farkol kelas.docx

22
TOKSISITAS OBAT GOLONGAN NON STEROID ANTI-INFLAMATORY DRUGS (NSAID) NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) merupakan suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah “non steroid” digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. Obat ini digunakan secara luas di seluruh dunia untuk mengatasi nyeri yang akut maupun yang kronik. NSAID membentuk kelompok yang berbeda-beda secara kimia, tetapi semuanya mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase (COX). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam arakhidonat. Obat ini relatif aman jika digunakan dalam jangka waktu pendek, namun efek samping buruk dapat terjadi bila digunakan dalam jangka waktu panjang apalagi tanpa pengawasan dari tenaga kesehatan. Ada 3 jenis obat golongan NSAID: 1.COX-1 selective inhibitor. Yaitu obat golongan NSAID yang bekerja menghambat aktivitas COX-1, contohnya asam mefenamat.

Upload: fatimah-fika-ambarani

Post on 16-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: farkol kelas.docx

TOKSISITAS OBAT GOLONGAN NON STEROID

ANTI-INFLAMATORY DRUGS (NSAID)

NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) merupakan suatu golongan obat

yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi

(anti radang). Istilah “non steroid” digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini

dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. Obat ini digunakan secara luas di seluruh

dunia untuk mengatasi nyeri yang akut maupun yang kronik.

NSAID membentuk kelompok yang berbeda-beda secara kimia, tetapi semuanya

mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase (COX). Enzim cyclooxygenase

ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam

arakhidonat. Obat ini relatif aman jika digunakan dalam jangka waktu pendek, namun efek

samping buruk dapat terjadi bila digunakan dalam jangka waktu panjang apalagi tanpa

pengawasan dari tenaga kesehatan.

Ada 3 jenis obat golongan NSAID:

1.COX-1 selective inhibitor. Yaitu obat golongan NSAID yang bekerja menghambat

aktivitas COX-1, contohnya asam mefenamat.

2.COX-2 selective inhibitor. Golongan obat NSAID yang menghambat aktivitas COX-2,

contohnya celecoxib, etoricoxib dan valdecoxib

3.Non-selective COX inhibitor. Obat NSAID golongan ini menghambat aktivitas COX-1

dan COX-2, contohnya aspirin dan parasetamol.

Page 2: farkol kelas.docx

Efek samping dari penggunaan NSAID yang paling umum dan paling sering terjadi

adalah gangguan gastrointestinal seperti mual dan diare. Gejala ini terutama akibat iritasi

lambung karena hilangnya efek perlindungan prostaglandin dinding lambung. Terkadang efek

samping ini menyebabkan tukak lambung dan bahkan lubang jika semakin parah. Iritasi

lambung dapat bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa

dan menyebabkan kerusakan jaringan; dan juga bersifat sistemik melalui hambatan

biosintesis PGE2 dan PGI2 dan dapat menyebabkan perdarahan lambung.

Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gangguan fungsi trombosit akibat

penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan.

Efek ini dimanfaatkan untuk terapi profilaksis tromboemboli (seperti, stroke), contohnya

adalah aspirin.

Penggunaan NSAID pada anak-anak yang mengalami dehidrasi dapat menyebabkan

gagal ginjal akut. Hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 di ginjal menyebabkan aliran

darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus ginjal menjadi berkurang. Sehingga, pasokan

darah yang berkurang pada ginjal menyebabkan bagian ginjal seperti jaringan tubular dan

intersitial menjadi penyempitan. Jika tidak mendapat perawatan yang baik, jaringan tubular

dan intersitial ginjal akan mengalami kematian jaringan.

Page 3: farkol kelas.docx

Obat-obat yang digunakan untuk mengobati Antipiretik, Analgetik,

dan Anti-Inflamasi NSAID

Derivat asam salisilat

Toksisitas ringan : Nausea, Gastritis, Hiperkapnia ringan (kelebihan CO2 dalam darah

arteri), tinnitus (telinga berdenging) (<150mg/kg)

Toksisitas sedang : Hiperkapnia, Hiperthermia, Berkeringat, Dehidrasi, kelelahan dan

kehilangan energi (150 – 300mg/kg)

Toksisitas Berat : Hiperkapnia yang parah, koma, kejang, sianosis, pembengkakan

paru – paru, kegagalan pernafasan, serangan jantung (300 – 500mg/kg)

Toksisitas letal : koma, kematian. (>500mg/kg)

Mekanisme toksisitas : melepaskan ikatan fosforilasi oksidatif sehingga mengakibatkan

asidosis metabolik.

Penanganan keracunan :

Sirup ipekak

Karbon aktif

Page 4: farkol kelas.docx

Katartika

Penambahan cairan tubuh (jika terjadi dehidrasi)

Pengompresan dengan air dingin atau hangat (jika terjadi hipertermia)

Pemberian natrium bikarbonat (untuk menangani asidosis metabolik)

Pemberian glukosa (untuk mengatasi hipoglikemia dan ketosis)

Pemberian KCl untuk mengatasi hipokalemia)

Diuretik kuat

1. Aspirin

Efek samping :

Rasa tidak enak diperut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat

dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih dari 325 mg.

obat ini dapat mengganggu hemeostatis pada tindakan operasi dan bila

diberikan bersama heparin atau antikoagulan oral dapat meningkatkan risiko

perdarahan.

Efek samping yang sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan

resiko tukak lambung dan perdarahan samar (occult).

Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gangguan fungsi trombosit

akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan

waktu perdarahan. Efek ini dimanfaatkan untuk terapi profilaksis

tromboemboli (seperti, stroke),

Kontraindikasi : Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam salisilat,

penderita asma dan alergi, penderita yang pernah atau sering

mengalami pendarahan di bawah kulit, penderita hemofilia;,

anak-anak di bawah umur 16 tahun.

Toksisitas : Intoksikasi salisilat bisa ringan atau berat.

bentuk ringan disebut salisilismus dan ditandai dengan mual, muntah,

hiperventilasi yang jelas, nyeri kepala, “mental confusion”, pusing dan tinitus

(telinga berdengung).

Jika diberikan salisilat dosis besar, dapat terjadi intoksikasi salisilat yang

berat. Gejala-gejala yang telah disebutkan diatas yaitu, kelelahan, delirium,

halusinasi, konvulsi, koma, asidosis pernapasan dan metabolik, dan kematian

karna kegagalan pernapasan.

Page 5: farkol kelas.docx

Intoksikasi salisilat lebih cenderung terjadi pada anak-anak. Penelanan

aspirin sekecil 10 g (atau 5 g metil salisilat, yang digunakan sebagai obat

gososk dalam minyak) dapat menyebabkan kematian pada anak.

Pengobatan salisilismus harus termasuk pengukuran konsentrasi salisilat

dalam serum dan pH untuk menunjukkan bentuk terapi yang baik. pada

kasus yang ringan, pengobatan simtomatik biasanya sudah cukup.

Peningkatan pH urine meningkatkan eliminasi salisilat. Pada kasus berat,

pengukuran yang diharuskan termasuk pemberian cairan intravena, dialisis

(hemodialisis atau dialisis peritoneal), dan penetapan dan koreksi asam basa

serta keseimbangan elektrolit. (catatan diflunisal tidak menyebabkan

salisilismus).

2. Diflunisal

Efek samping : Lebih ringan dari pada asetosal dan tidak dilaporkan

menyebabkan gangguan pendengaran. Ngantuk, sakit kepala,

pusing, tinitus, mual, nyeri pada epigastrum, diare,

perdarahan saluran cerna dan bercak kemerahan pada kulit.

Kontraindikasi : Hemofilia

Toksisitas : Toksisitas diflunisal mirip dengan asam salisilat. Dengan

kekecualian pengaruh terhadap fungsi trombosit, yang hanya

sangat lemah.

Derivat Asam Propionat

1. Ibuprofen

Efek samping : Jarang terjadi, mual, muntah gangguan saluran pencernaan.

Pernah dilaporkan adanya ruam kulit trombositopenia dan

limpofenia.

Kontraindikasi : Hipersensitif ibuprofen, penderita ulkus peptikum, kehamilan

trisemester pertama.

Dosis toksik : Dosis dibawah 100mg/kg tetapi saat diatas 400mg/kg (sekitar

150 tablet dari 200unit mg). Dosis letal sukar ditentukan

karena bervariasi tergantung dari usia, berat badan, dan

penyakit pada pasien.

Page 6: farkol kelas.docx

Toksisitas :

Anak – anak : toksisitas ringan : mengantuk, berkeringat

Dewasa :

- Toksisitas ringan : sakit perut, pusing, mual muntah, mengantuk,

nistagmus (tremor pada mata), penglihatan ganda, sakit kepala,

tinnitus (telinga berdenging).

- Toksisitas berat : meningkatkan konsentrasi plasma urea dan

kreatinin

- Toksisitas fatal : mual dan muntah, kejang, hiperventilasi, 41 jam

setelah pemberian : pingsan, keringat dingin, serangan jantung.

Penanganan : Terapi untuk over dosis dalam kasus awal adalah dekontaminasi

lambung menggunakan arang aktif, arang menyerap obat sebelum bisa

masuk kesirkulasi sistemik.

Lavage lambung sekarang jarang digunakan, namun dapat

dipertimbangkan jika jumlah yang dikomsumsi secara potensial

mengancam kehidupan dan dapat dilakukan dalam waktu 60 menit

setelah menelan.

Emesis tidak dianjurkan. mayoritas konsumsi ibuprofen hanya

menghasilkan efek ringan dan pengelolaan overdosis sangatlah mudah.

Diuresis paksa alkalin mempunyai manfaat yang terbatas. Terapi

simtomatis untuk hipotensi, perdarahan GI, asidosis dan toksisitas ginjal

dapat diindikasikan.

2. Naproksen.

Efek samping : Efek samping saluran cerna kurang dari asetosal tapi dua kali

lipat efek samping ibuprofen. Rasa tidak enak pada perut, waktu

perdarahan memanjang, “epigastric distress”, reaksi gigi, tukak

peptik, alergi kulit, pruritus, isomnia, sakit kepala, edema

periferal, tinitus, vertigo. Rasa tidak enak pada rektum, gatal

didaerah anal, rasa terbakar, perdarahan per rektal, tenesmus,

proctitis, eritema, edema.

Page 7: farkol kelas.docx

Kontraindikasi : Hipersensitif, penderita dimana aspirin atau obat anti-inflamasi

non steroid lain/analgesik menyebabkan sindroma asma, rinitis,

dan polip hidung, kehamilan trisemester 3, wanita menyusui.

4. Ketoprofen

Efek samping : Tukak peptik, dispepsia, mual, muntah, pusing, sakit kepala,

ruam kulit, rasa tidak enak pada abdomen, diare, konstipasi,

perdarahan, perforasi, ruam kulit, gangguan fungsi hati dan

ginjal, nyeri abdomen, rasa panas terbakar pada uluh hati,

vertigo, edema, perubahan mood, insomnia, trombositopenia,

bronskospasme, anafilaksis. Reaksi lokal pada tempat ini,

termasuk rasa nyeri dan panas terbakar.

Kontraindikasi : Riwayat asma, utikaria, arau reaksi alergi lain sesudah

penggunaan AINS. gangguan fungsi ginjal dan hati berat.

Riwayat tukak lambung, dispepsia kronik, tukak peptik aktif.

Toksisitas :

Obat ini dapat meningkatkan resiko gangguan jantung atau sirkulasi

darah yang mengancam jiwa seperti, serangan jantung atau strok.

Jangan menggunakan obat ini sesaat atau sebelum menjalani operasi

arteri koroner atau.

Ketoprofen dapat juga meningkatkan resiko efek serius pada perut atau

pencernaan, termasuk berdarah atau berlubang, kondisi ini dapat

menjadi fatal dan efek Gastrointestinal dapat terjadi tanpa peringatan

kapan pun ketika anda menggunakan ketoprofen.

Mereka yang berusia lanjut dapat memiliki resiko yang lebih besar dari

efek samping gastrointestinal yang serius ini.

Derivat Asam Fenamat

1. Asam Mefenamat

Efek samping :

Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare

sampai diare berdarah dan dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

Pada orang usia lanjut efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan.

Page 8: farkol kelas.docx

Efek pada darah : penurunan hematokrit (pemakaian jangka lama), anemia,

memperpanjang waktu pendarahan.

Efek pada sistem syaraf : pusing, sakit kepala, ketakutan, bingung, depresi,

bermimpi, sulit tidur, cemas.

Efek pada mata/pendengaran: tinitus, gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, sembab mata. Efek samping lain yang berdasarkan

hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi.

Kontraindikasi : Tukak lambung, inflamasi saluran cerna, gangguan ginjal

atau pernah menderita sakit ginjal/hati, asma, hamil dan

menyusui. Ulserasi gigi aktif.

Toksisitas : Toksisitas asam mefenamat menimbulkan jika telah

diberikan pemakaian lebih dari 7 hari akan mengakibatkan

peradangan pada lambung, dan perdarahan memanjang. jika

pemakaian dosis lebih akan mengakibatkan diare yang hebat.

Derivat Asam Fenilsetat

1. Diklofenak

Diklofenak adalah derivat asam fenilasetat yang efek analgesik, antipiretik dan

anti-inflamasinya sebanding dengan indometasin.

Kerjanya bukan saja melalui penghambatan enzim siklooksigenase tapi juga

mampu menurunkan bioavailabilitas asam arakidonat dengan meningkatkan

konversinya menjadi trigliserida.

Seperti halnya AINS lain diklofenak diabsorpsi dengan cepat setelah pemakaian

oral dan mengalami first pass metabolism sehingga bioavailabilitasnya di

sistemik tinggal 50%.

Efek samping :

Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit

dan sakit kepala sama seperti semua obat AINS, pemakaian

obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung.

Gangguan enzim hati tersebut lebih sering terjadi dibanding

dengan AINS lain.

Dalam kasus terbatas gangguan hematologi

(trombositopenia, leukopenia, anemia, agranulositosis).

Page 9: farkol kelas.docx

Penyakit epigastric, nausea, vomiting, diare, keram

abdomen, dispepsia, flatulence, asma, reaksi anafilaksasi

sitemik (hipotensi), gangguan sensasi (erupsi kulit).

Kontraindikasi : Reaksi anafilaktif atau alergi pada aspirin atau obat-obat

anti-inflamasi non steroid pada penderita tukak lambung.

Derivat Asam Asetat-inden

1. Indometasin

Indometasin adalah derivat asam asetat indol yang 20-30 kali lebih tinggi aktivitas

analgesik, antipiretik dan anti-inflamasinya dibanding asetosal.

Semua senyawa yang berinteraksi dengan diflunisal berinteraksi juga dengan

indometasin.

Efek samping :

Efek samping indometasin terjadi sampai 50% penderita yang diobati; sekitar

20% ditemukan efek samping yang tidak bisa ditoleransi dan pemakaian obat

dihentikan.

Keluhan saluran cerna yaitu mual, muntah, anoreksia, diare, dan nyeri

abdomen. Gangguan gastrointestinal, uleserasi dan perdarahan, sakit kepala,

pusing, rasa ringan, hipersensivitas, hipertensi, reaksi hematologi.

Reaksi hemattopoietik yang dilaporkan dengan indometasin berupa

neutropenia, trombositopenia, dan sangat jarang anemia aplastik.

Kontraindikasi : Hipersensivitas terhadap aspirin atau obat AINS lainnya,

riwayat lesi gastrointestinal berulang, ulserasi peptik,

kehamilan, laktasi..

Toksisitas :

Efek terhadap saluran cerna meliputi nyeri abdomen, diare, perdarahan

saluran cerna, dan pankreatitis.

Nyeri kepala yang hebat dialami oleh 20-25% penderita dan mungkin disertai

dengan pusing, bingung, dan depresi.

Indometasin juga pernah dilaporkan menyebabkan agranulositosis, anemia

aplastik, dan trombositopenia.

Hiperkalemia dapat terjadi akibat hambatan kuat terhadap biosintesis PG di

ginjal.

Page 10: farkol kelas.docx

2. Sulindak

Efek samping : Sakit kepala, pusing mengantuk, edema, penglihatan kabur,

tinitus, mual, dispepsia, muntah, diare, konstipasi, rasa tida

nyaman, hepatitis, flatulens, anoreksia, diare, pankreatitis,

ruam, fotosensitivitas, masa perdarahan memanjang, reaksi

alergi termasuk sindrom hipersensivitas, dan anafilaksis.

Kontraindikasi : Hipersensivitas, sensivitas silang dapat terjadi dengan agens

antiinflamasi nonsteroid lainnya, termasuk aspirin. Perdarahan

GI aktif dan penyakit ulkus, kehamilan.

Toksisitas : Sulindak menimbulkan efek toksik yang tinggi jika pemakaian

dosis yang berlebihan. Efek yang timbul akan mengakibatkan

kerusakan saluran cerna dan perdarahan memanjang,

meningkatnya toksisitas hematologik atau agens anti

inflamasi non steroid lainnya dan meningkatnya kadar serum

dan toksisitas litium.

Derivat Pirazolon

1. Fenilbutazon

Efek samping :

Efek samping serius terhadap darah dan lambung. mual, muntah, obat ini

mengiritasi lambung sehingga mengakibatkan nyeri epigastrum dan bahkan

korosi lambung.

Reaksi alergi pada kulit, gangguan lambung, diare, vertigo, insomnia,

stomatitis, eforia, hematuria, dan penglihatan menjadi kabur.

Efek samping yang jarang terjadi seperti leukopenia, trombositopenia,

anemia splastik, agranulosis, rematoid aktif, osteoartritis akut, anemia

splastik, sindrom pulmonaria akut.

Fenilbutazon mengurangi ambilan yodiumoleh kelenjar tiroid, kadang-

kadang mengakibatkan struma dan miksedema. Fenilbutazon dapat

menggantikan tempat obat-obat lain pada protein plasma, sehingga

menimbulkan akibat yang serius. Karena semua potensi efek samping ini,

obat ini seharusnya diberikan dalam jangka waktu yang pendek hanya

Page 11: farkol kelas.docx

sampai 1 minggu. Penderita harus diobservasi dengan ketat, tes darah harus

sering dilakukan.

Kontraindikasi : Kelainan darah, kelainan gigi aktif. Tukak peptik, penyakit

KV atau tiroid, gangguan fungsi hati atau ginjal berat, riwayat

alergi terhadap aspirin. Pada penderita hipertensi, penyakit

jantung.

Toksisitas : Fenilbutazon dapat menimbulkan koma, trismus, kejang tonik

dan klonik,syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang,

proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal, dan ikterus

hepatoselular.

Derivat Amino Fenol

1. Acetaminofen

Efek samping : Efek samping jarang terjadi, antara lain reaksi

hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan

kronis dari 3-4g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan

pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang

tidak reversibel. Gangguan saluran cerna, mengantuk,

pusing, mulut kering, sulit berkemih, berkeringat,

menurunkan nafsu makan, serangan seperti epilepsi

(dosistinggi).

Dosis toksik : Dosis minimal hepatotoksik 7,5 gram dewasa; >150 mg/kg bb

pada anak kecil; toxicitas yang akut parah >20 gram.

Kontraindikasi : Jangan digunakan pada penderita penyakit hati, Hipersensitif,

penderita dengan gangguan fungsi hati parah, penderita tekanan

darah tinggi berat, dan yang mendapat terapi obat antidepresan

tipe menghambat MAO.

Toksisitas :

Metabolit toksik akan terikat oleh glutation menjadi asam merkapturat yang

mudah dieksresikan. Penyebab toksik utama adalah adanya metabolit toksik

yang tidak dapat di ikat/dinetralkan oleh glutation, karena jumlah metabolit

berlebihan yang disebabkan karena over dosis. Pada saat terjadi over dosis,

pasien tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan

pada GI seperti mual dan muntah.

Page 12: farkol kelas.docx

Setelah 24-36 jam terjadi kerusakan hepar yang ditandai dengan

meningkatnya enzim aminotransferase dan hipoprotombinema. Dalam

kasus yang berat, terdapat ancaman gagal hepar menyebabkan

encephalopati hepatik dan kematian. Selain itu, ada kemungkinan terjadi

gagal ginjal.

Pada pengguna alkohol kronis atau pada pasien yang menggunakan obat

yang dapat meningkatkan C-P450 menyebabkan pembentukan metabolit aktif

lebih cepat. Efek toksik dapat timbul walaupun kadar dalam darahnya <

dari 100 mg/L.

Penanganan :

Antidotum untuk keracunan asetaminofen adalah asetisistein (suatu

antioksidan) yang bekerja sebagai subtitusi glutation dalam mengikat

metabolit aktif atau toksis. Pemberian asetilsistein akan lebih bermanfaat

dibetikan segera setelah terjadi keracunan jika memungkinkan.

Sirup Ipeka

Gastric lavage

Cathartic

Hemodialisa

2. Fenasetin

Efek samping :

Pada pemberian kronik fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, yang

khusus terjadi pada defisiensi glukose-6-fosfat dehidrogenase.

Pada pasien yang menggunakan sejumlah besar sediaan kombinasi yang

mengandung fenasetin dalam waktu yang lama, harus diperhitungkan

terjadinya kerusakan ginjal yang parah (nefritis interstisial, nekrosis papilla,

insufisiensi ginjal ).

Fenasetin telah diganti dengan parasetamol dalam berbagai sediaan. Walaupun

demikian sampai sekarang tidak dijamin sempurna bahwa pemberian

parasetamol dalam waktu lama lebih kurang toksik terhadap ginjal

dibandingkan dengan fenasetin.

Kontraindikasi : Hipersensitif, penderita gangguan fungsi hati dan ginjal,

penderita alergi, tukak lambuing.

Page 13: farkol kelas.docx

Toksisitas : Toksisitas akut fenasetin ditandai dengan keadaan terangsang,

delirium dan kejang-kejang. Dosis lebih dari 10 g

menyebabkan nekrosis sel hati yang parah, kadang-kadang

mematikan. Kerja yang merusak sel hati disebabkan oleh ikatan

metabolit fenasetin yang reaktif dan terjadi akibat oksidasi

mikrosomal pada protein sel hati. Dari metabolit ini, N-asetil-

kuinonimin akan ditangkap oleh glutation dengan membentuk

konjugat yang tidak toksik. Jika cadangan glutation habis,

terjadi reaksi sitotoksik.

Derivat Oksikam

1. Piroksikam

Piroksikam menghambat COX-1 dan -2 secara tidak selektif. Pada konsentrasi

tinggi mampu menghambat migrasi leukosit PMN (polymorphonuclear).

Piroksikam diabsorpsi dengan cepat, dan karena mengalam sirkulasi enterohepatik

maka waktu paruhnya sangat panjang sehingga bisa diberikan satu kali sehari.

Efek Samping :

Gangguan saluran cerna antara lain yang berat adalah tukak lambung,

Perdarahan lambung

Efek samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit.

Edema, penurunan HB dan hematokrit. Efek samping obat ini tersering

mengenai saluran cerna berupa iritasi saluran cerna seperti tukak peptic,

hingga

Perdarahan yang menyebabkan anemia serta gangguan system hematologi

lain.

Pada ginjal dapat menyebabkan abnormalitas fungsi ginjal karena

penggunaannya berlebih sehingga ekskresinya pada ginjal mengalami

gangguan.

Hipersensitifitas terhadap penggunaan karena manifestasinya tidak jelas

seperti bentol-bentol, gatal, kemerahan, eritema, foto-sensitif, berkeringat,

sampai syok anafilaktik sampai Stevens-Johnson sindrome.

Page 14: farkol kelas.docx

Kontraindikasi : Kontraindikasi ditujukan kepada wanita hamil, pasien tukak

lambung, pasien yang sedang minum antikoagulan dan

tentunya penderita yang hipersensitif piroksikam dan

penderita yang mengalami urtikaria, angioderma,

bronkospasme, rinitis berat dan syok akibat Antiinflamasi

Nonsteroid Agent.

Toksisitas : Efek toksik yang ditimbulkan dalam sistem hematologi dapat

menyebabkan anemia yang disebabkan bila terdapat

perdarahan saluran cerna pasif, memperpanjang waktu

pendarahan,eusinopili,epistaxis,leucopenia,thrombocytopen

a.Trombositopenia ini diakibatkan oleh mekanisme kerja

obat yang menghambat biosintesa prostaglandin akibatnya

agregasi platelet terganggu.

2. Meloksikam

Efek Samping : Dispepsia, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi,

kembung, diare, esofagitis, pendarahan gastrointestinal,

anemia, leukopenia, trombosilopenia, pruritus, ruam kulit,

stomatitis, urtikaria, fotosensitisasi, asma akut, sakit kepala,

vertigo, tinitus, mengantuk, edema, peningkatan TEO,

palpitasi, parameter fungsi ginjal abnormal, peningkatan

kadar transeminase, atau bilirun serum.

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap AINS lain, penyakit ginjal berat,

tukak lambung aktif selama 6 bulan terakhir atau punya

riwayat tukak lambung berulang. Gagal ginjal nondialisis

berat. Adanya gangguan fungsi hati berat. Diketahui

memiliki gejala asma, polip hidung, hamil dan laktasi anak.