meningitis udah di edit

29
MENINGITIS I. KONSEP DASAR PENYAKIT 1) DEFINISI o Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan spinal cord, yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis, 2005). o Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan subararakhnoid infeksi biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit. (Lemone. 2004). o Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. ( Suriadi, 2006) o Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang disebabkan oleh berbagai organisme pathogen. ( Alpers,Ann 2006) ETIOLOGI Bakteri

Upload: fauzy

Post on 23-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningitis Udah Di Edit

MENINGITIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

1) DEFINISI

o Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak

dan spinal cord, yang disebabkan oleh infeksi pada cairan

serebrospinal (Lewis, 2005).

o Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan

subararakhnoid infeksi biasanya menyebabkan meningitis   dan

chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis bisa akut atau

kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit.

(Lemone. 2004).

o Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan

serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat. (Suriadi, 2006)

o Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang

disebabkan oleh berbagai organisme pathogen. (Alpers,Ann 2006)

ETIOLOGI

Bakteria. Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative,

missal, Escherichia coli, Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B)b.      1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus), Streptococcus pneumoniae, Hibc.       > 6 tahun: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae, parotitis (pre-MMR)d.     Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada semua umur. Pling sering pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun

Virus: abses otak ,encephalitis ,limfoma leukemia atau darah diruang arakhnoid ,cytomegalovirus ,polyoma virus, herpes simplex dan herpes zoster .

Page 2: Meningitis Udah Di Edit

Jamur: cryptococcus

2) MANIFESTASI KLINIK

a. Neonatus

o Suhu di

bawah suhu tubuh

normal,

o Demam,

o Pucat,

o Letargie,

o Irritabilit

as,

o Kurang

makan dan minum,

o Kejang,

o Tonus

otot berkurang,

o Diare

dan muntah,

o Reflek

menghisap berkurang,

o Menangi

s lemah,

o Fontanel

menonjol,

o Opistoto

nus.

b. Bayi dan anak kecil

o Demam,

o Malas

untuk makan,

o Muntah,

o Mudah

terstimulasi,

o Kejang,

o Sering

menangis,

o Ubun-

ubun menonjol,

o Kaku

kuduk,

o Tanda

kerning dan brudzinsky

positif,

o Pucat,

o Peningka

tan tekanan intracranial,

o Peningka

tan lingkar kepala.

c. Anak-anak dan remaja

Page 3: Meningitis Udah Di Edit

o Sakit

kepala,

o Demam,

o Muntah,

o Irritabilit

as,

o Fotofobi

a,

o Kaku

kuduk,

o Tanda

kerning dan brudzinsky

positif,

o Opistoto

nus,

o Peteki,

o Syok,

o Konfusi,

o Kejang,

o Stupor,

o Delirium

,

o Septicem

ia.

(Donna L. Wong. 2003)

Menurut Lewis,2005. Demam, sakit kepala hebat, neusea, muntah dan nuchal rigidity [kaku kuduk ] adalah tanda-anda utama pada meningitis. Tanda kernig positif , brudzinsky positif, photophobia, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda peningkatan TIK mungkin juga dapat timbul

Klien dengan meningitis bakteri biasanya mengalami demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri punggung dan abdomen, mual dan muntah, Iritasi meningel menyebabkan nuchal rigidity /kaki duduk (LeMone ,2004).

3) KLASIFIKASI

a. Meningitis Purulenta (Pingenik).

Adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa

pus. Penyebab meningitis puruenta ini adalah jenis Pneumococcus, H.

Influenza, Staphylococcus, Meningococcus, E. Coli, Streptococcus, dan

Salmonella.

Page 4: Meningitis Udah Di Edit

Angka kejadian tertinggi pada usia 2 bulan sampai pada usia 2

tahun. Meningitis purulenta ini pada umumnya sebagai akibat dari

komplikasi. Kuman secara homogen masuk ke otak misalnya penyakit

pneumonia dapat pula sebagai perluasan perkontinuitas pada peradangan

organ atau jaringan di dekat selaput otak misalnya otitis media mastoiditis,

dan sebagainya.

b. Meningitis Virus.

Disebabkan oleh sejumlah virus yang berbeda misalnya virus

poliomeilitis meningitis tuberkulosa. Terjadi akibat komplikasi

penyebaran tuberkulosa primer biasanya dari paru. Meningitis bukan

karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen

tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan

otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke

rongga arachnoid, kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari

mastoiditis atau spandilitis. Penyakit ini mengenai anak – anak dari semua

umur tetapi lebih sering diantara umur 1 dan 5 tahun. Cairan serebrospinal

memperlihatkan lebih sedikit sel dan ditemukan pula jumlah klorida yang

sangat rendah.

