makalah hewan serasah

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis, Ekologi pada daerah tropis membicarakan wilayah diantara garis 23 ½ ° lintang utara dan 23 ½ ° Lintang selatan. Flora dan fauna daerah tropis memiliki spesies yang luar biasa banyaknya untuk hampir semua taxon bila dibandingkan dengan flora dan fauna daerah sedang. Maka banyak terdapat bentuk yang hampir-hampir seragam dari spesies-spesies yang sangat banyak itu, dalam arti sifat dominan yang tidak menyolok, oleh karena itu terdapat sejumlah daerah yang memiliki vegetasi yang tampak seragam sedang daerah lain perbedaan vegetasinya nyata (Soendjojo, 1986). Keanekaragaman hayati merupakan asosiasi antara faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik terdiri dari suhu, kadar air, porositas, tekstur tanah, salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur mineral. Dikawasan hutan banyak sekali pepohonan yang kemudian juga mendukung banyaknya serasah yang ada di daerah tersebut. Lapisan serasah atau lantai hutan merupakan seluruh bahan organik mati yang berada di atas permukaan tanah. Serasah atau sisa biomassa menjadi sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk 1

Upload: glori-merkristivita

Post on 11-Sep-2015

259 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah ekologi hewan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara beriklim tropis, Ekologi pada daerah tropis membicarakan wilayah diantara garis 23 lintang utara dan 23 Lintang selatan. Flora dan fauna daerah tropis memiliki spesies yang luar biasa banyaknya untuk hampir semua taxon bila dibandingkan dengan flora dan fauna daerah sedang. Maka banyak terdapat bentuk yang hampir-hampir seragam dari spesies-spesies yang sangat banyak itu, dalam arti sifat dominan yang tidak menyolok, oleh karena itu terdapat sejumlah daerah yang memiliki vegetasi yang tampak seragam sedang daerah lain perbedaan vegetasinya nyata (Soendjojo, 1986). Keanekaragaman hayati merupakan asosiasi antara faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik terdiri dari suhu, kadar air, porositas, tekstur tanah, salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur mineral. Dikawasan hutan banyak sekali pepohonan yang kemudian juga mendukung banyaknya serasah yang ada di daerah tersebut.Lapisan serasah atau lantai hutan merupakan seluruh bahan organik mati yang berada di atas permukaan tanah. Serasah atau sisa biomassa menjadi sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah. Selain itu serasah yang jatuh di permukaan tanah dapat melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan dan mengurangi penguapan. Tinggi rendahnya peranan serasah ini ditentukan oleh kualitas bahan organik tersebut. Semakin rendah kualitas bahan, semakin lama bahan tersebut dilapuk sehingga terjadi akumulasi serasah yang cukup tebal pada permukaan tanah hutan.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana tingkat keanekareagaman dan kemelimpahan hewan serasah di Daerah Pengunungan Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kab. Banjar?

1.3 Tujuan PenulisanUntuk mengetahui tingkat keanekareagaman dan kemelimpahan hewan serasah di Daerah Pengunungan Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kab. Banjar.

1.4 Batasan MasalahSemua data dan hewan serasah yang diambil dan dihitung tingkat keanekaragaman dan kemelimpahannya merupakan hewan yang ditemukan didalam 4 plot yang dibuat saat pelaksanan praktikum di Daerah Pengunungan Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kab. Banjar.

1.5 Manfaat Penulisan1. Sebagai bahan informasi mengenai Keanekaragaman dan Kemelimpahan Hewan Serasah di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Pendidikan Biologi khususnya mahasiswa pengikut mata kuliah Ekologi Hewan.3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekologi Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang berarti tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu atau telaah. Ekologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang makhluk hidup, terutama yang berhubungan dengan adanya saling ketergantungan antara sesama makhluk hidup maupun dengan lingkungannya (Soendjojo, 1986: 8). Ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan mahluk hidup dengan komponen sekitarnya. Ruang lingkup Ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain:a. Suhu; perubahan suhu dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Perubahan suhu menimbulkan perubahan tekanan udara . suhu yang paling menguntungkan adalah antara 80-900 Fahreinhet (Soendjojo, 1986:12). suhu tanah optimum bagi pertumbuhan tumbuhan , berda dalam daerah equator dengan naik turunnya suhu yang sangat kecil. Suhu tanah mendekati tetap pada suatu kedalaman dibawah permukaan (Michael:35).b. Udara; untuk melangsungkan proses respirasi pada mahluk hidup, diperlukan udara khususnya oksigen. Karena oksigen dapat membakar zat-zat sisa metabolisme dalam tubuh sehingga proses respirasi ini penting bagi mahluk hidup.c. Air;d. Cahaya matahari; terlalu banyaknya atau terlalu sedikitnya intensitas sinar maka akan sangat mempengaruhi hewan dan tumbuhan dalam lingkungannya (Michael:17).e. Angin; angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air pada organisme dengan cara meningkatkan laju penguapan pada hewan (Campbell, edisi 5:274).f. Batu dan tanah; struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompokan pada area tertentu secara acak pada ekosistem terestrial (Campbell, edisi 5:274).Sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.Ekologi dapat dibagi menjadi autekologi dan sinekologi. Autekologi membahas sejarah hidup dan pola adaptasi individu-individu organisme terhadap lingkungan sedangkan sinekologi membahas golongan atau kumpulan organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan. Untuk mengetahui hubungan jenis serangga dengan lingkungannya maka kajian tersebut bersifat autekologi, sedangkan studi yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik lingkungan dimana serangga itu hidup, maka pendekatannya bersifat sinekologi.

2.2. Hewan SerasahSerangga adalah hewan yang sudah ada sejak zaman dahulu dan mendominasi bumi (Borror et al., 1997, dalam Samsul et al, 2014). Serangga dapat ditemukan di berbagai tempat termasuk di permukaan tanah. Serangga permukaan tanah merupakan serangga pemakan tumbuhan hidup dan tumbuhan mati yang berada di atas permukaan tanah. Serangga tanah berperan dalam proses perombakkan atau dekomposisi material organik tanah sehingga membantu dalam menentukan siklus material tanah sehingga proses perombakan di dalam tanah akan berjalan lebih cepat dengan adanya bantuan serangga permukaan tanah. Salah satu serangga tanah yang berperan dalam proses dekomposisi tanah adalah ordo Collembola (Borror et al., 1997, dalam Samsul et al, 2014). Kehidupan serangga tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan antara lain faktor mikro dan faktor makro lingkungan permukaan tanah. Faktor mikro yang mempengaruhi kehidupan serangga tanah adalah ketebalan serasah, kandungan bahan organik, pH, kesuburan, jenis tanah, kepadatan tanah, dan kelembaban tanah, sedangkan faktor makro adalah geologi, iklim, ketinggian tempat, jenis tumbuhan, dan penggunaan lahan (Purwowidodo, 2003, dalam Samsul et al, 2014). Terdapat saling keterkaitan fungsional antara komunitas dan habitat yang banyak dan majemuk yang menyusun ekosistem yang paling penting diantaranya adalah pembentukan tanah, pendauran hara dan arus energi. Tmbuhan dan hewan penting perananya di dalam pembentukan tanah, baik pengaruhnya terhadap tanah, maupun batuannya dalam produksi humus.Pembentukan serasah lebih rendah di daerah arktik dibandingkan di daerah tropika. Di daerah tropika yang panas jumlah humusnya yang terkumpul d dasar hutan adalah rendah sebab laju dekomposisi yang tinggi, oleh sebab air permukaan dan peliindian (Soetjipta, 1993, dalam Dharmono at al, 2015).Seekor hewan memakan dan melaksanakan metabolisme makanan dari tumbuhan. Banyak makanan dari tumbuhan itu dikembalikan ke tanah, sebagai ekstrakta hewan yang masih hidup, sebagian lainnya lagi sebagai tubuh hewan yang telah mati, sebagian lagi berwujud gas.Jumlah merupakan suatu ciri kemelimpahan dan frekuensi hewan- hewan dalam daerah studi, kemelimpahan setiap spesies tertentu mengacu pada jumlah individu yang sebenarnya ada (Campbell, edisi kelima:98). Kemelimpahan dan keanekaragaman fauna pada atau dalam tanah di pengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, antara lain vegetasi tanah, suhu tanah, pH tanah, kadar air, atmosfer tanah, dan profil tanah.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Metode Pengumpulan DataMetode survey lapangan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel. Pengambilan sampel langsung dengan tangan tanpa alat, kecuali untuk membuat plot sebnyak 4 buah plot untuk daerah pengambilan sampel.3.2 Lokasi PenelitianLokasi penelitian berada Di Daerah Pengunungan Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kab. Banjar.

3.3 Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan, meliputi:1. 17

2. Kuadran pencuplikan 3. Plastik gula/obat4. Kertas Label5. Mistar ukur6. Tali rapia7. Rollmeter8. Luxmeter9. Higrometer10. Anemometer11. Termometer12. Soil tester

3.4 Prosedur Kerja1) Menentukan lokasi sampel2) Membuat 4 buah plot ukuran 1 x 1 m2 di bawah pohon karet (Havea brasiliensis) dengan membagi jaraknya sekitar 90 0 satu sama lain.3) Mengambil hewan yang ditentukan dan menghitung jumlahnya 4) Mengulangi langkah kerja dari 1 sampai 3 untuk lokasi sampel ke 2.5) Menentukan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban baik tanah maupun udara, pH, intensitas cahaya dan kecepatan angin.6) Menentukan tebal serasah dengan mistar ukur7) Menentukan warna tanah dan jenis pohon disekitar tumpukan serasah8) Menghitung K, KR, F, FR, H dan NP setiap species yang telah diidentifikasi 9) Menghitung keanekaragaman dan kemelimpahannya.

Kerapatan= Jumlah individu suatu species

Jebakan

Kerapatan Relatif= Kerapatan suatu species x 100 %

Total kerapatan seluruh species

Frekuensi= Jumlah plot yang ditempati suatu species

Total seluruh plot

Frekuensi Relatif (FR)= Jumlah frekuensi suatu speciesx 100 % Total frekuensi seluruh species

Nilai Penting (NP)= KR + FR

H = - Pi ln PiPi = n/Nn = Jumlah individu suatu spesiesN = Jumlah seluruh idividu

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil PenelitianTabel 1. Spesies pada keanekaragaman dan kemelimpahan hewan serasahNoNama spesiesFoto Pengamatan

1.Leptogenys atienuate

2.Polydesmus angusta

3.Coccinela arcuata

4.Harmolita grandis

5.Anamesia lindsayi

6.Camponotus sideview

7.Myrmicaria brunnea

8.Fam.Miryapoda

Tabel 2. Inventaris Hewan SerasahNo.Nama SpesiesPlot 1Plot 2Plot 3Plot 4

1.Leptogenys atienuate

2.Polydesmus angusta

3.Coccinela arcuata000

4.Harmolita grandis00

5.Anamesia lindsayi00

6.Camponotus sideview00

7.Myrmicaria brunnea0

8.Fam. Miryapoda000

Tabel 3. Ketebalan SerasahNo.Nama SpesiesKetebalan Serasah

Plot 1Plot 2Plot 3Plot 4

1.Havea brasiliensis2 cm2,5 cm3 cm3 cm

Tabel 4. PengamatanNo.NamaSpesies Individu Pada Cuplikan Individu Cuplikan

Plot 1Plot 2Plot 3Plot 4

1.Leptogenys atienuate216127414

2.Polydesmus angusta321174

3.Coccinela arcuata100211

4.Harmolita grandis023052

5.Anamesia lindsayi041052

6.Camponotus sideview050051

7.Myrmicaria brunnea0176143

8.Fam. Miryapoda000111

Tabel 5. PerhitunganNo.NamaSpesies Individu CuplikanKKR (%)FFR (%)NP (%)-pi ln pi

1.Leptogenys atienuate41410,2551,90122,2274,120,338

2.Polydesmus angusta741,758,87122,2231,090,216

3.Coccinela arcuata110,251,260,255,566,820,046

4.Harmolita grandis521,256,330,511,1117,440,169

5.Anamesia lindsayi521,256,330,511,1117,440,169

6.Camponotus sideview511,256,330,55,5611,890,169

7.Myrmicaria brunnea1433,517,720,2516,6634,380,308

8.Fam. Miryapoda110,251,260,755,566,820,046

Jumlah791819,751004,50100200H'= 1,461

Jadi H'= 1,461,maka keanekaragaman hewan serasah pada kawasan tepian danau adalah sedang.

Ketentuan : H' 1= rendah1 H' 3 = sedangH' 3 = tinggi

Perhitungan:1. Leptogenys atienuate individu 41K == = 10,25 plot 4

K individu 10,25KR = x 100 % = x 100 % = 51,90 % K 19,75

cuplikan 4F == = 1 plot 4

F individu 1FR = x 100 % = x 100 % = 22,22 % F 4,50

NP = KR + FR = 51,90 % + 22,22 % = 74,12 %

41 41-pi ln pi = ln = - 0,52 ( - 0,65 ) = 0,338 79 79

Tabel 6. Parameter LingkunganNoParameter LingkunganNama AlatPengulanganKisaranSatuan

123

1Suhu udaraTermometer25252525oC

2Intensitas cahayaLux meter23901422412142-2412Lux

3-pH-KelembapanSoil tester 5,41005,51005,61005,4-5,6100-%

4Kelembaban udaraHygrometer91969391-96%

5Ketinggian tempatAltimeter40404040Mdpl

6Kecepatan anginAnemometer0000m/s

4.2. Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada hewan serasah, ada beberapa jenis hewan yang berhasil ditemukan pada serasah, dalam pengamatan pada 4 buah plot pada daerah tepian danau, masing-masing plot berukuran 1x1 m2. Adapun spesies yang berhasil teramati antara lain:1. Plot I Berdasarkan pengamatan untuk plot I (pertama) yang berukuran 1x1 m2, didapatkan sebanyak 3 spesies dengan jumlah total individu seluruhnya yaitu 25. Adapun spesies yang berhasil teramati yaitu Leptogenys atienuate, Polydesmus angusta, Coccinela arcuata. Jenis-jenis tersebut masing-masing diperoleh pada serasah Havea brasiliensis dengan ketebalan 2 cm pada plot I.

2. Plot IIPada pengamatan dilakukan di plot II ukuran 1x1 m2, ternyata spesies yang ditemukan diplot II lebih banyak jika dibandingkan dengan plot I, yaitu sebanyak 6 spesies dengan jumlah total individu seluruhnya yaitu 20. Adapun spesies yang berhasil teramati yaitu Leptogenys atienuate, Polydesmus angusta, Harmolita grandis, Anamesia lindsayi, Camponotus sideview, Mymicaria brunnea. Jenis-jenis tersebut masing-masing diperoleh pada serasah dengan ketebalan 2,5 cm pada plot II.

3. Plot III Pada pengamatan dilakukan di plot III, ternyata spesies yang ditemukan pada plot III hampir sama dengan yang ditemukan di plot II, namun banyak bila dibandingkan dengan plot I. Pada plot ini ditemukan spesies sebanyak 5 spesies dengan jumlah total individu seluruhnya, yaitu 24. Adapun spesies yang berhasil teramati, yaitu Leptogenys atienuate, Polydesmus angusta, Harmolita grandis, Anamesia lindsayi, Mymicaria brunnea. Jenis-jenis tersebut diperoleh pada serasah dengan ketebalan 3 cm pada plot III.

4. Plot IVPada pengamatan dilakukan di plot IV, ternyata spesies yang ditemukan pada plot IV lebih banyak bila dibandingkan dengan plot I. Pada plot ini ditemukan spesies sebanyak 16 spesies dengan jumlah total individu seluruhnya 24 spesies. Adapun spesies yang berhasil teramati yaitu Leptogenys atienuate, Polydesmus angusta, Mymicaria brunnea, dan Famili Miryapoda. Jenis-jenis tersebut diperoleh pada serasah dengan ketebalan 3 cm pada plot III.

Setelah dilakukan penghitungan diketahui H=1,461, dengan ini dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hewan serasah pada kawasan tepian danau adalah sedang hal ini dikarenakan 1H3.Bila dikaitkan dengan konsep kemelimpahan maka spesies dari hewan serasah yang jumlahnya paling banyak adalah Leptogenys atienuate. Dimana spesies ini mempunyai kerapatan, frekuensi dan nilai penting yang lebih tinggi dibandingkan species lainnya. Di samping itu, faktor lainnya yang juga berperan yaitu faktor lingkungan.Mengenai faktor lingkungan bila dikaitkan dengan parameter lingkungan hal ini sesuai dengan karakteristik spesies Leptogenys atienuate yang menyukai tempat yang lembab dan cocok dengan kondisi di bawah serasah. Selain itu, faktor sumber daya alam misalnya makanan yang lebih banyak dan sesuai mendukung terjadinya tingkat produktivitas atau bereproduksi. Sedangkan spesies dari hewan serasah yang tidak banyak yaitu Coccinela arcuata. Hal ini bisa dilihat dari kerapatan, frekuensi, dan nilai penting yang rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh wilayah yang kurang mendukung baginya bila dilihat dari segi makanannya yang tidak cocok sehingga memungkinkan jumlahnya yang menyusut dan mungkin juga kebanyakan dari hewan ini pindah tempat untuk mencari tempat dan makanan yang sesuai bagi dirinya.Meskipun ditemukan dalam jumlah sedikit, hewan serasah tersebut tentunya mempunyai peran yaitu untuk membantu proses penguraian tumpukan serasah dalam pembentukan tanah, baik pengaruhnya terhadap tanah maupun bantuan dalam membantu menyuburkan. Kemelimpahan dan keanekaragaman fauna dalam tanah di pengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan antara lain: vegetasi tanah, suhu tanah, pH tanah, kadar air, atmosfer tanah, dan profil tanah. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada daerah hasil pengamatan diperoleh data hasil parameter lingkungan yaitu suhu udara sebesar 25 (C). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif bagi serangga adalah suhu minimum 15C, suhu optimum 25C dan suhu maksimum 45C. Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk memperbanyak keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Jumar, 2000, dalam Sitompul, 2010).Kecepatan angin berkisar 0 m/s. Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berukuran kecil. Selain itu, angin juga mempengaruhi kandungan air dalam tubuh serangga, karena angin mempercepat penguapan dan penyebaran udara (Jumar, 2000, dalam Sitompul, 2010).Kemudian pH tanah berkisar 5,4-5,6 dengan kelembaban tanah 100%. Selanjutnya kelembaban udara di daerah tersebut yaitu 91-96%. Kelembaban tanah, udara, dan tempat hidup serangga merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Pada kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrem. Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap lingkungan yang lembab atau mengandung banyak air, bahkan beberapa serangga yang bukan serangga air dapat tersebar karena hanyut bersama air. Akan tetapi, jika kebanyakan air, seperti banjir dan hujan deras, akan sangat berbahaya bagi beberapa jenis serangga. Misalnya hujan deras dapat mematikan kupu-kupu yang beterbangan dan menghanyutkan larva atau nimfa serangga yang baru menetas (Jumar, 2000, dalam Sitompul, 2010) Intensitas cahaya terukur 142-2412 Lux dan ketinggian tempat pada daerah ini yaitu 40 mdpl. Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terdahap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi hari, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya (Jumar, 2000, dalam Sitompul, 2010). Pada tempat yang lebih tinggi kekayaan spesies dan kelimpahan spesies serangga lebih rendah. Perbedaan ketinggian akan menyebabkan perbedaan iklim (seperti suhu, kelembaban dan curah hujan) dan pola penyebaran vegetasi. Perbedaan ini akan mempengaruhi kelimpahan spesies, kekayaan spesies, keanekaragaman spesies dan kemerataan spesies serangga (R, Koneri, 2010).Faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh ketebalan serasah dan ketebalan daun Havea brasiliensis. Hal inilah yang mempengaruhi keberadaan serangga di sekitar plot tersebut. Suhu, kelembaban tanah, kelembaban udara, angin, dan intensitas cahaya dalam serasah akan sangat terpengaruh oleh ketebalan serasah. Semakin tebal serasah, maka semakin tinggi suhu dalam serasah sehingga mempengaruhi kehidupan serangga. Begitu pula halnya dengan faktor-faktor lainnya. Semakin tebal daun suatu spesies tumbuhan, maka semakin berpengaruh pula pada ketebalan serasah yang dihasilkan.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanKeanekaragaman hewan serasah yang didapatkan dari 4 plot didaerah tepian danau menunjukkan bahwa keanekaragaman hewan serasah yang ada disana ialah sedang. Kerapatan, frekuensi dan nilai penting tertinggi terdapat pada Leptogenys atienuate, sedangkan nilai kerapatan dan nilai penting terendah yaitu pada Coccinela arcuata. Kemelimpahan yang dimiliki oleh setiap spesies disebabkan faktor lingkungan meliputi parameter, sumber daya alam dan habitatnya.

5.2 SaranDari hasil penelitian ini, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman dan kemelimpahan hewan serasah di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, yang sekiranya dapat bermanfaat untuk menambah referensi bagi mahasiswa pendidikan Biologi maupun untuk lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece-Mitchell, Biologi Edisi kelima-Jilid 3.Erlangga:jakarta.Dharmono, et al. 2015. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA FKIP UNLAM. Banjarmasin.

Koneri, Roni. 2010. Keanekaragaman Kumbang Lucanid (Coleoptera: Lucanidae) pada Berbagai Ketinggian Tempat di Hutan Konsensi Unocal Gunung Salak, Jawa Barat.pdf

Maarif, Samsul, dkk. 2014. Diversitas Serangga Permukaan Tanah pada Pertanian Hortikultura Organik di Banjar Titigalar, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan-Bali.pdf Michael, P. Metode Ekologi untuk penyelidikan ladang dan laboratorium :UIP. Soendjojo Dirjosoemarto.1986. Buku Materi Pokok Ekologi Lanjutan . Karunia Jakarta, Universitas Terbuka: Jakrta.Sitompul, N. 2010. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16305/4/ Chapter%20II.pdf