syariat islam (foto copy oleh ahmiid zaki yamanilib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-syariat...

87
SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANI >

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SYARIAT ISLAM (Fo to copy

o leh

AHMiiD ZAKI YAMANI>

Page 2: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

j i j n t d k n u a n g nl ’ '> I ,F H r t ? n * V 3 i

P E R S E M B A H A N

Kepada Ayahku,

Yang telah menanamkan d i dalam jiw aku kecintaan kepada Syari'at,

dan mengatar cara-cara penelitian o b je k tif tanpa fanatisme,

serta menghabis-habiskan waktu panjang untuk berdebat dan berdiskusi

denganku,

tentang pendapat-pendapat paro ah li fik ih , hujah-hujah dan sanad-sanad

mereka.

Kepada beliau.

Aku persembahkan buku in i,

sebagai pertanda rasa horm at yang tinggi, atas pri-kebapak-an beliau,

baik dalam segi kejiwaan maupun dalam hubungan darah.

AHMAD Z A K I YAM AN / V'

Page 3: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

4 *J iN ‘ '

>, ' T DAFTAR ISI

SEPATAH KATA RIWAYAT HIDUP PENGARANG PERSEMBAHANPENGANTAR ^

’ i CA‘ 'MUKADDIMAH: SYARI'AT ISLAM TID AK M EM IH /iK OArLAM

PERTARUNGAN IDEOLOGI ANTARA KAPITALISME DAN SOSIALISME— Peranan Agama dalam Sejarah Ummat Manmu ..................— Kemunduran dalam Beragama .................................................— Gejala-gejala Agama Berperanan K e m b a li..................................— Gerakan-gerakan Pembaharuan dalam Islam ........................T T ”

, FAK. HUK

134 9

BAB PERTAMA: DAYA KEMAMPUAN SYARI'AT UNTUKPERTUMBUHAN, PENGEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN

BAGIAN PERTAMA: SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN ■ PENGEMBANGAN DALAM SYARI'AT

— Pengertian Syari'at dari Bidang Luas dan Sumpit ............ 14— Pengembangan Syari'at dan Sumber-sumbemy.i .................... 16— Pengaruh Lingkungan ................................................................ 17— Oiyas, Istihsan dan Mashalih Mursalah . . . ........................ 17

BAGIAN KEDUA: KEPENTINGAN UMUM SEBAGAI DASAR PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN SYARI'AT— Pengertian Kepentingan Umum Menurut Par.i Ahli Figih Kita 19— Kepentingan Umum sebagai Dasar untuk Mimnjau atau

Merubah H u k u m ................................................................. 20— Pendapat Para Ahli Fiqih tentang Peninjauan Hukum Syara'

atas Dasar Kepentingan Umum .................................. 24

BAGIAN KETIGA: FAKTOR-FAKTOR LAIN UNTUK PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM— Pengaruh Adat-Istiadat dalam Perubahan Hukum . . . .— Pengaruh 'Ulat (Sebab dan Alasan) dan Hikm.ili (Ulam

Merubah H u k u m .......................... .............

Page 4: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

— A rti "S ifa t Keagamaan" dari Hukum-hukum Syan'at ........... 3 1

— Tuduhan "Keterbelakangan” Adalah karena PenutupanPintu Ijtihad ......................................................................... 32

BAB KEDUA: PEM IKIRAN KO LEKTIVISM E D ALAM PERUNDANG-UNDANGAN ISLAM

BAG IAN PERTAM A: KESEIMBANGAN AN TAR A HAK-HAK JA M A ’AH DAN HAK-HAK PERSEORANGAN— Pertentangan antara Hak Perseorangan dan Hak Jama'ah

Adalah Dasar Pertentangan Idiologi Internasional . . . . 37— Dalam Asasnya Pemikiran Kolektivisme dalam Islam

Merupakan Pembeda Pokok ............................................. 39— Kewajiban-kewajiban Bersama Adalah Dasar Pemikiran Ini . . 39— Belajar Adalah Wajib dalam Masyarakat Ad il ........................... 41— Ciri-ciri Khas Pemikiran Kolektivisme dalam Islam ................ 41

BAG IAN KED UA: HAK M IL IK DAN KESEIMBANGAN ANTARA H AK -H AK PRIBADI DAN JAM A 'AH— Hak M ilik Pribadi Adalah Sebab Terpenting Perselisihan

antara Kapitalisme dan Sosialisme ................................... 43— S ifa t Hak M ilik Perseorangan dalam Islam ............................. 44— Hak M ilik Pribadi atas Harta Berfungsi Sosial ........................ 46— Batas-batas Hak Perseorangan ................................................... 47— Pengetrapan Teori "Kesewenang-wenangan dalam

Penggunaan Hak" ................................................................. 48— Sovyet Rusia Banyak Meminjam Hasil Penelitian Duguit

dari Syan'at Islam ................................................................ 51— Pelaksanaan Pemikiran Kolektivisme pada Hak M ilik dalam

Keadaan Darurat ................................................................... 52— Luas Ruang Lingkup Pengertian Keadaan D a ru ra t.................. 52— M ilik Perseorangan dalam Islam Lebih Menyeluruh daripada

M ilik Kolektivisme .............................................................. 54— Sifat M ilik Kolektivisme dalam Islam Berbeda daripada

Pengertiannya dalam Sosialisme ........................................ 56— T e o r i Duguit ...........................................................................

X » l

Page 5: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAGIAN KETIGA: PENGETRAPAN-PENGETRAPAN LAIN TENTANG PEMIKIRAN KOLEKTIVISME— Pemikiran Kolektivisme dalam Urusan Ib a d a h ........................ 59— Pemikiran tentang Kolektivisme dalam Menjalankan Amar

Ma'ruf Nahi Mungkar ........................................................ 60

BAB KETIGA: KESEIMBANGAN AN TAR A HAK-HAK PO LITIK DAN HAK-HAK PENGHIDUPAN

BAGIAN PERTAMA: JAMINAN ATAS KEMERDEKAAN DI DALAM ISLAM— Pandangan Islam terhadap Keseimbangan bagi Perseorangan

atas Hak-hak Penghidupan dan P o l i t ik ............................ 65— Persamaan Warga Negara ............................................................. 66— Jaminan atas Kebebasan P r ib a d i................................................... 67— Kebebasan Pribadi ........................................................................... 69— Kebebasan Berhak M ilik ............................................................. 69— Kebebasan Tempat Tinggal ........................................................... 69— Kebebasan Berusaha ..................................................................... 69— Kebebasan Berpendapat................................................................... 70— Kebebasan Aqidah (Beragama) ................................................... 70— Kebebasan Belajar ........................................................................... 70

BAGIAN KEDUA: JAMINAN SOSIAL— Jaminan Hak-hak Materiil dan Penghidupan dalam Islam. . . . 73— Syarat-syarat Mendapat Hak Jaminan S o s ia l............................. 74— Pengetrapan-pengetrapan Jaminan Sosial .................................. 76— Keluarga dan Janda ........................................................................ 76— Lanjut Usia dan Berpenyakitan ................................................... 77— Kaum Ibu ....................................................................................... 78— Sumber-sumber Pembiayaan Jaminan S o s ia l............................. 78— Z a ka t................................................................................................. 79— Derma-derma .................................................................................. 79— Sumbangan W a jib ............................................................................ 80

’ PENUTUP ...................................................................................................... 83

X I I I

DAFTAR BACAAN 85

Page 6: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

PS-: f < s ' \

Tnrgnol •------

Ko. Silsilah

á / S t <Q-o

J ~ /

Page 7: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

PENGANTAR

xv

Puji dan syukur itu adalah kepunyaan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terus melimpah ke atas Insan yang menjadi pe­nunjuk jalan dan pembimbing bagi ummat manusia, yakni Muhammad bin Abdullah, yang diutus Allah untuk menyantuni alam semesta serta menjadi­kan missi ke-rasulan-nya sebagai suluh penerang kegelapan dan sebagai bantu­an untuk orang-orang mukmin di saat-saat yang gawat.

Sudah sejak lama terdapat keinginan dalam diri saya untuk menulis ten­tang syari'at Islam, menerangkan hakekatnya dan menguraikan betapa pen­ting peranannya dalam membahagiakan ummat manusia serta untuk mengkaji sampai di mana Syari'at Islam itu dapat memberikan sumbangannya kepada ummat manusia zaman sekarang guna mengatasi pelbagai kesulitan, dan meri­ngankan beban yang diderita oleh mereka.

Semula saya mengira, bahwa hal itu akan mudah saja, terutama karena saya merasa sudah memahami banyak bahan-bahan yang saya himpun sebagai hasil bacaan dan penelitian. Waktu tiba saatnya saya hendak memulai pelaksa­naan rencana tersebut, tiba-tiba saya menghadapi semacam kesulitan yang khusus, yaitu tatkala saya diliputi pertanyaan: "U n tuk siapakah gerangan akan saya persembahkan tulisan saya ini? Adakah untuk golongan mahasiswa syari'at, dan kepadanyalah saya hendak mencoba memperkenalkan be­berapa buah pemikiran Barat, berikut sejumlah persoalan masa kin i, yaitu untuk membanding-bandingkannya dengan apa yang telah mereka kenal dengan baik tentang Hukum Syari'at Islam, agar supaya mereka menjadi lebih jelas dan yakin, bahwa apa yang ada pada kita ini, jauh lebih baik daripada apa yang ada pada orang-orang Barat? Ataukah untuk para Sarjana Hukum dan Sosiologi, guna menerangkan hakekat syari'at dan peranan yang dapat diharapkan daripadanya untuk memecahkan segala macam persoalan zaman sekarang? Ataukah tulisan ini saya tujukan kepada orang-orang biasa yang ter­pelajar, disamping kepada orang-orang bukan Muslim yang tidak akan berke­beratan membacanya karena kefanatikan kepada agamanya, dengan tujuan menerangkan segala sesuatu yang semula henJak saya terangkan kepada Sar­jana-sarjana Hukum dan Sosiologi?''

Saya pun bingung, setelah tampak jelas pada saya segi-segi yang meru­pakan kesulitan besar dari apa yang hendak saya kerjakan. Sebab pembahasan ini akan mengandung beberapa istilah dalam syari'at yang pasti akan terasa asing bagi seorang ahli hukum. Sebaliknya ada beberapa persoalan masa kini yang agak jauh dari jangkauan pemahaman sebagian besar (saya tidak menga­takan semua) orang-orang yang mengkhususkan diri untuk mendalami Al Qur'an dan A l Hadits saja.

Page 8: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

X VI

Sedangkan menulis untuk mereka yang bukan golongan pengamat sya- r i'a t dan juga bukan ahli Hukum, memerlukan penyederhanaan istilah-istilah yang su lit, agar mudah mereka fahami.

Akh irnya saya bulatkan pendapat; saya akan arahkan tulisan ini kepada golongan terbesar dari pembaca, sambil memintasi beberapa pengupasan dari sementara soal yang bagi ahli Syari'at atau Hukum dipandang sebagai soal po­kok dan mendasar, disamping adakalanya juga saya akan memperinci pengu­pasan beberapa soal yang oleh mereka dianggap sebagai soal yang biasa saja.

Saya menyadari bahwa dengan jalan pilihan ini saya telah memilih ja­lan yang amat sulit, yang akan membebani pula segala penelitian dan uraian dalam tulisan in i, sebagai suatu bagian dari akibat pilihan tadi.

Saya berharap semoga pada suatu masa kelak saya akan berhasil menu­lis tentang soal yang sama, yang akan saya peruntukkan bagi mereka yang berkeahlian khusus dari kalangan yang telah mendalami soal-soal Syari'at atau pun Hukum.

Dr. Ahmad Zaki Yamani\ y

Page 9: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

MUKADDIMAH

SYARI'AT ISLAM TIDAK MEMIHAK DALAM

PERTARUNGAN IDEOLOGI ANTARA KAPITALISME

DAN SOSIALISME

Peranan Agama dalam Sejarah Ummat ManusiaMungkin sekali di antara ciri-ciri yang membedakan insan daripada he­

wan-hewan, ialah bahwa insan itu adalah "hewan yang beragama.” Sebabnya ialah tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat berfik ir dan daya pe­nelitian, diberi-Nya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan be­lajar kenal dengan alam sekitarnya disamping rasa ketakutan terhadap kega­rangan dan kebengisan alam itu .

Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuat­an yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat.

Insan p rim itif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala-gejala alam itu sendiri, berangsur-angsur dan silih berganti memuja gejala-gejala alam tadi, sesuai dengan penemuannya atau menetapkannya ke dalam jalan kehi­dupannya. Dengan demikian timbullah penyembahan api, matahari, bulan atau benda-benda lainnya dari gejala-gejala alam tersebut.

Kisah Nabi Ibrahim a.s. mencari-cari Tuhan, sebagaimana yang d itutur­kan dalam Al Our'an1 ̂ merupakan suatu ungkapan indah tentang filsafat in­san p rim itif yang mencari-cari 'T u ha n '' yang hendak ia puja dan mohon per­lindungannya.

1) Surat A l An'am , ayat 77.

Page 10: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

/

Sebenarnya, Allah tidak membiarkan saja manusia tanpa petunjuk dan bimbingan, la pancarkan dari masa ke masa petunjuk untuk menerangi jalan bagi manusia yang sedang bingung dan tersesat. Berkali-kali la mengutus Ra­sul dengan aneka macam tingkat dan peringatannya, dengan tugas memberi­tahukan kepada manusia bahwa Allah itu Tuhan Yang Esa dan Tunggal. Ia­lah yang menciptakan segala sesuatu dan tidak ada barang sesuatu yang me- nyerupai-Nya.

Orang yang mendapat taufik dan hidayat akan gampang tertarik dan menerima ajakan Rasul tadi. Tetapi orang yang dibelenggu oleh naluri hewani­nya akan menjauhi ajakan tersebut dengan segala macam ikatan-ikatannya, yang harus dipatuhi itu , lalu tinggallah ia dalam keadaan tidak beragama, atau ia menerima suatu agama yang tidak- memerlukan ikatan-ikatan dan yang membiarkan naluri hewaninya tanpa batas apa pun.

Peranan semua agama sebelum Islam, dapatlah dikatakan terbatas pada segi-segi pembersihan jiwa serta peningkatan manusia itu kepada tingkatan yang membedakannya daripada binatang. Tidaklah ada peraturan-peraturan agama Samawi yang pada saat itu mementingkan urusan penataan masyara­kat dalam soal-soal po litik , ekonomi dan sosial, kecuali sekelumit ajaran aga­ma Yahudi yang berupa perundang-undangan kemasyarakatan. Pada umum­nya agama-agama tersebut mengarahkan bimbingannya kepada kerohanian yang dicobakannya untuk dikembangkan dan ditingkatkan martabatnya.

Islam berbeda dengan agama-agama lain itu , seperti yang akan terbukti nanti, la mengarahkan ajaran-ajarannya kepada sasaran-sasaran jasmani sama seperti pengarahannya kepada sasaran rohani. Diberikanlah kewajiban kepada orang seorang disertai menghadap Tuhannya, sama sebagaimana kewajiban yang diberikan pada waktu ia berurusan dengan masyarakat. Islam menegas­kan bagi seorang penguasa batas-batas wewenang kekuasaannya dan kepada yang dikuasai Islam memberikan segala hak-hak dan kewajibannya.

Dalam Islam ada dua bagian yang hampir-hampir terpisah antara satu dengan yang lain. Masing-masing d ia tu r dengan kaidah-kaidah yang berciri khas dan berbeda, yakni bagian peribadatan dan bagian mu'amalat. Lebih lan­ju t, nanti kita akan mengetahui bila terjadi pertautan dan perpaduan antara dua bagian itu dan bila bagian mu'amalat terpisah dalam hal-hal yang kecil, sehingga merupakan sejumlah hukum yang dapat juga dipatuhi bahkan oleh orang-orang yang bukan Muslim.

Soal perkembangan peranan agama dalam sejarah manusia itu adalah wajar, logis dan mudah dipahami. Sama halnya dengan pertumbuhan manu­sia itu sendiri, di waktu manusia dalam masa kanak-kanak, kebutuhan pokok­nya adalah gizi yang menumbuhkannya sampai ia bisa berdiri di atas kaki sen­d iri. Setelah melampaui masa kanak-kanak itu , tibalah saatnya bagi Pencipta- nya untuk mengajarnya bagaimana ia berjalan, ke mana ia harus pergi serta

DR. A HMA D Z A K / Y A M A N I 2

Page 11: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 3

mengajarkan kepadanya cara-cara yang dapat menyelamatkannya, dari jatuh dan terjerumus.

Kemunduran dalam BeragamaPengamat sejarah agama-agama dapat menyaksikan malapetaka yang

menimpa peranan agama dalam masyarakat ummat manusia tiga abad ter­akhir ini. Jika kita memintasi saja beberapa agama besar di benua Timur, se­perti agama Budha umpamanya, maka sesungguhnya agama-agama besar yang berpengaruh luas pada ummat manusia pada saat-saat timbulnya malapetaka tadi, adalah agama Yahudi, Masehi dan Islam.

Agama Yahudi telah membatasi diri dalam kalangan mereka saja, se­hingga mereka sangat membenci orang-orang di luar kalangan mereka, yaitu mereka yang dinamai orang-orang Ummiyin. Bahkan mereka itu sampai ber­lebih-lebihan menganggap diri mereka sendiri dan merasa sebagai "Bangsa Pilihan Tuhan." Sikap semacam itu telah membangkitkan reaksi-reaksi hebat terhadap mereka terbukti dalam gelombang-gelombang penindasan dan pengusiran mereka di mana-mana. Lama kelamaan mereka membuat kom plot­an dan suka mengadakan tipu daya terhadap bangsa lain. Kesudahannya aga­ma Yahudi kehilangan pengaruh peranannya, kecuali faham rasialismenya yang sempit.

Agama Masehi pada dasarnya menuju kepada soal-soal kejiwaan belaka. Ajaran-ajaran aslinya tidak mengandung hukum-hukum po litik dan kemasya­rakatan.

Sungguhpun demikian, lama kelamaan tumbuh kelompok kependetaan dan pemuka agama yang turu t campur tangan dalam urusan Pemerintahan dan politik , bahkan sampai menguasai urusan Pemerintahan dengan pelbagai cara dan jalan, antara lain dengan mengeluarkan "Undang-undang Gerejani."

Waktu pertama timbul gerakan reformasi di Eropa, pada masa renais­sance, para pendeta menjadi perintang hebat, karena mereka menganggap ge­rakan reformasi itu sebagai tantangan terhadap kekuasaan mereka dan sebagai satu usaha untuk menggoyahkan kedudukan mereka. Tidak ada seorang pun di antara mereka itu yang cukup bijaksana untuk tu ru t mempelopori gerakan reformasi tadi, walaupun sekadar untuk melindungi kedudukan sosial golong­an mereka sendiri. Mereka lebih suka melawan arus dan memerangi segala yang baru.

Undang-undang Gerejani itu didasarkan atas suatu pengertian rohani yang abstrak untuk memberikan bentuk bagi akidah-akidah Nasrani yang t i ­dak serasi dengan tabiat manusia dalam bidang mu'alamat dan pelaksanaan­nya. Dengan demikian menjadi penghalang bagi kemajuan dan tidak dapat d i­laksanakan. Pertarungan berlangsung dan berkesudahan dengan apa yang d i­kenal sebagai pemisahan antara Gereja-gereja dan Negara, yang membatasi

Page 12: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K ! Y A M A N / 4

kegiatan-kegiatan gereja dalam lingkungan keagamaan semata-mata, yang t i ­dak melampaui batas-batas hubungan insan dengan Tuhannya. Hal itu tentu­nya merupakan suatu kesimpulan yang wajar, sejalan dengan agama Nasrani yang kehadirannya pun justru tidak untuk mengatur sesuatu kecuali hubung an insan dengan Khaliknya.

Tetapi akibat-akibat dari penentangan antara kaum Reformasi dengan pemuka agama itu , berikut segala silat lidah yang digunakan, telah meninggal­kan rasa "kepah itan " dalam hati, yang akibat-akibatnya antara lain menjauh­kan angkatan muda di negeri-negeri Barat dari Gereja, dan enggan, walaupun sekedar berkunjung saja ke Gereja. Ketika komunisme yang didasarkan atas faham materialisme dan atheisme yang mengingkari adanya Allah muncul di sana, oleh mereka digunakannyalah sebaik-baiknya rasa kepahitan hati tadi, sehingga tim bullah suatu pertarungan dahsyat yang bertujuan menghancurkan Gereja sampai habis, sehingga tidak berwujud lagi dan habis pula fungsinya yang sudah terbatas itu . Perang yang dilancarkan komunisme terhadap aga­ma-agama tidaklah terbatas pada agama Nasrani saja, sebab perang yang d i­lancarkannya terhadap Islam lebih ganas dan lebih hebat lagi.

Mengenai peranan Islam dalam masyarakat manusia, dapatlah dikata­kan bahwa peranan itu mulai berkurang sejak penutupan pintu ijtihad, se­hingga pusaka perbendaharaan Hukum Islam yang demikian besar dan kaya itu telah terbelenggu serta tidak dapat berkembang lagi dan tidak sesuai de­ngan perkembangan dan perubahan zaman. Peranan Islam yang semula ber­pengaruh dan berkesan pada bidang urusan kemasyarakatan, perundang-un- dangan dan ekonom i, kian berkurang dan lemah pula kewibawaannya; bah­kan kelemahan itu sudah mulai menyelinap ke dalam dasar aqidah sendiri se­hingga terjadilah sejumlah penyimpangan dan malapetaka. Beberapa negeri Islam telah terjangkit oleh kecondongan syirik, kebekuan dan kesesatan.

Gejala-gejala Agama Berperanan KembaliBila k ita te lit i arus peredaran zaman dewasa in i, maka dapatlah kita

katakan dengan mantap dan penuh kepercayaan bahwa anggapan enteng dan pandangan rendah terhadap agama oleh sementara ummat manusia di masa pertengahan pertama ab'ad ke-XX ini sudah berubah secara radikal, menuju ke pemulihan kembali nilai-nilai luhur dari agama dan kemampuan agama da­lam memecahkan pelbagai persoalan insan di masa kin i, baik yang psikologis,sosiologis maupun yang politis.

"Kekosongan jiw a " di kalangan masyarakat Barat dewasa ini merupa­kan permasalahan pokok yang dihadapi oleh para sarjana ilmu kemasyarakat­an bahkan mungkin juga oleh para ahli po litik .

Di saat-saat orang Barat sekarang ini mencari cara-cara yang baik untuk menghimpun kembali kekuatan kerohaniannya dan merapatkan barisan ke­

Page 13: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM Y A N G K E K A L dan PERSOALAM MASA KIN I 5

agamaannya, orang-orang Sovyet Rusia mulai sadar akan kegagalan mereka dalam perang yang mereka lancarkan terhadap agama-agama selama masa se­tengah abad yang lalu, yaitu tatkala mereka melihat sejumlah besar dari orang-orang yang beragama di Sovyet Rusia terd iri dari mereka yang berusia tidak lebih dari 40 tahun, yakni orang-orang yang justru ditumbuh-semaikan di atas bumi persada Bolsyewik. Para pemimpin Sovyet Rusia, bahkan mung­kin juga para peninjau Barat, telah terkejut oleh ribuan pemuda Muslim Tash- kent yang membanjiri jalan-jalan raya kota itu untuk menyambut, mengelu- elukan dan selanjutnya untuk sembahyang Jum'at bersama-sama dengan be­kas Presiden Ayyub Khan dari Pakistan, yang berkunjung ke kota tersebut sehabis perang India—Pakistan tahun 1966.

Meskipun para pengikut dan penerus ajaran Marxisme tidak akan per nah melepaskan sikap mereka memerangi agama, namun cara-cara mereka mengejek agama dan memandangnya hanya sebagai "candu rakyat'' itu kini terpaksa mengendur di bawah tekanan angka-angka statistik, lalu timbullah kini sebagai ganti daripada ejekan "candu" itu sebuah ungkapan baru tentang agama di Rusia, yakni sebagai suatu "gejala budaya."

Di Dunia Arab khususnya dan Dunia Islam umumnya, sejumlah pemim­pin Islam mulai menangkis dan melancarkan serangan balasan terhadap ge­lombang atheisme yang datang melanda dari luar serta d iiku ti oleh beberapa tenaga Muslim dari dalam yang iku t melancarkan serangan. Dalam usaha pe- nangkisan tadi para pemimpin Islam itu mengibarkan panji-panji Syari'at Is­lam, sebagai "suatu ideologi alternatif yang murni dan asli" yang oleh ummat Islam seluruh penjuru dunia dapat dipakai sebagai pegangan bersama dan se­bagai dasar kesetia-kawanan dalam meyakini dan mengamalkannya.

Kendatipun serangan balasan dari fihak lawan menentang gagasan per­satuan Islam itu telah mengambil corak politis semata-mata, namun pengamat yang berpandangan tajam melihat bahwa landasan-landasan ideologi dalam pertarungan itu lebih jelas dan lebih mendalam. Para pemimpin gerakan so­sialis bangsa Arab berusaha sekuat tenaga, agar corak pertarungan tetap ber­warna politis, tanpa penggunaan senjata-senjata "aqidah", supaya dengan demikian jangan sampai memojokkan rakyat Arab dan ummat Islam kepada sudut keharusan memilih antara Sosialisme atau Islam; lebih dari itu, ialah agar perbandingan antara Sosialisme dan Islam itu jangan sampai menying­kapkan tirai yang menutupi fakta-fakta dari gagasan Islam, yang kalau hal itu sampai terjadi, mau tidak mau massa bangsa Arab akan menemukan dalam gagasan-gagasan Islam semua pemecahan-pemecahan tepat untuk segala Pfif ' soalan hidup dan urusan kemasyarakatan mereka. (Dan lagi supaya jangan menjadi pelampias dari emosi psiko-politis mereka). Yang saya maksud de­ngan "emosi psiko-politis" itu ialah m otif-m otif utama yang meratakan jalan bagi penampilan faham sosialisme di atas panggung kehidupan bangsa Arab.

Page 14: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

OR. AH M AD Z A K / Y A M A N / 6

Sebab-sebab sejumlah besar angkatan muda Arab menganut ideologi sosialis­me adalah reaksi terhadap kecurangan-kecurangan politis dan ekonomis yang dilancarkan Dunia Barat kepada bangsa Arab dan ummat Islam selama masa penjajahan dan juga dalam masalah Palestina, melebihi reaksi terhadap kecu­rangan-kecurangan sosial yang diderita rakyat kawasan itu , sedangkan penja­jah memegang peranan yang menonjol sekali di dalamnya.

Mungkin saja sesuatu bangsa tidak begitu tertarik oleh faham komunisme. Tetapi faktor-faktor psikologis yang menyebar rata di kalangan massanya itulah yang merupakan senjata ampuh bagi angan-angan komunis dan pengikut-pengikutnya di dalam dan di luar negeri untuk menyeret-nyeret rakyat guna menganut Sosialisme.

