lapak farkol ix antidepresi
DESCRIPTION
farmakologiTRANSCRIPT
PERCOBAAN IX
PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI
I. TUJUAN
Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan
percobaan.
II. PRINSIP
Mencit yang direnangkan di dalam air membuat mencit mengalami
depresi dapat diinhibisi oleh obat antidepresi yang sebelumnya diberikan.
III. TEORI DASAR
Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental.
Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood,
kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah
diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau
kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan
menganggu aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan
bunuh diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering terjadi.
Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertmbahnya
skrtivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang
lebih baik, dan berkurangya keinginan untuk bunuh diri (Tanu, 2009).
Depresi terbagi menjadi 3, yaitu gangguan distimia, depresi mayor
(depresi klinis), dan depresi yang tidak terklasifikasi (Tanu, 2009).
Distimia adalah suatu bentuk gangguan mood depresi yang ditandai
dengan ketiadaan kesenangan atau kenikmatan hidup yang berlangsung terus
menerus selama paling sedikit dua tahun. Gejala umumnya adalah
menghindari kehidupan sosial, gangguan tidur, dan tidak bisa menikmati
hidup, yang paling buruk dapat berupa keinginan bunuh diri dan isolasi
terhadap kehidupan sosial (Tanu, 2009).
Depresi mayor atau depresi klinik adalah keadaan perasaan sedih,
melankolis, atau murung yang berlanjut hingga menganggu fungsi sosial dan
kehidupan sehari-hari pasien. Keadaan murung atau perasaan sedih yang
dialami seseorang namun tidak mengganggu fungsi sosial seseorang
seringkali juga disebut sebagai depresi. Namun, keadaan ini depresi klinik
adalah suatu diagnosis medis yang mempunyai makan berbeda dengan
pengertian “depresi atau keadaan tertekan” seperti yang dikenal oleh
masyarakat sehari-hari (Tanu, 2009).
Salah satu mekanisme terjadinya depresi adalah mekanisme kolinergik.
Berdasarkan hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan asetilkolin otak
berhubungan dengan depresi. Pada depresi terjadi peningkatan asetilkolin
yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem gastrointestinal yang akan
menimbulkan peningkatan peristaltik dan sekresi asam lambung yang dapat
menyebabkan hiperasiditas lambung, kolik, vomitus dan sebagian besar
menyebabkan gejala-gejala gastritis dan ulkus (Sofyani, 2011).
Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan dengan gangguan
depresi dan banyak juga gangguan depresi terjadi bersamaan dengan
gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini hubungan antara gangguan
ansietas dan gangguan depresi masih sering diperdebatkan. Ketakutan pergi
ke sekolah dan sikap overprotektif dari orang tua dapat menjadi suatu gejala
depresi pada anak (Sofyani, 2011).
Lazimnya, obat-obat antidepresi dibagi menjadi 4 kelompok besar,
yaitu :
1. Antidepresiva klasik : Obat-obat ini sering menghambat resorpsi
kembali dari serotonin dan noradrenalindari sela sinaps di ujung-ujung
saraf. Pengecualian adalah desipramin yang menghambat re-uptake
noradrenalin secara lebih selektif. Oleh karena itu, obat ini bekerja
dengan timbulnya resiko bunuh diri selama minggu-minggu pertama
terapi (Tjay, 2010).
a. Zat trisiklis (ATC) : amitriptilin, doksepin, dosulepin, imipramin,
desipramin, dan klomipramin. Obat ini berstruktur cincin 3 (Tjay,
2010).
b. Zat tetrasiklis : maprotilin, mianserin, dan mirtazapin. Obat ini
berbentuk tetrasiklis.
2. Obat generasi ke-2 dengan struktur kimiawi lain, yang menimbulkan
lebih sedikit, efek samping, khususnya berkurangnya efek jantung dan
kerja antikolonergis, maka lebih aman pada overdose dan bagi pasien
lansia (Tjay, 2010).
a. SSRIs (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitors) : fluvoxamin,
fluoxetin, paroxetin, sertralin, dan citalopram (Tjay, 2010).
b. NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepressants) : mirtazapin
dan venlafaxin (Tjay, 2010).
3. MAO-blockers : fenelzin dan tranylcypromin. Obat ini menghambat
enzim monoamine oxidase (MAO), yang menguraikan zat monoamin
setelah selesai aktivitasnya. Enzim ini terdapat dalam 2 bentuk : MAO-
A dan MAO-B (Tjay, 2010).
4. Lainnya : tryptifan, oksitriptan, dan piridoksin (Tjay, 2010).
Antidepresi bekerja dengan cara menghambat re-uptake serotonin dan
noraderenalin di ujung-ujung saraf otak dengan demikian, efek obat ini dapat
memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Selain itu,
antidepresi dapat mempengaruhi reseptor postsinaptis. Tetapi, mekanisme
kerjanya yang tepat belum diketahui. Misalnya, mengapa penghambatan re-
uptake dari 5-HT dan noradrenalin berlangsung dengan pesat sedangkan efek
antidepresinya baru nyata setelah 2-6 inggu. Menurut perkiraan masa laten ini
berkaitan dengan berkurangnya jumlah dan kepekaan reseptor postsinaptis
tertentu, yang beru terjadi sesudah beberapa minggu. Demikian di samping
peningkantan kadar serotonin, diperkirakan masih banyak terdapat
mekanisme lain untuk efek antidepresinya (Tjay, 2010).
Monografi
AMITRIPTYLINI HYDROCHLORIDUM
Amitriptilina Hidroklorida
(Alland, 2008).
Amitriptilin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih ari 101,0% C20H23N,HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil; putih atau hampir putih; tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan Larut dalam 1 bagian air, dalam 1,5 etanol (95%) P, dalam 1,2
bagian kloroform P, dan dalam 1 bagian metanol P; Praktis tidak larut dalam
eter P.
Suhu lebur lebih kurang 197oC.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan Antidepresan.
Dosis maksimum seklai 30 mg, sehari 300 mg (Sirait, 1979).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Alat suntik 1 mL
2. Mencit
3. Neraca ohaus
4. Stopwatch
5. Tabung plastik panjang minimal 20 cm diameter 10 cm
B. BAHAN
1. Amitriptilin 2 dosis
2. Aquadest/air suling
3. NaCL fisologis
C. GAMBAR ALAT
Alat suntik Neraca ohaus
Alat suntik Neraca ohaus
Stopwatch Tabung plastik
V. PROSEDUR
Pertama, alat dan bahan disiapkan. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok
lalu direnangkan dalam tabung plastik berisi air yang cukup (tabung silinder)
sehingga mencit dapat terbiasa berenang dan tidak dapat keluar atau lompat
dari tempat tersebut. Setelah mencit sudah terbiasa (sekitar 5 menit) angkat
mencit dan dikeringkan dengan handuk. Setelah itu, mencit I disuntik NaCl
fisiologis sebagai kelompok kontrol dan mencit II dan II disuntik amitriptilin
dengan dosis berbeda sebagai kelompok uji. Mencit 1 disuntik pada t=0,
mencit II disuntik pada t=15, dan mencit III disuntik pada t=30. Pada t=30,
mencit I direnangkan dalam tabung silinder dan lama mencit diam atau tidak
bergerak dihitung dan dicata tiap 5 menit selama 15 menit. Mencit II
direnangkan pada t=45 dan mencit III direnangkan pada t=60 dengan diberi
perlakuan yang sama dengan mencit I. Dari data yang didapat, dihitung
%aktivasi dan %inhibisinya, kemudian dibuat grafiknya.
VI. DATA PENGAMATAN
1. Berat mencit
Mencit I (Kontrol) = 32 gram
Mencit II (Amitriptilin dosis I) = 29,1 gram
Mencit III (Amitriptilin dosis II) = 31,2 gram
2. Dosis obat diberikan secara intraperitonial
Mencit I : 32 gram x 0,5 ml = 0,8 ml
20 gram
Mencit II : 29,1 gram x 0,5 ml = 0,7275 ml
20 gram
Mencit III: 31,2 gram x 0,5 ml = 0,78 ml
20 gram
3.% Aktivitas Obat
% Aktivitasi uji 1 = ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%
∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol
= 182,75 x 100%
92,75
= 197,035 %
% Aktivitasi uji 2 = ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%
∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol
= 150,75 x 100%
92,75
= 162,53 %
4.% Inhibisi Obat
% Inhibisi uji 1 = 100 % - ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%
∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol
= 100% - 182,75 x 100%
92,75
= -97,035 %%
