d. bab ii mastoiditis
TRANSCRIPT
BAB II
OTITIS MEDIA DAN MASTOIDITIS
A. OTITIS MEDIA
1. Konsep Dasar Otitis Media
a. Definisi
Otitis media adalah penyakit yang menyerang telinga bagian tengah,
hal ini dikarenakan beberapa faktor penyebab, seperti terjadinya
sumbatan pada tuba eustachius, ISPA, dan bakteri.otitis media sering
dijumpaipada anak-anak dibawah usia 15 tahun.
Definisi otitis media menurut para ahli :
1) Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius antrum mastoid dan sel mastoid (Ahmad
Mufti, 2005)
2) Otitis media adalah suatau infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogen ke dalam telinga tengah
(Smeltzer, 2001).
b. Etiologi
Penyebab penyakit otitis media ada beberapa macam, yaitu
sumbatan pada tuba eustachius, ISPA dan bakteri.
Yang pertama adalah akibat sumbatan pada tuba eustachius,
merupakan penyebab utama dari otitis media yang menyebabkan
pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga
pencegahan invasi kuman ke alam telinga tenga juga terganggu.
Kemudian yang ke dua ISPA atau infeksi saliran pernapasan atas
disebabkan oleh inflamasi jaringan disekitarnya seperti sinusitis, atau
reaksi alergi. Pada anak-anak apabila sering terserang ISPA maka makin
besar kemungkinan terkena otitis media.
Yang ke tiga otitis media yang disebabkan oleh bakteri,
mikroorganisme yang sering ditemukan sebagai penyebab umum
4
5
terjadinya otitis media adalah Steptococcus pneumonia, Haemophylus
influenza, Moraxella catarrhalis dan bakteri yang lain.
Otitis media serig diawali dengan ISPA yang disebabkan oleh
bakteri, kemudian menyerang telinga bagian tengah melewati tuba
eustachius. Saat baktrri masuk tuba eustachius maka menyebabkan
infeksi, pembengkakan dan peradangan pada area tersebut.
Peradangan yang terjadi menyebabkan stimulasi kelanjar minyak
untuk menghasilkansekret yang terkumpul di elakang membran timpani.
Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,
sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan
tulang osikel yang menyambungkan dengan telinga tengah susah
bergerak.
Selain terjadi gangguan pendengaran klien jua akan mengalami
nyeri pada telinga.
c. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
(ISPA) yang diebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga
tengah melewati tuba eustachius. Ketika bakteri memasuki tuba
eustachius maka dapat menyebabkan infeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan
stimulasi kelenjar minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di
belakang membran timpani. Jika sekret bertambah banyak maka akan
menyumbat saluran eustachius, sehingga pendengaran dapat terganggu
karena membran timpani dan tulang osikel (maleus, incus, stapes) yang
menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akan
mengalami nyeri pada telinga. Otitis media akut (OMA) yang
berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat berkembang menjadi otitis
media supuratif kronis apabila faktor higiene kurang diperhatikan, terapi
6
yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh
yang kurang baik.
d. Manifestasi Klinis
1) Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan
tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah
dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop), dapat
mengalami perforasi.
b. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
c. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
d. Demam
e. Anoreksia
f. Limfadenopati servikal anterior
2) Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau
gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup
atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka.
Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-
abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara
dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya
kehilangan pendengaran konduktif.
3) Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan
pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang
7
berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis
akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan
merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan
nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya
perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di
belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui
lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada
pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran
konduktif atau campuran.
e. Komplikasi
1) Otitis media yang tidak diberi terapi secara benar dan adekuat akan
menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah bahkan otak, namun ini
jarangterjadi setelah pemberian antibiotik
2) Mastoiditis
3) Kehilangan pendengaran permanen apabila tidak diobati
4) Keseimbangan tubuh terganggu.
f. Penatalaksanaan
Penanganan lokal dengan membersihkan telinga secara hati-hati
dengan alat penghisap, selain itu juga diberikan antibiotik yang dapat
membantu jika terdapat cairan purulen.
Prosedur pembedahan juga dapat dilakukan bila dengan
penanganan obat tidak efektif. Pebedahan yang sering dilakukan adalah
timpanoplasti, khususnya timpanoplasti rekonstruksi bedah membran
timpani dan osikulus. Tujuannya dalah mengembalikan fungsi telinga
tengah, menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi
berulang dan memperbaiki pendengaran. Pembedahan ini dilakukan
melalui kanalis auditorius eksternus baik secara transkanal atau melalui
insisi aurikuler. Bagian telinga tengah diinspeksi secara teliti, serta
8
penghubung antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus
adalah yang paling sering terjjadi pada otitis media, namun masalah
rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah
dan dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala.perbaikan dramatis
pendengaran akan terjadi setelah penutupan lubang perforasi dan
perbaikan kembali osikulus.
g. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa penyakit otitis media, pemeriksaan
Penunjang yang dilakukan adalah :
1) Otoscope untuk melakukan auskultasipada telinga luar
2) Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani
3) Kultur dan uji sensitivitas dilakukan saat pemeriksaan
timpanosesntensis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui
membran timpani).
