lapak farkol lokomotor

32
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR KELOMPOK 1 (Selasa/07.00-10.00) Selasa, 15 Maret 2011/ Putri Aryuni 260110100001 (Pembahasan) Hana Nopia 260110100002 (Pembahasan) Sri Rahyu Evrilia 260110100003 (Perhitungan dan Grafik) Aprilya Eka Pratiwi 260110100004 (Tujuan, Prinsip, Alat, Bahan, Prosedur) Veni Alviany 260110100005 (Pembahasan) Ahmad Hanif S. 260110100006 (Editor dan Kesimpulan) Ulfa Tri Wahyuni 260110100007 (Teori dasar) LABORATORIUM FARMAKOLOGI

Upload: binta-mushthafa-rahma

Post on 14-Aug-2015

320 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

pengujian efek lokomotor pada mencit

TRANSCRIPT

Page 1: Lapak Farkol Lokomotor

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR

KELOMPOK 1

(Selasa/07.00-10.00)

Selasa, 15 Maret 2011/

Putri Aryuni 260110100001 (Pembahasan)

Hana Nopia 260110100002 (Pembahasan)

Sri Rahyu Evrilia 260110100003 (Perhitungan dan Grafik)

Aprilya Eka Pratiwi 260110100004 (Tujuan, Prinsip, Alat, Bahan, Prosedur)

Veni Alviany 260110100005 (Pembahasan)

Ahmad Hanif S. 260110100006 (Editor dan Kesimpulan)

Ulfa Tri Wahyuni 260110100007 (Teori dasar)

 

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Lapak Farkol Lokomotor

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR

I. Tujuan Percobaan

Mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yang

dimasukkan ke dalam “roda putar” (wheel cage) , berdasarkan pengamatan jumlah

putaran roda

II. Prinsip

Jumlah putaran yang dihasilkan dari pergerakan hewan percobaan (mencit)

dalam roda putar menunjukkan aktivitas lokomotor yang dipengaruhi oleh obat

depresan dan stimulan

III. Teori Dasar

Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang

mengkoordinasi kegiatan dari semua bagian tubuh hewan bilaterian-yaitu, semua

hewan multiseluler kecuali simetris radial spons dan binatang seperti ubur-ubur.

Pada vertebrata, sistem saraf pusat yang ditutupi dalam meninges. Ini berisi

sebagian besar sistem saraf dan terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

Bersama-sama dengan sistem saraf perifer memiliki peran fundamental dalam

kontrol perilaku. SSP adalah yang terkandung dalam dorsal rongga, dengan otak

di dalam rongga tengkorak dan tulang belakang di rongga tulang belakang. Otak

dilindungi oleh tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh

tulang belakang. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah

sebagai berikut:

1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak

sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah

dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater

terdapat rongga epidural.

2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang

labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor

Page 3: Lapak Farkol Lokomotor

cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran

araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk

melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.

3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan

lipatan-lipatan permukaan otak (Dewoto, 2007).

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama

tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau

kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang

belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan

bagian korteks berupa materi putih. Otak dan sumsum tulang belakang

mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)

2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)

3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di

dalam sistem saraf pusat (Neal, 2005).

Dalam sel saraf, energi dialihkan dengan penghantaran saraf yang

melibatkan proses elektrik murni. Proses hantaran sinaptik melibatkan pengalihan

energi dari ujung cabang akson pada neuron yang satu ke neuron yang lain yang

tidak saling berhubungan penghantaran impuls saraf melalui sambungan sinaptik

adalah suatu proses kimia. Perubahan aktivitas listrik disebabkan oleh perubahan

permeabilitas membran sel pascasinaptik, dan ini disebabkan pula oleh pelepasan

transmiter. Bila zat transmiter bereaksi dengan reseptor pascasinaptik, zat itu

dapat menimbulkan eksitasi atau hambatan. Kerja transmiter itu meningkatkan

atau menurunkan secara selektif penghantaran ion atau permeabilitas membran

terhadap ion (Sukandar, 2010).

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek

yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas

SSP secara spesifik atau secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan

Page 4: Lapak Farkol Lokomotor

selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi

pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain.

Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP

yang bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu disertai koma.

Pembagian obat dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang

menghambat SSP tidak tepat, karena psokofarmaka misalnya menghambat fungsi

bagian SSP tertentu dan merangsang bagian SSP yang lain. Obat yang

mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dapat bersifat merangsang atau

mendepresi. Berdasarkan kegunaan terapeutiknya, obat SSP dapat dibagi dalam

tiga golongan :

1. Depresi SSP umum

Obat-obat ini menimbulkan efeknya dengan mendepresi secara tak selektif

struktur sinaptik, termasuk jaringan prasinaptik, termasuk jaringan

prasinaptik dan prasinaptik. Obat-obat ini menstabilkan membran neuron

dengan mendepresi struktur pascasinaptik, disertai dengan pengurangan

jumlah transmiter kimia yang dilepaskan oleh neuron prasinaptik.

2. Perangsang DDP umum

Obat-obat ini melakukan kerjanya secara tak selektif dengan salah satu

mekanisme berikut : merintangi hambatan pascasinaptik atau mengeksitasi

neuron secara langsung. Eksitasi neuron secara langsung dapat dicapai

dengan mendepolarisasi sel prasinaptik, meningkatkan pelepasan

prasinaptik akan transmiter, melemahkan kerja transmiter, melabilkan

membran neuron atau menurunkan waktu pulih sinaptik.

3. Obat-obat SSP selektif

Obat golongan ini dapat berupa depresan atau perangsang. Kerja melalui

berbagai mekanisme, dan mencakup obat antikejang, pelemas otot yang

bekerja sentral, analgetika dan sedativa(Tjay, 2002).

Psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas spikis. Senyawa ini dapat

menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan

Page 5: Lapak Farkol Lokomotor

berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki

khasiat antipsikotik. Ketergntungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan

ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat

(amfetamin, kokain). Toleransi dapat terjadi misalnya pada amfetamin(Sukandar,

2010).

Obat-obat depresi SSP umum dapat menimbulkan ketergantungan psikis

maupun fisik. Taraf ketergantungan dan toleransinya berbeda-beda, karena

masing-masing memiliki mekanisme kerja sendiri. Pada umumnya,

ketergantungan sudah dapat timbul setelah 2 minggu penggunaan kontinu. Gejala

withdrawal serius terutama timbul pada barbiturat dibandingkan senyawa

benzodiazepam. Insidepresi penyalahgunaan senyawa barbiturat, benzodiazepin,

dan sejenisnya melampaui daripada opioida(Tjay, 2007).

Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama,

namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data farmakokinetik

yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi terapi golongan ini sangat luas.

Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi

dengan potensi yang berbeda-beda (Andrianto, 2008)

Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini

pada SSP dengan efek utama: sedasi, hiposis, pengurangan terhadap rangsangan

emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Walaupun benzodiazepin

mempengaruhi aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa derivat yang

lain pengaruhnya lebih besar dari derivatnya yang lain, sedangkan sebagian lagi

memiliki efek yang tak langsung. Penggolongan benzodiazepin :

Obat-obat long-acting antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam,

dan flurazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan

demetilasi dan hodrolsilasi menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan

hidroksidiazepam.

Obat-obat short-acting : oksazepam, lorazepam, lormetazepam,

temazepam, loprazolam dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa

Page 6: Lapak Farkol Lokomotor

menghasilkan metabolit aktif yang memiliki kerja panjang. Obat ini layak

digunakan sebagai obat tidur karena tidak berkumulasi saat penggunaan

berulang kali dan jarang menimbulkan efek sisa, sebaliknya risiko yang

lebih besar akan reboundinsomnia dan lebih cepat menimbulkan gejala

abstinensi.

Obat-obat ultra-short acting : triazolam, midazolam, dan estazolam. Risiko

akan efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar lagi pada obat-

obat ini sehingga setidaknya jangan digunakan labih lama dari 2 minggu

(Muchtaridi,2008).

Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedativa, tetapi

penggunaannya dalam tehun-tahun terakhit sangat menurun karena adanya obat-

obat dari kelompok benzodiazepin yang lebih aman. Yang merupakan

pengecualian adalah fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan tiopental

yang masih banyak digunakan sebagai anestetikum i.v. (Mutchler, 1991).

Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang

lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur. Faktor-faktor yang membatasi

penggunaan barbiturat dan menyebabkan penggunaannya terdesak oleh

benzodiazepin adalah :

Toleransi dan ketergantungan cepat timbul menyangkut sifat

menidurkannya pada dosis berulang laki dan lebih ringan mengenai

khasiat anti-epilepsinya.

Stadium REM (dengan mimpi) dipersingkat, yang berefek pasien

mengalami tidur kurang nyaman.

Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada keadaan nyeri,

yakni justru eksitasi dan kegelisahan

Overdise barbital menimbulkan depresi sentral, dengan penghambatan

pernapasan berbahaya, koma, dan kematian(Mutchler, 1991).

Akibat induksi-enzim barbital juga mempercepat perombakan obat-obat

lain, yang metabolisasinya berlangsung oleh sistem enzim yang sama, misalnya

Page 7: Lapak Farkol Lokomotor

derivat kumarin, antikonseptiva oral, dan siklosporin. Sebaliknya efek barbital

diperkuat oleh asam valproat(Mutchler, 1991).

Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan ketergantunga berkaitan

erat dengan aktivasi dari sistem dopaminerg di otak. Semua zat yang bersifat

adiksi berkhasiat meningkatkan jumlah dopamin secara akut yang dihubungkan

dengan efek eufori, labilitas emosional, kekacauan dan histeri. Lebih dari sepuluh

neurotransmiter lain antaranya noradrenalin dan serotonin, memegang peranan

pula pada adiksi tetapi pengaruhnya jauh lebih ringan. Kadar dopamin yang

terlalu tinggi dapat mengakibatkan halusinasi dan psikosis akut(Mansjoer, 1999).

Kafein

Khasiat : kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek

menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk juga daya

konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertingg,prestasi otak dan

suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan

dan singkat daripada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop

positif terhadap jantung, vasodilatasi perifer dan diuresis.

Efek samping : bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi dapat

berupa debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar, gelisah,

ingatan berkurang dan sukar tidur.

Dosis : pada rasa letih 1-3dd 100-200 mg, sebagai adjuvans

bersama analgetik 50 mg sekali, bersama ergotamin pada migrain

100 mg(Depkes RI,1979)

Di antara obat depresan sedatif/hipnotik yang menimbulkan efek ketagihan

adalah kumpulan barbiturat, benzodiazepin, kloral hidrat, glutetimid, metakualon,

dan meprobamat (Mansjoer, 1999).

Obat barbiturat merupakan satu kumpulan obat yang seringkali

dipreskripsikan oleh doctor untuk menciptakan rasa tenang dan membuat

penderita merasa mengantuk agar mudah tidur. Sebanyak lebih kurang 2500

terbitan asid barbiturik telah dapat disintesiskan, tetapi hanya lebih kurang 15

sahaja yang berguna untuk tujuan pengubatan. Dosis terapeutik yang kecil dapat

Page 8: Lapak Farkol Lokomotor

menenangkan perasaan resah, dan untuk dosis yang lebih besar dapat membantu

sesorang untuk tidur selam 20 hingga 60 menit. Namun, apabila dosis

ditingkatkan lagi, maka akan terjadi koma dan kemudian pernafasan akan terhenti

(Mansjoer, 1999).

Benzodiazepin, yang merupakan satu lagi kumpulan depresan dikenali

sebagai trankuilizer (penenang) ringan atau minor, sedatif, hipnotik, atau

antigelugut. Zat ini mempunyai kemampuan mengurangi rasa resah, tegang, dan

kejang otot, serta dapat menghasilkan sedasi dan mencegah atau menghentikan

gelugut. Benzodiazepin yang digunakan secara luas adalah klordiazepoksid

(librium), klonazepam (Clonopin), klorazepat (Dalmane), lorazepam (Ativan),

oksazepam (Serax), dan prazepam (Verstam) (Mansjoer, 1999).

IV. Alat dan Bahan

Hewan Percobaan

mencit putih jantan dengan berat antara 20-25 gram.

Bahan

obat depresan atau stimulant yang diuji

larutan suspensi gom arab 1-2%

Alat

alat suntik 1 ml

sonde oral mencit

stopwatch

timbangan mencit

alat roda putar (wheel cage)

V. Prosedur

Pengujian dilakukan dengan “ metode roda putar”(wheel cage method)

yang dimodifikasi dengan prosedur sebagai berikut : Pertama-tama Hewan dibagi

atas dua kelompok, yang terdiri atas kelompok kontrol dan kelompok obat uji

1(depresan) dan Kelompok obat uji 2(stimulan). Kemudian semua hewan dari

setiap kelompok diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya yaitu kelompok 1

atau kontrol diberi larutan suspensi gob arab 1-2%, kelompok 2 atau uji depresan

Page 9: Lapak Farkol Lokomotor

diberi obat fenobarbital dan kelompok 3 atau uji stimulan diberi obat kafein

dengan pemberian dosis sesuai ketentuan.Lalu 30 menit kemudian mencit

dimasukkan ke dalam alat “roda putar” dan aktivitas mencit dicatat selama 30

menit dengan interval 5 menit. Setelah itu data yang diperoleh dianalisis secara

statistik berdasarkan analisis variasi dan kebermaknaan perbedaan lama waktu

tidak bergerak antara kelompok kontrol dan kelompok uji 1 dan uji 2 dianalisis

dengan Student test.Lalu data disajikan dalam bentuk table atau grafik.

VI. Data Pengamatan dan Perhitungan

Kel. UjiKelompo

k

Banyak Putaran Jumla

h5' 10' 15' 20' 25' 30'

Kontrol

Negatif

(PGA)

1 5 15 44 40 36 8 148

2 14 0 1 24 28 37 104

3 33 28 18 46 39 33 197

4 44 32 2 0 0 18 96

Jumlah 96 75 65 110 103 96 545

Rata-rata24,0

018,75

16,2

5

27,5

0

25,7

5

24,0

0136,25

Uji I

(

Fenobarbital)

1 2 5 0 5 0 3 15

2 51 66 46 26 4 6 199

3 64 57 29 0 0 0 150

4 15 9 15 10 13 29 91

Jumlah 132 137 90 41 17 38 455

Rata-rata 33,0 34,25 22,5 10,2 4,25 9,50 113,75

Page 10: Lapak Farkol Lokomotor

0 0 5

Uji II

(Kaffein)

1 50 45 47 60 53 62 317

2 78 104 101 89 95 60 527

3 59 62 69 107 76 106 479

4 41 61 50 23 6 23 204

Jumlah 228 272 267 279 230 251 1527

Rata-rata57,0

068,00

66,

75

69,

75

57

,50

62,7

5381,75

TOTAL 456 484 422 430 350 385 2527

Grafik Jumlah Putaran terhadap waktu

5 10 15 20 25 300

10

20

30

40

50

60

70

80

2418.75 16.25

27.5 25.75 24

33 34.25

22.5

10.254.25

9.5

57

68 66.75 69.75

57.562.75

PGAFENOBARBITALKAFEIN

Page 11: Lapak Farkol Lokomotor

KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 40

20406080

100

Grafik Jumlah Putaran Terhadap Kelompok

PGAFENOBARBITALKAFEIN

Kelompok

Jumlah Putaran

Perhitungan Semua kelompok

% stimulasi = ∑ putaran kontrol - ∑ putaran kafein

x 100 %

∑ putaran kontrol

% depresan = ∑ putaran kontrol - ∑ putaran fenobarbital

x 100 %

∑ putaran kontrol

% stimulasi kelompok 1 = 148 - 317

x 100 %

148

= - 114,18 %

Page 12: Lapak Farkol Lokomotor

% stimulasi kelompok 2 = 104 - 527

x 100 %

104

= - 406, 73 %

% stimulasi kelompok 3 = 197 – 479

x 100 %

197

= -143,15 %

% stimulasi kelompok 4 = 96 – 204

x 100 %

204

= - 52,94 %

% stimulasi rata – rata = -114,18 % - 406,73% - 145,15 % - 52,94 %

4

= - 187,25 %

% depresan kelompok 1 = 148 – 15

x 100 %

148

= 89,86 %

Page 13: Lapak Farkol Lokomotor

% depresan kelompok 2 = 104 – 199

x 100 %

104

= - 91,3 %

% depresan kelompok 3 = 197 – 150

x 100 %

197

= 23,85 %

% depresan kelompok 4 = 96 – 91

x 100 %

96

= 5, 2 %

% depresan rata – rata = 89,86 % - 91,3 % + 23,85 % + 5,2 %

4

= 27,61 %

1. Uji Anava

t = 3, r = 4, N = t . r = 3 . 4 = 12

Hipotesis

Ho : t1 = 0, artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap

mencit.

H1 : t1 0, artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang berbeda terhadap

mencit.

Page 14: Lapak Farkol Lokomotor

Tabel Anava

Sumber Variasi Dk Jk KT Fhit

Rata-rata 1 88690 , 681 88690,681

Fhit =

PE

=8,93

Waktu (blok) 5 967 , 736 193,547

Pemberian obat (perlakuan) 2 29466 ,78 14733,39

Kekeliruan eksperimen 10 3299,056 329,9056

Kekeliruan subsampling 54 33733,57 624,6957

TOTAL 72 156157,8

Perhitungan :

Dk

Rata-rata = 1

Waktu = (b-1) = 6 - 1 = 5

Pemberian obat = (p-1) = 3 - 1 = 2

Kekeliruan eksperimen = (b-1)(p-1) = 5 x 2 = 10

Total = 3 x 4 x 6 = 72

Kekeliruan subsampling = 72 - (1+5+2+10) = 54

Jk

Ry= J2

n=25272

72=88690 ,681

Page 15: Lapak Farkol Lokomotor

By=4562+4842+4222+4302+3502+3852

3 x 4−88690 , 681=967 , 736

Py=5452+4552+15272

4 x 6−88690 , 681=29466 ,78

Sb=962+752+652+ .. .+2302+2512

4−88690 ,681=33733,57

Ey = Sb – (By+Py)

=33733,57 – (967,736+29466,78)

= 3299,056

∑ y2=52+142+332+442+.. .+602+1062+232=152151

Sy = y2 – Ry – Sb

= 152151 – 88690,68 – 33733,57

= 29726,75

Dengan α = 5% = 0.05

Ftabel = F(2.10) = 4,1

Fhitung =

PyEy

=29466 ,783299,056

=8,931883

Fhit > Ftabel , maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari efek

pemberian obat-obat tersebut.

VII. Pembahasan

Dalam percobaan ini ingin mengetahui efek obat terhadap aktivitas

lokomotor mencit yang dimasukkan ke dalam “roda putar” (wheel cage),

berdasarkan pengamatan jumlah putaran roda.

Page 16: Lapak Farkol Lokomotor

Gerak dasar lokomotor merupakan salah satu domain dari gerak dasar

fundamental (fundamental basic movement), di samping gerak dasar non-

lokomotor dan gerak dasar manipulatif. Gerak dasar lokomotor diartikan sebagai

gerakan atau keterampilan yang menyebabkan tubuh berpindah tempat, sehingga

dibuktikan dengan adanya perpindahan tubuh (traveling) dari satu titik ke titik

lain. Gerakan-gerakan tersebut merentang dari gerak yang sifatnya sangat alamiah

mendasar seperti merangkak, berjalan, berlari, dan melompat, hingga ke gerakan

yang sudah berupa keterampilan khusus seperti meroda, guling depan, hingga

handspring dan back-handspring.

Lokomotor berasal dari kata loko “gerak”, dan motor “penggerak”. Jadi,

lokomotor adalah gerak yang dilakukan oleh penggerak. Organ-organ yang

terlibat dalam lokomotor yaitu tulang, otot, saraf, dan darah atau pembuluh.

Tulang berfungsi sebagai pemberi bentuk tubuh, alat gerak, melindungi organ-

organ tubuh, dan sebagai tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah

merah. Otot merupakan suatu organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak,

gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Saraf merupakan penghantar

informasi, koordinasi dan pengaturan untuk mengontrol dan mengintegrasikan

aktivitas tubuh. Fungsinya adalah menerima stimulus dari lingkungan, mengubah

stimulus menjadi impuls, dan sebagai tempat berlangsungnya semua proses

keiwaan dan psikis. Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam

pembuluh darah yang berwarna merah beredar di dalam tubuh karena adanya

kerja jantung. Fungsi darah sebagai alat pengangkut, pertahanan tubuh, dan

menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Obat uji yang digunakan adalah fenobarbital (obat antidepresan) dan

kafein (obat stimulant). Fenobarbital termasuk golongan barbiturat, obat yang

bersifat hipnotik sedatif, selain itu juga merupakan anestetik parenteral, pelemas

otot, antiepilepsi dan anticemas (antiansietas). Sedangkan kafein merupakan

senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid. Kafein bekerja di dalam

tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf. Peranan utama

Page 17: Lapak Farkol Lokomotor

kafein di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap

terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.

Obat stimulan biasanya bekerja merangsang susunan saraf pusat melalui 2

mekanisme yaitu mengadakan blokade sistem penghambatan dan meningkatkan

perangsangan sinaps. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan (perangsang)

karena kafein bekerja pada susunan saraf pusat dengan meningkatkan

perangsangan sinaps yaitu terutama pada korteks serebri. Selain itu, kafein juga

dapat memberikan rangsangan pada medula oblongata sehingga pusat vasomotor

dan pusat pernapasan pun ikut terangsang. Akan tetapi tekanan darah tidak naik,

hal ini terjadi karena pada saat bersamaan, terjadi juga dilatasi pembuluh kulit,

ginjal dan koroner, akibat kerjanya di sistem saraf perifer. Rangsangan pada pusat

vasomotor oleh kafein disebabkan adanya kostriksi pembuluh darah otak dan

turunnya tekanan liquor.

Meningkatnya perangsangan sinaps oleh kafein mengakibatkan kondisi

tubuh menjadi siaga dan kemampuan psikis pun akan meningkat. Dengan

pemberian secara per oral, kafein akan diabsorpsi dengan cepat dan sempurna

sehingga efek kafein dapat dengan cepat dirasakan.

Sedangkan obat antidepresan biasanya bekerja pada sistem GABA, yaitu

dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Barbiturat dalam

seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam

korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada

reseptor ini, barbiturat akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi

antara aktivitas farmakologi berbagai barbiturat dengan afinitasnya pada tempat

ikatan. Dengan adanya interaksi barbiturat, afinitas GABA terhadap reseptornya

akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya

reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih

banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida

menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya,

kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.

Page 18: Lapak Farkol Lokomotor

Sebagai hewan percobaan mencit yang digunakan harus memenuhi

beberapa persyaratan yaitu: bersifat homogen baik dari segi galur, berat, umur dan

jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi dosisnya. Jenis kelamin mencit yang

digunakan pada percobaan ini adalah mencit jantan karena mencit betina tidak

stabil. Mencit betina mengalami menstruasi dan pada saat menstruasi maka

hormonnya akan meningkat sehingga mempengaruhi kondisi psikologisnya.

Kenaikan hormon ini juga akan berpengaruh pada efek obat. Dengan alasan inilah

mencit betina jarang digunakan sebagai hewan percobaan.

Pada percobaan ini akan mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Pertaman-

tama ketiga kelompok mencit ditimbang bobot badannya, Lalu diberi tanda

dengan spidol pada ekornya. Mencit I 26,5 g, mencit II 24 g dan mencit III 21 g,

hal ini dilakukan untuk perhitungan dosis obat yang nantinya akan diberikan

kepada masing-masing mencit. Kelompok pertama adalah mencit yang hanya

diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 1-2 % saja tanpa penambahan obat-

obatan yang lain, kelompok ini digunakan sebagai kelompok kontrol. Kelompok

yang kedua adalah kelompok mencit yang diberikan obat fenobarbital secara per

oral. Kelompok ketiga adalah kelompok mencit yang diberi obat kafein secara per

oral pula.

Pada awalnya untuk mencit diberikan obat fenobarbital dan kafein masing-

masing untuk mencit II dam III secara per oral, kemudian didiamkan selama 30

menit sebelum dimasukan ke dalam roda putar dan diamati jumlah putaran roda

selang 5 menit selama 30 menit waktu pengamatan. Proses didiamkannya mencit

setelah diberikan obat adalah agar obat tersebut dapat diabsorpsi terlebih dahulu

oleh mencit, sehingga efeknya akan lebih terlihat pada saat mencit diletakkan ke

dalam roda putar.

Pada kelompok pertama (I), yaitu kelompok kontrol, pada kelompok ini

mencit hanya diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 3 % saja, sehingga

mencit pada kelompok ini bekerja alami tanpa ada pengaruh obat, sehingga

kelompok-kelompok yang lain dapat dibandingkan dengan kelompok kontrol ini.

Page 19: Lapak Farkol Lokomotor

Aktivitas mencit (jumlah putarannya) yaitu: menit ke 5= 5, menit ke 10= 14,

menit ke 15= 44, menit ke 20= 40, menit ke 25= 36 dan menit ke 30= 8. Hal ini

menunjukkan aktivitas mencit berlangsung normal, respon saraf terhadap gerak

pada otot yang di aplikasikan dalam bentuk gerak berlari dalam roda putar.

Puncak aktivitas terdapat pada menit ke 15 dan selanjutnya menurun.

Pada mencit kedua yang diberikan obat uji depresan yaitu fenobarbital

jumlah putarannya yaitu: menit ke 5= 2, menit ke 10= 5, menit ke 15= 0, menit ke

20= 5, menit ke 25= 0 dan menit ke 30= 3 Jumlah putarannya sewajarnya di

bawah mencit pertama yang diberikan kontrol negatif, karena mencit kedua

diberikan fenobarbital sebagai depresan. Hal ini mungkin disebabkan efek obat

fenobarbital pada mencit telah berkurang atau tidak ada. Karena mencit kedua

terlambat dimasukkan ke dalam roda putar untuk diukur aktivitasnya,

keterlambatan ini disebabkan terbatasnya alat roda putar yang digunakan ada 2

untuk 3 mencit. Jadi mencit kedua menunggu lebih lama untuk dimasukkan ke

dalam roda putar karena dipakai oleh mencit 1 dan mencit 3. Maka efek obat yang

seharusnya diaplikasikan dalam roda putar telah berkurang terlebih dahulu saat

dimasukkan ke roda putar.

Sedangkan pada mencit ketiga yang diberi kafein, menunjukkan aktivitas

yang lebih tinggi dibandingkan mencit kontrol negatif yang diberi PGA. Jumlah

putaran yang dilakukan mencit pada roda putar yaitu: menit ke 5= 50, menit ke

10= 45, menit ke 15= 47, menit ke 20= 60, menit ke 25= 53 dan menit ke 30= 62.

Jumlah putarannya menunjukkan aktivitas mencit meningkat dengan pemberian

kafein.

Kemudian setelah diperoleh data putaran permenit, dihitung persen

stimulasi dan persen depresan semua kelompok dengan menggunakan rumus

berikut:

Page 20: Lapak Farkol Lokomotor

% stimulasi = ∑ putaran kontrol - ∑ putaran kafein

x 100 %

∑ putaran control

% depresan = ∑ putaran kontrol - ∑ putaran fenobarbital

x 100 %

∑ putaran control

Diperoleh hasil %stimulasi kelompok 1 yaitu -114,18%, %stimulasi

kelompok 2 yaitu -403,73%, %stimulasi kelompok 3 yaitu -143,15%, dan

%stimulasi kelompok 4 yaitu -52,94%. Kemudian dijumlahkan keseluruhan

dibagi 4 hasilnya yaitu -187,25%. Hal yang sama juga dilakukan untuk persen

depresan dan mendapatkan hasil rata-rata yaitu sebesar 27,61%.

Berdasarkan percobaan kali ini dapat dilihat pengaruh pemberian obat

fenobarbital maupun kafein pada mencit. Berdasarkan pengujian data secara

statistika, dimana Fhit > Ftabel sehingga pernyataan Ho yang menyatakan bahwa

seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap mencit, ditolak. Dapat

dilihat bahwa pemberian fenobarbital ataupun kafein memberikan efek signifikan

yang berbeda terhadap mencit apabila dibandingkan dengan kontrol.

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi jumlah putaran. Yang

sangat mempengaruhi dari absorpsi obat adalah berat badan mencit, karena

berpengaruh pada luasnya daerah absorpsi dan tentu saja sangat mempengaruhi

absorpsi obat. Perbedaan jumlah pada tiap bagian ini dipengaruhi bagaimana

ketersediaan obat dalam mencit. Semakin lama obat dalam mencit akan bekerja

sampai puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya akan menurun karena

ketersediaan obat makin berkurang.

Pada percobaan kali ini, mencit yang tidak diberikan obat uji tidak terlalu

memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap perubahan aktivitas

yang ditunjukkan dengan peningkatan atau penurunan jumlah putaran roda putar.

Page 21: Lapak Farkol Lokomotor

Sedangkan untuk mencit yang diberikan obat uji berupa fenobarbital, seiring

dengan berjalannya waktu pengamatan ternyata aktivitas mencit perlahan

mengalami penurunan, hal tersebut di tunjukkan dengan berkurangnya jumlah

putaran roda putarnya. Penurunan aktivitas pada mencit ini disebabkan karena

fenobarbital termasuk golongan barbiturat, obat yang bersifat hipnotik sedatif

sehingga mengakibatkan mencit perlahan mengalami rasa sedasi yang cukup kuat

dan apabila dosisnya ditingkatkan maka kemungkinan mencit tersebut akan

tertidur atau tidak melakukan aktivitas apapun. Untuk mencit yang diberikan obat

kafein ternyata mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan ditandai

dengan peningkatan jumlah putaran rodanya. Kafein meningkatan kerja

psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa

peningkatan energi. Dengan demikian maka mencit akan terus aktif bergerak

selama efek obat tersebut masih ada namun seiring dengan berjalannya waktu

pengamatan maka lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat

makin berkurang di dalam tubuh mencit. Hal ini ditandai dengan berkurangnya

jumlah putaran roda.

VII. Kesimpulan

Pemberian fenobarbital dan kafein mempengaruhi aktivitas hewan uji

berdasarkan jumlah putaran roda yang dihasilkan. Kafein meningkatkan kerja

psikomotorik mencit sedangkan fenobarbital menurunkan kerja psikomotorik

mencit. Waktu absorpsi obat juga berpengaruh pada percobaan ini.

Page 22: Lapak Farkol Lokomotor

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2008. Sistem Saraf Pusat. Dapat diakses pada http://medicastore.com/

[diakses tanggal 26 April 2012]

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Dewoto, Hedi R. 2007. Analgesik Opiod dan Antagonis-Farmakologi dan Terapi

edisi 5. Fakultas kedokteran-UI. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aescullapius. Jakarta.

Muchtaridi. 2008. Lokomotor Mencit. Dapat diakses pada

http://farmasi.ugm.ac.id/ [diakses tanggal 26 April 2012]

Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung.

Neal, M.J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2010. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI. Jakarta.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting edisi keenam.

PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya edisi kelima. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.