makalah syariat islam

25
MAKALAH SYARIAT ISLAM Disusun oleh : NAMA : SONY ANDIK PRATAMA NIM : 1413010045 Dosen Pembimbing : Ust. Mintaraga , LC PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO 2015 1

Upload: sony

Post on 22-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin...

TRANSCRIPT

Page 1: makalah syariat islam

MAKALAH

SYARIAT ISLAM

Disusun oleh :

NAMA : SONY ANDIK PRATAMA

NIM : 1413010045

Dosen Pembimbing :

Ust. Mintaraga , LC

PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO

2015

1

Page 2: makalah syariat islam

SYARIAT ISLAM

A.KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami

sehingga makalah ini selesai tanpa ada halangan sesuatu apapun. Makalah ini dibuat

sebagai wujud rasa peduli kami pada dunia pendidikan dan sekaligus melakukan apa yang

menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Pendidikan Agama Islam” Dalam

proses pendalaman materi Syariat Islam ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan

dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada :

1. Ayah Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak anaknya.

Sungguh segala darma baktiku tidak layak disejajarkan dengan ketulusan mereka berdua.

2. Teman-teman di kampus Fakultas kedokteran UMP terimakasih atas saran dan

diskusinya

3. Dan kepada teman-teman yang tak mungkin bisa saya sebutkan satu persatu saya

ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT membalas amal perbuatan

kita semua dan mengampuni dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Penulis sadar bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik konstruktif dari semua pihak

sangat membantu demi kebaikan kedepanya. Amin

B.pengertian syariat islam

Di dalam  kepustakaan hukum Islam berbahasa  inggris, Syari’at Islam

diterjemahkan dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic

Jurispudence. Di dalam  bahasa  Indonesia, untuk syari’at Islam, sering, dipergunakan

istilah hukum syari’at atau hukum syara’ untuk fikih Islam dipergunakan istilsh hukum

fikih atau kadang-kadang Hukum Islam

2

Page 3: makalah syariat islam

Pengertian syariat islam menurut Mahmud Syaltut adalah ;

للشرب اوالدواب الناس تؤمه المورد لغة والنظم  الشريعة االحكام والصطالحا

شرعها التي

بمعنى هنا واننانعني ببعض بعضهم بالناس قطهم وعلي التباعها لعباده الله

الكريم القران بها جاء التي االحكام الي ينصرف بالشريعة والتعبير االصطالحى

فى ويدخل فيه اجتهدوا مما بة الصحا عليه اجمع ما ثم ية المحمد والسنة

والدالئل واالمارات والقرائن بالقياس الحكم االجتهاد

Syariat menurut bahasa ialah : tempat yang didatangi atau dituju oleh manusia dan

hewan guna meminum air. Menurut istilah ialah : hukum-hukum dan  aturan yang Allah

syariatkan buat hambanya untuk diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Disini kami

maksudkan makna secara yang istilah yaitu  syari’at tertuju kepada hukum yang

didatangkan al-qur’an dan rasulnya, kemudian yang disepakati para sahabat dari hukum

hukum yang tidak datang mengenai urusannya sesuatu nash dari al-qur’an atau as-sunnah.

Kemudian hukum yang diistimbatkan dengan jalan ijtihad, dan masuk ke ruang ijtihad

menetapkan hukum dengan perantaraan qiyas, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil.[15]

Sedangkan Syariat menurut Salam Madkur adalah

الشريعة من ماخذ لفظ الطريقة  التشريع العرب عند نيها معا من التئ

الله سنها التي االحكام علي المسلمون اطلقهاالفقهاء والتي المستقيمة

با ام بافعال متعلقة كانت سواء عنىايمان بها ليعملوا رسوله لسان وعلي لعباده

انشاء بمعني التشريع اشتق المعني بهذ الشريعة من وهو باالخالق ام لعقائد

نت كا سواء القوانين سن هو هذا علي بناء فالتشريع ها قواعد وسن الشريعة

االديان طريق عن البشر  ويسمئ    اتية وضع من نت كا ام سماويا تشريعا

وضعيا تشريعا وسمي وتفكيرهم

Tasyri ialah lafadl yang diambil dari kata syari’at yang diantara maknanya dalam

pandangan orang Arab ialah ; jalan yang lurus dan yang dipergunakan oleh ahli fikih islam

untuk nama bagi hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hambanya dan dituangkan

3

Page 4: makalah syariat islam

dengan perantaraan rasul-Nya agar mereka mengerjakan dengan penuh keimanan baik

hukum-hukum itu berkaitan dengan perbuatan ataupun dengan aqidah maupun dengan

akhlak budi pekerti. dan dinamakan dengan makna ini dipetik kalimat tasyri yang berarti

menciptakan undang-undang dan membuat qaidah-qaidah Nya, maka tasyri menurut

pengertian ini ialah membuat undang-undang baik undang-undang itu datang dari agama

dan dinamakan tasyri samawi atau pun dari perbuatan manusia dan pikiran mereka

dinamakan tasyri wadl’i. [16]

Syari’at seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu terdapat di dalam al-Qur’an

Dan kitab kitab Hadits. Kalau kita berbicara tentang syari’at, yang dimaksud adalah  wahyu

Allah dan  sabda Rasulullah

Apabila diihat dari segi ilmu hukum, maka syari’at merupakan dasar-dasar

hukumyang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti  oleh orang islam

berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubunganya dengan Allah

maupun dengan sesama manusia  dan benda dalam masyarakat. Dasar-dasar hukum ini

dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya. Karena

itu, syariat terdapat didalam al qur an dan di dalam kitab kitab Hadits.

Menurut Sunnah  Nabi Muhammad, ummat islam tiak akan pernah sesat dalam

perjalanan hidupnya di dunia ini selama mereka berpegang teguh atau berpedoman kepada

Qur’an dan Sunnah Rasulullah.[17]

Dengan perkataan lain, ummat islam tidak pernah akan sesat dalam perjalanan

hidupnya di dunia ini selama ia mempergunakan pola hidup, pedoman lhidup, tolok ukur

hidup dan kehidupan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan  Hadits yang sahih.

Karena norma-norma dasar yang terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat

umum, demikian juga halnya dengan aturan yang ditentukan oleh nabi Muhammad

terutama mengenai muamalah, maka setelah Nabi Muhammad wafat, norma-norma dasar

yang masih bersifat umum itu perlu  dirinci lebih lanjut. Perumusan dan penggolongan

4

Page 5: makalah syariat islam

norma-norma dasar yang bersifat umum itu ke dalam  kaidah-kaidah  lebih konkrit  agar

dapat dilaksanakan dalam praktek, memerlukan  disiplin dan cara – cara tertentu.

Muncullah ilmu pengetahuan baru yang khusus menguraikan syariat dimaksud.

Dalam kepustakaan, ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqih yang ke dalam bahasa indonesia

diterjemahkan dengan ilmu hukum islam. Ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari atau

memahami syari’at dengan memusatkan  perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia

mukallaf yaitu manusia yang berkewajiban melaksanakan hukum islam karena telah dewasa

dan berakal sehat. Orang yang faham tentang ilmu fikih disebut fakih atau fukaha

(jamaknya). Artinya ahli atau para ahli hukum  islam.[18]

Kata yang sangat dekat hubungannya  dengan perkataan syari’at seperti telah

disebut di atas adalah syara’ dan syar’i yang diterjemahkan dengan agama. Oleh karena itu,

jika orang berbicara tentang hukum syara’ yang dimaksudnya adalah hukum agama yaitu

hukum yang ditetapkan oleh Allah dan dijelaskan  oleh Rosul-Nya, yakni hukum syari’at.

