lapak farkol ix antidepresi

29
PERCOBAAN IX PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI I. TUJUAN Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan percobaan. II. PRINSIP Mencit yang direnangkan di dalam air membuat mencit mengalami depresi dapat diinhibisi oleh obat antidepresi yang sebelumnya diberikan. III. TEORI DASAR Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan menganggu aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering terjadi. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertmbahnya skrtivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang

Upload: aulia-siti-nurhayati

Post on 26-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

farmakologi

TRANSCRIPT

Page 1: Lapak Farkol Ix Antidepresi

PERCOBAAN IX

PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI

I. TUJUAN

Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan

percobaan.

II. PRINSIP

Mencit yang direnangkan di dalam air membuat mencit mengalami

depresi dapat diinhibisi oleh obat antidepresi yang sebelumnya diberikan.

III. TEORI DASAR

Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental.

Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood,

kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah

diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau

kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan

menganggu aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan

bunuh diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering terjadi.

Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertmbahnya

skrtivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang

lebih baik, dan berkurangya keinginan untuk bunuh diri (Tanu, 2009).

Depresi terbagi menjadi 3, yaitu gangguan distimia, depresi mayor

(depresi klinis), dan depresi yang tidak terklasifikasi (Tanu, 2009).

Distimia adalah suatu bentuk gangguan mood depresi yang ditandai

dengan ketiadaan kesenangan atau kenikmatan hidup yang berlangsung terus

menerus selama paling sedikit dua tahun. Gejala umumnya adalah

menghindari kehidupan sosial, gangguan tidur, dan tidak bisa menikmati

hidup, yang paling buruk dapat berupa keinginan bunuh diri dan isolasi

terhadap kehidupan sosial (Tanu, 2009).

Page 2: Lapak Farkol Ix Antidepresi

Depresi mayor atau depresi klinik adalah keadaan perasaan sedih,

melankolis, atau murung yang berlanjut hingga menganggu fungsi sosial dan

kehidupan sehari-hari pasien. Keadaan murung atau perasaan sedih yang

dialami seseorang namun tidak mengganggu fungsi sosial seseorang

seringkali juga disebut sebagai depresi. Namun, keadaan ini depresi klinik

adalah suatu diagnosis medis yang mempunyai makan berbeda dengan

pengertian “depresi atau keadaan tertekan” seperti yang dikenal oleh

masyarakat sehari-hari (Tanu, 2009).

Salah satu mekanisme terjadinya depresi adalah mekanisme kolinergik.

Berdasarkan hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan asetilkolin otak

berhubungan dengan depresi. Pada depresi terjadi peningkatan asetilkolin

yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem gastrointestinal yang akan

menimbulkan peningkatan peristaltik dan sekresi asam lambung yang dapat

menyebabkan hiperasiditas lambung, kolik, vomitus dan sebagian besar

menyebabkan gejala-gejala gastritis dan ulkus (Sofyani, 2011).

Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan dengan gangguan

depresi dan banyak juga gangguan depresi terjadi bersamaan dengan

gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini hubungan antara gangguan

ansietas dan gangguan depresi masih sering diperdebatkan. Ketakutan pergi

ke sekolah dan sikap overprotektif dari orang tua dapat menjadi suatu gejala

depresi pada anak (Sofyani, 2011).

Lazimnya, obat-obat antidepresi dibagi menjadi 4 kelompok besar,

yaitu :

1. Antidepresiva klasik : Obat-obat ini sering menghambat resorpsi

kembali dari serotonin dan noradrenalindari sela sinaps di ujung-ujung

saraf. Pengecualian adalah desipramin yang menghambat re-uptake

noradrenalin secara lebih selektif. Oleh karena itu, obat ini bekerja

dengan timbulnya resiko bunuh diri selama minggu-minggu pertama

terapi (Tjay, 2010).

Page 3: Lapak Farkol Ix Antidepresi

a. Zat trisiklis (ATC) : amitriptilin, doksepin, dosulepin, imipramin,

desipramin, dan klomipramin. Obat ini berstruktur cincin 3 (Tjay,

2010).

b. Zat tetrasiklis : maprotilin, mianserin, dan mirtazapin. Obat ini

berbentuk tetrasiklis.

2. Obat generasi ke-2 dengan struktur kimiawi lain, yang menimbulkan

lebih sedikit, efek samping, khususnya berkurangnya efek jantung dan

kerja antikolonergis, maka lebih aman pada overdose dan bagi pasien

lansia (Tjay, 2010).

a. SSRIs (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitors) : fluvoxamin,

fluoxetin, paroxetin, sertralin, dan citalopram (Tjay, 2010).

b. NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepressants) : mirtazapin

dan venlafaxin (Tjay, 2010).

3. MAO-blockers : fenelzin dan tranylcypromin. Obat ini menghambat

enzim monoamine oxidase (MAO), yang menguraikan zat monoamin

setelah selesai aktivitasnya. Enzim ini terdapat dalam 2 bentuk : MAO-

A dan MAO-B (Tjay, 2010).

4. Lainnya : tryptifan, oksitriptan, dan piridoksin (Tjay, 2010).

Antidepresi bekerja dengan cara menghambat re-uptake serotonin dan

noraderenalin di ujung-ujung saraf otak dengan demikian, efek obat ini dapat

memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Selain itu,

antidepresi dapat mempengaruhi reseptor postsinaptis. Tetapi, mekanisme

kerjanya yang tepat belum diketahui. Misalnya, mengapa penghambatan re-

uptake dari 5-HT dan noradrenalin berlangsung dengan pesat sedangkan efek

antidepresinya baru nyata setelah 2-6 inggu. Menurut perkiraan masa laten ini

berkaitan dengan berkurangnya jumlah dan kepekaan reseptor postsinaptis

tertentu, yang beru terjadi sesudah beberapa minggu. Demikian di samping

peningkantan kadar serotonin, diperkirakan masih banyak terdapat

mekanisme lain untuk efek antidepresinya (Tjay, 2010).

Monografi

AMITRIPTYLINI HYDROCHLORIDUM

Page 4: Lapak Farkol Ix Antidepresi

Amitriptilina Hidroklorida

(Alland, 2008).

Amitriptilin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih ari 101,0% C20H23N,HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil; putih atau hampir putih; tidak

berbau atau hampir tidak berbau.

Kelarutan Larut dalam 1 bagian air, dalam 1,5 etanol (95%) P, dalam 1,2

bagian kloroform P, dan dalam 1 bagian metanol P; Praktis tidak larut dalam

eter P.

Suhu lebur lebih kurang 197oC.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

Khasiat dan penggunaan Antidepresan.

Dosis maksimum seklai 30 mg, sehari 300 mg (Sirait, 1979).

IV. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT

1. Alat suntik 1 mL

2. Mencit

3. Neraca ohaus

4. Stopwatch

5. Tabung plastik panjang minimal 20 cm diameter 10 cm

B. BAHAN

1. Amitriptilin 2 dosis

2. Aquadest/air suling

3. NaCL fisologis

Page 5: Lapak Farkol Ix Antidepresi

C. GAMBAR ALAT

Alat suntik Neraca ohaus

Alat suntik Neraca ohaus

Stopwatch Tabung plastik

V. PROSEDUR

Pertama, alat dan bahan disiapkan. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok

lalu direnangkan dalam tabung plastik berisi air yang cukup (tabung silinder)

sehingga mencit dapat terbiasa berenang dan tidak dapat keluar atau lompat

dari tempat tersebut. Setelah mencit sudah terbiasa (sekitar 5 menit) angkat

mencit dan dikeringkan dengan handuk. Setelah itu, mencit I disuntik NaCl

fisiologis sebagai kelompok kontrol dan mencit II dan II disuntik amitriptilin

Page 6: Lapak Farkol Ix Antidepresi

dengan dosis berbeda sebagai kelompok uji. Mencit 1 disuntik pada t=0,

mencit II disuntik pada t=15, dan mencit III disuntik pada t=30. Pada t=30,

mencit I direnangkan dalam tabung silinder dan lama mencit diam atau tidak

bergerak dihitung dan dicata tiap 5 menit selama 15 menit. Mencit II

direnangkan pada t=45 dan mencit III direnangkan pada t=60 dengan diberi

perlakuan yang sama dengan mencit I. Dari data yang didapat, dihitung

%aktivasi dan %inhibisinya, kemudian dibuat grafiknya.

VI. DATA PENGAMATAN

1. Berat mencit

Mencit I (Kontrol) = 32 gram

Mencit II (Amitriptilin dosis I) = 29,1 gram

Mencit III (Amitriptilin dosis II) = 31,2 gram

2. Dosis obat diberikan secara intraperitonial

Mencit I : 32 gram x 0,5 ml = 0,8 ml

20 gram

Mencit II : 29,1 gram x 0,5 ml = 0,7275 ml

20 gram

Mencit III: 31,2 gram x 0,5 ml = 0,78 ml

20 gram

3.% Aktivitas Obat

% Aktivitasi uji 1 = ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%

∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol

= 182,75 x 100%

Page 7: Lapak Farkol Ix Antidepresi

92,75

= 197,035 %

% Aktivitasi uji 2 = ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%

∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol

= 150,75 x 100%

92,75

= 162,53 %

4.% Inhibisi Obat

% Inhibisi uji 1 = 100 % - ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%

∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol

= 100% - 182,75 x 100%

92,75

= -97,035 %%

Page 8: Lapak Farkol Ix Antidepresi

% Inhibisi uji 1I = 100 % - ∑ rata-rata waktu imobilitas uji x 100%

∑ rata-rata waktu imobilitas kontrol

= 100% - 150,75 x 100%

92,75

= - 62,53 %

Grafik jumlah lama waktu tidak bergerak (detik) terhadap waktu (menit)

5 10 150

100

200

300

400

500

600

700

KontrolAmitriptilin IAmitriptilin II

Page 9: Lapak Farkol Ix Antidepresi

Grafik rata-rata waktu tidak bergerak (detik) terhadap obat

Kontrol negatif Amitriptilin I Amitriptilin II0

20406080

100120140160180200

`

Tabel Anava

Obat KelompokPerhitunganWaktu

∑5 10 15

Kontrol

I

II

III

IV

1

6

1

18

0

8

26

46

9

10

73

173

∑ 26 80 265

Page 10: Lapak Farkol Ix Antidepresi

X 6,5 20 66,25 92,75

Amitriptilindosis I

I

II

III

IV

11

5

2

13

40

11

11

40

68

140

206

176

∑ 31 102 590

X 7,75 26,5 147,5 182,75

Amitriptilindosis II

I

II

III

IV

31

0

15

0

87

0

46

45

166

2

54

157

∑ 46 178 379

X 11,5 44,5 94,75 150,75

Perlakuan 5’ 10’ 15’ Total

Kontrol 26 80 265371

Amitriptilin dosis I 31 102 590 723

Page 11: Lapak Farkol Ix Antidepresi

Amitriptilin dosis I 46 178 379 603

Total 103 360 1234 1697

1.Hipotesis

Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Ho : τ1 = τ2 = τ3 = 0

H1 : Paling sedikit ada satu I, τi ≠ 0

2.Nilai Faktor Koreksi

FK=Y.. 2 =16972 = 319978,78

N 3x3

3.Derajat bebas

dbP = t-1 = 3-1 = 2

dbB = r-1= 3-1= 2

dbG = (t-1) (r-1)= 2x2 = 4

dbT = tr-1 = (3x3) – 1 = 8

Page 12: Lapak Farkol Ix Antidepresi

4.Jumlah Kuadrat Total

JKT= ∑ Yij2 –FK= (262+…..+3792) - 319978,78= 614207 – 319978,78 =

294228,22

5.Jumlah Kuadrat Perlakuan

JKP= ∑ Yi2 – FK= ( 103 2 + 360 2 + 1234 2)- 319978,78 = 1662965 - 319978,78

r 3 3

= 234342,89

JKB= ∑ Yj.2 – FK= ( 371 2 + 723 2 + 603 2 ) - 319978,78 = 1023979 - 319978,78

t 3 3

= 21347,55

6.

Jumlah Kuadrat Galat

JKG=JKT-JKP-JKB = 294228,22 – 234342,89 – 21347,55 = 38537,78

7. Nilai Kuadrat Tengah

KTP=JK P =234342,89= 117171,45

dbP 2

KTB=JKB=21347,55= 10673,775

dbB 2

KTG=JKG=38537,78= 9634,445

dbG 4

Page 13: Lapak Farkol Ix Antidepresi

8. Nilai F-hitung

Fhit P= KT P = 117171,45 = 12,16

KTG 9634,445

Fhit B= KTB=10673,775 = 1,11

KTG 9634,445

9. TabelAnova

SK DB JK KT Fhit Ftab

Waktu

(JTP) 2 234342,89 117171,45 12,16 6,94

Obat

(JTB) 2 21347,55 10673,775 1,11 6,94

Galat

(JTG) 4 38537,78 9634,445

Total 8 294228,22

10. Kesimpulan

Waktu : Fhit > Ftab

: Ada pengaruh perbedaan waktu terhadap respon dari mencit

Obat : F hit < Ftab

: Tidak ada pengaruh perbedaan pemberian obat yang diberikan terhadap

respon dari mencit

Page 14: Lapak Farkol Ix Antidepresi

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan pengujian aktivitas obat antidepresi pada

hewan percobaan. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih

jantan dan sehat untuk menghindari faktor hormonal yang dapat

mempengaruhi pengamatan. Depresi diinduksi dengan memberikan suatu

kondisi yang tidak nyaman pada mencit. Dalam percobaan ini digunakan alat

berupa suatu tabung atau wadah silinder berisi air dengan diameter 20 cm dan

ketinggian 10 cm. Lima menit sebelum percobaan, settiap mencit dimasukkan

ke dalam tabung silinder dan dibiarkan berenang untuk mengadaptasikan diri

dengan lingkungan tersebut.

Mencit dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok uji (dua

dosis). Lalu, mencit ditimbang dan ditandai. Kelompok kontrol diberi larutan

PGA sedangkan kelompok uji I diberi amitriptiliin dosis I dan kelmpok uji II

diberi amitriptilin dosis II. Pemberian zat atau obat tersebut dilakukan secara

intraperitoneal. Satu jam kemudian mencit dimasukkan ke dalam tabung

silinder yang berisi air. Selang waktu satu jam ini dikarenakan agar obat uji

(amitriptilin) mencapai efek puncak. Amitriptilin bekerja menghambat

reuptake dari noradrenalin dan serotonin di otak. Resorpsinya dari usus cepat

dengan bioavailabilitas (BA) sekitar 40 %. Ketinggian air pada tabung diatur

agar mencit berenang secara aktif dan kakinya tidak menyentuh dasar tabung.

Dalam saat saat tertentu, mencit akan menunjukkan sikap yang pasif, sama

sekali tidak bergerak menunjukkan bahwa mencit tersebut mengalami

keputusasaan yang dianggap menyerupai keadaan depresi. Pada saat itu,

lamanya mencit tersebut tidak bergerak dicatat setiap 5 menit selama waktu

pengamatan 15 menit. Selama waktu 15 menit pengamatan ini, diharapkan

obat uji (amitriptilin) mencapai efek maksimal antidepresi.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik berdasarkan

analisis varians (Anava) dan untuk megetahui perbedaan yang bermakna

antara perlakuan bahan uji dan kontrol, data dianalisis dengan Student’s t-test.

Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 15: Lapak Farkol Ix Antidepresi

Pada percobaan pengujian efek obat antidepresi kali ini, adapun obat

yang digunakan sebagai obat antidepresi adalah Amitriptilin dengan dua dosis

berbeda. Pada percobaan kali ini, hewan uji yaitu mencit dibagi tiga

kelompok. Kelompok I sebagai kelompok Kontrol diberi larutan PGA.

Sedangkan 2 kelompok lagi diberi obat Amitriptilin dengan dosis berbeda.

Pengamatan dilakukan setiap selang waktu 5 menit selama 15 menit. Yang

diamati adalah lamanya mencit tidak melakukan gerakan berenang atau

lamanya mencit diam.

Berdasarkan data pengamatan, terlihat bahwa kelompok Kontrol dari

menit ke-5 sampai menit ke-15 terjadi peningkatan lamanya waktu bagi

mencit untuk diam/ tidak melakukan gerakan berenang. Adapun rata-rata tiap

selang waktu lima menit selama lima belas menit yaitu 6,5 ; 20 ; dan 66,75.

Berdasarkan data pengamatan tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan

depresi dengan peningkatan durasi waktu. Hal ini menunjukkan bahwa

larutan PGA tidak mempengaruhi sistem saraf pusat dalam menurunkan

depresi (obat antidepresi). Hal ini sesuai dengan fungsi larutan PGA itu

sendiri,yaitu yang berfungsi sebagai kontrol.

Pada kelompok Amitriptilin dosis I, rata-rata lamanya waktu dari

menit ke-5 sampai menit ke-15 yaitu: 7,75 ; 27,5 ; 147,5. Berdasarkan data

tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan lamanya waktu. Hal ini

menunjukkan bahwa obat Amitriptilin sama sekali tidak berfungsi sebagai

obat antidepresi. Amitriptilin tidak mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga

depresi dapat ditekan atau diturunkan. Hal ini bertolak belakang dengan

fungsi Amitriptilin yang sesungguhnya, yaitu sebagai obat antidepresi.

Terjadinya kesalahan ini, kemungkinan akibat dari efek samping dari obat

Amitriptilin yang menimbulkan sedasi atau rasa mengantuk. Karena

kemungkinan efek sedasi inilah, sehingga efek antidepresi dari obat

Amitriptilin tidak bereaksi.

Kejadian tersebut di atas berlaku juga untuk kelompok mencit yang

diberi obat Amitriptilin dosis II. Terjadi peningkatan lamanya waktu bagi

mencit untuk diam/ tidak melakukan gerakan berenang. Adapun data rata-rata

Page 16: Lapak Farkol Ix Antidepresi

lamanya waktu dari menit ke-5 sampai menit ke-15 yaitu: 11,5 ; 44,5 ; 94,75.

Terlihat bahwa depresi yang dialami oleh mencit semakin meningkat dengan

peningkatan waktu. Obat Amitriptilin tidak mampu untuk menurunkan/

mengurangi depresi. Hal ini bertolak belakang dengan fungsi obat

Amitriptilin itu sendiri yaitu sebagai obat antidepresi. Terjadinya kesalahan

ini, kemungkinan disebabkan hal yang sama seperti yang di atas.

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, dapat dihitung %

aktivasi dan % inhibisi melalui rumus perhitungan. Berdasarkan perhitungan,

didapat % aktivasi untuk kelompok uji dosis I yaitu 197%, sedangkan untuk

kelompok uji dosis II yaitu 162, 5%. Persentase kemampuan obat uji dosis I

maupun dosis II dalam mengaktivasi depresi melebihi 100%. Sedangkan %

inhibisi untuk obat uji dosis I yaitu -97%, dan untuk obat uji dosis II yaitu -

62,5%. Berdasarkan nilai % inhibisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa obat

uji sama sekali tidak menghambat depresi yang dialami mencit akibat

berenang terlalu lama. Bahkan nilai tersebut tidak logis karena bernilai

negatif. Dilihat dari nilai % aktivasi dan % inhibisi, terjadi kesalahan dalam

pengerjaan prosedur, sehingga didapat nilai yang tidak logis tersebut.

Dari grafik rata-rata waktu tidak bergerak terhadap obat diktahui

bahwa amitripilin I memberikan jumlah rata-rata waktu tidak bergerak paling

tinggi dengan amitripilin II pada posisi kedua dan control negative dengan

jumlah rata-rata waktu tida bergerak mencit yang paling sedikit. Hal ini

sangat bertentangan dengan teori karena pada percobaan efek antidepresi,

amitripilin adalah obat antidepresi yang menghambat reuptake

neurotransmitter serotonin, noradrenalin, dopamine sehingga jumlah

neurotransmitter dicelha sinaps lebih banyak.

Mencit yang diberi obat uji amitripilin secara intraperitonial pada

dosis II seharusnya memiliki efek depresi lebih kecil dibandingkan mencit

dengan obat uji amitripilin I dan mencit control negative dengan mencit obat

uji amitripilin I memiliki efek depresi lebih kecil dibandingkan mencit control

negatif yang diberikan PGA 2% saat diujikan dalam tabung berisi air dengan

Page 17: Lapak Farkol Ix Antidepresi

melihat waktu tidak bergerak mencit didalam tabung dengan asumsi bahwa

mencit yang tidak bergerak mengalami depresi karena diharuskan berenang

dalam tabung selama 15 menit. Sehingga dapat dikatakan semakin lama

waktu tidak bergerak mencit semakin besar efek depresi mencit. Pada mencit

dengan obat uji amitripilin II seharusnya memiliki paling sedikit jumlah rata-

rata waktu tidak bergerak karena obat uji ini memiliki dosis yang lebih tinggi

dibandingkan dengan dosis obat uji amitripilin I karena semaikin besar dosis

yang diberikan maka semakin besar atau semakin cepat efek terapi yang

terjadi pada mencit sehingga mencit dengan obat antidepresi amitripin II

bergerak paling aktif. Sedangkan pada obat uji amitripilin I sudah benar

memiliki jumlah rata-rata waktu tidak bergerak lebih lama dibandingkan

amitripilin II karena memiliki dosis yang lebih kecil sehingga efek antidepresi

lebih kecil dan waktu mencit tidak bergerak dalam percobaan menjadi lebih

lama sebab depresi yang dialami. Pada mencit dengan control negative

seharusnya memberikan grafik dengan jumlah rata-rata waktu tidak bergerak

paling tinggi sebab pada mencit ini tidak diberikan obat uji antidepresi

sehingga mencit lebih mudah mengalami depresi dibandingkan mencit yang

diberi obat antidepresi. Dari data yang disajikan dalam grafik rata-rata waktu

tidak bergerak dapat disimpulkan terjadi kesalahan dalam percobaan ini.

Kesalahan tersebut dapat terjadi mungkin dikarenakan efek obat belum

mencapai efek terapi optimal seperti yang diinginkan oleh praktikan sehingga

depresi pada mencit yang diberikan obat antidepresi belum secara sempurna

dihambat efek obat antidepresi dan pada saat diujikan dalam tabung berisi air

untuk berenang menjadi memiliki waktu tidak bergerak yang lama. Praktikan

seharusnya dapat menentukan perkiraan waktu untuk menunggu efek optimal

obat uji lebih tepat lagi sehingga data pengamatan tidak mengalami kesalahan

karena berbeda dari teori dasarnya. Sedangkan dari perhitungan dengan

menggunakan statistic dan anova diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada

pengaruh perbedaan waktu terhadap respon mencit pada zat uji namun ada

pengaruh pemberian obat uji terhadap respon yang diberika mencit. Hal ini

sesuai dengan teori karena tiap obat uji akan memberikan efek yang berbeda

Page 18: Lapak Farkol Ix Antidepresi

karena perbedaan dosis obat uji sehingga respon ynag debrikan mencit juga

akan berbeda.

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, obat uji amitriptilin dosis I dan dosis II

tidak memberikan efek atau aktivitas antidepresi tetapi justru mengaktivasi

terjadinya depresi.

Page 19: Lapak Farkol Ix Antidepresi

DAFTAR PUSTAKA

Alland. 2008. Antidepressant. Available online at

http://chemicalland21.com/info/ANTIDEPRESSANTS.htm [Diakses

tanggal 14 Mei 2012].

Sirait, Midian, DKK. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Sofyani, M. 2011. Hubungan Gangguan Ansietas Dan Gangguan Depresi.

Available online at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23008/4/Chapter

%20II.pdf[Diakses tanggal 14 Mei 2012].

Tanu, Ian, DKK. 2009. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. UI. Jakarta.

Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2010. Obat-obat Penting. Gramedia. Jakarta.

Page 20: Lapak Farkol Ix Antidepresi

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI

Disusun oleh :

Aulia Siti N 260110100151 Pembahasan Prosedural

Oktavia Sarma DS 260110100152 Pembahasan Data

Dewi Gayuh L 260110100153 Perhitungan

Maratusshalikhah 260110100154 Pembahasan Grafik

Septian A 260110100158 Teori Dasar

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012