% Inhibisi uji 1I = 100 % - ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%
∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol
= 100% - 150,75 x 100%
92,75
= - 62,53 %
Grafik jumlah lama waktu tidak bergerak (detik) terhadap waktu (menit)
5 10 150
100
200
300
400
500
600
700
KontrolAmitriptilin IAmitriptilin II
Grafik rata-rata waktu tidak bergerak (detik) terhadap obat
Kontrol negatif Amitriptilin I Amitriptilin II0
20406080
100120140160180200
`
Tabel Anava
Obat KelompokPerhitunganWaktu
∑5 10 15
Kontrol
I
II
III
IV
1
6
1
18
0
8
26
46
9
10
73
173
∑ 26 80 265
X 6,5 20 66,25 92,75
Amitriptilindosis I
I
II
III
IV
11
5
2
13
40
11
11
40
68
140
206
176
∑ 31 102 590
X 7,75 26,5 147,5 182,75
Amitriptilindosis II
I
II
III
IV
31
0
15
0
87
0
46
45
166
2
54
157
∑ 46 178 379
X 11,5 44,5 94,75 150,75
Perlakuan 5’ 10’ 15’ Total
Kontrol 26 80 265371
Amitriptilin dosis I 31 102 590 723
Amitriptilin dosis I 46 178 379 603
Total 103 360 1234 1697
1.Hipotesis
Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Ho : τ1 = τ2 = τ3 = 0
H1 : Paling sedikit ada satu I, τi ≠ 0
2.Nilai Faktor Koreksi
FK=Y.. 2 =16972 = 319978,78
N 3x3
3.Derajat bebas
dbP = t-1 = 3-1 = 2
dbB = r-1= 3-1= 2
dbG = (t-1) (r-1)= 2x2 = 4
dbT = tr-1 = (3x3) – 1 = 8
4.Jumlah Kuadrat Total
JKT= ∑ Yij2 –FK= (262+…..+3792) - 319978,78= 614207 – 319978,78 =
294228,22
5.Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKP= ∑ Yi2 – FK= ( 103 2 + 360 2 + 1234 2)- 319978,78 = 1662965 - 319978,78
r 3 3
= 234342,89
JKB= ∑ Yj.2 – FK= ( 371 2 + 723 2 + 603 2 ) - 319978,78 = 1023979 - 319978,78
t 3 3
= 21347,55
6.
Jumlah Kuadrat Galat
JKG=JKT-JKP-JKB = 294228,22 – 234342,89 – 21347,55 = 38537,78
7. Nilai Kuadrat Tengah
KTP=JK P =234342,89= 117171,45
dbP 2
KTB=JKB=21347,55= 10673,775
dbB 2
KTG=JKG=38537,78= 9634,445
dbG 4
8. Nilai F-hitung
Fhit P= KT P = 117171,45 = 12,16
KTG 9634,445
Fhit B= KTB=10673,775 = 1,11
KTG 9634,445
9. TabelAnova
SK DB JK KT Fhit Ftab
Waktu
(JTP) 2 234342,89 117171,45 12,16 6,94
Obat
(JTB) 2 21347,55 10673,775 1,11 6,94
Galat
(JTG) 4 38537,78 9634,445
Total 8 294228,22
10. Kesimpulan
Waktu : Fhit > Ftab
: Ada pengaruh perbedaan waktu terhadap respon dari mencit
Obat : F hit < Ftab
: Tidak ada pengaruh perbedaan pemberian obat yang diberikan terhadap
respon dari mencit
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengujian aktivitas obat antidepresi pada
hewan percobaan. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih
jantan dan sehat untuk menghindari faktor hormonal yang dapat
mempengaruhi pengamatan. Depresi diinduksi dengan memberikan suatu
kondisi yang tidak nyaman pada mencit. Dalam percobaan ini digunakan alat
berupa suatu tabung atau wadah silinder berisi air dengan diameter 20 cm dan
ketinggian 10 cm. Lima menit sebelum percobaan, settiap mencit dimasukkan
ke dalam tabung silinder dan dibiarkan berenang untuk mengadaptasikan diri
dengan lingkungan tersebut.
Mencit dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok uji (dua
dosis). Lalu, mencit ditimbang dan ditandai. Kelompok kontrol diberi larutan
PGA sedangkan kelompok uji I diberi amitriptiliin dosis I dan kelmpok uji II
diberi amitriptilin dosis II. Pemberian zat atau obat tersebut dilakukan secara
intraperitoneal. Satu jam kemudian mencit dimasukkan ke dalam tabung
silinder yang berisi air. Selang waktu satu jam ini dikarenakan agar obat uji
(amitriptilin) mencapai efek puncak. Amitriptilin bekerja menghambat
reuptake dari noradrenalin dan serotonin di otak. Resorpsinya dari usus cepat
dengan bioavailabilitas (BA) sekitar 40 %. Ketinggian air pada tabung diatur
agar mencit berenang secara aktif dan kakinya tidak menyentuh dasar tabung.