(Ngastiyah. 2005)

4) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut:

1) Jumlah leukosit (CBC) : meningkat.

2) Kadar glukosa : menurun

(bacterial); normal (virus).

3) Protein : tinggi (bacterial); sedikit

meningkat (virus).

Page 5: Meningitis Udah Di Edit

4) Identifikasi organisme penyebab:

Meningococcus, bakteri gram-positif (Streptococcus, stafilococcus,

pneumococcus, H. influenza) atau virus (virus coksakie, virus ECHO).

5) Asam laktat : meningkat

(bacterial).

6) Glukosa serum : meningkat.

b. Kultur darah : untuk menetapkan prganisme penyebab.

c. Kultur urine : untuk menetapkan organisme penyebab.

d. Kultur nasofaring : untuk menetapkan organisme

penyebab.

e. Elektrolit serum : meningkat jika anak dehidrasi; natrium

serum (Na+) naik; kalium serum (K+) turun.

f. Osmolaritas urine : meningkat dengan sekresi ADH.

(Lewis, 2005)

5) PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan secara medis yang dapat dilakukan pada pasien

dengan meningitis adalah sebagai berikut:

a. Obat anti inflamasi

1) Meningitis Tuberkulosa:

Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral,

2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun.

Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral,

1 kali sehari selama 1 tahun.

Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24

jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.

Page 6: Meningitis Udah Di Edit

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan:

Sefalosporin generasi ke 3

ampisilina 150 – 200 mg (400

gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.

Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4

kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan:

Ampisilina 150-200 mg (400

mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

Sefalosforin generasi ke 3.

b. Pengobatan Simtomatik

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar

antara 30 – 50%.

Sedangkan penatalaksaan secara ilmu keperawatan yang dapat

dilakukan pada pasien meningitis adalah sebagai berikut:

a. Pada waktu kejang

1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2) Hisap lender

3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b. Bila penderita tidak sadar lama.

Page 7: Meningitis Udah Di Edit

1) Beri makanan melalui sonda.

2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah

posisi penderita sesering mungkin.

3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb

antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.

1) Tekanan darah

2) Respirasi

3) Nadi

4) Produksi air kemih

5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

(Ngastiyah. 2005)

6) PATOFIFIOLOGI

Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih (hiperemi) dari pembuluh darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan eksudat. Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus pneumoniae dan H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak, hidrosefalus dan infark dari jaringan otak.Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen. Edem dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005)Penyebaran hematogen merupakan penyebab tersering, dan biasa terjadi pada adanya fokus penyakit lain (misalnya, pneumonia, otitis media, selulitis) atau

Page 8: Meningitis Udah Di Edit

akibat bakteremia spontan. Oleh karena patogen-lazim menyebar melalui jalur pernapasan , peristiwa awalnya adalah kolonisasi traktus respiratorius bagian atas.Meningitis yang disebabkan oleh penyebaran nonhematogen mencakup penyebaran infeksi dari daerah infeksi yang berdekatan ( otitis media, mastoiditis, sinusitis, osteomielitis vertebralis atau tulang kranialis) serta kerusakan anatomi (fraktur dasar tengkorak, pasca-prosedur bedah saraf, atau sinus dermal konginetal di sepanjang aksis kraniospinalis). Gambaran lazim setiap penyebab infeksi adalah masuknya bakteri patogen ke dalam ruang subaraknoid dan perbanyakan bakteri. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 )Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat kenaikan suhu yang ringan saja, jarang terjadi akut dengan panas yang tinggi. Sering dijumpai anak mudah terangsang atau menjadi apatis dan tidurnya sering terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala. Anoreksia, obstipasi, dan muntah juga sering dijumpai.Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dengan kejang. Gejala di atas menjadi lebih berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata, kuduk kaku, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus. Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran lebih menurun hingga timbul stupor.Stadium terminal berupa kelumpuhan-kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernapasan menjadi tidak teratur, sering terjadi pernafasan `Cheyne-Stokes`.Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya pulih kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara satu dengan lainnya, namun jika tidak diobati umumnya berlangsung 3 minggu sebelum anak meninggal. (Ngastiyah. 2005)

7) POHON MASALAH

Luka Terbuka, trauma Pneumonia, otitis media, sinusitis

Pintu masuk kuman (Pneumococcus, influenzae, Staphylococcus, Streptococcus, E. Coli, Meningococcus, Salmonella)

Melalui aliran darah ke selaput meningen

Page 9: Meningitis Udah Di Edit

8) KOMPLIKASI

1. Hidrosefalus obstruktif

2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia).

