makalah struktur hewan

Upload: sri-wahyu-pt

Post on 18-Jul-2015

948 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MAKALAH STRUKTUR HEWAN JARINGAN TULANG, JARINGAN OTOT DAN JARINGAN SARAFdisusun guna memenuhi tugas mata kuliah Struktur Hewan

Oleh : KUSWATI SRI WAHYU PT MISRAI FARAUK TIAS RAHAYU HAQQI ANAJILI TIAS YUNITA (100210103019) (100210103028) (100210103057) (100210103064) (100210103067) (100210103082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

JARINGAN TULANG, JARINGAN OTOT DAN JARINGAN SARAF

1. JARINGAN TULANG Jaringan tulang merupakan bagian dari jaringan ikat khusus. Jaringan tulang

merupakan salah satu jaringan terkeras di dalam tubuh manusia dan hanya di bawah tulang rawan dalam kemampuannya untuk menahan stress. Jaringan tulang / tulang terdiri dari bahan intersel yang mengalami klasifikasi, matriks tulang dan berbagai jenis sel Umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh semuanya berasal dari material yang sama. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Jaringan Tulang Rawan (Kartilago) Jaringan Tulang Sejati (Osteon)

Jaringan Tulang Rawan (Kartilago) Jaringan Tulang Rawan (Kartilago) merupakan spesialisasi jaringan ikat berserabut tebal dan matriks yang elastik. Tulang rawan bersifat kuat dan lentur. Tulang rawan mengandung sel-sel (fibroblast dan kondrosit), serat (kolagen dan elastis) dan substansi dasar yang amorf (kondroitin dan hialuronat). Tulang rawan terutama banyak unsur aselular dan tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf, mendapatkan zat gizi dan difusi dari kapiler dalam jaringan penyambung didekatnya atau melalui cairan sinovial dari kavum sendi. Tulang rawan berfungsi membentuk skelet untuk janin, tulang rawan dapat tumbuh dengan cepat dan masih bekerja sebagai penunjang pada tingkat tertentu yaitu menunjang jaringan lunak dan organ dalam serta melicinkan permukaan tulang dan sendi. Berdasarkan kandungan matriksnya, tulang rawan dibedakan menjadi 3 yaitu Tulang Rawan Hialin, Tulang Rawan Elastis dan Tulang Rawan Fibrosa. a) Tulang Rawan Hialin Tulang rawan hialin segar berwarna putih kebiru-biruan dan tembus cahaya. Pada embrio berfungsi sebagai suatu rangka sementara sampai tergantikan secara berangsurangsur oleh tulang. Diantara diafisis dan epifis tulang panjang yang sedang tumbuh, diskusi epifiseal, yang terdiri dari tulang rawan hialain, bertanggung jawab untuk pertumbuhan longitudinal tulang tersebut.

Pada orang dewasa, tulang rawan hialain terutama terdapat di dalam dinding saluran pernapasan (hidung sampai bronkus), pada ujung ventral iga dan pada permukaan tulang di dalam persendian (kartilago artikularis). Pada mikroskop cahaya, tulang rawan hialin tampak sebagai massa jaringan yang terpisah yang dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat padat yang tidak beraturan disebut perikondrium. Perikondrium adalah selapis fibroblas yang menjadi satu dengan fibroblas dan matriks ekstraseluler jaringan yang langsung mengelingi tulang rawan. Perikondrium mempunyai lapis dalam yang gepeng yaitu kondroblas yang terutama tampak pada tulang rawan yang sedang tumbuh. Kondroblas adalah sel yang berdiferensiasi dan mensekresi matriks kartilaginosa ekstraseluler. Kondroblas dikelilingi oleh sekretnya disebut kondrosit. Kondrosit di kelilingi oleh matriks ekstraseluler heterogen terdiri atas matriks territorial yang sangat metakromatik dan matriks interselular kurang metakromatik.

Gambar stuktur tulang rawan hialin

b) Tulang Rawan Elastis Tulang rawan elastik ditemukan di dalam daun telinga, dinding kanalis auditorius eksternum, tuba auditorius (eustakii) dan epiglotis dan di dalam beberapa tulang rawan laring. Pada dasarnya, tulang rawan elastic identik dengan tulang rawan hialain kecuali bahwa di samping serabut kolagen, mengandung banyak jala-jala serabut elastic halus, Tulang rawan elastic segar mempunyai warna kekuning-kuningan yang disebabkan oleh adanya elastin di dalam serabut elastic tersebut. Seperti hal nya pada tulang rawan hialin, matriks ekstraseluler pada tulang rawan elastic adalah metakromatik karena kadar glikosaminoglikan yang tinggi.