B. MASTOIDITIS
1. Konsep Dasar Mastoiditis
a. Definisi
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu
infeksi pada telinga tengah, jika tidak diobati dapat terjadi osteomielitis.
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal (Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus
mastoideus (tulang yang menonjol dibelakang telinga) yang berlangsung
cukup lama. Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai
rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel
dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid
udara yang melekat ditulang temporal.
9
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya
berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang
berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid
berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/ nanah
yang makin banyak, yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang
lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses
superiosteum.
b. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus/
pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga
seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan
bersarang yang dapat menyebabkan infeksi. Menyebarnya infeksi dari
telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara
mastoid.
Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:
1. Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut.
2. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut
yang dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab
otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.
3. Bakteri lain yang sering ditemukan adalah branhamella catarrhalis,
streptococcus group-A dan staphylococcus aureus, streptococcus
aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis
anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.
c. Patofisiologi
Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media
yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu
setelah otitis media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara
mastoid.
10
Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan
kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam
(epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari
membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit
yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat ke struktur
telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat
tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialis. Kehilangan
pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat
erusi telinga dalam) dan abses otak .
Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik
kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang
mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2
macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna).
Pada bentuk maligna peradangan berlanjut ke dalam tulang
tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, abses
subdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga
terjadi hidrosefalus.
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau
mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya.
Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab.
Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab otitis
media akut yaitu streptococcus hemlytiens, pneumococcus,
sthapilococcus aureus lalbus, streptococcusviridans.
Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke
cavum timpani. Cavum timpani mengalami peradangan. Eksudat mulai
terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid
menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu
jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II
mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan
2), Mastoiditis yang sklerotik.
11
Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan
nanah semakin meningkat, kemudian dapat menimbulkan edema dan
ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat dan nanah
menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan
granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami
peradangan (osteitis). Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian
dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan keluar.
Komplikasi selanjutnya abses subperiosteum.
d. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan
dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan
pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.
Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada
besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam
telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa
pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga
tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal
perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian
antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.
4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di
dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
Mastoiditis Koalesens Akut
Pada kasus mastoiditis yang tidak terobati, terdapat demam, nyeri ,
dan gangguan pendengaran menyertai ottitis media akut. Membrana
timpani menonjol keluar; dinding posterior kanalis menggantung,
pembengkakan postaurikula mendorong pinna keluar dan kedepan, dan
12
nyeri tekan mastoid terutama di posterior dan sedikit diatas liang telinga (
segitiga Macewen). Pemeriksaan radiologis pada mastoiditis koalesens
menunjukkan adanya opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan
hilangnya trabekulasi normal dari sel-sel tersebut. Hilangnya kontur dari
masing-masing sel, membedakannya dengan hasil radiologis otitis media
serosa dimana kontur sel tetap utuh.
Mastoiditis dapat terjadi pada pasien imunosupresi atau penderita
yang tidak mengobati otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini
berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme yang
lazim menyebabkan mastoiditis sama halnya dengan penyebab otitis
media akut.
Penatalaksanaan awal berupa miringotomi yang cukup lebar,
biakan dan antibiotik yang sesuai diberikan secara intravena. Bila
gambaran radiologis menunjukkan hilangnya pola trabekuler atau adanya
progresi penyakit, harus dilakukan mastoidektomi lengkap dengan segera
untuk mencegah komplikasi serius seperti petrositis, labirintitis,
meningitis dan abses otak.
Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah dan Mastoid. Karena telinga
tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik seringkali
disertai dengan mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dapat dianggap
aktif dan inaktif.
e. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan
baik adalah
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah
peforasi gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan
kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.
13
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (radang membran pelindung
sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam
jaringan otak.
Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum
dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktur/ bagian lain
diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi
kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf
kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke
arah samping/ lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut
mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-
komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media
purulen yang kronis dan luka infeksi.
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi
Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan
per oral dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin
Streptococcus β-hemoliticus atau Pneumococcus. H. influenza. Tetapi
harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang
terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan
antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/ total yang
sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan
untuk memulihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha
untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi
harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.