Kemungkinan ini telah disinyalir oleh Prof. Kenneth Cragg2 ̂ 14 tahun yang lalu, tatkala ia mengetengahkan percobaan Cina Komunis yang sangat mengerikan, sehingga bangsa Arab pun dikhawatirkan dapat terjerumus ke dalam jurang yang menyerupai percobaan Cina itu . Sebagaimana sudah dike­tahui, Chien Tu Hsin dan Li Tao Chao, sebelum menjadi pendiri-pendiri Ko­munis Cina, adalah ahli-ahli f ik ir nasionalis yang sangat berhasrat untuk mem­bangun semangat bangsa dan tanah air mereka serta membebaskannya dari cengkeraman keterbelakangan. Semula mereka selalu mengharap agar dunia Barat dapat membantu mengusahakan suatu penyelesaian materiil dan teknis atas persoalan-persoalan Cina. Namun p o litik buta dari Dunia Barat sangat memperhatikan kepentingan-kepentingan yang langsung saja dan tidak segan- segan mengeksploitir serta memanfaatkan situasi po litik negeri tersebut di saat itu, sehingga menimbulkan reaksi kecurigaan pada hati kedua pemimpin bangsa Cina tadi. Kemudian Komunis cepat-cepat menggunakan perasaan serta sikap dari kedua pemimpin tersebut dan rakyat Cina pada umumnya, se­hingga terjadilah peralihan bersejarah yang keras, yang menyebabkan Cina menjadi korban empuk bagi Komunisme. Ajaran-ajaran agama Kong Hu Cu tidak mampu menyelamatkan bangsa Cina daripada keterjerumusan tadi, bah­kan pada mulanya pun agama Kong Hu Cu itu telah diperalat untuk menye­lundupkan ajaran-ajaran Komunis. Setelah Komunis menang, tidak beberapa lama kemudian agama Kong Hu Cu mengalami pengganyangan yang tidak alang kepalang.

Hal ini agak m irip dengan cara memperalat agama Islam untuk merata­kan jalan bagi faham Sosialisme. Kemudian penggunaan itu kini mulai berku­rang dan sangat besar kemungkinannya akan tiba pula waktu bagi agama Is­lam untuk mengalami pengganyangan yang m irip dan serupa.

2) D iku tip dari ceramahnya yang be riudu l: "Pengaruh Pem ikiran Kom unis pada Is- lam Dewasa In i" yang disampaikan dalam Seminar Syari’at Islam, yang disponsori oleh Princeton University, 1953.

Page 15: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM Y A N G K E K A L dan PERSOALAN MASA KIN I 7

Tatkala Prof. Cragg mengemukakan pengalaman Cina tersebut, beliau tidak berkata bahwa bangsa Arab dan ummat Islam akan mengalami apa yang telah dialami oleh bangsa Cina. Bahkan ia meragu-ragukan kemungkinan itu, selama sistim Islam berlaku. Kebalikan dari agama Kong Hu Cu, Islam tetap mengandung dasar-dasar yang cukup ampuh untuk mewujudkan Keadilan So­sial dan mencegah keburukan-keburukan Kapitalisme. Sebenarnya, keragu- raguan Prof. Cragg terhadap kemungkinan Komunisme itu berhasil di negara- negara Islam merupakan keragu-raguan yang sudah pada tempatnya karena se- bab-sebab yang dikemukakannya tadi, disamping fakta-fakta penting lainnya yang telah dikemukakan oleh Mr. Harold Sm ith3 ̂ pada tahun-tahun limapu- luhan abad ini; ia menerangkan bahwa Syari'at Islam itu membawa kebebas­an berfikir yang lengkap dan memungkinkan ummat Islam dalam lapangan politik umum mempunyai kedudukan internasional yang berbeda dari Kom u­nisme, dan berbeda juga dengan teori-teori po litik Barat serta memungkinkan ummat Islam di lapangan sosial dan po litik intern untuk m em iliki suatu sistim yang mampu mewujudkan keadilan serta menjamin kebebasan dan demokrasi.

Sungguhpun demikian kenyataannya, seperti yang dipahami oleh Cragg dan dijelaskan oleh Smith, namun karena "emosi psikologi" anti Baratlah ma­ka beberapa pemimpin-pemimpin telah berhasil mendorong-dorong kelom­pok-kelompok besar dari bangsa Arab dan ummat Islam untuk menerima dan menganut faham Sosialisme, dalam persiapan menggabungkan d iri di bawah panji-panji Komunisme Internasional, dengan mendaya-gunakan kebodohan/ ketidak sadaran sebagian besar ummat Islam, termasuk di antaranya juga para cendekiawannya, yang tidak menyadari kenyataan-kenyataan yang penting itu, dan memang justru belum dimampukan oleh para ulamanya untuk mene­rangkan dan menjelaskannya. Oleh karena itu , rakyat bercerai-berai tanpa sa­dar, dan didorong oleh rasa mengkal terhadap kedhaliman-kedhaHman Ba­rat, mereka menerima baik suatu aliran ideologi musuh, demi untuk menyata­kan kemarahan, sambil melupakan bahwa dengan demikian itu mereka telah menanggalkan mental dan kebangsaan sendiri, serta menukarkan Kolonialisme Kuno dengan Kolonialisme Modern yang lebih rakus dan lebih ganas, melalap yang hijau dan bahkan yang kering.

Banyak di antara pemikir Islam yang menyalahkan Kolonialisme Ba­rat, atas usaha gigih di masa jayanya dalam memerangi Islam dan Syari'atnya, sambil melepaskan kendali bagi para missionaris Kristen yang menjadi pengi­kutnya untuk menghantam Islam. Hasil semuanya itu ialah suatu jurang yang terbuka lebar dan ummat Islam nyaris terjerumus ke dalamnya tatkala d ite­barkan di kalangan pemuda Islam fahamfaham atheis yang menjauhkan mere-

3) Dari sebuah ceramahnya yang berjudu l' "Pem ikiran Islam dan Datanya dalam Sosial P o litik dan Pandangan P o lit ik ," yang disampaikannya dalam Seminar Sya- r i'a t Islam yang disponsori oleh Princeton University, 1953.

Page 16: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K t Y A M A N / 8

ka daripada agama dengan tidak sadar. Justru karena itulah pemuda-pemuda Islam tadi kehilangan kekebalan terhadap Komunisme, sehingga merasa bahwa justru dengan Komunismelah mereka itu akan mudah sija melampiaskan kebencian mereka terhadap Barat.

Saya sama sekali tidak mengingkari bahwa "semangat ke lom pok" keaga­maan Nasrani, yang menghimpun prajurit-prajurit Salibi di Baitul Maqdisdan kegagalan yang mengakhiri ''Perang Suci" mereka itu , telah memantul dengan nyata pada tindak-tanduk kaum Kolonialisme Barat di kemudian hari dan me­nonjol dalam hasil karya-karya tu lis sejumlah besar pemikir dan sarjana Barat yang menjadikan Islam sebagai sasaran studi mereka dan kemudian menjadi­kannya sebagai sasaran cemooh dan k ritik .

Namun dem ikian, sungguh tidak adil jika Barat sajalah yang harus men­jadi sasaran penyesalan kita . Sebab beberapa abad lamanya sebelum permu­laan masa penjajahan Barat, kaum Muslimin sendiri telah memulai langkah- langkah mundur dalam berfik ir mereka, yaitu dengan ditutupnya pintu i j t i ­had4 ̂ karena merasa cukup dengan pusaka perbendaharaan buah fikiran yang kaya raya, yang diwariskan oleh empat Imam Besar serta pengikut-pengikut mereka. Dapat ditambahkan juga disamping itu , sikap beberapa Khalifah Islam semenjak masa Pemerintahan Bani Ummayyah dan Abbasiah yang me­merangi kemerdekaan be rfik ir serta menggunakan agama sebagai alat untuk menekan dan membelenggu kebebasan, sehingga ada beberapa Imam Agung seperti Imam Ibnu Hanbal s ^dan Imam Ibnu Taim iyah6 ̂yang menjadi peng­huni rumah penjara; di dalamnya mereka mengalami pelbagai jenis siksaan yang ganas sekali.

Sekarang ini keadaan sudah berubah; Barat mulai dengan satu pan­dangan baru terhadap Islam. Disamping itu sudah tim bul pula gejala-gejala nyata dari kesadaran ke-Islaman pada masyarakat kaum Muslimin, terutama kalangan cendekiawannya.

Seorang hakim pada Mahkamah Agung Amerika, yaitu Justice Robert Jackson, menerangkan m o tif-m o tif yang mendorong para sarjana hukum Ba­rat dalam mengarahkan minat dan perhatian mereka kepada Syari'at Islam serta perubahan yang terjadi pada kecenderungan mereka dahulu; ia berkata:

f "Negara-negara Barat yang gelisah resah itu telah menemukan pada Dunia 1 Islam kawan sekutu mereka yang lumrah untuk melawan tirani dari orang- ! orang yang mempernabikan Karl Marx. Sekarang in i kami lebih objektip da- i i lam pandangan kami terhadap sejarah dan perbedaan-perbedaan keagamaan

U__ ______ _____________________4) A t-ta q rir w at tahb ir, karangan Ibn A m ir A lhe j, Syarh T ahrir Ibnu l Human,

ce lakon Bulaq, ¡ it id I I I , halamdn 301#5) Toriekh Baghdad, A l-K h a tib , celakan A l K han|l. K a iro , J ilid IV , halaman 418.

6) U kud O urriyah , Ibnu A bdu lhad i,ce takan H ijazl, K a iro , halaman 197.

Page 17: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN M ASA KINI 9

dan hubungan perdagangan kami dengan T im ur Tengah telah menambah sua- tu unsur baru, disamping sejumlah m otif lainnya yang mendorong kami untuk mempelajari organisasi dan perundang-undangan negeri tersebut."

Didorong oleh sebab-sebab tersebut di atas dan kesadaran akan ani penting Syari'at Islam, maka di negara Perancis sekarang in i, oleh Ed- ward Lambert, diadakan jurusan perbandingan hukum, dan disusul pula oleh Rene David, seorang Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Paris, yang mengajarkan mata kuliah Syari'at Islam sebagai mata kuliah dan bahan penulisan, dengan mengingat bahwa Syari'at Islam itu adalah satu di antara sistim-sistim hukum perintis dunia masa kini.

Ah li hukum terkenal bangsa Italia, D. De Santilana,7'' mengemukakan sebab-sebab yang mendorong sarjana-sarjana hukum bangsa dan dirinya sen­d iri untuk mencurahkan perhatian mereka terhadap Syari'at Islam. Sebab- sebab itu antara lain, oleh karena Syari'at Islam merupakan sumber pasti dan positif bagi prinsip-prinsip hukum modern dan masyarakat Barat dan Syari ­at Islam ini telah meminjamkan kepadanya beberapa qaidah hukum yang teknis dalam soal-soal perdagangan dan perseroan-perseroan terbatas.

Gerakan-gerakan Pembaharuan dalam IslamDalam Dunia Islam, gerakan-gerakan penentang kekolotan dan keter­

belakangan telah mulai sejak lama, tetapi dengan cara-cara yang terputus- putus serta tidak teratur. Ahli fiq ih pertama yang menjadi pembawa pembaha­ruan ialah Imam Taqiyuddin, Ibnu Taimiyah, kemudian disusul oleh murid­nya, Ibnul Qayyim,8 , dan selanjutnya dimasa-masa akhir ini d iiku ti oleh tokoh-tokoh pembawa aliran pembaharuan, antara lain para Imam: Muhammad bin Abd. Wahab, Jamaluddin A l Afghani dan Syaikh Muhammad 'Abduh.

Sungguhpun betapa besar hasil gerakan-gerakan pembaharuan tersebut, namun pengaruhnya dalam membendung gelombang pasang faham Komu­nisme tidaklah seberapa, karena usaha-usaha ilmiyah dari para pembawa pem­baharuan tadi pada dasarnya diarahkan untuk pembaharuan dan pengembang­an hukum-hukum Syara' dan untuk membuka kembali pintu ijtihad, atau un­tuk kembali kepada aqidah salafiyah dan memberantas segala macam khuro- fa t serta penyelewengan-penyelewengan yang menimpa kepercayaan ummat Islam.

7) Buku Hukum & Masyarakat dalam Pusaka Perbendaharaan Islam, karangan Sir Thomas A rno ld & A lfred Guillaume, cetakan O xfo rd University, 1931, halaman 310.

8) Al-Manhal Assafl, Ibn Taghri Bardi, cetakan Mesir, halaman 96. dan Ad-Durar A l Kam lnah, Ibnu Ha|ar, J ilid I I I , halaman 400, cetakan Heyderobad.

Page 18: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

'l R. A H M A D Z A K I Y A M A N / 10

Adapun persoalan sosial dan po litik dewasa ini belumlah timbul di masa mereka itu , sehingga tidaklah tercakup dalam pemikiran dan pembahasan me­reka, dan tidak sampai tercipta cara-cara yang dapat digunakan dalam waktu sekarang ini untuk membendung Konunisme yang sedang melanda.

Oleh karena itu , ajakan kesetia-kawanan Islam yang dilancarkan dewasa ini memerlukan suatu usaha ilmiah baru yang ditujukan untuk membahas hu­kum-hukum Syari'at Islam mengenai persoalan zaman sekarang dan menggali hukum-hukum baru untuk menampung persoalan-persoalan itu , sesuai de­ngan dasar-dasar ijtihad yang dikenal dalam Syari’at Islam.

Page 19: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAB PERTAMA

DAYA KEMAMPUAN SYARIAT UNTUK PERTUMBUHAN, PENGEMBANGAN DAN

PEMBAHARUAN

I FAK. HUK j

Page 20: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAGIAN PERTAMA

SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN

PENGEMBANGAN DALAM SYARS'AT

Agar supaya Angkatan Muda Islam yakin dengan pasti bahwa Syari'at Islam adalah senjata ampuh dalam perjuangan melawan Komunisme, selanjut­nya untuk memberantas kedhaliman-kedhaliman sosial, dan merupakan obat manjur untuk segala persoalan zaman kita in i, maka perlu kita kemukakan

,dua fakta asasi, yaitu:'V. Bahwa Syari'at Islam itu luwes, dapat berkembang untuk menanggu­

langi semua persoalan yang berkembang dan berubah terus; ia sama sekali berbeda dengan apa yang telah digambarkan, baik oleh musuh- musuhnya maupun oleh sementara penganutnya yang menyeleweng atau yang kolot dan sempit yakni bahwa Syari'at Islam itu suatu sistim agama yang sudah lapuk dan nanar oleh sebab kelanjutan usianya.

2.; Bahwa dalam pusaka perbendaharaan hukum Islam terdapat dasar-dasar yang mantap untuk pemecahan-pemecahan yang dapat dilaksanakan setempat, dan cermat bagi persoalan-persoalan yang paling pelik di masa kin i, yang tidak mampu dipecahkan oleh sistim Barat maupun o le h

prinsip-prinsip T imur, meskipun sekadar untuk melunakkannya saja.

Tujuan dari buku ini ialah menyoroti dua fakta tersebut secara ilmiah, populer dan ringkas, cukup untuk memikat minat dan perhatian pembaca

Page 21: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K 1 Y A M A N l 14

serta membangkitkan semangatnya guna melakukan penelitian sendiri, supaya kita semua dapat iku t serta mengungkap dan menggali perbendaharaan yang terpendam itu . Dengan demikian melapangkan jalan bagi ummat manusia yang haus dan dahaga dalam usaha mereguk dari sumber abadi dari Ilahi.

Dalam rangka tujuan terbatas tersebut, buku ini tidak akan mengete­ngahkan semua dalil yang membuktikan sifat berkembang dan keluwesan Syari'at Islam, juga tidak akan mencantumkan semua persoalan masa kini yang tidak sanggup dipecahkan atau diselesaikan oleh aliran-aliran yang sudah terkenal. Karena hal semacam itu memerlukan beberapa waktu yang cukup lama dan kerja keras dari para sarjana yang mengkhususkan d iri dan menye­diakan waktu untuk maksud tersebut.

Pengertian Syari'at dari Bidang Luas dan SempitSebelum kita menguraikan secara lebih panjang mengenai dua fakta

tersebut tadi, sebaiknya ditegaskan terlebih dahulu apa yang menjadi penger­tian dari ungkapan "S yari'a t Islam " untuk penelitian kita. Menurut hemat kami, pengertian Syari'at Islam itu dapat bercabang dua, yaitu pengertian dalam bidang yang luas dan pengertian dalam bidang yang sempit.

Pengertian Syari'at Islam dalam bidang yang luas meliputi semua hukum yang telah disusun dengan teratur oleh para ahli fiq ih dalam pendapat- pendapat fiq ihnya mengenai persoalan di masa mereka, atau yang mereka perkirakan akan terjadi kemudian, dengan mengambil dalil-dalilnya langsung dari Al Qur'an dan A l Hadits, atau sumber pengambilan hukum, seperti: lima', Qiyas, Istihsan, istish-hab dan MashaUh Mursalah.9 )

Di sini kita akan berhadapan dengan suatu perbendaharaan pusaka fi- qih yang besar sekali, dan nilai masing-masing bagiannya berbeda-beda me­nurut ahli fiq ih bersangkutan, zaman dan lingkungannya, dan mungkin juga menurut kasus yang dibahasnya. Dengan pengertian luas ini Syari'at itu meru­pakan pusaka perbendaharaan yang bernilai ilmiah dan besar sekali artinya bagi seorang Muslim, tetapi Syari'at itu tidak mesti dilaksanakan seluruhnya dan seadanya. Sebab banyak di antara ketentuan-ketentuan hukum yang ter­kandung di dalamnya, bertentangan satu sama lainnya dan berbeda-beda ka­rena perbedaan dasar madzhab dan pemikiran ahli fiqihnya. Demikian juga karena adanya beberapa ketentuan hukum terperinci, yang tidak serasi lagi dengan keadaan zaman kita, karena perbedaan waktu antara zaman penyu­sunnya dengan zaman kita sekarang ini, serta perbedaan antara lingkungan dewasa ini dengan lingkungan di masa ahli fiq ih tersebut berfatwa. Disamping itu dapat pula dikatakan bahwa Syari'at dengan pengertian yang luas itu ti-

9) Vide ALIam ul M uw aqq i'in , Ibnul Q ayyim , J ilid I, halaman 1 76, 289 dan 294.

Page 22: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R IA T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KIN I 15

dak berarti telah mencakup semua pemecahan dari segala masalah, terutama yang tumbuh di zaman kita ini, seperti: masalah asuransi, perdagangan inter­nasional, hukum laut, sistematika administrasi modern, dan lain-lain. Namun demikian, sudah dapat dipastikan bahwa pusaka perbendaharaan fiqih tadi mengandung segala prinsip dasar yang dapat dipakai untuk memecahkan ma­cam-macam persoalan zaman modern ini. Disamping itu pusaka tersebut me­ngandung cara-cara praktis dan dapat diterapkan setempat untuk mendapat­kan beberapa cara penyelesaian masalah baru masa kin i.

Dalam pengertiannya yang sempit, SyarKat Islam itu terbatas pada hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas, yang tertera dalam Al Qur'an, Hadits yang shahih, atau ditetapkan dengan Ijma'. Selain dari pengertian ini ada beberapa ketentuan hukum yang berdalil Qur'an atau Hadits Shahih dan berbeda dalam penafsiran oleh pelbagai ahli fiq ih yang bersangkutan. Demi­kian pula hukum-hukum yang didasarkan atas Hadits-hadits yang sanad atau matan hadits tersebut masih merupakan pokok pembicaraan.

Dalam pengertiannya yang sempit in i, Syari'at dengan dalil-dalilnya yang tegas dan pasti mewajibkan setiap Muslim untuk mengikutinya dan men­jadikannya sebagai sumber untuk memecahkan kesulitan masalah yang d i­hadapi, yaitu dengan cara-cara dan qaidah-qaidah yang akan saya singgung selanjutnya.

Perbedaan antara dua pengertian yang luas dan yang sempit tadi akan terasa pentingnya dalam negara-negara yang melaksanakan Syari'at Islam se­utuhnya, seperti Saudi Arabia yang akan membuktikan secara mudah dan je­las ketidak perlunya pelaksanaan semua hukum Syari'at Islam dalam penger­tian yang luas itu. Sebab, seperti telah saya kemukakan sebelumnya, Syari'at Islam merupakan sekumpulan hukum yang mengandung bermacam-macam contoh peristiwa dengan ketentuan-ketentuan yang berbeda-beda dan sukar dipertemukan satu dengan yang lain. Hal ini sama halnya, kalau kita hanya memilih satu madzhab saja dari pada empat madzhab termasyhur dan diwajibkan melaksanakannya secara seuntuhnya. Dalam madzhab pilihan tadi kita pun akan bertemu sejumlah hukum mengenai satu contoh peristiwa yang bertentangan satu dengan lainnya dan bermacam-macam pedomannya, atau sudah tidak dapat dijalankan lagi di masa sekarang ini. Hal ini, memang kerap kali terjadi dalam sejarah Islam.

Dengan madzhab pilihan yang tunggal itu , kita pun seakan-akan telah’ menetapkan bahwa selain madzhab yang kita p ilih tadi adalah tidak benar, atau sedikit-sedikitnya tidak layak dijalankan, sehingga kita telah mengguna­kan suatu norma subjektif, yang dasarnya ta'ashub kepada pendirian madzhab yang d ip ilih dan sebagai sikap taqlid semata-mata.

Dalam pelaksanaan qaidah syara' ditetapkan bahwa tidak boleh me­nyalahkan orang yang berpegang pada suatu pendirian yang masih diperseli-

Page 23: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DB. A H W A O Z A K / Y A M A N / 1 6

sihkan. Tetapi yang dapat disalahkan ialah bila pendirian itu bertentangan dengan pendirian yang sudah disepakati dengan ijma'. Hal ini, baik bagi ne­gara yang melaksanakan hukum-hukum Islam seutuhnya seperti Saudi Arabia maupun yang melaksanakan beberapa bagian saja untuk hal-hal tertentu se­perti kebanyakan negara-negara Islam dewasa ini, menjadi kewajiban bagi mereka untuk berpegang pada "pengertian Syari'at yang sempit", yakni ber­pegang pada ketentuan-ketentuan hukum yang berdalil positif dalam Al Qur an, Hadits Shahih atau Ijma’ , kemudian memilih dari semua madzhab tanpa kecuali mana yang sesuai dengan peri kehidupannya serta sejalan de­ngan kepentingan-kepentingannya. Selanjutnya, melalui cara-cara Istinbath Syar'i disusunlah perundang-undangan yang diperlukan, untuk menampung penyelesaian segala peristiwa baru yang belum ada ketentuan hukumnya da­lam kitab-kitab fiq ih yang ada, dengan mengindahkan bahwa perundang-un­dangan baru itu tidak bertentangan dengan hukum-hukum Syari'at dalam pengertian yang sempit, seperti yang telah dijelaskan terlebih dahulu.

Pengembangan Syari'at dan Sumber-sumbernyaBila kita sudah selesai mengambil langkah yang penting dalam memba­

tasi pengertian perkataan Syari'at serta memahami alasan daripada pemba­tasan itu , perlulah selanjutnya diterangkan bahwa Syari'at itu adalah "makh- lu q " atau lembaga yang tum buh dan berkembang, seriama dengan pertum- buhsr. .'an perkembangan dari kebutuhan masyarakat, dengan pelbagai ragam lingkungan. "M a kh lu q " atau fembaga itu kadang-kadang berwujud sempurna dan siap untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dari suatu masyarakat da­lam suatu masa, tetapi ia tidak akan tetap demikian, jika ia tidak terus tum ­buh dan berkembang.

Imam Syahrustani berkata tentang hal ini sebagai berikut: "Pada umumnya kita mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwa peristiwa dan ke­jadian-kejadian di bidang peribadatan dan tindak-kelakuan itu merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dibatasi atau dihitung. Dan kitapun mengetahui dengan pasti pula bahwa tidak semua peristiwa ada dalilnya dan memang hal serupa itu tidak mungkin terjadi. Jadi dalil-dalil itu mempunyai batas, seba­liknya peristiwa-peristiwa tidak mempunyai batas, yang tidak terbatas itu tentu tidak mungkin diatur oleh yang terbatas. Dengan demikian jelaslah bahwa ijtihad serta qiyas merupakan hal yang wajib dilaksanakan pada tiap- tiap peristiwa yang d iperlukan.10^

10) A l M ilal wan N iha l, J ilid I, halaman 34.

Page 24: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SY A R IA T ISLAM YA N G K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 17

Pengaruh LingkunganTelah kita ketahui bahwa perbedaan lingkungan itu berpengaruh nyata

pada hukum-hukum Syar'i. Di antara qaidah-qaidah usul fiq ih yang dikenal ■' dalam Syari'at Islam, ada sebuah qaidah yang berbunyi: "Tidaklah dapat d i­

salahkan bila perubahan hukum itu terjadi karena perubahan zaman.11 ̂Mungkin dapat kita jadikan sebagai contoh yang tepat dan penting dalam pe- netrapan qaidah tersebut di atas mengenai pengaruh lingkungan pada hukum Syar'i tindakan Imam Syafi'i tatkala pindah dari Baghdad ke Mesir. Beliau telah merubah sejumlah besar pendapat fiq ih beliau dan membangun mazdhabnya yang baru yang berbeda dari pada madzhabnya yang lama pada waktu di Iraq. Padahal ahli fiqihnya adalah beliau sendiri dan sumbernya adalah A l Qur'an dan Hadits yang tidak berubah, tetapi yang berubah adalah lingkungan baru dalam masyarakat Mesir yang menyebabkan terjadinya peru­bahan besar dalam pendirian dan ijtihad-ijtihadnya.

Qiyas, Istihsan dan Mashalih MursalahPara ulama usul fiq ih telah mengadakan penelitian terhadap sumber­

-sumber perundang-undangan Islam selain daripada A l Qur'an, Hadits dan Ijm a'.12' Mereka hampir semua sependapat bahwa qiyas itu merupakan salah satu alat terpenting dari jurisprudensi. Mereka berkata bahwa tatkala Allah menetapkan suatu hukum, la menghendaki agar ada tujuan-tujuan tertentu serta hikmah-hikmah yang nyata. Karena itu apabila terdapat dua peristiwa yang bersamaan alasannya, yang pertama ada hukumnya sedangkan yang ke­dua belum ada hukumnya, maka dapatlah hukum itu kita terapkan pada pe­ristiwa yang kedua, yang belum ada hukumnya. Umpamanya, minuman keras itu diharamkan karena ia mempengaruhi akal, di samping itu ia juga melum­puhkan orang dalam jangka waktu tertentu. Demikian juga, obat-obat narkotik dapat menimbulkan akibat yang sama; maka oleh karena itu , narko­tik pun haram hukumnya disamakan dengan minuman keras.

Tetapi penetrapan qiyas dengan pengertian yang saya kemukakan tadi v bisa menghasilkan hukum yang tidak sesuai dengan pri-keadilan atau kepen­

tingan umum, atau bertentangan dengan dalil dari Qur'an atau Hadits. Sebab itu, para ulama menetapkan untuk meninggalkan qiyas dan melakukan apa yang lebih sesuai bagi ummat. Lalu disesuaikanlah hukum yang baru itu de­ngan adat-istiadat atau dengan kepentingan umum, atau dengan cara yang menghilangkan madharat. Inilah yang dinamakan oleh ulama Hanafi dengan

11) K itab Ushul Aiy-syas, halaman 54, cetakan India.

12) K itab A l Ijm a', karangan Ibnu Hazm, cetakan Baitul Maqdis.

Page 25: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

OP. A H M A D Z A K / Y A M A N I 18

✓ nama Istihsan, dimana ahli fiq ih tidak mendasarkan hukumnya pada Qur'an atau Hadits dengan jalan qiyas, tetapi mendasarkan pada kepentingan umum.13 * Para ahli fiq ih golongan Maliki memberikan perhatian mereka ter­hadap cara ijtihad yang didasarkan atas kepentingan umum, lalu mereka su-

■sun teori mereka yang terkenal dengan nama Mashalih Mursalah.14 ̂ Dalam hal ini mereka membolehkan memakai alasan kepentingan sebagai salah satu dalil di antara dalil-dalil Syar'i, walaupun tidak ada dalil Syara' untuk menja­dikan kepentingan itu sebagai pertimbangan.

13). Hal in i d ikem ukakan oleh Syarhasi dalam K itab A l Mabshuth, j i l id X , halaman 145, lihat juga Badai'ush Shana-i, j i l id IV halaman 211, karangan Al-Kasyani, ce­takan A l Jammaliyah.

14) L ihat bagaimana caranya ulama M alik i menggunakan mashalih dalam K itab Al l'tisham , karangan S ya tiby , j i l id I I , halaman 311.

Page 26: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

1- - — w BAG|AN KEDUA-r

-■ KEPENTINGAfU-UMUM-'--SEBAGAI OASAK

PERTUMBUHAN BAfcS PEftSGEMBA^GAftS

SYARI'AT

Pengertian Kepentingan Umum Menurut Para A h li Fiqih KitaOrang yang mendalami ajaran Syari'at Islam akan melihat bagaimana

prinsip Kepentingan Umum itu menduduki tempat yang menonjol dalam Syari'at. Semua hukum-hukum dalam A l Qur'an dan Hadits, kecuali hukum- hukum peribadatan, mesti didasarkan atas sesuatu kepentingan umum bagi masyarakat yang dikehendaki Allah. Dan ahli fiq ih harus meneliti dan men­carinya untuk mengenalnya.

Tentang soal ini Ibnu Qayyim berkata, "Sesungguhnya Syari'at itu d i­susun dan didasarkan atas kebijaksanaan dan kepentingan ummat baik di du-

’ nia dan di akhirat. Syari'at itu adil sepenuhnya dan seluruhnya merupakan *1 rakhmat, kepentingan (mashlahat) bagi ummat semuanya serta bijaksana se- l' luruhnya. Maka setiap soal yang keluar dari garis keadilan kepada keaniaya-

an, dari rakhmat kepada kebalikannya, dari kebaikan kepada kerusakan, dan dari kebijaksanaan kepada kesia-siaan, tidaklah termasuk dalam Syari'at walaupun dimasukkan ke dalamnya segala macam da lil.15 '

Dapatlah dikatakan bahwa penggunaan kepentingan umum mi sebagai salah satu sumber jurisprudensi hukum Islam dan merupakan suatu hal yang

15) Im am Ibnu O dyyim dalam K itabnya A 'lam ul MuwaQQi'in, J ilid I I I , halaman 1, dan le te ru inya .

Page 27: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K I Y A M A N ! 20

disepakati. Sungguhpun ada segolongan kecil yang menolak hal itu, seperti ulama-ulama Syafi'iah. tetapi kita melihat beberapa ahli fiq ih mereka melak­sanakan seutuhnya, meskipun dengan cara-cara yang berbeda dan nama-nama yang berlainan. Imam Ghazali dari golongan Syafi'iyah, umpamanya, menco­ba hendak mempersempit kepentingan umum tersebut, yong diakui sebagai suatu yurisprudensi. Kata beliau: "Kepentingan umum itu bukanlah segala sesuatu yang menyebabkan manfaat atau menolak madharat. Tetapi ia adalah usaha memelihara dan mengindahkan tujuan Syari'at. Dan tujuan Syari'at itu adalah segala sesuatu yang dapat memelihara dan menyelamatkan ummat manusia dari lima bidang, ya itu : agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Se­gala sesuatu yang memelihara dan menyelamatkan lima atau satu dari lima bi­dang tersebut, disebut kepentingan (mashlahat). Dan segala yang meluputkan- nya dinamakan kerusakan. Pencegahnya adalah kepentingan."

Ternyata Imam Ghazali telah memperluas ruang lingkup pengertian kepentingan umum tadi justru maksudnya hendak membatasi dan memper­sempitnya.16^

Imam Haramain berkata bahwa Imam Syafi’i kadang-kadang menggu­nakan mashalih mursalah dengan syarat ada persamaannya dengan kepenting­an yang diakui dalam S yari'a t17) Imam Subki,!S ) dalam kitab A t Tahrir dan syarahnya, telah mengemukakan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Imam Syafi'i.

Kepentingan Umum sebagai Dasar untuk Meninjau atau Merubah HukumPenggunaan kepentingan umum sebagai salah satu sumber untuk me­

nyusun hukum-hukum baru, sebagaimana kita ketahui, tidaklah menimbul­kan perbedaan pendapat yang hakiki antara ahli fiq ih ummat Islam. Tetapi penggunaan sumber itu untuk menghapuskan sesuatu hukum Syar'i yang su­dah dilaksanakan secara nyata dianggap sebagai suatu soal penting bagi se­orang peneliti Syari'at Islam; ia harus berhati-hati dalam membahasnya dan mempelajarinya, seraya menjauhkan sikap untuk menerimanya atau meno­laknya.

16) Hal tersebut di kem ukakannya dalam kitabnya (A l Man kh u l), halaman 132, manusc., dan (A l f/lusta fa). j i l id I. halaman 141. Lihat juga Jam 'u l Jawami dan syarahnya A l M aha lli, j i l id I I . halaman 284 . L ihat r<wayat h idupnya dalam Tha- baqat As S ubki, j i l id I. halaman 101.

17) D ikem ukakannya dalam k ita b A l Burhan. j i l id II, halaman 330, Manusc. Lihat juga T a h k riju l Furu ' ala L kh u l, karangan Zanjani, halaman 169. R iwayat hidup Imam Haramain dalam Ibnu K ha likan , j i l id I. halaman 301.

18) L iha t riw aya t h idupnya d a la m Hasnul Mahadharah, karangan S uyu th i, j i l id I, ha- laman 150.

Page 28: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA K IN I 21

Sejak hal ini menjadi pembahasan, ia menghadapi tantangan besar dari sebagian ahli ficjih; ada juga yang mendukungnya, disamping itu ada pula yang menolaknya sama sekali.

Sebaiknya sebelum mengupas tiga macam pendirian tersebut di atas, kita pelajari lebih dahulu sejumlah peristiwa yang hukumnya mempunyai da­lil atau sedikitnya hukum itu dicondongkan kepada arti lahiriah dari dalil itu dan dibentuklah suatu hukum yang bertentangan dengan dasar kepen­tingan dalam soal-soal biasa. Orang pertama yang menetapkan hukum-hu­kum seperti itu adalah Khalifah Kedua, yaitu Umar bin Khattab r.a. yang d iiku ti kemudian oleh sejumlah Imam dan ahli fiq ih yang terpandang.

Yang terpenting di antara tindakan/keputusan Ibnul Khattab r.a. ada­lah:1. Merubah hukum talak (cerai) dalam keadaan seorang suami menjatuh­

kan talak tiga sekaligus, pada satu ketika dan tempat. Di masa Rasulul­lah s.a.w., kemudian di masa Khalifah Abu Bakar r.a. dan pada permu­laan masa Pemerintahan Umar, talak itu dianggap talak satu.19 * Kemudian Ibnul Khattab r.a. berpendapat bahwa masyarakat telah mempermudah soal tadi, karena itu mereka perlu diberi pelajaran de­ngan menjadikan talak semacam itu sebagai talak hain. Hal ini berbeda sekali dengan apa yang berlaku di masa Rasulullah s.a.w. dan ijma' se­sudah beliau serta berbeda pula dengan apa yang dapat difahami dari hukum Qur'an yang tercantum dalam suatu ayat yang artinya perce­raian itu dua kali. Ini menjadi dalil bahwa tindakan cerai itu ada yang lebih dari satu kali dan lebih dari satu tempat. Supaya dapat dianggap sebagai tiga kali, maka cerai ialah cerai bain. Pengambilan pengertian ini dikuatkan oleh pelaksanaan tegas di zaman Rasulullah s.a.w. dan ijma’ sesudahnya.

2. Hukum Pidana atas pelaku zina yang bukan muhsan (tidak atau belum kawin) ialah hukum dera dan dibuang selama setahun di luar negeri. Itulah yang dibuktikan dalam Hadits.20* Umar r.a. telah menjatuhkan hukuman itu atas Rabi'ah bin Umayyah bin Khalaf. Dalam masa pem­buangannya itu Rabi'ah menggabungkan diri dengan Romawi. Kha­lifah Umar r.a. berkata: "Setelah sekali ini saya tidak akan membuang orang lagi." Lalu dihapuskanlah hukuman buang tersebut.

3. A l Qur'an telah menetapkan golongan-golongan yang berhak meneri­ma zakat, termasuk di dalamnya golongan mualJaf. Mereka diberi se­

19) A l Muhalla, karangan Ibnu Hazm, cetakan A l Khan|i, Mesir, J ilid X , halaman 168 don A 'lam ul Muwaqqi’ in , karangan ibnul O ayyim , j il id I I I , halaman 24, cetak­an M uniriyah.

20) Shahih Muslim Syarah Nawawi, J ilid X .

Page 29: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K / YA M A N I 22

bagian zakat untuk membebaskan hati mereka kepada Islam atau untuk mencegah kejahatan mereka; ini adalah apa yang telah dilaksanakan semasa hidup Rasulullah dan sesudah beliau, yakni masa Abu Bakar r.a. Sungguh pun ada dalil yang tegas. Khalifah Umar r.a. menghentikan pemberian bagian zaket kepada orang-orang muallaf tadi seraya ber­kata: * Kami tidak memberikan lagi karena soal ke-Islam-an. Siapa yang ingin, bolehlah Islam. Siapa yang tidak, bolehlah k a fir ."2 1 ^

4. Menikah dengan wanita ah/u/ k itab halal hukumnya menurut A l Qur'­an; namun Khalifah Umar r.a., dalam masa pemerintahannya, mencegah para sahabat mengawini wanita-wanita ahlul kitab, karena khawatir bahwa perkawinan dengan wanita-wanita Islam akan kurang disu- ka..22>

5. Umar r.a. menggugurkan hukum potong tangan pencuri, yaitu hukum yang didukung oleh dalil dari A l Qur'an. Beliau menangguhkan pelak­sanaan hukuman tersebut sem?sa berkecamuknya bahaya kelaparan di Zajirah Arab pada tahun yang dikenal sebagai tahun Ramadha atas da­sar pertimbangan keadaan darurat kebutuhan dan untuk menyelamat­kan jiwa masyarakat. 23 ^

6. Menjual kembali "U m m ul Wa/ad" , yakni budak perempuan yang di- peristrikan oleh tuannya lalu melahirkan anak bagi tuannya, adalah ha­lal dan ini terjadi dalam zaman Rasulullah s.a.w. serta pada masa Kha­lifah Abu Bakar r.a. Tetapi Umar r.a. melarang penjualan "um m ul wa- lad" tersebut sambil berkata: "Darah mereka itu sudah mencampuri da­ra k ita ."24 *

7. Menurut Syari'at, yang menanggung pembayaran diyat, dalam bebera­pa hal, adalah suku dari si pembunuh. D iyat adalah tebusan atas jiwa seseorang yang dibunuh. Tebusan itu sebesar 100 ekor onta atau dengan barang yang nilainya sama. Tebusan ini disetujui oleh ahli waris dari orang yang dibunuh itu. Demikianlah y a n g berlaku di zaman Rasulullah s.a.w. dan masa Khalifah Abu Bakar r.a. Tetapi Sayidina Umar r.a., ke­tika menyusun sendi-sendi negara Islam dan perundang-undangannya, menetapkan kas negara sebagai ganti dari suku yang akan membayar di-

211 Nailu l A w thar, j i l id V I I , halaman 73. Musallamus Tsubut, karangan Bahari, ce­takan Husainiyah, j i l id I I , halaman 84 , dan A d-D urru l M anisur, karangan Suyu- th t, jilid II I , halaman 253.

221 A l Majmu*, Syarah A l M uhadz-d iat), j i l id IX , halaman 197 dan seterusnya.

23) Al O urthub i, halaman 3.241 Bidayatul M ujtah id , karangan Ibnu Rusyd, cetakan A l Hal«i)i, Mesir, j i l id II, ha­

laman 338, dan A 'lam u l M uw aqq l'in , karangan Ibnul O ayyim , j i l id I I I halaman7

Page 30: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SYARI AT ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 23

yat. Ahli-ahli fiq ih Iraq mengikuti pendirian dan tindakan KhalifahUmar ini, akan tetapi golongan pengikut Syafi'i menentangnya.25^

Contoh-contoh yang saya kemukakan itu bukanlah merupakan seluruh tindakan Sayidina Umar. Itu tidak lebih hanya daripada beberapa contoh tindakan-tindakannya yang penting di saat-saat ia membangun negara Islam. Sejumlah Imam dan ahli-ahli fiq ih, seperti: Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. mengikuti jejak beliau. Umar bin Abdul Aziz mengharamkan penerimaan ha­diah dan menetapkan hukumnya sama dengan hukuman suapan. Padahal se­belum itu, menerima hadiah dianggap halal. Beliau pun menetapkan diyat orang-orang Dzimnii separuh daripada diyat orang Muslim walaupun dulunya diyat dua golongan itu sama saja,26 ̂yaitu semenjak zaman Nabi s.a.w. sam­pai Khalifah terakhir sebelum Umar ¡bn Abdul Aziz.

Selain daripada itu Khalifah A li r.a. menetapkan tanggung jawab tu­kang*7 ̂ yang menerima pesanan dengan mengganti barang pesanan kalau ba­rang pesanan rusak, sedangkan di zaman Rasulullah s.a.w. tugas seorang tu ­kang hanya sebagai menerima amanat saja. A li r.a. memberi alasan bagi ke­bijaksanaannya itu dengan berkata, “ Hanya itulah yang baik bagi masyara­kat."28 >

Sementara itu, golongan Maliki menetapkan sebuah qaidah umum yang memperbolehkan seorang Muslim mengambil sesuatu yang haram karena te r­paksa untuk menutupi kebutuhan, dengan syarat apabila sesuatu yang haram itu sudah merata di seluruh atau sebagian negeri itu , dan jika sesuatu yang haram itu sukar ditinggalkan serta lapangan usaha yang halal tidak ada lagi; sebab jikalau ia tidak mau berusaha demikian, niscaya terbengkalailah lapang­an usaha dan bisnis, akan tetapi dalam hal ini terjadi kehancuran bagi aga­ma; dan bagi Muslim itu hendaklah ia tidak melampaui batas sampai berlebih- lebihan dan bermewah-mewah; atas tindakan ini ia mendapatkan barang yang haram.29 ^

Sungguhpun ada Hadits yang melarang tindakan pemaksaan pengen­dalian harga, namun ada golongan orang-orang Hanafi yang membolehkan tin­dakan itu, jika para pedagang menolak menjual dagangan mereka dengan harga

251 Fathul Bari, K itabu l Jinayat, karangan Ibnu Hajar.261 Al l'tisham , jil id II, halaman 298. Ada terdapat perbedaan sekitar Umar ibn

Abdul Azis ini dalom suatu riw ayat. L ihat A l Mahalli, karangan Ibn. Hazn\, jilid X, halaman 348 — 356 dan JanVul Ushul. J ilid V , halaman 161.

27) Demikian juga yang d ilakukan oleh Khalifah Umar Ibn Khattab dan KhalifahKhalifah la innya. L ihat A l Mudawwanah al Kubra, j i l id X I halaman 30.

281 Ucapan ini d iriw ayatkan oleh Syafi'i dalam K itab A l l'tisham , jil id II, halaman102. Lihat juga A 'lam ul M uw aqqi'in , jilid II I , halaman 7 —9.

29) Al Mabshuth, J ilid X X V II, halaman 125 - 126.

Page 31: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K I Y A M A N I 2 4

yang wajar. Dalam keadaan demikian wajiblah mereka itu dipaksa menjual de­ngan harga yang wajar.30-*

Pendapat Para A h li F iqih tentang Peninjauan Hukum Syara' atas Dasar Kepentingan Umum

Pendapat-pendapat ahli fiq ih mengenai peninjauan kembali terhadap suatu hukum Syara atas dasar kepentingan umum terpecah menjadi tiga pen­dapat.

Saya akan mulai dengan menguraikan pendapat yang kejauhan, di an­taranya, yang dipelopori oleh A t Thu fi dari golongan ulama Hanbali,3 1 ̂yang mengatakan bahwa kepentingan umum itu lebih diutamakan daripada dalil- dalil Syar'i walaupun termuat dalam Qur'an atau Hadits. Jika dalil-dalil itu bertentangan dengann kepentingan umum, maka kepentingan umum harus didahulukan, betapa pun kuatnya dalil. Karena menurut dia, kepentingan itu justru yang menjadi tujuan yang dimaksud oleh Pencipta Syari'at, sedang­kan dalil-dalil dan kalimatnya hanyalah sekedar sarana untuk mewujudkan tu ­juan tersebut, karenanya harus didahulukan dari sarana. Thufi menyatakan pendiriannya ini dalam penjelasan singkat yang dimuat dalam A l Manar,32 ) sebagai berikut:"Kepentingan dan dalil-dalil itu adakalanya seiring dan sejalan dan ada kala­nya berselisih. Jika sama pendapat, syukurlah dan gunakanlah seperti kese­pakatan nash, ijm a' dan kepentingan tentang penetapan 5 (lima) hukum umum, ya itu : (1) dibunuhnya pembunuh, (2) dibunuhnya orang murtad, (3) dipotongnya tangan pencuri, (4) d ihukum deranya peminum arak, dan (5) dideranya pemfitnah orang lain berzina dan lain-lain sebagainya; itulah contoh hukum yang sesuai dengan dalil-dalil kepentingan. Apabila dua itu bertentangan, maka jika dapat dipertemukan, hendaklah dipertemukannya, seperti diterapkannya sebagian dari dalil pada sebagian dari hukum dan peristiwa (bukan semuanya), dengan cara yang tidak merusak kepentingan dan tidak sampai mempermainkan dalil-dalil semuanya atau sebahagiannya.

30) A t-T h u ru q A l H akim ah, halaman 224 .31 ( Sejum lah ulama antara lain Ibnu Rajab berkata, bahwa A t T h u fi in i adalah orang

S y i’ ah dan bukan orang Ham bali. L iha t Thabaqat A l Hanabilah, M ujallad ke I I, halaman 495 dalam manuse. yang terdapat d i Darul K u tub , A l M ish-riyah. K in i m anuseript in i telah d ite rb itk a n d i Kairo oleh Jama'ah Anshar As-Sunnah A l M uham m adiyah. L ih a t r iw aya t h idup A t T h u fi dalam (Ad Durarul Kam inah), karangan Ibnu Hajar, j i l id I I , halaman 154 dan (2a il Thabaqatil Hanabilah), j i l id I I , halaman 336 dan (Syazaratuz Zahab) karangan Ibnul 'Im ad , j il id V Iha lam an 239 dan (A 'yanusy S y i'ah ), j i l id X X X V halaman 230.

32) L ih a t Tafsir Manar, j i l id IX , penjelasan singkat in i merupakan syarah bagi HaditsA rb a 'in ; penulisnya dengan panjang lebar menguraikan Sabda R a s u l u l l a h s.a.w. •'T idak boleh m erugikan dan tid a k boleh d irug ika n ". Penjelasan singkat im ke ­m udian d ite rb itk a n terpisah dan keterangan A t-T h u fi tentang pendapatnya Itu tertera dalam halaman 18.

Page 32: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN M ASA KIN I 25

Tetapi kalau tidak mungkin dipertemukan, maka didahulukanlah kepentingan atas yang lainnya, mengingat sabda Rasulullah s.a.w. yang artinya "Tidakbo- leh merugikan dan tidak boleh dirugikan."33 ̂ Hadits itu khusus untuk men­cegah kerugian dan justru keharusan untuk memelihara kepentingan, karena itu wajib didahulukan (karena kepentingan itulah yang menjadi tujuan dari pada kebijaksanaan mereka yang bertugas menetapkan hukum dan dalil- dalil lainnya sebagai sarana dan alat. Sedangkan tujuan harus didahulukan daripada sarana).

A t Thufi, dalam membela pendapatnya itu , dengan panjang lebar me­ngemukakan dalil-dalil yang membenarkannya. Pendapatnya ini sungguh sa­ngat besar resikonya sebab ia telah menetapkan hukum sebelumnya adanya bunyi kalimat dalil dalam A l Qur’an atau Hadits yang berlawanan dengan ke­pentingan umum secara langgeng, hal yang tidak pernah dapat dibuktikan dan tidak mungkin digambarkan bisa terjadi. Apa yang dinamakan kepentingan itu merupakan hal yang nisbi pada umumnya. Tiap-tiap perkara mempunyai dua segi, segi yang baik dan segi yang buruk. Bila segi yang baik melebihi yang buruk, menjadilah perkara itu suatu kepentingan dan demikian sebaliknya. Mempertimbangkan lebih kurangnya kebaikan dan keburukan suatu perkara itu merupakan soal yang berbeda-beda pendapat tentang hal itu . Dengan de­mikian kita akan mudah saja terpeleset kepada tindakan pemakaian hawa nafsu terhadap Al Qur’an.

Sungguhpun A t Thufi berpanjang lebar dalam menguraikan pendapat­nya itu, namun ia tidak mengemukakan satu perkara pun yang memuat ke­pentingan yang bertentangan dengan jelas terhadap suatu hukum yang berda­lil positip dalam Al Qur.an, Hadits Shahih, atau yang disepakati oleh Ijma'. Kami tidak tahu akan bagaimana pendapat A t Thufi ini andaikata ia sampai hidup pada masa kita sekarang ini, dimana sekarang ini tim bul pendapat sim­pang siur hawa nafsu lebih berkuasa dan pertimbangan sehat ditiadakan.

Golongan kedua ialah golongan yang sedang dalam penilaiannya ter­hadap kepentingan dalam hubungannya dengan dalil-dalil Syari'at. Golongan ini dipimpin oleh Imam Malik yang menggunakan kepentingan umum seba­gai dalil yang berdiri sendiri; ia tidak bersandar kepada sesuatu yang lain, baik ada pendukung dari Syari'at ataupun tidak ada sama sekali dalil yang menun­jang atau menggugurkannya. Imam Malik r.a. menggunakan kepentingan itu, walaupun bertentangan dengan suatu dalil yang mencurigakan (dhanni). Me­ngenai adanya dalil yang mencurigakan itu . Imam Malik menilai atau meng­

33) Hadits ini d iriw ayatkan sebagai hadits mursal oleh Imam M alik. Imam Bukhari dan Muslim mengutarakannya dalam dua kitab shahih mereka, A l Hakim dalam A l Mustadrak dan Oaruquthny dalam As Sunan di riwayatkan dari Ibn Said. Sementara Imam Ahmad Ibn Hanbal dalam kitabnya A l Musnad dan Abdurrazak dalam kitabnya A l Jami meriwayatkan dari Ibnu Abbas.

Page 33: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A HM A D Z A K / Y A M A N / 26

artikannya sebagai pengertian khusus, atau ia memandang sanad dalil tadi sebagai sanad yang lemah jika dalil tersebut bersifat umum. Tetapi pada da- sarya Imam Malik sama sekali tidak menerima adanya kepentingan yang da­pat mengalahkan dalil yang bermakna posi tip atau kuat sanadnya. Bahkan ia tidak pernah mengira-ngira adanya hal semacam itu.

Segolongan ulama mazhab Syafi'i mengecam pendirian Imam Maliki dan pengikut-pengikutnya, dengan dakwaan, bahwa ia telah membuka pintu untuk penyusunan perundang-undangan dan melepaskan ikatan Syara'.54 1

Tetapi seorang ahli fiq ih yang berpandangan tajam dalam soal agama tidak akan dibelokkan oleh hawa nafsunya sampai ia menyimpang, tetapi hati nuraninya akan memimpinnya kepada jalan yang ditempuh oleh para sahabat Rasulullah s.a.v/. khususnya sahabat mukm in terkemuka, negarawan adil dan tegas, Am iru l Mukm inin Umar bin A l Khattab r.a.

Mereka yang mempelajari madzhab Imam Malik akan melihat bahwa Malik membatasi d iri dalam cara ia menggunakan kepentingan itu dengan t i­ga macam ikatan pokok, yakni;1. Bahwa kepentingan itu haruslah masuk akal, sehingga kalau dikemuka-

kan kepada orang-orang berpikiran sehat niscaya mereka akan meneri­manya dengan baik;

2. Bahwa dengan digunakannya kepentingan itu akan dapat disingkirkan sesuatu kesukaran yang sungguh-sungguh dalam urusan agama;

3. Bahwa kepentingan itu sejalan, walaupur^ tidak secara langsung dengan tujuan-tujuan Syari'at pada umumnya.JSJelaslah bahwa Imam Malik, sekali-kali tidak menjauhkan d iri dari ling­

kungan agama, tetapi bahkan ia sebenarnya berkelana merasuk jauh ke pe­dalaman.

Ada pun sikap orang-orang Hanbali terhadap kepentingan ini dapat d i­katakan tidak jauh berbeda dengan pendirian orang-orang Maliki, walaupun ada di antara mereka itu , dalam hal ini, condong kepada pendirian golongan Syafi'i. Tetapi orang yang mengikuti fatwa-fatwa dua tokoh ahli fiq ih , yakni Ibnu Taimiyah dan Ibnul Oayyim tentang soal kepentingan ini, akan melihat bahwa dua ahli fiq ih tadi telah memberikan nilai yang tinggi kepada kepen­tingan dan mengutamakannya, kadang-kadang dengan cara menyempitkan penafsiran arti dan kadang-kadang dengan cara memperluaskannya, sehingga memungkinkan pelaksanaan kepentingan ¡tu. Contoh yang sangat menonjol tentang hal itu adalah apayang dikisahkan oleh Ibnul Oayyim, bahwa guru be­liau, Ibnu Taimiyah, bersama-sama dengan sahabat-sahabat beliau, melihat serombongan orang-orang Tartar di kota Oamsyik sedang minum-minum

34) A l l'tlsam , karangan Syatib i, j i l id I I , halaman 311.35) A l Mustafa, karangan A l Ghazali, j i l id I, halaman 241.

Page 34: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SYARI'AT ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA K IN I 27

arak. Sahabat sahabat Ibnu Taimiyah hendak memarahi orang-orang Tartar tadi karena minum arak itu. Tetapi Ibnu Taimiyah melarang mereka dengan alasan bahwa Allah mengharamkan arak, karena arak merintangi ingatan orang kepada Allah serta melengahkan orang daripada shalat. Bagi orang- orang Tartar arak itu justru menghalang-halangai mereka dari tindakan mem­bunuh, menyandera anak-anak dan merampas harta benda.

Adapun orang-orang golongan Syafi'i, pada dasarnya mereka menolak pemakaian gagasan mashalih mursalah itu , lebih-lebih lagi mengenai gagasan pengkhususan makna dalil yang mencurigakan atau posi tip. Sementara go­longan Hanafi memilih jalan tengah antara golongan Syafi'i dan Maliki. Go­longan Hanafi menggunakan Istihsan. Istihsan adalah penetrapan tidak lang­sung dari gagasan kepentingan itu, tetapi mereka tidak menetrapkan prinsip kepentingan itu secara terang-terangan, sungguhpun fatwa-fatwa mereka mempersempit penafsiran nash-nash yang menjurus pada pelaksanaan kepen­tingan itu.

36) Ibn Oayyim menerangkan d i A 'lam u l Al m uw aqqi'in , cetakan Al M un iriya t. jil id II I , halaman 3.

Page 35: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

B A G IA N KETIGAFAKTOR-FAKTOR LAIN

UNTUK PERUBAHAN DAN PEMGEMBANGAM HUKUM

Pengaruh Adat-Istiadat dalam Perubahan HukumDisamping ahli-ahli fiq ih yang berpendirian kemungkinan peninjauan

kembali hukum-hukum dalil Syar'i yang terdapat dalam Qur'an dan Hadits, bila d ituntut oleh kepentingan, terdapat pula ahli fiq ih yang berpendapat bah­wa peninjauan semacam itu dapat dilakukan atas dasar perubahan adat-istia­dat, jika di masa lampau nash Syar'i itu didasarkan atas adat-istiadat tadi.

Yang terpenting di antara mereka yang berpendirian demikian adalah Imam Abu Yusuf al Hanafi,37) Qadi Baghdad, la berpendirian m e m b o le h k a n

meninggalkan dalil dan mengikuti adat-istiadat, jika adat-istiadat itu dipan­dang sebagai dasar dalil.38 * Memang Imam Abu Yusuf telah merubah hukum yang dilandaskan atas sebuah Hadits Nabi tentang jelai, atau jewawut, dengan menetapkannya termasuk b iji-b ijian yang digantang, karena begitulah yang berlaku pada zaman Rasulullah s.a.w. Pada zaman Abu Yusuf kebiasaan itu berubah dan jewawut itu digolongkan dalam b iji-b ijian yang ditimbang. O le h

sebab itu wajib dirubah hukum tadi karena perubahan adat.Imam Al Qarafi dari golongan Maliki mengikuti pendirian Imam

Abu Yusuf itu , yaitu ketika ia berfatwa bahwa hukum segala sesuatu di da-

37) Ibn Khalikan, jilid II halaman 400.38) A l l'tisham , jil id II halaman 211.39) Ad-Dibaai A l Mudzah-hab. karangan Ibnu Fahrum , halaman 62.

Page 36: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H MA O Z A K I Y A M A N / 30

lam Syari'ar yang didasarkan pada adat-istiadat akan berubah dengan peru­bahan adat-istiadat itu dan disesuaikan dengan adat-istiadat yang baru.40*

Pengaruh 'Ulat (Sebab dan Alasan) dan Hikmah dalam Merubah Hukum.Para ulama Ushul Fiqih Islam berkata; "Sesuatu ketentuan hukum ada­

lah berkaitan dengan illatnya, bila illa t itu ada, maka hukumnya pun ada. Dan bila 'illa t tidak ada, hukumnya pun tidak ada."

Segolongan ulama membedakan antara 'illa t dan hikmat. Mereka ber­kata, bahwa 'illa t itu ialah sebuah norma materiil yang obyektif, dalam ung­kapan bahasa modern. Sedangkan hikm at adalah penyebab hukum, namun hikmat tidak dapat diatur; h ikm at ialah sebuah norma pribadi yang lebih dari pada materiilnya. Sebagai contoh, mereka mengemukakan hukum tidak wajib puasa bagi seorang musafir di bulan Ramadhan. Mereka berkata bahwa yang menjadi 'illa t dari hukum "boleh tidak puasa" itu ialah perjalanan, se­dangkan hikmatnya ialah menghilangkan penderitaan. Oleh karena itu bila seorang raja umpamanya, mengadakan perjalanan dalam Ramadhan dan ia mempunyai segala sesuatu yang dapat memudahkan perjalanannya itu, ia te­tap boleh tidak puasa walaupun puasa itu tidak akan menyulitkan perjalan­annya. la boleh tidak puasa karena adanya 'il la t perjalanan itu . Sebaliknya, seorang pekerja di dalam kota menghadapi kesukaran besar dengan puasa sambil bekerja, sama dengan kesukaran yang dihadapi musafir. Tetapi ia tidak dibolehkan tidak puasa karena tidak ada Mlat yang membolehkan itu, sung­guh pun hikmatnya ada.

Dan yang jelas bagi kita, berdasarkan prinsip-prinsip umum Sya- ri'at Islam dan pendirian para ahli fiq ih tentang kepentingan dan penerapan­nya, perbedaan antara 'i l la t dan hikm at dapat diterima dalam bidang periba­datan. Tetapi apabila kita sudah memasuki bidang mu'amalat dan hukum war­ga negara, kita meninggalkan bidang individuil dan memasuki bidang jama'ah, dapatlah kita katakan bahwa hukum itu berkaitan dengan hikmatnya, ada atau tidaknya.

A l Qur'an menetapkan supaya memberi orang-orang Mu allaf satu ba­gian dari zakat4 1 ̂ dan menetapkan bagian itu sebagai suatu peraturan dari Allah, dan yang menjadi h ikm at daripada penetrapan ini ialah untuk memi­kat hati mereka kepada Islam serta mencegah sikap-sikap negatip mereka. Tetapi Umar r.a., seperti yang sudah kita ketahui, beipendapat bahwa h ik­mat itu telah hapus pada masa beliau. Karena itu dihapuskanlah bagian ter­sebut dan beliau menolak mereka yang berhak itu dengan kata beliau; " I tu adalah sesuatu yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w. kepada kalian untuk me-

-*0) K in b (M alik), karangan At>o Zahrah, halaman 402.411 Surat At TaubJh, ayat 60.

Page 37: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SYARI'AT ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 31

narik simpati kalian kepada Islam. Sekarang ini Allah telah menjayakan Is­lam sehingga tidak membutuhkan kalian lagi. Jika kalian tetap dalam Islam, syukurlah. Bila tidak, pedanglah yang akan menjadi perantara kita. Kami t i ­dak akan memberikan sesuatu hanya karena ke-Islam-an. Siapa yang hendak Islam, bolehlah Islam. Siapa yang tidak, bolehlah kafir.'*42 J Kita dapat me­nambahkan hikmat hukum tadi yang telah dihapuskan pada masa Sayidina Umar itu , sehingga beliau menangguhkan pelaksanaan hukum tadi. Mungkin hikmat hukum itu akan kembali lagi pada suatu masa mendatang, sehingga hukum tadi akan kembali berlaku pula.

Moga-moga dengan uraian singkat ini saya berhasil sekadarnya menerangkan betapa luwes Islam untuk berkembang dan menyesuaikan diri, betapa besar daya kemampuannya untuk menampung soal-soal serta me­nanggulangi pelbagai macam persoalan zaman, sehingga soalnya menjadi de­mikian jelas, sekalipun ada di antara mereka yang menganggap bahwa Islam itu hanyalah "hukum keagamaan" yang pernah dilaksanakan beberapa abad lamanya, tetapi kini usianya yang telah lanjut itu sudah melumpuhkannya untuk menghadapi persoalan zaman modern.

Arti "S ifat Keagamaan" dari Hukum-Hukum Syari'atTidaklah diragu-ragukan lagi bahwa Syari'at Islam itu adalah sebuah

Syari'at keagamaan, yang sumber pokoknya adalah firman yang diturunkan Allah S.W.T. Tetapi bukti yang positip ini telah difaham salah oleh sejumlah orientalist yang pernah menulis tentang Syari'at Islam. Mereka tidak meng­indahkan perbedaan antara hukum-hukum aqidah (dogma) yang bertalian erat dengan sifat kegamaan murni dan hukum-hukum mu'amalat. Walaupun ber­asal dari sumber yang sama, namun hukum-hukum mu'amalat sebagai suatu hu kum sipil yang didasarkan atas kepentingan berkembang dan menyesuaikan diri atas kepentingan itu. Sifat keagamaan yang meliputinya merupakan un­sur akhlak yang tidak terdapat pada hukum-hukum ciptaan Barat. Tujuan si­fat keagamaan tersebut ialah untuk memberikan dukungan bagi hukum-hu-. *• <kum sipil yang ada dalam hati sanubari kaum Muslimin, serta memberikannya kepercayaan pada diri sendiri dan harga diri dalam hati nurani mereka untuk tunduk ke bawah naungan hukumnya serta menjadikan mereka itu hormat dan patuh, walaupun mereka berada jauh dari jangkauan penuntut hukum atau kekuasaan eksekutip

Mungkin sesuatu gambaran yang menarik dari kenyataan ini adalah apa yang menjadi fatwa dari sementara golongan ahli fiq ih madzhab Hanafi, bah-

42) Nailul Aw-thor. karangan Syaukani, jil id V I I , halaman 73, dan Musalljrnus Tsu- bu t, jilid II halaman 84. celakan A l Hutain iyah dan Ad O urrul Mamur, karangan Suyuti, jil id I I I lialjinar« 523.

Page 38: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K I Y A V A N I 32

wa bila kebutuhan untuk kepentingan umum dan keadaan darurat ekonomis atau lainnya memerlukan penguasa memerintahkan rakyat, umpamanya un­tuk berpuasa sehari,43 maka wajiblah rakyat berpuasa sebagaimana kewajib­an dalam agama, sama seperti puasa hari Ramadhan, karena hal itu merupa­kan penertiban dari suatu kepentingan, dan Syara' menguasakan sang pengu­asa untuk mengaturnya. Rasulullah s.a.w. telah melandaskan sendi-sendi kenyataan itu . tatkala beliau bersabda kepada para sahabat yang kurang le­bih; "Saya in i hanyalah seorang manusia. Bila saya perintahkan kepada kalian sesuatu dari agama kalian, maka patuhilah. Tetapi jika saya memerintahkan sesuatu sebagai pendapat pribadi, maka saya adalah seorang manusia."44 ̂dan sabdanya; "K a lian lebih mengetahui soal-soal dunia ka lian."4 ^ Dengan ke­terangan ini jelaslah kiranya perbedaan antara dasar-dasar peribadatan dan dasar-dasar mu'amalat.

Tuduhan "Keterbelakangan" Adalah karena Penutupan Pintu IjtihadBahwa Syari'at Islam itu telah ketinggalan zaman hingga tidak mampu

lagi menghadapi persoalan zaman modern, seperti yang sering disangka orang, adalah suatu anggapan yang berlebih-lebihan dan memihak, walaupun me­mang terdapat kemusykilan-kemusykilan yang belum terselesaikan baik oleh Syari'a t maupun oleh fuqoha-nya. Yang menimbulkan tuduhan itu ialah pe­nutupan p in tu ijtihad sejak beberapa abad lamanya dan perasaan puas ulama Islam dengan pusaka perbendaharaan lama, sedangkan peri kehidupan ber­kembang terus tanpa kemampuan mereka untuk mengikutinya sehingga tim ­bul beberapa banyak persoalan modern seperti asuransi dan perbankan; per­soalan-persoalan in i tidak pernah dimasukkan dalam ijtihad fiq ih ; hukum- hukumnya yang berlaku sekarang didasarkan atas prinsip-prinsip hukum-hu- kum yang diam bil dari negara Barat yang seringkali jauh daripada pengertian prinsip hukum Islam kita . Walaupun demikian Syari'at tetap mampu untuk bergerak, kapan saja hal itu diusahakan oleh ummat Islam yang sadar dan t i­dak berpandangan p icik. Prinsip-prinsip umum dari Syari ai Islam tampak oleh k ita sekarang ini seolah-olah sebuah "oase" yang hijau kemilau di te­ngah-tengah gurun pasir, sedangkan peri kehidupan kita dewasa ini kering dan tandus, penuh dengan pelbagai persoalan dan aliran-aliran yang berten­tangan satu dengan y 3ng lain.

Ruang terbatas dari buku saya ini tidak akan memungkinkan saya me­nyinggung sebagian besar dari berbagai persoalan itu dengan membentangkan sikap Islam terhadapnya. Oleh karena itu dalam Bab Kedua dari buku S3ya

43) A l F a t a w a a l A l a m k i r i y a h , cetakan India.4 4 ) D ir iw a ya tka n oleh M uslim da ri R a fi' lt>n Khudaij dan Thalhah Ibn UbaidllUh.

L iha t Ja m i'u l U shul, karancpn lunu A ts ir , Jilid X I I , halaman 355.45) D iriw aya tkan oleh M uslim da ri Anas dan 'A u ya h r.a.

Page 39: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YA N G K E K A L dan PERSOALAN M ASA K IN I 33

in i, akan saya p ilih sebuah persoalan pokok yang sangat peka dan sangat me­merlukan diskusi, baik di kalangan kita sendiri maupun d i kalangan masyara­kat internasional, yaitu masalah pertentangan antara hak perseorangan dan hak-hak jama 'ah.

Page 40: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAB KEDUA

PEMIKIRAN KOLEKTIVISME DALAM PERUÍMDANG-

UNDANGAN ISLAM

Page 41: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

B A G IA N PERTAMAKESEIMBANGAN ANTARA HAK-HAK JAMA'AH DAN

HAK-HAKPERSEORANGAN

Pertentangan Antara Hak Perseorangan dan Hak Jama'ah Adalah Dasar Per­tentangan Idiologi Internasional

Pertentangan antara perseorangan dan jama'ah merupakan suatu soal terpenting dalam persoalan zaman sekarang yang menimbulkan banyak per­soalan-persoalan cabang lainnya. Dewasa ini k ita menyaksikan suatu perten­tangan dalam bidang hukum dan ekonomi yang berlangsung antara soal per­seorangan dan wewenang serta hak-haknya di satu f i hak, melawan jama'ah dengan hak-hak dan wewenangnya di fihak lain. In ti persoalannya adalah mengenai hubungan dan perimbangan antara hak dan wewenang masing-ma-sing.

Timbullah dari pola tersebut dua kubu idiologi internasional yang te- us berselisih dalam lapangan p o litik dan ekonomi, kadang-kadang atas nama

kebebasan perseorangan dan kadang-kadang atas nama rakyat jelata. Sembo­yan sem oyan yang dipergunakan dalam pertentangan itu demikian tajam­nya, se ingga menyulitkan kita untuk mengetahui hakekat yang sebenarnya, namun demikian masih dapat kita kemukakan sebagian daripadanya yang ti-

e r a u menonjol. Blok Sosialis yang memusatkan usahanya untuk ke­pentingan jama ah telah mengabaikan soal perseorangan dan nyaris tidak mau mengaku, adanya serta tidak membolehkan orang seorang menikmati hasil

p3Vah US8hanYa bahkan melucutinya dari penghargaan d iri sendiri dan

Page 42: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H MA D Z A K / Y A M A N / 38

sebagian besar hak-hak asasinya. Pada saat pengadaan sandang-pangan bagi anggota masyarakat, dan kemungkinan berhasil melindungi mereka dari baha­ya pengangguran, pada saat itu pula dirampaslali semua hak-hak politik , sosial dan kemerdekaan pribadi setiap orang, serta dikekanglah kegiatan mereka dengan dalih supaya tidak disalah-gunakan secara berlawanan dengan kepen­tingan jama'ah, walaupun kegiatan perseorangan itu masih dapat digunakan untuk kepentingan orang banyak. Tatkala Blok Sosialis berbuat demikian itu , mereka dongan pasti telah menyebabkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri sehingga mengakibatkan luas produksi pertanian dan industri merosot karena tidak adanya daya pendorong perorangan.

Sebaliknya blok yang dinamai Dunia Bebas telah bersikap amat keter­laluan dalam membela kebebasan, hak-hak dan kehormatan pribadi, sehingga kadang-kadang memejamkan mata terhadap tindakan keterlaluan dari sejum lah pribadi dalam menggunakan hak-hak mereka secara merugikan jama'ah. Blok ini menempatkan orang-orang dalam tingkat yang sama dengan jama' ah, tetapi ia hanya memperhatikan hak-hak p o litik orang-seorang dengan mengabaikan sama sekali hak-hak ekonomi dan tidak memberikan jaminan yang pasti (sebagaimana yang dilakukan oleh Blok Sosialis) mengenai soal sandang-pangan.

Sungguhpun pertarungan po litik antara dua blok tersebut tetap berlaku, namun jurang pemisah antara keduanya telah mulai menyempit. Golongan Sosialis, berdasarkan pengalaman-pengalaman pahit mereka di masa lampau, telah mulai memberikan kepada orang-seorang sebagian dari hak m ilik pri­badi dan telah meninggalkan pula gagasan sama rata sama rasa yang mutlak di bidang harta benda antara masing-masing orang. Sementara negara-negara Dunia Bebas (dalam usaha membendung bahaya Komunisme) sudah mulai pula mengekang sikap serakah dari sementara pribadi, yaitu dengan mengada­kan sejumlah peraturan dan undang-undang yang membatasi kemerdekaan mutlak ber"hak-m ilik" dan persaingan dagang yang tak berdasar hukum, ke­mudian memagari orang-seorang itu dengan pagar yang lebih besar berupa keadilan sosial yang dapat menyelamatkan dari bahaya pengangguran dan persoalan-persoalan kemiskinan serta penyakit.

Jurang pemisah ini akan terus menyempit sehari demi sehari dan kedua blok itu mungkin akan berpadu di suatu saat, sehingga dunia kita ini akan ditata dengan sebuah sistim tunggal yang memelihara dan memanfaatkan ke­hormatan dan hak-hak pribadi untuk kepentingan orang banyak tanpa me langkahi batas-batas kepentingan umum yang tetap menjadi tujuan utama.

Sistim penataan tunggal dunia kita yang saya kemukakan di atas, saya kira, akan terjadi pada suatu waktu, dan akan merupakan sebuah salinan yang sesuai dengan aslinya yaitu sistim Islam yang dilandaskan sejak 14 abad yang lalu yang menjadikan jama'ah sebagai pagar suci, dan orang-seorang

Page 43: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 39

bergerak serta berusaha di dalam pagar itu tanpa tabrakan antara satu de­ngan yang lain dalam melakukan kegiatan masing-masing dan tanpa ada yang hendak melangkahi pagar bersama itu, serta jika ada yang mencoba, akan terjatuhlah ia, akan tetapi pagar tetap berdiri.

Dalam Asasnya Pemikiran Kolektivisme dalam Islam Merupakan Pembeda Pokok

Sistim kolektivisme dalam Islam telah lahir dan dilaksanakan semenjak zaman Rasulullah s.a.w. Sejumlah peristiwa dan karya tulis para ahli fiq ih bersusulan masa itu , masing-masing menyempurnakan gambaran gagasan tadi dalam pelbagai segi-segi dan macam-macam cirinya. Sungguhpun ada tulisan- tulisan yang terputus-putus dalam buku-buku fiq ih Islam tentang gagasan ke­masyarakatan ini, tetapi saya belum juga menemukan kisahnya yang lengkap yang ditulis oleh seorang ahli fiq ih yang memperincikan hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan serta menguraikan pengetrapannya. Dalam buku ini sa­ya tidak akan mencoba menguraikan apa yang tidak dilakukan oleh mereka, tetapi saya akan menerangkan pengertian gagasan kolektivisme dalam Islam serta pengetrapannya yang terpenting dalam prasarana kehidupan kita masa kini.

Sebelum saya memulai, saya merasa perlu memilih judul dari gagasan tersebut dan saya akan meminjam judul itu dari Duguit yang pernah dipakai untuk t^ori sosialnya yang termasyhur yakni Symbiosisme (faham cara hi­dup bersama).

Kewajiban-kewajiban Bersama Adalah Dasar Pemikiran IniYang dimaksud dengan kalimat symbiosisme sosial pada ummat Islam

adalah bahwa orang-seorang itu berada dalam tanggungan jama'ah dan bah­wa masing-masing orang dalam masyarakat itu bersama-sama serta bergotong- royong untuk melayani keperluan masyarakat masing-masing sesuai dengan pembawaan dan keahliannya, dan di dalamnya pelbagai macam tugas yang d i­perlukan oleh jama'ah dibagi kepada masing-masing orang, sesuai dengan ba kat pembawaan dan keahliannya. Tanggung jawab pelaksanaan tugas terse but dipikul secara perseorangan dan secara bersama. Gambaran yang paling tepat dari masyarakat Islam yang symbiosis itu adalah apa yang diungkapkan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya, "Orang mukmin yang satu bagi orang V mukmin yang lain umpama sebuah tembok, bagian yang satu menguatkan ba­gian yang la in ."46 ̂ Dan sabdanya pula, "Perumpamaan orang-orang Muk-

46) Tersebut dalam dua knab Shahih dan Sunan T irm id ii. Nasai meriwayatkarinva dari Abu Musa Al Asy'ari. Lihat Jaml’u l LKhul, karangan Ibnul A-tsir, jil id I, halaman 227 dan jilid V II , halaman 361.

Page 44: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K / Y A M A N I 40

min dalam saling berkisah dar» bersantun adalah seperti sebatang tubuh; bila satu bagian daripadanya menderita sakit maka lain-lain anggota tubuh itu terpengaruh merasakan sakit demam dan terjaga."4 7 )

Oleh karena itu tidak mungkin, masyarakat Islam yang symbiosis akan membenarkan setiap orang mengabaikan tugas masing-masing terhadap ma­syarakat, seperti tamsil tembok besar itu , agar jangan ada suatu bagian yang rapuh lalu rontok dan robohlah tembok seluruhnya. Demikian juga tiap orang-seorang itu tidak dibenarkan membiarkan orang-orang terlantar, mis­kin atau menderita, agar supaya kemalangan itu jangan sampai menjalar ke seluruh masyarakat, sebagaimana seluruh tubuh iku t menjaga dan demam karena salah satu anggota tubuh itu sakit. Jika mereka itu mengabaikan, me­reka dapat d im inta tanggung jawab mereka yang sama seperti tanggung jawab pidana bersama karena lalai dalam kewajiban kepada masyarakat.

Untuk menjelaskan keterangan ini, berkatalah sekelompok ulama ahli f iq ih Islam, bahwa jama'ah itu , baik besar maupun kecil, mempunyai hajat kebutuhan, sedangkan kelestarian jama'ah itu tak akan mungkin dipertahan­kan tanpa terpenuhi hajat-hajat kebutuhan tadi. Dalam masyarakat tadi ha­ruslah ada guru, dokter, tukang-tukang dari pelbagai jenis keahlian, prajurit, polisi, pedagang, petani dan sebagainya. Masing-masing pribadi dalam ling­kungan jama'ah itu berkewajiban untuk menjadi petani, pedagang, dokter atau pekerja dan lain sebagainya. Dan kewajiban ini dalam Syari'at Islam di­namakan Fardu K ifayah, ya itu kewajiban bersama yang bila dikerjakan oleh sebagian masyarakat, tertunailah kewajiban bersama itu, dan gugurlah tang­gung jawab sebagian masyarakat lainnya. Fardu kifayah berbeda dengan apa yang disebut Fardu A in yang harus dilakukan oleh tiap-tiap pribadi sendiri, dan tidak cukup karena dikerjakan oleh orang lain, yaitu seperti shalat, za­kat dan puasa.

Bila telah te rbukti bahwa dalam tiap-tiap jama'ah sudah terpenuhi ke­butuhannya dengan adanya golongan petugas bagi tiap kebutuhan itu, ter- tunailah sudah fardu kifayah dan bebaslah jama'ah itu . Tetapi sebaliknya ka­lau jama'ah sebagai keseluruhan gagal dalam usaha memenuhi sa/ah satu ke­butuhan mereka, karena tidak (belum) adanya petugas yang dapat melaksa­nakan dan menyelesaikannya, maka fardu kifayah tadi belumlah gugur juga, dan jama'ah secara keseluruhan atau bersama-sama menanggung dosa dan d i­tu n tu t untuk melakukan tugas tersebut sebagaimana mestinya.

Imam S ya fi'i menyifatkan fardu kifayah ini sebagai kewajiban umum yang mengandung makna khusus.48 * Jama'ah seluruhnya berkewajiban me­

47) Shahih M uslim , j il id V I I , halaman 9 5 ; Bukhan m enwayatkannya Pula dalam sha-h ihnya , mereka m eriw ayatkan dari An-N u 'm an bin Basyir. L .hai Jam. ul Ushul.karangan Ibnu l A-tsIr, j i l id V I I halaman 351.

48 ) Arr¡sa lah, karangan Imam S ya fi'ie dengan penelitian Ahmad Syaklr.

Page 45: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YA N G K E K A L dan PE RSO ALAN MASA K IN I 41

nurut cjaidah umum itu . tetapi yang melakukannya hanyalah segolongan dari jama'ah saja.

Dan berkata Imam Syafi'i bahwa masyarakat - dalam hal ini diwakili oleh Yang Berwajib — berkewajiban mendidik atau mendorong para warga masyarakat untuk menjalankan tugas-tugas fardu kifayahnya, dan memberi- kan segala fasilitas yang diperlukan. Jika Yang Berwajib melalaikan hal itu, masyarakat wajib menuntut agar Yang Berwajib memenuhi kewajiban itu dan wajib juga berusaha menggantinya dengan yang lain, supaya kewajiban

, . 40 ftadi dapat terpenuhi.

Belajar Adalah Wajib dalam Masyarakat A d ilTelah ditetapkan bahwa m endidik tenaga ahli untuk penunaian tugas

fardu kifayah itu didasarkan pada pembawaan dan keahlian, tanpa pertim­bangan-pertimbangan lain.

Imam Syatibi membagi-bagi pengajaran itu kepada tiga tingkatan. Ting­kat pertama adalah wajib belajar dan menerima pendidikan dasar, serta tidak boleh ada orang (dalam usia wajib belajar) yang tidak belajar. Tingkat kedua dan ketiga ditempuh oleh mereka yang mampu dari segi mental dan pemba­waannya, atau menempuh kedua-duanya, atau salah satu. Tingkat ketiga di­anggap tingkatan intelektuil atau tingkat ilm iah tertinggi.5

Ciri-ciri Khas Pemikiran Kolektivisme dalam IslamDengan pengantar fiq ih dalam kolektivisme Islam ini, dapatlah diintisa­

rikan ciri-ciri dasar faham tersebut sebagai berikut:1. Bahwa setiap orang itu adalah t i t ik tolak kegiatan dalam masyarakat

dan ia harus diberi kesempatan secukupnya untuk m e n d a p a t pendidik­an dan untuk melakukan kegiatan-kegiatannya, tanpa ada perbedaan suku (ras); dan bahwa pelajaran tingkat dasar adalah wajib diperoleh oleh semua orang. Kemudian pendidikan lanjut didasarkan pada ke­mampuan mental masing-masing untuk menempuhnya.

2. Bahwa jama ah adalah sasaran yang d itu ju oleh kegiatan-kegiatan setiap orang, dan merupakan garis batas bagi hak setiap orang melakukan ke­giatan-kegiatannya. Di luar batas jama'ah itu masing-masing orang be­bas dalam tindakan-tindakannya dan bebas untuk memanfaatkan hasil- hasi Inya.

3. Jama ah, sebagaimana saya katakan tadi, bertanggung jawab terhadap tugas pendidikan setiap orang agar cakap memenuhi k e w a j i b a n n y a ,

dan jama ah bertanggung jawab juga untuk memaksanya — melalui

49) Almuwa<aqat, karangan Imam S ya tib i, ¡¡lid I. halaman 119 - 124.50) Imam Syaubi, Jilid 2, A l l'tishan.

Page 46: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

OR. A H M A D Z A K I YAM A N ! 4 2

penguasa — agar ia melakukan kewajibannya. Selanjutnya jama'ah pun bertanggung jawab, sebagaimana akan kita lihat kelak, terhadap kewa­jibannya untuk menjamin kehidupan setiap orang itu.

Dari orang seorang sebagai pangkal tolak kebebasan dan unsur kegiat an sampai ke jama’ah sebagai tujuan kegiatan itu, dapatlah kita pelajari sece­patnya kebutuhan umum yang terpenting untuk kehidupan. Dan menjadi je­las bagaimana kebebasan dan kemerdekaan pribadi itu dapat menjamin tu ju­an jama'ah dan bagaimana kelangsungan hidup berjama'ah dapat terbina de­ngan dukungan masing-masing.

Page 47: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

- . . . . . . . . . - - - - -B A G IA N -K E D U A - -

HAK ¡V0BL8K DAN KESEIMBANGAN ANTARA

HAK-HAK PRIBADI DAN JAJVIA'AH

Hak M ilik Pribadi Adalah Sebab Terpenting Perselisihan antara Kapitalisme dan Sosialisme

Mengingat adanya pandangan yang terlalu jauh terhadap soal hak m i­lik pribadi, maka saya mendahulukan uraiannya dengan agak panjang lebar agar dapat kita saksikan bagaimana Sosialisme dan Kapitalisme bersikap de­mikian jauhnya dalam tindakan-tindakan mereka, dan bagaimana Islam mene­gakkan suatu perimbangan tepat dan mengena antara hak perorangan dan hak jama'ah, serta bagaimana pula Islam menjelmakan kolektivisme secara nyata, dengan menetapkan hukum-hukum hak m ilik untuk perseorangan serta me­nentukan batas-batasnya dan melandaskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban­nya.

Tidaklah perlu bagi kita untuk menyelami dasar sejarah guna mempe­lajari asal-usul hak m ilik sebagaimana permulaan kolektivisme kemudian ber­ubah menjadi perseorangan, tetapi cukuplah dikatakan bahwa di zaman seka­rang ini kita berhadapan dengan dua macam sistim yang sama-sama terlalu jauh. Yang satu ialah Kapitalisme yang membolehkan setiap orang untuk menggunakan hak m ilik pribadinya tanpa batas, sehingga sering terjadi bahwa hak m ilik pribadi itu menjadi alat untuk menguasai jama'ah dan mengarahkan nya sesuai dengan kepentingan-kepentingan diri sendiri. Disamping itu. So­sialisme di lain fihak, telah merampas hak tersebut dari setiap orang sehingga

Page 48: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

OR. A H M A O Z A K ! YA W AN ! 44

melumpuhkan daya mereka dan bertentangan dengan naluri manusia yang su­ka m em ilik i. Akibatnya masyarakat tidak dapat memanfaatkan kegiatan orang-seorang sepenuhnya. Akibatnya ialah bahwa luas produksi dalam ria- syarakat-masyarakat Sosialis menjadi kurang, sebagaimana yang dikemuka- kan oleh angka-angka statistik yang diterbitkan oleh negara-negara blok ter­sebut.

Perlu dikemukakan d i sini bahwa dewasa ini sikap terlalu jauh dua blok tersebut telah mulai agak mereda sedikit setelah negara-negara Kapitalis menelorkan pelbagai macam undang undang dan peraturan yang melarang monopoli dan mencegah tindakan sewenang-wenang dalam penggunaan hak m ilik . Di samping itu negara-negara Sosialis telah mulai berangsur angsur mengizinkan perseorangan untuk b e r"m ilik " dan memiliki sendiri sesuatu sampai ia m em iliki alat-alat produksi. Seuap kali himpitan kekuasaan Komu­nis Internasional atas negara-negara blok Sosialis tertentu berkurang, maka segera negara Sosialis itu memberikan kebebasan lebih luas kepada masing- masing warganya untuk m em iliki dan melola hak m iliknya sendiri.

Yugoslavia memberi kepada kita contoh yang sangat jelas tentang ke­cenderungan ini, karena sektor swasta di masa k in i telah menguasai 80% per­dagangan sedangkan sektor Pemerintah hanya bergerak di dalam 20%-nya. Andaikata tidak karena sikap Rusia terhadap Chekoslovakia dan Rumania, maka dua negeri im pasti telah menjadi dua contoh yang lain lagi. Dan andai­kata tidak karena sikap keras kepala dan fanatik Cina terhadap Komunisme, mungkin Rusia sendiri telah menjadi lebih pesat dalam usahanya mengguna­kan asas-asas Kapitalisme dan menyokong hak m ilik perseorangan serta pena­naman modal swasta.

Sifa t Hak M ilik Perseorangan dalam IslamIslam memulai pandangannya terhadap sesuatu soal sebagaimana biasa­

nya ialah dengan meninjau soal itu dari segi tujuannya, yaitu jama'ah. Islam mengatakan bahwa seluruh harta benda itu adalah m ilik Allah s.w.t. Mereka yang mempelajari Syan'at secara mendalam dapat mengerti bahwa jika di luar bidang peribadatan dikatakan sesuatu hak adalah sebagai hak Allah, maka yang dimaksud ialah hak jama'ah atau hak umum.

Beberapa ungkapan ayat dalam A l Our'an menegaskan segala sesuatu itu adalah hak A llah s.w.t.; antara lain Firman A llah yang artinya, "Ingatlah, sesungguhnya k e p u n y a a n Allah apa yang ada di langit dan di bumi dan FirmanNya yang aninya, "Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari har­ta A llah yang dikaruniakan-Nya kepadamu." *

5 1 ) Surat Yunus ayat 55.52 ) Surat An Nur ayat 33.

Page 49: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YA N G K E K A L dan PERSOALAN M ASA K IN I 45

Allah s.w.t. tidak menjadikan semua yang ada di dalam dunia mi me­lainkan untuk kepentingan manusia. Oleh sebab itu la berfirman, yang arti­nya, "Oia-lah Allah, yang menjadikan (segala) apa yang ada di bumi untuk kamu."*’ 1 ^

Maksud ayat-ayat tersebut ialah bahwa semua yang ada dalam perut bumi atau di alas muka bumi lelah dijadikan untuk kegunaan bagi ummat ma­nusia seluruhnya, masing-masing orang mempunyai hak yang cukup guna me­menuhi kebutuhannya dan menyejahterakan hidupnya dalam batas-batas yang ditetapkan oleh pokok-pokok umum Syari'at.

Sebagian besar penganut Hanafi dan Syafi'i mengikuti pengertian terse­but di atas, sedangkan A l Imam dalam kitabnya A l Mashul, dan A l Baidhawi dalam kitabnya Al Minhaj menguatkannya.

Bahwa kata-kata "apa" dalam ayat A l Our'an tadi memberikan penger­tian bahwa / semua yang ada di bumi seluruhnya ' diciptakan untuk manusia semuanya. Tidak ada seorang pun yang diistimewakan untuk melebihi yang lain.54 ^

Adapun fungsi hak hukum kita atas segala yang diciptakan untuk kita itu telah diterangkan di dalam Al Our'an dengan Firman Allah yang artinya, "Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya." s 5 )

Imam Zamak-syari dalam tafsirnya berkata, "Sesungguhnya harta-harta J yang ada dalam tangan kalian adalah harta yang ada karena la-lah yang men-

ciptakan dan mengadakannya, akan tetapi la telah memberikannya kepada kalian dengan wewenang untuk menikmatinya serta menjadikan kalian seba­gai penguasa-penguasanya dalam pengelolaannya. Harta itu bukan harta mi­lik yang sebenarnya pada kalian. Kedudukan kalian dalam harta itu hanyalah sebagai juru kuasa atau w a k il."s 6 )

Gagasan bahwa segala sesuatu itu m ilik A llah bukanlah sekedar gagasan falsafah belaka, tetapi merupakan suatu dasar hukum yang penting untuk me­netapkan hak pribadi dalam pengelolaan kegiatannya terhadap harta yang ada di bawah kekuasaannya. Bilamana pengelolaan tadi menimbulkan kerugi­an bagi orang lain atau bagi jama'ah, maka pemilik berkewajiban u n t u k me­ngelola harta miliknya supaya bermanfaat bagi jama'ah dan pada akhirnya untuk mencegah pemilik dari hak memiliki seluruh atau sebagian dari harta m iliknya, bila kepentingan jama'ah menghendakinya atau bila timbul kebu-

53) Surat A l Baqarah ayat 29.54) Tafsir A l Bayan, j i l id I, halaman 198.55) Surat A l Hadid ayat 7 .56) A l-Kasysyaf, karangan Zamak-syari, j i l id IV halaman 54, celakan Muslola M u h a r o

mad, Mesir.

Page 50: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. AUM A D Z A K I Y A M A N !4 6

tuhan yang mendesak bagi orang lain dalam jama'ahnya, yaitu kebutuhan yang sangat atas harta tersebut karena keadaan darurat.

Setelah semua pengertian-pengertian Islam tadi menjadi jelas, maka tidaklah salah, kalau hak pribadi itu k ita namakan sebagai hak m ilik ; kita akui dan lindungi jika hak itu tim bul dan tumbuh melalui salah satu jalan menurut Syari at. Islam dalam melindungi hak m ilik itu melakukan sebanyak mungkin apa yang dapat d ilakukan dan apa yang dapat diusahakan untuk ke- v pentingan jama ah. Islam menetapkan haram atas gangguan terhadap hak m i­lik orang lain, sama dengan haramnya darah.5 7 f Si pem ilik dilengkapi dengan segala alat membela d ir i Terhadap hartanya termasuk soal berperang (berke­lahi), yakni "hak berdasar hukum untuk membela d ir i." Jika ia mati dalam 7 pembelaan itu , ia mati syahid.5 8 ̂ Bila tangan mencuri, tangan itu harus d i­potong.5 9 ̂Atau bila ada seorang mmperkosa hak m ilik orang lain untuk d i­gunakannya, ia akan terkena kutukan Tuhan. Selama jama'ah tidak berke- / pentingan atas suatu hak m ilik pribadi secara positip dan nyata, maka sekali- kali jama'ah tidaklah dibolehkan mencabut dan meniadakan hak m ilik priba­di itu.

Hak Milik Pribadi atas Harta Berfungsi SosialJika pemilikan itu kita bagi menjadi dua unsur yang dikenal dalam Is- v

lam, yakni pemilikan manusia sebagai budak dan pemilikan kemanfaatannya (hak guna pakai), maka pada prinsipnya pemilikan atas manusia sebagai bu­dak itu adalah hak A llah, sedangkan hak guna pakai atas budak tetap menja­di wewenang insan pem ilik untuk melolanya dengan segala kebebasan, sama halnya dengan kebebasan dari seorang pengawas benda wakaf, yaitu dapat rriengambil segala manfaatnya, selama ia tidak menyalahi salah satu syarat yang ditentukan oleh pendiri wakaf, dalam hal ini adalah A llah s.w.t., yang menjadi pemilik dari segala sesuatu.

Mengingat bahwa pem ilikan hak guna pakai tersebut pada kenyataan Pelaksanaannya adalah lebih penting daripada pemilikan atas manusia seba- 9ai budak, dan mengingat pula bahwa persyaratan perwakilan itu - atau le­bih tepat pengelolaan tugas perwakilan — sama sekali tidak dapat mengham bat kebebasan pem ilik dari tindakan pengelolaan apa pun, kecuali jika ke­giatannya sudah mengarah kepada kegiatan yang berlawanan dengan ke-

Dalam khutbah Ha), W ada'. Rasulu llah wa.w. bersabda yang artinya . "H a i sekali­an manusia, sesungguhnya darah dan harta kalian diharam an i.,,iijin mi "hari kiamat sama dengan haram nya hari kalian in i dalam bu ■Dalam Hadiis Shahih yang d in w a ya tkan oleh Sukhari dan M usl.m antara lam dj- «bdakan yang art.nya "D a n s.apa yang terbunuh dalam mem pertahankan hartanya ia syahid."Surat Al Maidah ayat 38.

Page 51: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SY ARI'AT ISLA M YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 47

pentingan jama'ah — seperti yang akan jelas bagi kita kelak — maka dibebas- kanlah semua kegiatan setiap orang sebanyak mungkin tanpa ada pembatasan, kecuali dalam hal yang merugikan jama'ah.

Dengan penjelasan semacam ini mengenai hak memilik tersebut, dapat­lah juga kita meminjamkan suatu istilah lagi dari Duguit, selain judul sym- biosisme sosial, untuk kita berikan kepada hak m em iliki; istilah itu adalah "fungsi sosial". Alasan kita untuk meminjam istilah tersebut adalah bahwa pengupasan secara hukum untuk memahami hak memiliki dalam Islam mem­benarkan fungsi sosial itu.

Petugas di sini menjalankan wewenang-wewenang yang luas dalam me­layani dirinya sendiri dan melayani jama'ah. Tetapi jika terbukti ketidak ca- kapannya untuk menjalankan tugas tersebut baik karena ia kurang senonoh atau belum dewasa, maka dibebaskanlah dia untuk sementara dari tugasnya, sampai ia dapat membuktikan kembali kecakapannya. Firman Allah dengan arti, "Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempur­na akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang kamu sendiri dijadikan Allah sebagai pemeliharaannya. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu ).''60)

Maka bila si petugas bertindak dengan merugikan kepentingan jama'ah yang justru menjadi tujuan dan dasar, maka tindakan itu harus dilarang dan kerusakannya harus diperbaiki. Bila petugas tadi meninggal tanpa ada ahli waris, kembalilah harta itu kepada jama'ah sebagai pemiliknya yang asli un­tuk dimanfaatkan bagi kepentingan jama'ah dan dengan demikian Imam (Ke­pala Negara) itu menjadi pewaris orang-orang yang tidak berahli waris. Imam di sini menjadi simbol dari jama'ah.

Petugas itu berkewajiban melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan bila tidak sampai berhasil, ia pantas dihukum. Qur'an mengecam usaha untuk menumpuk-numpuk emas dan perak. Imam Malik memfatwakan bahwa bila hak m ilik yang asalnya timbul dari penggarapan tanah tidak bertuan, kemu­dian seseorang ahli waris penggarap tidak meneruskan garapannya, maka gu­gurlah hak pemilikan tersebut. Sementara ahli fiq ih lainnya berkata bahwa penguasa wajib memaksa si pemilik untuk meneruskan garapannya.

Batas-batas Hak PerseoranganDalam Syari'at Islam terdapat sistim perundang-undangan yang perta­

ma-tama dikenal karena telah meletakkan batas-batas tertentu untuk meng- gunaan hak-hak perseorangan, yang dapat mencegah timbulnya kerugian un­tuk orang lain serta membatasi wewenang orang-seorang yang mempunyai hak itu . Lebih dari satu ayat A l Qur'an telah melarang melakukan penyalah

60) Surat An Nisa ayat 5.

Page 52: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K t Y A M A N / 48

gunaan wewenang, bahkan lebih banyak hak-hak antara lain, hak berwa­siat, cerai, gugat menggugat, perwalian, dan lain-lain.

Tatkala seorang sahabat Anshar mengadukan kepada Rasulullah s.a.w. perihal gangguan terhadapnya dan keluarganya dari sahabat bernama Samu- rah Ibnu Jundub yang mempunyai pohon korma yang condong ke dalam ke­bun sahabat Anshar tadi, Rasulullah memutuskan menebang pohon korma tersebut.6 ' ^

Sebuah peristiwa lain ya itu pengaduan Adh-Dhah-haak lawan Muham­mad bin Maslamah yang menghalang-halangi kehendaknya untuk melintaskan sebuah saluran air yang melalui tanah Muhammad, akan tetapi Muhammad menolak untuk memberikan izin kepada Adh-Dhah-haak. Khalifah Umar Ibnul Khattab menegur Muhammad dan mengatakan, "Mengapakah engkau mencegah saudaramu mendapat sesuatu faedah, yang juga berfaedah bagimu serta tidak merugikanmu?" Lalu diperintahkannya pembuatan saluran air tadi melalui tanah m ilik orang lain walaupun pemiliknya menentang.6 2 ̂ Umar ^ dengan keputusannya ini telah menetapkan dua buah dasar dalam pengguna­an hak m ilik :a. mencegah kerugian orang lain;b. memberi manfaat kepada orang lain, jika tidak ada sesuatu kerugian

yang mengenai pem ilik lain.Bertolak pada prinsip " t id a k boleh menimbulkan kerugian atau dirugi­

kan ," tetapi m emilih penggantinya yang lebih kecil kerusakannya dan dengan pertimbangan bahwa kepentingan jama'ah di atas kepentingan pribadi, dile­takkanlah dasar-dasar pendirian dua madzhab Hanafi dan Maliki dari prinsip yang dinamai "asas kesewenang-wenangan dalam penggunaan hak" demikian jelasnya dan tidak pernah didahului oleh sistim hukum lainnya.

Mungkin dapat juga dikatakan bahwa pemikiran dari segi hukum mo­dern pun belum tentu dapat menjangkau asas tersebut di atas, kecuali dengan sedikit kelebihan atau kekurangan.

P e n g e t r a p a n Teori "Kesewenang-wenangan dalam Penggunaan Hak" t - 'Dari ketentuan-ketentuan dua madzhab tersebut di atas dapatlah kita

ta rik tiga persyaratan terhadap penggunaan hak-hak perseorangan pada umumnya, dan hak m ilik sebagai hak yang terpenting.

1 Penggunaan hak hanya dibolehkan untuk mewujudkan maksud yang d i­tu ju sesuai dengan adanya hak itu . Imam Malik telah melaksanakan asas in i dalam peristiwa-peristiwa hukum sipil, terutama dalam soal perwali-

6 1 } H u k u m Kerajaan, halaman 285 .62 ) Kanzul 'U m m a l, karangan A li A l M u tta g i, j i l id IV .

Page 53: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

an ayah atas harta anaknya yang belum dewasa.63 * Dan juga Imam Abu Hanifah serta dua sahabatnya melaksanakan asas tersebut, khususnya da-

64 Ilam urusan penguasaan.

2. Penggunaan hak dapat dianggap tidak menurut Syara' bila menimbul­kan kesuatu kerugian yang luar biasa.

Imam Malik telah melaksanakan prinsip ini secara umum, untuk meng­atur hubungan ketetanggaan,65} menyelesaikan sengketa-sengketa yang berta­lian dengan pembikinan anjungan jendela,6 6 ' pembagian harta benda perkongsian67 > dan pemilikan tanah tak bertuan.68 > la memutuskan bahwa bila timbul sesuatu kerugian yang luar biasa dari penggunaan hak dalam peris- tiwa-peristiwa tersebut di atas, wajiblah dicegah si pem ilik hak agar ia tidak menggunakannya.

Abu Hanifah dan dua sahabat beliau melaksanakan juga prinsip terse­but di atas untuk mengatur hak dan kewajiban dari para pem ilik rumah yang bertingkat, membatasi wewenang juru kuasa dalam gugatan dan dalam meng­undurkan diri di waktu pemberi kuasa tidak ada, membatasi hak seorang ma­jikan untuk membatalkan kontrak kerja perseorangan69 ̂ yang menyebab­kan hak ini terikat, yaitu bahwa pembatalan tidak dilakukan kecuali dengan suatu alasan. Bila alasan itu tidak ada, maka pembatalan tadi d i a n g g a p sewe­nang-wenang.

3. Penggunaan hak tidak dibenarkan kecuali untuk m e n d a p a t s e s u a t u fae­dah dan bukan untuk merugikan orang lain.

Yang dimaksud dengan asas ini ialah mencegah seorang tetangga meng­gunakan hak m iliknya dengan merugikan orang lain dan tidak memberikan manfaat kepada dirinya sendiri. Imam Malik telah m e n g g u n a k a n a s a s ini un­tuk maksud tersebut dan menjelaskan bahwa tidak dibenarkan berpegang te­guh pada hak m ilik semata-mata untuk merugikan orang lain,70^

Golongan Hanafi juga menggunakan prinsip ini untuk maksud yang sama. Kitab Al Kharaj karangan Abu Yusuf mengandung banyak pelaksanaan asas tersebut. Yang terpenting di antaranya adalah bahwa Abu Yusuf mem-

S Y A R I 'A T ISLAM Y A N G K E K A L dan PERSO ALAN M ASA K IN I 49

63) A l Mudawwanatul Kubra, j i l id IV halaman 5.64) K ¡t abui Kharaj. karangan Abu Y usu f, halaman 33.65) A l Mudawwanatul K ubra , j i l id X IV halaman 252 /237 , j il id X V halaman 196.66) A l Mudawwanatul Kubra, karangan Imam M alik , cetakan As-Saas, j il id XV ha­

laman 197.67) A l Mudawwanatul Kubra, riw aya t Shanun dari Ibnu Oasim, j i l id X IV halaman

221 dan jil id X V halaman 198.68) A l Mudawwanatul Kubra, j i l id X V halaman 195.69) K itabu l Kharaj, karangan Abu Y usuf, halaman 102 - 103.70) Al Mudawwanatul Kubra, j i l id X V halaman 194.

Page 54: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K / Y A M A N ! 50

batasi hak pribadi daUm menggarap tanah tak bertuan, dan menjadi wewe­nang penguasa untuk melarangnya bila dari penggarapan itu timbul suatu ke rugian bagi yang la in .7 1'

Dari semua uraian tersebut, jelaslah adanya persamaan pendirian antara golongan Hanafi dan Maliki dalam pandangan mereka terhadap hak-hak dan penggunaannya. Hak m enurut mereka adalah tindakan untuk mewujudkan tujuan, kecuali bila pemiliknya menyeleweng daripada tujuan dan mengguna-^ kannya untuk merugikan orang lain. Ini merupakan tindakan sewenang-we­nang dan gugurlah pengenaan hukum terhadapnya.

Tetapi teori ini dengan segala kemutlakannya tidak mendapat sokong­an dari Imam Syafi'i yang berpendapat bahwa hak itu adalah mutlak; dalam hak mutlak itu pem iliknya berhak menggunakan sekehendak hatinya walau­pun penggunaan itu tidak memberikan manfaat kepada diri sendiri, bahkan sekalipun penggunaan itu mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tetapi ka­rena beberapa ketentuan hukum Qur'an dan adat istiadat yang berlaku. Imam Syafi'i terpaksa melunakkan kemutlakan pendiriannya.7 2) Murid-murid beliau tidak mengikuti pendirian beliau itu , tetapi sebaliknya mengikuti pendirian golongan Imam Hanafi dan M aliki. Di antara pengikut madzhab Syafi'i yang terpenting dalam soal ini adalah Imam Ghazali yang menulis pendiriannya yang berbeda dengan pendirian Imam Syafi'i itu , yaitu tentang pelbagai ma­cam hak seperti nikah, talak, perjanjian dan ketetanggaan, yang semuanya itu v' didasarkan atas tu juan-tujuan sosialnya.73^

Orang-orang Hambali mengikuti jejak orang-orang Hanafi dan Maliki, Ibnul Qayyim r.a. melakukan peranan penting dalam melandaskan qaidah teo­ri ini bagi golongan ulama zaman kemudian; ia menentang dasar bentuk dan rupa lahiriyah yang didukung oleh Imam Syafi'i, karena akibatnya akan mem­bawa kepada kedzaliman dan melenyapkan keadilan.74 ^

Maka lahirlah gagasan kesewenang-wenangan dalam penggunaan hak, suatu gagasan yang umumnya diterapkan hampir oleh seluruh ahli fip ih abad ke 9 H (XVI M),7 5 * yang didasarkan atas dua landasan berikut ini: pertama, ^ penggunaan hak haruslah menurut tujuan*asal hak itu dan kedua, pemilik hak dianggap telah berlaku sewenang-wenag kalau melakukan hal-hal sebagai berikut:1* jika tindakannya d itu jukan untuk merugikan orang lain;

71) K itab A l Kharaj, karang30 A bu Y usuf, halaman 52, dan seterusnya.72) K itabul Umm, karangan Imam S ya ti'i, j i l id V halaman 189—201—211.73) K itab Ihya 'U lum udd in , j i l id II halaman dan 213.74) A'Jamui Muvvaqqi'in# ji l id II I halaman 143-144.75) Ibnu 'A b id in dalam dua bukunya ya itu “ Hasyiyat Raddil M ukhtar alad dun l

M ukh ta r''dan "T a b y in u l Haqa-iq syarrh Kanzul Oacia-iq/*

Page 55: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y AR I'AT ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 51

2. jika tindakannya itu tidak membawa faedah kepadanya, tapi malahan merugikan orang lain, dan

3. jika tindakannya itu menimbulkan kerugian umum bagi masyarakatseperti halnya monopoli. " - - -

Teori ini telah banyak dilaksanakan, sebagaimana yang dimuat dalam pasal-pasal 1198 sampai pasal 1212 A l Ahkam A l A d liya t yaitu Kitab Undang undang Hukum Perdata Turki Usmani.

Sovyet Rusia Banyak Meminjam Hasil Penelitian Duguit dari Syari'at Islam Bagian pertama dari Hukum Perdata Sovyet Rusia menetapkan bahwa

"hukum itu melindungi hak-hak perdata, kecuali dalam keadaan hak-hak itu digunakan secara berlawanan dengan tujuan-tujuan sosial dan ekonomi, yang dimaksud dari padanya."

Jika kita mengamat-amati ketentuan hukum dari pasal tersebut, terlihat jelas ciri-ciri "gagasan kolektivisme dalam Islam"; mungkin menarik juga un­tuk ditambahkan di sini sebuah fakta terkenal yaitu bahwa Hukum Perdata Sovyet yang dibuat tahun 1923 M adalah kerangka suatu rencana ekonomi umum yang dinamai oleh Lenin sebagai Rencana Ekonomi Baru (R.E.B.). Maksud rencana tersebut ialah sekedar satu langkah peralihan yang meratakan jalan bagi pelaksanaan Komunisme, sebab ia menyadari bahwa Komunisme itu mustahil dapat dilaksanakan sekaligus. Lenin meminjam beberapa keten­tuan pemikiran dari R.E.B. tadi dari para ahli p ik ir "bo rju is " yang sezaman dengan dia; di antara mereka adalah seorang pelopor teori kemasyarakatan modern, Duguit. Orang yang meneliti tulisan-tulisan para ahli hukum Sovyet, waktu mereka menyusun Hukum Perdata itu , menyaksikan pengakuan terus teranq mereka bahwa banyak di antara ketentuan hukum tadi, terutama ba­gian pertamanya, dijiplak dari pemikiran penulis dan ahli-ahli hukum borjuis, khususnya Duguit. Tetapi orang-orang Sovyet kemudian merubah pengakuan tersebut setelah mereka mencatat dan mendokumentasikannya.

Kiranya tidak perlu ditegaskan di sini bahwa sungguhpun terdapat sua­tu persamaan bagian pertama dari Hukum Perdata Sovyet dengan hukum- hukum yang telah tersebut dalam beberapa kitab fiq ih Islam, namun ada per­bedaan besar antara dua macam hukum tersebut dalam pelaksanaannya. Hal itu adalah karena Syari'at Islam mulai dengan menggalakkan orang-se- orang untuk mempunyai hak memiliki, dan melindungi m ilik pribadi itu se­penuhnya, kemudian membatasi penggunaan miliknya itu apabila menyebab­kan kerugian bagi orang lain atau menyimpang dari garis-garis kemasyarakat­an. Sedangkan dalam naungan falsafah Komunisme, hak m ilik pribadi itu ada­lah suatu gagasan yang aneh dan asing serta tidak boleh ditampilkan di atas panggung kenyataan, meskipun akhirnya Lenin terpaksa tunduk kepada ke-

HUK I

Page 56: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D ZA K I Y A M A N / 52

nyataan sesudah revolusi Komunis berlalu lima tahun, dan mengakui hak m e m ilik i" dalam batas-batas yang sama dengan batas-batas yang diatur oleh

ahli-ahli fiq ih Islam.Sebagaimana kita ketahui. Hukum Perdata tersebut sampai sekarang

masih berlaku di Sovyet Rusia termasuk bagian pertamanya dan ternyata si­fa t kesementaraannya itu telah menjadi ketetapan dan terus berlaku.

Pelaksanaan Pemikiran Kolektivisme pada Hak M ilik dalam Keadaan Darurat

Batas batas yang d ia tur oleh ahli-ahli fiq ih Islam untuk membatasi pe­nyalah gunaan hak dan hak untuk m em iliki sendiri dilaksanakan dalam ke­adaan biasa dan dalam suasana kemasyrakatan biasa. Tetapi, kalau timbul suasana darurat seperti bahaya atau seperti keadaan serombongan musafir dalam kebiasaan orang-orang Arab di tengah-tengah Sahara, maka hak m ilik pribadi banyak mengalami kegoyahan karena menghadapi kebutuhan orang banyak yang harus didahulukan dan diutamakan. Demikianlah tindakan Sayyidina Umar Ibnul Khattab r.a. dalam tahun kelaparan yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai tahun "R am adah" artinya tahun kelabu. Setelah tahun kelaparan itu berakhir, Umar berkata: "Kalau masyarakat masih terus mengalami malapetaka kelaparan, niscaya akan saya gabungkan sejumlah pen­derita itu kepada tiap-tiap keluarga, sebab orang tidak akan binasa dengan setengah la p a r . '"6 ^

Abu Sa'ied al Khudry meriwayatkan tindakan Rasulullah s.a.w. dalam salah satu perjalanan tatkala bersabda kepada para sahabat, "Siapa yang mem­punyai bekal agak lebih hendaklah membantu orang yang tidak punya bekal. Siapa yang tidak mempunyai tanggungan hendaklah membantu orang yang mempunyai tanggungan lebih banyak." Dan seterusnya beliau mengemukakan beberapa jenis harta lainnya, sehingga kami menyangka bahwa yang dapat ka­mi gunakan dari harta kami itu hanyalah apa yang sekedar mencukupi sa­

ja .77 '

Luas Ruang Lingkup Pengertian Keadaan DaruratSudah seharusnyalah suatu keadaan luar biasa menyebabkan keduduk­

an hak m ilik itu bisa goyah, karena hal itu menyangkut keadaan umum yang berkenaan dengan masyarakat atau sejumlah besar dari anggota masyarakat itu . Sesungguhnya gagasan bahwa segala sesuatu adalah m ilik A llah s.w.t. dan A llah menugaskan manusia untuk menikmati hak m ilik tersebut dalam ba-

76) Kanzul 'U m m a l, (Manaqib U m ar).77 ) D iriw aya tkan oleh M uslim dan A bu Dawud dan Abu Sa ied. L ihat Jam i u l Ushul

karangan Ibnu l A -ts ie r, j i l id V I halaman 16 cetakan Asharus Sunah, Ka.ro.

Page 57: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM Y A N G K E K A L dan PERSOALAN M ASA K IN I 5 3

tasbatas yang ditentukannya, tercermin pada beberapa hukum yang difat- wakan oleh golongan Hanbali mengenai penggunaan perseorangan terhadap hak kepunyaan orang lain, bila orang seorang itu sangat membutuhkan dan pemilik tidak memerlukannya. Di antara farwa-fatwa tentang peristiwa terse­but adalah, bahwa hukum boleh memaksa seorang pem ilik untuk menem­patkan orang yang tidak mempunyai rumah agar tinggal dalam rumahnya ka­lau ada ruangan yang dapat menampungnya. Golongan Hambali tadi telah berbeda pendapat dalam soal hak menerima sewa; sebagian di antara mereka ini berpendapat bahwa penampungan itu tidak menimbulkan hak sewa. Te­tapi golongan yang menghalalkan menerima sewa m e la ra n g ^ pemilik mengambil sewa lebih dari tingkat harga sewa yang berlaku wajar.

Andaikata timbul kebutuhan yang amat sangat bagi seseorang terhadap barang yang dim ilik i oleh orang lain, seperti makanan bagi orang lapar dan air bagi orang dahaga, sedangkan si pemilik menghalang-halangi orang yang bu­tuh itu untuk memenuhi kebutuhannya sehingga menyebabkan seseorang ke­laparan atau kehausan itu mati karenanya, maka m enurut orang-orang ham­bali si pemilik bertanggung jawab secara pidana terhadap kematiannya dan di­wajibkan membayar diyat. Sementara ahli fiq ih Zhahiriyah berpendapat le­bih jauh dari itu, yaitu andaikata terjadi perkelahian antara kedua mereka, dan akhirnya orang yanng butuh tadi membunuh si pem ilik, maka si pembu­nuh tidak bertanggung jawab secara pidana, karena ia membunuh dalam membela hartanya,"79 ̂artinya hak untuk m emiliki harta tadi telah gugur dari pemilik pertama dan pindah ke pemilik yang baru ya itu orang yang terdesak oleh kebutuhan itu.

Dan tidaklah harus mempertanggung jawabkan kelalaian atas pemilik, jikalau ia menghalang-halangi orang yang memerlukan untuk memenuhi ke­butuhannya dari harta si pemilik, tetapi justru ia bertanggung jawab untuk menyampaikan kepada mereka yang membutuhkan hartanya. Jika tidak ia lakukan dan akibatnya timbul sesuatu kemadharatan bagi orang yang butuh itu, si pemilik bertanggung jawab karenanya. Kalau seseorang di sebuah kam­pung sampai mati kelaparan, maka semua penduduk kampung itu secara ber­sama-sama harus membayar diyatnya. Demikianlah tindakan yang diambil oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. Itulah sebabnya maka hak m ilik di dalam Islam bersifat "fungsi sosial" atau kekuasaan untuk mewakili pemilik aslinya yaitu Allah s.w.t. Pada hakekatnya hal in i merupakan suatu perintah yang dicantumkan dalam A l Qur'an serta dianut oleh sejumlah besar ahli f i­qih.

78) K itab , Imam Ahm ad Ibn Hanbal, karangan M uh. Abu Zahran, halaman 301.79) Dikemukakan oleh Imam tbnu Hazm dalam k itab A l Muhalla, j i l id V I hafanar»

159 cetakan A l M uniriyah.

Page 58: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. AH MA D Z A K / Y A M A N /

Milik Perseorangan dalam Islam Lebih Menyeluruh dari pada M ilik Kolek­tivisme

Sungguhpun Islam menempatkan demikian tinggi kepentingan jama'ah atau pribadi yang memerlukan hak m ilik pribadi, namun Islam sekali-kali t i­dak meluaskan ruang lingkup hak m em ilik i dari jama'ah. Sebaliknya Islam meluaskan ruang lingkup hak m ilik pribadi, sehingga m eliputi semua jenis yang dapat d im ilik i. Islam cukup sekadar membatasi hak m ilik pribadi, de­ngan batas batas yang telah disebutkan lebih dahulu.

5 4

Harta benda yang tidak m ungkin dijadikan m ilik perseorangan adalah:(a) Harta benda yang m enurut jenisnya disediakan untuk keperluan umum

seperti: rumah-rumah ibadat, jalan-jalan, aliran sungai dan tanam-ta­naman umum.

(b) Pertambangan, para fuqaha berbeda pendapat tentang soal ini; satu go­longan di antara mereka, termasuk sebagian besar orang-orang Maliki, berpendapat bahwa pertambangan tidak boleh d im ilik i oleh perseorang­an, tetapi negaralah yang m em ilik inya , meskipun digarap oleh sese­orang dengan atau tanpa iz in negara dan bila Pemerintah memberikan izin kepada seseorang untuk mengusahakannya, maka orang itu hanya mendapat upah kerja dan hasilnya menjadi m ilik rakyat.

Sementara fuqaha berpendapat bahwa bahan galian pertambangan ikut kepada pemilikan muka bum i. Tetapi mereka mewajibkan pemilik menyi­sihkan bogian tertentu daripadanya ya itu seperlima untuk Baitul Mal menurut Abu Hamfah, yakni yang dinamai sekarang bagian seperempat. Telah terbuk­ti bahwa Rasulullah s.a.w. m enyuruh Bilal bin A l Harits al-Hilali al Muzni untuk memiliki beberapa daerah pertambangan yang terletak di tep^j>antai, Vang jaraknya dari Madinah sejauh seperjalanan selama lima hari. Para *uPaha menggambarkan pemberian Rasulullah s.a.w kepada sahabat tadi bagai pemberian hak m enikm ati hasil, bukan hak m em iliki.

Para pengikut pendapat-pendapat ahli fiq ih , terutama golongan yang mengatakan bahwa seseorang tidak boleh m em iliki pertambanga

bagai m ilik perseorangan, mengetahui maksud fatwa mereka bahwa t 9 Vang di perut bumi itu menjadi m ilik negara. Kemudian Pemtnnta Mengadakan kontrak dengan perseorangan untuk mengusahakan . . .,ambang itu dengan imbalan tertentu terhadap usahanya. Dan

801 Rasulullah m em berikan |uga kepadanya daerah A l-'aq iqGhabah. karangan Ibnu A Tsier. „ I .d I halaman :205 dan

Hajar, jUid I halaman 168 . L .hat juga be rita itu dalam Karuul 'U m m a l, j. l id I I , halaman 1 9 1 . dan Sunan Abu Dawud,

Kharaaj, 0ab Igtha al A ra d lin .

Page 59: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA K IN I 55

menambahkan, disamping jasanya, imbalan tadi yang diperhitungkan atas dasar modal yang ditanamnya.

(c) Harta yang dipindah tangankan dari m ilik perorangan menjadi m ilik ne­gara tetap menjadi m ilik jama'ah dan Kepala Negara — menurut penda-

v / pat yang lebih kuat - tidak boleh memberikannya untuk d im ilik i oranglain. Jika ia memberikannya, maka tindakannya itu dianggap sebagaipemberian hak untuk menikmati hasil bukan hak memiliki bendanya.

Mungkin karena pengaruh gerakan Sosialisme, akhirnya saya teringat sebuah Hadits dari Abu Kharasy yang meriwayatkan sabda Rasulullah s.a.w., "Manusia itu bersama-sama dalam tiga hal: air, rumput dan ap i."81 ̂ Sego­longan orang bermaksud hendak meluaskan makna dan pengertian Hadits ini, yaitu hendak menyamakan api dengan lain-lain sumber tenaga seperti lis trik yang tidak boleh dim iliki secara perseorangan. Sebenarnya ijma' para ahli fi- qih sejak permulaan Islam telah menetapkan bahwa sumber air yang diurus dan dipelihara menjadi m ilik yang mengurus dan memeliharanya. Tinggallah yang menjadi m ilik manusia bersama itu ialah rum put, baik yang kering mau­pun yang basah, dan api yang bersama-sama d in ikm ati penerangannya dan d i­manfaatkan nyalanya. Imam Syafi'i dan ahli-ahli fiq ih lainnya menambahkan dalam hal ini segala apa yang terdapat di bumi yang jelas kegunaannya dan mudah diambil oleh siapa saja tanpa memerlukan usaha dan karya, serta peng­ambilannya tidak memerlukan biaya; benda itu menjadi m ilik semua orang dan boleh diambil oleh siapa saja tanpa d im ilik i oleh orang-seorang.

Pengertian fiq ih dalam soal ini seakan-akan menggambarkan bahwa hak perseorangan untuk memiliki merupakan hasil jerih payah dan usaha, se­dangkan kekayaan umum yang penggunaannya tidak memerlukan usaha dan karya, seperti rumput yang tumbuh di tengah padang, tidak boleh melarang seseorang untuk mempergunakannya, sebab semua orang sama-sama memi- likinya.S2 ̂Tidaklah terdapat dalam Hadits tersebut suatu pembatasan nyata terhadap hak memiliki bagi perseorangan, karena demikian luasnya sehingga meliputi segala sesuatu. Pembatasan dalam hal ini, menurut Islam, pada dasar­nya ditujukan kepada cara pengelolaan dan penggarapan serta bertolak dari kepentingan jama'ah. Bila telah menjadi suatu hak m ilik pribadi, penguasa tidak boleh mencabutnya kecuali untuk suatu kepentingan umum yang nyata dengan penggantian yang adil. Oleh karena itu, gagasan nasionalisasi yang d i­lakukan sebagai suatu kebijaksanaan umum dan diterapkan secara luas tanpa

81) D iriwayatkan oleh Abu Dawud dari salah seorang M uha jirin . Lihat Jami ul Ushul. ji l id I halaman 409.

821 A l Um m, plid I I I halaman 265.

Page 60: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K l Y A M A N t 50

suatu kepentingan umum yang nyata merupakan suatu tindakan yang tidak dikenal sama sekali dalam asas-asas Syari'at Islam.

Sifa t M ilik Kolektivisme dalam Islam Berbeda dan pada Pengertiannya dalam Sosialisme

Apabila terjadi suatu pemilikan bersama atas suatu harta kekayaan, maka hak masing-masing pribadi terhadap harta itu menurut Islam bukanlah hanya sekedar nama; menurut namanya, pem ilik pabrik,bank-bank dan peru­sahaan-perusahaan besar adalah rakyat, tetapi yang menikmati hasil-hasilnya semua hanyalah penguasa dan tokoh-tokoh partai saja.

Para ahli fiq ih telah membahas sifat m ilik bersama terhadap harta ke­kayaan yang ada dalam Baitul Mal ummat Islam. Mereka berkata bahwa harta- harta itu menjadi m ilik bersama bagi semua pribadi secara bersama-sama, dan bukan menjadi m ilik negara sebagai badan berlembaga. Pernah terjadi suatu pembicaraan satu-satunya antara sahabat Abu Dzaar al Ghifari dengan Mu'awiyah bin Abu Sufyan8 3 * ketika Mu'awiyah menjadi Gubernur pada masa Khalifah Usman bin A ffan di negeri Syam. Mu’awiyah berkata tentang harta yang ada dalam Baitul Mal, bahwa harta itu adalah m ilik Allah. Abu Dzaar menegur, katanya, "Jangan engkau berkata demikian. Apa yang men­dorongmu untuk menamakan harta ummat Islam sebagai harta A llah ;" Mu'awiyah menjawab, "Semoga A llah merahmatimu wahai Abu Dzaar, bu­kankah kita semua ini hamba Allah dan harta itu harta-Nya?" Tetapi Abu Dzaar tetap mempertahankan pendiriannya itu , supaya masing-masing priba-

.empunyai hak langsung pada harta itu dan agar penguasa bukan satu-satu- .i ya dalam pengelolaan m utlaknya.84 ̂ Dan memang ctulah yang ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab r.a. tatkala berkata, "Tiada seorang pun di antara kaum Muslim in yang dikecualikan untuk mempunyai haknya pada harta ini, apakah diberikan kepadanya ataupun t id a k . " " *

Teori D u g u i tSaya telah mengisyaratkan berkali-kali bahwa gagasan kolektivisme da­

lam Islam itu sampai sekarang merupakan penjelasan suatu peristiwa dari rangkaian peristiwa-peristiwa yang berceceran dalam fatwa-fatwa terperinci dan pendapat pendapat yang tidak lengkap seria tidak pernah dihidangkan secara tepat oleh seorang ahli fiq ih . Juga telah saya katakan bahwa Duguit telah menulis sebuah teori yang menyerupai gagasan Islam itu . Duguit adalah salah seorang ahl. hukum yang pernah berdiam beberapa lamanya di Mesir,

83) L iha t d ia log ini dalam k ita b Ansab al A sy ra l, karangan A l B a laddrury.84 ) A t Thabari, jiJid I I I halaman 325 .8 5 ) K itab A l A m w a l, karangan 'U ba id halaman 223.

Page 61: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM Y A N G K E K A L d 3n PERSOALAN M ASA KIN I 57

di kota ini ia melakukan penyelidikan mendalam tentang Syari'at Islam. Kemudian buah fikirannya yang berharga itu dituangkannya ke dalam teori tentang symbiosisme sosial (yang saya pinjam namanya dan ungkapannya tentang pemilikan itu sebagai suatu fungsi sosial), la telah memantulkan inti gagasan kolektivisme Islam yang saya telah kemukakan beberapa bagian sebelumnya.

Sebaiknya saya kemukakan in ti sari dari teori Duguit, setelah saya ke- ^ mukakan beberapa perincian dari gagasan kolektivisme Islam itu dengan da­

lil-dalil syara'-nya.Symbiosisme sosial menurut Duguit adalah sebuah gejala nyata (Un tait

d'ordre reel) terd iri dari dua unsur:Pertama : Setia kawan karena adanya persamaan (solidarité par similitude)

yang berarti masing-masing pribadi dari suatu masyarakat mem­punyai kebutuhan bersama yang tidak mungkin mereka penuhi kecuali bila mereka hidup secara bersama-sama.

Kedua : Setia kawan melalui jalan pembagian tugas dan kerja yang berartimasing-masing pribadi mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dan keahlian yang berbeda-beda pula; mereka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan itu seluruhnya kecuali dengan pertukaran jasa dan layanan di antara sesama mereka.

Hukum dan hak-hak, menurut Duguit, tidak disandarkan pada kehen­dak negara, tetapi kepada ikatan setia kawan yang menghubungkan antara masing-masing pribadi dan mereka tak mungkin hidup kecuali atas dasar ikat­an ini.

Prinsip atau qaidah-qaidah itu baru bisa menjadi qaidah hukum yang harus berlaku bila hati nurani masyarakat menyadari secara kuat bahwa qai­dah itu menjadi kewajiban juga bagi negara. Mengingat bahwa hukum itu timbul dari tabiat hubungan masyarakat yang berkembang dan berubah, maka qaidah-qaidah hukumpun menjadi luwes berkembang dan berubah pula.

Hak m ilik menurut Duguit merupakan tugas kemasyarakatan dan me­lupakan hak mutlak; di samping hak m ilik itu m e m b e r i k a n wewenang kepadayang mempunyainya untuk memanfaatkannya, hak m ilik itupun memberi­kan kewajiban kepadanya untuk bekerja.

Orang yang mempelajari Syari'at Islam akan merasa puas bila ia mem­pelajari teori Duguit itu . Walaupun tidak terdapat persamaan mutlak antara teori Duguit dengan gagasan kolektivisme Islam, namun banyak juga di antara uraian teori Duguit mengingatkan kita , ummat Islam, kepada Syari'at Islam. Symbiosisme menurut Duguit menyegarkan ingatan kita kepada Hadits-ha- dits Nabi s.a.vv. yang kebanyakan mengenai sifat masyarakat dan u r a i a n para ahli fiq ih mengenai pembagian tugas antara anggota-anggota m a s y a r a k a t ,

disamping anggapan bahwa ilmu pengetahuan dan pekerjaan keahlian yang

Page 62: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

OR. A H M A D Z A K / Y A M A N / 58

memenuhi kebutuhan ¡ama'ah adalah suatu fardu kifayah bagi para pribadi dalam masyarakat tadi. Tatkala Duguit berbicara tentang hati nurani masya rakat, kita ingat terus kepada "Agam a" sebagai alat pengendali d iri yang memberikan kepada hukum Islam itu kekuatan batin untuk mematuhinya. Soal pertumbuhan hukum dari ikatan-ikatan kemasyarakatan dan oleh karena itu hukum mempunyai keluwesan, akan mengingatkan kita kepada dasar "mashalih mursalah" dan pendapat para ahli fiq ih mengenai soal peru bahan hukum menurut perubahan zaman.

Teori Duguit itu mendapat perhatian dari para pemikir Barat dan me­mang teori itu patut sekali menjadi bahan penelitian yang obvektip dan men­dalam untuk masa depan.

Mengenai gagasan kolektivisme Islam belum juga ada orang yang dike­hendaki Allah untuk menggali perbendaharaannya dan menghidangkannya dalam satu kesatuan yang dapat menghimpun seqala perinciannya dan mem­persatukan segala bagian-bagiannya.

Page 63: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAGIAN KETIGAPENGETRAPAN-

PENGETRAPAIM LAIN TENTANG PEMIKIRAN

KOLEKTIVISME

Hak m ilik pribadi dalam Islam merupakan sebuah contoh yang baik, yang dihidangkan kepada kita sebagai suatu gambaran yang mendekati gagasan kolektivisme Islam yang memberikan kebebasan kepada kegiatan perseorangan, kemudian mengarahkannya untuk kepentingan jama'ah.

Tetapi contoh-contoh gagasan kolektivisme Islam itu tidak terbatas pada contoh hak m ilik pribadi yang baru saja saya kemukakan, tetapi ia akan menjalar kepada semua tingkatan hidup dan pelbagai macam kegiatan perse­orangan dan kemasyarakatan.

Pemikiran Kolektivisme dalam Urusan IbadahIbadah dalam Islam, hampir semuanya, mempunyai sifat jama'ah.

Shalat, sebagai tiang dari tiap-tiap agama, dalam Islam bertujuan untuk mencegah pelakunya dari tindakan-tindakan pidana kemasyarakatan, fahsya dan mungkar. Orang yang tidak dapat dicegah oleh shalatnya dari perbuatan tersebut berarti belum melakukan shalat yang sebenarnya (khusyu). Sung­guhpun shalat itu bisa dilakukan sendiri-sendiri, tetapi shalat berjama'ah adalah lebih utama, dan shalat seorang tetangga mesjid hanya dianggap ada, kalau di dalam mesjid. Tujuan puasa sama dengan tujuan shalat, hanya disampmg itu puasa mendidik orang yang berpuasa untuk dapat merasakan kepedihan rasa lapar dan untuk menumbuhkan padanya kelembutan perasaan serta semangat tolong menolong dengan anggota-anggota masyarakat lainnya.

Page 64: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

OR. A H M A O Z A K I Y A U A U !6 0

Ibadah haji adalah suatu sidang tahunan antar bangsa-bangsa untuk memper­bincangkan segala persoalan ummat Islam. Zakat itu tidak lain adalah kewa­jiban kemasyarakatan dalam harta perseorangan. Islam membedakan antara dosa yang merupakan sekedar pembangkangan terhadap perintah Allah tanpa mengakibatkan suatu ksririakan terhadap anggota-anggota lainnya, dengan dosa yang dapat mengganggu masyarakat seluruhnya atau anggota masyarakat itu . Pengampunan terhadap dosa jenis kedua ini lebih sulit, karena dosa itu menyangkut hak hamba hamba Allah disamping hak A llah sendiri.

Tindakan-tindakan pidana akan bertambah hukumnya karena bencana yang d itim bulkannya menimpa masyarakat dan bencana itu bertambah karena dilakukan secara menonjol dan terang-terangan. Orang yang meneliti hukum-hukum tentang tindak pidana dalam Islam akan melihat bahwa suatu tindak pidana itu adakalanya mempunyai sejenis hukuman; tetapi bila pelaku tindak pidana itu melampaui batas-batas masyarakat dan tidak menghiraukan pandangan umum serta melakukannya secara menyolok. atau bila tindak pidana itu sampai diketahui orang karena pelakunya tidak cermat menyem­bunyikannya, maka hukumnya akan menjadi sangat keras dan berat sekali, lebih berat daripada jikalau tindakan itu tidak diketahui umum. Tindakan pidana zina adalah suatu contoh terbaik mengenai hal ini. Seorang pria dan seorang wanita telah berkumpul dan melakukan hubungan seks dalam ruang­an te rtu tup ; meskipun banyak petunjuk-petunjuk termasuk pemeriksa­an dokter menguatkan cugaan kejadian itu , hukumnya terbatas pada tingkat­an " ta 'z ie r" yang kembali kepada kebijaksanaan hakim untuk menetapkan­nya, sesuai dengan i»xoiv di sekitar pelanggar pidana dan pidana itu sendiri.

Tetapi sikap tid«> acuh dan tidak menghiraukan orang banyak, se­hingga memungkinkan vedikit-dikitnya empat orang dari anggota masyarakat menyaksikan kejadian hubungan seksuil itu secara te lit i dan jelas, akan meru- bah hukuman tadi menjadi etemikian keras dan berat. Rasulullah s.a.w. telah mengungkapkan h3 l in> dalam apa yang diriwayatkan oleh Imam Syafi'i da­lam Musnad-nya, sabda tyili&u dapat d iartikan, "H a i sekalian orang, siapa yang melakukan sesuatu dan i'ikotoran-kekotoran ini dengan sembunyi-sembunyi, maka ia disembunyikan oleh Allah, tetapi siapa yang menampakkan bidang dadanya akan kami ja la na n atas dirinya hukuman itu.

Pemikiran tentang Kolektivisme dalam Menjalankan Amar M a'ruf Nahi Mungkar

Dalam pengertian l'.iam, kebebasan pribadi dari seseorang yang pada da­sarnya dianggap seba?a. salah satu hak bisa menjadi suatu kewajiban yang

861 K itab Musnad In w r. S va fi'i, cetakan Ind ia , j i l id II halaman 146 y a n g d ia tu r oleh As -S indi.

Page 65: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSO ALAN MASA KIN I 61

harus dilakukan oleh pribadi yang bersangkutan, jika kepentingan jama'ah menghendakinya. Kebebasan berbicara dan mengemukakan pendapat dapat menjadi suatu kewajiban positip yang harus dilakukan oleh seseorang Muslim untuk melindungi d iri dan masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan oleh golongan masyrakat lain. Rasulullah s.a.w. menggambarkan contoh peristi­wa ini dalam suatu ungkapan yang menarik sekali. Sabdanya dengan arti, "Perumpamaan seorang yang bertugas menegakkan batas-batas Allah (keter­tiban) dengan orang yang terlihat di dalamnya bagaikan serombongan orang bersama-sama memiliki dan menumpang suatu kapal laut. Ada yang menem­pati bagian dek, ada yang menempati bagian palkanya. Orang-orang palka ka­lau hendak mengambil air terpaksa melalui orang-orang di atas palka. Maka mereka berkata, "Jika kita b ik in lubang pada bagian kita di bawah ini kita tidak mengganggu orang yang di atas k ita ."

Maka jika mereka itu dibiarkan melakukan apa yang mereka maksud itu binasalah semua, tetapi kalau mereka dilarang dan dicegah, mereka akan selamat dan yang lain pun selamat pu la ."87 )

Amar ma'ruf dan nahi mungkar di dalam Islam merupakan kewajiban sebelum ia menjadi sesuatu hak.

87) Hadits in i d iriw ayatkan oleh Bukhari.

Page 66: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAB KETIGA

KESEIMBANGAN ANTARA HAK-HAK POLITIK DAN

HAK-HAK PENGHIDUPAN

Page 67: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

B A G IA N PERTAMAJAMINAN ATAS KEMERDEKAAN

DI DALAM ISLAM

Pandangan Islam terhadap Keseimbangan bagi Perseorangan atas Hak-hak Penghidupan dan Politik

Telah saya uraikan di atas, mash-lahah (kepentingan) jama'ah dan hak- haknya atas orang-seorang. Agar gambaran perimbangan antara hak-hak per­seorangan dan hak-hak jama'ah dalam Islam menjadi lengkap, berikut im kami ura.kan dengan ringkas hak-hak perseorangan dalam sistim Islam, jaminan ma­syarakat baginya untuk menghadapi keadaan masa tua. jompo, penyakitan dan lain lain sebagainya. Sebagaimana diketahui, kedudukan pribadi dalam hubungan dengan hak-hak umum mengenai penghidupannya dan jaminan ma­syarakat baginya adalah berbeda dengan apa yang berlaku pada blok Sosialis

an lok Demokrasi. Pada blok Sosialis mereka memusatkan persoalan pada jaminan negara bagi orang seorang mengenai barang-barang dan penyediaan lapangan kerja. sedangkan hak-hak po litik umumnya mereka aba.kan, walaupun sering mereka tonjo lkan. Sementara orang Barat sangat m e m p e r -

hatirfan soal kehormatan, kemerdekaan dan pemeliharaan kepribadiannya. Mereka menggunakan negara untuk melindungi hal tadi, sedangkan soal ,a- mman bagi orang seorang terhadap bahaya-bahaya masa tua, keadaan sakit dan pengangguran diabaikan sama sekali. Kendati pun orang-orang Barat te­lah mulai membuat undang-undang yang mengandung banyak pokok-pokok keadilan sosial, dan sebagian negara-negara Sosialis seperti Rumania dan Ch<^

Page 68: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K / YA M A N I 66

koslovakia sudah mulai memperjuangkan masalah kebebasan po litik , namun masih saja terdapat perbedaan antara kedua sistim itu, yakni Kapitalis dan Komunis, walaupun dalam ruang terbalas. Sistim Islam telah memberikan perhatian yang sama terhadap dua soal tersebut, sebab orang seorang dalam Syari'at Islam dianggap sebagai landasan; tanpa pribadi-pribadi bangunan masyarakat tidak akan berdiri; jaminan jama'ah yang diberikan kepada ma­sing-masing pribadi adalah salah satu sendi dasar yng menegakkan Negarn Is lam serta yang menjadikannya berciri khas demikian itu.

Biasanya kita dapat membagi hak-hak manusia menjadi dua bagian po­kok:a. Persamaan Warga Negara.b. Kebebasan Pribadi.

Persamaan Warga NegaraYang dimaksud dengan persamaan warga negara itu adalah tidak ada­

nya perbedaan antara masing-masing orang seorang dalm hak-hak dan kewa­jiban-kewajibannya atau seperti sabda Rasulullah s.a.w. yang artinya, "Orang itu sama rata seperti gerigi s is ir."s s ^

Yang dimaksud dengan persamaan dalam Islam adalah persamaan dalam perlakuan hukum yang memperbolehkan semua orang dengan wewenang hukum untuk m em ilik i dan membentuk kekayaan, dan lingkungan hukum bagi mereka diwujudkan dan mereka pun tunduk kepada kewajiban yang d i­tentukan oleh hukum. Dengan demikian kita terhindar dari pengertian per­samaan mutlak yang menghendaki orang secara bersama-sama dalam kekaya­an yang diimpi-impikan oleh Komunisme yang tidak berhasil mewujudkan­nya.

Gejala persamaan warga negara yang terpenting adalah persamaan ke­dudukan di hadapan hukum dan peradilan, persamaan hak untuk memang­ku jabatan-jabatan umum. Islam telah memberikan contoh-contoh praktis yang mengagumkan tentang persamaan kedudukan di hadapan hukum dan Peradilan sejak semula. Rasulullah s.a.w. selalu mengajar para sahabatnya ba­gaimana menghormati hak penggugat dalam menuntut haknya, walaupun penggugat bersikap keterlaluan. Pernah seorang Yahudi mendatangi Rasulul­lah s.a.w. untuk menagih hutang yang belum tiba waktunya; sambil berkeras dalam cara menagih ia berkata kepada Rasulullah yang artinya: "Memang kalian ini, hai Bani M ut-thalib, suka bertangguh-tangguh saja." Dan para sa­habat Nabi naik darah mendengar ucapan yang tidak sopan ini. Nabi bersab­da kepada mereka, "Biarkanlah dia bicara, karena ia berhak untuk itu ."8 9 *

881 Kanrul 'Ummal karangan Al Muttaqi.89) Kam ul 'Um m al, karangan A l M uttag i dan liha t Jami’u l Ushul, j i l id V halaman

189 dan itu adalah H adm Bukhari M u tlim , Abu Dawud dan Nasa-i.

Page 69: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I ' A T ISLAM YA N G K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 6 7

Dalam sebuah perintah tertulis dari Sayidina Umar bin Al Khattab r.a. kepada hakimnya Abu Musa al Asy.ari, "Persamakanlah antara rakyat,| di hadapanmu, persidangan-persidanganmu dan majlis mahkamahmu, supaya orang yang berkedudukan tinggi tidak mengharap- harapkan kecuranganmu dan orang-orang yang lemah tidak akan putus asa pada keadilanmu. 9**

Seorang rakyat biasa pernah menuntut Khalifah keempat A li bin Abi Thalib r.a. semasa beliau menjadi Kepala Negara. Beliau datang menghadap hakim Syuriah dan duduk sejajar dengan orang yang mendakwanya di hadap­an hakim dan kebetulan keputusan mahkamah menguntungkan penggugat dan mengalahkan Kepala Negara.9 1 ^

Mengenai persamaan hak dalam memangku jabatan-jabatan umum, te­lah dilaksanakan secara nyata sejak permulaan masa Islam; di waktu itu ba­nyak jabatan panglima dan gubernur dijabat oleh bekas-bekas budak yang su­dah dimerdekakan, seperti Zaid bin Haritsah dan anaknya Usamah. Mungkin contoh yang paling menonjol bagi jenis persamaan ini adalah ucapan Khalifah Umar Ibn A l Khattab r.a. di saat beliau menjelang wafat; di saat itu ummat Islam meminta agar beliau mengangkat Khalifah penggantinya. Umar berka­ta: "Andaikata Salim, bekas budak Huzaifah, masih hidup, niscaya akan ku ­angkat d ia ."92) Demikianlah kiranya, hampir saja seorang bekas budak men­jadi Kepala Negara sesudah Rasulullah s.a.w.

Jaminan atas Kebebasan PribadiHak-hak perseorangan dengan segala macamnya merupakan suatu di

antara hal-hal yang sangat diperhatikan oleh Islam, ya itu: agama, kemerde­kaan dan persamaan. Kebebasan adalah suatu lambang yang suci, karenanya baik rakyat maupun penguasa sangat mementingkan masalah pelaksanaan ke­bebasan bagi setiap orang-seorang dalam masyarakat. Para Khalifah Rasulullah s.a.w. mengajarkan rakyat agar mereka gigih memelihara anugerah Ulahi yang suci ini. A li bin Abi Thalib berkata-. "Janganlah engkau menjadi hamba dari orang lam, padahal Allah telah menjadikanmu orang merdeka." Ketika Sayyidina Umar mengetahui bahwa seorang dari Gubernurnya telah memukul seorang warga negara golongan Kopti Mesir, beliau marah dengan penuh pera­saan mendalam dan mengucapkan kata-kata yang terkenal, "Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal ibu mereka telah melahirkan mereka sebaoai orang bebas."

90) Sunan Daraquth-ny, cctakan Mesir, jil id IV halaman 206.91) Otkemukakan oleh Waqi' dalam kitabnya Akhbarui Qudhat, j i l id II halaman 200.921 D ikem ukakan oleh Ibnu A bd il Barr dalam Al Isti'ab , iil id II halaman 68. Hamisy

A l Ishabah dan juga Ibn u A l A jir dalam Usdul Ghabah. jil id II halaman 246. L ihat Mutakhab iCaruul 'Um m al, i ' I kJ IV Halaman 427.

FAK- HUK

Page 70: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K I Y A M A N / 6 8

Mungkin perlu juga kita jelaskan di sini selaput rohani yang menjadi sampul gagasan kemerdekaan dan suasana keagamaan yang m eliputinya. Da­lam Islam tingkat kebebasan dimulai dengan kebebasan seseorang dari hawa nafsu dan kemampuan untuk mengendalikan kemauannya. Rasulullah s.a.w. memperbandingkan antara perjuangan membebaskan diri dari hawa nafsu se­bagai jiha d akbar dan menggambarkan orang yang mampu menguasai d ir i­nya di saat marah sebagai orang kuat. Sabda Rasulullah s.a.w., "Orang kuat itu bukanlah yang mampu mengalahkan lawannya dalam pergulatan. Tapi orang yang kuat ialah yang mampu menguasai d irinya di saat ia marah.9 ' '

Bersamaan dengan bebas seseorang dari kekuasaan hawa nafsunya, ia- pun harus bebas pula dari perasaan takut terhadap o ra n g lain sesama manusia dan ia harus yakin bahwa orang Muslim itu adalah saudara bagi orang Muslim yang lain; ia tidak perlu taku t kepada seseorang, tetapi hanya takut kepada A llah yang menghidupkan dan mematikan serta memberikan anugerah kepa­da manusia. Tidak ada seorang pun yang jadi penghubung atau pemberi sya­faat. Semuanya di hadapan Allah sama rata, baik yang berpangkat tinggi atau yang berpangkat rendah. A l Our'an menginginkan dengan sangat adanya hu­bungan langsung in i antara hamba dengan Tuhan, dalam beberapa ayat yang artinya, katakanlah: "H ai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap d i­ri sendiri, janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah; sesungguh­nya A llah mengampuni dosa-dosa semuanya."94 ̂Dan pada ayat lainnya yang artinya, "D an apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, rnaka bahwasanya A ku adalah dekat; akan Kukabulkan permohonan orang yang berdoa'a, apabila ia berdo'a kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu me­menuhi ajakan-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."9 5 ^

Kemudian semua pribadi Muslim dapat menjalankan kebebasannya, dengan syarat: kebebasan tidak tim bul dari hawa nafsunya, tetapi timbul dari akal dan fik irannya, dan ia menggunakan kebebasan itu untuk kebajikan d irinya sendiri dan kebajikan masyarakat, bukan secara yang berlawanan de­ngan kepentingannya atau untuk merugikan orang lain. Inilah kira-kira semua pembatasan terhadap kebebasan di dalam Islam. Semua itu batas-batas keji­waan dan juga batas-batas hukum. Dan bila kita tiba pada perincian kebebas­an-kebebasan perseorangan, maka kita dapati bahwa Islam telah mengemu­kakan segi-segi kebebasan seperti apa yang kita kenal masa k in i, pada 14 abad yang lalu.

9 3 ) H ad its r iw aya t Imam Ahm ad dan Ibnu Mojah. Hadits yang senada juga dari A li ,Anas dan A bu Hurairah. L iha t K a rvu l Um mal li M uttaq i, j i l id II halaman 29-162.

9 4 ) Surat A i Z um ar ayat 53.95 ) Surat A l Baqarah ayat 186.

Page 71: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

SY A R I 'A T ISLAM YA N G K E K A L dan PERSOALAN MASA K IN I 6 9

Kebebasan PribadiKebebasan pribadi ialah hak perseorangan untuk bertindak sekehendak

hati dan pergi ke mana saja, tidak boleh ditangkap atau dipenjara atau dihu­kum kecuali atas dasar hukum. Kebebasan pribadi ini adalah kebebasan yang telah menjadi kebiasaan sejak mula pertama Islam. Oleh karena itu tidak bo­leh perasaan pribadi seorang hakim mempengaruhi tindakan-tindakannya. Khalifah Umar bin khattab r.a. berkata kepada seseorang: "A k u benci kepa­damu." Jawab orang itu, "Apakah engkau akan menahan sesuatu yang men­jadi hakku atau merugikan aku tanpa alasan hukum ?" Jawab Sayyidina Umar: 'T id a k ." "Jika demikian tak apalah, yang gembira mendengar kata cinta hanyalah orang w anita." Demikianlah perasaan benci seorang Kepala Negara kepada salah seorang rakyat tidak menakutkan atau mempengaruhi kebebasan pribadi yang bersangkutan.

Kebebasan Berhak M ilikKebebasan berhak m ilik adalah suatu hak yang amat terkenal dan Is­

lam melindunginya sama dengan melindungi darah seorang Muslim. Ini telah kami kupas secara terperinci dalam bagian-bagian yang lalu.

Kebebasan Tempat TinggalKebebasan tempat tinggal termasuk di antara hal yang oleh A l Qur'an

disebutkan secara tegas. Pernah Umar bin Khattab memasuki suatu rumah dengan memanjat tembok dan menggerebek beberapa orang di dalamnya yang sedang minum arak. Orang tadi mendebat Khalifah bahwa beliau telah berlaku salah dalam tindakannya dan menyalahi Firman Allah yang artinya, "Dan masukilah rumah itu dari p in tunya." Umar menerima pembelaan mereka dan tidak menjatuhkan sesuatu hukuman kepada mereka.**^ ^

Dengan demikian beliaulah, untuk pertama kalinya dalam sejarah hu­kum sejak 14 abad yang lalu, melaksanakan teori "kebatalan pemeriksaan."

Kebebasan BerusahaKebebasan berusaha dan berniaga merupakan di antara hal-hal yang

dibebaskan oleh Islam dan dilepaskannya dari segala ikatan, kecuali jika meru gikan kepentingan umum seperti halnya dengan monopoli. Berusaha disam- ping halal juga wajib bagi semua orang yang berdaya, dan malahan merupakan suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sebagaimana Umar bin Khattab r.a. berkata bahwa berusaha dan berniaga adalah lebih daripada sha- lat sunnah di masjid-masjid.

96) D iriwayatkan oleh A l Khara-ith i dari pada Tsaur al K ind i dalam kitab Makar<m" ul Akhlaq. juga dikemukakan oleh S uyu ih i dalam Jam'ul Javvami'. Lihat Kanzul 'Um m al karangan A li A l M u ttsg i cetakan Hoidcrabad, jil id II, halaman 167.

Page 72: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K / YA M A N ! 70

Kebebasan BerpendapatIslam melindungi kebebasan berpendapat bahkan menggalakkan orang

Muslim untuk melakukannya. Rasulullah s.a.w. menyifatkan orang yang tidak mempunyai pendapat sebagai orang-orang lemah. Sejarah Islam penuh de­ngan peristiwa-peristiwa abadi; di saat itu para Muslim perseorangan menja­lankan kebebasan berpendapat dengan segala keyakinan dan keberanian. Cu­kuplah kiranya kalau saya kemukakan sebuah kejadian biasa yang dialami oleh Khalifah Umar tatkala beliau berpidato di hadapan ummat Islam, me­ngecam sikap mempermahal mas kawin sambil menyatakan maksudnya un­tuk mengembalikan sejumlah besar mas kawin yang dibayarkan oleh para sua­mi kepada isteri-isteri mereka. Seorang wanita di antara para hadirin tampil dan berkata, “ Engkau tidak kuasa berbuat demikian, hai Umar." Lalu ia ba­cakan Firman Tuhan yang artinya, "D an kamu semua telah memberikan ke­pada tiap orang di antara isteri masing-masing harta yang banyak, maka ja­nganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikit pun ."97) Umur pun tunduk kepada teguran wanita tadi dan berkata: "A k u telah keli­ru dan anda benar."98) Dengan demikian dilaksanakanlah untuk pertama kalinya dalam sejarah prinsip kedaulatan hukum.

Kebebasan AqidahHak kebebasan aqidah (beragama) merupakan salah satu pokok-pokok

Islam yang mendasarkan kepercayaan itu atas dasar penelitian pandangan dan akal, la memerintahkan manusia untuk b e rfik ir dan menelaah serta mencela orang-orang yang tidak menggunakan fik iran mereka dengan menyifatkan mereka sebagai ternak. A l Qur'an menetapkan dengan ketetapan yang artinya, 'Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah je­las jalan yang benar dari jalan yang s a l a h . A l l a h s.w.t. berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad s.a.w.; arti firm an mi, "Serulah (semua manusia) kepa­da jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. " 100 ^

Kebebasan BelajarKebebasan belajar, yang kin i terkenal di Dunia Barat itu , dalam Islam

adalah suatu kewajiban agama yang telah ditetapkan oleh Rasulullah s.a.w.

97) Surat A n Nisa ayat 20.98) D iriwayatkan oleh para penulis Sunan, Ibnu H ibban. H akim , Ahm ad dan Darami.

Juga Abu N a 'im m engem ukakannya dalam A l H iyah cetakan A l K an ji, j i l id IVhalaman 138 dengan teks dari para penulis Sunan. D em ikian juga S uyu th i dalam A d-D urru l Man-tsur j i l id II halaman 133.

99) Surat A l Baqarah ayat 256.' 00) Surat An Nahl ayat 125.

Page 73: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S V A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 71

dengan sabda beliau yang artinya; "Sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap M uslim ."1 01 * Beliau menganjurkan para sahabat untuk menun­tut ilmu, walau di negeri Cina,102 * yang waktu itu negeri Cina merupakan ne­geri terjauh dari negeri Arab. Beberapa abad yang lalu Imam Syathibi mene­gaskan bahwa pendidikan pada sekurang-kurangnya tingkat dasar merupakan kewajiban Pemerintah untuk menyediakan segala sarananya bagi semua ang­gota masyarakat; kemudian beliau menegaskan soal penerusan lebih lanjut da­ri pelajaran itu atas bakat dan kemampuan otak masing-masing.

1011 D iriw ayatkan oleh Anas, Ibnu Abbas, Ibnu U m ar, Ibnu Mas'ud dan A li b in AbiTha lib . DiScOutkan pula dalam Sunan Ibnu Majah dan A l K am il, karangDn Ibnu 'A d y , Syu'abul Im an, karangan A l Baihaqi dan M u'jam A t Thabarani. Demikian luga tertera dalam K anru l 'U m m al. karangan A li al M uttaq i cetakan Heiderabad, j il id V halaman 202.

102) Disebut oleh Ibnu l A b d il Barr dalam k itab Jam i' Bayan al 'l lm halaman 8.Juga dalam Syu'abul Iman karangan A l Baihaqi, A d l-D lu 'a ta , karangan A I-’A q ili dan A l Kam il karangan Ibnu A d y .

Page 74: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

BAGIAN KEDUAJAMINAN SOSIAL

Setelah kita uraikan dengan ringkas hakekat hak-hak dan kebebasan- kebebasan pribadi, tibalah saatnya bagi kita untuk menguraikan hak-hak pribadi itu terhadap masyarakat, atau lebih tepat kewajiban jama'ah untuk menanggung dan menjamin orang seorang. Soal in i menjadi pusat perhatian orang-orang Sosialis dan akhir-akhir ini orang-orang Barat pun mulai menja­lankannya dalam tingkat-tingkat yang berbeda.

Jaminan Hak-hak Materiil dan Penghidupan Dalam IslamMungkin di antara keistimewaan terpenting bagi perundang-undangan

Islam ialah pengendalian materiil bagi setiap pribadi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dalam Islam sejak abad ke V II Masehi. Pengendalian mate­riil bagi setiap pribadi in i baru dicapai oleh orang-orang Sosialis dalam abad XX Masehi; hal ini dianggap oleh sementara bangsa sebagai suatu kebaikan yang dapat menghilangkan segala keburukan Sosialisme.

Langkah pertama yang mengarah kepada jaminan sosial dalam Islam, bertitik tolak pada asas wajib kerja dan larangan terhadap pengangguran bah­kan larangan terhadap minta-m inta, kecuali bagi orang yang lemah dan orang yang membutuhkan dan tidak mempunyai jalan untuk berusaha. Setelah ker­ja itu menjadi kewajiban atas tiap-tiap pribadi dalam masyarakat. Islam memulai pelaksanaan dua faktor dalam mewujudkan jaminan sosial itu:

Page 75: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K / Y A M A N t7 4

1. Jaminan keluarga; dalam hal ini anggota keluarga yang mampu berke­wajiban membelanjai anggota-anggota keluarga yang miskin dan yang tidak berdaya.

2. Menganjurkan dan menggalakkan semangat guna mengeluarkan sada- kah, yang di anggap sebagai hak orang miskin dari harta orang kaya. Ke­mudian barulah kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan orang yang butuh, yang diambil dari Baitul Mal sesuai dengan norma-norma yang jelas mengenai keperluan itu dan dalam situasi serta keadaan yang menimbulkan kewajiban tadi.Prinsip jaminan sosial ditetapkan sejak zaman Rasulullah s.a.w., tatkala

ibu anak-anak yatim dari Ja'far bin Abu Thalib datang kepada Rasulullah s.a.w. mengadukan peri-keyatiman anak-anaknya. Rasulullah s.a.w. berkata yang artinya, "Tanggungan keluargakah yang engkau takuti atas d iri mereka itu. padahal akulah penanggung jawab mereka di dunia dan akh ira t."103 Rasulullah s.a.w. mengucapkan demikian bukan sebagai kerabat dari yang meninggal, tetapi sebagai pemimpin dan hakim dari ummat Islam.

Khalifah Umar bin Khattab r.a. telah melandaskan sendi-sendi pelaksa­naan prinsip tersebut dengan cara yang akan kita lihat dalam contoh-contoh yang akan dikemukakan beriku t in i, sehingga pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz tingkat pelaksanaan itu telah mencapai puncaknya, yaitu kemak­muran yang merata dan m elipu ti semua lapisan masyarakat. Dalam masa ke­makmuran itu seorang yang wajib zakat keluar dari rumahnya mengusung zakatnya, mencari-cari orang yang berhak menerimanya untuk menyerahkan zakatnya, meskipun tidak menemui orang itu . Tentang peristiwa ini Yahya bin Sai'ied berkata, "U m ar bin Abdul Aziz menugaskan saya untuk melola urusan zakat A frika Utara. Setelah saya memungut semua kewajiban zakat di sana, saya mencari-cari orang fak ir miskin untuk menyerahkan zakat itu kepada mereka; tetapi saya tidak mendapatkan seorang pun yang merasa d ir i­nya-berhak menerima zakat tersebut. Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyatnya kaya dan mampu. Akhirnya dengan uang zakat tadi saya beli sejumlah budak dan saya memerdekakan mereka. ^

Syarat-syarat Mendapat Hak Jaminan SosialSistim -s is tim ja m in a n sosial m engarahkan tugasnya u n tu k m enghadapi

I03 | It-fidfu i Maharah, karangan Ib n u l Hajar (Manusc) tentang b iogra fi Asma b in ti 'Umais isteri Ja 'far.

104) laUh Yahya Ibn Sa'ied ¡bn Oais A l A nshari, yang m enjadi hakim d i Andalusia Pada masa Pemerintahan K ha lifah Um ar b in A bdu l A ziz dan pernah menjadi G u­bernur A fr ika . A l K ha tibu l Baghdadi m enyebut namanya dalam k ita b sejarahnya, jil id X IV halaman 101. Bada A n N u jum A z Zahirah karangan Ibnu T ag h ri Bardi. jilid I halaman 351. Sejarah hakim -hakim Andalusia, karangan Nahabi halaman 43 dsn Thabaqat Ulama Ifr ig iy a h , karanyan A bdu l A rab halaman 214.

Page 76: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 75

tiga macam bahaya yang dapat menimpa anggota masyarakat, yaitu:1. Bahaya yang mengancam jasmani sehingga menyebabkan seorang tidak

dapat bekerja, seperti penyakit lumpuh dan lanjut usia.2. Bahaya yang timbul akibat kerja, sehingga menyebabkan cacat sebagian

atau keseluruhan tubuh.3. Beban tanggungan keluarga, bila jumlah anggota yang harus ditanggung

oleh kepala keluarga demikian besarnya, sedangkan sumber penghasilan n ya tidak mencukupinya.

Untuk memudahkan kita mempelajari sikap Islam dalam menanggulangi ancaman dari tiga macam bahaya tersebut, hendaknya kita mulai dengan membaca secara te liti dan cermat surat tugas dari Khalifah A li r.a. kepada Gubernurnya di Mesir.105 *"Takutlah kepada Allah, ingatlah kepada Allah, terhadap golongan rakyat rendah, yaitu: mereka yang tidak berdaya, orang miskin, orang yang butuh, orang papa, orang yang berpenyakit menahun; sesungguhnya di dalam golong­an ini ada orang yang terang-terangan minta atau mengharapkan bantuan tan­pa minta-minta. Peliharalah rasa tanggung jawabmu kepada Allah tentang hak yang dipertaruhkan kepadamu mengenai mereka itu . Berikan kepada mereka itu bagian tertentu dari Baitul Mal setempat dan bagian tertentu dari peng­hasilan harta rampasan perang di tiap-tiap negeri, yang jauh dari mereka sama seperti yang dekat, dan masing-masing mereka itu telah ditugaskan kepadamu untuk memelihara haknya. Maka janganlah menyamarkan pandanganmu ten­tang mereka, karena adanya kekayaan yang mendadak, sebab engkau tidak akan dimaafkan terhadap soal-soal kecil, meskipun merapikan kebanyakan soal-soal penting. Janganlah engkau jauhkan perhatianmu dari mereka serta bersikap sombong kepada mereka. Telitilah hal ikhwal orang-orang yang t i ­dak engkau terima laporan tentang mereka, yang tidak begitu menarik perha­tian serta tidak dihargai oleh kebanyakan orang, untuk soal in i i tugaskanlah orang-orang kepercayaanmu yang taqwa dan tawacllu' agar dapat melaporkan kepadamu hal ikhwal mereka itu . . . Perhatikanlah anak-anak yatim dan orang-orang yang lemah karena usia, yang tidak berdaya serta tidak mau minta-minta. Tugas ini bagi seorang pejabat adalah berat dan memang hal itu seluruhnya bera t."106'

105) Nahjul Balaghah karangan Syarifu l R ab i’ , | i l id I I I halaman 111 cetakan Mustafa M uhammad, Mesir.

106) Kutipan dari suratnya kepada A l Asy-tar An Nakh-i w aktu diangkat sebagai Gu­bernur Mesir dan daerah sekitarnya, ya itu ta tka la kedudukan Gubernur Muham mad b in Abu Bakar sudah goyah, la merupakan surat tugas terpaniang dan te r­lengkap hal-hal kebaikan yang d ikandungnya. D iriw aya tkan oleh A l Kharrani da­lam Tuhaf a l-‘uqul halaman 28 dan As-Syarif ar R ab i' dalam Nahjul Balaghah, j i l id II I halaman 92.

Page 77: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K ! Y A M A N / 76

Surat tugas dari A li bin Abi Thalib r.a. bukanlah sekedar kata-kata te r­susun indah di atas kertas saja, tetapi menjadi undang-undang yang berlaku, karena diinstruksikan oleh seorang Kepala Negara kepada Gubernurnya agar dilaksanakan seutuhnya; dengan demikian dapat menegakkan sendi-sendi sistim yang terbaik bagi jaminan sosial yang pernah dikenal ummat manusia hingga zaman kita sekarang ini.

Pengetrapan-pengetrapan Jaminan SosialAgar k ita dapat meneliti secara lengkap pelaksanaan prinsip jaminan so­

sial ini dalam sejarah Islam, saya akan hidangkan sejumlah bahaya-bahaya yang pernah dihadapi oleh Islam dalam kampanye yang dilancarkan untuk menegakkan keadilan serta melindungi anggota masyarakat daripada kemis­kinan dan harapan menerima bantuan:

A . Keluarga dan JandaDalam soal ini cukup kiranya kalau kita menuturkan kisah Umar r.a.

dengan Ibu yang hendak menyapih bayinya. Umar mendengar tangis dan te­riak bayi itu , lalu Umar menegurnya. Dengan tidak mengetahui bahwa yang menegurnya itu adalah Khalifah Umar r.a., wanita itu berkata: "Saya terpaksa menyapihnya karena Umar tidak memberikan tunjangan kepada bayi yang masih menyusu; sebab itu saya hendak segera menyapihnya supaya saya bisa mengambil biaya sapihan untuk dapat meringankan kemiskinan saya." Sesu­dah shalat fajar di mesjid, Umar kemudian datang kembali ke rumah wanita itu dan berkata, "A langkah celaka aku. Berapa banyak kanak-kanak ummat Islam yang kubunuh"; kemudian ia memerintahkan agar pengumuman d i­sampaikan kepada rakyat: "Janganlah kalian bergegas-gegas menyapih bayi kalian. Kami akan berikan tunjangan kepada setiap bayi yang lahir dalam Is­la m ."107* Demikian juga kisah yang terkenal tentang Ibu dengan anak-anak­nya yang lapar. Pada waktu Umar mendatangi seorang ibu yang sedang me­nyalakan api dan menjerang periuk berisikan air dan batu untuk merintang- rintangi dan melengah-lengahkan anaknya supaya bisa tidur; Umar terperan­jat dan tergopoh-gopoh pergi ke gudang Baitul Mal untuk mengambil terigu d a n lain sebagainya, lalu membawanya ke kemah wanita tadi, memasaknya sendiri, dan kemudian memberi makan kepada anak-anak itu sampai mereka kenyang.108

Telah saya tu turkan sabda Rasulullah s.a.w. kepada janda Jafar.

107) D i k e m u k a k a n oleh Ibnu S»'d d a la m k itab A t Thabnq.il, j i l i d II I b jg ia n pertama h a la m a n 217.

108) D i k e m u k a k a n oleh Ib n u Asakir dalam ta rikh n ya , Dainuri d a n Ib n u Syaban dari pada Aslam . Kisah in i dalam M unta-khab Kanzul 'Um m al karangan A l M uttag i. j i l id IV h a l a m a n 4 16 , cetakan A l Musnad.

Page 78: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN MASA KINI 77

"Tanggungan keluarga yang kautakuti atas diri mereka itu padahal akulah penanggung jawab mereka di dunia dan akherat."

B. Lanjut Usia dan BerpenyakitanDisamping bunyi surat Khalifah A li kepada Gubernurnya tersebut di

atas, kami akan mengambil dari riwayat Ibnu Khattab contoh-contoh berikut ini. Pernah sekali peristiwa Umar melihat orang tua tuna-netra meminta-min la dijalan raya. Umar mengetahui bahwa ia seorang Yahudi. Lalu beliau mena­nya apa sebab-sebab yang mendorongnya untuk meminta-minta. Yahudi itu menjawab, ''Yang mendorong saya ialah kebutuhan untuk memenuhi bayar­an jhyah , keperluan dan keudzuran karena tua ." Umar menuntun orang tua tadi dan membawanya ke rumah, lalu memberinya secukupnya. Kemudian ia perintah petugas Baitul Mal seraya berkata "Perhatikanlah orang ini dan orang yang senasib dengan dia. Demi A llah, kita tidak bersikap adil terhadap orang ini; kita telah nikmati masa mudanya kemudian kita menterlantarkan- nya di masa tua. Sesungguhnya sadakah itu untuk fakir miskin, dan orang ini adalah dari golongan miskin Ah lul K itab ." Dengan demikian Umar telah membebaskan orang-orang tua dan yang senasib dengan d ia,109 ̂yakni yang menderita sakit dan orang yang jompo, serta memberi mereka tunjangan te­tap dari Baitul Mal secukupnya. Dengan demikian ia telah menegakkan suatu prinsip perikemanusiaan yang agung; dalam prinsip ini keadilan tidak terba­tas pada kaum Muslimin saja, tetapi juga mencakup semua warga negara yang tidak Islam.

Kebijaksanaan ini diulangi pula oleh Umar waktu berkunjung ke negeri Syam dan bertemu dengan sebuah perkampungan penderita penyakit kusta dari orang-orang Nasrani. Umar memerintahkan supaya mereka itu diberi ja­tah dari sadakah dan diberi tunjangan tetap berupa makanan.

Sahab3t Thalhah pernah melihat Umar keluar dari rumah di malam hari, lalu Thalhah mengikutinya secara sembunyi-sembunyi. Dilihatnya Umar me­masuki sebuah rumah; tidak beberapa lama beliaupun keluar dan pulang. Ke­esokan harinya Thalhah mendatangi rumah tersebut; di sana dijumpai wanita tua tuna-netra serta lumpuh. Thalhah bertanya "Apakah gerangan yang dila­kukan oleh laki-laki semalam itu?" Wanita tua tadi menjawab: "Sejak dahulu ia mengurus dan memelihara keadaan saya, membawakan segala yang saya perlukan dan membantu saya dalam kesulitan."110-*

109) Khalifah Abu Bakar pun membebaskan para rah ib dari jizyah. Lihat A h k a m u l

Qur'an, karangan Ibnul A rab i, j i l id II halaman 910. Orang-orang lanjut usia dibe­baskan dari jizyah adalah mazdhab Imam S ya fi'i, seperti dalam kitab A l Umm, ji l id IV halaman 98, juga orang-orang Hambali seperti tersebut dalam Kitab Alitj- na karangan H ijjaw i j i l id II halaman 44.

1 10) Oikemukakan oleh A li A l M uttaq i dalam Muntakhab Kanzul Ummal, j i l id IV halaman 310; Hamisy Musnad Ahmad dan Ibnu Katsir j i l id V II, halaman 135.

Page 79: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. AH M AD Z A K / Y A M A N / 78

C. Kaum IbuDalam menanggulangi kesulitan kaum ibu, Umar merupakan seorang

pelopor seperti biasanya. Pada suatu malarr. ia sedang meronda, ia mendengar seorang wanita merintih kesakitan karena akan bersalin, la segera pulang dan mengajak isterinya, Umu Kalsum, sambil membawa segala sesuatu yang diper­lukan untuk menolong orang bersalin. Umu Kalsum lalu masuk ke tempat wanita itu dan membantunya sampai wanita itu melahirkan dengan selamat, sementara itu Umar sibuk menyiapkan makanan.

Kemudian Umu Kalsum keluar dan berkata; "Wahai Kepala Pemerin­tahan orang m u'm in, sampaikanlah berita gembira kepada sahabatmu, bahwa anaknya laki la k i." Ayah bayi itu terperanjat tatkala mendengar sebutan Ke­pala Pemerintahan orang M ukm inin dan sadarlah ia bahwa yang sedang me­masak itu adalah Umar bin Khattab. la pun merobah sikapnya menj'adi hor­mat. Umar berkata kepadanya, "Tetap sajalah seperti biasa." Kemudian be­liau menyerahkan makanan yang disiapkannya itu kepada isteri beliau yang segera menyuapi sang ibu yang baru saja melahirkan tadi hingga kenyang, dan beliau memberikan sisanya kepada sang suami, dan menyuruhnya agar ia datang kepadanya esok harinya. Waktu sang ayah itu datang, ia diberi hadiah dan uang tunjangan.111 ^

Dari berbagai contoh kemanusiaan yang luhur in i serta contoh lain- lain yang menyebabkan ruangan ini menjadi sempit, dapatlah kita peroleh gambaran yang jelas, sampai seberapa jauh Islam memberikan perhatian yang besar dalam memberantas kesulitan-kesulitan kemasyarakatan. Andaikata hal ini terus dilaksanakan oleh masyarakat-masyarakat Islam sepanjang masa, niscaya kita sekarang ini mempunyai kedudukan yang lain. Tetapi itulah ma- la-petaka yang melanda kita , sehingga melumpuhkan kekuatan kita, dan prinsip-prinsip luhur kita tetap tinggal dalam lembaran buku kuno. Hanya dengan kembali kepada hukum A llah, kita dapat jaya karena kita melaksana­kan semua perintah-perintah-Nya.

Sumber-sumber Pembiayaan Jaminan SosialBerbeda dengan sistim-sistim yang terkenal dewasa in i yang mengharus­

kan masing-masing pribadi membayar iuran agar mendapat jaminan sosial, Islam telah menetapkan jaminan itu sebagai suatu hak bagi warga negara tan Pa alasan karena telah membayar iuran dan sebagainya. Baitul Mal itulah Yang menanggung segala keperluan untuk jaminan tersebut dan justru karena '•ulah Baitul Mal memperoleh sumber-sumber beriku t in i:

^1 1 Oikemukakan oleh Ibnu Katsir dalam A lb idayah W annihayah, j i l id V I I halaman136.

Page 80: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YA N G K E K A L dan PE R SO A LA N M A S A KIN I 79

1. Z a k a tZakat adalah kewajiban yang cukup dikenal dan merupakan rukun Is­

lam yang ketiga, oleh karenanya Khalifah Abu Bakar memerangi orang-orang m urtad dalam permulaan Pemerintahannya, sehingga mereka menunaikan za­ka t.112 ̂ Zakat itu dikeluarkan, sebagaimana difirmankan Allah untuk go­longan: fakir, m iskin, petugas yang mengelola zakat yakni amil, muallaf, bu ­dak yang sedang berusaha memerdekakan d ir i, penanggung hutang (karena hal-hal wajar), dana perjuangan di jalan Allah dan musafir.

Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa bagian dari para penerima zakat telah dihilangkan, antara lain, golongan muallaf semenjak zaman Kha­lifah Umar tidak lagi diberi bagiannya, sekarang ini perbudakan tinggal cerita sejarah saja, dan para petugas zakat adalah petugas-petugas negara yang menerima gaji dari Perbendaharaan Negara, oleh karena itu maka bagian go­longan ini harus dimasukkan kembali ke dalam Baitut Mal untuk membiayai jaminan sosial. Kalau urusan pemungutan zakat dapat diorganisir secara baik dan orang yang kaya menyadari bahwa zakat itu adalah suatu kewajiban har­ta bendanya yang diperintahkan oleh aqidah dan kekuatan hukum , niscaya dana jaminan sosial akan mempunyai suatu sumber yang penting dan menda­sar, di samping sumber-sumber lain.

2. Derma-dermaDerma-derma merupakan sumber tambahan un tuk sumber-sumber dana

jaminan sosial, dan berbeda dengan zakat. Hal in i pernah diperselisihkan di masa Pemerintahan Khalifah Usman, dalam suatu majlis Khalifah, yang d i­hadiri antara lain oleh sahabat Abu Zarr A l-G h ifa ri113* dan seorang tab i'in yakni Ka'ab A l Ahbar. Khalifah Usman bertanya kepada Ka'ab: "Bagaimana pendapat kalian tentang orang yang telah mengeluarkan zakat, masihkah ada lain-lain hak pada hartanya?" Ka'ab menjawab: T idak ada lag i!" Sahabat Abu Zarr seraya mengacungkan tongkat ke dadanya dan menghardik Ka'ab, ber­kata: Dusta engkau!"1 14 Kemudian Abu Zarr membaca Firman A llah yang artinya: "T idak akan ada suatu kebaktian jikalau kamu semua mengarahkan wajahmu ke tim ur dan ke barat; akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ada­lah jika seorang itu iman kepada A llah, hari akhir, para malaikat, dan para na­bi, dan memberikan harta meskipun disayangi, kepada kaum kerabat, anak- anak yatim , orang-orang m iskin dan para pejalan dan budak-budak yang hen­

112) D ikem ukakan oleh Imam M alik dalam A l M uw at-lha , Bukhari, M uslim , Abu Dawud, T irm id J i dan NdSa-i dan A bu Hurairah r .a. Jam i'u l VJihul. l i l ld V halaman 295.

1 13) Hayatul K u lu b , j i l id II halaman *158 dan k itab (A bu Zarr) karangan A bdu l Ham id Judah Anshar halaman 148.

1 14) D ikem ukakan oleh A l M a i'u d dalam M ufu} Az-Zahab j i l id I halaman 438 .

Page 81: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

DR. A H M A D Z A K I Y A M A N / 80

dak memerdekakan diri mereka, kemudian melaksanakan shalat dan menu­naikan zakat . ' '1 1 s *

Kemudian Abu Zarr berkata: "Tidaklah engkau lihat, bahwa Allah te­lah membedakan antara pengeluaran zakat dengan pemberian harta kepada kerabat dan anak-anak yatim ?" Memang pendapat Abu Zarr ini tepat. Kali­mat yang dihubungkan dengan kata perangkai, berarti ada perbedaan yang nyata, antara kalimat yang dahulu dengan yang dirangkaikan kepadanya. Dan justru meng//i^a<7kan harta merupakan soal yang didukung oleh sejumlah ayat dan Hadits-hadits Nabi s.a.w. yang menganjurkan, bahkan memerintahkan urituk melakukannya serta menggalakkannya, sehingga orang yang mengusa­hakan bantuan kepada janda dan anak yatim adalah sama dengan pejuang dalam jalan Allah dan jika seseorang menggabungkan anak yatim kepada ke­luarganya serta menjamin sandang pangannya sehingga bebas dari kemelarat­an ia masuk surga.

3. Sumbangan WajibSumbangan wajib adalah suatu sumber yang mungkin diperlukan oleh

Imam (Kepala Negara) akan tetapi sumbangan wajib itu tidak untuk selama­nya. Kebijaksanaan ini didukung oleh fiq ih Maliki berdasarkan teori Masalih Mursalah. Dikala Baitul Mal kosong, atau kebutuhan prajurit meningkat se­dangkan dalam Baitul Mal tidak tersedia uang yang mencukupi, maka Kepala Negara boleh mewajibkan para hartawan untuk mengeluarkan sejumlah sum­bangan yang dipandang cukup untuk Baitul Mal, sampai diterima penerima-

baru yang rutin dan mencukupi, atau ia mengenakan sumbangan wajib .a pada masa panen dan pemetikan hasil bum i.1 16 * Dalam hal ini tidaklah

ditetapkan bahwa Kepala Negara dapat mengadakan pinjaman untuk meme­nuhi keperluan. Imam Syatibi menerangkan soal ini dengan uraian sebagai be­riku t: "Pinjaman dapat diadakan di saat tim bul krisis sekiranya Baitul Mal mempunyai harapan atas penerimaan yang akan terjadi. Tetapi jika tidak ada harapan, dan sumber-sumber penerimaan Baitul Mal demikian lemahnya, se­hingga tidak akan mencukupi, maka sudah tentu hukum sumbangan wajib itu harus berlaku ."11

Dengan demikian, berdasarkan Masalih Mursalah yang menjadi pendiri­an ulama M aliki, Kepala Negara berhak mengadakan sumber ketiga untuk mengisi dana jaminan sosial, bila dua sumber yang lain yakni zakat dan der­ma-derma tidak mencukupi keperluan dana jaminan sosial. Prinsip in i tentu-

115) Surat Al Baqarah ayat 177.116) Al M u fa q a t karangan S ya tib i, j i l id II halaman 367. cetakan A) M aktab jh

A t T ija riyah Al Kubra, Mestr.117) U ra i» i In i tersebut dal«m kirab Al l't isam , karangan Sya tib i. j i l id II halaman 105,

cetakan Mustafa Muhammad. Mesir.

Page 82: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

S Y A R I 'A T ISLAM YANG K E K A L dan PERSOALAN M ASA K IN I 81

nya menegaskan tindakan hukum untuk menetapkan dan memungut pajak bila tim bul kebutuhan untuk itu .

Page 83: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

P E N U T U P

Dengan ini sampailah saya kepada akhir uraian yang hendak saya pe­nuhi dalam buku in i. Saya menyadari bahwa banyak pokok-pokok uraian ini tidak mendapat kupasan dan penjelasan yang seharusnya. Yang mungkin da­pat mema'afkan saya adalah alasan bahwa pembahasan seperti in i memerlu­kan beberapa jilid buku yang besar dan tebal serta tenaga ulama sesuai dengan keahliannya.

Apa yang hendak saya capai dengan buku in i ialah menarik perhatian kepada beberapa fakta tertentu yang kongkrit, disertai dengan pengutaraan landasan dan dalil-dalilnya dari A l Qur'an, Hadits dan pendapat para ahli fi- cjih nwjtahidin.

Saya mengusahakan buku mi dengan sungguh-sungguh; kecil saja ben­tuknya agar supaya orang tidak segan membacanya. Jika A llah berkenan menganugerahkan kurnia-Nya, sehingga karya tu lis saya ini memperoleh tau- fiq-Nya, kiranya saya bisa berhasil di satu segi, yakni berhasil dalam menying­kapkan tirai di hadapan para pemuda kita agar mereka dapat melihat haki­kat Syari'at Islam yang tadinya te rtu tup di hadapan mereka, oleh tirai kebu­dayaan Barat yang mereka alami. Disamping itu kiranya saya dapat pula mem­bangkitkan semangat para ulama kita untuk menyambung teru^Eisaha penu­lisan dan uraian-uraian mengenai Syari'at yang abadi dan penanggulangannya terhadap persoalan zaman sekarang.

Kenyataan-kenyataan yang saya mencoba mengungkapkan dalam buku ini ialah:A. Sifat-sifat Syari'at Islam yang bebas dan tidak dipengaruhi, yang oleh

ummat Islam dapat digunakan untuk mewujudkan bagi d iri mereka sua- tu kehadiran yang bebas dari pengaruh T im ur dan Barat, serta mampu membentengi d iri sendiri terhadap gelombang pasang Komunisme yang dahsyat itu , demikian pula terhadap kejahatan Kapitalisme.

B. Kemampuan Syari'at Islam itu sendiri untuk berkembang serta meneri­ma pembaharuan, untuk menanggulangi pelbagai persoalan yang terus berkembang serta berubah-ubah, dan untuk menggunakan secara jelas serta nyata dasar mash-lahah 'ammah sebagai salah satu sumber hukum.

c. Ciri kolektivisme dalam sistim Islam dan kemampuan Syari'at Islamyang menakjubkan untuk mengadakan suatu keseimbangan yang luwes antara hak-hak pribadi dan hak-hak jama'ah dengan suatu cara yang da­pat memelihara kehormatan pribadi serta membebaskan kegiatannya untuk menuju suatu sasaran tunggal yaitu kepentingan bersama.

Page 84: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

84

Apabila yang menjadi tujuan para pemimpin p o litik kita ialah memba­hagiakan bangsa mereka serta membebaskannya daripada kedzaliman sosial, maka Syari'at Islam akan menjadi pembantu yang sebaik-baiknya untuk men­capai tujuan itu dan asas-asasnya yang bersifat abadi akan merupakan pe­nyembuhan bagi penyakit-penyakit dalam kalangan kita di negara-negara Is­lam ini, bahkan mungkin juga Syari'at itu akan menjadi suatu faktor pendam­ping bagi Barat untuk sekali lagi memperoleh suluh penerang yang berman­faat bagi mereka guna membangun suatu peradaban baru, atau sedikit-di- k itnya untuk mempertahankan peradabannya yang sekarang in i.

Hanyalah A llah s.w.t. yang memberikan ilham dan yang menjuruskan langkah kepada jalan yang lurus.

Page 85: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

D A F T A R B A C A A N

1. A l Qur'an2. Sahih A l Bukhari3. Sahih Muslim4. Mustadrak A l Hakim5. Musnad Ahmad6. Sahih Ibnu Hibban7. Sunan T irm idzi8. Sunan Abu Dawud9. Sunan Ibnu Majah

10. Sunan Darukutni11. Sunan Darami12. Jam i'Abdurrazag (Manusc)13. Mu'jam Attabarani (Manusc)14. Jami'ul Usul, karangan Ibnul A -ts ir15. Kanzul Ummal, karangan A li A l M uttaq i16. Ithaful Maharah, Ibnu Hajar (Manusc)17. Muntakhan Kanzul Ummal, A l M uttaqi18. Musnad Imam Syafi'i19. H ilyatul Aulya, Abu Nu'aim20. Addu'affa, A luka ili (Manusc)21. A l Kamil, Ibnu Ady22. An-Nujum Azzahirah, IbnuTaghri Bardi23. Tarikh Oudatul Andalus, Annubahi24. TabaqatIbnu Saad25. Tarikh Ibnu Asakir26. Albidayah Wannihayah, Ibnu Katsir27. Muruj Azzahab, A l Mas'udi28. Akhbar al Qudhah, Waki'29. Arrisalah, Imam Syafi'i30. Usul Asysyasy31. Kitab A l'ijm a, Ibnu Hazm32. Al l'tisam, Syatibi33. Al Mankhul, A l Ghazali (Manusc)34. Syu'ab Aliman, Baihaqi35. Fathul Bari, Ibnu Hajar36. Ad Durrul Mantsur, Suyuti37. A l Kasjsjaf, Zamakhsari38. Alisabah, Ibnu Hajar39. Usdul Ghabah, Ibnu A-tsir

Page 86: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

40. AI 'isti'ab, Ibnu Abdul Barr41. Tarikh Baghdad, Ibnu Khatib42. Ad Durarul Kammah, Ibnu Hajar43. Husnul Mahadarah, Suyuti44. Almanhal Assafi, Ibnul Taghri Bardi45. Tabaqat Asysyafi'iyah, Subki46. Wafayatul A'yan, Ibnu Khallikan47. Zail Tabaqat Alhanabilah48. Syazarat Azzahab, Ibnul Imad49. A'yan Asy-syi'ah50. Addibaj Almuzahhab, Ibnu Farhum51. Tabaqat Ulama Ifriq iah, Abdul Arab52. Aluqud Addurriyah, Ibnu Abdul Hadi53. Ansab AI 'asyraf, Albalazuri54. Almuwafaqat, Syatibi55. Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd56. A t Taqrir wat Tahbir, Ibn A m ir AI Hajj57. A'lam A lm uwaqqi'in, Ibnul Qayyim58. AI Mabrur, Sarkhas59. Bada'us Sana-i, Kasyani60. AI Burhan, Juwaini61. Takhrij A lfuru 'a la l Usul, Zanjam62. AI Muhalla, Ibnu Hazm6 3 . A l m u d a w w a n a h A l k u b r a

64. Syarh AI Arba'in, A ttu f i65. Nailul Aytar, Syaukani66. Al Fatawa A I Makariat67- Al Mustafa, AI Ghazali68- Jam'ul Jawami, dan Syarh A I Mahalli69- AI |qna> Alhajjawi^0- Musalamus Subut, Bahari

Kitab Alkaharaj, Abu Yusuf • Al Umm, Imam Syafi'i

3. Ihya Ulumuddin, AI Ghazali Syarh Kanzuddaqaiq

7 6 *~*asVtat Ibnu Abidin 71 ^ akar«mul Akhlaq. Kharaiti (Manusc)

Jami' Bayan 'Ilm , Ibnu Abdul Barr 'g Tuhaf“ l Ukul, Harrani8n U'3hiül Bdla9 hah, Syarif Arrad,

A k h a m u l Q u r ' a n , Ibnul Arabi.

Page 87: SYARIAT ISLAM (Foto copy oleh AHMiiD ZAKI YAMANIlib.ui.ac.id/file?file=digital/20384657-Syariat islam...Islam berbeda dengan agama-agama lain itu, seperti yang akan terbukti nanti,

PERPUS FAK. HI