mastoiditis akut

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mastoiditis akut (MA) merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. 1,2 Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala- gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya). 2 Pada saat belum ditemukan-nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Jika tidak di obati, infeksi bisa menyebar ke sekitar struktur telinga tengah, termasuk di antaranya otak, yang bisa menyebabkan infeksi yang serius. Saat ini, terapi 1 | Mastoiditis Akut

Upload: jeffy-marta

Post on 07-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Mastoiditis Akut

TRANSCRIPT

Page 1: Mastoiditis Akut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mastoiditis akut (MA) merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis

media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses

peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan epitel

dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang

melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis.1,2

Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah

menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah

gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga,

hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi

telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya). 2

Pada saat belum ditemukan-nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab

kematian pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa.

Jika tidak di obati, infeksi bisa menyebar ke sekitar struktur telinga tengah, termasuk

di antaranya otak, yang bisa menyebabkan infeksi yang serius. Saat ini, terapi

antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang

menjadi mastoiditis, yang akhirnya bisa menyebabkan kematian. 3

Sebuah hasil pencitraan diagnostik merupakan sebuah referensi yang paling

berharga bagi ahli bedah kepala dan leher atau otolaryngologist, yang sangat

dibutuhkan dari pasien. Karena banyaknya bagian pendukung dan struktur dalam dari

sebuah kepala dan leher yang pemeriksaannya bukan hanya sekedar pemeriksaan

yang bersifat topografi (anatomi atau penentuan letak struktur) saja, tetapi juga

memerlukan pemeriksaan yang bersifat fisiologi. Beberapa pasien mungkin hanya

memerlukan pencitraan dignostik konvensional seperti film tipis sinar-X, atau

beberapa justru membutuhkan pencitraan dengan teknologi tinggi untuk memperoleh

hasil terbaik demi rencana terapi yang akan dia jalani nantinya. 3

1 | Mastoiditis Akut

Page 2: Mastoiditis Akut

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. DEFINISI

Otitis media (OM) khususnya yang kronik (otitis media supurasi kronik) adalah

infeksi telinga tengah yang ditandai oleh sekret telinga aktif atau berulang di telinga

tengah yang keluar melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK yang

sukar disembuhkan dapat menyebabkan komplikasi luas. Umumnya penyebaran

bakteri merusak struktur di sekitar telinga atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi

ini bisa hanya otore yang menetap, mastoiditis, labirintitis, paralisis saraf fasialis

sampai komplikasi serius seperti abses intrakranial atau trombosis. Walau dalam

praktek kejadian komplikasi ini rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif

mungkin untuk menghindari komplikasi. 1

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada

telinga tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah

segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal.

Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam

pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid. 1,2

2 | Mastoiditis Akut

Page 3: Mastoiditis Akut

2.2. ANATOMI TELINGA

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.

Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. 2,4,5,6

Gambar 1. Anatomi Telinga 3

a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus. Aurikula

disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada

tulang rawan. Lekuk daun telinga yang utama ialah heliks dan antiheliks, tragus dan

antitragus, dan konka. 2,5,6

3 | Mastoiditis Akut

Page 4: Mastoiditis Akut

Gambar 2. Teling Luar 3

Meatus akustikus eksternus berbentuk huruf S, dengan panjangma kira-kira 2,5-

3 cm, diameternya bervariasi yaitu lateral biasanya lebih lebar dari medial. Meatus

akustikus ekstenus terdiri dari Dua bagian yaitu bagian lateral dan medial. Bagian

lateral adalah pars kartilagenus yaitu 1/3 luar merupakan lanjutan dari aurikulum,

mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalis serta kulit melekat erat

dengan perikondrium. Bagian medial adalah pars osseus yaitu 2/3 medial merupukan

bagian dari os temporalis, tidak berambut, ada penyempitan di istmus yaitu kira kira 5

mm dari membran timpani. Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar

serumen.2,4,5,6,7

4 | Mastoiditis Akut

Page 5: Mastoiditis Akut

b. Telinga Tengah

Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang

terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Telinga tengah berbentuk seperti

kubah dengan enam sisi. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-

ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui tuba Eustachius.

Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan

epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah

tuba eustachius epitelnya selapis silindris bersilia. 2,4,5,6

Telinga tengah mempunyai atap. lantai, dinding anterior, dinding posterior,

dinding lateral dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang

disebut tegmen tympani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis.

Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan

mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavum

tympani dari bulbus superior vena jugularis interna. Pada bagian dinding anterior

terdapat tuba eustachius. Di bagian dinding posterior terdapat sebuah lubang besar

yang tidak beraturan, yaitu aditus ad antrum. Dinding lateral dibentuk oleh membrana

timpani. Batas dalam berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round

window) dan promontorium. 2,4,6

Di bagian dalam rongga ini terdapat tiga jenis tulang pendengaran yaitu tulang

maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan kompak tanpa rongga sumsum

tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus

tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat

pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. 2,4,6

5 | Mastoiditis Akut

Page 6: Mastoiditis Akut

Gambar 3. Teling Tengah 5

Ada dua otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot

tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva. tendonya berjalan mula-

mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk

melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam

gagang maleus. Tendon otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid

dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes.

Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran berfrekuensi tinggi. 2,4,6,10

Membran timpani memisahkan meatus acusticus externus dan telinga tengah

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga

dengan diameter kira-kira 1 cm. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan bagian

bawah pars tensa. 2,4,5,6

6 | Mastoiditis Akut

Page 7: Mastoiditis Akut

Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit

liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. pada pars fleksida

terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu

lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Pars tensa

mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan

sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian

dalam. Serat inilah yang menyebabkan refleks cahaya. Refleks cahaya terletak

dikuadran anterior inferior. Bayangan penojolan bagian bawah maleus pada membran

timpani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke

arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk

membran timpani kanan. 2,4,5,6

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosessus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian superior-antetior, superior-posterior, inferior-anterior

serta inferior-posterior. untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. 2,4,5,6

Gambar 4. Membran Timpani 7

7 | Mastoiditis Akut

Page 8: Mastoiditis Akut

Prosessus mastoid sering disebut juga ujung mastoid (mastoid tip), merupakan

suatu tonjolan di bagian bawah tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus

zigomatikus di bagian anterior dan lateralnya serta pars petrosa tulang temporal di

bagian ujung dan posteriornya.8,11,12

Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada usia 3

atau 4 tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia dewasa. Pneumatisasi tersebut

saling berhubungan dan drainasenya menuju aditus ad antrum. Proses pneumatisasi

ini bervariasi dari orang ke orang sehingga terdapat 3 tipe pneumatisasi, yaitu

pneumatik, hampir seluruh proses mastoid terisi oleh pneumatisasi. pada tipe

sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama sekali, pada tipe diploik pneumatisasi

kurang berkembang. Ada juga yang membagi menjadi 4 tipe pneumatisasi yaitu

pneumatik, diploik, campuran dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh

proses mastoid terisi oleh pneumatisasi. Pada tipe diploik hampir selalu prosesus

mastoid terisi oleh lapisan diplo (tabula media). Pada tipe campuran, terjadi campuran

pneumatisasi dan diplo. Pada yang skilerotik tidak terjadi pneumatisasi maupun

lapisan diplo. 8,13

Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak

mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah

dinding lateral kranii posterior. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad

antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis Interalis menonjol ke dalam antrum. Di

bawah kedua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar

dari tulang temporal melalui foramen stilomadtoideus di ujung anterior krista yang

dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang

subkutan yang dengan mudah di palpasi di posterior aurikula. 6

Dari kavum timpani ada hubungan melalui aditus ad antrurn ke antrum

mastoideum ialah ruangan pertama dan terbesar dari sel-sel mastoideus. Antrum

mastoid terletak di belakang cavum timpani di dalam pars petrosa ossis temporalis

dan berhubungan dengan telinga tengah melelui aditus. Sel sel mastoid terletak di

sebelah luar suatu lempeng tulang yang biasanya dijumpai pada pertemuan prosesus

8 | Mastoiditis Akut

Page 9: Mastoiditis Akut

antrum os petrosa dan prosesus timpani os skuama (sutura petroskuamosa) yang

dikenal dengan nama septum Korner. 2,5,6

Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae

mastoidea. Cellulae mastoidea adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di

dalam processus mastoideus, yang di atas berhubungan dengan antrum dan cavum

timpani. Cellulae mastoidea seluruhnya berhubungan dengan kavum timpani. Dekat

antrum sel-sel kecil, makin ke perifer sel-selnya bertembah besar oleh karena itu bila

terjadi radang pada sel-sel mastoid. drainase tidak begitu baik sehingga terjedi radang

pada mastoid yang disebut mastoiditis apabila terjadi terus menerus akan

berkomplikasi menjadi abses mastoid. 4,7

c. Telinga dalam

Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum

tulang temporalis. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua

setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.

Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema menghubungkan perilimfe skala

timpani dengan skala vestibuli. 2,4

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli

sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)

diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala

media berisi endolimfe. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli

disebut sebegai membran vestibuli (Reissner's membrane) sedangkan dasar skala

medie adalah membran basalis. Pada membren ini tarletak organ Corti.2

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut

dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

9 | Mastoiditis Akut

Page 10: Mastoiditis Akut

Gambar 5. Telinga Dalam 8

Hubungan antara Telinga Tengah dan Tulang Mastoid

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan

enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak

tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah

umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian

tengah.1,3,7,10

Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii media.

Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di

bawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan

tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf

korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral

depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat

sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingua1is

10 | Mastoiditis Akut

Page 11: Mastoiditis Akut

dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan

serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah. 3,7,10

Gambar 6. Letak tulang mastoid pada telinga tengah 5

Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral

menjadi sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya

adalah a1iran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke

telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus.

Di atas kanalis ini, muara tuba eustacius dan otot tensor timpani yang menempati

daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan

berinsersi pada leher maleus. 3,7,10

11 | Mastoiditis Akut

Page 12: Mastoiditis Akut

Gambar 7. Letak Tulang mastoid di antara tulang-tulang sekitarnya 6

Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian

atas, membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah.

Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang

menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas

promontorium ini. Fenestra rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium,

sedangkan kaki stapes terletak pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior

promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas

fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid

stapedius di posterior. 1,3,7,10

Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak

mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah

12 | Mastoiditis Akut

Page 13: Mastoiditis Akut

dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater

pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan

kanalis semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan

ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal

melalui foramen stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio

otot digastrikus. Dinding  lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah

dapat dipalpasi di posterior aurikula. 7,14

Dengan demikian, jika terjadi infeksi pada telinga tengah, akan sangat mudah

menjalar ke tulang mastoid, yang disebut mastoiditis. Proses mastoiditis yang

berkelanjutan inilah yang akan menyebabkan terjadinya abses mastoid. 7,14,15

2.3 FISIOLOGI TELINGA

a. Pendengaran

Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu

dan menginterpretasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energi gelombang

tekenan menjadi impuls syaraf, dan korteks serebri mengkonversi impuls ini menjadi

bunyi. Bunyi memiliki frekuensi amplitude dan bentuk gelombang. Frekuensi

gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi gelombang udara per unit waktu.2,4

Telinga manusia dapat menangkap frekuensi yang bervariasi dari sekitar 20

sampai 18.000 Hertz (Hz). Satu hertz adalah satu siklus per detik. Amplitudo adalah

ukuran energi atau intensitas fluktuasi tekanan. Gelombang bunyi dengan amplitude

yang berbeda di interpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan. Ukuran bunyi

dalam decibel (dB). 2,4

Gelombang bunyi ditangkap oleh aurikulum dan ditransmisikan ke dalam

meatus akustikus eksternus kemudian bergerak menuju kanalis akustikus eksternus ke

arah membran timpani. Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membran timpani.

Sifat membrane adalah aperiodis yang tidak memiliki frekuensi alaminya sendiri

tetapi mengambil karakteristik vibrasi yang terjadi. 2,4

13 | Mastoiditis Akut

Page 14: Mastoiditis Akut

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah

melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui

daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membaran timpani

dengan fenestra ovale. Muskulus stapedius dan tensor timpani berkontraksi secara

reflektorik sebagai respons terhadap bunyi yang keras. Kontraksi akan menyebabkan

membran timpani menjadi tegang osikular lebih kaku dan dengan demikian

mengurangi transmisi suara. 2,4,5

Energi getar yang telah diamplifikasikan ini diteruskan ke stapes yang akan

menggerakan fenestra ovale sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.

Getaran menggerakkan membrana Reissner mendorong endolimfa sehingga akan

menimbulkan gerakan relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. 2,5

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan defleksi

seterosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulken proses depolarisasi sel-sel

rambut sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan

menimbulkan potensial aksi pada auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius

sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis. 2,5

b. Keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di

sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ

visual dan proprioseptif Reseptor keseimbangan terdiri dari macula yaitu reseptor

keseimbangan statis yang terdapat di utrikulus dan sakulus manakala krista ampularis

yaitu reseptor keseimbangan dinamis yang terdapat pada kanal semisirkular, bereaksi

terhadap gerekan rotasi pada sumbu bidang. 2,5

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan

cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan

silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan

masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan

14 | Mastoiditis Akut

Page 15: Mastoiditis Akut

merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan

meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen kc pusat keseimbangan di otak.

Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. 2,5

Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik

akibat rangsangan Otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis

menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan

posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat

memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. 2,5

2.4. ETIOLOGI

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain

itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam

telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi

traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat

pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius. 2

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri

yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada

infeksi telinga tengah. Bakteri gram negatif dan St. aureus adalah beberapa bakteri

yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa

keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari sistem imun dari seseorang juga

dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir,

hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit

infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak

ini adalah S. Pnemonieae. 2

Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan

ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri.

Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua

tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk

15 | Mastoiditis Akut

Page 16: Mastoiditis Akut

tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.  Faktor-

faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri,  pertahanan

terhadap antibiotik dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak

dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.2

2.5. DIAGNOSIS & CIRI KLINIS

Pasien mungkin memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis.

Mastoiditis akut umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan dengan

otitis media akut (AOM) dan sering menyebabkan demam.

Gambar 8. Mastoiditis dengan abses subperiosteum. Perhatikan hilangnya

lekukan kulit dan abses yang menonjol. 3

Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.

16 | Mastoiditis Akut

Page 17: Mastoiditis Akut

Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada

pengobatan sebagian AOM dengan antibiotik.

Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang paling

konsisten yang menunjukkan bahwa proses kronis yang melibatkan

mastoideus telah terjadi.

Demam bisa ditemukan. Suhu pasien dapat tinggi.

o Demam dapat tak henti-hentinya pada mastoiditis akut dan mungkin

berhubungan dengan AOM terkait.

o Demam yang menetap, terutama jika pasien mendapatkan antimikroba

yang memadai dan tepat, adalah umum pada mastoiditis akut.

Nyeri dapat dilaporkan.

o Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya

lebih buruk pada malam hari.

o Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus.

Temuan ini mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.

Kehilangan pendengaran dapat terjadi.

o Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah

telinga.

o Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang

berulang.

Gejala nonspesifik (paling umum diamati pada bayi) termasuk kehilangan

nafsu makan dan iritabilitas. 5

Pemeriksaan Fisik

Temuan pada mastoiditis akut dan kronis termasuk penebalan periosteal, abses

subperiosteal, otitis media, dan tonjolan nipplelike (seperti puting) dari membran

timpani pusat. Menentukan adanya penebalan periosteal memerlukan perbandingan

dengan bagian telinga yang lain. Perubahan posisi dari daun telinga ke arah bawah

dan ke luar (terutama pada anak-anak <2 tahun) atau ke atas dan ke luar (pada anak-

17 | Mastoiditis Akut

Page 18: Mastoiditis Akut

anak <2 tahun) dapat ditemukan. Abses subperiosteal merubah posisi aurikel ke

lateral dan melenyapkan lipatan kulit postauricular. Jika lipatan tetap ada, proses ini

terjadi di lateral periosteum. Otitis media terlihat pada pemeriksaan dengan otoskop.

Tonjolan nipplelike dari membran timpani sentral mungkin ada, ini biasanya

disertai rembesan nanah. Infeksi ringan persisten ( mastoiditis tersembunyi) dapat

terjadi pada pasien dengan otitis media rekuren atau efusi telinga persisten. Kondisi

ini dapat menyebabkan demam, sakit telinga, dan komplikasi lain.

Tanda-tanda mastoiditis akut adalah sebagai berikut:

Bulging membran timpani yang erythematous

Eritema, tenderness, dan edema di atas area mastoid

Fluktuasi postauricular

Tonjolan dari aurikula

Pengenduran dinding kanalis posterosuperior

Demam (terutama pada anak-anak <2 tahun)

Otalgia dan nyeri retroauricular (terutama pada anak-anak <2 tahun)

Temuan pada mastoiditis kronis mungkin konsisten dengan komplikasi ekstensi

ke luar prosesus mastoideus dan periosteum yang mengelilinginya atau dengan

komplikasi lain intratemporal seperti lumpuh wajah.

Tanda-tanda meliputi:

Membran timpani terinfeksi atau normal

Demam berulang atau persisten

Tidak adanya tanda-tanda eksternal dari peradangan mastoideus

Pemeriksaan neurologis umumnya menghasilkan temuan nonfocal. Namun,

keterlibatan saraf kranialis dapat terjadi pada penyakit lanjut.

18 | Mastoiditis Akut

Page 19: Mastoiditis Akut

Tanda-tanda meliputi:

Palsy dari saraf abducens (saraf kranial VI)

Palsy dari saraf wajah (saraf kranial VII)

Rasa nyeri dari keterlibatan cabang oftalmik dari saraf trigeminal. 5

Diagnosis

Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos

mastoid Schuller maupun CT scan mastoid. Dengan CT scan bisa dilihat bahwa air

cell dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh

udara) dan melebar.7,8,9

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur

mikrobiologi, hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya

infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke

dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala, MRI-

kepala dan foto polos kepala. 2

Pemeriksaan Laboratorium

Spesimen dari sel-sel mastoid yang diperoleh selama operasi dan cairan

myringotomy, ketika diperoleh, harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik dan

anaerobik, jamur, mikobakteri dan basil tahan asam.

o Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat

dibersihkan, dan sampel cairan drainase segar diambil.

o Ketelitian adalah penting untuk mendapatkan cairan dari telinga

tengah dan bukan saluran eksternal.

o Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat membantu dalam

memodifikasi terapi inisial antibiotik.

19 | Mastoiditis Akut

Page 20: Mastoiditis Akut

o Hasil kultur yang dikumpulkan dengan benar untuk bakteri aerobik

dan anaerobik sangat membantu untuk pilihan terapi definitif.

o Pewarnaan Gram dari spesimen awalnya dapat membimbing terapi

antimikroba empiris.

Kultur darah harus diperoleh.

Pemeriksaan darah rutin dan laju sedimentasi dihitung untuk mengevaluasi

efektivitas terapi seterusnya.

Pemeriksaan LCS untuk evaluasi jika dicurigai perluasan proses ke

intrakranial. 5

2.6. TATALAKSANA

Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang

diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan persisten,

demam, sakit kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan mastoidektomi.

Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan

lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis.  Tetapi pemilihan anti

bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan

yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa

bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu

mengembalikan ke fungsi yang normal. 2,7,8,15

Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi. Meliputi dua hal

penting:1

1. Pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan sekret)

2. Antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman

empirik dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya

berdasarkan efektifitas kemampuan mengeliminasi kuman (mujarab),

20 | Mastoiditis Akut

Page 21: Mastoiditis Akut

resistensi, keamanan, risiko toksisitas dan harga. Pengetahuan dasar tentang

pola mikroorganisme pada infeksi telinga dan uji kepekaan antibiotikanya

sangat penting

2.7. KOMPLIKASI

Mortalitas dan Morbiditas

Mastoiditis, ketika berlanjut di luar 2 tahap pertama dianggap sebagai

komplikasi otitis media. Komplikasi dari mastoiditis adalah perluasan lebih lanjut di

dalam atau di luar mastoideus itu sendiri. Komplikasi yang umum terjadi termasuk

kehilangan pendengaran dan perluasan dari proses infeksi di luar sistem mastoideus,

mengakibatkan komplikasi intrakranial atau ekstrakranial.

