farkol kelompok 5 senin pagi reg 2010 percobaan ke 7

27
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN KE-7 TOKSISITAS AKUT Disusun oleh: KELOMPOK 5 SENIN PAGI Agus Al Imam Bahaudin 1006683324 Dessy Dian Septysari N 1006757972 Febrianto Dwikaguri 1006775035 Noorviana Farmawati 1006683766 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

Upload: anjani

Post on 30-Sep-2015

244 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGIPERCOBAAN KE-7TOKSISITAS AKUT

Disusun oleh:KELOMPOK 5

SENIN PAGIAgus Al Imam Bahaudin1006683324

Dessy Dian Septysari N1006757972

Febrianto Dwikaguri1006775035

Noorviana Farmawati1006683766FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2013I. Tujuan Percobaan1. Mahasiswa mampu melaksanakan penetapan uji toksisitas akut.

2. Mahasiswa mampu menetapkan LD-50 sebagai parameter ketoksisan akut menurut cara Thompson-Weil.

3. Mahasiswa mampu menetapkan potensi ketoskisan akut.II. Bahan dan Alat

1. Tikus, mencit dengan galur dan kelamin sama dan berat badan relatif seragam (kisaran 10%).2. Sonde.III. Tata Kerja

1. Lakukan uji pendahuluan pada hewan uji untuk menentukan dosis yang mematikan.

2. Adaptasikan hewan selama seminggu dan timbang berat badan. Siapkan hewan percobaan 4 ekor per kelompok dosis, puasakan selama 1-2 jam.

3. Berikan obat pada masing-masing kelompok dengan dosis berbeda (dosis kelipatan).

4. Amati hewan selama 24 jam, pengamatan meliputi :a. Pengamatan fisik terhadap gejala klinis.

b. Gejala-gejala toksik.

c. Jumlah hewan yang mati pada masing-masing kelompok uji.

5. Hitung LD-50 dengan cara sebagai berikut :

Log LD-50 = Log D + d (f+1)

D = dosis terkecil

d = log kelipatan dosis

r = lihat tabel, untuk n = 4, K = 3

Kisaran LD-50 dihitung dengan cara : log LD-50 ( 2d.df

Bila dari hasil percobaan komposisi hewan yang mati pada tiap kelompok tidak ada yang sama dengan yang ada di tabel, maka ulangi percobaan dengan mengubah dosis sehingga didapat komposisi kematian yang sama.

6. Tentukan potensi ketoksisan akut berdasarkan LD-50 :< 1 mg/kg

= sangat tinggi

1-50 mg/kg

= tinggi

50-500 mg/kg

= sedang

500-5000 mg/kg= sedikit toksis

5-15 g/kg

= hampir tidak toksis

> 15 g/kg

= relatif tidak berbahayaIV. Teori DasarDi Indonesia, pengobatan tradisional telah berlangsung sejak dahulu dan digunakan secara turun-temurun. Terlebih lagi dewasa ini di masyarakat berkembang isu back to nature membuat penggunaan obat tradisional cenderung semakin meningkat. Sementara itu banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Walaupun sebenarnya bukan berarti setiap obat yang berasal dari tanaman tradisional aman dikonsumsi. Salah satu cara untuk membuktikan keamanan produk obat tradisional atau herbal tersebut adalah dengan melakukan uji toksisitas. Uji toksisitas diperlukan untuk menilai keamanan suatu obat, maupun bahan yang dipakai sebagai suplemen ataupun makanan.Uji toksisitas umumnya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Uji toksisitas akut

Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang diuji sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas jangka pendek (sub kronik)

Uji ini dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang, biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun untuk anjing. Akan tetapi beberapa peneliti menggunakan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat kimia selama 14 dan 28 hari.