3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral).

4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone).

5. Efusi subdural

6. Kejang

Hiperemi, oedema otak,vasidilator Vaskuler darah

Perubahan tingkat kesadaran

Pengetahuan kurang

Gangguan nyaman nyeri

Resti infeksi Cemas

Gejala rangsangan meningeal : kaku kuduk, regiditis, kernig, brudzinski

I&II(+) leher, punggung sakit

Gejala TIK meningkat : muntah, nyeri kepala, morning cry, penurunan kesadaran, Cheyene stokes, kejang,

serebral a/paresis, UUB tegang dan menonjol

Gejala infeksi akut (meningococcus) : lesu, mudah terangsang,anoreksi, sakit

kepala, ptechiae, herpes labialis

Meningitis purulenta, timbul gejala

inflamasi

Menjadi patogen dalam cairan serebrospinal & parenkim otak

Depresi SSP pengatur pernafasan

Tidak efektif jalan nafas

Perfusi jaringan serebral

peradangan

Nutrisi dan Cairan/elektrolit kurang

Page 10: Meningitis Udah Di Edit

7. Edema dan herniasi serebral

8. Cerebral palsy

9. Gangguan mental

10. Gangguan belajar

11. Attention deficit disorder

(Lewis, 2005)

PrognosisPenderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :1.      umur penderita.2.      Jenis kuman penyebab3.      Berat ringan infeksi4.      Lama sakit sebelum mendapat pengobatan5.      Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan 6.      Adanya dan penanganan penyakit

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

a. Riwayat Penyakit

Proses persalinan atau selama dalam kandungan masa lalu,

penyakit kronik, tumor , anemia, imunosupresi, splencetomi, infeksi

telinga, mastoiditis, sinusitis, lumbal pungsi, trauma kepala, kondisi

kehidupan yang ramai, racun / obat, ketidakcocokan dengan perubahan

Page 11: Meningitis Udah Di Edit

kebiasaan, demam, mual, muntah , sakit kepala, fotophobia, diplopia, sakit

punggung.

b. Data dasar pemeriksaan pasien:

a) Aktivitas / Istirahat

1) Gejala : Perasaan tak enak atau malaise, keterbatasan yang

ditimbulkan oleh kondisinya.

2) Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan

involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang

gerak dan hipotonia.

b) Sirkulasi

1) Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis,

beberapa penyakit jantung kongenital ( abses otak)

2) Tanda :

Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi

berat ( berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh

pada pusat vasomotor).

Takikardi, disritmia ( pada fase akut), seperti disritmia sinus

(pada meningitis)

c) Eliminasi

Tanda : Adanya inkontinensia ( retensi ).

d) Makanan/ Cairan

1) Gejala : Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan ( pada

periode akut ).

2) Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran

mukosa kering.

e) Hygiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan

diri ( pada periode akut).

f) Neurosensori

Page 12: Meningitis Udah Di Edit

1) Gejala :

Sakit kepala ( mungkin merupakan gejala pertama dan

biasanya berat ).

Parestesia , terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena,

kehilangan sensasi ( kerusakan pada syaraf kranial) .

hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas pada nyeri

(meningitis).timbul kejang (meningitis bakteri atau abses otak)

Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia ( fase awal dari

beberapa infeksi).

Fotopobia ( pada meningitis ).

Ketulian ( pada meningitis / encepalitis ) atau mungkin

hipersensitif terhadap kebisingan.

Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.

2) Tanda :

Status mental / tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan

yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis

organik (enchepalitis).

Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat

merupakan gajala awal berkambangnya hidrosefalus, yang

mengikuti meningitis bakterial).

Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.

Mata (ukuran/ reaksi pupil) : anisokor atau tidak berespon

terhadap cahaya (peningkatan TIK), histagmus (bola mata

bergerak terus menerus).

Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah),

perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial ke

V dan ke VII terkena).

Page 13: Meningitis Udah Di Edit

Kejang umum atau lokal (pada abses otak), kejang lobus

temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksis paralisis (pada fase

akut meningitis), spastik (enchepalitis).

Hemiparese atau hemiplegia (meningitis atau enchepalitis).

Tanda Brundzinski positif dan atau tanda kernig positif

merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).

Rigiditas nukal (iritasi meningieal).

Reflek tendon terganggu, babinski positif.

Reflek abdominal menurun atau tidak ada, refleks kemastetik

hilang pada laki-laki.

g) Nyeri / Kenyamanan.

1) Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal)

mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher/punggung kaku,

nyeri pada gerakan okuler, fotosensitifitas, sakit, tenggorokan

nyeri.

2) Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi,/gelisah,

menangis, mengaduh/mengeluh.

h) Pernapasan

1) Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).

2) Tanda : Peningkatan kerja pernafasan (episode awal),

perubahan mental (letargi sampai koma), dan gelisah.

i) Keamanan

1) Gejala :

Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas / infeksi lain,

meliputi : mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi, infeksi

pelvis, abdomrn atau kulit : fungsi lumbal, pembedahan :

fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.

Imunisasi yang baru saja berlangsung, terpajan pada

meningitis, terpajan oleh campak, chicken pox, herpes

Page 14: Meningitis Udah Di Edit

simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang

terbawa.

2) Tanda :

Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.

Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.

Kelemahan secara umum : tonus otot flaksit atau spastik,

paralisis atau paresis.

Gangguan sensasi.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh umur anak, asal usul, iritasi,

lemah pusing, ataksia, bredzinsky positif dan tanda-tanda kernig positif,

ptosis, pendengaran berkurang, takikardia, disritmia, tekanan darah

meningkat, sesak, muntah dan diare.

d. Faktor perkembangan psikososial

Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (sebagai contoh : apa

kesenagan anak, kebiasaan waktu tidur), interraksi keluarga, pola hidup,

pengalaman sebelumnya dan opname (masuk rumah sakit), kepercayaan

agama.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Tidak efektifnya jalan nafas b/d

depresi pada SSP yang mengatur pusat nafas.

b. Kerusakan perfusi jaringan

serebral b/d proses peradangan, peningkatan TIK.

c. Gangguan keseimbangan volume

cairan b/d penurunan intake cairan, kehilangan cairan abnormal.

d. Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d anoreksia, nausea dan vomiting.

Page 15: Meningitis Udah Di Edit

e. Gangguan rasa nyaman (nyeri)

b/d iritasi selaput otak.

f. Cemas b/d hospitalisasi,

aktual/potensial terhadap perubahan fungsi tubuh.

g. Defisit pengetahuan b/d

prognosis, hospitalisasi dan perawatan.

3) INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Tidak efektifnya jalan nafas b/d

depresi pada SSP yang mengatur pusat nafas.

Tujuan : Anak akan memperoleh oksigen yang adekuat.

Intervensi :

a) Auskultasi suara nafas setiap 4 jam, kaji adanya suara tambahan,

misalnya : wheezing, krakels.

b) Monitor frekuensi, irama dan kualitas pernafasan.

c) Observasi kulit, membran mukosa apakah cianosis atau tidak.

d) Monitor gas darah arteri untuk mengetahui adanya hipoksia, rontgen

dada untuk infiltrasi.

e) Rubah posisi klien setiap 2 jam.

f) Monitor adanya penurunan refleks menelan.

g) Observasi peningkatan iritasi dan kekacauan.

Kriteria Evaluasi :

Arteri gas darah dalam batas normal

Tidak ada suara nafas tambahan

Tanda dan orientasi sesuai usia anak

Masalah pernafasan tidak terjadi dengan pertukaran udara yang baik.

b. Kerusakan perfusi jaringan

serebral b/d proses peradangan, peningkatan TIK.

Tujuan : Perfusi jaringan serebral semakin adekuat.

Intervensi :

Page 16: Meningitis Udah Di Edit

a) Observasi status neurologis setiap 1 sampai 2 jam dan yang penting

sampai stabil misalnya :gerakan yang simetris, reflek menelan, respon

pupil, kemampuan motorik, reflek tendon, fokus mata, respon verbal.

b) Monitor tanda-tanda peningkatan TIK (misalnya : peningkatan nyeri

dada, penonjolan ubun-ubun, peningkatan tekanan darah, nadi

menurun, nafas irreguler, iritabilitas, kekacauan, perubahan pupil).

c) Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang dan monitor

efektifitasnya.

d) Posisi tidur 30 °.

e) Kolaborasi dalm pemberian antibiotik.

f) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang.

g) Orientasikan secara verbal terhadap orang / tempat / waktu / situasi,

misalnya dengan mainan, gambar binatang, obyek yang disukai, TV,

radio.

h) Latihan ROM aktif dan pasif.

i) Monitor adanya tanda / gejala syok septik.

Kriteria evaluasi :

TTV dalam batas normal.

Klien dapat beristirahat dengan tenang.

Klien terbebas dari kejang.

c. Gangguan keseimbangan volume

cairan b/d penurunan intake cairan, kehilangan cairan abnormal.

Tujuan : Anak akan memperoleh cairan adekuat dan elektrolit seimbang.