Komplikasi lainnya termasuk berikut ini :

Perluasan posterior ke sinus sigmoid, menyebabkan trombosis

Perluasan ke tulang oksipital, yang mengakibatkan osteomyelitis calvaria atau

abses Citelli

Perluasan superior ke fosa kranial posterior, ruang subdural, dan meninges

Perluasan anterior ke akar zygomatic

Perluasan lateral membentuk abses subperiosteal

Perluasan inferior membentuk abses Bezold

Perluasan medial ke apex petrous

Keterlibatan intratemporal saraf wajah dan / atau labirin. 5

21 | Mastoiditis Akut

Page 22: Mastoiditis Akut

BAB III

KESIMPULAN

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak

pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga

tengah ke dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun

pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya keluhan seperti keluarnya

cairan dari telinga, demam, nyeri pada telinga, hilangnya pendengaran. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan eritema/kemerahan dan lunak pada belakang daun

telinga, dan abnormalitas dari membrane timpani.

Pada pemeriksaan otoskopi membran timpani biasanya merah, menonjol, kasus.

Pada mastoiditis kronik, membrane, timpani perforasi, kemerahan edema, dan

sensitive pada retroaurikular.

Pemeriksaan radiologi Ct-Scan dilakukan untuk menilai perluasan dari

mastoiditis. Magnetic Resonance Imaging (MRI) bagus dalam menilai jaringan lunak

dan mastoid serta komplikasinya.

Terapi mastoiditis dapat berupa terapi medikamentosa yaitu pemberian

antibiotika, maupun terapi dengan operasi yaitu mastoidektomi. Keberhasilan terapi

tergantung sudah adakah komplikasi atau keterlibatan intrakranial.

22 | Mastoiditis Akut

Page 23: Mastoiditis Akut

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Nagel. Patrick, Gurkov. Roben. Dasar Dasar Ilmu THT. Penerbit buku kedokteran

EGC. Jakarta. 2009. Hal: 12-16

2. Soepardi. Efiaty Arsyad, Iskandar. Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga -

Hidung - Tenggorokan - Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2001. Hal: 49-73

3. Cody. Thane R, Kern. Eugene B, pearson. Bruce W. Penyakit Telinga, Hidung

Dan Tenggorokan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2009. Hal: 104-118

4. BalIenger. John Jacob. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher.

Binarupa Aksara. Jakarta. 1997. Hal: 404-430

5. Adams. George L, Boihes. lawrence R, Higler. Peter A. Boies Buku Ajar Penyakit

THT. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal: 88-117

6. Ludman . Harold, Bradley. Palrick J. ABC Telinga, Hidung, Dan Tenggorok.

Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2009. Hal: 1-10

7. Iskandar. Nurbaiti, Soepardi. Efiaty Arsyad. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga -

Hidung – Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1991.

Hal: 17-38

8. Iskandar. Nurbaiti. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk Perawat.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1993. Hal:22-29

9. Broek. P Van Den, Debruyne F, FCC11.5. L, Martes H.A.M. Buku Saku Ilmu

Kesehatan Teuggorok, Hidung dan Telinga. Penerbit buku kedokteran EGC.

Jal.rta. 2010. Hal: 56-67

10. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta 2005. Hal 1-68

11. R. Acharya, B. Tulachan. Journal Acute Mastoiditis With Facial Nerve Paralysis

In Acute Myeloid Leukemia. 2011.

23 | Mastoiditis Akut

Page 24: Mastoiditis Akut

12. Ozkaya. Halit, Akcan Abdullah Baris, Aydemir Gokhan. Mastoiditis in

childhood: Review of the literature. Department of Pediatrics, Gata

Haydarpasa Teaching Hospital, Uskudar, Istanbul, Turkey. November. 2011.

13. Dragoslava R Djeric, Miljan M Folic, Srbislav R Blazic, Igor B Djoric.

Journal Acute Mastoiditis in children as Persisting Problem. februari. 2014.

14. A. Ravi kumar, Senthil .K, Prasanna Kumar. S, Gopinath, Gaurav Bambha.

Primary Tubercular Mastoiditis - A Rare Presentation. November. 2007.

15. Tony E O'Connor, Christopher F Perry and Francis J Lannigan. Complications

of otitis media in indigenous and non-Indigenous children. Vo1ume 191

Number 9. November. 2009

24 | Mastoiditis Akut