Dalam saat saat tertentu, mencit akan menunjukkan sikap yang pasif, sama
sekali tidak bergerak menunjukkan bahwa mencit tersebut mengalami
keputusasaan yang dianggap menyerupai keadaan depresi. Pada saat itu,
lamanya mencit tersebut tidak bergerak dicatat setiap 5 menit selama waktu
pengamatan 15 menit. Selama waktu 15 menit pengamatan ini, diharapkan
obat uji (amitriptilin) mencapai efek maksimal antidepresi.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik berdasarkan
analisis varians (Anava) dan untuk megetahui perbedaan yang bermakna
antara perlakuan bahan uji dan kontrol, data dianalisis dengan Student’s t-test.
Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Pada percobaan pengujian efek obat antidepresi kali ini, adapun obat
yang digunakan sebagai obat antidepresi adalah Amitriptilin dengan dua dosis
berbeda. Pada percobaan kali ini, hewan uji yaitu mencit dibagi tiga
kelompok. Kelompok I sebagai kelompok Kontrol diberi larutan PGA.
Sedangkan 2 kelompok lagi diberi obat Amitriptilin dengan dosis berbeda.
Pengamatan dilakukan setiap selang waktu 5 menit selama 15 menit. Yang
diamati adalah lamanya mencit tidak melakukan gerakan berenang atau
lamanya mencit diam.
Berdasarkan data pengamatan, terlihat bahwa kelompok Kontrol dari
menit ke-5 sampai menit ke-15 terjadi peningkatan lamanya waktu bagi
mencit untuk diam/ tidak melakukan gerakan berenang. Adapun rata-rata tiap
selang waktu lima menit selama lima belas menit yaitu 6,5 ; 20 ; dan 66,75.
Berdasarkan data pengamatan tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan
depresi dengan peningkatan durasi waktu. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan PGA tidak mempengaruhi sistem saraf pusat dalam menurunkan
depresi (obat antidepresi). Hal ini sesuai dengan fungsi larutan PGA itu
sendiri,yaitu yang berfungsi sebagai kontrol.
Pada kelompok Amitriptilin dosis I, rata-rata lamanya waktu dari
menit ke-5 sampai menit ke-15 yaitu: 7,75 ; 27,5 ; 147,5. Berdasarkan data
tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan lamanya waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa obat Amitriptilin sama sekali tidak berfungsi sebagai
obat antidepresi. Amitriptilin tidak mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga
depresi dapat ditekan atau diturunkan. Hal ini bertolak belakang dengan
fungsi Amitriptilin yang sesungguhnya, yaitu sebagai obat antidepresi.
Terjadinya kesalahan ini, kemungkinan akibat dari efek samping dari obat
Amitriptilin yang menimbulkan sedasi atau rasa mengantuk. Karena
kemungkinan efek sedasi inilah, sehingga efek antidepresi dari obat
Amitriptilin tidak bereaksi.
Kejadian tersebut di atas berlaku juga untuk kelompok mencit yang
diberi obat Amitriptilin dosis II. Terjadi peningkatan lamanya waktu bagi
mencit untuk diam/ tidak melakukan gerakan berenang. Adapun data rata-rata
lamanya waktu dari menit ke-5 sampai menit ke-15 yaitu: 11,5 ; 44,5 ; 94,75.
Terlihat bahwa depresi yang dialami oleh mencit semakin meningkat dengan
peningkatan waktu. Obat Amitriptilin tidak mampu untuk menurunkan/
mengurangi depresi. Hal ini bertolak belakang dengan fungsi obat
Amitriptilin itu sendiri yaitu sebagai obat antidepresi. Terjadinya kesalahan
ini, kemungkinan disebabkan hal yang sama seperti yang di atas.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, dapat dihitung %
aktivasi dan % inhibisi melalui rumus perhitungan. Berdasarkan perhitungan,
didapat % aktivasi untuk kelompok uji dosis I yaitu 197%, sedangkan untuk
kelompok uji dosis II yaitu 162, 5%. Persentase kemampuan obat uji dosis I
maupun dosis II dalam mengaktivasi depresi melebihi 100%. Sedangkan %
inhibisi untuk obat uji dosis I yaitu -97%, dan untuk obat uji dosis II yaitu -
62,5%. Berdasarkan nilai % inhibisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa obat
uji sama sekali tidak menghambat depresi yang dialami mencit akibat
berenang terlalu lama. Bahkan nilai tersebut tidak logis karena bernilai
negatif. Dilihat dari nilai % aktivasi dan % inhibisi, terjadi kesalahan dalam
pengerjaan prosedur, sehingga didapat nilai yang tidak logis tersebut.