3. Uji toksisitas jangkan panjang (kronik)

Percobaan jenis ini mencakup pemberian obat secara berulang selama 3-6 bulan atau seumur hidup hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet. Memperpanjang percobaan kronik untuk lebih dari 6 bulan tidak akan bermanfaat, kecuali untuk percobaan karsinogenik.Uji toksisitas akut dilakukan untuk menentukan efek toksik suatu senyawa dalam waktu singkat setelah pemejanan. Uji ketoksikan dikerjakan dengan memberikan dosis tunggal senyawa uji pada hewan uji (sekurang-kurangnya 2 jenis hewan uji roden dan miroden, jantan maupun betina). Takaran dosis yang dianjurkan paling tidak 4 peringkat dosis dari dosis rendah yang tidak mematikan hewan uji sampai dosis tertinggi yang mematikan seluruh hewan uji. Pengamatan yang dilakukan meliputi gejala klinis, jumlah hewan yang mati dan histopatologi organ.Pada percobaan ini dipilih metode uji toksisitas akut karena membutuhkan waktu yang lebih singkat. Toksisitas Akut digunakan untuk menilai ketoksikan suatu bahan dengan pemberian suatu bahan sampel dosis tunggal atau dosis berulang dalam waktu akut (singkat), biasanya 24 jam. Toksisitas akut mengutamakan pencarian efek toksik yang digambarkan dengan nilai LD50.Sebagian besar pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan LD50 obat. LD50 obat didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan coba. Percobaan ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama. Bila pemberian suatu zat terjadi melalui inhalasi maka yang harus ditentukan adalah kadar letal median (LC50) untuk masa pemberian tertentu atau waktu letal median (LT50) untuk kadar tertentu di udara.Respons berbagai hewan coba terhadap uji toksisitas sangat berbeda, tetapi hewan coba yang lazim digunakan ialah salah satu strain tikus putih atau mencit. Kadang-kadang digunakan spesies hewan yang bertubuh lebih besar seperti anjing, babi atau kera. Tikus putih yang digunakan biasanya yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-200 gram, sedangkan mencit berada di kisaran 20 gram. Tikus atau mencit ini harus diaklimatisasi dalam laboratorium dan harus dipastikan semuanya sehat. Umumnya dipakai 10-30 tikus dalam setiap kelompok dosis dan dalam kelompok pembanding.Nilai LD50 berguna dalam beberapa hal:

1. Klasifikasi zat kimia berdasarkan toksisitas relatif. Klasifikasi umum toksisitas adalah sebagai berikut:

KatagoriLD50

Sangat tinggi< 1 mg/kg

Tinggi1-50 mg/kg

Toksik Sedang50-500 mg/kg

Cukup toksik0,5-5 g/kg

Sedikit toksik5-15 g/kg

Relatif aman>15 g/kg

2. Pertimbangan akibat bahaya dari overdosis

3. Perencanaan studi toksisitas jangka pendek pada binatang

4. Menyediakan informasi tentang:

a. Mekanisme keracunan

b. Pengaruh terhadap umur, seks, inang lain, dan faktor lingkungan

c. Tentang respons yang berbeda-beda diantara spesies dan galur.

5. Menyediakan informasi tentang reaktifitas populasi hewan-hewan tertentu

6. Menyumbang informasi yang diperlukan secara menyeluruh dalam percobaan-percobaan obat penyembuh bagi manusia

7. Kontrol kualitas

a. Mendeteksi ketidak murnian produk racun dan perubahan fisik bahan-bahan kimia yang mempengaruhi keberadaan hidup.

Cara menghitung LD50 :Pengukuran LD50 dapat menggunakan beberapa metode, yaitu menggunakan metode Hiller-Tainter, Farmakope Indonesia III, Litchfield-Wilcoxon, dan Thompson-Weil.

1. Metode Hiller-TainterRL antara log dosis (x) dengan nilai probit (y).

2. Metode Farmakope Indonesia IIILog LD50= a-b ((pi 0,5)

Keterangan:

a = log dosis yang menyebabkan jumlah kematian 100% hewan uji

b = logaritma ratio dosis yang berurutan

pi= jumlah hewan mati yang menerima dosis dibagi jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis3. Metode Litchfield-WilcoxonRL antara log dosis (x) dengan % mati (y).4. Metode Thompson-Weillog LD50 = log Do + d(f+1)Keterangan:

Do = peringkat dosis rendah

d = faktor kelipatan dosis

f = tetapan berdasarkan jumlah kematian hewan uji sesuai tabel Thompson-WeilSecara umum obat harus diberikan melalui jalur yang biasa digunakan pada manusia, yaitu oral. Penentuan LD50 harus dilaksanakan pada jantan dan betina, yang dewasa dan muda, karena adanya perbedaan kepekaan. Tujuan uji LD50 untuk menetapkan dosis yang akan membunuh 50% binatang dan menentukan slope (kemiringan) dari kurva dosis vs respon. Karena itu selain perlu untuk memilih dosis yang membunuh separuh dari binatang-binatang uji coba, dosis yang membunuh lebih dari separuh (lebih disukai yang kurang dari 90%) dan dosis ketiga yang membunuh kurang dari separuh (lebih disukai yang lebih dari 10%), perlu diterapkan. Empat atau lebih dosis sering digunakan dengan harapan paling sedikit tiga diantaranya akan jatuh pada deretan yang tepat. Secara umum, ketepatan dari LD50 meningkat dengan naiknya penggunaan jumlah binatang per dosis dan dengan menurunnya ratio antara dosis satu dan berikutnya.

V. Perhitungan dan Hasil Pengamatan

A. Perhitungan DosisDosis1 ml dari larutan konsentrasiDosis per mg BB mencit

1

2

3

435 mg/ml

70 mg/ml150 mg/ml300 mg/ml35 mg/30 g BB

70 mg/30 g BB

150 mg/30 g BB

300 mg/30 g BB

Kelompok Senin Pagi (mencit jantan standar 30 g)

Kelompok 5 Mencit Kontrol = 13,6 gDosis = (13,6 g : 30 g) x 1 ml = 0,4533 ml Mencit dosis 1 = 24,7 mgdosis = (24,7 g : 30 g) x 1 ml = 0,823 ml (larutan konsentrasi 35 mg/ml) Mencit dosis 2 = 24,5 gdosis = (24,5 g : 30 g) x 1 ml = 0,8167 ml (larutan konsentrasi 70 mg/ml)Kelompok 1

MencitGejala

010153045607590

Dosis 1Tidak ada gejalaAktivitas motorik menurunTidak ada gejalaTidak ada gejalaBerat badan menurunBerat badan menurunwrithingTidak ada gejala

Dosis 2Tidak ada gejalaBerat badan menurun, refleks telinga dan refleks kornea menurunAktivitas motorik menurun, berat badan menurun, refleks telinga dan refleks kornea menurunAktivitas motorik menurun, refleks kornea menurun, writhingAktivitas motorik menurunBerat badan menurunTidak ada gejalaBerat badan menurun

Dosis 3Tidak ada gejalaTidak ada gejalaAktivitas motorik menurun, refleks telinga dan kornea menurun, writhingAktivitas motorik menurun, refleks telinga dan kornea menurunAktivitas motorik menurun, refleks kornea menurunBerat badan menurunBerat badan menurunTidak ada gejala

Pengamatan setelah 24 jamTidak ada mencit yang mati

Kelompok 2

MencitGejala

010153045607590

Kontrol

Tidak ada gejala(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)

Dosis 1Tidak ada gejalaAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkatAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkatAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, rasa ingin tahu meningkat, tremor, tonus tubuh naikAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tonus tubuh naikAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat tonus tubuh naikLaju pernafasan meningkatTidak ada gejala

Dosis 2Tidak ada gejalaAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkatAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, agresif, rasa ingin tahu meningkatAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tonus tubuh naik, rasa ingin tahu meningkat, berat badan turunAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tonus tubuh naik, rasa ingin tahu meningkat, berat badan turunAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tonus tubuh naikLaju pernafasan meningkatTidak ada gejala

Dosis 4Tidak ada gejalaAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tremor, agresif, berat badan menurun, konvulsiAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tremor, agresif, berat badan menurun, tonus tubuh naikAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tremor, agresif, berat badan menurun, tonus tubuh naik, konvulsiAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, tremor, agresif, berat badan menurun, tonus tubuh naikAktivitas motorik meningkat, laju pernafasan meningkat, agresif, berat badan menurun, tonus tubuh naik, konvulsiLaju pernafasan meningkatTidak ada gejala

Pengamatan setelah 24 jamTidak ada mencit yang mati

Kelompok 3

MencitGejala

010153045607590

Dosis 1

Denyut jantung 176/menit

Menit ke 10 salivasi, sampai menit ke-13 salivasi terus meningkat Lakrimasi (ada air mata)

Defekasi sering tp tidak encer (diare)

Masih salivasiMenit ke-32 lakrimasi meningkat

Masih salivasi dan defekasiLakrimasi meningkat

Aktivitas motorik menurun

Defekasi masihTerlihat seperti cegukan

Menit ke-63 aktivitas mulai normalAktivitas menurun (sering diam walaupun dicolek2)

Nafas terlihat terengah-engahAktivitas mulai meningkat

Salivasi sudah mulai menurun

Dosis 3Lincah

Denyut jantung tidak dihitungAktivitas agak menurun, diam, terlihat lemas

Menit ke-13 terlihat gemetarDenyut jantung meningkat (tp tidak teramati, terlalu cepat)

Menit ke-17 terlihat gemetar lagiMulai aktif kembali

Menit ke-40 terlihat seperti kejang

Ekor membengkok ke bawah mukaAktivitas kembali normal

Menit ke-63 keluar urin kental berwarna kuning-jingga

Menit ke-65 kepala terlihat dinaikkan Menit ke-75 terlihat seperti menggeliat

Aktivitas motorik meningkat (menjadi lincah)Aktivitas motorik meningkat

Rasa ingin tahu meningkat

Dosis 4Ekor naik dari awal (seperti efek tramadol)

Denyut jantung 120/menitTerlihat mengibas ekorMenit ke-17 terlihat kejang

Menit ke-19 geliat

Menit ke-20 terlihat seperti mencari-cari sesuatuPerut bagian kiri membengkak

Kepala naik-naik

Menit ke-38 kaki ditarik ke belakang spt menggeliatMenit ke-46 menggeliat Menit ke-58 urin kental berwarna kuning-jingga

Aktivitas meningkat (cenderung tdk terkontrol)

Menit ke-65 geliatMenit ke-72 terlihat menjadi aktif sekali

Menit ke-76 sering menggigit ekorSering menggaruk kaki dan badan

Pengamatan setelah 24 jamTidak ada mencit yang mati

Kelompok 4

MencitGejala

010153045607590

KontrolLaju pernafasan 192/menitTidak ada perubahan gejalaTidak ada perubahan gejalaTidak ada perubahan gejalaTidak ada perubahan gejalaTidak ada perubahan gejalaTidak ada perubahan gejalaTidak ada perubahan gejala

Dosis 2Laju pernafasan 192/menitAktivitas motorik menurun, hilang refleks pinal, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, hilang refleks pinal, laju pernafasan menurun, rasa ingin tahu menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurun, rasa ingin tahu menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurunAktivitas motorik menurun

Dosis 3Laju pernafasan 160/menitAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurun

Dosis 4Laju pernafasan 184/menitAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun, laju pernafasan menurunAktivitas motorik menurun

Hasil pengamatan setelah 24 jamMencit kontrol tidak mati, mencit dosis 2 mati, mencit dosis 3 mati, mencit dosis 4 mati.

Kelompok 5

MencitGejala

10153045607590

Kontrol(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)(tidak ada perubahan dari kondisi awal)

Dosis 1(tidak ada perubahan dari kondisi awal)Aktivitas motorik meningkat, agresif, rasa ingin tahu meningkatAgresif, rasa ingin tahu meningkatTidak ada gejalaLaju pernafasan meningkat, berat badan menurunTidak ada gejalaberat badan menurun

Dosis 2(tidak ada perubahan dari kondisi awal)Aktivitas motorik meningkat, agresif, rasa ingin tahu meningkatAgresifLaju pernafasan meningkatberat badan menurunberat badan menurunTidak ada gejala

Pengamatan setelah 24 jamTidak ada mencit yang mati

Kelompok 6

MencitGejala

10153045607590

Kontrol(tidak ada perubahan dari kondisi awal)Lemas dan malas bergerakLemas dan malas bergerakLemas dan malas bergerakLemas dan malas bergerakLemas dan malas bergerakLemas dan malas bergerak

Dosis 3(tidak ada perubahan dari kondisi awal)Aktivitas motorik meningkat, refleks pinal dan kornea masih adaAktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan masih normal.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan semakin meningkat, menggaruk-garuk tubuh.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan meningkat, menggaruk-garuk tubuh.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan meningkat, menggaruk-garuk tubuh.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan meningkat, menggaruk-garuk tubuh.

Dosis 4(tidak ada perubahan dari kondisi awal)Aktivitas motorik meningkat (lebih aktif dari mencit dosis 3)Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan semakin meningkat, lebih aktif dari mencit dosis 3.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan semakin meningkat, menggaruk-garuk tubuh, lebih aktif dari mencit dosis 3.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan semakin meningkat, menggaruk-garuk tubuh, lebih aktif dari mencit dosis 3.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan semakin meningkat, menggaruk-garuk tubuh, lebih aktif dari mencit dosis 3.Aktivitas motorik meningkat, rasa ingin tahu meningkat, refleks pinal dan kornea masih ada, laju pernapasan semakin meningkat, menggaruk-garuk tubuh, lebih aktif dari mencit dosis 3.

Pengamatan setelah 24 jamMencit kontrol mati

B. Hasil PengamatanKelompok dosisJumlah Hewan Mati

Kontrol1

Dosis 10

Dosis 21

Dosis 31

Dosis 41

Nilai r : 0,1,1,1 dalam data tabel hubungan antara kematian masing-masing kelompok degan f(df), dimana n=4 dan K=3 tidak ada pola nilai r 0,1,1,1 sehingga diambil data nilai r 0,1,1,4Perhitungan LD50 untuk mencit:

Dik : D = 35 mg/30 g BB

d = log (70 : 35) = log 2 = 0,3010

f = 1,00000 (data yang diambil mendekati komposisi kematian 0,1,1,4)

Dit :LD50

Jwb:log LD50 = log D + d (f+1)

= log (35) + 0,3010 (1,00 + 1)

= 2,1461

LD50 = 139,98 mg/30 g BB

= 4666 mg/kg BB

=4,666 g/kg BB

Jadi, ketoksisan akutnya berdasarkan LD50 tergolong sedikit toksik (0,55 g/kg BB)VI. Pembahasan

Percobaan yang dilkakukan kali ini merupakan percobaan toksisitas akut yang dilakukan terhadap mencit jantan yang diamati selama 24 jam. Pada percobaan ini mencit diberikan berbagai dosis obat untuk mengetahui tingkat toksisitas obat tersebut. Dosis yang diberikan antara lain dosis 1 sebanyak 35 mg/ml, dosis 2 sebanyak 70 mg/ml, dosis 3 sebanyak 150 mg/ml, dan dosis 4 sebanyak 300 mg/ml. Kelompok pratikan melakukan percobaan terhadap dosis 1, dosis 2, serta kelompok normal yang hanya diberikan CMC 0,5%. Obat diberikan secara oral kemudian dilakukan pengamatan selama 24 jam. Mencit yang digunakan pada percobaan kali ini memiliki berat badan 13,6 gram, 24,7 gram dan 24, 5 gram. Data hasil percobaan ini dibandingkan dengan hasil pengamatan kelompok lain sehingga didapat data 4 kelompok dosis obat.Pada kelompok praktikan dilakukan pengamatan dari menit ke-0 hingga menit ke-90 lalu dilanjutkan pengamatan hingga 24 jam. Respon yang dihasilkan dari pengamatan pada mencit antara lain pada menit ke-60 mencit yang diberikan dosis 1 mengalami penurunan berat badan dan peningkatan laju pernapasan. Pada mencit yang diberikan dosis 2 laju pernapasan meningkat pada menit ke-45 dan berat badan menurun pada menit ke-60. Setelah dilakukan pengamatan selama 24 jam, mencit pada kelompok praktikan tidak ada yang mati baik pada kelompok normal, dosis 1, dan dosis 2. Data yang diperoleh digabungkan dengan data kelompok lain untuk mengetahui nilai LD50 dari obat yang diberikan. Dari hasil yang diperoleh selama 24 jam diperoleh hasil bahwa pada kelompok normal terdapat 1 mencit yang mati, pada dosis 1 tidak ada mencit yang mati, pada dosis 2 terdapat 1 mencit yang mati, pada dosis 3 terdapat 1 mencit yang mati, dan pada dosis 4 terdapat 1 mencit yang mati. Pada kelompok normal yang hanya diberikan CMC 0,5% terdapat 1 ekor yang mati, namun seharusnya tidak ada mencit yang mati. Hal terebut kemungkinan disebabkan rute pemberian yang kurang tepat sehingga mengakibatkan kematian pada mencit. Pada percobaan ini, susunan jumlah hewan coba yang mati pada tiap kelompok tidak sama dengan yang terdapat di dalam tabel, yaitu 0,1,1,1. Apabila terdapat ketidaksesuaian susunan jumlah hewan yang mati dengan yang ada pada tabel percobaan diulangi lagi dengan mengubah dosis hingga diperoleh susunan jumlah hewan yang mati sesuai dengan yang terdapat di dalam tabel. Namun, pengujian kembali tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu. Oleh karena itu, praktikan menggunakan komposisi kematian terdekat dengan yang ada pada tabel untuk menentukan LD50 mencit. Nilai komposisi kematian yang digunakan adalah 0,1,1,4 dengan nilai f=1,00. Dari perhitungan tersebut didapat bahwa nilai toksisitas terletak diantara 500 mg/kg BB 5000 mg/kg BB. Hal ini menyatakan bahwa potensi ketoksisan akut obat tersebut tergolong sedikit toksis. Selain mencari nilai LD50,dilakukan pengamatan berupa pengamatan fisik hewan coba dan responnya terhadap pemberian obat. Obat yang diberikan pada praktikum kali ini adalah obat tradisional untuk meningkatkan stamina tubuh. Pada mencit dosis 1 dan 2 kelompok praktikan diperoleh hasil pengamatan bahwa terjadi peningkatan aktivitas motorik, peningkatan laju pernapasan, dan berat badan menurun. Pengamatan ini dilakukan selama 90 menit, sedangkan pada kelompok normal tidak ada gejala fisik yang berubah secara signifikanVII. Kesimpulan

1) Nilai LD50 = 4.666 mg/kg BB..

2) Potensi ketoksisan akut tergolong sedikit toksik. VIII. DAFTAR PUSTAKA

Andrajati, Retnosari. 2007. Penuntun Praktikum Farmakologi. Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ansel, Howard C. 1935. Introduction to Pharmaceutical Dosage Form Ed. 4. Len and Febigo.Bagian Farmakologi FK UI. 1995. Farmakologi dan Terapi Ed. 4. Gaya Baru: Jakarta.Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta

Setiawati A, Suyatna FD, Gan S. 2007. Pengantar Farmakologi dan Terapi. ed. 5

Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia