analgetik - tugas farkol watub

21
Mekanisme nyeri http://silvana-nina.blogspot.com/2013/03/definisi-nyeri-dan- mekanisme-terjadinya.html Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada pasien - pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan gangguan komunikasi. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Letak Nyeri 1. Nyeri Neuropatik Perifer Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari saraf tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis. Contoh : Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik Neuralgia (PHN), Trigeminal neuralgia, CRPS tipe I, CRPS tipe II. 2. Nyeri Neuropatik Sentral Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks. Contoh : Nyeri post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis Berdasarkan Waktu Terjadinya 1. Nyeri Neuropatik Akut Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan Contoh Neuralgia herpetika, Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty 2. Nyeri Neuropatik Kronik Nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan Nyeri neuropatik kronis juga dibedakan menjadi: a. Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post

Upload: watub-maulana

Post on 11-Feb-2016

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analgetik

TRANSCRIPT

Page 1: Analgetik - Tugas Farkol Watub

Mekanisme nyeri http://silvana-nina.blogspot.com/2013/03/definisi-nyeri-dan-mekanisme-terjadinya.html

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan  dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan  hanya  bergantung pada pemeriksaan fisik sepenuhnya  serta tes laboratorium mengarahkan kita pada kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada pasien - pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan gangguan komunikasi. Klasifikasi NyeriBerdasarkan Letak Nyeri1.    Nyeri Neuropatik Perifer Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari saraf tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis.Contoh: Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik Neuralgia (PHN), Trigeminal neuralgia, CRPS tipe I, CRPS tipe II.2.    Nyeri Neuropatik SentralLetak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks.Contoh: Nyeri post stroke, Multiple Sclerosis, Nyeri post trauma medula spinalis Berdasarkan Waktu Terjadinya1.    Nyeri Neuropatik AkutNyeri yang dialami kurang dari 3 bulanContoh Neuralgia herpetika, Acute Inflammatory Demyelinating Neurophaty 2.    Nyeri Neuropatik KronikNyeri yang dialami lebih dari 3 bulan  Nyeri neuropatik kronis juga dibedakan menjadi:a.    Malignan (nyeri keganasan, post operasi, post radioterapi, post chemoterapi)b.    Non Malignan (neuropati diabetika, Carpal Tunnel Syndrome, neuropati toksis, avulsi pleksus, trauma medula spinalis, neuralgia post herpes)Berdasarkan Etiologi1.    Saraf Perifer Trauma: neuropati jebakan, kausalgia, nyeri perut, nyeri post torakotomi Mononeuropati: Diabetes, invasi saraf/ pleksus oleh keganasan, Iradiasi pleksus, penyakit jaringan ikat (Systemic Lupus Erytematosus, poliartritis nodusa)Polineuropati: Diabetes, alkohol, nutrisi, amiloid, penyakit Fabry, isoniasid, idiopatik.  2.    Radiks dan ganglionDiskus (prolaps) arakhnoiditis, avulsi radiks, rizotomi operatif, neuralgia post herpes, trigeminal neuralgia, kompresi tumor.3.    Medula SpinalisTranseksi total, hemiseksi, kontusio atau kompresio, hematomieli, pembedahan, syringomieli, multiple sclerosis, Arteri-Vena Malformasi, Defisiensi Vit B12, mielitis sifilik.4.    Batang OtakSindroma Wallenberg, Tumor, Syringobulbi, Multiple Sclerosis, Tuberkuloma.5.    Talamus

Page 2: Analgetik - Tugas Farkol Watub

Infark, hemoragik, tumor, lesi bedah pada nukleus sensorik utama.6.    Korteks / Sub korteksInfark, Arteri-Vena Malformasi, Truma dan tumor.

MEKANISME NYERI Nyeri merupakan  suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi.

Sensitisasi PeriferCidera atau inflamasi jaringan  akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin,  chemokine  dan  growth factor . Beberapa komponen diatas  akan langsung merangsang nosiseptor ( nociceptor activators ) dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya ( nociceptor sensitizers ). Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan mereduksi ambang aktivasi nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat ce dera atau inflamasi.Sensitisasi Sentral   Sama halnya  dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cidera. Sensitisasi  sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis ( activity dependent ), kemudian terjadi perubahan molekuler neuron (transcription dependent ).Sensitisasi sentral dan perifer merupakan contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input (kerusakan jaringan). Dalam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang masuk kedalam medulla spinalis, ini akan menyebabkan  jaringan saraf didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif. Reaksi ini akan menyebabkan munculnya rangsangan  nyeri akibat stimulus non noksius dan pada daerah yang jauh dari jaringan cedera  juga  akan  menjadi  lebih sensitif terhadap  rangsangan nyeri. 

Gambar: Mekanisme sensitisasi perifer dan sensitisasi sentral 

Page 3: Analgetik - Tugas Farkol Watub

PERJALANAN NYERI (NOCICEPTIVE PATHWAY)  Perjalanan nyeri termasuk  suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception )  yang merefleksikan  empat proses  komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi , dimana terjadinya stimulasi yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri).Proses Transduksi  Proses dimana stimulus  noksius diubah ke impuls elektrikal pada  ujung saraf .  Suatu stimuli kuat (noxion stimuli)  seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung - ujung saraf perifer (nerve ending ) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri,merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor- reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya  zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer.Proses Transmisi   Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spino thalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ- organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga serabut- serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron  dengan saraf- saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri  dan dirasakan sebagai persepsi  nyeri.Proses Modulasi  Proses perubahan transmisi nyeri   yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara si stem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang.Proses Persepsi Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik.

Page 4: Analgetik - Tugas Farkol Watub

PENGGOLONGAN ANALGETIK

http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/analgesik-nonopioid--antipiretik

http://analgetikantipiretik-dias.blogspot.com/2013/03/penggolongan-analgetik.html

>> Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :

1. Analgesik nonopioid, dan  2. Analgesik opioid.

>> Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.

1. Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID ANALGESICS)

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri. Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.

Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.

                    >> Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )

 Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac, Meclofenamate, Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin, Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac, Tolmetin.

      =>> Deskripsi Obat Analgesik Non-opioid

a. Salicylates

Contoh Obatnya: Aspirin, mempunyai kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung (intoleransi). Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok (minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).

b. p-Aminophenol Derivatives

Page 5: Analgetik - Tugas Farkol Watub

Contoh Obatnya: Acetaminophen (Tylenol) adalah metabolit dari fenasetin. Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna.Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain. Efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.

Pada dosis besar dapat menimbulkan pusing, mudah terangsang, dan disorientasi.

c. Indoles and Related Compounds

Contoh Obatnya : Indomethacin (Indocin), obat ini lebih efektif daripada aspirin, merupakan obat penghambat prostaglandin terkuat. Efek samping menimbulkan efek terhadap saluran cerna seperti nyeri abdomen, diare, pendarahan saluran cerna, dan pankreatitis. Serta menimbulkan nyeri kepala, dan jarang terjadi kelainan hati.

d. Fenamates

Contoh Obatnya : Meclofenamate (Meclomen), merupakan turunan asam fenamat, mempunyai waktu paruh pendek, efek samping yang serupa dengan obat-obat AINS baru yang lain dan tak ada keuntungan lain yang melebihinya. Obat ini meningkatkan efek antikoagulan oral. Dikontraindikasikan pada kehamilan.

e. Arylpropionic Acid Derivatives

Contoh Obatnya : Ibuprofen (Advil), Tersedia bebas dalam dosis rendah dengan berbagai nama dagang. Obat ini dikontraindikasikan pada mereka yang menderita polip hidung, angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap aspirin. Efek samping, gejala saluran cerna.

f. Pyrazolone Derivatives

Contoh Obatnya : Phenylbutazone (Butazolidin) untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka. Obat ini mempunyai efek anti-inflamasi yang kuat. Tetapi memiliki efek samping yang serius seperti agranulositosis, anemia aplastik, anemia hemolitik, dan nekrosis tubulus ginjal.

g. Oxicam Derivatives

Contoh Obatnya : Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan struktur baru.waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka. Efek sampingnya meliputi tinitus, nyeri kepala, dan rash.

h. Acetic Acid Derivatives

Contoh Obatnya : Diclofenac (Voltaren), obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Waktu parunya pendek. Dianjurkan untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka. Efek sampingnya distres saluran cerna, perdarahan saluran cerna, dan tukak lambung. 

Page 6: Analgetik - Tugas Farkol Watub

i. Miscellaneous Agents

Contoh Obatnya : Oxaprozin (Daypro), obat ini mempunyai waktu paruh yang panjang. Obat ini memiliki beberapa keuntungan dan resiko yang berkaitan dengan obat AINS lain.

2. Analgetik Opioid

Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi: habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik ideal: Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin. Tanpa bahaya adiksi:   -         Obat yang berasal dari opium-morfin - Senyawa semisintetik morfin - Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin

Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat.

Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri. Dengan sistem ini dapat dimengerti mengapa nyeri dalam situasi tertekan, misalnya luka pada kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa dan baru disadari beberapa saat kemudian. Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh sistem endogen ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin, endorfin, dan dinorfin.

Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh seperti fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi stress dan kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan ketergantungan opioid. Opioid endogen mengatur homeostatis, mengaplifikasi sinyal dari permukaan tubuk ke otak, dan bertindak juga sebagai neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang eksternal.

Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid, berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.

Ada beberapa jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan diteliti, yaitu reseptor opioid μ, κ, σ, δ, ε. (dan yang terbaru ditemukan adalah N/OFQ receptor, initially called the opioid-receptor-like 1 (ORL-1) receptor or “orphan” opioid receptor dan e-receptor, namum belum jelas fungsinya).

Reseptor μ memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid, dan ketergantungan fisik dari opioid. Sedangkan reseptor μ 2 memediasi efek depresan pernafasan.

Reseptor δ yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan dalam memediasi efek analgesik dan berhubungan dengan toleransi terhadap μ opioid. reseptor κ telah diketahui dan berperan dalam efek analgesik, miosis, sedatif, dan diuresis. Reseptor opioid ini tersebar dalam otak

Page 7: Analgetik - Tugas Farkol Watub

dan sumsum tulang belakang. Reseptor δ dan reseptor κ menunjukan selektifitas untuk ekekfalin dan dinorfin, sedangkan reseptor μ selektif untuk opioid analgesic.

Mekanisme umumnya :

Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat.

Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid diantaranya: Analgesik, medullary effect, Miosis, immune function and Histamine, Antitussive effect, Hypothalamic effect GI effect.

Efek samping yang dapat terjadi: Toleransi dan ketergantungan, Depresi pernafasan, Hipotensi, dll.

Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid, analgetik opioid dibagi menjadi:- Agonis opioid menyerupai morfin (pd reseptor μ, κ). Contoh: Morfin, fentanil.- Antagonis opioid. Contoh: Nalokson.- Menurunkan ambang nyeri pd pasien yg ambang nyerinya tinggi.- Opioid dengan kerja campur. Contoh: Nalorfin, pentazosin, buprenorfin, malbufin, butorfanol.

=>> Obat-obat Opioid Analgesics ( Generic name )

Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene, Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene, Sufentanil.

=>> Deskripsi Obat Analgesik opioid

1. Agonis Kuat

   a. Fenantren

Morfin, Hidromorfin, dan oksimorfon merupakan agonis kuat yang bermanfaat dalam pengobatan nyeri hebat. Heroin adalah agonis yang kuat dan bekerja cepat.

   b. Fenilheptilamin

Metadon mempunyai profil sama dengan morfin tetapi masa kerjanya sedikit lebih panjang. Dalam keadaan nyeri akut, potensi analgesik dan efikasinya paling tidak sebanding dengan morfin. Levometadil asetat merupakan Turunan Metadon yang mempunyai waktu paruh lebih panjang daripada metadon.

Page 8: Analgetik - Tugas Farkol Watub

   c. Fenilpiperidin

Meperidin dan Fentanil adalah yang paling luas digunakan diantara opioid sintetik yang ada, mempunyai efek antimuskarinik.Subgrup fentanil yang sekarang terdiri dari sufentanil dan alventanil.

   d. Morfinan

Levorfanol adalah preparat analgesik opioid sintetik yang kerjanya mirip dengan morfin namun manfaatnya tidak menguntungkan dari morfin.

2. Agonis Ringan sampai sedang

   a. Fenantren

Kodein, Oksikodoa, dihidrokodein, dan hidrokodon, semuanya mempunyai efikasi yang kurang dibanding morfin, atau efek sampingnya membatasi dosis maksimum yang dapat diberikan untuk memperoleh efek analgesik yang sebanding dengan morfin, penggunaan dengan kombinasi dalam formulasi-formulasi yang mengandung aspirin atau asetaminofen dan obat-obat lain.

  b. Fenilheptilamin

Propoksifen aktivitas analgesiknya rendah, misalnya 120 mg propoksifen = 60 mg kodein.

  c. Fenilpiperidin

Difenoksilat dan metabolitnya, difenoksin digunakan sebagai obat diare dan tidak untuk analgesik, digunakan sebagai kombinasi dengan atropin. Loperamid adalah turunan fenilpiperidin yang digunakan untuk mengontrol diare. Potensi disalahgunakan rendah karena kemampuannya rendah untuk masuk ke dalam otak.

3. Mixed Opioid Agonist–Antagonists or Partial Agonists

   a. Fenantren

Nalbufin adalah agonis kuat reseptor kapa dan antagonis reseptor mu. Pada dosis tinggi terjadi depresi pernafasan. Buprenorfin adalah turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama dan merupakan suatu agonis parsial reseptor mu. Penggunaan klinik lebih banyak menyerupai nalbufin, mendetoksifikasi dan mempertahankan penderita penyalahgunaan heroin.

  b. Morfinan

Butorfanol efek analgesik ekivalen dengan nalbufin dan buprenorfin, tetapi menghasilkan efek sedasi pada dosis ekivalen, merupakan suatu agonis reseptor kapa. 

  c. Benzomorfan

Pentazosin adalah agonis reseptor kapa dengan sifat-sifat antagonis reseptor mu yang lemah. Obat ini merupakan preparat campuran agonis-antagonis yang tertua. Dezosin adalah

Page 9: Analgetik - Tugas Farkol Watub

senyawa yang struktur kimianya berhubungan dengan pentazosin, mempunyai aktivitas yang kuat terhadap reseptor mu dan kurang bereaksi dengan reseptor kappa,mempunyai efikasi yang ekivalen dengan morfin. 

4. Antagonis Opioid

Nalokson dan Naltrekson merupakan turunan morfin dengan gugusan pengganti pada posisi N, mempunyai afinitas tinggi untuk berikatan dengan reseptor mu, dan afinitasnya kurang berikatan dengan reseptor lain.Penggunan utama nalokson adalah untuk pengubatan keracunan akut opioid, masa kerja nalokson relatif singkat, Sedangkan naltrekson masa kerjanya panjang, untuk program pengobatan penderita pecandu. Individu yang mengalami depresi akut akibat kelebihan dosis suatu opioid, antagonis akan efektif menormalkan pernapasan, tingkat kesadaran, ukuran pupil aktivitas usus, dan lain-lain.

5. Drugs Used Predominantly as Antitussives

Analgesic opioid adalah obat yang paling efektif dari semua analgesic yang ada untuk menekan batuk. Efek ini dicapai pada dosis dibawah dari dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek analgesik. Contoh obatnya adalah Dekstrometrofan, Kodein, Levopropoksifen. 

Perbedaan Analgetik, Antipiretik,NSAID

http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/analgesik-nonopioid--antipiretikhttp://nurfitrian4dewi.blogspot.com/p/macam-macam-obat-analgetik.html

A.                        Analgetik Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

- Penyebab sakit/ nyeri.

Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan

algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin

dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan

prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1,

E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.

- Mekanisame:

Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.

- Karakteristik:

Page 10: Analgetik - Tugas Farkol Watub

1.            Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit

2.            Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira

3.            Tidak mempengaruhi pernapasan

4.            Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi

Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium

atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri

seperti pada fractura dan kanker.

Macam-macam obat Analgesik Opioid:

a. Metadon.

- Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.

- Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.

- Efek tak diinginkan:

* Depresi pernapasan

* Konstipasi

* Gangguan SSP

* Hipotensi ortostatik

* Mual dam muntah pada dosis awal

 Methadon

b. Fentanil.

- Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil

kemungkinannya.

- Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.

Page 11: Analgetik - Tugas Farkol Watub

- Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,

bradikardi ringan.

c. Kodein

Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya

disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)

- Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor

- Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang

menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

2. Obat Analgetik Non-narkotik

Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan

istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang

terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat

Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan

atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan

hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik

Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan

penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).

            Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah,

kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.

            Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:

a. Ibupropen

Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.

Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek

analgesiknya sama dengan aspirin.

Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

Page 12: Analgetik - Tugas Farkol Watub

b. Paracetamol/acetaminophen

Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai

analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,

parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati

analgesik.

Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.

Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan

efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

 

c. Asam Mefenamat

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada

protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek

samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain

terhadap mukosa lambung.

B. Antipiretik

Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur

tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat

menghambat prostatglandin pada CNS.

            Macam-macam obat Antipiretik:

1.      Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan

sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini

bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang

terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak

yang mengidap Sindrom Reye.

2.      Fentanyl

Page 13: Analgetik - Tugas Farkol Watub

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan

sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl

digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.

Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara

menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl

digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.

Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa

efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian

yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya

sesuai dengan aturan.

Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga

untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap

dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

3.      Piralozon

Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat

manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui

menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu

penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.

C. NSAID (Anti-Inflamasi)

-   Efek dari NSAID (Anti-Inflamasi)

Inflamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau menghindari faktor lesi. COX2

dapat mempengaruhi terbentuknya PGs dan BK. Peran PGs didalam peradangan yaitu

vasodilatasi dan jaringan edema, serta berkoordinasi dengan bradikinin menyebabkan

keradangan.

-   Mekanisme Anti-Inflamasi

Menghambat prostaglandin dengan menghambat COX.

-   Karakteristik Anti-Inflamasi

NSAID hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema, demam, kelainan

fungsi tubuh dan sakit). Radang tidak memiliki efek pada autoimunological proses pada

Page 14: Analgetik - Tugas Farkol Watub

reumatik dan reumatoid radang sendi. Memiliki antithrombik untuk menghambat trombus

atau darah yang membeku.

-    Contoh obat NSAID (Anti Inflamasi)

1.      Gol. Indomethacine

-          Proses didalam tubuh

Absorpsi di dalam tubuh cepat dan lengkap, metabolisme sebagian berada di hati, yang

dieksresikan di dalam urine dan feses, waktu paruhnya 2-3 jam, memiliki anti inflamasi dan

efek antipiretic yang merupakan obat penghilang sakit yang disebabkan oleh keradangan,

dapat menyembuhkan rematik akut, gangguan pada tulang belakang dan asteoatristis.

-          Efek samping

a.       Reaksi gastrointrestianal: anorexia (kehilangan nafsu makan), vomting (mual), sakit

abdominal, diare.

b.      Alergi: reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat menyebabkan asma.

2.      Gol. Sulindac

Potensinya lebih lemah dari Indomethacine tetapi lebih kuat dari aspirin, dapat

mengiritasi lambung, indikasinya sama dengan Indomethacine.

3.      Gol. Arylacetic Acid

Selain pada reaksi aspirin yang kurang baik juga dapat menyebabkan leucopenia

thrombocytopenia, sebagian besar digunakan dalam terapi rematik dan reumatoid radang

sendi, ostheoarthitis.

4.      Gol. Arylpropionic Acid

Digunakan untuk penyembuhan radang sendi reumatik dan ostheoarthitis, golongan ini

adalah penghambat non selektif cox, sedikit menyebabkan gastrointestial, metabolismenya

dihati dan di keluarkan di ginjal.

5.      Gol. Piroxicam

Efek mengobati lebih baik dari aspirin indomethacine dan naproxen, keuntungan utamanya

yaitu waktu paruh lebih lama 36-45 jam.

6.      Gol. Nimesulide

Jenis baru dari NSAID, penghambat COX-2 yang selektif, memiliki efek anti inflamasi

yang kuat dan sedikit efek samping.