askep rhd dewik beres

Upload: ayumelin

Post on 04-Mar-2016

988 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPOTIROIDISME

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN DENGAN REUMATIK HEART DISEASE (RHD)

Oleh :

Ni Kadek Ayu Suarningsih

(0702105064) SGD 4 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2010A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Penyakit radang berulang akut yang terutama terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun yang biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang tenggorokan). (Robbins;2007) Penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Mansjoer;2000)2. Epidemiologi

Reumatik heart disease biasanya terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun dengan puncaknya pada umur 8 tahun, dan kadang-kadang bisa dapat timbul pada usia 30 tahun yang biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang tenggorokan). Wanita dan pria mempunyai kemungkinan sama untuk terserang.

Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik merupakan penyebab kematian utama dari kelainan jantung pada umur di bawah 45 tahun dan 25-40% penyakit jantung disebabkan oleh penyakit jantung reumatik untuk semua umur. Di Yogyakarta pada dokumen medis RSUP Dr. Sardjito tahun 1993 di temukan 8,3% penderita RHD dari seluruh penderita kelainan penyakit jantung.3. Etiologi

Penyakit jantung reumatik berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A. Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik kemungkinan terdapat pada factor individu itu sendiri.Faktor-faktor pada individu : Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.

Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya penyakit jantung reumatik.

Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katup jantung. Kemungkinan ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever

4. Patofisiologi terjadinya penyakit Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat demam reumatik, atau kelainan karditis reumatik. Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri streptokokus beta hemolitikus Grup A. Bakteri ini akan menginfeksi saluran pernapasan atas yaitu tenggorokan yang nantinya akan menyebabkan peradangan dan infeksi pada tenggorokan sehingga menyebabkan terjadinya faringitis dan tonsillitis. Akibat peradangan atau infeksi ini, merangsang terbentuknya antibody sehingga bereaksi dengan antigen streptokokus yang mengakibatkan terjadinya reaksi antigen-antibodi. Akibat terjadinya reaksi imunologis ini menyebabkan terjadinya demam reumatik. Demam reumatik bisa bersifat menetap dan reversible. Reversible terjadi jika pasien dengan demam reumatik memilki system imun yang baik sehingga dapat disembuhkan. Sebaliknya, bila system imun pasien ini menurun, maka demam reumatik ini bisa berlanjut (berulang-ulang) dalam jangka waktu yang lama. Demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele), sehingga dalam serum penderita terdapat antibody anti otot jantung. Antibody ini mengakibatkan terjadinya respon autoimun dimana antibody ini dianggap sebagai antigen (antigen pada katup jantung)sehingga terjadi reaksi perlawanan antara antibody yang dihasilkan dalam tubuh dengan antigen streptokokus dan antigen katup jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya peradangan pada katup jantung dan dapat pula disertai dengan gejala gejala seperti karditis (criteria mayor dan criteria minor). Bila terdapat 2 kriteria mayor /1 kriteria mayor disertai dengan 2 kriteria minor akan mengakibatkan terjadinya pnyakit jantung reumatik (RHD).

(Pohon masalah terlampir)

5. Klasifikasi Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium.

Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A. Keluhannya :

Demam

Batuk

Rasa sakit waktu menelan

Muntah

Diare

Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifestasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.

Gejala peradangan umum :

Demam yang tinggi

Lesu

Anoreksia

Lekas tersinggung

Berat badan menurun

Kelihatan pucat

Epistaksis

Athralgia

Rasa sakit disekitar sendi

Sakit perut Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup dan tidak menunjukkan gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

6. Pemeriksaan Diagnosis

Pemeriksaan laboratorium darah

Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung

Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E

Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

7. Manifestasi klinisUntuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria Jones yaitu :

Kriteria mayor :

1. Poliarthritis

Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku (poliarthritis migrans).

2. Karditis

Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).3. Eritema marginatum

Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak terasa nyeri dan tidak terasa gatal.

4. Noduli subkutan

Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki, tidak nyeri tekan dan dapat bebas digerakkan.

5. Korea Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai manifestasi peradangan pada sistem syaraf pusat.

Kriteria Minor :

Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik

Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi dan pasien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya

Demam tidak lebih dari 390celcius

Leukositosis

Peningkatan Laju Endap Darah (LED)

C-Reaktif Protein (CRF) positif

P-R interval memanjang

Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)

Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan dua kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.

8. Penatalaksanaan Medis

Tujuan penatalaksanaan medis adalah :

a. Memberantas infeksi streptococcus

b. Mencegah komplikasi karditis

c. Mengurangi rasa sakit dan demam

Pemberantasan infeksi streptococcus :

Pemberian benzatin penisilin G dengan kriteria sebagai berikut :

Usia < 20 tahun( 1,2 juta unit tiap 4 minggu sampai usia 25 tahun Usia > 20 tahun ( diberikan selama 5 tahun Jika kriteri 1 dan 2 sudah terlaksana namunmuncul kekambuhan lagi, maka akan mendapatkan suntikan yang sama dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu selama 5 tahun berikutnya. Jika kasusnya berat, diberikan tiap 3 minggu.Pencegahan komplikasi karditis :

Pemberian penisilin benzatin setiap satu kali sebulan untuk pencegahan sekunder menurut The American Asosiation

Tirah baring bertujuan untuk mengurangi komplikasi karditis dan mengurangi beban kerja jantung pada saat serangan akut demam reumatik

Bila pasien ada tanda-tanda gagal jantung maka diberikan terapi digitalis 0,04 0,06 mg/kg BB.

Mengurangi rasa sakit dan anti radang :

Pasien diberi analgetik untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Salisilat diberikan untuk anti radang dengan dosis 100 mg/kg BB/hari dan 25 mg/kg BB/hari selama satu bulan.

Prednison diberikan selama kurang lebih dua minggu dan tapering off (dikurangi bertahap). Dosis awal prednison 2 mg/kg BB/hari.

Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart Association. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dibagi menjadi dua bagian yaitu: Pengkajian primer (Primer assessment) dan pengkajian skunder (secondary assessment). Data dapat diperoleh secara primer (klien) dan secara skunder (keluarga, saksi kejadian/pengirim, tim kesehatan lain).

a. Primer assessment/primer survey:

1) Data subyektif:

Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama, umur,jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan hubungan pasien dengan keluarga/pengirim).

Keluhan utama: Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat, apakah pasien sadar atau tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain. biasanya pasien dengan RHD mengeluh sesak, nyeri pada dada, lemas.

Riwayat penyakit, meliputi waktu mengalami penyakit (hari, tanggal, jam). (Riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga) Riwayat alergi dan pengobatan

a) Alergi: makanan, obat-obatan, hay fever, asma

b) Riwayat ada tidaknya alergi pada keluarga

c) Pengobatan yang sedang dijalani (yang diresepkan dan tidak diresepkan dokter); obat-obatan khusus yang dapat merubah keefektifan atau respon perawatan seperti: obat-obatan beta blocker, tricyclic antidepressant, hormone tiroid, beberapa antihistamin.

Data Subjektif

Data Objektif

Breathing

Penggunaan otot bantu pernafasan , contoh : retraksi interkostal, ronchi (+), nafas cepat dan dangkal, mendengkur.

BloodHipotensi, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin dan sianosis. Suhu dapat meningkat Brain

Agitasi, gelisah, dan perubahan mental (mental lamban).

Bowel

Diare, mual, muntah

Bone

Nyeri pada persendian, kekuatan otot,

a) Pengkajian Sekunder

Five Intervention / Full set of vital sign (F)

Tanda tanda vital : takikardi, terjadi hipotensi

Terjadi hipoksemia, hipoksia

Pemeriksaan Lab :

Analisa gas darah : hipoksemia, hipokapnea, hiperkapnea. Alkalosis respiratorik pada awal proses, akan berganti menjadi asidosis respiratorik. Leukositosis (pada sepsis), Pemeriksaan laboratorium darah

Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung

Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E

Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)

Adanya nyeri pada otot, seperti tertekan, terjadi pada saat bernapas. Head to toe (H)

Daerah kepala dan leher : mukosa pucat

Daerah dada :

Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan cepat, mendengkur, dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan , pernapasan cuping hidung. Auskultasi : suara napas krekels dan ronchi, bunyi jantung normal

Daerah abdomen : -

Daerah ekstrimitas : sianosis.

Insfect the posterior surface (I) : -

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat inflamasi.

4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit.

5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat pada sendi.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal tergangguB. Rencana Keperawatan dan Intervensi KeperawatanNoDiagnosa keperawatanTujuan / kriteria hasilIntervensiRasional

1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil :

Pasien tidak sesak nafas

Frekuensi pernapasan normal (16-24 kali permenit)Mandiri

- Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh adanya dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.

- Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun atau tidak adanya bunyi napas dan adanya bunyi napas tambahan, contoh krekels atau ronki

Kolaborasi

Bantu dalam pemasangan kembali selang dada atau torakosentesis bila diindikasikanMandiri

- Respon pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgesic berlebihan. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.

- Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan.

Kolaborasi Reekspansi paru dengan pelepasan akumulasi darah atau udara dari tekanan negative pleural.

2.Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan curah jantung normal. Dengan kriteria hasil :

pasien tidak mudah lelah

Pasien tidak sesak napas

Tekanan darah normal yaitu sistolik

(100-140)mmHg dan diastolik (60-90)mmHg

Nadi normal (60-100 kali permenit)

Tidak ada sianosis

Tidak ada edemaMandiri

Kaji/pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan /paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

- Catat edema umum/tertentu.

Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.

Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

Kolaborasi

Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi

Mandiri

- Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular. Hipertensi berat diklarifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130; hasil pengukuran diastolik diatas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik 90 sampai 115.

- Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati/ terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR), dan kongesti vena.

- Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi /penurunan curah jantung.

- Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.

-Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

- Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.

- Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulakan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

- Respon terhadap terapi obat steppen (yang terdiri atas neureting, inhibitor simpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karena efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah

Kolaborasi

- Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensif, dengan demikian menurunkan beban gagal jantung.

3.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat inflamasi Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan tidak ada gangguan perfusi jaringan dengan kriteria hasil :

Pasien tidak merasa nyeri

Tidak ada sianosis

Pasien tidak pucat

Tidak ada edemaMandiri

Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu, contoh: cemas, bingung, letargi, pingsan.

Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.

Kaji tanda edema.

Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.

Kolaborasi

- Pantau data laboratorium, contoh: GDA, BUN, creatinin, dan elektrolit.Mandiri- Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.- Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.- Indikator trombosis vena dalam. - Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernapasan. Namun dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkkan komplikasi tromboemboli paru.Kolaborasi

- Indikator perfusi atau fungsi organ.

4.Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit Setelah diberikan askep selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan out come :

Suhu tubuh pasien normal (36,8 -37,2 ) C

Pasien tidak menggigilMandiri

Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil atau diaforesis.

Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunan alcohol.

Kolaborasi

Berikan antipiretik, misalnya : ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

Mandiri

- Suhu 38,9o 41,1o C menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis ; misal kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia pnuemokokal, demam scarlet atau tifoit ; demam remiten (bervariasi hanya beberapa derajat pada arah tertentu) menunjukan infeksi paru ; kurva intermiten atau demam yang kembali normal sekali dalam periode 24 jam menunjukan episode septic, endokarditis septic, atau TB. Menggigil sering mendahului puncak suhu. Catatan : penggunaan antipirektik mengubah pola demam dan dapat dibatasi sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9o C.

- Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es atau alcohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu, alcohol dapat mengeringkan kulit.

Kolaborasi

- Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan outodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

5.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat pada sendi Setelah diberikan askep selama 2x24 jam, diharapkan pasien merasa nyaman dengan kriteria hasil :

Tidak ada nyeri

Pasien tidak meringisMandiri Ketahui adanya nyeri. Dengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri. Beri tahu teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri. Ajarkan strategi relaksasi khusus (missal: bernafas perlahan, teratur atau nafas dalam kepalkan tinju menguap).Mandiri

- Dengan mengetahui dan mendengarkan penuh perhatian mengenai nyeri, akan dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi nyeri.

- Teknik penurunan ketegangan otot rangka dapat menurunkan intensitas nyeri.

Strategi relaksasi dapat meningkatkan rasa nyaman

6.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu Setelah diberikan askep selama 2x24 jam, diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas dengan mandiri dengan kriteria hasil :

Pasien tidak mudah lelah

Pasien tidak nyeri

Pasien tidak meringis

Pasien tidak lemas

Pasien tidak pucatMandiri

Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta.

Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pusat.

Kaji presipitator /penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.

Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.Kolaborasi

- Implementasikan program rehabilitasi jantung/aktifitas.Mandiri

- Hipertensi ortostatik dapat terjadidengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung

- Penurunan /ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.

- Kelemahan adalah efek samping dari beberapa obat (beta bloker, traquilizer dan sedatif). Nyeri dan program penuh stres juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.

- Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.- Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stres miokard/ kebutuhan oksigen berlebihan.

Kolaborasi

- Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stres, bila disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Robbin, 2007. Basic Pathology 8th Edition. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Sudoyo, S. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI