farkol kelas.docx
TRANSCRIPT
TOKSISITAS OBAT GOLONGAN NON STEROID
ANTI-INFLAMATORY DRUGS (NSAID)
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) merupakan suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi
(anti radang). Istilah “non steroid” digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini
dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. Obat ini digunakan secara luas di seluruh
dunia untuk mengatasi nyeri yang akut maupun yang kronik.
NSAID membentuk kelompok yang berbeda-beda secara kimia, tetapi semuanya
mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase (COX). Enzim cyclooxygenase
ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam
arakhidonat. Obat ini relatif aman jika digunakan dalam jangka waktu pendek, namun efek
samping buruk dapat terjadi bila digunakan dalam jangka waktu panjang apalagi tanpa
pengawasan dari tenaga kesehatan.
Ada 3 jenis obat golongan NSAID:
1.COX-1 selective inhibitor. Yaitu obat golongan NSAID yang bekerja menghambat
aktivitas COX-1, contohnya asam mefenamat.
2.COX-2 selective inhibitor. Golongan obat NSAID yang menghambat aktivitas COX-2,
contohnya celecoxib, etoricoxib dan valdecoxib
3.Non-selective COX inhibitor. Obat NSAID golongan ini menghambat aktivitas COX-1
dan COX-2, contohnya aspirin dan parasetamol.
Efek samping dari penggunaan NSAID yang paling umum dan paling sering terjadi
adalah gangguan gastrointestinal seperti mual dan diare. Gejala ini terutama akibat iritasi
lambung karena hilangnya efek perlindungan prostaglandin dinding lambung. Terkadang efek
samping ini menyebabkan tukak lambung dan bahkan lubang jika semakin parah. Iritasi
lambung dapat bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa
dan menyebabkan kerusakan jaringan; dan juga bersifat sistemik melalui hambatan
biosintesis PGE2 dan PGI2 dan dapat menyebabkan perdarahan lambung.
Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gangguan fungsi trombosit akibat
penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan.
Efek ini dimanfaatkan untuk terapi profilaksis tromboemboli (seperti, stroke), contohnya
adalah aspirin.
Penggunaan NSAID pada anak-anak yang mengalami dehidrasi dapat menyebabkan
gagal ginjal akut. Hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 di ginjal menyebabkan aliran
darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus ginjal menjadi berkurang. Sehingga, pasokan
darah yang berkurang pada ginjal menyebabkan bagian ginjal seperti jaringan tubular dan
intersitial menjadi penyempitan. Jika tidak mendapat perawatan yang baik, jaringan tubular
dan intersitial ginjal akan mengalami kematian jaringan.
Obat-obat yang digunakan untuk mengobati Antipiretik, Analgetik,
dan Anti-Inflamasi NSAID
Derivat asam salisilat
Toksisitas ringan : Nausea, Gastritis, Hiperkapnia ringan (kelebihan CO2 dalam darah
arteri), tinnitus (telinga berdenging) (<150mg/kg)
Toksisitas sedang : Hiperkapnia, Hiperthermia, Berkeringat, Dehidrasi, kelelahan dan
kehilangan energi (150 – 300mg/kg)
Toksisitas Berat : Hiperkapnia yang parah, koma, kejang, sianosis, pembengkakan
paru – paru, kegagalan pernafasan, serangan jantung (300 – 500mg/kg)
Toksisitas letal : koma, kematian. (>500mg/kg)
Mekanisme toksisitas : melepaskan ikatan fosforilasi oksidatif sehingga mengakibatkan
asidosis metabolik.
Penanganan keracunan :
Sirup ipekak
Karbon aktif
Katartika
Penambahan cairan tubuh (jika terjadi dehidrasi)
Pengompresan dengan air dingin atau hangat (jika terjadi hipertermia)
Pemberian natrium bikarbonat (untuk menangani asidosis metabolik)
Pemberian glukosa (untuk mengatasi hipoglikemia dan ketosis)
Pemberian KCl untuk mengatasi hipokalemia)
Diuretik kuat
1. Aspirin
Efek samping :
Rasa tidak enak diperut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat
dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih dari 325 mg.
obat ini dapat mengganggu hemeostatis pada tindakan operasi dan bila
diberikan bersama heparin atau antikoagulan oral dapat meningkatkan risiko
perdarahan.