Intervensi :

a) Monitor TTV sedikitnya setiap 4 jam.

b) Monitor hasil laboratorium, khususnya elektrolit dan urine.

c) Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi ( misalnya : membran mukosa

kering, nadi meningkat, berat badan menurun, cairan yang keluar lebih

banyak dari pada cairan yang masuk).

Page 17: Meningitis Udah Di Edit

d) Catat intake dan output cairan setiap saat.

e) Beri cairan yang sering tapi dalam jumlah kecil untuk meminimalkan

distensi lambung.

f) Kolaborasi dalam pemberian cairan per parenteral dan antibiotik.

g) Monitor adanya tanda-tanda retensi cairan (misalnya : penurunan

output urine, penurunan konsentrasi serum sodium, anoreksia, nausea).

Kriteria Evaluasi :

TTV dalam batas normal.

Nilai cairan dan elektrolit dalam batas normal.

d. Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d anoreksia, nausea dan vomiting.

Tujuan : Nutrisi anak terpenuhi secara adekuat, nausea dan vomiting

berkurang.

Intervensi :

a) Tanyakan pada anak atau orang tua tentang makanan kesukaan.

b) Anjurkan anak untuk makan sedikit tapi sering.

c) Anjurkan anak untuk makan lebih pelan.

d) Menjaga konsumsi nutrisi secara adekuat.

e) Monitor berat badan.

f) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

g) Batasi intake cairan selama makan, 1 jam sebelum dan sesudah makan

untuk meminimalkan distensi.

h) Lakukan oral hygiene yang baik.

Kriteria Evaluasi :

75 % makanan / diet dikonsumsi anak.

Partisipasi dalam menyeleksi makanan.

Berat badan dalam batas normal.

e. Gangguan rasa nyaman (nyeri)

b/d iritasi selaput otak.

Page 18: Meningitis Udah Di Edit

Tujuan : Anak dapat beradaptasi dengan nyeri.

Intervensi :

a) Kaji tingkat nyeri klien.

b) Evaluasi indikasi nyeri, lokasi, durasi.

c) Kolaborasi dalam pemberian analgesik.

d) Anjurkan pada anak yang lebih besar untuk mencegah pergerakan

yang dapat meningkatkan TIK (misalnya : batuk, menyisikan ingus,

bersin).

e) Batasi pengunjung.

Kriteria Evaluasi :

Anak mengungkapkan nyerinya berkurang.

Anak beristirahat dengan tenang.

Partisipasi dalam toleransi aktivitas.

f. Cemas b/d hospitalisasi,

aktual/potensial terhadap perubahan fungsi tubuh.

Tujuan : Anak / keluarga dapat mendemonstrasikan adaptasi yang positif

terhadap sakit dan hospitalisasi.

Intervensi :

a) Orientasikan klien / keluarga terhadap unit dan kegiatan RS.

b) Terangkan semua prosedur dan rasionalnya.

c) Ciptakan hubungan saling percaya.

d) Memberikan kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan

perasaannya.

e) Observasi mekanisme koping anak/orang tua.

f) Beri dukungan anak atau keluarga dalam proses adaptasi.

a) Libatkan anak atau orang tua dalam perawatan dan dalam membuat

keputusan.

Kriteria Evaluasi:

Page 19: Meningitis Udah Di Edit

Partisipasi anak atau orang tua dalam perawatan dan pengambilan

keputusan.

Anak atau keluarga dapat berinteraksi lebih dekat dengan perawat atau

dokter.

g. Defisit pengetahuan b/d

prognosis, hospitalisasi dan perawatan.

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua.

Intervensi :

a) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit.

b) Deskripsikan tentang sakit dan hubungannya dengan gejala penyakit.

c) Jawab pertanyaan dengan jujur dan komplit.

d) Terangkan tentang semua prosedur perawatan dan rasionalnya.

e) Diskusikan tentang tanda dan gejala komplikasi.

f) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti anak /keluarga.

g) Review kembali tentang perawatan.

Kriteria Evaluasi :

Mengerti tentang sakit dan perawatannya.

Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

Daftar Pustaka

Le Mone, P and Burke, K.M. (2005). Medical Surgical Nursing, Critical Thinking In

Clien Care. New Jersey: Prentice Hall Upper Sadle River.

Lewis, S.W. at. Al. (2005). Medical Surgical Nursing, Assesment and Management

of Clinical Problems. St. Louis : CV. Mosby.

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.

Alpers,Ann.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20.Jakarta:EGC.Brough,Hellen,et al.2007.Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak.Jakarta:EGC.

Page 20: Meningitis Udah Di Edit

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Ed.2.Jakarta:EGCSuriadi, Rita Yuliani.2006.Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2.Jakarta:Percetakan Penebar S