titrasi formal
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Biokimia
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA
I. NOMOR PERCOBAAN : IV (EMPAT)
II. NAMA PERCOBAAN : TITRASI FORMAL ASAM AMINO
III. TUJUAN : Untuk Mempelajari cara kerja (aktivitas)
enzim pada asam amino melalui titrasi
formaldehid
IV. DASAR TEORI
Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam
laboratorium memerlukan kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu,
tekanan, waktu dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tubuh kita
merupakan laboratorium yang sangat rumit, sebab didalamnya terjadi reaksi kimia
yang beraneka ragam. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam
atubuh kita ini dimungkinkan karena adanya katalis, yang disebut dengan enzim.
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu subtrat tertentu. Kekhasan
inilah ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis (bukan enzim) yang dapat
bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea
sebagai subtratnya. Ada juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu subtrat
namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu.
Enzim-enzim memperlihatkan semua sifat-sifat Protein
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein ; aktivitas
katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Sebagai
contoh, jika suatu enzim didihkan dengan asam kuat atau diinkunbasi dengan tripsin,
yaitu perlakuan yang memotong rantai polipeptida, aktivitas katalitiknya biasanya
akan hancur; hal ini memperlihatkan bahwa struktur kerangka primer protein enzim
dibutuhkan untuk aktivitasnya. Selanjutnya, jika kita mengubah berlipatnya rantai
protein yang khas dari suatu protein enzim utuh oleh panas, oleh perlakuan pH yang
jauh menyimpang dari keadaan normal, atau oleh perlakuan dengan senyawa perusak
lainnya, aktivitas enzim penting bagi aktivitas katalitiknya.
1Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar dari kira-
kira 12.000 sampai lebih dari 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar
dibandingkan dengan subtrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa enzim hanya
terdiri dari polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain residu asam
amino.
Fungsi dan Cara Kerja Enzim
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011
kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim
dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat
kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan
energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi
(reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi
(eksergonik).Cara kerja enzim dapat dimisalkan sebagai berikut :
Misalkan pembentukan ikatan antara senyawa A dengan senyawa B menjadi senyawa
AB akan mengeluarkan energi. Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan
energi sebesar p, yaitu selisih energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya,
penguraian senyawa AB menjadi A dan B mengeluarkan energi sebesar p pula.
Enzim adalah katalisator sejati, molekul ini meningkatkan dengan nyata
kecepatan reaksi kimia spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung amat lambat.
Enzim tidak dapat mengubah titik kesetimbangan reaksi yang dikatalisisnya: enzim
juga tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi ini.
Enzim meningkatkan kecepatan reaksi kimia dengan cara menurunkan energi
aktivasinya. Energi aktivasi tersebut adalah jumlah energi dalam kalori yang
diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1 mol senyawa pada suhu tertentu
menuju tingkat transisi pada puncak batas energi. Kecepatan setiap reaksi kimia
sebanding dengan konsentrasi senyawa pada keadaan transisi.
Terdapat dua cara umum untuk meningkatkan kecepatan reaksi kimia, yaitu
dengan cara meningkatkan suhu, yang mempercepat gerak termal molekul, dan
karenanya meningkatkan bagian (fraksi) molekul yang memiliki energi dalam,
2Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
dengan jumlah yang cukup untuk memasuki keadaan transisi yaitu energi dimana
reaksi mencapai titik puncaknya. Cara kedua yaitu dengan menambahkan katalisator.
Katalisator ini akan mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan batas penghalang
energi.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
a.Konsentrasi Enzim
Seperti katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi subtrat tertentu,
kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
b.Konsentrasi Subtrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap,
maka pertambahan konsentrasi subtrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi
pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun
konsentrasi subtrat diperbesar. Keadaan ini diterangkan oleh Michaelis-Menten
dengan hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks enzim subtrat yang dikenal
dengan Michaelis-Menten.
c.Suhu
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang
menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah
reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi akan
berlangsung lebih cepat.
Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu
dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi,
maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif
enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun.
Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan
kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu reaksi diartikan sebagai kenaikan kecepatan
reaksi sebagai akibat kenaikan suhu 10oC.
d.Pengaruh pH
3Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan
ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh
terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim subtrat.
e.Pengaruh Inhibitor
Terdiri dari hambatan reversibel, hambatan tak reversibel, dan hambatan
Alosterik.
1. Hambatan Reversibel, dibagi menjadi dua, yaitu
a. Hambatan Bersaing, disebabkan karena adanya molekul yang nirip
dengan subtrat, yang dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks
enzim inhibitor (EI).
b. Hambatan tak Bersaing, tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi
subtrat dan inhibitor yang melakukannya sebagai inhibitor tidak
bersaing.
2. Hambatan Tak Reversibel, terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel
dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya
bentuk enzim.
3. Hambatan Alosterik
Hambatan alosterik ini menyebabkan hubungan kecepatan reaksi dengan
konsentrasi subtratnya membentuk grafik tidak berbentuk hiperbola
melainkan berbentuk sigmoida seperti yang diterangkan oleh persamaan
Michaelis-Menten.
Persamaan Michaelis – Menten
Pada tahun 1913, Leonor Michaelis dan Maude Menten mengajukan hipotesa
bahwa dalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks enzim-subtrat yang
kemudian menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Michaelis – Menten
berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kompleks enzim-
subtrat (ES), maka penambahan konsentrasi subtrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus dengan
persamaan umum, reaksi enzim dituliskan sebagai berikut :
4Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
E + S ES E + P
V. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
1. Pipet tetes
2. Gelas ukur
3. Beker gelas
4. Corong
5. Biuret
6. Statif
7. Klem
8. Erlenmeyer
9. pH meter
2. BAHAN:
1. Larutan NaOH 0,2M
2. Larutan NaOH 0,02M
3. Larutan HCl 0,1 M
4. Larutan gelatin 5%
5. Indikator PP
6. Larutan tripsin
7. Larutan formaldehid 40 %
dinetralkan dengan alkali
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
Siapkan 100 ml larutan gelatin 5%. Atur temperatur 38oC. Tambahkan
kedalamnya 1 ml phenolpthalein dan 0,2 M NaOH tetes demi etets sampai warna
merah muda timbul. Tambahkan 0,1 M HCl tetes demi tetes sampai tepat warna
merah muda tadi hilang (pH = 8,0). Hati-hati jangan terlalu asam. Masukkan gelatin
yang telah dinetralisir tadi kedalam inkubator 38oC. Pada 25 ml larutan tripsin
tambahkan beberapa tetes phenolpthalein. Tambahkan tetes demi tetes 0,2 M NaOH
sampai warna merah muda. Kemudian teteskan 0,1 M HCl sampai warna tersebut
tepat hilang (pH = 8,0). Tepat pada jam “NOL” tambahkan larutan tripsin tersebut ke
dalam larutan gelatin. Aduk! Setelah tercampur rata, ambil 10 ml campuran,
masukkan ke dalam 100 ml beker gelas. Didihkan untuk merusak enzimnya. Catat
waktunya! Dinginkan. Tambahkan 15 ml formalin netral dan 3 tetes phenolpthalein.
Pada interval 15 menit lakukan hal yang sama seperti di atas (seperti kontrol). Semua
dilakukan duplo. Pada masing-masing hasil reaksi di atas pada interval 0, 15, 30, 60,
5Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
90, dan 120 menit dan dititrasi dengan NaOH 0,02 M hingga titik akhir berwarna
merah muda.
VII. HASIL PENGAMATAN
Prosedur percobaan Hasil Pengamatan
Gelatin
110 ml gelatin (kuning bening)
inkubasi (38o) + 1 ml indicator PP
(bening) + NaOH (bening) →
larutan merah muda + HCL
(bening) → larutan bening. pH =
7,8.
Setelah larutan gelatine diinkubasi,
gelatine ditambahkan dengan 1 ml
PP, kemudian dititrasi dengan 74
tetes NaOH → larutan menjadi
merah muda. Kemudian dititrasi
kembali dengan 21 tetes HCL →
Larutan bening. Diukur pH = 7,8.
10 ml gelatine (bening) dididihkan,
kemudian didinginkan. Setelah
dingin + 15ml formaldehid
(bening) + 3 tetes PP (bening) +
NaOH (bening).
Setelah gelatine dicampur dengan
formaldehid + 3 tetes indicator PP
→ larutan bening. Kemudian
dititrasi dengan 8,2 ml NaOH →
larutan merah muda.
Tripsin
35 ml tripsin (kuning bening) + 1
ml indicator PP + NaOH (bening)
→ larutan merah muda, + HCL
(bening). Cek pH = 7,74
Setelah tripsin dicampur dengan
indicator PP → larutan menjadi
kuning bening. Kemudian dititrasi
dengan 70 tetes NaOH → larutan
menjadi merah muda. Kemudian
dititrasi lagi dengan 34 tetes HCL
→ larutan bening. Diukur pH = 7,74
10 ml tripsin (kuning bening)
dididihkan, kemudian didinginkan.
Setelah tripsin dicampur dengan
formaldehid + 3 tetes indicator PP
6Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
Setelah dingin + 15ml formaldehid
(bening) + 3 tetes PP (bening) +
NaOH (bening).
→ larutan bening. Kemudian
dititrasi dengan 16,3 ml NaOH →
larutan merah muda.
Setelah itu 100 ml gelatin diinkubasi 38o, kemudian gelatin tersebut
dicampurkan dengan tripsin 25 ml. Larutan yang telah dicampurkan ini diambil
10 ml + dipanaskan hingga mendidih. Lalu didinginkan dan ditambahkan 15 ml
formaldehida, 3 tetes PP kemudian dititrasi dengan NaOH 0,02M hingga titik
akhir titrasi. Campuran gelatin+tripsin ini disebut dengan campuran t = 0 menit.
Lakukan hal yang sama hingga t = 120 menit
Sampel Waktu (t) dalam menit Volume NaOH (ml)
t0 (gelatin) 0 menit 8,2 ml
t0 (tripsin) 0 menit 16,3 ml
t0 0 menit 6,8 ml
t1 15 menit 7 ml
t2 30 menit 8 ml
t3 60 menit 8,8 ml
t4 90 menit 9,8 ml
t5 120 menit 10,2 ml
VIII. ANALISA DATA
a. Kurva titrasi antara volume alkali (ordinat) terhadap waktu (absis).
dimana :
Waktu = X
Volume NaOH = Y
X 0 15 30 60 90 120
Y 6,8 7 8 8,8 9,8 10,2
7Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
b. Hubungan antara waktu terhadap volume rata-rata dalam persamaan regresi
linier.
Nomor X Y XY X2
1 0 6,8 0 0
2 15 7 105 225
3 30 8 240 900
4 60 8,8 528 3600
5 90 9,8 882 8100
6 120 10,2 1224 14400
Jumlah ∑X = 315 ∑Y = 50,6 ∑XY = 2979 ∑X2 = 27225
8Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
Maka diperoleh persamaan regresi linier :
Y = AX+B
Sehingga Y = 0,030175X + 6,84912
X 1 2 3 4 5
Y 6,879295 6,90227 6,932445 6,96262 6,999995
9Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
c. Data untuk mencari persamaanregresi linier, jika 1 ml NaOH 0,1 N = 1,4 mg
nitrogen asam amino.
Nomor X Y XY X2
1 0 9,52 0 0
2 15 9,8 147 225
3 30 11,2 336 900
4 60 12,32 739,2 3600
5 90 13,72 1234,8 8100
6 120 14,28 1713,6 14400
Jumlah ∑X = 315 ∑Y = 70,84 ∑XY = 4170,6 ∑X2 = 27225
10Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
Maka diperoleh persamaan regresi linier :
Y = AX + B
Y = 0,04224X + 9,5887
X 0 15 30 60 90 120
Y 9,5887 10,2223 10,8559 12,1231 13,3903 14,65767
IX. REAKSI
11Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
X. PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini dimana percobaan dimana percobaan mengenai
titrasi formal asam amino yang bertujuan untuk mengetahui serta memperlajari
aktivitas dari enzim dan apa saja yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja enzim itu
sendiri. Percobaan ini menggunakan beberapa larutan yang terlebih dahulu
dipersiapkan dengan teliti oleh praktikan, dimana dalam percobaan ini digunakan
larutan gelatin sebagai salah satu larutan yang terlebih dahulu diberikan perlaku,
dimana sebelum melakukan percobaan larutan gelatine di reaksikan dengan larutan
NaOH dengan penambahan indikator beberapa tetes hingga menghasilkan warna
merah muda dan selanjutnya sebelum larutan gelatin ini di inkubasi larutan ini
ditambahkan terlebih dahulu dengan larutan HCl hingga warna merah muda
sebelumnya tadi menghilang.
12Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
Proses inkubasi ini terlebih dahulu diberikan pada larutan gelatin hingga
mencapai suhu 38oC. Perlu adanya perhatian khusus pada saat proses inkubasi larutan
gelatin ini dimana suhunya harus dijaga konstan jangan sampai naik, karena bila
suhunya mencapai lebih dari 50oC ptotein akan terdenaturasi. Sehingga akan merusak
struktur dari protein itu sendiri. Selanjutnya dalam percobaan ini yang bertindak
sebagai enzim adalah tripsin, yaitu enzim yang terdapat dalam tubuh kita yang dalam
hal ini digunakan air kencing. Perlakuan selanjutnya yang diberikan kepada larutan
gelatin yakni, gelatin ditambahkan dengan tripsin. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
kita melakukan pemotongan pada rantai polipeptida pada protein. Sama halnya
seperti pada gelatin sebelumnya tadi, maka tripsin pun harus diinkubasi pada suhu
38oC, hal ini dimaksudkan agar enzim tripsin dapat bekerja secara optimum pada
suhu tersebut.
Larutan protein yang diinkubasi akan membutuhkan NaOH dengan jumlah
yang sama banyak baik dalam selang waktu yang berbeda jika dilakukan penitrasian.
Hal ini memberikan arti bahwa tidak ada hubungannya antara selang waktu dan
jumlah NaOH yang dibutuhkan pada saat proses titrasi. Pada kenyataannya setelah
dilakukan pengamatan melalui percobaan secara langsung ini, hasil pengamatan yang
didapat menjunjukkan semakin lama waktu yang digunakan maka jumlah larutan
NaOH yang dibutuhkan semakin banyak.Hal ini juga karena mengikuti prinsip
menten. Analisa kualitatif dalam percobaan akan sulit didapatkan dengan sempurna
apabila kurangnya ketelitian, ketelitian dalam pembuatan larutan, penitrasian,
pengadukan, pemanasan, serta penjagaan suhu agar tetap konstan pun harus sangat
diperhatikan sehingga akan didapatkannya hasil pengamatan yang benar-benar akurat.
Penitrasian dengan NaOH pada larutan protein yang ditambahkan dengan
tripsin dimaksudkan untuk melihat kecepatan reaksi yang terjadi berdasarkan volume
NaOH yang digunakan. Larutan protein bertindak sebagai subtratnya. Jadi, kecepatan
reaksi tergantung dengan konsentrasi gelatinnya. Namun bila enzim tripsin seolah-
olah “jenuh” dengan subtrat, artinya enzim tidak dapat lagi menampung gelatin.
Berdasarkan literatur, seharusnya kecepatan reaksi pada tripsin-gelatin,
tergantung pada konsentrasi tripsin-gelatin pula. Sebab apabila tergantung pada
13Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
konsentrasi gelatin saja, maka penambahan konsentrasi subtrat akan menghasilkan
pertambahan kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.
Oleh karena itu , reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu, sebagian enzim akan
terdenaturasi pada suhu di atas 60oC, maka reaksi antara gelatin-tripsin juga
dipengaruhi oleh suhu pada waktu melakukan inkubasi. Kenaikan suhu sebelum
terjadinya proses denaturasi (atau pada saat suhu 38oC) maka akan dapat
menaikkan kecepatan reaksi.
14Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
IX. Kesimpulan
1. Lama waktu inkubasi atau kerja antara enzim dan substrat dalam percobaan
ini mempengaruhi jumlah asam amino yang dihasilkan sekama substrat
masih tersedia.
2. Penambahan NaOH dan HCl sekaligus untuk melihat titik ekuivalen dari
larutan yang digunakan dalam hal ini gelatin dan tripsin.
3. Pemanasan dalam inkubator 38 oC untuk menjaga agar enzim yang bekerja
dalam protein akan bekerja secara stabil.
4. Kecepatan reaksi gelatin-tripsin juga dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu
sebelum tripsin terdenaturasi maka akan menaikkan kecepatan reaksi
5. Titrasi formalin hanya tepat untuk menunjukkan atau menentukan suatu
proses terjadinya pemecahan protein tetapi kurang tepat untuk penemuan
protein
6. Gugus NH3+ adalah produk asam amino hasil reaksi antara tripsin dan
gelatin dimana reaksi enzimatik ini terjadi secara optimum pada suhu 38oC.
7. Penambahan formaldehid agar adanya reaksi dengan gugusan amino yang
tak bermuatan hingga memungkinkan gugusanm ammonium buffer
didaerah pH yang lebih rendah dan dapat dititrasi pada titik akhir dengan
indicator PP.
8. Suatu protein dapat ditentukan kadarnya secara kuantitatis melalui metoda
titrasi formal yang didasarkan pada reaksi asam basa antara penitrasi
(dalam hal ini NaOH)
15Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
XI. DAFTAR PUSTAKA
Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung:ITB
Lehninger, Albert, 1992, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga: Jakarta.
Fessenden dan Fessenden, 1999, Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2, Erlangga: Jakarta.
Pudjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia
Sukaryawan, Made. 2013. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Sriwijaya:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Wirahadikusumah, Muhammad, 1985, Biokimia, Penerbit ITB: Bandung.
16Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
XII. GAMBAR ALAT
1. pipet tetes
2. gelas ukur
3. beker gelas
5. Corong
6. Biuret
7. Statif dan klem
8. Erlenmeyer
17Rusmala Dewi(06101410024)
Laporan Praktikum Biokimia
X. Pertanyaan dan Jawaban
1. Buatlah kurva titrasi antara volum alkali (ordinat) terhadap waktu (absis)!
Jawaban:
Kurva terlampir....
2. Buat kurva antara mg nitrogen asam amino (ordinat) terhadap waktu (absis)!
Jawaban :
Kurva terlampir.....
3. Mengapa harus ditambahkan alkali pada formalin sampai merah muda dan
Phenolphtalein?
Jawaban:
Karena dengan ditambahkan alkali pada formalin maka akan terbentuk
dimethiol dan dengan terbentuknya dimethiol ini berarti gugus anionnya
sudah terikat, sehingga tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan
basa (NaOH) dan titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat.
Penambahan phenolphtalein berguna untuk melihat titik akhir titrasi tersebut,
yaitu dapat terlihatnya jika terjadi perubahan warna.
4. Apa tujuan melakukan titrasi formal ini ?
Jawaban :
Tujuan melakukan titrasi formal ini adalah untuk mempelajari aktivitas enzim
dan apa saja yang dapat mempengaruhi aktivitas dari enzim tersebut.
18Rusmala Dewi(06101410024)