makalah obat analgetik kel 6 nurul

15
MAKALAH OBAT ANALGETIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Instalasi Farmasi Rawat alan !em"im"ing # Asri Riswi$anti% &'F% A(t' Disusun Oleh # Kel)m()k * Nurul Er+ia ,ah$uni UII Arellia Okta+i)ri U&D I ,a$an Ar$a Mahar-ika U,M !RAKTIK KERA !ROFE&I A!OTEKER !ERIODE A!RIL . MEI /012

Upload: wiwid-dwi-jaka-leksana

Post on 05-Nov-2015

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH OBAT ANALGETIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Instalasi Farmasi Rawat Jalan

Pembimbing :Asri Riswiyanti, S.F, Apt.

Disusun Oleh :Kelompok 6Nurul Ervia WahyuniUII Arellia Oktaviori USD I Wayan Arya Mahardika UWM

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKERPERIODE APRIL MEI2015

BAB I PENDAHULUANA. Definisi obat analgetikAnalgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit (nyeri) tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa nyeri (Soekardjo, 2008).Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya (actual) atau potensial kerusakan jaringan atau keadaan yang menggambarkan kerusakan tersebut. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusatnyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri . Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Dengan kata lain, nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata (anonim, 2009).B. Tinjauan pustakaa. Patofisiologia.1. Berdasarkan durasi nyeri dapat dibagi menjadi 2:1. Nyeri akutNyeri yang muncul tiba-tiba dengan durasi sampai 7 hari umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan.

2. Nyeri kronikNyeri konstan atau intermitten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.a.2. Berdasarkan asalnya nyeri dapat dibagi menjadi 2 yaitu :1. Nyeri nosiseptifNyeri nosiseptif (akut) meliputi nyeri somatic (sumber nyeri berasal dari kulit, tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung) atau visceral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau pancreas). Perangsangan pada ujung saraf bebas yang dikenal dengan istilah nosiseptor merupakan tahap pertama yang mengawali timbulnya rasa nyeri. Reseptor ini dapat ditemukan baik di struktur visceral ataupun somatic serta teraktivasi oleh rangsangan mekanik, termal (panas) dan kimiawi. Pelepasan bradikinin , K+ , prostaglandin, histamine , leukotrien, serotonin dapat menimbulkan kepekaan dan atau aktivasi nosiseptor. Aktivasi reseptor menimbulkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang serabut saraf aferen ke spinal cord (sumsum tulang belakang). 2. Nyeri neuropatikNyeri neuropatik (kronis) terjadi akibat pemrosesan input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf pusat atau perifer. Terdapat sejumlah besar sindroma nyeri neuropatik yang seringkali sulit diatasi (misal: nyeri punggung bawah, neuropatik diabetic, postherpic neuralgia, nyeri akibat kanker, luka pada spinal cord/sumsum tulang belakang). Kerusakan saraf atau rangsangan terus-menerus dapat menyebabkan sirkuit/lintasan nyeri untuk menimbulkan rangsangan saraf secara spontan, rangsangan nyeri saraf autonom dan meningkatkan pelepasan bahan-bahan dari saraf dorsal horn yang progresif (anonim, 2009)b. Gejala Pasien mungkin berada dalam keadaan distress (kesakitan) akut yang nyata (nyeri trauma) atau tampak tidak menderita keluhan yang berarti (kronis/menetap). Nyeri dapat digambarkan sebagai: tajam menusuk, pusing, panas seperti terbakar, menyengat, pedih , perih yang merambat, rasa nyeri yang hilang timbul, dan berbeda tempat rasa nyeri. Setelah beberapa jam rangsangan nyeri yang sama dapat memunculkan gejala yang sama sekali berbeda (contoh: dari nyeri menusuk menjadi pusing, dari nyeri yang terasa nyata menjadi samar-samar). Gejala yang tidak spesifik meliputi kesemasan, depresi, kelelahan, insomnia (gangguan pola tidur), rasa marah dan ketakutan. Nyeri akut dapat menyebabkan hipertensi, takikardi, diaphoresis, medistrik dan pallor (pucat), tetapi gejala tersebut tidak memastikan diagnosis nyeri. Nyeri selalu bersifat subjektif jadi lebih baik didiagnosis berdasarkan pada gambaran dan riwayat penyakit yang diceritakan oleh pasien. Nyeri nosiseptik seringkali akut, terlokalisasi, dapat digambarkan dengan jelas, dan membaik dengan analgesic konvensional. Nyeri neuropatik seringkali kronis, tidak dapat dijelaskan dengan baik, dan tidak mudah diobati dengan analgetik konvensional. Pasien umumnya merasakan nyeri yang seperti membakar, pedih, seperti tersengat listrik atau menusuk, respon nyeri yang berlebihan terhadap rangsangan yang membahayakan (hiperalgesia), atau respon nyeri terhadap rangsangan yang secara normal tidak membahayakan. Pengobatan nyeri yang tidak efektif dapat menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen), hypercapnea, hipertensi, aktivitas jantung berlebihan, dan gangguan emosional. Pasien dengan nyeri kronis mungkin timbul masalah psikologis, ketergantungan dan toleransi terhadap analgesic, gangguan pola tidur, serta peka terhadap perubahan lingkungan yang justru memperparah nyeri (Dipiro, 2009).

c. Derajat keparahanTable1. Statistical Analysis pain of the WBSTidak ada perbedaan rata-rata VAS atau dalam distribusi kategori wajah antara pria dan wanita, antara tua dan pasien yang lebih muda, atau antara kategori lokasi nyeri. Hubungan antara VAS dan WBS juga tidak berbeda antara jenis kelamin, usia, atau kelompok lokasi nyeri. Sebagai contoh, Gambar 1 menunjukkan distribusi skor VAS sesuai kategori WBS dan kelompok usia.

Tabel 2 . 0-10 Numeric pain intensity scale

BAB IIPENATALAKSANAAN TERAPIA. Tujuan Terapi

Tujuan terapi adalah untuk meminimalkan nyeri dan memberikan kenyamanan yang memadai pada dosis analgetik efektif terendah. Selain itu, pada nyeri kronis juga diharapkan meliputi rehabilitasi (pemulihan) dan resolusi (menghilangkan) terhadap masalah psikososial.Orang berusia lanjut dan belia (anak-anak) mempunyai resiko terbesar untuk mengalami undertreatment (pengobatan tidak memadai) oleh karena salah memahami patofisiologi rasa sakit yang mereka derita (anonym, 2009).

B. Pembagian golongan analgetikAnalgetik yang diberikan harus dimulai dengan analgetik yang paling efektif dengan efek samping terendah. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu analgetik non narkotik dan analgetik narkotik.B.1. Analgetik non narkotikAnalgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetik non narkotik bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat. Obat golongan ini mengadakan potensial dengan obat-obat penekan sistem saraf pusat. Analgetik non narkotik menimbulkan efek analgetik dengan cara menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase, sehinggan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hydrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Soekardjo, 2008). Secara umum, analgesik non narkotik terbagi menjadi dua golongan yaitu :a. Analgetik periferAnalgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)NSAIDs termasuk analgesic non narkotik yang digunakan sebagai anti radang untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan. Table 3. Contoh obat-obat analgetik non narkotik(Dipiro, 2009) Deskripsi Obat GenerikKeterangan

Asetosal Mempunyai efek analgesik, antipiretik, dan antinflamasi. ES: Iritasi lambung, alergi, kemungkinan peningkatan perdarahan Sediaan: tablet Cara minum: bila perlu tiap 4 jam menurut petunjuk dokter. Tablet harus diminum sesudah makan.

Asam mefenamat

Mempunyai efek analgesik dan antinflamasi, tetapi tidak memberikan efek antipiretik. ES: iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, mengantuk, pusing, penglihatan kabur, dispepsia Sediaan: kapsul, kaplet. Cara minum: Dws dan anak > 14th, Dosis awal 500 mg kemudian dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan. Diminum setelah makan dan dosis maksimal 2500 mg/hari Peringatan : jangan diminum bersamaan dengan alcohol karena dapat menyebabkan pendarahan saluran cerna Pemberian asam mefenamat tidak boleh lebih dari 7 hari

Celecoxib Untuk osteoartritis dan rematik arthritis pada orang dws. ES: diare, kembung, mual, nyeri punggung, pusing, sakit kepala, memperburuk hipertensi, pendarahan saluran cerna. Sediaan: kapsul. Cara minum: osteoartritis sehari 1x kap 100 mg, rematik arthritis sehari 2x kap 100-200 mg.

Dexkeprofen trametamol Untuk nyeri muskuloskeletal akut, dismenore, sakit gigi, nyeri pasca operasi Sediaan: tablet salut selaput, ampul. Ds: tab: tiap 8 jam, maks 75 mgAmpul: tiap 8-12 jam.

Fenilbutazon Hanya digunakan untuk antinflamasi dan mempunyai efek meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout. ES: mual, muntah, reaksi alergi pd kulit, ggn lambung, diare, vertigo, insomia. Sediaan: tablet, dragee, kaplet, Cara minum: sehari 300 mg dlm 3-4 dosis terbagi. Selanjutnya diturunkan sesuai kebutuhan dgn dosis sehari maks 300 mg.

Ibuprofen Mempunyai efek analgesik, anipiretik, dan antinflamasi, namun efek antinflamasinya memerlukan dosis lebih besar. ES: sakit kepala dan iritasi lambung ringan. Sediaan: sirup, tablet, Cara minum: harus diminum sesudah makan

Indometasin Untuk sakit persendian yang meradang maupun tidak, artritis akut. ES: sakit kepala, pusing, dispepsia, rasa mengantuk, ruam kulit, diare, ggn mental ringan, eudema. Sediaan: Kapsul Cara minum: sehari 2-3x 1kapsul segera sesudah makan.

Kalium diklofenak Untuk pengobatan jangka pendek kondisi akut pada nyeri, inflamasi, pembengkakan, rematik. ES: ggn sal. cerna, diare, mutah, keram abdomen, dispepsia, kembung, sakit kepala, vertgo, kulit kemerahan. Sediaan: tablet, tablet salut selaput. Cara minum: sehari 2-3 tab sesudah makan.

Natrium diklofenak untuk peradanganan mengurangi rematik, encok, osteoartrosis, radang sendi tulang belakang, rematik non-artikular. ES: ggn sal. cerna, sakit kepala, pusing, vertigo, kemerahan pada kulit. Sediaan: tablet, tablet salut enterik, gel, ampul Ds: tab: sehari 2-3x 1tab, amp; 1-2 ampul, gel: oleskan pd bagian nyeri dan inflamasi sehari 3-4x.

Ketoprofen Untuk rematik inflamasi kronik, nyeri, bengkak. ES: mual, muntah, konstipasi, sakit kepala, ggn fungsi ginjal. Sediaan: tablet, ampul, gel, suppositoria Ds: tab: sehari 3-4 tablet, amp: sehari 100 mg dapat ditingkatkan menjadi 200 mg pd kasus berat, gel: gunakan sehari 2x maks 7hari, supp: gunakan pada malam hari.

Ketorolac tromethamine Untuk penanganan jangka pendek (maks 2 hari) terhadap nyeri akut derajad sedang berat segera setelah operasi. ES: pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, gagal hati. Sediaan: tablet, ampul Ds: ampul: dosis awal 10 mg diikuti dg peningkatan dois 10-30 mg setiap 4-6 bila diperlukan. Setiap pasien harus diberikan dosis efektif terendah yg sesuai dg tingkat nyeri.tablet: dosis awal 10 mg tiap 4-6 jam untuk nyeri sesuai kebutuhan. Dosis maks: 40 mg.

Meloxicam Untuk osteoartitis, reumatoid artritis. ES: ggn sal. cerna, nyeri, pusing, sakit kepala, anemia, insomia, batuk, infeksi sal. nafas, ruam, ISK. Sediaan: tablet, ampul, suppositoria. Cara minum: tab: sehari 1 tablet.

Metamisol Na meringankan rasa nyeri terutama nyeri kolik dan sakit pasca operasi. ES: hipersensitivitas, serangan asma, mual. Sediaan: sirup, drops, ampul. Cara minum: sirup: 2 sdtk tiap 6-8 jam.

Paracetamol Parasetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik, ES: Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati. Sediaan: Kapsul, Kaplet, Tablet, Sirup, Suspensi. Cara minum: sehari 3-4x, sesudah makan.

Parecoxib Untuk terapi jangka pendek pasca operasi. ES: hipertensi, hipotensi, nyeri punggung, edema, kembung, insomia, anemia pasca operasi, ggn sal. nafas. Sediaan: vial Ds: 40 mg inj diikuti dg 20-40 mg tiap 6-12 jam.

Piroxicam Hanya diindikasikan untuk inflamasi sendi. ES: mual, nyeri perut, muntah, kembung, lemas, vertigo. Sediaan: Kapsul, gel, tablet, kaplet. Ds: gel: oeleskan pd bagian yg sakit sehari 3-4xkap tab/ kapl: sehari 1x1.

Valdecoxib Terapi simtomatik osteartitis dan rheumatic artritis, terapi untuk dismonera primer. ES: mulut kering, hipertensi, edema perifer, insomia, anmia, batuk, faringitis, ruam, ISK. Sediaan: tablet Ds: untuk OA dan RA: sehari 1x 10-20 mg. Maks 20 mg.Dimonera primer: sehari 1x40 mg tambahan 40 mg dapat diberikan pada hari pertama terapi.

B.2. Analgetik NarkotikAnalgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat maupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau ginjal. analgetik narkotik sering pula digunakan untuk premedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropine, untuk mengontrol sekresi.Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibanding golongan analgetik non narkotik, sehingga disebut juga analgetika kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan eurofia sehingga banyak disalah gunakan. Pemberian obat secara terus menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal. Kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernafasan.Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euphoria dan rasa mengantuk (Soekardjo, 2008).Analgesik narkotik disebut juga opioida yaitu zat yang bekerja terrhadap reseptor opioid khas di susunan saraf pusat (SSP) hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat endorfin (adalah kelompok polipeptida endogen yang terdapat di cairan cerebrospinal (CCS) dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin). Berdasarkan kerjanya, opiate terdiri atas: Agonis Opiat Alkaloid candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya (propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadolCara kerja obat ini sama dengan morfin, hanya berbeda mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping serta resiko habituasi dan adiksi. Antagonis Opiat : Nalokson, nalorfin, pentazosinBila digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat menduduki reseptor KombinasiZat ini juga dapat mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna Mekanisme Kerja Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor nyeri di susunan saraf pusat hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik opioida berdasarkan kemampuannya menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tetapi bila analgetik tersebut digunakan terus-menerus. Pembentukan reseptor-reseptor baru distimulasi dan produksi endorfin di ujung saraf di rintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan. Table 4. Contoh obat-obat analgetik narkotik :

(Dipiro,2009) Deskripsi obatGenerikKeterangan

Fentanil Menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan analgetik opioid. ES: mual, muntah, sembelit, somnolen (ketagihan tidur, mengantuk terus), bingung, kekacauan, halusinasi, euforia (keadaan emosi yg gembira berlebihan). Sediaan: ampul. Ds: tergantung pada keaadaan masing-masing pasien dan harus dipekirakan/ dinilai jarak waktu yang teratur setelah penggunaan.

Kodein In: meredakan rasa nyeri yang hebat. ES: ketergantungan, depresi pernafasan, depresi jantung, depresi mental. Sediaan: tablet. Dosis dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam sehari Dosis anak 1-1,5 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi Interaksi obat: Alkohol : meningkatkan efek sedatif dan hipotensi jika diberikan bersamaan Antiaritmia : memperlambat absorpsi meksiletin Antipsikotik : meningkatkan efek hipotensi dan sedatif Antitukak : simetidin menghambat metabolism kodein Peringatan: gangguan hati dan ginjal, menyebabkan ketergantungan, ibu hamil dan menyusui, hipersensitivitas opiat. Kontraindikasi : depresi saluran nafas, penyakit obtruksi paru.

Morfin sulfat In: penatalaksanaan nyeri kronik yang perlu analgetik opioid ES: mual, mutah sembelit, somnolen, halusinansi, euforia. Sediaan: Tablet ( 10 mg, 15 mg, 30 mg, 60 mg, 100 mg) Ds: pasien yg tidak pernah memakai opioid: awal 10-15 mg. efek obat selama 12 jam; nyeri yang tidak dapat dikontrol dg opioid: awal 20-30 mg tiap 12 jam. Telan utuh, jangan dibagi/ dikunyah/ dihancurkan.

Sufentanil Sebagai tambahan analgetik dan sebagai zat anastesi. ES: depresi nafas, kekakuan otot skelet, mual, muntah, hipotensi, dan deyut jantung sementara. Sediaan: Ampul

Tramadol Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca operasi. ES: mual, muntah, berkeringat, mengantuk, dispepsia, lelah, pusing, kemerahan pd kulit, mulut kering. Sediaan: kapsul, ampl, tablet retard, suppositoria. Ds: sehari 1-8 tab; 1-4 supp; 1-8 amp; tablet retard: 1-2 tab sebagai dosis tunggal, diutamakan pagi dan malam hari.

Efek Samping obat 1. Efek samping analgetik non narkotik :a. Iritasi saluran cerna b. Efek susunan syaraf pusatc. Toksisitas hepard. Toksisitas ginjal

2. Efek samping analgetik narkotik :a. Perubahan suasana hati (mood) : disforia (tidak merasa senang), euphoria (rasa senang berlebihan)b. Somnolens : lemah, mengantuk, apatis, tidak dapat konsentrasic. Rangsangan chemoreseptor trigger zone : mual, muntahd. Depresi pernafasan : laju nafas menurune. Gerakan sel cerna berkurang : sembelitf. Pelepasan histamine : biduran, kemerahan dan gatalg. Ketergantungan : gejala putus obat jika dihentikan mendadak (anonym, 2009).

Daftar PustakaAnonim, 2009, ISO FARMAKOTERAPI, PT. ISFI Penerbitan, JakartaAlam, I.,2011, Analgesic, http://www.medical-reference.net/2011/11/what-are-analgesic-how-they-classified.html?m=1, diakses pada tanggal 10 April 2015Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 2009. Pharmacotherapy: A Pathophysiologi Approach 7th Ed., New York: McGraw-Hill.

Soekardjo, 2008, Kimia Medicinal, Airlangga University Press, Surabaya.

Arthritis Research UK, 2011, Painkillers : Analgesics, http://www.drugoffice.gov.hk/eps/do/en/ consumer/news_information/dm_16.html#sthash.iDZQoSX3.dpbs, diakses pada tanggal 10 April 2015