makalah syariat islam

24
SYARIAT ISLAM A.KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga makalah ini selesai tanpa ada halangan sesuatu apapun. Makalah ini dibuat sebagai wujud rasa peduli kami pada dunia pendidikan dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Pendidikan Agama Islam” Dalam proses pendalaman materi Syariat Islam ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada : 1. Ayah Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak anaknya. Sungguh segala darma baktiku tidak layak disejajarkan dengan ketulusan mereka berdua. 2. Teman-teman di kampus Fakultas kedokteran UMP terimakasih atas saran dan diskusinya 3. Dan kepada teman-teman yang tak mungkin bisa saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT membalas amal perbuatan kita semua dan mengampuni dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik konstruktif dari semua pihak sangat membantu demi kebaikan kedepanya. Amin 1

Upload: sony

Post on 15-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SYARIAT ISLAM

A.KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga makalah ini selesai tanpa ada halangan sesuatu apapun. Makalah ini dibuat sebagai wujud rasa peduli kami pada dunia pendidikan dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dalam proses pendalaman materi Syariat Islam ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada :1. Ayah Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak anaknya. Sungguh segala darma baktiku tidak layak disejajarkan dengan ketulusan mereka berdua.2. Teman-teman di kampus Fakultas kedokteran UMP terimakasih atas saran dan diskusinya3. Dan kepada teman-teman yang tak mungkin bisa saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT membalas amal perbuatan kita semua dan mengampuni dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik konstruktif dari semua pihak sangat membantu demi kebaikan kedepanya. AminB.pengertian syariat islamDi dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa inggris, Syariat Islam diterjemahkan dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syariat Islam, sering, dipergunakan istilah hukum syariat atau hukum syara untuk fikih Islam dipergunakan istilsh hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam

Pengertian syariat islam menurut Mahmud Syaltut adalah ; Syariat menurut bahasa ialah : tempat yang didatangi atau dituju oleh manusia dan hewan guna meminum air. Menurut istilah ialah : hukum-hukum dan aturan yang Allah syariatkan buat hambanya untuk diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Disini kami maksudkan makna secara yang istilah yaitu syariat tertuju kepada hukum yang didatangkan al-quran dan rasulnya, kemudian yang disepakati para sahabat dari hukum hukum yang tidak datang mengenai urusannya sesuatu nash dari al-quran atau as-sunnah. Kemudian hukum yang diistimbatkan dengan jalan ijtihad, dan masuk ke ruang ijtihad menetapkan hukum dengan perantaraan qiyas, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil.[15]Sedangkan Syariat menurut Salam Madkur adalah Tasyri ialah lafadl yang diambil dari kata syariat yang diantara maknanya dalam pandangan orang Arab ialah ; jalan yang lurus dan yang dipergunakan oleh ahli fikih islam untuk nama bagi hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hambanya dan dituangkan dengan perantaraan rasul-Nya agar mereka mengerjakan dengan penuh keimanan baik hukum-hukum itu berkaitan dengan perbuatan ataupun dengan aqidah maupun dengan akhlak budi pekerti. dan dinamakan dengan makna ini dipetik kalimat tasyri yang berarti menciptakan undang-undang dan membuat qaidah-qaidah Nya, maka tasyri menurut pengertian ini ialah membuat undang-undang baik undang-undang itu datang dari agama dan dinamakan tasyri samawi atau pun dari perbuatan manusia dan pikiran mereka dinamakan tasyri wadli. [16]Syariat seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu terdapat di dalam al-Quran Dan kitab kitab Hadits. Kalau kita berbicara tentang syariat, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda RasulullahApabila diihat dari segi ilmu hukum, maka syariat merupakan dasar-dasar hukumyang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubunganya dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat. Dasar-dasar hukum ini dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya. Karena itu, syariat terdapat didalam al qur an dan di dalam kitab kitab Hadits.Menurut Sunnah Nabi Muhammad, ummat islam tiak akan pernah sesat dalam perjalanan hidupnya di dunia ini selama mereka berpegang teguh atau berpedoman kepada Quran dan Sunnah Rasulullah.[17]Dengan perkataan lain, ummat islam tidak pernah akan sesat dalam perjalanan hidupnya di dunia ini selama ia mempergunakan pola hidup, pedoman lhidup, tolok ukur hidup dan kehidupan yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits yang sahih.Karena norma-norma dasar yang terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat umum, demikian juga halnya dengan aturan yang ditentukan oleh nabi Muhammad terutama mengenai muamalah, maka setelah Nabi Muhammad wafat, norma-norma dasar yang masih bersifat umum itu perlu dirinci lebih lanjut. Perumusan dan penggolongan norma-norma dasar yang bersifat umum itu ke dalam kaidah-kaidah lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek, memerlukan disiplin dan cara cara tertentu.Muncullah ilmu pengetahuan baru yang khusus menguraikan syariat dimaksud. Dalam kepustakaan, ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqih yang ke dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan ilmu hukum islam. Ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syariat dengan memusatkan perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia mukallaf yaitu manusia yang berkewajiban melaksanakan hukum islam karena telah dewasa dan berakal sehat. Orang yang faham tentang ilmu fikih disebut fakih atau fukaha (jamaknya). Artinya ahli atau para ahli hukum islam.[18]Kata yang sangat dekat hubungannya dengan perkataan syariat seperti telah disebut di atas adalah syara dan syari yang diterjemahkan dengan agama. Oleh karena itu, jika orang berbicara tentang hukum syara yang dimaksudnya adalah hukum agama yaitu hukum yang ditetapkan oleh Allah dan dijelaskan oleh Rosul-Nya, yakni hukum syariat. Dari perkataan syariat ini lahir kemudian perkataan tasyri, artinya pembuatan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari wahyu dan sunnah yang disebut tasyri samawi dalam kepustakaan (samawi = langit), dan peraturan perundangundangan yang bersumber dari pemikiran manusia, yang disebut tasyri wadhi (wadhaa = membuat sesuatu menjadi lebih jelas dengan karya manusia). Membicarakan soal pemikiran atau penalaran manusia dalam bidang hukum, kita telah membicarakan soal fiqih.Makna umum Surat Ali-Imron: 164 tentang syariat islam

Di dalam ayat ini, Allah memberitahukan kepada semua umat Rasulullah saw. bahwa diutusnya seorang nabi dari kalangan manusia kepada mereka adalah satu karunia yang sangat besar dan tak pernah tertandingi oleh kenikmatan apapun.Rasul yang diutus kepada manusia itu mempunyai beberapa tugas. Diantaranya adalah: 1) Membacakan ayat-ayat Allah. 2) Mensucikan dari berbagi dosa dengan mengajak mereka untuk selalu bertaubat dan berhenti melakukan maksiat. 3) Mengajarkan Al-Qur`an dan Hadits.Dengan adanya Rasul, manusia yang dulunya tersesat, memiliki faham yang salah, melakukan perbuatan-perbuatan asusila, mereka lantas mendapat pencerahan dan petunjuk kebenaran. Mereka mendapatkan cahaya hidayah, dimana sebelumnya mereka ada dalam kegelapan yang nyata. Mereka lantas tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq mana yang bathil. Karena ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. telah mampu mengubah kebiasaan buruk mereka, dan mampumengentaskan mereka dari segala bentuk kejahiliyyahan. Dalam ayat ini dapat kita ambil pelajaran tentang tiga prinsip dasar pendidikan. Yaitu:Tilawah. Hal ini memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan perlu diajarkan sebuah skill atau yang sekarang dikenal dengan kemampuan afektif. Karena tilawah adalah salah satu bentuk skill membaca yang sungguh sangat penting. Karena denganya terbuka berbagai cakrawala pengetahuan. Dalam praktekanya, Rasulullah menghasung umatnya untuk mengembangkan berbagai skill, seperti belajar memanah, menunggang kuda, berenang, menguasai bahasa asing, dll.Tazkiyah. Hal ini menunjukkan perlu adanya pendidikan emosional atau yang dikenal dengan istilah psikomotorik. Maka tidak heran jika Rasulullah selalu membina umatnya tentang pentingnya akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, pemaaf, tidak mudah marah, sabar dan ridho terhadap sebuah musibah dll.Talim, bisa disebut dengan kemampuan kognitif. Yaitu dengan adanya transfer ilmu sehingga umat mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengamalkan.

perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara dan perkara yang masuk dalam kategori Furu Syara.1. Asas Syara : Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syariat Islam di mana Al Quran itu Asas Pertama Syara dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia di manapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat. Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.2. Furu Syara : Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al-Quran dan Al Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan atau perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu syara ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah.C. Dalil-dalil ulama Ushul secara singkat teruraikan sebagai berikut:1. Ijma menurut istilah ulama Ushul kesepakatan semua ijtahidin atas sesuatu hukum pada suatu masa sesudah Rasulullah. Firman Allah swt, yang erat hubungannyaHai orang-orang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu. (QS. An-Nisa: 59). Tidaklah mungkin para ulama berkumpul untuk melakukan sesuatu kebohongan (dusta). Rasul bersabda yang artinya Tidaklah Allah menghimpun ummatku untuk melakukan kesesatan. (H.R. Ibnu Majah)2. Qiyas menurut ulama ushul menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya dengan kejadian lain yang sudah diatur oleh nash, karena adanya persamaan antara keduanya yang disebut Illah hukumnya.3. Istihsan adalah merupakan kebalikan dari Qiyas, karena istihsan memindahkan hukum suatu peristiwa dengan hukum peristiwa lainnya yang sejenis dan memberikan hukum lain karena ada alasan kuat bagi pengecualian tersebut.4. Maslahat Mursalah, terdiri dari dua rangkaian kata yaitu: Mashalat (kebaikan, kepentingan) yang tidak diatur oleh ketentuan syara yang menggunakan pertimbangan kebaikan akan sesuatu keputusan di ambil dengan melihat kemaslahatan yang akan timbul dan Mursalah ialah pembinaan (penetapan) hukum berdasarkan.5. Sadduz zariah yaitu menutup segala jalan yang akan menuju pada perbuatan yang merusak atau mungkar.6. Istihsan yaitu melanjutkan atau menggunakan sesuatu kaidah hukum yang ada sampai dalil atau kaidah hukum lain menggantikannya.7. Al-Urf adalah sesuatu apa yang biasa dijalankan orang, merupakan kebiasaan baik dalam kata-kata maupun perbuatan keseharian. Urf ialah suatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah menjadi tradisinya. Baik berupa perbuatan maupun adat kebiasaan yang baik dalam masyarakat.Qaidah-qaidah hukum di luar dari Al-Quran dan Sunnah dijadikan dasar bagi para fuqaha/ulama dalam mengambil keputusan untuk menetapkan suatu hukum. Kalau Al-Quran dan Sunnah merupakan sumber utama Syariat Islam maka qaidah-qaidah hukum atau fiqih seperti diuraikan di atas merupakan sumber atau dalil hukum yang dapat dipengaruhi untuk mengambil keputusan bilamana keputusan yang dimaksud tidak didapati pada Al-Quran maupun dalam Sunnah Rasulullah. Syariat Islam mempunyai peranan dan fungsi untuk mengatur dan menata kehidupan manusia, mengarahkan kepada jalan kebenaran yang diridhai oleh Allah swt. tujuan Syariat Islam adalah mengatur dan menata kehidupan untuk kebahagian dan kemaslahatan manusia baik sewaktu hidup di atas dunia fana ini, maupun kelak di negeri akhirat harus dijalankan Syariat Islam sebagai suatu pedoman hidup yang hakiki dan sebagai aturan perundang-undangan yang maha lengkap, mengantar manusia ke pintu kebajikan dan menutup pintu kesesatan.D. Tujuan Syariat IslamDiturunkannya Syariat Islam kepada manusia tentu memiliki tujuan yang sangat mulia. Paling tida, ada delapan tujuan. Pertama, memelihara atau melindungi agama dan sekaligus memberikan hak kepada setiap orang untuk memilih antara beriman atau tidak, karena, Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam (QS. Al Baqaarah, 2:256). Manusia diberi kebebasan mutlak untuk memilih, Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir (QS. Al Kahfi, 18:29). Pada hakikatnya, Islam sangat menghormati dan menghargai hak setiap manusia, bahkan kepada kita sebagai mumin tidak dibenarkan memaksa orang-orang kafir untuk masuk Islam. Berdakwah untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah kewajiban. Namun demikian jika memaksa maka akan terkesan seolah-olah kita butuh dengan keislaman mereka, padahal bagaimana mungkin kita butuh keislaman orang lain, sedangkan Allah SWT saja tidak butuh dengan keislaman seseorang. Tetapi bila seseorang dengan kesadarannya sendiri akhirnya masuk Islam, maka wajib dipaksa oleh Ulul Amri untuk melaksanakan Syariat Islam.Dengan memilih muslim, maka tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak melaksanakan kewajibannya. Seandainya ada seorang muslim tidak shalat, hal ini bukan hanya urusan pribadi tapi menjadi urusan semua muslim terutama Ulul Amri. Jika ada seorang muslim tidak melaksanakan kewajiban shalat karena dia tidak yakin akan kewajiban shalat, maka Empat Mahzab dan jumhur (mayoritas) ulama sepakat menyatakan yang bersangkutan kafir. Yang karenanya harus dihukumkan kafir, artinya bila dalam tiga hari dia tidak segera sadar, maka dihukumkan sebagai murtad yang halal darahnya sehingga Ulul Amri bisa menjatuhkan hukuman mati. Tapi, seandainya tidak shalatnya yang bersangkutan bukan karena tidak yakin, tapi karena alasan malas misalnya, maka dalam hal ini tiga mazhab (Syafii, Hanafi, Maliki) menyatakan yang bersangkutan berdosa besar, sementra Mazhab Hambali tetap mengkafirkannya. Lalu bagaimana Ulul Amri menerapkan hukum bagi muslim yang tidak shalat karena malas? Pertama, Ulul Amri tentu saja berkewajiban mengingatkannya. Andaikata yang bersangkutan tetap tidak mau shalat padahal sudah diingatkan oleh Ulul Amri, menurut Mahzab Syafei dan Maliki, yang bersangkutan wajib dihukum mati. Imam Hanafi, sependapat dengan Mahzab Syafei dan Maliki, bahwasanya yang bersangkutan tidak bisa dihukumkan kafir, karena memang alasannya malas bukan mengingkari hukum Allah. Tetapi Imam Hanafi tidak sependapat dengan hukuman mati, karena selama tidak kafir berarti haram darahnya. Pandangan beliau, Ulul Amri harus memberikan hukuman kepada yang bersangkutan dengan dipenjara sampai yang bersangkutan sadar dan mau shalat. Sedangkan Mahzab Hambali, berpendapat dan berkeyakinan, bahwa seorang yang mengaku muslim lalu tidak shalat apa pun alasannya apakah karena tidak yakin atau malas, maka yang bersangkutan harus dihukumkan kafir. Beliau berpegang teguh kepada hadits Rasulullah Saw yang menyatakan, Perbedaan antara muslim dan kafir adalah meninggalkan shalat. Yang kedua, melindungi jiwa. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa seseorang dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya hukum qishash. Di dalam Islam dikenal ada tiga macam pembunuhan, yakni pembunuhan yang disengaja, pembunuhan yang tidak disengaja, dan pembunuhan seperti disengaja. Hal ini tentunya dilihat dari sisi kasusnya, masing-masing tuntutan hukumnya berbeda. Jika terbukti suatu pembunuhan tergolong yang disengaja, maka pihak keluarga yang terbunuh berhak menuntut kepada hakim untuk ditetapkan hukum qishash/mati atau membayar Diyat (denda). Dan, hakim tidak punya pilihan lain kecuali menetapkan apa yang dituntut oleh pihak keluarga yang terbunuh. Berbeda dengan kasus pembunuhan yang tidak disengaja atau yang seperti disengaja, di mana Hakim harus mendahulukan tuntutan hukum membayar Diyat (denda) sebelum qishash. Bahwasanya dalam hukum qishash tersebut terkandung jaminan perlindungan jiwa, kiranya dapat kita simak dari firman Allah SWT: Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (QS. Al Baqarah, 2:179). Bagaimana mungkin di balik hukum qishash dapat disebut, ada jaminan kelangsungan hidup, padahal pada pelaksanaan hukum qishash bagi yang membunuh maka hukumannya dibunuh lagi ? Memang betul, bila hukum qishash dilaksanakan maka ada dua orang yang mati (yang dibunuh dan yang membunuh), tapi dampak bila hukum ini dilaksanakan, maka banyaklah jiwa yang terselamatkan. Karena seseorang akan berfikir beribu kali bila mau membunuh orang lain, sebab risikonya dia akan diancam dibunuh lagi.Kalau seorang pencuri terbukti benar bahwa dia mencuri, maka hukuman yang dijatuhkannya adalah potong tangan, maka seumur hidup orang akan mengetahui kalau dia mantan pencuri. Demikian pula, kalau seorang perampok dijatuhi hukuman potong tangan kanan dan kaki kiri secara bersilang, maka dia seumur hidupnya tidak akan dapat membersihkan dirinya bahwa dia mantan perampok. Dampak dari hukuman ini akan dapat membawa ketenangan dan kenyamanan hidup bermasyarakat dan bernegara. Yang ketiga, perlindungan terhadap keturunan. Islam sangat melindungi keturunan di antaranya dengan menetapkan hukum Dera seratus kali bagi pezina ghoiru muhshon (perjaka atau gadis) dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon (suami/istri, duda/jand) (Al Hadits). Firman Allah SWT : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman (An Nuur, 24:2). Ditetapkannya hukuman yang berat bagi pezina tidak lain untuk melindungi keturunan. Bayangkan bila dalam 1 tahun saja semua manusia dibebaskan berzina dengan siapa saja termasuk dengan orangtua, saudara kandung dan seterusnya, betapa akan semrawutnya kehidupan ini. Yang keempat, melindungi akal. Permasalahan perlindungan akal ini sangat menjadi perhatian Islam. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menyatakan, Agama adalah akal, siapa yang tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah agama baginya. Oleh karenanya, seseorang harus bisa dengan benar mempergunakan akalnya. Seseorang yang tidak bisa atau belum bisa menggunakan akalnya atau bahkan tidak berakal, maka yang bersangkutan bebas dari segala macam kewajiban-kewajiban dalam Islam. Misalnya dalam kondisi lupa, sedang tidur atau dalam kondisi terpaksa. Kesimpulannya, bahwa hukum Allah hanya berlaku bagi bagi orang yang berakal atau yang bisa menggunakan akalnya.

Yang kelima, melindungi harta. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa menjadi hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al Maa-idah, 5:38). Juga peringatan keras sekaligus ancaman dari Allah SWT bagi mereka yang memakan harta milik orang lain dengan zalim, Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka Jahannam) (QS. An Nisaa, 4:10).

Yang keenam, melindungi kehormatan seseorang. Termasuk melindungi nama baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya di mata orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan kejahatan. Karena itu betapa luar biasa Islam menetapkan hukuman yang keras dalam bentuk cambuk atau Dera delapan puluh kali bagi seorang yang tidak mampu membuktikan kebenaran tuduhan zinanya kepada orang lain. Allah SWT berfirman: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) dengan delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik(QS. An Nuur, 24:4). Juga dalam firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat. Dan bagi mereka azab yang besar (QS. An Nuur,24:23). Dan larangan keras pula untuk kita berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan dan menggunjing terhadap sesama mumin (QS. Al Hujurat, 49:12).

Yang ketujuh, melindungi rasa aman seseorang. Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya itu tidak mengalami kelaparan dan ketakutan. Allah SWT berfirman: Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan (QS. Al Quraisy, 106:4). Yang kedelapan, melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam menetapkan hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah yang dipilih oleh ummat Islam dengan cara yang Islami. Bagi mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati, disalib atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin (QS. Al Maa-idah, 5:33). Juga peringatan keras dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Saw menyatakan, Apabila datang seorang yang mengkudeta khalifah yang sah maka penggallah lehernya.E. Perbedaan Syariat Dan FiqhSebagian orang menganggap bahwa syariat dan fiqih adalah sama. Padahal, keduanya berbeda dari segi bahwa syariat berorientasi Ilahiyah sementara fiqih berorientasi pada pemikiran manusia. Maksudnya, syariat merupakan ketentuan-ketentuan kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah sementara fiqih (yang secara lughawi bermakna pemahaman) merupakan interpretasi manusia atas ketentuan-ketentuan tersebut. Mengapa perlu ada interpretasi? Jawabnya adalah karena manusia dituntut untuk bisa memahami ketentuan-ketentuan Allah tersebut, yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi. Dengan apa manusia akan memahaminya? Jawabnya, tentu dengan akal. Tanpa akal, manusia tidak akan dapat memahami Al-Quran dan Al-Sunnah. Karena itu apabila ada yang mengatakan bahwa akal lebih tinggi daripada wahyu maka jangan terburu-buru menyalahkannya. Perkataan tersebut benar apabila yang dimaksudkan adalah bahwa wahyu tidak akan berarti sedikit pun tanpa adanya akal sebagai alat untuk memahami. Namun apabila perkataan tersebut dimaksudkan dengan makna tingkatan otoritas maka itulah sebatil-batil perkataan! Karena fiqih merupakan hasil pemikiran manusia maka kebenarannya bersifat relatif. Sebaliknya, kebenaran syariat bersifat absolut karena merupakan ketetapan Allah Yang Maha Benar. Sebetulnya, kebenaran dalam setiap persoalan hanya ada satu yaitu sebagaimana yang dikehendaki oleh syariat. Akan tetapi karena syariat itu hanya bisa dipahami melalui fiqih, sementara fiqih merupakan hasil pemikiran manusia yang bisa berbeda antara satu orang dan orang lain, maka kebenaran itupun muncul sebagai lebih dari satu. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi yang mengatakan bahwa hasil ijtihad secara hakiki bisa benar dan bisa salah, namun kedua-keduanya tetaplah benar (ditunjukkan dengan pemberian pahala) sepanjang diperoleh melalui metode ijtihad yang benar.Oleh karena itu, adanya berbagai perbedaan pendapat dalam fiqih (sepanjang dihasilkan melalui metode ijtihad yang benar) merupakan suatu kewajaran. Kita harus menyadari bahwa hasil pemikiran manusia bisa berbeda-beda meskipun mengenai masalah yang sama, yang secara hakiki hanya mempunyai satu jawaban yang benar.Hal lain yang juga patut dicatat dalam masalah relativitas kebenaran fiqih adalah bahwasanya ada ketentuan-ketentuan syariat yang dinyatakan secara qathiy al-dalalah dan ada pula yang dinyatakan secara zhanniy al-dalalah. Dalam hal-hal yang qathiy, setiap akal sehat (common sense, al-aql al-dharuriy) pasti akan memahaminya secara sama. Namun dalam hal-hal yang zhanniy, manusia mungkin akan memahaminya secara berbeda-beda, meskipun secara hakiki pemahaman yang diharapkan hanyalah satu.

F. KesimpulanSyariat Islam adalah peraturan atau hukum-hukum agama yang diwahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Quran, sunnah atau hadist nabi yang diperbuat atau disabdakan dan yang ditakrirkan oleh nabi termasuk juga bagian dari syariat Islam. Jadi seyogyanya kita sebagai umat Islam harus menerapkanya didalam kehidupan sehari-hari. 1. Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersumber kepada al-Quran As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabiin.2. Syariat : Bawa syariat, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah, merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya.3. Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab hadits, dan berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum islam.

DAFTAR PUSTAKA1. Abdul Kadir, dkk. ( 2001 ), Membedah Peradilan Agama, Mencari Solusi untuk Reformasi Hukum di Indonesia. LPKBHI Fak Syariah IAIN Walisongo dengan PPHIM PTA Jawa Tengah semarang.2. Abd. Wahab Khallaf, ( 1989 ). Kaidah-Kaidah Hukum Islam .Ilmu Ushul Fiqh . Jakarta: Rajawali, h. 20.3. Amir Syarifuddin, ( 1992 ). Pengertian dan Sumber Hukum Islam dalam Ismail Muhammad Syah, dkk. Filsafat Hukum Islam. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, h. 17-18.4. Departemen Agama RI, ( 2000 ). Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra,h. 8.5. Mohammad Daud Ali, Asas-asas hukum islam,( 1991 ). Rajawali Pers, Jakarta.6. M. Syuhudi Ismail, ( 1988 ). Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintangh. 3.7. M. Syuhudi Ismail,( 1991 ). Sunnah Menurut Para Pengingkarnya dan Upaya Melestarikan Sunnah oleh Para Pembelanya. Ujung Pandang: Berkah, h. 1.8 Mohd. Idris Ramulyo, ( 2004 ) Asas-asas Hukum Islam Sejarah Timbul dan Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia, Edisi Revisi (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika), h. 2-3.9. MT. Hasbi Ash-Shiddieqy,( 1954 ). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis Jakarta: Bulan Bintang, h. 39-40.10. Satria Efendi M. Zein, ( 2005 ), Ushul Fiqh, Prenada Media, Jakarta

1