14
a. Mastoidektomi
1) Mastoidektomi Sederhana
Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek
mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan
patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,
menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila
tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus
membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut
sinodura, sel mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh
sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk
OMSK, jarang sekali dibutuhkan mastoidektomi simple
lengkap, cukup hanya membuang jaringan patologik dan
membuka aditus ad-antrum bila tersumbat, sedangkan sel
pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.
Mastoidektomi dibedakan menjadi :
a) Operasi pada jaringan lunak
Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang
akan dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.
b) Operasi pada bagian tulang
Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh
sel-sel mastoid dengan tetap mempertahankan keutuhan
tulang dinding belakang liang telinga.
2) Mastoidektomi Superfisial
Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga,
linea temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus
mastoid. Pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor
yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang
diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan.
Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan
gesekan mata bor dengan tulang.
15
3) Mastoidektomi dalam
a. Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus
dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini
berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang
menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani.
Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang
telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi
tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid
bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam
segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.
b. Aditus ad Antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian
anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga
dengan tegmen mastoid.
c. Fosa Indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian
tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum.
4) Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh
Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty,
modified radical mastoidectomy, open method tympanoplasty)
adalah modifikasi dari mastoidektomi radikal. Mastoidektomi
radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel
mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang
telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai
drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel
mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman.
Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba
eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud
tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis
dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel
16
mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan
kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.
Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi
radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel mastoid.
Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang
pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan
sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap dipertahankan, bahkan
dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis.
Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis
baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun sebagai jabir fasia
m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang
pendengaran.
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara
lain:
1. Perawatan Pre-operasi Perawat mengajarkan secara khusus pada klien
yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty.
2. Post operasi Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked
Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal
auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing
luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/
dipertahankan kebersihan dan kekeringannya. Perawat menggunakan
teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar
dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post
operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah
kekambuhan. Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan
setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat
menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan
pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada
17
telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai
perawatan post operasi.
3. Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung
antibiotik dan steroid.
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan
myringotomy cairan, bila diperoleh, harus dikirim untuk budaya
kedua bakteri aerobik dan anaerobik, Gram staining, dan asam-
cepat staining. Jika selaput anak telinga yang sudah berlubang,
kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase
cairan diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan
dari telinga dan bukan eksternal kanal. Budaya dan kelemahan dari
pengujian isolates dapat membantu memodifikasi terapi antibiotik
empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua
aerobik dan anaerobik bakteri panduan yang pasti harus pilihan
terapi.
1) Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris
antimicrobial therapy.
2) Darah budaya harus diperoleh.
3) Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan
kemudian untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi.
4) Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika
intracranial perpanjangan proses diduga.
2. CT Scan dan MRI
Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda
mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen
radang mastoid. Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan
adalah perpanjangan atau komplikasi yang dicurigai. Bukti yang
18
digambarkan oleh mastoiditis. Tampilan kekaburan atau kerusakan
yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman
dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan
menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone
scan adalah membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.
Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala
klinis ketinggalan di belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT
scan tidak segera tersedia, plain radiography dari mastoids
mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan kerusakan tulang
di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi untuk
membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan
dari penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail
besar.
Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan
atau tanpa osteitis akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :
a. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah
dapat hadir. Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari
mucosa dan dikumpulkan cairan.
b. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena
demineralization, atrophia, atau kebekuan dari tulang septa.
c. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan
cacat terlihat dari tegmen atau mastoid bozonty.
d. Peningkatan bidang formasi absces
e. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong
berhubung dengan tengkorak.
f. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis.
g. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau
CT temuan yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI
tidak secara rutin digunakan untuk mengevaluasi mastoid.
19
h. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan,
khususnya struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial
cairan koleksi dan vascular yang terkait masalah.
i. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan
efektif.
3. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya
dilakukan, diikuti dengan terapi antibiotik.
4. Culturing tengah-cairan telinga sebelum antimicrobial therapy adalah
keharusan. Meskipun penggunaan mikroskop operasi yang dirancang
secara khusus dan sedotan perangkap memfasilitasi sampel dari
bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan
jarum suntik yang sama-sama membantu.
5. Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali,
aspirate cairan dari anterior setengah dari selaput anak telinga.
6. Melakukan lumbar menusuk tulang belakang dan keran jika
intracranial perpanjangan dari infeksi diduga.
a. Pemeriksaan Darah
b. Foto Mastoid
c. Kultur Bakteri Telinga
d. MRI dan CT Scan
e. untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid
f. Radiologi
g. Tympanocintesis & myringotomi.