makalah pendidikan formal islam.doc

47
1 PENDIDIKAN ISLAM FORMAL (Membentuk Generasi Rabbani) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd. Oleh : Kelompok 7 Hesti Rahmawati 1203772 Reni Resti Amelia 1203357 Anita Yulia Pratiwi 1205213 PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: nyai-rosi-rosita

Post on 21-Dec-2015

310 views

Category:

Documents


50 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pendidikan formal islam.doc

1

PENDIDIKAN ISLAM FORMAL

(Membentuk Generasi Rabbani)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Seminar Pendidikan Agama Islam

yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd.

Oleh :

Kelompok 7

Hesti Rahmawati 1203772

Reni Resti Amelia 1203357

Anita Yulia Pratiwi 1205213

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKARTA

2015

Page 2: makalah pendidikan formal islam.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya milik Allah SWT atas hidayah-Nya penyusunan makalah

dapat diselesaikan. Makalah ini berjudul “Pendidikan Islam Formal.”

Shalawat serta salam penyusun panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Umat

Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang senantiasa

mencurahkan hidayah dan inayah-Nya kepada hamba-hambanya yang ingin menuju

ke jalan yang di ridhai oleh-Nya.

Berbicara mengenai pendidikan islam akan membahas sesuatu yang kompleks

dengan berbagai esensi dan kebijakan yang ada di dalam pendidikan islam. Sehingga

diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai gaya atau model pendidikan

islam bagi pengembangan pendidikan islam dimasa yang akan datang.

Makalah ini memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan landasan

pendidikan, sistem pendidikan, permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia.

Sehingga penyusun dapat pula mengkaji tentang sistem pendidikan nasional yang di

perlukan oleh masyarakat di masa depan.

Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan kontribusi yang

bermakna bagi pengembangan wawasan baik untuk penyusun maupun bagi para

pembaca.

Terimakasih diucapkan untuk dosen pembimbing, Burhanuddin TR. yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulisan makalah

ini dapat berjalan dengan lancar.

Purwakarta, April 2015

Penyusun

i

Page 3: makalah pendidikan formal islam.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................iDAFTAR ISI.................................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1B. Rumusan Masalah...............................................................................................2C. Tujuan.................................................................................................................2D. Manfaat...............................................................................................................3E. Kajian Teoritik....................................................................................................3F. Sistematika Penulisan.........................................................................................6

BAB II PENDIDIKAN ISLAM FORMAL...................................................................7A. Pendidikan Islam................................................................................................7

1. Definisi Pendidikan Islam...............................................................................72. Tujuan Pendidikan Islam.................................................................................83. Fungsi Pendidikan Islam.................................................................................94. Manajemen Pendidikan Islam.......................................................................10

B. Sekolah atau Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Formal........................111. Arti Sekolah...................................................................................................112. Fungsi Sekolah atau Madrasah......................................................................113. Jenjang Lembaga Pendidikan Islam Formal.................................................134. Peran Madrasah dan Pondok Pesantren.........................................................14

C. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan islam Formal....................................141. Arti Pesantren................................................................................................142. Tujuan dan Ciri-Ciri Pondok Pesantren........................................................153. Kekurangan dan Kelebihan...........................................................................17

D. Komponen-komponen Pendidikan Islam Formal.............................................171. Kurikulum.....................................................................................................172. Pendidik.........................................................................................................213. Peserta Didik.................................................................................................224. Metode Pendidikan Islam..............................................................................22

BAB III SIMPULAN..................................................................................................24DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................25

ii

Page 4: makalah pendidikan formal islam.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam menurut Minarti (2012, hlm. 25) dalam bukunya “Ilmu

Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan pendidikan

yang secara khas memiliki ciri islami, berbeda dengan konsep pendidikan lain

yang kajiannya lebih menfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Al-

qur’an dan hadits. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut

aspek normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi,

budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat.

Langgulung (2003, hlm. 4) berpendapat bahwa pendidikan itu mempunyai

asas-asas tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-citanya. Jadi ia

seperti kedokteran, misalnya tekhnik atau pertanian. Masing-masing tidak dapat

berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu arena dimana dipraktekkan sejumlah ilmu

yang erat hubungan satu sama lain dan jalin menjalin.

Muhaimin (2001, hlm.35) mengungkapkan bahwa selama ini munculnya

berbagai pemikiran dan kebijakan tentang pembinaan pendidikan Islam secara

terpadu pada pengembangan dan peningkatan kualitas madrasah, IAIN/STAIN,

adalah beberapa contoh menifestasi yang diusahakan agar mampu menjadikan

manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 2/1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional).

Namun demikian, dalam beberapa hal agaknya pemikiran konseptual

pengembangan pengembangan pendidikan islam dan beberapa kebijakan yang

diambil kadang-kadang terkesan menggebu-gebu, idealis, romantis, atau bahkan

kurang relistis sehingga para pelaksana di lapangan kadang-kadang mengalami

beberapa hambatan dan kesulitan untuk merealisasikannya atau bahkan intensitas

pelaksanaan dan efektivitasnya masih dipertanyakan (Muhaimin, 2001, hlm.36).

Burhanuddin dan Sopian (2011, hlm.79) mengungkapkan bahwa fenomena

dekadensi moral dikalangan remaja semakin hari semakin memprihatinkan.

1

Page 5: makalah pendidikan formal islam.doc

2

Pergaulan bebas, free sex, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar atau

mahasiswa, dan sebagainya menjadi menghiasi topik pemberitaan.

An. Nahlawi dalam Tim Dosen PAI UPI (2014, hlm. 113) memaparkan

bahwa fenomena ‘anak hilang’ telah lama menjadi masalah dunia pendidikan

yang serius, baik di Barat maupun di Timur. Ini menunjukan kecemasan orang tua

tentang anak-anaknya di zaman modern akibat pendidikan yang salah kaprah.

Karenanya Nabi SAW adalah sebaik-baik pendidik yang dididik oleh Allah Ta’ala

yang telah menciptakan manusia manusia unggul dengan Islam yang dibawanya.

Islam merupakan solusi atas aneka permasalahan yang dihadapi manusia,

termasuk masalah akhlak dan pendidikan.

Bagi masyarakat Islam, mengkaji dan mengembangkan pendidikan Islam

untuk melahirkan manusia-manusia unggul (insan kamil) dengan berpegang teguh

kepada Al-qur’an dan sunnah merupakan suatu bentuk kemutlakan, baik pada

ranah teoretis-normatif maupun aplikatif-normatif.

Berdasarkan hal-hal tersebut, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam

mengenai gaya atau model pendidikan Islam untuk kemajuan pendidikan Islam

dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam, serta bagaimana fungsi, tujuan,

dan manajemen yang digunakan dalam pendidikan Islam?

2. Apa yang dimaksud sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan

formal? Bagaimana jenjang, fungsi serta peran madrasah tersebut?

3. Apakah pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam formal? Apa tujuan dan

ciri-cirinya? Serta kekurangan dan kelebihan pondok pesantren tersebut?

4. Apa saja komponen-komponen yang ada dalam pendidikan Islam formal serta

bagaimana fungsinya?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah

untuk mengetahui tentang :

1. Pendidikan Islam.

Page 6: makalah pendidikan formal islam.doc

3

2. Sekolah atau madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Formal, serta

mengetahui jenjang, fungsi serta peran sekolah atau madrasah tersebut

3. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Formal, serta mengetahui

kekurangan dan kelebihan juga tujuan dan ciri-ciri pesantren tersebut.

4. Komponen-komponen yang ada dalam penddikan Islam serta mengetahui

fungsi dari komponen tersebut.

D. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini adalah :

1. Bagi Penyusun

Memahami dengan benar gaya atau model pendidikan di Indonesia sebagai

salah satu materi perkuliahan pendidikan lingkungan sosial budaya dan teknologi

yang akan menjadi bekal profesionalitas penyusun di masa yang akan datang.

2. Bagi Pembaca

Mengetahui gaya atau model pendidikan Indonesia sebagai bahan untuk

memahami realita kebijakan-kebijakan pendidikan yang ada.

E. Kajian Teoritik

Menurut Arifin yang dikutip oleh Oemar (Tohirin, 2011, hlm. 9)

menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku

individu dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan pribadinya atau

kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses

kependidikan.

Langgulung (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 15) berpendapat bahwa konsep

pendidikan Islam adalah sebagai berikut: Pertama, pendidikan Islam harus

mampu merangsang tumbuhnya potensi yang ada pada diri setiap anak didik, hal

ini dari segi individu. Kedua, pendidikan Islam menekankan padakemampuan

manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di luar manusia.

Disini mencari lebih merupakan proses memasukkan wujud luar dari diri seorang

pelajar, dari segi pandangan masyarakat. Ketiga, memandang pendidikan sebagai

suatu transaksi, yaitu proses member dan mengambil, antara manusia dan

lingkungannya. Jadi pendidikan menurut Langgulung adalah sebagai alat

Page 7: makalah pendidikan formal islam.doc

4

pengembangan potensi, pewarisan budaya, dan sebagai interaksi antara potensi

dan budaya.

Secara umum konsep pendidikan Islam mengacu kepada makna dan asal

kata yang membentuknya, kata pendidikan itu sendiri dalam hubungan dengan

Islam. Dalam konteks ini, dijelaskan secara umum sejumlah istilah yang umum

dikenal dan digunakan para pakar dalam dunia pendidikan Islam. Ada tiga istilah

yang umum digunakan dalam pendidikan Islam yakni, al-ta’lim, al-tarbiyah dan

al-ta’dib. Namun demikian, ketiga makna istilah tersebut mempunyai pengertian

tersendiri dalam pendidikan. Abuddin Nata misalnya, dengan menyetir pendapat

pakar, yang antara lain mengungkapkan pendapat Fuad ‘Abd al-Baqy dalam

bukunya, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Quranul Karim bahwa di dalam al-

Quran kata tarbiyah dengan berbagai kata yang serumpun dengannya dan diulang

sebanyak lebih dari 872 kali. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib

al-Asfahany, bahwa pada mulanya tarbiyah itu digunakan dalam arti:

“mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap sampai pada

batas yang sempurna”. Nata (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 16).

Quthub (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 16), mengartikan tarbiyah adalah

upaya pemeliharaan jasmani peserta didik dan membantunya menumbuhkan

kematangan sikap mental sebagai pancaran akhlaq al-karimah pada diri peserta

didik. Tafsir (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 16) memberikan pengertian tarbiyah

mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang dalamnya sudah

termasuk makna mengajar allama. Sedangkan Faisal (Soleha dan Rada, 2011,

hlm. 16) juga menyatakan, pendidikan Islam secara etimologi, dengan

menggunakan kata tarbiyah dan ta’lim yang masing-masing berasal dari kata

allama dan rabba, yang berarti memelihara, membesarkan, dan mendidik serta

sekaligus mengandung makna mengajar.

Minarti (2012, hlm.2) mengatakan bahwa secara normatif, Islam telah

memberikan landasan kuat bagi pelaksanaan pendidikan dengan argumentasi: 1)

Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama dimana proses

pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia, 2)

seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada allah, 3) Islam

Page 8: makalah pendidikan formal islam.doc

5

memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, baik sarjana maupun ilmuwan (QS.

Al-Mujadilah:11) dan (QS.An-Nahl:43), 4) Islam memberikan landasan bahwa

pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat atau bahkan sebagaimana hadis

nabi tentang menuntut ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat, 5) kontsruksi

pendidikan menurut Islam bersifat dialogis, inovatif, dan terbuka dalam menerima

ilmu pengetahuan baikdari timur maupun barat. Itulah sebabnya nabi muhammad

SAW tidak alergi untuk memerintahkan umatnya menuntut imu walaupun ke

negeri china.

Selanjutnya, Langgulung (2003, hlm. 26) mengatakan bahwa mustahil kita

memahami pendidikan Islam tanpa memahami Islam sendiri, suatu kekuatan yang

memberikan hidup bagi suatau peradaban raksasa yang satu buahnya adalah

pendidikan. Pendidikan ini wujud bukan secara kebetulan di tengah-tengah rakyat,

yang kebetulan adalah orang-orang islam, tetapi dihasilkan dalam bentuk seperti

ia dihasilkan itu sebab orang-orang yang membawanya ke wujud ini adalah orang-

orang islam dan bernafas di dalam alam jagat yang penuh dengan udara islam.

Burhanuddin dan Sopian (2011, hlm.79) kemajuan yang luar biasa dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak mendorong manusia untuk

lebih meyakini tuhannya, apalagi mengamalkan ajarannya. Yang terjadi adalah

manusia menjadikan IPTEK laksana tuhan dan agama mulai ditinggalkan. Inilah

potret pendidikan sekuler, yang mengabaikan aspek moral dan akhlak dalam

kehidupan manusia. Pantaslah bila yang dicetak adlah manusia pintar, cerdas

tetapi kosong dari nilai-nilai ruhaniyah intelektualnya tinggi, tetapi mental dan

ruhiyahnya rendah.

Nurwahid (Burhanuddin, dkk. 2012, hlm. 11) mengatakan Islam dengan

syariatnya adalah “satu-satunya agama yang memulai ungkapan ajarannya dengan

perintah untuk membaca yang dilandasi ideologi dan etos dengan nama Rabbmu

(bismi rabbika). Syariat yang syarat dengan pendidikan Islam ini kemudian

dipertegas oleh berbagai firman Allah lainnya yang menegaskan bahwa tugas

utama kerasulan dan karenanya salah satu inti dasar dari nilai islam yang sejatinya

diterapkan adalah masalah pendidikan. Allah berfirman (QS. Al-Jumu’ah:2).

Page 9: makalah pendidikan formal islam.doc

6

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat, kajian teoritik dan sistematika penulisan.

BAB II :Isi yang membahas definisi pendidikan islam serta tujuan, fungsi

dan manajemen pendidikan Islam, sekolah sebagai pendidikan Islam formal,

pesantren sebagai pendidikan Islam formal, serta komponen-komponen

pendidikan Islam.

BAB III : Kesimpulan yang menjawab seluruh pertanyaan pada rumusan

masalah penyususnan makalah ini.

Page 10: makalah pendidikan formal islam.doc

BAB II

PENDIDIKAN ISLAM FORMAL

A. Pendidikan Islam

1. Definisi Pendidikan Islam

Pengertian pendidikan Islam (Tarbiyah al-Islamiyah) oleh para ahli sangat

bervariasi, tetapi semuanya mempunyai kolerasi yang sama, yakni pendidikan adalah

proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara

efektif dan efisien. Dengan meminjam istilah Mocthtar Buchori “Pendidikan

antisipatoris”. (Buchori, 2001, hlm. 25-45).

Muhaimin (2001, hlm. 29) berpendapat bahwa pendidikan menurut Islam atau

pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran

dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an

dan As-Sunah.

Kemudian Bawani (Tohirin, 2011, hlm. 9-10) menyatakan bahwa pendidikan

Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

An-Nahlawy (Tohirin, 2011, hlm. 9) menyatakan bahwa pendidikan Islam

adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat

pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan

masyarakat.

Muhaimin dan Mujib (Minarti, 2012, hlm. 135) berpendapat pendidikan Islam

harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek: 1) tujuan

dan tugas hidup manusia, yaitu manusia diciptakan bukan secara kebetulan,

melainkan punya tujuan dan tugas tertentu ( QS. 3 : 19), 2) memperhatikan sifat dasar

manusia, yaitu konsep penciptaan manusia dengan bermacam fitrah ( QS. 8 : 29),

mempunyai kemampuan beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi ( QS. 2: 30),

3) tuntunan masyarakat baik pelestarian nilai budaya, pemenuhan kebutuhan hidup,

maupun antisipasi perkembangan tuntunan modern, 4) dimensi-dimensi kehidupan

7

Page 11: makalah pendidikan formal islam.doc

8

manusia. Dalam hal ini terkandung nilai dalam mengelola kehidupan bagi

kesejahteraan dunia dan akhirat, keseimbangan dan keserasian keduanya.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu yang

melatar belakangi pendidikan Islam adalah hakikat manusia yang diciptakan untuk

beribadah dan menjadi khlifah di muka bumi, kemudian untuk memenuhi hal itu

perlu adanya pendidikan untuk memmperoleh ilmu yang berdasarkan nilai-nilai yang

terkandung didalam Al-Qur’an dan sunnah.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Minarti (Langgulung, 1980, hlm 8) Menurut pandangan Islam, tujuan

pendidikan Islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu

sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-Qur’an dan hadits seperti yang termaktub dalam

rumusan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah,

sekaligus mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Dalam Firs world Conference on Muslim Education yang diadakan di mekah

pada tahun 1977 telah menghasilkan rumusan yang menyatakan bahwa tujuan

pendidikan islam, yaitu mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang

menyeluruh secara seimbang melalui jiwa, intelek, perasaan dan indera, oleh karena

itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yaitu

fidik, mental, intelektual, imajinasi, dan kemampuan berbahasa baik baik secara

individu maupun kolektif. Tujuan akhir pendidikan islam terletak pada perilaku yang

tunduk dengan sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun

seluruh umat manusia.

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari pembahasan tentang tujuan hidup

manusia. Tugas pendidikan adalah memelihara kehidupan manusia, oleh karenanya

diskursus pendidikan Islam harus melibatkan perbincangan tentang sifat-sifat asal

manusia dalam pandangan Islam. Jadi tujuan yang hendak dicapai pendidikan pada

hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam

pribadi manusia. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dinamis dan sistematis,

mempunyai tujuan yang luhur dan lengkap. Arah yang dinamis ini Nampak pada diri

Page 12: makalah pendidikan formal islam.doc

9

manusia itu sendiri baik secara individual maupun kolektif, karena manusia

mempunyai fitrah ingin mengetahui sesuatu yang belum pernah diketahui dan

dialami. Lalunggung (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 39)

Pendapat yang serupa, dikemukakan Zakiah Daradjat (1998, hlm. 35) bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang

saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran, dan perasaannya.

Sedangkan tujuan pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No. 20 tahun

2003 Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan tujuan pendidikan

adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

3. Fungsi Pendidikan Islam

Menurut Muhaimin (2002, hlm. 24) mengatakan bahwa Fungsi pendidikan

Islam meliputi tiga hal sebagai berikut : a) Menumbuhkembangkan peserta didik ke

tingkat yang normatif yang lebih baik, dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam

merupakan kristalisasi dari nila-nilai yang terkandung dalam kandasan dasar

pendidikan Islam tersebut; b) Melestarikan ajaran Islam dalam berbagai aspek, dalam

hai ini berarti ajaran Islam itu dijadikan tetap tidak berubah dibiarkan murni seperti

keadaan semula, sekaligus dijaga, dipertahankan kelangsungan eksistensinya hingga

waktu yang tak terbatas. Hal ini khususnya yang menyangkut tekstual Quran dah

Hadits.adapun mengenai interpretasi dan pemahaman harus senantiasa dinamis

disesuaikan sesuai dengan tuntunan zaman dan kondisi masyarakat; c) Melestarikan

kebudayaan dan peradaban Islam, dalam arti buah budi dan kemajuan yang dicapai

umat Islam secara keseluruhannya mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral,

hokum, adat serta prestasi yang mereka capai (2001: 39-40).

Dengan demikian fungsi pendidikan Islam dapat mengembangkan dan

mengarahkan manusia agar mampu mengembangkan amanah dari Allah, yakni

menjalankan tugas-tugas hidupnya dimuka biumi ini, yang menyangkut tugas

khalifahan terhadap diri sendiri, rumah tangga, masyarakat serta alam sekitarnya.

Page 13: makalah pendidikan formal islam.doc

10

4. Manajemen Pendidikan Islam

Menurut Mansori (Wordpress.com, 2014) beliau menjelaskan tentang

manajemen pendidikan Islam.

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan

terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata

laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara itu, Mochtar Efendy berpendapat bahwa

manajemen berasal dari kata kerja bahasa Inggris “To Manage” yang sinonim dengan

to hand, to control, dan to guide (mengurus, memeriksa dan memimpin). Dari sini,

manajemen dapat diartikan pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.

Ramayulis dalam bukunya, Ilmu Pendidikan Islam, menyatakan bahwa

pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata

ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al

Qur’an (QS. As. Sajdah: 05).

Dari isi kandungan ayat di atas, dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah

pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah

swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT

telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola

bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan

aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan

melalui orang lain. Sedangkan Sondang P Siagian, mengartikan manajemen sebagai

kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai

tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

Manajemen Pendidikan Islam merupakan proses pemanfaatan semua sumber

daya yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat

keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan

orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan

kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

Page 14: makalah pendidikan formal islam.doc

11

Para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan tentang fungsi-fungsi

manajemen diantaranya adalah Mahdi bin Ibrahim, dia mengatakan bahwa fungsi

manajemen itu di antaranya adalah Fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan. Manakala para Manajer dalam pendidikan Islam telah

bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas,

terhindar dari semua ungkapan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan

Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka

tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak

teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan Islam merupakan

pengelolaan sumber daya umat Islam baik perangkat keras maupun perangkat lunak

sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

B. Sekolah atau Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Formal

1. Arti Sekolah

Sekolah adalah tempat proses berjalannya pembelajaran yang formal, teratur,

sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, secara berlangsung,

dari mulai TK/TPA sampai ke Perguruan Tinggi, berdasarkan aturan resmi yang telah

ditetapkan. Menurut Ekoduasatudua (blogspot.com, 2011).

2. Fungsi Sekolah atau Madrasah

Menurut Ekoduasatudua (blogspot.com, 2011) adapun fungsi sekolah adalah:

a) Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki dan

memperdalam atau memperluas, tingkah laku anak atau peserta didik yang di bawa

dari keluarga serta membantu pengembangan  minat dan bakat, b)  Mengembangkan

kepribadian peserta didik lewat kurikulum, agar : 1) Peserta didik dapat bergaul

dengan guru, karyawan, dengan temannya sendiri dan msyarakat sekitar, 2) Peserta

didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin, 3) Mempersiapkan peserta didik

terjun di masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Page 15: makalah pendidikan formal islam.doc

12

Secara historis keberadaan sekolah atau madrasah sudah diakui keberadaanya

sebagai lembaga penting dalam hal pendidikan setelah keluarga, sebab sekolah sangat

berperan dalam menumbuhkan dan mendidik anak. Di samping itu, sekolah

merupakan tempat para peserta didik melakukan interksi proses belajar mengajar

sesuai dengan tingkatan tertentu secara formal. Moeliono (Soleha dan Rada, 2011,

hlm. 52)

Oleh karena itu, batasan yang ditawarkan memberikan gambaran bahwa fungsi

sekolah untuk mewujudkan keterikatan, integrasi, homogenitas, dan keharmonisan

antar siswa. Penyatuan siswa dalam satu sistem persekolahan menyebabkan anak-

anak yang seharusnya ceria dan bebas merasa terikat oleh ikatan sosial yang

menyatukan diri mereka. Dengan demikian, sekolahpun harus berupaya menyatukan

mereka dan meminimalisasi perbedaan-perbedaan diantara mereka. Untuk

membangun seperti yang diinginkan di atas, diperlukan landasan keimanan sejalan

dengan fitrah manusia, hanya karena dengan iman perbedaan, kedengkian,

perselisihan sirna dari diri mereka, diganti dengan upaya mewujudkan kebahagiaan

batin dan ketentraman hati dalam menggaai keridhaan Allah SWT. An- Nahlawi

(Soleha dan Rada, 2011, hlm. 52)

Sekolah tidak mampu menjadi saran pengikat hubungan batin antar warga

Negara jika tidak dibangun atas landasan pendidikan Islam. Hal ini diakui oleh

Arifin, bahwa institusi sekolah merupakan cerminan cita-cita masyarakat dan pada

saat tertentu menjadi agen of social change, mencambuk kemunduran dan

keterbelakangan masyarakat. Jadi antara sekolah dengan dinamika masyarakat berada

dalam kompetisi ideal dan moral bagi kehidupan yang dicita-citakan. Arifin (Soleha

dan Rada, 2011, hlm. 53)

Wacana di atas, terlihat bahwa Institusi sekolah merupakan sarana yang paling

vital dalam proses pemunculan kepribadian manusia seutuhnya. Bahka Skinner

seorang ahli psikologi pendidikan asal Amerika sebagaimana dikutip H.M. Arifin,

tetap mempertahankan keberadaan sekolah sebagai suatu hal yang sangat penting,

hanya saja sekolah harus mampu berperan aktif dalam pembudayaan masyarakat

Page 16: makalah pendidikan formal islam.doc

13

melalui teknologi untuk kesejahteraan hidupnya, sehingga dapat menjalankan

fungsinya yakni mampu membentuk warga Negara yang efektif dan berpengetahuan.

Arifin (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 53)

Dapat disimpulkan bahwa sekolah memiliki peranan penting dalam

membangun karakter positif bagi anak. Karena di sekolah anak mendapatkan

pendidikan yang nantinya akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

anak dapat berusaha memecahkan sendiri masalah yang sedang dihadapinya dengan

menggunakan pengetahuan atau pendidikan yang telah diajarkan kepadanya.

3. Jenjang Lembaga Pendidikan Islam Formal

Pendidikan Islam pada satuan pendidikan dilakukan melalui koordinasi antara

Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas). Ditjen Pendidikan Islam bertanggung jawab atas pengembangan

kurikulum dan pembinaan guru. Sedangkan Depdiknas atas pelaksanaahnya. pada

tingkat satuan pendidikan. Pendidikan umum berciri Islam, pada jalur formal

diselenggarakan oleh satuan pendidikan Raudhatul/Busthanul Athfal (RA/BA) pada

anak usia dini, Madrasah Ibtidaiyah (Ml) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada

pendidikan dasar. Eko (Blogspot.com, 2011)

Madrasah Aliyah (MA) dan MA Kejuruan pada pendidikan menengah, dan

Perguruan Tinggi Islam (PTI) pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan keagamaan

Islam diselenggarakan dalam bentuk pendidikan diniyah dan pendidikan pesantren

yang melingkupi berbagai satuan pendidikan diniyah dan pondok pesantren pada

berbagai jenjang dan jalur pendidikan. Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga

pendidikan formal yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata

usaha, siswa, dan sebagainya memerlukan adanya organisasi yang baik agar

tujuannya dapat dicapai. Eko (Blogspot.com, 2011)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan tanggung jawab Ditjen

pendidikan Islam untuk mengembangkan kurikulum yang nanti akan digunakan di

sekolah dasar.

Page 17: makalah pendidikan formal islam.doc

14

4. Peran Madrasah dan Pondok Pesantren

Hasbullah ( 1996, hlm. 180) berpendapat bahwa gambaran tentang peranan

madrasah dan pondok pesantren dapat dilihat sebagai berikut: a) madrasah dan

pondok pesantren telah menunjukan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang

dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, serta kemampuannya untuk memasuki

pelosok daerah terpencil disamping kemampuannya untuk tetap tumbuh dan

berkembang di daerah perkotaan yang modern dan sangat maju; b) madrasah dan

pondok pesantren sebagian besar adalah perguruan swasta yang berkemampuan tinggi

untuk berswakarsa dan berswakarya dalam menyelenggarakan pendidikan; c)

madrasah dan pondok pesantren yang memiliki ciri khas sebagi pusat pendidikan,

pengembangan dari penyebaran agama islam, diharapkan dan telah membuktikan diri

dapat menghasilkan keluaran atau output yang berkualitas dan potensial untuk

menjadi pendidik, khususnya di bidang pendidikan agama islam; d) madrasah dan

pondok pesantren memiliki potensi yang cukup besar untuk bersama-sama satuan

pendidikan lainnya di dalam sisitem pendidikan nasional untuk menuntaskan wajib

belajar tingkat SLTP dan pelaksana pendidikan dasar 9 tahun.

C. Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam Formal

Eko (Blogspot.com, 2011) berpendapat bahwa pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam formal memiliki arti, tujuan, dan kekurangan serta kelebihannya,

yaitu sebagai berikut:

1. Arti Pesantren

Kehadiran kerajaan bani Umayah menjadikan pesatnya ilmu pengetahuan,

sehingga anak-anak masyarakat Islam tidak hanya belajar dimesjid tetapi juga pada

lembaga-lembaga yang ketiga, yaitu ”Kuttub” (pondok pesantren). Kutub dengan

karakteristik khasnya, merupakan wahana dan lembaga pendidikan islam yang

semula sebagai lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqah (sistem wetonan). Pada

tahap berikutnya kuttub mengalami perkembangan pesat karena didukung oleh dana

Page 18: makalah pendidikan formal islam.doc

15

dari iuran masyarakat serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi oleh

pendidik dan peserta pendidik.

Di Indonesia Kutub lebih dikenal dengan istilah “pondok pesantren”, yaitu

suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik)

yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana mesjid yang

digunakan untuk menyelenggarakan pendidik tersebut,serta didukung adanya

pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian, ciri-

ciri pondok pesantren adalah adanya kiai, santri masjid dan pondok.

Dapat disimpulkan bahwa arti pesantren di Indonesia Kutub lebih dikenal

dengan istilah pondok pesantren yang merupakan lembaga Islam sebagai lembaga

baca tulis yang didalamnya terapat seorang pendidik yang mengajarkan para santri.

2. Tujuan dan Ciri-Ciri Pondok Pesantren

Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah: (1) tujuan umum, yaitu

membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam, yang

dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam masyarakat skitar

melalui ilmu dan amalnya; (2) tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk

menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan

serta dalam mengamalkannya dan mendakwahkannya dalam masyarakat.

Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat

terpokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab,

hukum Islam, hadits, Tafsir Al-Qur’an, Teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika.

Kecendrungan- Kecendrungan tersebut bukan berarti pondok pesantren telah

menduduki posisi sebagai lembaga yang paling elit, tetapi ditengah-tengah arus 

perubahan  sosial budaya justru kecendrungan tersebut menjadi masalah baru yang

perlu dipecahkan, yaitu (1) masalah integrasi pondok pesantren kedalam sistem

pendidikan nasional; (2) masalah pengembangan wawsan sosial, budaya dan masalah

ekonomi; (3) masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari

tujuan membentuk masyarakat ideal yang diinginkan; (4) masalah yang berhubungan

dengan keimanan dan keilmuan sepanjang yang dihayati pondok pesantren.

Page 19: makalah pendidikan formal islam.doc

16

Dipihak lain pondok pesantren kini pengalami transpormasi kultur, system dan

nilai. Pondok pesantren yang dikenal dengan salafiah (kuno) kini telah berubah

menjadi dengan khalafiyah (modern).  Transpormasi tersebut sebagai jawaban atas

kritik-kritik yang diberikan kepada pesantren dalam arus Transpormasi ini, sehingga

salam sistem dan kultur pesantren terjadi perubahan yang drastis misalnya. (1)

perubahan sistem pengajaran dalam perseorangan atau sorogan menjadi sistem

klasikal yang kemudian kita kenal dengan istilah madrasah (sekolah); (2) pemberian

pengetahuan umum disamping masih mempertahankan Agama dan bahasa Arab. (3)

bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya keterampilan sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitar, kepramukaan untuk melatih

kedisiplinan dan pendidikan Agama, kesehatan dan olah raga, serta kesenian yang

islami; dan (4) lulusan pondok pesantren diberikan syahadah (ijazah) sebagai tanda

tamat dari pesantren tersebut dan ada sebagian syahadah tertentu yang nilainya sama

dengan ijazah negeri.

Kehadiran pesantren saat ini menjadi titik sentral kajian para ahli, karena

nuansa-nuansa yang dicanangkan dan dilaksanakan dalam pesantren sangat unik.

Tidak sedikit para ahli mengkritik atau juga melihat segi positifnya, karena

kondisinya yang serba lain.

Ciri-ciri pondok pesntren sebagai lembaga pendidikan islam adalah: (1)

Lembaga pendidikan pesantren melaksanakan pendidikan terpadu, yaitu untuk

kematangan teoretis-intuitif. Sikap yang merupakan keterampilan khusus dan

merupakan aplikasi dari teori tersebut; (2) Tujuan pendidikan pesantren sekarang

tidak hanya duniawi (mondial) dan sementara (temporer), tetapi sampai pada alam

ukhrawi untuk mencapai keridhaan Allah; (3) Lembaga pendidikan pesantren

merupakan pusat pertemuan antara ulama dan umat, antara ilmuan (expert) dan

masyarakat awam (layman), antara individu dan masayarakat, anatara pemimpin dan

rakyat, dan antara kliyen dan konsultan, dan sebagainya; (4) Pesantren merupakan

agen konpersi pengawetan, pendalaman, pengembangan, pemurnin nilai adab dan

Page 20: makalah pendidikan formal islam.doc

17

budaya, serta pusat pelaksanaan proses akulturasi yang menggunakan pola dan sistem

tersendiri.

3. Kekurangan dan Kelebihan

Menurut Abdurahman wahid pesantren dapat melalui dua visi yang memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pesantren terletak pada kemamuan

menciptakan sebuah sikap hidup universal yang merata, yang diikuti oleh semua

santri sehingga santri lebih bersikap hidup mandiri dan tidak menggantungkan diri

kepada siapa dan lembaga masyarakat apapun. Disamping itu pesantren juga dapat

memelihara subkultural sendiri. Hal ini terlihat dari  gaya kehidupan yang berbeda 

dengan masyarakat umumnya, dan ukuran-ukuran serta pandangan hidupnya bersifat

ukhrawi dan menolak pandangan hidup yang materialistis.

Kekurangan adalah kurang adanya perencanaan yang terperinci dan rasional

atas jalanya pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan, tidak adanya keharusan

membuat kurikulum dalam susunan yang lebih mudah dicerna dan dikuasai oleh

santri.

D. Komponen-komponen Pendidikan Islam Formal

1. Kurikulum

a) Definisi Kurikulum

Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani

yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu”. Istilah

kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman

Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari

kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk

memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian

diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya.

Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta

didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga

Page 21: makalah pendidikan formal islam.doc

18

tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, istilah kurikulum

(dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau

diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. (Arifin, 2011 hlm. 2)

Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum

berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta

didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah

pengetahuan,keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah

suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu

kepada konseptualisasi manusia paripurna ( insan kamil ) yang strateginya telah

tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam (Nuryanti, 2008, hlm.

128).

b) Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam

Pengembangan kurikulum dilakukan setelah desentralisasi pendidikan telah

dianut adanya peluang kreativitas pengelolaan sekolah sehingga paket kurikulum pun

sekarang ini harus dikembangkan mengingat formulasi kurikulum masih global atau

bersifat inti (core curriculum).

Prinsip-prinsip yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam menurut Al-

Syaibany adalah : a) Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan

nilai-niainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum termasuk falsafah

tujuan-tujuan,kandungan-kandungan, metod mengajar, cara-cara perlakuan, dan

hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga pendidikan harus berdasarkan pada

agama dan akhlak Islam, harus terisi dengan jiwa agama Islam, keutamaan-

keutamaan, cita-citanya yang tinggi, dan bertujuan untuk membina pribadi yang

beriman kepada Allah semata; b) Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan

dan kandungan-kandungan kurikulum. Kalau tujuan-tujuannya harus meliputi segala

aspek pribadi peserta didik yang berguna untuk memperbaiki pribadi mereka dengan

membina akidah, akal dan jasmaninya, maka begitu juga peserta didik mesti

bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual,kebudayaan sosial,

ekonomi dan politik; c) Keseimbanagan yang relative antara tujuan dan kandungan-

Page 22: makalah pendidikan formal islam.doc

19

kandungan kurikulum. Kalau ia member perhatian besar pada perkembangan aspek

spiritual dan ilmu-ilmu syariat, maka tidak boleh aspek-aspek penting lain dalam

kehidupan, juga tidak boleh ilmu-ilmu syariat melampaui ilmu-ilmu seni dan

kegiatan-kegiatan lain yang harus dimiliki oleh individu dan masyarakat; d) Berkaitan

dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan peserta didik, maka

amatlah pentin memperhatikan alam sekitarnya dan social dimana anak itu hidup, dan

berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan sikapnya;

e) Pemeliharaan perbedaan-perbedaan individu diantara peserta didik dalam bakat-

bakat, minat, kemampuan-kemampuan, kebutuhan-kebutuhan dan masalah-

masalahnya. Juga memelihara perbedaan-perbedaan dan kelainan-kelaian alam

sekitarnya dan masyarakat. Karena pemeliharaan ini dapat menambahkan fungsi dan

gunanya, sebagaimana ia menambahkan fleksibilitasnya; f) Prinsip perkembangan

dan perubahan. Islam menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip-prinsip dan

dasar-dasar kurikulum. Metode mengajar dalam dalam pendidikan Islam menolak

taklid yang mengikat harus diikuti tanpa ada penyelidikan keilmuan; g) Prinsip

pertautanantara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang

terkandung dalam kurikulum. Demikian pula pertautan antara kandungan-kandungan

kurikulum dan kebutuhan-kebutuhan anak didik, masyarakat, tuntutan ruang dan

waktu serta watak zaman Rosyadi (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 94)

Menurut Suryadi (Tilaar, 2008, hlm. 150) mengemukakan beberapa indikator

yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu pemberi sinyal mengenai kekhawatiran

tentang mutu atau kualitas pendidikan. Beberapa indikator penting tersebut ialah : a)

rendahnya sarana fisik yaitu alat-alat bantu proses belajar-mengajar yang belum

memadai, b) rendahnya kualitas guru, dimana program sertifikasi yang telah berjalan

belum berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme dan kualitas standarisasi

kualifikasi akademik pendidik, c) kualitas lulusan atau output pendidikan yang masih

rendah, dan e) semakin mahalnya biaya pendidikan tinggi.

Page 23: makalah pendidikan formal islam.doc

20

c) Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam

Burhanuddin (Al-Syaibani) yang dikutip Abudin Nata (2005:179) memaparkan

lima ciri kurikulum dalam pendidikan islam, yakni: a) menonjolkan agama dan

akhlak pada berbagai tujuannya, kandungan, metode, alat, dan tekniknya bercorak

agama, b) meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang

betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh, c)

bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang

akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna untuk

pengembangan individual dan sosial, d) bersikap menyeluruh dalam menata seluruh

mata pelajaran yang diperlukan anak didik, dan e) kurikulum yang disusun

berdasarkan minat dan bakat anak.

Menurut Sutrisno yang dikutip oleh Wenimaniez90 (blogspot.com, 2014)

mengemukakan ciri-ciri umum kurikulum pada pendidikan islam antara lain yaitu: a)

Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan

kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorak agama.

Segala yang diajarkan dan diamalkan dalam lingkungan agama dan akhlak dan

berdasarkan pada Al-Qur’an, sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yag

saleh, b) meluasnya perhatian dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya.

Kurikulum yang memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala

aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, social dan spiritual, c)  Ciri-ciri

keseimbangan yang relative diantara kandungan-kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu

dan seni atau kemestian-kemestian, pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan

pengajaran yang bermacam-macam, d) Kecenderungan pada seni halus, aktivitas

pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan, bahasa

asing, sekalipun atas dasar perseorangan dan juga bagi mereka yang memiliki

keediaan dan bakat bagi perkara-perkara ini dan mempunyai kenginan untuk

mempelajari dan melatih diri dalam perkara itu, e) Perkaitan antara kurikulum dalam

pendidikan Islam dalam kesediaan-kesediaan pelajar-pelajar dan minat, kemampuan,

kebutuhan dan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara mereka.

Page 24: makalah pendidikan formal islam.doc

21

2. Pendidik

Minarti (Sudirman, 1996, hlm. 123) berpendapat bahwa pendidik merupakan

salah satu komponen manusiawi yang memiliki peranan besar dalam membentuk

sumber daya manusia, karena berperan sebagi pengajar, pendidik, dan pembimbing

yang mengarahkan sekaligus menuntun siswa dalam belajar.

Masih Minarti (Muhaimin dan Mujib, 1993, hlm. 167) menjelaskan bahwa dalam

konteks pendidikan islam banyak sekali kata yang mengacu pada pengertian guru

seperti murabbi, mu’alim, dan mu’addib. Ketiga kata tersebut memiliki fungsi

penggunaan yang berbeda-beda. Disamping itu, guru kadang disebut melalui

gelarnya, seperti al-ustadz dan as- syaikh.

Minarti (2012, hlm.109) yang dikutip Hamka menyatakan bahwa “ hendaklah

perjalanan hidupmu (pendidik) bersama murid-muridmu dengan lurus dan

pertengahan. Tidak berlebih-lebihan dan tidak berkurang-kurangan...hendaklah kamu

(pendidik) menjadi kaca yang jernih dan bercahaya, untuk ditilik oleh murid-

muridmu, supaya menjadi contoh teladan kesopanan. Jauhkan dirimu dari perbuatan

keji dan tercela...janganlah kamu menjadi sebab timbulnya adat dan perangai yang

buruk dalam kalangan muridmu. Jangan dibicarakan dihadapan mereka sebagian,

sedang sebagian lagi disia-siakan. Janganlah mereka dididik dengan tipuan, jangan

terlebih dekat dengan murid tertentu lantaran banyak pemberiannya.larang sekali-kali

menuruti nafsu syahwat didalam perkara yang terbiasa pada waktu menjadi murid,

sehingga selamat ia kelak setelah hidup sendiri.

Tugas seorang pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,

menyucikan hati manusia untuk berataqqarub kepada Allah (Muhamimin dan Mujib

1993: 165). Ramayulis (2002: 85) menyebutnya, tugas pendidik sebagai warasat al-

anbiya, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmatan li al-alamin, yaitu suatu

misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hokum-hukum Allah,

guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan

kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan

bermoral tinggi.

Page 25: makalah pendidikan formal islam.doc

22

3. Peserta Didik

Minarti (Muhaimin dan Mujib, 1993, hlm. 177) menyatakan bahwa sama halnya

dengan teori Barat, anak didik dalam pendidikan islam adalah anak yang sedang

tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Arifin (2003,

hlm. 278) mengatakan bahwa murid adalah manusia yang sedang berada dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan menurut fitrahnya masing-masingyang

memerlukan bimbingan konsisten menuju titik optimal.

4. Metode Pendidikan Islam

Minarti (2012, hlm. 139) Dalam Pendidkan Islam, An- Nahlawi, seorang pakar

pendidikan Islam, mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan metode Al-

Qur’an dan hadis yang dapat menyentuh perasaan, yaitu sebagai berikut: a) metode

Hiwar (percakapan) Al-Qur’an dan nabawi adalah percakapan silih berganti antara

dua pihak atau lebih mengenal suatu topik dan sengaja diarahkan pada suatu tujuan

yang dikehendaki oleh pendidik; b) metode kisah Qur’ani dan nabawi adalah

penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam

A-l-Qur’an dan hadits Nabi. Kisah Qur’ani bukan semata-mata karya seni yang indah,

tetapi juga cara mendidik umat agar beriman kepadaNya. Dalam pendidikan islam

isah merupakan metode yang sangat penting karena dapat menyentuh hati manusia; c)

metode amtsal (perumpamaan) Al-qur’ani adalah penyajian bahan pembelajaran

dengan mengangkat perumpaan yang ada dalam Al-Qur’an. Metode ini

mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak; d) metode

keteladanan (uswah hasanah) adalah memberikan teladan atau contoh yang baik

kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman

untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidikan baik secar instruksional

maupun nasional; e) metode pembiasaan adalah membiasakan peserta didik untuk

melakukan sesuatu sejak ia lahir. Metode ini akan semakin nyata manfaatnya jika

didasrkan pada pengalaman; f) metode ibrah dan mau’izah. Metode ibrah adalah

penyajian bahan pembelajaran yang melatih daya nalar pembelajar yang bertujuan

melatih daya nalar pembelajar daam menangkap makna terselubung dari suatu

Page 26: makalah pendidikan formal islam.doc

23

pernyataan atau kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu

yang disaksikan. Sementara itu, metode mau’izah adalah pemberian motivasi dengan

menggunakan keuntunagn dan kerugian dalam melakukan perbuatan; g) metode

targhib dan tarhib. Metode targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks

kebahagiaan hidup akhirat. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam

konteks hukuman (Ancaman allah) akibat perbuatan dosa yang dilakukan.

Page 27: makalah pendidikan formal islam.doc

BAB III

SIMPULAN

Pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi

beberapa aspek : 1) tujuan dan tugas hidup manusia, yaitu manusia diciptakan bukan

secara kebetulan, melainkan punya tujuan dan tugas tertentu (QS. 3 : 19), 2)

memperhatikan sifat dasar manusia, yaitu konsep penciptaan manusia dengan

bermacam fitrah (QS. 8 : 29), mempunyai kemampuan beribadah dan menjadi

khalifah di muka bumi (QS. 2: 30), 3) tuntunan masyarakat baik pelestarian nilai

budaya, pemenuhan kebutuhan hidup, maupun antisipasi perkembangan tuntunan

modern, 4) dimensi-dimensi kehidupan manusia. Dalam hal ini terkandung nilai

dalam mengelola kehidupan bagi kesejahteraan dunia dan akherat, keseimbangan dan

keserasian keduanya.

Dalam Pendidkan islam, An- Nahlawi, seorang pakar pendidikan islam,

mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan metode Al-Qur’an dan hadis

yang dapat menyentuh perasaan, yaitu sebagai berikut: a) metode Hiwar

(percakapan), b) metode kisah Qur’ani dan nabawi, c) metode amtsal

(perumpamaan), d) metode keteladanan (uswah hasanah), e) metode pembiasaan, f)

metode ibrah dan mau’izah, g) metode targhib dan tarhib.

Secara historis keberadaan sekolah atau madrasah sudah diakui keberadaanya

sebagai lembaga penting dalam hal pendidikan setelah keluarga, sebab sekolah sangat

berperan dalam menumbuhkan dan mendidik anak. Di samping itu, sekolah

merupakan tempat para peserta didik melakukan interksi proses belajar mengajar

sesuai dengan tingkatan tertentu secara formal.

Pesantren juga termasuk pendidikan islam formal yang memiliki Ciri-ciri khusus

dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terpokus pada ilmu-ilmu

agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi Arab, hukum Islam, hadits, Tafsir

Al-Qur’an, Teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika.

24

Page 28: makalah pendidikan formal islam.doc

DAFTAR RUJUKAN

Al-Syaibany. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Arifin, Z.  2011. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:PT Remaja

Rosdakarya

Burhanuddin dan Sopian, A. 2011. Islam My Way Of Life. Subang: Royyan Press

Burhanuddin, dkk. 2010. Landasan Pendidikan. Subang: Royyan Press

Burhanuddin dan Sumiati, T. 2011. Filsafat Pendidikan.Subang: Royyan Press

Eko. 2011. Pendidikan Islam Formal. Tersedia [Online]:

http://ekosatudua.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-formal.html

Hasbullah. 1996. Dasar-dasar ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Minarti, S. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bojonegoro: Amzah

Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Malang: PT Remaja Rosda Karya

Langgulung, H. 2003. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT Pustaka Al-Husna

Soleha dan Rada. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta

Syafri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Tohirin. 2011. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Weni. 2014. Tersedia [Online]: http://wenimaniez90.blogspot.com/2014/04/makalah-

kurikulum-dalam-pendidikan-islam_5.html

25