d. bab ii mastoiditis

26
BAB II OTITIS MEDIA DAN MASTOIDITIS A. OTITIS MEDIA 1. Konsep Dasar Otitis Media a. Definisi Otitis media adalah penyakit yang menyerang telinga bagian tengah, hal ini dikarenakan beberapa faktor penyebab, seperti terjadinya sumbatan pada tuba eustachius, ISPA, dan bakteri.otitis media sering dijumpaipada anak- anak dibawah usia 15 tahun. Definisi otitis media menurut para ahli : 1) Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius antrum mastoid dan sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005) 2) Otitis media adalah suatau infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogen ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). b. Etiologi Penyebab penyakit otitis media ada beberapa macam, yaitu sumbatan pada tuba eustachius, ISPA dan bakteri. 4

Upload: ecca-candra-sie-kaumscorpio

Post on 08-Feb-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: d. Bab II Mastoiditis

BAB II

OTITIS MEDIA DAN MASTOIDITIS

A. OTITIS MEDIA

1. Konsep Dasar Otitis Media

a. Definisi

Otitis media adalah penyakit yang menyerang telinga bagian tengah,

hal ini dikarenakan beberapa faktor penyebab, seperti terjadinya

sumbatan pada tuba eustachius, ISPA, dan bakteri.otitis media sering

dijumpaipada anak-anak dibawah usia 15 tahun.

Definisi otitis media menurut para ahli :

1) Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius antrum mastoid dan sel mastoid (Ahmad

Mufti, 2005)

2) Otitis media adalah suatau infeksi pada telinga tengah yang

disebabkan karena masuknya bakteri patogen ke dalam telinga tengah

(Smeltzer, 2001).

b. Etiologi

Penyebab penyakit otitis media ada beberapa macam, yaitu

sumbatan pada tuba eustachius, ISPA dan bakteri.

Yang pertama adalah akibat sumbatan pada tuba eustachius,

merupakan penyebab utama dari otitis media yang menyebabkan

pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga

pencegahan invasi kuman ke alam telinga tenga juga terganggu.

Kemudian yang ke dua ISPA atau infeksi saliran pernapasan atas

disebabkan oleh inflamasi jaringan disekitarnya seperti sinusitis, atau

reaksi alergi. Pada anak-anak apabila sering terserang ISPA maka makin

besar kemungkinan terkena otitis media.

Yang ke tiga otitis media yang disebabkan oleh bakteri,

mikroorganisme yang sering ditemukan sebagai penyebab umum

4

Page 2: d. Bab II Mastoiditis

5

terjadinya otitis media adalah Steptococcus pneumonia, Haemophylus

influenza, Moraxella catarrhalis dan bakteri yang lain.

Otitis media serig diawali dengan ISPA yang disebabkan oleh

bakteri, kemudian menyerang telinga bagian tengah melewati tuba

eustachius. Saat baktrri masuk tuba eustachius maka menyebabkan

infeksi, pembengkakan dan peradangan pada area tersebut.

Peradangan yang terjadi menyebabkan stimulasi kelanjar minyak

untuk menghasilkansekret yang terkumpul di elakang membran timpani.

Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,

sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan

tulang osikel yang menyambungkan dengan telinga tengah susah

bergerak.

Selain terjadi gangguan pendengaran klien jua akan mengalami

nyeri pada telinga.

c. Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas

(ISPA) yang diebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga

tengah melewati tuba eustachius. Ketika bakteri memasuki tuba

eustachius maka dapat menyebabkan infeksi dan terjadi pembengkakan,

peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan

stimulasi kelenjar minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di

belakang membran timpani. Jika sekret bertambah banyak maka akan

menyumbat saluran eustachius, sehingga pendengaran dapat terganggu

karena membran timpani dan tulang osikel (maleus, incus, stapes) yang

menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akan

mengalami nyeri pada telinga. Otitis media akut (OMA) yang

berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat berkembang menjadi otitis

media supuratif kronis apabila faktor higiene kurang diperhatikan, terapi

Page 3: d. Bab II Mastoiditis

6

yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh

yang kurang baik.

d. Manifestasi Klinis

1) Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa

sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya

unilateral pada orang dewasa.

a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan

tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic

(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah

dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop), dapat

mengalami perforasi.

b. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani

c. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )

d. Demam

e. Anoreksia

f. Limfadenopati servikal anterior

2) Otitis Media Serosa

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau

gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup

atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka.

Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-

abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara

dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya

kehilangan pendengaran konduktif.

3) Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan

pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang

Page 4: d. Bab II Mastoiditis

7

berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis

akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan

merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan

nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya

perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di

belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui

lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada

pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus

kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran

konduktif atau campuran.

e. Komplikasi

1) Otitis media yang tidak diberi terapi secara benar dan adekuat akan

menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah bahkan otak, namun ini

jarangterjadi setelah pemberian antibiotik

2) Mastoiditis

3) Kehilangan pendengaran permanen apabila tidak diobati

4) Keseimbangan tubuh terganggu.

f. Penatalaksanaan

Penanganan lokal dengan membersihkan telinga secara hati-hati

dengan alat penghisap, selain itu juga diberikan antibiotik yang dapat

membantu jika terdapat cairan purulen.

Prosedur pembedahan juga dapat dilakukan bila dengan

penanganan obat tidak efektif. Pebedahan yang sering dilakukan adalah

timpanoplasti, khususnya timpanoplasti rekonstruksi bedah membran

timpani dan osikulus. Tujuannya dalah mengembalikan fungsi telinga

tengah, menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi

berulang dan memperbaiki pendengaran. Pembedahan ini dilakukan

melalui kanalis auditorius eksternus baik secara transkanal atau melalui

insisi aurikuler. Bagian telinga tengah diinspeksi secara teliti, serta

Page 5: d. Bab II Mastoiditis

8

penghubung antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus

adalah yang paling sering terjjadi pada otitis media, namun masalah

rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah

dan dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala.perbaikan dramatis

pendengaran akan terjadi setelah penutupan lubang perforasi dan

perbaikan kembali osikulus.

g. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa penyakit otitis media, pemeriksaan

Penunjang yang dilakukan adalah :

1) Otoscope untuk melakukan auskultasipada telinga luar

2) Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran

timpani

3) Kultur dan uji sensitivitas dilakukan saat pemeriksaan

timpanosesntensis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui

membran timpani).

B. MASTOIDITIS

1. Konsep Dasar Mastoiditis

a. Definisi

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu

infeksi pada telinga tengah, jika tidak diobati dapat terjadi osteomielitis.

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang

terletak pada tulang temporal (Brunner dan Suddarth, 2000).

Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus

mastoideus (tulang yang menonjol dibelakang telinga) yang berlangsung

cukup lama. Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai

rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel

dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid

udara yang melekat ditulang temporal.

Page 6: d. Bab II Mastoiditis

9

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya

berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang

berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid

berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan

terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/ nanah

yang makin banyak, yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang

lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses

superiosteum.

b. Etiologi

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus/

pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga

seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan

bersarang yang dapat menyebabkan infeksi. Menyebarnya infeksi dari

telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara

mastoid.

Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:

1. Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut.

2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut

yang dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab

otitis media akut  yaitu streptococcus pnemonieae.

3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah branhamella catarrhalis,

streptococcus group-A dan staphylococcus aureus, streptococcus

aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis

anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.

c. Patofisiologi

Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media

yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu

setelah otitis media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara

mastoid.

Page 7: d. Bab II Mastoiditis

10

Mastoiditis  kronik  dapat  mengakibatkan  pembentukan

kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam

(epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari

membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit

yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat ke struktur

telinga tengah  dan  mastoid. Bila  tidak  ditangani, kolesteatoma dapat

tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialis. Kehilangan

pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat

erusi telinga dalam) dan abses otak .

Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik

kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang

mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2

macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna).

Pada  bentuk  maligna  peradangan  berlanjut  ke  dalam tulang

tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, abses

subdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga

terjadi hidrosefalus.