c) Tulang Rawan Fibrosa (Fibrokartilago) Tulang Rawan Fibrosa (Fibrokartilago) adalah suatu jaringan dengan sifat-sifat pertengahan diantara sifat jaringan penyambung padat dan tulang rawan hialin, ditemukan di dalam diskus Intervertebalis, pada perlekatan ligamen tertentu ke tulang dan di dalam simfisis pubis. Fibrokartilago selalu berhubungan dengan jaringan penyambung padat dan daerah perbatasan di antara kedua kedua jaringan ini tidak jelas, tetapi memperlihatkan suatu peralihan secara berangsur-angsur. Fibrokartilago mengandung kondrosit yang mirip kondrosit tulang rawan hialin baik yunggal maupun dalam kelompok isogen kecil. Kondrosit-kondrosit tersebut sangat sering tersusun dalam kolom-kolom panjang. Matriks nya identik dengan tulangrawan hialain

kecuali bahwa banyak bahan intersel hialin digantikan dengan serabut kolagen kasar. Jalinan serabut kolagen, yang tertanam di dalam matriks hialin, sangat memperkuat tulng rawan tersebut sehingga dapat bertahan terhadap kekuatan yang besar namun tetap berpegas terhadap deformasi. Di dalam Fibrokartilago, serabut kolagen yang terdapat dalam jumlah

banyak tersebut membentuk berkas tidak teratur di antara kelompok kondrosit atau tersusun dalam susunan sejajar sepanjang kolom kondrosit. Fibrokartilago tidak mempunyai perikondrium. Fibrokartilago berkembang dari jaringan penyambung padat dengan diferensiasi fibroblast menjadi kondrosit.

Jaringan Tulang Sejati (Osteon) Tulang sejati merupakan jaringan ikat yang mengandung mineral. Jaringan tulang sejati terdiri dari bahan intersel yang mengalami klasifikasi, matriks tulang dan berbagai jenis sel: osteosit, yang osteosit, yang ditemukan dalam rongga (lakuna) di dalam matriks; osteoblas, yang mensintesa komponen organic matriks tersebut; osteoklas, yang merupakan sel raksasa berinti banyak dan diperlukan dalam resorpsi dan perubahan bentuk jaringan tulang. Karena tidak terjadi difusi melalui matriks tulang yang mengalami klasifikasi, pertukaran di antara osteosit dan kapiler darah tergantung kepada hubungan seluler melalui kanalikuli, yang menembus matriks tersebut. Sel-sel tulang penyusun tulang sejati: Osteoblas Osteoblas mempunyai inti yang jelas dengan anak inti yang besar basofilik dan aparatus golgi yang berkembang biak, yang mempersiapkan kolagen untuk di ekspor, glikogen glikosilat dan menghasilkan glikosaminoglikan dan glikoprotein untuk mtriks ekstraseluler. Sitoplasma osteoblas sangat basofil karena mengandung sejumlah besar RE

kasar. Osteoblas mensekresikan matriks ekstraseluler dan serupa dengan fibroblas dan kondroblas. Osteosit Osteosit adalah serupa dengan asteoblas dalam beberapa hal tetapi kurang aktif dalam sekresi matriks, karena itu RE kasar dan apparatus golgi kurang mencolok. Osteosit adalah sel matur yang ditemukan terbungkus di dalam lapisan-lapisan matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit pipih dan berbentuk buah badam ini memperlihatkan RE kasar dan badan golgi jauh berkurang. Meskipun ini merupakan tanda-tanda berkurang kegiatan sintesa, sel-sel ini aktif terlihat dalam pemeliharaan matriks tulang. Osteosit menempati lacuna pada matriks yang padat dan dilekatkan satu sama lain melalui juluran sel yang menempati kanalikuli. Osteoklas Osteoklas adalah sel motil (dapat bergerak) sangat besar dan sangat bercabangcabang. Bagian yang melebar dari badan sel memperlihatkan 6-50 nukleus atau lebih. Cabang ini sangat tidak teratur dan bervariasi dalam tebal dan bentuknya. Osteoklas biasanya menonjol di atas permukaan matriks dan kadang-kadang saling overlapping dengan osteoblas dan osteoklas lain. Peranan pasti osteoklas dalam resorpsi tulang belum jelas. Mereka mensekresikan kolagenase dan enzim proteolitik lain yang menyerang matriks tulang dan melepaskan zat dasar yang mengalami klasifikasi. Matriks Tulang Matriks ekstraseluler tulang terutama terisi oleh garam-garam anorganik tetapi juga mengandung sejumlah matriks organik. Matriks tulang mengandung beberapa glikoprotein yang tidak khas dan beberapa glikosaminoglikan (keratin sulfat, kondroitin sulfat, asam hialuronat). Matriks ekstraseluler tulang mengandung kompleks kalsium fosfat yang serupa dengan Hidroksiapatit. Matriks ini juga mengandung kalsium karbonat, sitrat, fluor, ion magnesium dan ion sodium. Jika matriks organic disingkirkan dari tulang maka mineral tulang yang tersisa sangat rapuh. Jika komponen mineral tulang disingkirkan maka melalui pemaparan yang lama terhadap asam dan agen chelasi, tulang menjadi lunak seperti karet. Kedua komponen tulang bekerja secara sinergis untuk menghasilkan kekuatan regangan dan fleksibelitas tulang yang hebat. Periosteum dan Endosteum Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel

pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak. Endosteum memiliki komponen yang sama dengan periosteum dan struktur nya pun hampir sama tetapi Endosteum jauh lebih tipis dan tidak memperlihatkan 2 lapisan yang jelas seperti periosteum. Di dalam jaringan penyambung periosteum dan endosteum adalah nutrisi jaringan tulang dan menyediakan suplai kontinu sel osteoblas baru untuk perbaikan dan pertumbuhan tulang. Struktur Tulang Struktur tulang di bagi menjadi 3 yaitu; Tulang panjang: Bagian bumbung tengah dari tulang panjang disebut diafisis yang terdiri dari tulang kompakta yang padat. Masing-masing ujungnya mempunyai bagian yang melebar disebut metafisis yang mencakup daerah dimana tulang kompak membentuk bungkus sekitar suatu masa spongiosa atau tulang spongiosa. Ujungujung tulang ditutupi oleh epifis. Permukaan sendi (daerah dimana tulang-tulang berdekatan ) mempunyai suatu lapisan tipis tulang rawan hialin yang menutupi epifis tulang kompak. Hubungan antara epifis dengan metafisis disebut lempeng epifis. Tulang pendek: terdiri atas bagian tengah tulang spongia dikelilingi oleh tulang kompakta (misalnya tulang-tulang karapal dan tarsal). Tulang gepeng: terdiri atas dua lapisan kompakta (lempeng) dipisahkan oleh selapis tulang spongiosa (diploe) misalnya pada tulang tengkorak, skapula. Secara Histologis, ada 2 macam jaringan tulang : Tulang Primer dan Tulang Sekunder. Tulang Primer (Imatur/Woven) : Muncul pertama kali dalam pembentukan setiap tulang. Bersifat temporer pada orang dewasa digantikan dengan jaringan tulang sekunder kecuali pada sedikit sekali tempat di dalam tubuh misalnya dekat sutura tulang-tulang pipih tengkorak, di dalam soket gigi dan di dalam insersi beberapa tendon. Lebih sedikit kandungan mineralnya sehingga mudah ditembus sinar-X dan lebih tinggi presentase osteosit nya. Tulang Sekunder : Jenis tulang yang di temukan pada orang dewasa. Secara khas memperlihatkan serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel yang sejajar satu sama lain atau tersusun secara konsentris di sekitar suatu saluran vaskuler. Seluruh kompleks yang terdiri dari lamel-lamel konsentris yang mengelilingi suatu saluran yang mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan

penyambung longgar disebut sistem Havers atau osteon. Lakuna-lakuna dengan osteosit ditemukan diantara dan kadang-kadang di dalam lamel tersebut. Di sekitar system Havers atau lamel yang berdekatan sering ada suatu lapisan bahan amorf yang di sebut zat semen. Selama pertumbuhan dan bahkan pada tulang orang dewasa selalu ada perusakan dan pembentukan kembali system Havers sehingga sering terlihat system dengan hanya beberapa lamel saja dan suatu saluran sentral yang besar.

Pada masa pertumbuhan, terutama saat masih bayi, tulang-tulang manusia masih berupa tulang rawan. Di beberapa bagian, misalnya di tulang ubun-ubun, hubungan antar tulang masih belum menutup. Semakin lama ruang antar selnya terisi zat kapur sehingga semakin bertambah keras. Namun, pada bagian tertentu, tulang itu tetap sebagai tulang rawan. Misalnya pada daun telinga, cuping hidung, sendi dan antar ruas tulang belakang. Perkembangan Tulang Pada saat embrio, rangka vertebrata tersusun atas tulang rawan hialin. Sebagian tulang ini akan berkembang menjadi tulang keras atau mengalami osfikasi (penulangan). Contohnya adalah osifikasi yang terjadi pada tulang pipa, misalnya tulang lengan dan tungkai. Mula-mula pembuluh darah masuk ke dalam perikondrium di tulang tungkai bagian diafisis. Hal ini akan merangsang sel perikondrium menjadi osteoblas dan memproduksi tulang keras di bagian tungkai. Jaringan penghubung yang membungkus tulang yang sedang berkembang disebut periosteum. Pusat osifikasi di dalam diafisis kemudian terisi pembuluh darah dan osteoklas. Matriks kartilago mulai terisi kalsium dan fosfat yang terbawa oleh darah. Tetapi kemudian daerah ini mengalami erosi oleh osteoklas sehingga tulang membentuk rongga sumsum. Tulag rawan terus tumbuh di kedua ujungsehingga tulang memanjang. Hasil pemanjangan tulang rawan ini kemudian akan diganti oleh tulang spons. Pada mammalia, pusat osifikasi juga terdapat di ujung tulang yang membesar (epifis) pada tulang pipa. Persendian Tulang di hubungkan dengan tulang lain untuk membentuk rangka tubuh dengan struktur jarigan penyambung yang disebut persendian. Persendian dapat di golongkan sebagai Diartosis dan Sinartosis. Diartosis : Hubungan antara tulang yang satu dengan yang lain yang tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga memungkinkan terjadinya gerakan tulang

secara lebih bebas. Permukaan sendi yang saling bergeser dilapisi oleh tulang rawan hialin yang tidak mempunyai perikondrium. Pergeseran ini dipermudah dengan cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas. Sinartosis : Hubungan antara kedua ujung tulang yang direkatkan oleh suatu jaringan ikat yang kemudian mengalami osifikasi (penulangan) sehingga tidak memungkinkan adanya gerakan. Ada 3 jenis Sinartosis yaitu Sinostosis ; persendian ini tulang-tulang dipersatukan oleh jaringan tulang, pada orang tua sinostosis mempersatukan kepala, pada anak-anak tulang-tulang ini dipersatukan oleh jaringan penyambung padat. Sinkondrosis ; persendian dimana tulang-tulang dihubungkan dengan tulang rawan hialin. Dapat terjadi gerakan terbatas. Tulang iga dilekatkan ke tulang dada dengan cara ini. Sindesmosis ; Tulang-tulang dihubungkan dengan jaringan penyambung (misalnya artikulasio tibiofibularis inferior).

2. JARINGAN OTOT Jaringan otot terdiri dari sel yang berbeda-beda, mengandung protein kontraktil. Struktur biologi dari protein ini membangkitkan tekanan yang dibutuhkan untuk kontraksi selular yang menimbulkan gerakan diantara organ tertentu dan tubuh sebagai suatu kesatuan. Jaringan otot terdiri atas otot rangka, otot polos dan otot jantung. Jaringan otot berfungsi sebagai penggerak. Jaringan otot rangka terdiri atas sel-sel otot yang apabila diamati dengan mikroskop memiliki garis gelap dan terang berselang-seling. Karena itu sel otot rangka dikenal pula sebagai sel otot lurik atau sel otot bergaris melintang. Sel otot rangka mempunyai banyak inti. Sel otot lurik bekerja karena pengaruh kehendak kita. Sel otot polos terdapat pad organ dalam, misalnya di usus dan pembuluh darah. Serabut kontraktil otot polos tidak memiliki garis gelap dan terang. Sel otot polos berbentuk gelondong dan berinti satu. Kerja otot polos tidak dipengaruhi kehendak kita. Otot jantung terdiri dari sel-sel yang memiliki garis gelap dan terang seperti otot lurik, tapi bekerja di luar kehendak kita. 1) Otot rangka (otot lurik) Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar.otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas-berkas sel sangant panjang (sampai 30 cm), silindris, dan berinti banyak. Inti lonjong umumnya terletak di tepi sel di bawah membran sel.

Mekanisme kontraksi Permulaan kontraksi otot terjadi melalui pengikatan Ca2+ pada unit TnC dari troponin, yang menyingkap tempat melekat miosin pada aktin. Pada tahap kedua, kepala miosin melekat pada aktin dan ATP pecah menjadi ADP dan energi yang menimbulkan gerakan dari kepala miosin. Sebagai akibat dari perubahan ini, filamen tipis yang terikat tergeser di samping filamen tebal. Proses ini yang berulang banyak kali selama satu kontraksi menghasilkan keadaan pemendekan dari serat otot secara sempurna.

2) Otot Jantung Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat.Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung. Sel otot jantung memperlihatkan pola pita bergaris melintang yang sama dengan pola garis melintang pada otot rangka. Akan tetapi tidak seperti otot rangka yang tidak berinti banyak, setiap sel otot jntung memiliki satu atau dua inti pucat yang terletak di tengah. Disekeliling sel-sl otot terdapat selubung halus jaringan ikat endomisium yang mengandung jalinan yang kaaya akan pembuluh darah. Salah satu ciri yang dapat membedakan dan unik dari otot jantung ialah adanya garisgaris gelap melintang yang melintasi rantai sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur. Diskus interkalaris ini merupakan komplex tautan yang terdapat pada pertemuan antara selsel otot jantung yang bersebelahan. Tautan ini mungkin verupa garis lurus atau mungkin memperlihatkan suatu pola mirip tangga. Daerah transversal, daerah yang tegak lurus terhadap serat dan bagian lateral yang berjalan pararel terhadap miofilamen. Terdaapat 3 kekhususan pada diskus, yaitu a. Fasia adherens merupakan bagian yang paling mencolok pada bagian diskus transveralis. Berfungsi sebagai tempat menambat bagi filamen aktin dari sarkomer terminal. b. Macula Adherens atau dismosom terdapat pada bagian transversal dan mengikat sel-sel jantung menjadi satu untuk pemisahan sel-sel jantung di bawah keadaan aktivitasw kontraktil yang konstan. c. Gap junction menyediakan suatu arus ion yang terus menerus diantara sel-sel yang berdekatan.

