. Kita dapat mernaharni kata-kata seperti KA Sambar Truk, Lima Tewas merupakan kepala berita dalarn surat kabar, dan mengetahui adanya hubungan sebab akibat antara kedua frase. Wacana itu dapat ditafsirkan 'Wereta api menabrak truk yang melintas di atas rel. Korban tewas dalam kecelakaan itu lima orang". Kita juga dapat mencerna kata-kata seperti Ada uang ada barang dan memahami adanya hubungan persyaratan di antara kedua frase. Wacana itu dapat ditafsirkan, (Aka pembeli menyerahkan uangnya, dia dapat menerima barangnya).

Daftar Pustaka

Arifin, E. Zaenal dan Tasay. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.

Alwi, Hasan, Kalimat. Jakarta: Depdiknas. 2001Alwi, Hasan, Paragraf. Jakarta: Depdiknas. 2001.Depdiknas, Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Ed. Revisi. Jakarta. P3B.1998Sugono, Dendy. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. 2003.Halliday, M.A.K. “The Users and Uses of Language” dalam Fishman (ed). Reading

in the Sociolog of Language, Den Haag-Paris: Mouton, 1968. Keraf, Gorys . Komposisi. Jakarta: Kanisius, 1992.Lubis, Hamid Hasan, Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. 1994.Leech, Geoffrey. The Prnciples of Pragmaticts. London: Logman, 1983.Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia, 1984.Rahardi, Kunjana. Dimensi-Dimensi Kebahasaan. Jakarta: Erlangga. 2006.Soejito. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya.1984. Wardaugh, R. Introduction to Linguistics. New York: Mc Grow Hill Books

Company. Yudi Cahyono, Bambang. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Universitas Negeri Malang,

1994.

Page 19: Pendalaman Materi BI-Beres

Rangkuman

Ada ua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pernakaian bahasa yaitu unsur bentuk dan unsur kaidah. (1) Unsur bentuk mencakup satuan-satuan lingual yang berupa fonem(bunyi), kata, maupun kalimat. Unsur ini mengarahkan kita pada wawasan kebahasaan secara kornprehensif. (2) Unsur kaidah, yakni aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam penggunaan bahasa (bahasa baku) agar bahasa yang digunakan wajar, tepat, baik, benar, dan efektif.

Bahasa pada prinsipnya adalah sebagai alat kornunikasi manusia untuk keperluan menyarnpaikan pikiran, gagasan, konsep, danjuga perasaan. Sebagai alat kornunikasi bahasa dipergunakan untuk berinteraksi antara manusia satu dengan lainnya dalam hidup di masyarakat. Dalam hal kornunikasi tersebut bahasa memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi personal, fungsi direktif, fungsi fatik, fungsi referensial, fungsi metalingual dan fungsi imajinatif.

Sehubungan dengan penggunaan bahasa di masyarakat, terdapat adanya variasi bahasa atau ragam bahasa, di antaranya adalah ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan tidak baku, ragam fungsional. Lebih lanjut dalam penggunaan bahasa terdapat adanya penggunaan bahasa yang santun dan tidak santun.

Pemakaian bahasa dapat diungkapkan dalam bentuk satuan-satuan lingual secara lengkap dan sesuai dengan struktur yang ada, tetapisering diungkapkan dalam bentuk penggunaan bahasa yang kurang lengkap terutarna dalam wacana tutur. Hal ini terjadi karena antara penutur dan lawan tutur dianggap berada dalam situasi dan konteks yang sama. Peran konteks dalam tuturan sangat membantu dalam memahami makna ujaran. Selain itu konteks juga turut berperan mewamai bahasa yang digunakan