Mastoiditis dapat  terjadi  pada  pasien-pasien  imunosupresi atau

mereka  yang  menelantarkan  otitis  media  akut  yang dideritanya.

Penyakit ini berkaitan dengan   virulensi dari organisme penyebab.

Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab  otitis

media  akut  yaitu streptococcus  hemlytiens, pneumococcus,  

sthapilococcus  aureus  lalbus,  streptococcusviridans.

Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke

cavum timpani. Cavum timpani mengalami peradangan.  Eksudat mulai

terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid

menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu

jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II

mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan

2), Mastoiditis yang sklerotik.

Page 8: d. Bab II Mastoiditis

11

Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan

nanah semakin meningkat, kemudian dapat menimbulkan edema dan

ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat dan nanah

menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan

granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami

peradangan (osteitis).  Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian

dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan keluar.

Komplikasi selanjutnya  abses subperiosteum.

d. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:

1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan

dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan

pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.

Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada

besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam

telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa

pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.

3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga

tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal

perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian

antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.

4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di

dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.

Mastoiditis Koalesens Akut

Pada kasus mastoiditis yang tidak terobati, terdapat demam, nyeri ,

dan gangguan pendengaran menyertai ottitis media akut. Membrana

timpani menonjol keluar; dinding posterior kanalis menggantung,

pembengkakan postaurikula mendorong pinna keluar dan kedepan, dan

Page 9: d. Bab II Mastoiditis

12

nyeri tekan mastoid terutama di posterior dan sedikit diatas liang telinga (

segitiga Macewen). Pemeriksaan radiologis pada mastoiditis koalesens

menunjukkan adanya opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan

hilangnya trabekulasi normal dari sel-sel tersebut. Hilangnya kontur dari

masing-masing sel, membedakannya dengan hasil radiologis otitis media

serosa dimana kontur sel tetap utuh.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien imunosupresi atau penderita

yang tidak mengobati otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini

berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme yang

lazim menyebabkan mastoiditis sama halnya dengan penyebab otitis

media akut.

Penatalaksanaan awal berupa miringotomi yang cukup lebar,

biakan dan antibiotik yang sesuai diberikan secara intravena. Bila

gambaran radiologis menunjukkan hilangnya pola trabekuler atau adanya

progresi penyakit, harus dilakukan mastoidektomi lengkap dengan segera

untuk mencegah komplikasi serius seperti petrositis, labirintitis,

meningitis dan abses otak.

Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah dan Mastoid. Karena telinga

tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik seringkali

disertai dengan mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dapat dianggap

aktif dan inaktif.

e. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan

baik  adalah

1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah

peforasi gendang telinga  dengan cairan yang terus menerus keluar.

2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan

kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.

Page 10: d. Bab II Mastoiditis

13

3. Meningitis yaitu peradangan meningen (radang membran pelindung

sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh

mikroorganisme.

4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam

jaringan otak.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum

dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktur/ bagian lain

diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi

kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf

kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke

arah samping/ lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut

mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-

komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media

purulen yang kronis dan luka infeksi.

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

1. Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan

per oral dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin

Streptococcus β-hemoliticus atau Pneumococcus. H. influenza. Tetapi

harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

2. Pembedahan 

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang

terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan

antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/ total yang

sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan

untuk memulihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha

untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi

harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.

Page 11: d. Bab II Mastoiditis

14

a. Mastoidektomi

1) Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek

mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan

patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,

menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila

tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus

membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut

sinodura, sel mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh

sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk

OMSK, jarang sekali dibutuhkan  mastoidektomi simple

lengkap, cukup hanya membuang jaringan patologik dan

membuka aditus ad-antrum bila tersumbat, sedangkan sel

pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.

Mastoidektomi dibedakan menjadi :

a) Operasi  pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang

akan dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.

b) Operasi pada bagian tulang

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh

sel-sel mastoid dengan tetap mempertahankan keutuhan

tulang dinding belakang liang telinga.

2) Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga,

linea temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus

mastoid. Pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor

yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang

diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan.

Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan

gesekan mata bor dengan tulang.

Page 12: d. Bab II Mastoiditis

15

3) Mastoidektomi dalam

a. Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus

dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini

berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang

menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani.

Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang

telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi

tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid

bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam

segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

b. Aditus ad Antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian

anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga

dengan tegmen mastoid.

c. Fosa Indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian

tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum.

4) Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty,

modified radical mastoidectomy, open method tympanoplasty)

adalah modifikasi dari mastoidektomi radikal. Mastoidektomi

radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel

mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang

telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai

drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel

mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman.

Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba

eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud

tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis

dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel

Page 13: d. Bab II Mastoiditis

16

mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan

kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi

radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel mastoid.

Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang

pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan

sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap dipertahankan, bahkan

dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis.

Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis

baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun sebagai jabir fasia

m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang

pendengaran.

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara

lain:

1. Perawatan Pre-operasi Perawat mengajarkan secara khusus pada klien

yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty.

2. Post operasi Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked

Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal

auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing

luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/

dipertahankan kebersihan dan kekeringannya. Perawat menggunakan

teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar

dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post

operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah

kekambuhan. Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan

setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat

menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan

pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada

Page 14: d. Bab II Mastoiditis

17

telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai

perawatan post operasi.

3. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung

antibiotik dan steroid.

g. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan

myringotomy cairan, bila diperoleh, harus dikirim untuk budaya

kedua bakteri aerobik dan anaerobik, Gram staining, dan asam-

cepat staining. Jika selaput anak telinga yang sudah berlubang,

kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase

cairan diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan

dari telinga dan bukan eksternal kanal. Budaya dan kelemahan dari

pengujian isolates dapat membantu memodifikasi terapi antibiotik

empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua

aerobik dan anaerobik bakteri panduan yang pasti harus pilihan

terapi.

1) Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris

antimicrobial therapy.

2) Darah budaya harus diperoleh.

3) Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan

kemudian untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi.

4) Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika

intracranial perpanjangan proses diduga.

2. CT Scan dan MRI

Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda

mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen

radang mastoid. Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan

adalah perpanjangan atau komplikasi yang dicurigai. Bukti yang

Page 15: d. Bab II Mastoiditis

18

digambarkan oleh mastoiditis. Tampilan kekaburan atau kerusakan

yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman

dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan

menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone

scan adalah membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.

Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala

klinis ketinggalan di belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT

scan tidak segera tersedia, plain radiography dari mastoids

mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan kerusakan tulang

di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi untuk

membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan

dari penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail

besar.

Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan

atau tanpa osteitis akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :

a. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah

dapat hadir. Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari

mucosa dan dikumpulkan cairan.

b. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena

demineralization, atrophia, atau kebekuan dari tulang septa.

c. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan

cacat terlihat dari tegmen atau mastoid bozonty.

d. Peningkatan bidang formasi absces

e. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong

berhubung dengan tengkorak.

f. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis.

g. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau

CT temuan yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI

tidak secara rutin digunakan untuk mengevaluasi mastoid.

Page 16: d. Bab II Mastoiditis

19

h. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan,

khususnya struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial

cairan koleksi dan vascular yang terkait masalah.

i. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan

efektif.

3. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya

dilakukan, diikuti dengan terapi antibiotik.

4. Culturing tengah-cairan telinga sebelum antimicrobial therapy adalah

keharusan. Meskipun penggunaan mikroskop operasi yang dirancang

secara khusus dan sedotan perangkap memfasilitasi sampel dari

bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan

jarum suntik yang sama-sama membantu.

5. Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali,

aspirate cairan dari anterior setengah dari selaput anak telinga.

6. Melakukan lumbar menusuk tulang belakang dan keran jika

intracranial perpanjangan dari infeksi diduga.

a. Pemeriksaan Darah

b. Foto Mastoid

c. Kultur Bakteri Telinga

d. MRI dan CT Scan

e. untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid

f. Radiologi

g. Tympanocintesis & myringotomi.