Sel otot jantung mengandung banyak mitokondria, yang menempati 40% atau lebih volume sitoplasma, mencerminkan kebutuhan akan metabolisme anaerobik secara terusmenerus. Sebagai pembanding pada otot rangka hanya hampir 2% yang ditutupi mitokondria. Terdapat sedikit perbedaan antara otot jantung di atrium dan ventrikel. Susunan miofilamen sama pada kedua otot jantung, tetapi otot atrium jelas mempunyai tubulus T lebih sedikit dan selnya agak lebih kecil.

3) Otot polos Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos terdiri atas sel yang panjang dan tidak bergaris melintang, masing-masing dibungkus oleh lamina basalis dan jalinan serat retikulum. Sel otot polos berbentuk fusiform, yaitu sel otot paling lebar di tengah dan meruncing pada kedua ujungnya. Setiap sel memiliki inti tunggal di pusat pada bagian sel yang paling lebar. Agar berhimpit lebih erat bagian yang sempit dari satu sel terletak berdampingan dengan bagian lebar sel tetangga. Bila susunan demikian dilihat pada potongan melintang akan tampak berbagai garis tengah dan hanya bagian terbesar saja yang mengandung inti. Pada umumya, otot polos terdapat dalam lembaran-lembaran seperti yan terdapat dalam dinding visera berongga, misalnya usus, uterus, ureter dll. Otot polos umumnya bereaksi spontan bila tidak ada stimulus saraf. Suplai persarafan otot polos oleh karena itu

memiiki fungsi mengubah aktivitas daripada mengawalinya, seperti pada otot rangka. Otot polos menerima ujung saraf adrenergik dan kolinergik yang bekerja secara antagonis, merangsang atau menekan aktivitas otot polos. Pada beberapa organ ujung kolinergik akan mengaktifkan dan saraf adrenergik akann menekan. Pada organ lain terjadi sebaliknya. Selain untuk aktivitas kontraktil, sel otot polos juga mensintesis kolagen, elastin, dan proteoglikans (produk ekstra sel yang biasanya berubungan dengan fungsi fibroblas). Perbedaan antara otot polos,otot lurik dan otot jantung Pembeda Bentuk sel Otot polos Kumparan Otot lurik Serabut, silinder Otot jantung Serabut,silinder bercabang Inti(nukleus) Sifat kerja Satu ditengah Tidak sadar(involunter) Reaksi rangsang Warna Letak terhadap Lambat,tidak mudah Cepat,mudah lelah lelah Polos saluran-saluran sistem organ Lurik Pada rangka Banyak,ditepi Sadar(volunter) Inti di tengah Tidak sadar (involunter) Lambat,teratur, tidak mudah lelah Lurik Dinding jantung

Regenerasi otot Otot jantung sebenarnya tidak mempunyai kemampuan regenerasi setelah masa kanak-kanak. Kerusakan pada otot jantung biasanya digantikan oleh poliferasi jaringan ikat, membentuk luka parut miokardinal. Pada otot rangka meskipun inti tidak mampu bermitosis, jaringanya memiliki regenerasi yang terbatas. Sumber yang diyakini beregenersi adalah sel satelit. Sel satelit adalah populasi kecil sel mononukleus berbentuk gelendong yang terletak di dalam lamina basalis yang mengelilingi setiap serat otot matang. Karena ubunganya yang erat dengan permukaan serat otot, maka sel satelit hanya dapat dikenali dengan mikroskop elektron. Sel satelit dianggap sebagai mioblas tidak aktif yang menetap sehabis diferensiasi otot. Setelah cdera atau rangsangan tertentu lainnya, maka sel satelit yang biasanya diam, menjadi aktif, berpoliferasi dan bergabung membentuk serat otot rangka baru. Aktifitas sel satelit yang