Dari perkataan syari’at ini lahir kemudian perkataan tasyri’, artinya pembuatan peraturan

perundang-undangan yang bersumber dari wahyu dan sunnah yang disebut tasyri’ samawi

dalam kepustakaan (samawi = langit), dan peraturan perundang–undangan yang bersumber

dari pemikiran manusia, yang disebut tasyri’ wadh’i (wadha’a = membuat sesuatu menjadi

lebih jelas dengan karya manusia). Membicarakan soal pemikiran atau penalaran manusia

dalam bidang hukum, kita telah membicarakan soal fiqih.

Makna umum Surat Ali-Imron: 164 tentang syariat islam

NنOم Pوال Qس Rر Nم Oيه Oف RَثRعRب NْذO نOينR ِإ Oم Nؤ QمNى الRلRع QهVالل VنRم Nد RقRل RابRتOكNال Qم Qه QمWلRعQي Rو Nم OيهWك RَزQي Rو OهOاتRيR مN َآ OهNيRلRو عQلNتRي Nم Oه Oس QفNنR َأ

بOين] Qل] م Rال Rي ض OفRل QلNب Rق NنOوا مQانRك NنOِإ Rو Rة RمNك OحNال Rو

Di dalam ayat ini, Allah memberitahukan kepada semua umat Rasulullah saw.

bahwa diutusnya seorang nabi dari kalangan manusia kepada mereka adalah satu karunia

5

Page 6: makalah syariat islam

yang sangat besar dan tak pernah tertandingi oleh kenikmatan apapun.Rasul yang diutus

kepada manusia itu mempunyai beberapa tugas. Diantaranya adalah:

1) Membacakan ayat-ayat Allah.

2) Mensucikan dari berbagi dosa dengan mengajak mereka untuk selalu bertaubat dan

berhenti melakukan maksiat. 

3) Mengajarkan Al-Qur`an dan Hadits.

Dengan adanya Rasul, manusia yang dulunya tersesat, memiliki faham yang salah,

melakukan perbuatan-perbuatan asusila, mereka lantas mendapat pencerahan dan petunjuk

kebenaran. Mereka mendapatkan cahaya hidayah, dimana sebelumnya mereka ada dalam

kegelapan yang nyata. Mereka lantas tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana

yang haq mana yang bathil. Karena ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. telah

mampu mengubah kebiasaan buruk mereka, dan mampumengentaskan mereka dari segala

bentuk kejahiliyyahan.

Dalam ayat ini dapat kita ambil pelajaran tentang tiga prinsip dasar pendidikan. Yaitu:

 Tilawah. Hal ini memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan perlu diajarkan

sebuah skill atau yang sekarang dikenal dengan kemampuan afektif. Karena tilawah adalah

salah satu bentuk skill membaca yang sungguh sangat penting. Karena denganya terbuka

berbagai cakrawala pengetahuan. Dalam praktekanya, Rasulullah menghasung umatnya

untuk mengembangkan berbagai skill, seperti belajar memanah, menunggang kuda,

berenang, menguasai bahasa asing, dll.

 Tazkiyah. Hal ini menunjukkan perlu adanya pendidikan emosional atau yang

dikenal dengan istilah psikomotorik. Maka tidak heran jika Rasulullah selalu membina

umatnya tentang pentingnya akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, pemaaf, tidak mudah

marah, sabar dan ridho terhadap sebuah musibah dll.

 Ta’lim, bisa disebut dengan kemampuan kognitif. Yaitu dengan adanya transfer

ilmu sehingga umat mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengamalkan.

6

Page 7: makalah syariat islam

perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada

Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara

yang termasuk dalam kategori Asas Syara’ dan perkara yang masuk dalam kategori Furu’

Syara’.

1. Asas Syara’ : Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau

Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari’at Islam di mana Al Quran itu Asas Pertama

Syara’ dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara’. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam

seluruh dunia di manapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir

zaman, kecuali dalam keadaan darurat. Keadaan darurat dalam istilah agama Islam

diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat

Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara

lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan

sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika

keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.

2. Furu’ Syara’ : Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al-

Qur’an dan Al Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada

dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat

menerima sebagai peraturan atau perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya.

Perkara atau masalah yang masuk dalam furu’ syara’ ini juga disebut sebagai perkara

ijtihadiyah.

C. Dalil-dalil ulama Ushul secara singkat teruraikan sebagai berikut:

1. Ijma’ menurut istilah ulama Ushul kesepakatan semua ijtahidin atas sesuatu hukum pada

suatu masa sesudah Rasulullah. Firman Allah swt, yang erat hubungannya

“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu. (QS.

An-Nisa: 59). Tidaklah mungkin para ulama berkumpul untuk melakukan sesuatu

7

Page 8: makalah syariat islam

kebohongan (dusta). Rasul bersabda yang artinya “Tidaklah Allah menghimpun ummatku

untuk melakukan kesesatan. (H.R. Ibnu Majah)”

2. Qiyas menurut ulama ushul menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya

dengan kejadian lain yang sudah diatur oleh nash, karena adanya persamaan antara

keduanya yang disebut “Illah hukumnya”.

3. Istihsan adalah merupakan kebalikan dari Qiyas, karena istihsan memindahkan hukum

suatu peristiwa dengan hukum peristiwa lainnya yang sejenis dan memberikan hukum lain

karena ada alasan kuat bagi pengecualian tersebut.

4. Maslahat Mursalah, terdiri dari dua rangkaian kata yaitu: Mashalat (kebaikan,

kepentingan) yang tidak diatur oleh ketentuan syara yang menggunakan pertimbangan

kebaikan akan sesuatu keputusan di ambil dengan melihat kemaslahatan yang akan timbul

dan Mursalah ialah pembinaan (penetapan) hukum berdasarkan.

5. Sadduz zari’ah yaitu menutup segala jalan yang akan menuju pada perbuatan yang

merusak atau mungkar.

6. Istihsan yaitu melanjutkan atau menggunakan sesuatu kaidah hukum yang ada sampai

dalil atau kaidah hukum lain menggantikannya.

7. Al-‘Urf adalah sesuatu apa yang biasa dijalankan orang, merupakan kebiasaan baik

dalam kata-kata maupun perbuatan keseharian. ‘Urf ialah suatu yang telah sering dikenal

oleh manusia dan telah menjadi tradisinya. Baik berupa perbuatan maupun adat kebiasaan

yang baik dalam masyarakat.

Qaidah-qaidah hukum di luar dari Al-Qur’an dan Sunnah dijadikan dasar bagi para

fuqaha/ulama dalam mengambil keputusan untuk menetapkan suatu hukum. Kalau Al-

Qur’an dan Sunnah merupakan sumber utama Syari’at Islam maka qaidah-qaidah hukum

atau fiqih seperti diuraikan di atas merupakan sumber atau dalil hukum yang dapat

dipengaruhi untuk mengambil keputusan bilamana keputusan yang dimaksud tidak didapati

8

Page 9: makalah syariat islam

pada Al-Qur’an maupun dalam Sunnah Rasulullah. Syariat Islam mempunyai peranan dan

fungsi untuk mengatur dan menata kehidupan manusia, mengarahkan kepada jalan

kebenaran yang diridhai oleh Allah swt. tujuan Syari’at Islam adalah mengatur dan menata

kehidupan untuk kebahagian dan kemaslahatan manusia baik sewaktu hidup di atas dunia

fana ini, maupun kelak di negeri akhirat harus dijalankan Syari’at Islam sebagai suatu

pedoman hidup yang hakiki dan sebagai aturan perundang-undangan yang maha lengkap,

mengantar manusia ke pintu kebajikan dan menutup pintu kesesatan.

D. Tujuan Syariat Islam

Diturunkannya Syariat Islam kepada manusia tentu memiliki “tujuan” yang sangat

mulia. Paling tida, ada “delapan” tujuan. Pertama, memelihara atau melindungi agama dan

sekaligus memberikan hak kepada setiap orang untuk memilih antara beriman atau tidak,

karena, “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam” (QS. Al Baqaarah, 2:256).

Manusia diberi kebebasan mutlak untuk memilih, “…Maka barangsiapa yang ingin

(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” (QS.

Al Kahfi, 18:29).

Pada hakikatnya, Islam sangat menghormati dan menghargai hak setiap manusia,

bahkan kepada kita sebagai mu’min tidak dibenarkan memaksa orang-orang kafir untuk

masuk Islam. Berdakwah untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah kewajiban. Namun

demikian jika memaksa maka akan terkesan seolah-olah kita butuh dengan keislaman

mereka, padahal bagaimana mungkin kita butuh keislaman orang lain, sedangkan Allah

SWT saja tidak butuh dengan keislaman seseorang. Tetapi bila seseorang dengan

kesadarannya sendiri akhirnya masuk Islam, maka wajib dipaksa oleh Ulul Amri untuk

melaksanakan Syariat Islam. Dengan memilih muslim, maka tidak ada alasan bagi

seseorang untuk tidak melaksanakan kewajibannya. Seandainya ada seorang muslim tidak

shalat, hal ini “bukan hanya” urusan pribadi tapi menjadi urusan semua muslim terutama

Ulul Amri. Jika ada seorang muslim tidak melaksanakan kewajiban shalat karena dia tidak

yakin akan kewajiban shalat, maka Empat Mahzab dan jumhur (mayoritas) ulama sepakat

menyatakan yang bersangkutan kafir. Yang karenanya harus dihukumkan kafir, artinya bila

9

Page 10: makalah syariat islam

dalam tiga hari dia tidak segera sadar, maka dihukumkan sebagai murtad yang halal

darahnya sehingga Ulul Amri bisa menjatuhkan hukuman mati. Tapi, seandainya tidak

shalatnya yang bersangkutan bukan karena tidak yakin, tapi karena alasan malas misalnya,

maka dalam hal ini “tiga” mazhab (Syafi’i, Hanafi, Maliki) menyatakan yang bersangkutan

berdosa besar, sementra Mazhab Hambali tetap mengkafirkannya. Lalu bagaimana Ulul

Amri menerapkan hukum bagi muslim yang tidak shalat karena malas?

Pertama, Ulul Amri tentu saja berkewajiban mengingatkannya. Andaikata yang

bersangkutan tetap tidak mau shalat padahal sudah diingatkan oleh Ulul Amri, menurut

Mahzab Syafei dan Maliki, yang bersangkutan wajib dihukum mati. Imam Hanafi,

sependapat dengan Mahzab Syafei dan Maliki, bahwasanya yang bersangkutan tidak bisa

dihukumkan kafir, karena memang alasannya malas bukan mengingkari hukum Allah.

Tetapi Imam Hanafi tidak sependapat dengan hukuman mati, karena selama tidak kafir

berarti haram darahnya. Pandangan beliau, Ulul Amri harus memberikan hukuman kepada

yang bersangkutan dengan dipenjara sampai yang bersangkutan sadar dan mau shalat.

Sedangkan Mahzab Hambali, berpendapat dan berkeyakinan, bahwa seorang yang

mengaku muslim lalu tidak shalat apa pun alasannya apakah karena tidak yakin atau malas,

maka yang bersangkutan harus dihukumkan kafir. Beliau berpegang teguh kepada hadits

Rasulullah Saw yang menyatakan, “Perbedaan antara muslim dan kafir adalah

meninggalkan shalat”.

Yang kedua, “melindungi jiwa”. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa

seseorang dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya hukum

“qishash”. Di dalam Islam dikenal ada “tiga” macam pembunuhan, yakni pembunuhan

yang “disengaja”, pembunuhan yang “tidak disengaja”, dan pembunuhan “seperti

disengaja”. Hal ini tentunya dilihat dari sisi kasusnya, masing-masing tuntutan hukumnya

berbeda. Jika terbukti suatu pembunuhan tergolong yang  “disengaja”, maka pihak keluarga

yang terbunuh berhak menuntut kepada hakim untuk ditetapkan hukum qishash/mati atau

membayar “Diyat” (denda). Dan, hakim tidak punya pilihan lain kecuali menetapkan apa

yang dituntut oleh pihak keluarga yang terbunuh. Berbeda dengan kasus pembunuhan yang

“tidak disengaja” atau yang “seperti disengaja”, di mana Hakim harus mendahulukan

10

Page 11: makalah syariat islam

tuntutan hukum  membayar “Diyat” (denda) sebelum qishash. Bahwasanya dalam hukum

qishash tersebut terkandung jaminan perlindungan jiwa, kiranya dapat kita simak dari

firman Allah SWT: “Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai

orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah, 2:179). Bagaimana

mungkin di balik hukum qishash dapat disebut, “ada jaminan kelangsungan hidup”, padahal

pada pelaksanaan hukum qishash bagi yang membunuh maka hukumannya dibunuh lagi ?

Memang betul, bila hukum qishash dilaksanakan maka ada “dua” orang yang mati (yang

dibunuh dan yang membunuh), tapi dampak bila hukum ini dilaksanakan, maka banyaklah

jiwa yang terselamatkan. Karena seseorang akan berfikir beribu kali bila mau membunuh

orang lain, sebab risikonya dia akan diancam dibunuh lagi.

Kalau seorang pencuri terbukti benar bahwa dia mencuri, maka hukuman yang

dijatuhkannya adalah potong tangan, maka seumur hidup orang akan mengetahui kalau dia

mantan pencuri. Demikian pula, kalau seorang perampok dijatuhi hukuman potong tangan

kanan dan kaki kiri secara bersilang, maka dia seumur hidupnya tidak akan dapat

membersihkan dirinya bahwa dia mantan perampok. Dampak dari hukuman ini akan dapat

membawa ketenangan dan kenyamanan hidup bermasyarakat dan bernegara.

Yang ketiga, “perlindungan terhadap keturunan”. Islam sangat melindungi

keturunan di antaranya dengan menetapkan hukum “Dera” seratus kali bagi pezina ghoiru

muhshon (perjaka atau gadis) dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon (suami/istri,

duda/jand) (Al Hadits). Firman Allah SWT : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang

berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas

kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu

beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka

disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman” (An Nuur, 24:2).

Ditetapkannya hukuman yang berat bagi pezina tidak lain untuk melindungi keturunan.

Bayangkan bila dalam 1 tahun saja semua manusia dibebaskan berzina dengan siapa saja

termasuk dengan orangtua, saudara kandung dan seterusnya, betapa akan semrawutnya

kehidupan ini.     

11

Page 12: makalah syariat islam

Yang keempat, “melindungi akal”. Permasalahan perlindungan akal ini sangat

menjadi perhatian Islam. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menyatakan,

“Agama adalah akal, siapa yang tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah agama

baginya”. Oleh karenanya, seseorang harus bisa dengan benar mempergunakan akalnya.

Seseorang yang tidak bisa atau belum bisa menggunakan akalnya atau bahkan tidak

berakal, maka yang bersangkutan bebas dari segala macam kewajiban-kewajiban dalam

Islam. Misalnya dalam kondisi lupa, sedang tidur atau dalam kondisi terpaksa.

Kesimpulannya, bahwa hukum Allah hanya berlaku bagi bagi orang yang berakal atau yang

bisa menggunakan akalnya.

Yang kelima, “melindungi harta”. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk

bisa menjadi hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan menetapkan

hukum potong tangan bagi pencuri. “Laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan

sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qs. Al Maa-

idah, 5:38). Juga peringatan keras sekaligus ancaman dari Allah SWT bagi mereka yang

memakan harta milik orang lain dengan zalim, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan

harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan

mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka Jahannam) (QS. An Nisaa,

4:10).

Yang keenam, “melindungi kehormatan seseorang”. Termasuk melindungi nama

baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi

kehormatannya di mata orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah,

misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan kejahatan. Karena itu betapa luar biasa

Islam menetapkan hukuman yang keras dalam bentuk cambuk atau “Dera” delapan puluh

kali bagi seorang yang tidak mampu membuktikan kebenaran tuduhan zinanya kepada

orang lain. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang

baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah

12

Page 13: makalah syariat islam

mereka (yang menuduh itu) dengan delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima

kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik”(QS.

An Nuur, 24:4). Juga dalam firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh

wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat

di dunia dan akhirat. Dan bagi mereka azab yang besar” (QS. An Nuur,24:23). Dan

larangan keras pula untuk kita berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan dan

menggunjing terhadap sesama mu’min (QS. Al Hujurat, 49:12).

Yang ketujuh, “melindungi rasa aman seseorang”. Dalam kehidupan bermasyarakat,

seseorang harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam

harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di bawah

kepemimpinannya itu “tidak mengalami kelaparan dan ketakutan”. Allah SWT berfirman:

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan

mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Al Quraisy, 106:4).

Yang kedelapan, “melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara”. Islam

menetapkan hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan “kudeta” terhadap

pemerintahan yang sah yang dipilih oleh ummat Islam “dengan cara yang Islami”. Bagi

mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati, disalib atau dipotong secara bersilang

supaya keamanan negara terjamin (QS. Al Maa-idah, 5:33). Juga peringatan keras dalam

hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Saw menyatakan, “Apabila datang seorang

yang mengkudeta khalifah yang sah maka penggallah lehernya”.

E. Perbedaan Syariat Dan Fiqh

Sebagian orang menganggap bahwa syariat dan fiqih adalah sama. Padahal,

keduanya berbeda dari segi bahwa syariat berorientasi Ilahiyah sementara fiqih berorientasi

pada pemikiran manusia. Maksudnya, syariat merupakan ketentuan-ketentuan kehidupan

yang telah ditetapkan oleh Allah sementara fiqih (yang secara lughawi bermakna

pemahaman) merupakan interpretasi manusia atas ketentuan-ketentuan tersebut. Mengapa

perlu ada interpretasi? Jawabnya adalah karena manusia dituntut untuk bisa memahami

13

Page 14: makalah syariat islam

ketentuan-ketentuan Allah tersebut, yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

Dengan apa manusia akan memahaminya? Jawabnya, tentu dengan akal. Tanpa akal,

manusia tidak akan dapat memahami Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Karena itu apabila ada

yang mengatakan bahwa akal lebih tinggi daripada wahyu maka jangan terburu-buru

menyalahkannya. Perkataan tersebut benar apabila yang dimaksudkan adalah bahwa wahyu

tidak akan berarti sedikit pun tanpa adanya akal sebagai alat untuk memahami. Namun

apabila perkataan tersebut dimaksudkan dengan makna tingkatan otoritas maka itulah

sebatil-batil perkataan!

Karena fiqih merupakan hasil pemikiran manusia maka kebenarannya bersifat

relatif. Sebaliknya, kebenaran syariat bersifat absolut karena merupakan ketetapan Allah

Yang Maha Benar. Sebetulnya, kebenaran dalam setiap persoalan hanya ada satu yaitu

sebagaimana yang dikehendaki oleh syariat. Akan tetapi karena syariat itu hanya bisa

dipahami melalui fiqih, sementara fiqih merupakan hasil pemikiran manusia yang bisa

berbeda antara satu orang dan orang lain, maka kebenaran itupun muncul sebagai lebih dari

satu. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi yang mengatakan bahwa hasil ijtihad secara hakiki

bisa benar dan bisa salah, namun kedua-keduanya tetaplah “benar” (ditunjukkan dengan

pemberian pahala) sepanjang diperoleh melalui metode ijtihad yang benar.

Oleh karena itu, adanya berbagai perbedaan pendapat dalam fiqih (sepanjang

dihasilkan melalui metode ijtihad yang benar) merupakan suatu kewajaran. Kita harus

menyadari bahwa hasil pemikiran manusia bisa berbeda-beda meskipun mengenai masalah

yang sama, yang secara hakiki hanya mempunyai satu jawaban yang benar.

Hal lain yang juga patut dicatat dalam masalah relativitas kebenaran fiqih adalah

bahwasanya ada ketentuan-ketentuan syariat yang dinyatakan secara qath’iy al-dalalah dan

ada pula yang dinyatakan secara zhanniy al-dalalah. Dalam hal-hal yang qath’iy, setiap

akal sehat (common sense, al-‘aql al-dharuriy) pasti akan memahaminya secara sama.

Namun dalam hal-hal yang zhanniy, manusia mungkin akan memahaminya secara berbeda-

beda, meskipun secara hakiki pemahaman yang diharapkan hanyalah satu.

14

Page 15: makalah syariat islam

F. Kesimpulan

Syari’at Islam adalah peraturan atau hukum-hukum agama yang diwahyukan

kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Qur’an, sunnah atau hadist

nabi yang diperbuat atau disabdakan dan yang ditakrirkan oleh nabi termasuk juga bagian

dari syari’at Islam. Jadi seyogyanya kita sebagai umat Islam harus menerapkanya didalam

kehidupan sehari-hari.

1.  Hukum Islam  sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu

koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan

masyarakat yang bersumber kepada al-Qur’an As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan

tabi’in.

2.  Syariat : Bawa syari’at, yang dimaksud adalah  wahyu Allah dan  sabda Rasulullah,

merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib

diikuti  oleh orang islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi

Muhammad sebagai Rosul-Nya.

3.  Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang bertugas

menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang

terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab

hadits, dan berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an dan

Sunnah nabi Muhammad  untuk diterapkan pada  perbuatan manusia  yang  telah dewasa

yang sehat akalnya  yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.

15

Page 16: makalah syariat islam

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Kadir, dkk. ( 2001 ), “Membedah Peradilan Agama”, Mencari Solusi untuk

Reformasi Hukum di Indonesia. LPKBHI Fak Syariah IAIN Walisongo dengan

PPHIM PTA Jawa Tengah semarang.

2. Abd. Wahab Khallaf, ( 1989 ). “Kaidah-Kaidah Hukum Islam “.Ilmu Ushul Fiqh .

Jakarta: Rajawali, h. 20.

3. Amir Syarifuddin, ( 1992 ). “Pengertian dan Sumber Hukum Islam dalam Ismail

Muhammad Syah”, dkk. Filsafat Hukum Islam. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara,

h. 17-18.

4. Departemen Agama RI, ( 2000 ).” Al-Qur’an dan Terjemahnya”. Semarang: Toha Putra,

h. 8.

5. Mohammad Daud Ali, Asas-asas hukum islam,( 1991 ). Rajawali Pers, Jakarta.

6. M. Syuhudi Ismail, ( 1988 ).” Kaedah Kesahihan Sanad Hadis”. Jakarta: Bulan Bintang

h. 3.

7. M. Syuhudi Ismail,( 1991 ). “Sunnah Menurut Para Pengingkarnya dan Upaya

Melestarikan Sunnah oleh Para Pembelanya”. Ujung Pandang: Berkah, h. 1.

8 Mohd. Idris Ramulyo, ( 2004 ) Asas-asas Hukum Islam “Sejarah Timbul dan

Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia”,

Edisi Revisi (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika), h. 2-3.

16

Page 17: makalah syariat islam

9. MT. Hasbi Ash-Shiddieqy,( 1954 ).” Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis” Jakarta:

Bulan Bintang, h. 39-40.

10. Satria  Efendi M. Zein, ( 2005 ),” Ushul Fiqh”, Prenada Media, Jakarta

17