Dari grafik rata-rata waktu tidak bergerak terhadap obat diktahui
bahwa amitripilin I memberikan jumlah rata-rata waktu tidak bergerak paling
tinggi dengan amitripilin II pada posisi kedua dan control negative dengan
jumlah rata-rata waktu tida bergerak mencit yang paling sedikit. Hal ini
sangat bertentangan dengan teori karena pada percobaan efek antidepresi,
amitripilin adalah obat antidepresi yang menghambat reuptake
neurotransmitter serotonin, noradrenalin, dopamine sehingga jumlah
neurotransmitter dicelha sinaps lebih banyak.
Mencit yang diberi obat uji amitripilin secara intraperitonial pada
dosis II seharusnya memiliki efek depresi lebih kecil dibandingkan mencit
dengan obat uji amitripilin I dan mencit control negative dengan mencit obat
uji amitripilin I memiliki efek depresi lebih kecil dibandingkan mencit control
negatif yang diberikan PGA 2% saat diujikan dalam tabung berisi air dengan
melihat waktu tidak bergerak mencit didalam tabung dengan asumsi bahwa
mencit yang tidak bergerak mengalami depresi karena diharuskan berenang
dalam tabung selama 15 menit. Sehingga dapat dikatakan semakin lama
waktu tidak bergerak mencit semakin besar efek depresi mencit. Pada mencit
dengan obat uji amitripilin II seharusnya memiliki paling sedikit jumlah rata-
rata waktu tidak bergerak karena obat uji ini memiliki dosis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dosis obat uji amitripilin I karena semaikin besar dosis
yang diberikan maka semakin besar atau semakin cepat efek terapi yang
terjadi pada mencit sehingga mencit dengan obat antidepresi amitripin II
bergerak paling aktif. Sedangkan pada obat uji amitripilin I sudah benar
memiliki jumlah rata-rata waktu tidak bergerak lebih lama dibandingkan
amitripilin II karena memiliki dosis yang lebih kecil sehingga efek antidepresi
lebih kecil dan waktu mencit tidak bergerak dalam percobaan menjadi lebih
lama sebab depresi yang dialami. Pada mencit dengan control negative
seharusnya memberikan grafik dengan jumlah rata-rata waktu tidak bergerak
paling tinggi sebab pada mencit ini tidak diberikan obat uji antidepresi
sehingga mencit lebih mudah mengalami depresi dibandingkan mencit yang
diberi obat antidepresi. Dari data yang disajikan dalam grafik rata-rata waktu
tidak bergerak dapat disimpulkan terjadi kesalahan dalam percobaan ini.
Kesalahan tersebut dapat terjadi mungkin dikarenakan efek obat belum
mencapai efek terapi optimal seperti yang diinginkan oleh praktikan sehingga
depresi pada mencit yang diberikan obat antidepresi belum secara sempurna
dihambat efek obat antidepresi dan pada saat diujikan dalam tabung berisi air
untuk berenang menjadi memiliki waktu tidak bergerak yang lama. Praktikan
seharusnya dapat menentukan perkiraan waktu untuk menunggu efek optimal
obat uji lebih tepat lagi sehingga data pengamatan tidak mengalami kesalahan
karena berbeda dari teori dasarnya. Sedangkan dari perhitungan dengan
menggunakan statistic dan anova diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
pengaruh perbedaan waktu terhadap respon mencit pada zat uji namun ada
pengaruh pemberian obat uji terhadap respon yang diberika mencit. Hal ini
sesuai dengan teori karena tiap obat uji akan memberikan efek yang berbeda
karena perbedaan dosis obat uji sehingga respon ynag debrikan mencit juga
akan berbeda.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan, obat uji amitriptilin dosis I dan dosis II
tidak memberikan efek atau aktivitas antidepresi tetapi justru mengaktivasi
terjadinya depresi.
DAFTAR PUSTAKA
Alland. 2008. Antidepressant. Available online at
http://chemicalland21.com/info/ANTIDEPRESSANTS.htm [Diakses
tanggal 14 Mei 2012].
Sirait, Midian, DKK. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Sofyani, M. 2011. Hubungan Gangguan Ansietas Dan Gangguan Depresi.
Available online at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23008/4/Chapter
%20II.pdf[Diakses tanggal 14 Mei 2012].
Tanu, Ian, DKK. 2009. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. UI. Jakarta.
Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2010. Obat-obat Penting. Gramedia. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI
Disusun oleh :
Aulia Siti N 260110100151 Pembahasan Prosedural
Oktavia Sarma DS 260110100152 Pembahasan Data
Dewi Gayuh L 260110100153 Perhitungan
Maratusshalikhah 260110100154 Pembahasan Grafik
Septian A 260110100158 Teori Dasar
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012