Efek samping yang sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan
resiko tukak lambung dan perdarahan samar (occult).
Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gangguan fungsi trombosit
akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat perpanjangan
waktu perdarahan. Efek ini dimanfaatkan untuk terapi profilaksis
tromboemboli (seperti, stroke),
Kontraindikasi : Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam salisilat,
penderita asma dan alergi, penderita yang pernah atau sering
mengalami pendarahan di bawah kulit, penderita hemofilia;,
anak-anak di bawah umur 16 tahun.
Toksisitas : Intoksikasi salisilat bisa ringan atau berat.
bentuk ringan disebut salisilismus dan ditandai dengan mual, muntah,
hiperventilasi yang jelas, nyeri kepala, “mental confusion”, pusing dan tinitus
(telinga berdengung).
Jika diberikan salisilat dosis besar, dapat terjadi intoksikasi salisilat yang
berat. Gejala-gejala yang telah disebutkan diatas yaitu, kelelahan, delirium,
halusinasi, konvulsi, koma, asidosis pernapasan dan metabolik, dan kematian
karna kegagalan pernapasan.
Intoksikasi salisilat lebih cenderung terjadi pada anak-anak. Penelanan
aspirin sekecil 10 g (atau 5 g metil salisilat, yang digunakan sebagai obat
gososk dalam minyak) dapat menyebabkan kematian pada anak.
Pengobatan salisilismus harus termasuk pengukuran konsentrasi salisilat
dalam serum dan pH untuk menunjukkan bentuk terapi yang baik. pada
kasus yang ringan, pengobatan simtomatik biasanya sudah cukup.
Peningkatan pH urine meningkatkan eliminasi salisilat. Pada kasus berat,
pengukuran yang diharuskan termasuk pemberian cairan intravena, dialisis
(hemodialisis atau dialisis peritoneal), dan penetapan dan koreksi asam basa
serta keseimbangan elektrolit. (catatan diflunisal tidak menyebabkan
salisilismus).
2. Diflunisal
Efek samping : Lebih ringan dari pada asetosal dan tidak dilaporkan
menyebabkan gangguan pendengaran. Ngantuk, sakit kepala,
pusing, tinitus, mual, nyeri pada epigastrum, diare,
perdarahan saluran cerna dan bercak kemerahan pada kulit.
Kontraindikasi : Hemofilia
Toksisitas : Toksisitas diflunisal mirip dengan asam salisilat. Dengan
kekecualian pengaruh terhadap fungsi trombosit, yang hanya
sangat lemah.
Derivat Asam Propionat
1. Ibuprofen
Efek samping : Jarang terjadi, mual, muntah gangguan saluran pencernaan.
Pernah dilaporkan adanya ruam kulit trombositopenia dan
limpofenia.
Kontraindikasi : Hipersensitif ibuprofen, penderita ulkus peptikum, kehamilan
trisemester pertama.
Dosis toksik : Dosis dibawah 100mg/kg tetapi saat diatas 400mg/kg (sekitar
150 tablet dari 200unit mg). Dosis letal sukar ditentukan
karena bervariasi tergantung dari usia, berat badan, dan
penyakit pada pasien.
Toksisitas :
Anak – anak : toksisitas ringan : mengantuk, berkeringat
Dewasa :
- Toksisitas ringan : sakit perut, pusing, mual muntah, mengantuk,
nistagmus (tremor pada mata), penglihatan ganda, sakit kepala,
tinnitus (telinga berdenging).
- Toksisitas berat : meningkatkan konsentrasi plasma urea dan
kreatinin
- Toksisitas fatal : mual dan muntah, kejang, hiperventilasi, 41 jam
setelah pemberian : pingsan, keringat dingin, serangan jantung.
Penanganan : Terapi untuk over dosis dalam kasus awal adalah dekontaminasi
lambung menggunakan arang aktif, arang menyerap obat sebelum bisa
masuk kesirkulasi sistemik.
Lavage lambung sekarang jarang digunakan, namun dapat
dipertimbangkan jika jumlah yang dikomsumsi secara potensial
mengancam kehidupan dan dapat dilakukan dalam waktu 60 menit
setelah menelan.
Emesis tidak dianjurkan. mayoritas konsumsi ibuprofen hanya
menghasilkan efek ringan dan pengelolaan overdosis sangatlah mudah.
Diuresis paksa alkalin mempunyai manfaat yang terbatas. Terapi
simtomatis untuk hipotensi, perdarahan GI, asidosis dan toksisitas ginjal
dapat diindikasikan.
2. Naproksen.
Efek samping : Efek samping saluran cerna kurang dari asetosal tapi dua kali
lipat efek samping ibuprofen. Rasa tidak enak pada perut, waktu
perdarahan memanjang, “epigastric distress”, reaksi gigi, tukak
peptik, alergi kulit, pruritus, isomnia, sakit kepala, edema
periferal, tinitus, vertigo. Rasa tidak enak pada rektum, gatal
didaerah anal, rasa terbakar, perdarahan per rektal, tenesmus,
proctitis, eritema, edema.
Kontraindikasi : Hipersensitif, penderita dimana aspirin atau obat anti-inflamasi
non steroid lain/analgesik menyebabkan sindroma asma, rinitis,
dan polip hidung, kehamilan trisemester 3, wanita menyusui.
4. Ketoprofen
Efek samping : Tukak peptik, dispepsia, mual, muntah, pusing, sakit kepala,
ruam kulit, rasa tidak enak pada abdomen, diare, konstipasi,
perdarahan, perforasi, ruam kulit, gangguan fungsi hati dan
ginjal, nyeri abdomen, rasa panas terbakar pada uluh hati,
vertigo, edema, perubahan mood, insomnia, trombositopenia,
bronskospasme, anafilaksis. Reaksi lokal pada tempat ini,
termasuk rasa nyeri dan panas terbakar.
Kontraindikasi : Riwayat asma, utikaria, arau reaksi alergi lain sesudah
penggunaan AINS. gangguan fungsi ginjal dan hati berat.
Riwayat tukak lambung, dispepsia kronik, tukak peptik aktif.
Toksisitas :
Obat ini dapat meningkatkan resiko gangguan jantung atau sirkulasi
darah yang mengancam jiwa seperti, serangan jantung atau strok.
Jangan menggunakan obat ini sesaat atau sebelum menjalani operasi
arteri koroner atau.
Ketoprofen dapat juga meningkatkan resiko efek serius pada perut atau
pencernaan, termasuk berdarah atau berlubang, kondisi ini dapat
menjadi fatal dan efek Gastrointestinal dapat terjadi tanpa peringatan
kapan pun ketika anda menggunakan ketoprofen.
Mereka yang berusia lanjut dapat memiliki resiko yang lebih besar dari
efek samping gastrointestinal yang serius ini.
Derivat Asam Fenamat
1. Asam Mefenamat
Efek samping :
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare
sampai diare berdarah dan dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Pada orang usia lanjut efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan.
Efek pada darah : penurunan hematokrit (pemakaian jangka lama), anemia,
memperpanjang waktu pendarahan.
Efek pada sistem syaraf : pusing, sakit kepala, ketakutan, bingung, depresi,
bermimpi, sulit tidur, cemas.
Efek pada mata/pendengaran: tinitus, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, sembab mata. Efek samping lain yang berdasarkan
hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi.
Kontraindikasi : Tukak lambung, inflamasi saluran cerna, gangguan ginjal
atau pernah menderita sakit ginjal/hati, asma, hamil dan
menyusui. Ulserasi gigi aktif.
Toksisitas : Toksisitas asam mefenamat menimbulkan jika telah
diberikan pemakaian lebih dari 7 hari akan mengakibatkan
peradangan pada lambung, dan perdarahan memanjang. jika
pemakaian dosis lebih akan mengakibatkan diare yang hebat.
Derivat Asam Fenilsetat
1. Diklofenak
Diklofenak adalah derivat asam fenilasetat yang efek analgesik, antipiretik dan
anti-inflamasinya sebanding dengan indometasin.
Kerjanya bukan saja melalui penghambatan enzim siklooksigenase tapi juga
mampu menurunkan bioavailabilitas asam arakidonat dengan meningkatkan
konversinya menjadi trigliserida.
Seperti halnya AINS lain diklofenak diabsorpsi dengan cepat setelah pemakaian
oral dan mengalami first pass metabolism sehingga bioavailabilitasnya di
sistemik tinggal 50%.
Efek samping :
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit
dan sakit kepala sama seperti semua obat AINS, pemakaian
obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung.
Gangguan enzim hati tersebut lebih sering terjadi dibanding
dengan AINS lain.
Dalam kasus terbatas gangguan hematologi
(trombositopenia, leukopenia, anemia, agranulositosis).
Penyakit epigastric, nausea, vomiting, diare, keram
abdomen, dispepsia, flatulence, asma, reaksi anafilaksasi
sitemik (hipotensi), gangguan sensasi (erupsi kulit).
Kontraindikasi : Reaksi anafilaktif atau alergi pada aspirin atau obat-obat
anti-inflamasi non steroid pada penderita tukak lambung.
Derivat Asam Asetat-inden
1. Indometasin
Indometasin adalah derivat asam asetat indol yang 20-30 kali lebih tinggi aktivitas
analgesik, antipiretik dan anti-inflamasinya dibanding asetosal.
Semua senyawa yang berinteraksi dengan diflunisal berinteraksi juga dengan
indometasin.
Efek samping :
Efek samping indometasin terjadi sampai 50% penderita yang diobati; sekitar
20% ditemukan efek samping yang tidak bisa ditoleransi dan pemakaian obat
dihentikan.
Keluhan saluran cerna yaitu mual, muntah, anoreksia, diare, dan nyeri
abdomen. Gangguan gastrointestinal, uleserasi dan perdarahan, sakit kepala,
pusing, rasa ringan, hipersensivitas, hipertensi, reaksi hematologi.
Reaksi hemattopoietik yang dilaporkan dengan indometasin berupa
neutropenia, trombositopenia, dan sangat jarang anemia aplastik.
Kontraindikasi : Hipersensivitas terhadap aspirin atau obat AINS lainnya,
riwayat lesi gastrointestinal berulang, ulserasi peptik,
kehamilan, laktasi..
Toksisitas :
Efek terhadap saluran cerna meliputi nyeri abdomen, diare, perdarahan
saluran cerna, dan pankreatitis.
Nyeri kepala yang hebat dialami oleh 20-25% penderita dan mungkin disertai
dengan pusing, bingung, dan depresi.
Indometasin juga pernah dilaporkan menyebabkan agranulositosis, anemia
aplastik, dan trombositopenia.
Hiperkalemia dapat terjadi akibat hambatan kuat terhadap biosintesis PG di
ginjal.
2. Sulindak
Efek samping : Sakit kepala, pusing mengantuk, edema, penglihatan kabur,
tinitus, mual, dispepsia, muntah, diare, konstipasi, rasa tida
nyaman, hepatitis, flatulens, anoreksia, diare, pankreatitis,
ruam, fotosensitivitas, masa perdarahan memanjang, reaksi
alergi termasuk sindrom hipersensivitas, dan anafilaksis.
Kontraindikasi : Hipersensivitas, sensivitas silang dapat terjadi dengan agens
antiinflamasi nonsteroid lainnya, termasuk aspirin. Perdarahan
GI aktif dan penyakit ulkus, kehamilan.
Toksisitas : Sulindak menimbulkan efek toksik yang tinggi jika pemakaian
dosis yang berlebihan. Efek yang timbul akan mengakibatkan
kerusakan saluran cerna dan perdarahan memanjang,
meningkatnya toksisitas hematologik atau agens anti
inflamasi non steroid lainnya dan meningkatnya kadar serum
dan toksisitas litium.
Derivat Pirazolon
1. Fenilbutazon
Efek samping :
Efek samping serius terhadap darah dan lambung. mual, muntah, obat ini
mengiritasi lambung sehingga mengakibatkan nyeri epigastrum dan bahkan
korosi lambung.
Reaksi alergi pada kulit, gangguan lambung, diare, vertigo, insomnia,
stomatitis, eforia, hematuria, dan penglihatan menjadi kabur.
Efek samping yang jarang terjadi seperti leukopenia, trombositopenia,
anemia splastik, agranulosis, rematoid aktif, osteoartritis akut, anemia
splastik, sindrom pulmonaria akut.
Fenilbutazon mengurangi ambilan yodiumoleh kelenjar tiroid, kadang-
kadang mengakibatkan struma dan miksedema. Fenilbutazon dapat
menggantikan tempat obat-obat lain pada protein plasma, sehingga
menimbulkan akibat yang serius. Karena semua potensi efek samping ini,
obat ini seharusnya diberikan dalam jangka waktu yang pendek hanya
sampai 1 minggu. Penderita harus diobservasi dengan ketat, tes darah harus
sering dilakukan.
Kontraindikasi : Kelainan darah, kelainan gigi aktif. Tukak peptik, penyakit
KV atau tiroid, gangguan fungsi hati atau ginjal berat, riwayat
alergi terhadap aspirin. Pada penderita hipertensi, penyakit
jantung.
Toksisitas : Fenilbutazon dapat menimbulkan koma, trismus, kejang tonik
dan klonik,syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang,
proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal, dan ikterus
hepatoselular.
Derivat Amino Fenol
1. Acetaminofen
Efek samping : Efek samping jarang terjadi, antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan
kronis dari 3-4g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan
pada dosis di atas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang
tidak reversibel. Gangguan saluran cerna, mengantuk,
pusing, mulut kering, sulit berkemih, berkeringat,
menurunkan nafsu makan, serangan seperti epilepsi
(dosistinggi).
Dosis toksik : Dosis minimal hepatotoksik 7,5 gram dewasa; >150 mg/kg bb
pada anak kecil; toxicitas yang akut parah >20 gram.
Kontraindikasi : Jangan digunakan pada penderita penyakit hati, Hipersensitif,
penderita dengan gangguan fungsi hati parah, penderita tekanan
darah tinggi berat, dan yang mendapat terapi obat antidepresan
tipe menghambat MAO.
Toksisitas :
Metabolit toksik akan terikat oleh glutation menjadi asam merkapturat yang
mudah dieksresikan. Penyebab toksik utama adalah adanya metabolit toksik
yang tidak dapat di ikat/dinetralkan oleh glutation, karena jumlah metabolit
berlebihan yang disebabkan karena over dosis. Pada saat terjadi over dosis,
pasien tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan
pada GI seperti mual dan muntah.
Setelah 24-36 jam terjadi kerusakan hepar yang ditandai dengan
meningkatnya enzim aminotransferase dan hipoprotombinema. Dalam
kasus yang berat, terdapat ancaman gagal hepar menyebabkan
encephalopati hepatik dan kematian. Selain itu, ada kemungkinan terjadi
gagal ginjal.
Pada pengguna alkohol kronis atau pada pasien yang menggunakan obat
yang dapat meningkatkan C-P450 menyebabkan pembentukan metabolit aktif
lebih cepat. Efek toksik dapat timbul walaupun kadar dalam darahnya <
dari 100 mg/L.
Penanganan :
Antidotum untuk keracunan asetaminofen adalah asetisistein (suatu
antioksidan) yang bekerja sebagai subtitusi glutation dalam mengikat
metabolit aktif atau toksis. Pemberian asetilsistein akan lebih bermanfaat
dibetikan segera setelah terjadi keracunan jika memungkinkan.
Sirup Ipeka
Gastric lavage
Cathartic
Hemodialisa
2. Fenasetin
Efek samping :
Pada pemberian kronik fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, yang
khusus terjadi pada defisiensi glukose-6-fosfat dehidrogenase.
Pada pasien yang menggunakan sejumlah besar sediaan kombinasi yang
mengandung fenasetin dalam waktu yang lama, harus diperhitungkan
terjadinya kerusakan ginjal yang parah (nefritis interstisial, nekrosis papilla,
insufisiensi ginjal ).
Fenasetin telah diganti dengan parasetamol dalam berbagai sediaan. Walaupun
demikian sampai sekarang tidak dijamin sempurna bahwa pemberian
parasetamol dalam waktu lama lebih kurang toksik terhadap ginjal
dibandingkan dengan fenasetin.
Kontraindikasi : Hipersensitif, penderita gangguan fungsi hati dan ginjal,
penderita alergi, tukak lambuing.
Toksisitas : Toksisitas akut fenasetin ditandai dengan keadaan terangsang,
delirium dan kejang-kejang. Dosis lebih dari 10 g
menyebabkan nekrosis sel hati yang parah, kadang-kadang
mematikan. Kerja yang merusak sel hati disebabkan oleh ikatan
metabolit fenasetin yang reaktif dan terjadi akibat oksidasi
mikrosomal pada protein sel hati. Dari metabolit ini, N-asetil-
kuinonimin akan ditangkap oleh glutation dengan membentuk
konjugat yang tidak toksik. Jika cadangan glutation habis,
terjadi reaksi sitotoksik.
Derivat Oksikam
1. Piroksikam
Piroksikam menghambat COX-1 dan -2 secara tidak selektif. Pada konsentrasi
tinggi mampu menghambat migrasi leukosit PMN (polymorphonuclear).
Piroksikam diabsorpsi dengan cepat, dan karena mengalam sirkulasi enterohepatik
maka waktu paruhnya sangat panjang sehingga bisa diberikan satu kali sehari.
Efek Samping :
Gangguan saluran cerna antara lain yang berat adalah tukak lambung,
Perdarahan lambung
Efek samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit.
Edema, penurunan HB dan hematokrit. Efek samping obat ini tersering
mengenai saluran cerna berupa iritasi saluran cerna seperti tukak peptic,
hingga
Perdarahan yang menyebabkan anemia serta gangguan system hematologi
lain.
Pada ginjal dapat menyebabkan abnormalitas fungsi ginjal karena
penggunaannya berlebih sehingga ekskresinya pada ginjal mengalami
gangguan.
Hipersensitifitas terhadap penggunaan karena manifestasinya tidak jelas
seperti bentol-bentol, gatal, kemerahan, eritema, foto-sensitif, berkeringat,
sampai syok anafilaktik sampai Stevens-Johnson sindrome.
Kontraindikasi : Kontraindikasi ditujukan kepada wanita hamil, pasien tukak
lambung, pasien yang sedang minum antikoagulan dan
tentunya penderita yang hipersensitif piroksikam dan
penderita yang mengalami urtikaria, angioderma,
bronkospasme, rinitis berat dan syok akibat Antiinflamasi
Nonsteroid Agent.
Toksisitas : Efek toksik yang ditimbulkan dalam sistem hematologi dapat
menyebabkan anemia yang disebabkan bila terdapat
perdarahan saluran cerna pasif, memperpanjang waktu
pendarahan,eusinopili,epistaxis,leucopenia,thrombocytopen
a.Trombositopenia ini diakibatkan oleh mekanisme kerja
obat yang menghambat biosintesa prostaglandin akibatnya
agregasi platelet terganggu.
2. Meloksikam
Efek Samping : Dispepsia, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi,
kembung, diare, esofagitis, pendarahan gastrointestinal,
anemia, leukopenia, trombosilopenia, pruritus, ruam kulit,
stomatitis, urtikaria, fotosensitisasi, asma akut, sakit kepala,
vertigo, tinitus, mengantuk, edema, peningkatan TEO,
palpitasi, parameter fungsi ginjal abnormal, peningkatan
kadar transeminase, atau bilirun serum.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap AINS lain, penyakit ginjal berat,
tukak lambung aktif selama 6 bulan terakhir atau punya
riwayat tukak lambung berulang. Gagal ginjal nondialisis
berat. Adanya gangguan fungsi hati berat. Diketahui
memiliki gejala asma, polip hidung, hamil dan laktasi anak.