sama berperan pada hipertrofi otot, dimana sel satelit bersatudengan serat induknya yang akan menambah masa otot sesudah latihan berat. Akan tetapi kemampuan regenerasi otot rangka sangat terbatas, mengikuti satu trauma otot utama atau degenerasi. Otot polos mampu memberikan respon regenerasi aktif. Seetelah cedera, sel-sel otot polos mononukleus yang masih hidup dan perisit dari pembuluh darah mengalami mitosis dan menggantikan jaringan yang rusak 3. JARINGAN SARAF Jaringan saraf merupakan jaringan yang terdiri dari neuron (sel saraf), neuroglia dan sel schwann (sel penyokong) yang sangat berkaitan dan berintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Jaringan saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls ke pusat, hingga pusat memberikan respon atas rangsang tersebut (Subowo, 1992: 161). Neuron Neuron atau sel saraf adalah satuan anatomis dan fungsional independen dengan ciri morfologis majemuk yang berperan pada penerimaan, dan pemrosesan rangsang, pencetus aktivitas sel tertentu, pelepas neurotransmiter dan penyampai informasi lainnya (L. Carlos Jungqueira, dkk : 1998). Bagian dari neuron meliputi: 1. Badan sel Bagian sel saraf yang mengandung sitoplasma dan inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula sebagai perikarion. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam, tergantung fungsi dan letaknya. Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya berbentuk bulat dan berukuran besar. Ciri khas dari sitoplasma sel neron yaitu adanya bangunan basofil yang berbentuk sebagai bercak-bercak yang dinamakan Substansi Nissl yang tidak lain adalah granular endoplasmic reticulum yang banyak mengandung butirbutir ribosom untuk mendukung adanya kegiatan sintesis protein. Mitokhondria yang dikenal sebagai sumber energi bagi sebuah sel juga terdapat dalam sitoplasma sel saraf bahkan meluas ke dalam tonjolan-tonjolannya. Terdapat pula kompleks golgi , dan neufibril terdiri atas berbagai bentuk misalnya sebagai mikrotubuli, nerofilamen dan aktin. Fungsinya selain bertindak sebagai kerangka sel juga diduga sangat berguna dalam pengangkutan bahan-bahan dalam tonjolan sel.

2. Dendrit Dendrit (Yn, dendron: pohon) merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang bercabang-cabang sebagai pohon sehingga memperluas permukaan sel saraf. Dendrit berperan dalam menerima rangsangan dari lingkungan, sel epitel (reseptor) atau neuronneuron lainnya. Bentuk percabangan dendrit tergantung dari jenis sel sarafnya. Fungsinya merambatkan impuls ke arah badan sel. 3. Akson Merupakan tonjolan yang hanya terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls yang meninggalkan badan sel, dan berbeda dengan tonjolan yang dinamakan dendrit. Panjang akson dari beberapa cm sampai beberapa puluh cm demikian pula diameternya juga berbedabeda. Makin besar diameternya makin cepat perambatan impulsnya. Di beberapa tempat akson memberikan percabangan yang dinamakan kolateral, sedang ujung akson akan bercabang-cabang sebagai pohon yang dinamakan telodendron. Akson berperan dalam menghantarkan impuls-impuls saraf ke sel-sel lainnya yang tidak lain adalah perubahan potensial listrik, agar efisien maka perlu dibungkus dengan bahan isolator yang dinamakan Selubung mielin.

Sumber:http://www.sman2-tsm.sch.id/2010/03/sistem-koordinasi/ Klasifikasi neuron berdasarkan fungsi: Sel Saraf Sensorik (Neuron Aferen)

Sel saraf yang berfungsi menghantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet). Sel Saraf Motorik (Neuron Eferen) Sel saraf yang mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. Sel Saraf Penghubung (Sel Saraf Intermediet atau Konektor). Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf penghubung menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.

Sumber: http://takashinreisa.blogspot.com/2009/12/jaringan-saraf.html

Klasifikasi neuron Berdasarkan Bentuk Percabangan Neuron Unipolar Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf T. Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai akson. Neuron unipolar ini umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensori neuron yaitu sebagai pembawa sinyal dari bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat. Neuron Bipolar

Sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara yang lain berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf neuron bipolar mempunyai bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan berbagai neuron di dalam otak dan spinal cord.

Neuron Multipolar Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson.

Karena jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar ini seringkali dikatakan berbentuk multigonal. Neuron multipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana motorneuron, yaitu membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun kelenjar.

Unipolar Jaringan Pengisi

Bipolar

Multipolar

Jaringan pengisi meliputi semua komponen jaringan saraf yang tidak ikut berfungsi dalam merambatkan impuls saraf, tetapi bukan jaringan pengikat oleh karena berasal dari jaringan ektoderm. Pada Sistem Saraf Pusat, sel-sel jaringan pengisi dinamakan neroglia. Pada Sistem Saraf Perifer terdapat sel satelit atau sel kapsel (selapis sel kuboid) dalam ganglion, dan sel Schwann. Fungsi jaringan neroglia bertindak sebagai penyokong, untuk nutrisi dan sebagai isolator terhadap gel saraf. Hubungan antara sel glia dan sel saraf demikian eratnya sehingga merupakan unit fungsional. Dalam Sistem Saraf Pusat dibedakan adanya beberapa jenis sel.

Sel Ependim Sel ependim telah umum disepakati dimasukkan ke dalam kelompok neroglia,

walaupun badan selnya tidak terdapat di antara sel-sel saraf. Oleh karena pada saat pembentukan Sistem Saraf Pusat sel-sel ependim membatasi Tuba neuralis maka setelah lahir sel-sel ini masih diketemukan membatasi rongga otak yang dinamakan ventriculus dan rongga pada Medulla spinalis yang dinamakan Canalis centralis. Ependim yang digolongkan dalam sel neroglia mempunyai fungsi:

1) Pada waktu pembentukan Sistem Saraf Pusat sebagai sel-sel proliferatif yang menghasilkan neroblas yang akan jadi sel saraf, dan spongioblas yang akan menjadi neuroglia. 2) Sebagai sel penyokong. 3) Sebagai pembatas rongga Sistem Saraf Pusat. 4) Sebagai epitil Plexus choroideus.

Astrosit Astrosit menunjukkan inti yang paling besar dan berbentuk ovoid atau bulat dengan

warna yang pucat oleh karena butir-butir khromatin yang halus dan tersebar. Sebagian besar khromatin menempel pada selubung inti sehingga batas inti menjadi lebih jelas. Di dalam intinya kadang-kadang dapat terlihat nukleolus. astrosit dibedakan menjadi Astrosit protoplasmatis terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel ini mempunyai tonjolantonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh permukaan sel. Kadang-kadang tonjolan tersebut berakhir pada pembuluh darah kecil sebagai cabang-cabang yang lebih kecil membentuk "perivascular feet". Di dalam sitoplasmanya dapat diperlihatkan butir-butir yang dinamakan gliosom. Astrosit fibrosa sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substanstia alba. Perbedaannya dengan astrosit protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolan-tonjolannya yang lebih panjang dan lurus dengan sedikit percabangan. Di dalam tonjolan-tonjolan tersebut terdapat gambaran filamen.

Mikroglia

Mikroglia merupakan pengecualian dalam asal-usulnya oleh karena berasal dari jaringan mesenkhim. Sel ini dapat dibedakan dengan yang lain karena bentuk intinya yang memanjang dengan butir-butir khromatin yang tersebar rata. Kadang-kadang masih dapat terlihat sitoplasma di sekitar intinya. yang berasal dari sel-sel yang berasal dari mesoderm dinamakan pula mesoglia. Sel inipun diketemukan untuk pertama kali oleh Del Rio Hortega dalam tahun 1920. Lebih banyak diketemukan dalam substantia grisea sebagai sel-sel satelit perivaskuler. Oleh karena sel-sel mikroglia ini baru diketemukan setelah otak mendapatkan pembuluh darah, maka diduga bahwa sel-sel tersebut datang bersama-sama dengan pembuluh darah. Mulamula tampak sebagai sel-sel ameboid di bawah piamater (pembungkus otak) kemudian masuk ke dalam jaringan saraf. Pada kerusakan jaringan otak sel-sel mikroglia dapat berubah menjadi fagosit.

Oligodendroglia Oligodendroglia atau oligodendrosit merupakan sel glia yang bertanggung jawab

menghasilkan myelin dalm susunan saraf pusat. Sel ini memiliki lapisan substansi lemak sepanjang sel saraf se hingga terbentuk myelin. Mielin pada susunan saraf tepi dibentuk oleh sel schwann. Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi. Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibungkus oleh sel schwann yang membungkus semua neuron sistem saraf tepi. Neurolema merupakan pelindung dan penyokong bagi tonjolan saraf. Untuk pertama kalinya diketemukan oleh Del Rio Hortega. Sel tersebut selain lebih kecil juga mempunyai tonjolan sangat sedikit (oligo = sedikit) yang tidak memperlihatkan gambaran filamen di dalamnya. Sel ini banyak diketemukan dalam substantia grisea terutama di dekat sel-sel neron sehingga dinamakan juga sebagai sel satelit perineal. Pada substantia alba oligodendroglia biasanya terdapat di antara serabut-serabut saraf bermielin, karena selsel tersebut membentuk selubung mielin seperti halnya Sel Schwann pada Sistem Saraf Perifir. Apabila terdapat di antara pembuluh darah dinamakan sel satelit perivaskuler.

Sel Schawn Merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron di luar sistem syaraf pusat.

Membentuk myelin maupun neurolemma syaraf tepi. Neurolemma adalah membran

sitoplasma halus yang dibentuk sel schwann yang membungkus semua neuron susunan saraf tepi (bermielin atau tak bermielin) yang merupakan penyokong dan pelindung sel syaraf.

Mielin Kebanyakan, setiap akson dibungkus oleh selubung mielin yang dapat memperbesar

diameter neuron sehingga meningkatkan kecepatan impuls neurologis, yaitu 120 meter per detik atau 20 kali lebih cepat dibanding neuron yang tidak berselubung mielin. Selubung mielin tersebut disusun oleh sel sel khusus yang disebut sel schwann. Pada bagian akson terdapat bagian atau titik yang tidak terbungkus selubung mielin disebut Nodus Ranvier, memiliki diameter sekitar 1 mikrometer. Nodus Ranvier ditemukan oleh Louis-Antoine Ranvier. Selubung mielin berfungsi sebagai pelindung akson dan membungkusnya, namun selubung ini tidak membungkus secara keseluruhan, dan yang tidak terbungkus merupakan Nodus Ranvier (mempercepat penghantaran impuls). Akson memiliki cabang-cabang dan pada setiap ujung cabangnya terdapat suatu penonjolan yang disebut sebagai bonggol akson terminal akson, terminal knobs,synaptic knobs. Bila membentuk sinaps dengan sel tubuh disebut aksosomatik, dengan dendrit aksodendritik, dan dengan akson aksoaksonik. Neurotransmitter Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin dalam vesilel kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran postsinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

Impuls Melalui Sel Saraf (Impuls syaraf melintasi membran plasma) Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial listrik

antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf (akson), Adanya perbedaan potensial listrik tersebut dikarenakan perbedaan muatan di dalam dan di luar membran plasma akson yang disebabkan oleh perbedaan dalam penyebaran ion pada kedua sisi mebran tersebut. Pada saat

sel saraf istirahat, sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira 60 mV, sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan positif Konsentrasi ion Na+ di luar akson lebih besar dibanding di dalam, dan konsentrasi ion K+ di dalam lebih besar dibanding di luar). Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls merambat melalui sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam menjadi positif, kira-kira +60 mV ini terjadi karena permeabilitas terhadap ion Na+ meningkat, akibatnya Na+ yang berasal dari luar membran mudah masuk ke dalam akson dan muatan berubah menjadi positif. Setelah Na+ masuk ke dalam membran plasma akson , dengan cepat ion K+ ditranspor ke luar membran , dan muatan di sebelah luar menjadi negatif. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan impuls disebut potensial kerja. Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson. Proses depolarisasi merambat sepanjang serabut saraf bersamaan dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di sebelah luar membran merambat sepanjang serabut saraf. Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls karena terjadi perubahan dari potensial kerja menjadi potensial istirahat. Agar dapat berfungsi kembali, diperlukan waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan. Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter per detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira hanya 0,5 meter per detik. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf, yaitu selaput mielin dan diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang bermielin, depolarisasi hanya terjadi pada nodus Ranvier sehingga terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya impus saraf lebih cepat merambat. Semakin besar diameter serabut saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya (Andri Witheastuti, 2011: http://andriwempede.blogspot.com/2011/03/perambatan-impulsesaraf.html).

Impuls Melalui Synapsis Synaps menghubungkan akson dari suatu neuron dengan dendrit dari neuron lainnya.

Setiap ujung akson membengkak membentuk bonggol yang disebut bonggol sinapsis. Pada bonggol sinapsis tersebut terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis.

Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter yang berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain. Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutnya terdapat celah sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan membran postsinapsis dari sel saraf berikutnya atau membran efektor. Apabila impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isinya, yaitu neurotransmitter, ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh neurotransmitter ini. Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju membran postsinapsis. Zat kimia neurotransmitter mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada membran postsinapsis dan terjadilah potensial kerja. Ini berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf berikutnya. Dengan demikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara perpindahan zat-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sel saraf berikutnya dengan cara rambatan potensial kerja. Apabila neurotransmitter sudah melaksanakan tugas, neurotransmitter akan diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinapsis, Misalnya, apabila neurotransmitter berupa asetikolin maka enzim yang menguraikannya adalah enzim asetilkolinesterase. Gelembung-gelembung sinapsis yang menyimpan dan melepaskan transmitter molekul kecil terus menerus mengalami daur ulang , artinya dapat dipakai lagi. Setelah mereka bersatu dengan membran sinaptik dan membuka untuk melepaskan substansi transmitternya mula mula gelembung membran menjadi bagian dari membran sinaptik. Namun , dalam beberapa detik sampai beberapa menit , bagian gelembung dari membran masuk kembali ke bagian dalam ujung presinaptik dan mencomot untuk membentuk gelembung baru. Gelembung ini tetap berisi protein transpor yang sesuai untuk mengkonsentrasikan substansi transmitter baru di bagian dalam gelembung (Andri Witheastuti, saraf.html). 2011: http://andriwempede.blogspot.com/2011/03/perambatan-impulse-

Sumber:http://www.sman2-tsm.sch.id/2010/03/sistem-koordinasi/

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Kurt. E, 1987. Histologi dan Biologi Sel. Jakarta: Janquiera, L. Carlos, dkk, 1998. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGG. Reisa, Taka Shin, 2009, Jaringan Saraf, [online] http://takashinreisa.blogspot.com/2009/12/jaringan-saraf.html: 18 September 2011 Subowo, 1992, Histologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara