reg classactionperancis
DESCRIPTION
ClassActionPerancisTRANSCRIPT
Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Acara Perdata
“Penyelesaian Sengketa Dan Perkembangan Class Action di
Perancis”
Oleh
Nugroho Ahadi, 1006688035
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
Depok, November 2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama hampir dua puluh tahun, perdebatan tentang
pengenalan class action menjadi hukum Perancis secara
teratur dibahas dan menjadi perhatian tetapi tidak
pernah berubah menjadi hasil yang konkret.1 Namun
kemudian, atas desakan selama bertahun-tahun oleh
lembaga perlindungan konsumen, sebuah regulasi untuk
memungkinkan class action dalam bidang hak-hak konsumen
diharapkan akan diserahkan kepada Parlemen Prancis pada
musim semi tahun 2013.2
Perancis sebagai negara yang menganut sistem hukum
Civil Law telah melakukan pengkodifikasian sebagian
besar aturan hukum mereka.3 Hal ini berarti hukum di
Perancis telah dibuat dalam hukum tertulis yang
memiliki sifat tahan lama, umum, dan mengikat pada
semua warga negara .
1
? Diane Mullenex, “Toward a French Class Action”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ichay-mullenex.com, diunduh pada 30 Oktober 2013.
2 Bryan Cave, “The introduction of class actions in French law”,http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.bryancave.com%2Fthe-introduction-of-class-actions-in-french-law, diunduh pada 30 Oktober 2013.
3 Véronique Magnier, “Class Actions, Group Litigation & Other Forms of Collective Litigation Protocol for National Reporters: France”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fglobalclassactions.stanford.edu%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fdocuments%2FFrance_National_Report.pdf, diunduh pada 30 Oktober 2013.
Universitas Indonesia
DEDE
3
Saat ini, Buku Pertama dari Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata Perancis yang berjudul Leadings
Principles for all litigations of Civil procedure,
yang telah disesuaikan dengan European Convention for
the protection of Human Right and fundamental freedom
(ECHR), yang telah di ratifikasi oleh Pemerintah
Perancis pada tahun 1975 menyatakan beberapa prinsip-
prinsip universal, di antaranya ialah:4
1. The Accusatory principle (Prinsip Menuduh)
Berbeda dengan prosedur Amerika, proses persidangan
di Perancis tidak dipimpin oleh hakim pemeriksa.
Para pihak adalah pelaku utama dari prosedur karena
mereka dapat memulai (Pasal 1 Kode acara perdata),
mengembangkan atau menghentikan setiap proses hukum,
dan menghasilkan bukti, sesuka mereka. Hakim hanya
ada untuk membuat keputusan untuk tujuan tertentu.
2. Right To a Fair Trial (Hak atas pengadilan yang
adil)
Secara tradisional, para pihak di pengadilan akan
mendapat manfaat dari perlindungan yang disebut
Defence Right. European Convention for the
protection of Human Right and fundamental freedom
(ECHR),telah memperkuat perlindungan itu, hal ini
ditunjukkan dalam Pasal 6 ayat . 1 (pasal 6-1 )
Konvensi : " Dalam penentuan hak-hak sipil dan
kewajibannya ... , setiap orang berhak atas
pemeriksaan yang adil dan terbuka dalam waktu yang
wajar oleh pengadilan yang bebas dan tidak memihak
yang ditetapkan oleh hukum .. .. " . Menurut aturan
ini , setiap pihak pengadilan harus diberikan
pengadilan yang adil : Kesetaraan dalam pengadilan,
4 Ibid.
Universitas Indonesia
4
hak untuk adil dan cepat pendengaran , dan seorang
hakim yang tidak memihak. Semua hak ini melekat
dalam konsep pengadilan yang adil.
3. A "contestation"(dispute) over a right rule
Aturan ini memungkinkan setiap orang dalam gugatan
untuk muncul di pengadilan dan didengar. Sebelum
memberikan putusan , hakim harus membuktikan bahwa
prinsip ini benar-benar di ikuti.Hakim Prancis
terikat oleh semua prinsip-prinsip universal
keadilan.
Permasalahan yang timbul kemudian ialah jika class
action diterapkan di Perancis maka sistem opt out yang
ada dalam gugatan class action tidak dapat diterapkan
karena akan melanggar sebagian dari prinsip-prinsip
dalam hukum acara Perdata Perancis.5 Aturan umum di
bawah hukum Perancis adalah bahwa efek dari putusan
tidak dapat diperpanjang kepada orang-orang yang tidak
menjadi anggota atau tindakan, dan hakim dalam acara
apapun tidak diizinkan untuk membuat keputusan yang
melampaui klaim pihak.6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah
pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah Penyelesaian Sengketa Class Action di Perancis?
2. Bagaimanakah Perkembangan Class Action di
Perancis?
5 Ibid.6
? Linklaters, “Collective action around the globe”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.linklaters.com, diunduh pada 30 Oktober 2013.
Universitas Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gagasan Class Action di Perancis
Di Perancis, tidak ada prosedur class action,
seperti yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Namun
demikian, perdebatan class action bukanlah yang baru.
Latar belakang mengenai class action menunjukkan betapa
pentingnya masalah ini.
Sejumlah prinsip hukum Perancis melarang class
action ala AS di Perancis. Di Perancis,hak untuk
mengajukan gugatan berada di tangan masing-masing pihak
yang mengklaim penegakan hak-hak mereka , hakim Prancis
tidak dapat mengeluarkan keputusan yang mengikat pihak
ketiga yang bukan merupakan bagian dari proses.7
Keputusan mereka hanya mengikat para pihak dalam
persidangan dan penggugat hanya dapat mengklaim
kerugian pribadi mereka .
Perbedaan lainnya antara Amerika Serikat dan sistem
peradilan Perancis juga berperan dalam menghalangi
pengenalan litigasi ala Amerika Serikat di Perancis,
misalnya juri sipil, ganti rugi, penemuan, pemeriksaan
silang, biaya kontingensi tidak ada dalam sistem hukum
Perancis .
Organisasi nonprofit tertentu dapat bertindak
sebelum pengadilan perdata atau pidana untuk melindungi
kepentingan kolektif konsumen. Mereka dapat memulai
tindakan perwakilan bertujuan untuk menghentikan
7 Clifford Chance, “Collective Actions in Europe”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CEUQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cliffordchance.com%2Fcontent%2Fdam%2Fcliffordchance%2FPDF%2Fcollective_actions_europe_2010.pdf, diunduh pada 1 November 2013
Universitas Indonesia
6
perilaku salah atau melarang klausul hukum dalam bentuk
kontrak standar.
Sejak 1990-an, tiga golongan telah berhak untuk
mencari kompensasi melalui organisasi non-profit yaitu
konsumen, korban risiko lingkungan dan investor.
Tindakan ini sangat berbeda dari class action ala AS .
Gagasan mengenai class action di Perancis sendiri
pertama-tama diajukan oleh hakim Perancis sendiri, yang
memperbolehkan semacam class action. Menurut
Jurisprudence des ligues de défense, sekelompok orang
diperbolehkan untuk mengorganisir diri untuk membela
kepentingan mereka sendiri tetapi bersama di
pengadilan. Oleh karena itu, kasus hukum pada
organisasi nonprofit dikembangkan , seperti yang
ditunjukkan oleh kasus terkenal yang diadili pada tahun
1913 oleh Mahkamah Agung Perancis, Cour de cassation.
Dalam kasus ini, sekelompok petani anggur diakui
melakukan aksi bersama (joint action) untuk membela
kepentingan mereka di pengadilan. Mempersempit
yurisprudensi mengenai hal-hal konsumsi, UU Royer
disahkan pada tanggal 27 Desember tahun 1973,
menciptakan tindakan untuk kepentingan kolektif
konsumen.
Kemudian, dua penelitian yang dilakukan di bawah
pengawasan yang akademisi paling dikenal dalam bidang
Hukum Konsumen, Prof Calais Auloy, membuat usulan-
usulan dalam dua laporan, satu masing-masing
diterbitkan pada tahun 1984 dan 1990 untuk membuat grup
litigasi bagi konsumen. 8
8 Jean Calais Auloy, “Collectively negotiated agreements: Proposed reforms in France”, http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF00380471, diakses pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
7
Laporan ini cukup inovatif. Ketika mereka
terinspirasi oleh model class action Amerika , tetapi
dalam bentuk yang lebih ketat, laporan menyarankan
bahwa asosiasi konsumen hanya disetujui akan diizinkan
untuk melakukan tindakan tersebut.
Selain itu, mengusulkan dua prosedur yang berbeda
tergantung pada korban dan kemungkinan untuk
mengidentifikasi semua dari mereka sebelumnya. Jika
semua korban tidak diidentifikasi , prosedur dua
langkah direkomendasikan dimana hakim pertama yang
memutuskan apakah kewajiban dapat dikaitkan dengan
profesional yang bersangkutan dan, jika demikian, yang
membuat pengumuman ke publik mengenai keputusan mereka
dan menunggu pihak ketiga potensial untuk yang turut
dirugikan untuk menampakkan diri sebelum melakukan
gugatan, setiap klaim untuk kerusakan dan bunga
kemudian diperiksa secara terpisah. Proposal itu sangat
mirip dengan opt out sistem class action. Namun,
laporan tersebut tidak pernah ditindaklanjuti.
B. Penyelesaian Sengketa Mirip Class Action di Perancis
Berdasarkan hukum Perancis, gugatan dapat diambil
dalam membela kepentingan kolektif sebelum yurisdiksi
pidana atau perdata (Action taken in a collective
interest).Dan sejak pertengahan 90-an, dikenal tindakan
perwakilan,yang bertujuan membela berbagai kepentingan
pribadi, dan dapat dilakukan atas nama beberapa orang
bersama (Joint representative actions).9
1. Action taken in a collective interest
a. Tindakan yang dilakukan oleh asosiasi konsumen
berwenang untuk kepentingan kolektif konsumen
Menurut Royer Act, yang disahkan pada tanggal 27
9Magnier, loc.cit
Universitas Indonesia
8
Desember 1973 telah diubah pada tahun 1988, 2001 dan
dikodifikasikan pada tahun 1993 dalam UU Konsumen,
menyatakan asosiasi yang bertujuan memberikan
perlindungan kepentingan konsumen, dapat mengambil
tindakan untuk kepentingan kolektif konsumen.
Ketika asosiasi konsumen mengajukan gugatan untuk
kepentingan kolektif konsumen, mereka harus
memastikan apakah atau tidak peristiwa merugikan
adalah tindak pidana.10
Pasal L.421-7 dari UU Konsumen Perancis mengatakan
bahwa:
Associations referred to in Article L. 421-1 may
join proceedings in civil courts and, in particular,
request the application of the measures provided for
in Article L. 421-2, where the initial proceeding
aims to repair a wrong suffered by one or more
consumers due to events that do not constitute a
criminal offence.
Pasal ini memungkinkan asosiasi konsumen dimaksud
dalam Pasal L.421-1 untuk ikut bergabung dalam
proses di pengadilan perdata.
Pasal L.421-6 dari UU Konsumen Perancis mengatakan
bahwa:
Associations referred to in Article L. 421-1 and
entities able to provide proof of their inclusion on
the list published in the Official Journal of the
European Communities under Article 4 of Directive
98/27/CE of the European Parliament and Council
relating to actions to obtain an injunction to
protect the collective interests of consumers may
bring an action before the civil court to stop or
prohibit any illegal behaviour in the light of the
10 Ibid
Universitas Indonesia
9
provisions transposing the Directives referred to in
Article 1 of the aforementioned Directive.The judge
may order, on these grounds, if necessary under pain
of a fine, the deletion of an illegal or abusive
clause from any contract or standard contract
offered to or intended for the consumer.
Pasal ini memungkinkan asosiasi yang sama dapat
juga, tetapi hanya pada inisiatif mereka , memulai
gugatan di pengadilan sipil tanpa tindak pidana yang
telah dilakukan, dalam rangka untuk menghapus
klausul ilegal atau merugikan dari setiap kontrak
atau standar kontrak yang ditawarkan kepada atau
ditujukan untuk konsumen oleh para profesional. Hak
asosiasi perlindungan konsumen disetujui untuk
mengambil tindakan otonom dalam kasus tertentu
karena itu telah diakui. Pengadilan juga telah
memutuskan bahwa permintaan untuk menghapus syarat
dapat diajukan secara spontan untuk membantu
konsumen dalam kasus diajukan terhadapnya oleh
seorang profesional.
b. Tindakan yang dilakukan oleh asosiasi resmi untuk
perlindungan Kesehatan (Pasal I114-2 dari Kode
Kesehatan Masyarakat)11
Pada 4 Maret 2002 UU yang berkaitan dengan "hak-
hak pasien dan kualitas sistem kesehatan
dikeluarkan dengan tujuan untuk mencapai semacam
sistem kesehatan demokrasi di Perancis. Salah satu
hasil nyata dari tujuan yang telah disetujui untuk
memungkinkan asosiasi untuk perlindungan kesehatan
untuk mengambil tindakan terhadap lembaga kesehatan
11 Perancis, “French Public Health Code ”, http://archive.equal-jus.eu/92/, diunduh pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
10
dan juga untuk membawa tindakan ke pengadilan
pidana.
Menurut Pasal L.1114-2 dari UU Kesehatan
Masyarakat, asosiasi ini dapat melaksanakan hak dari
pihak jaksa yang berkenaan dengan perbuatan yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan
kepentingan kolektif dari pengguna sistem kesehatan.
Tindak pidana yang termasuk adalah tindakan
pembunuhan dan serangan yang disengaja terhadap
tubuh seseorang, serta pelanggaran yang diatur dalam
Kode Kesehatan Masyarakat.
c. Tindakan yang dilakukan oleh asosiasi berwenang
untuk perlindungan Lingkungan (Pasal L. 142-212 dari
UU Perlindungan Lingkungan)
Hal yang sama juga berlaku di bidang perlindungan
lingkungan, asosiasi yang diakui dapat melaksanakan
hak dari pihak jaksa yang berkenaan dengan perbuatan
yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
kepentingan kolektif yang mereka membela dan yang
merupakan suatu pelanggaran hukum yang mengatur
perlindungan alam dan lingkungan (pasal L.142-2 UU
Perlindungan Lingkungan)13
d. Tindakan yang dilakukan oleh asosiasi berwenang
untuk membela investor (Pasal L.452-1 dari Kode
Moneter dan Keuangan)
Sejak 1994 Undang-Undang (8 Agustus 1994)
dikodifikasikan dalam Kode Moneter dan Keuangan,
mengakui asosiasi pemegang saham atau investor telah
diizinkan untuk mengambil tindakan sehubungan dengan
12 Perancis, “French Environment Code”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.legifrance.gouv, diunduh pada 1 November 2013.
13
Universitas Indonesia
11
peristiwa secara langsung atau tidak langsung
merugikan kepentingan kolektif investor atau
beberapa dari mereka (Pasal L. 452-1 dari Kode
Moneter dan Keuangan).
2. Joint representative actions
a. Tindakan perwakilan Bersama untuk konsumen
Tindakan perwakilan Bersama diambil untuk
kepentingan individu beberapa konsumen yang telah
terluka akibat tindakan seorang profesional yang
sama. Ini membawa mereka bersama-sama,ke dalam
proses persidangan yang sama, gugatan individual
yang bisa diprakarsai oleh masing-masing konsumen
yang, misalnya, korban yang sama dalam produk cacat
yang diproduksi secara massal atau kegagalan untuk
melakukan layanan ditawarkan kepada kelompok orang
yang sama. Instrumen tersebut memungkinkan korban
untuk membawa gugatan perdata untuk mendapatkan
ganti rugi karena pelanggaran aturan antitrust atau
dalam hal-hal lain .
b. Tindakan perwakilan Bersama bagi investor
Menurut Pasal L.452-214 al.1 UU Moneter dan
Keuangan15, jika beberapa investor diidentifikasi
menderita kerugian pribadi yang memiliki asal mula
yang sama akibat tindakan orang yang sama, setiap
asosiasi yang diakui investor bisa, jika
diperintahkan untuk melakukannya oleh setidaknya dua
dari investor bersangkutan, untuk menuntut ganti
rugi sebelum pengadilan atas nama para investor.
Dalam beberapa kondisi, asosiasi yang ditunjuk
diperbolehkan untuk mengambil tindakan dalam membela
14 Perancis, “French Monetary and Financial Code”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.intax-info.com, diunduh pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
12
kepentingan individu beberapa investor yang telah
dirugikan akibat tindakan seorang profesional yang
sama.
C. Contoh Kasus
Salah satu kasus yang saat ini tertunda di
Pengadilan Banding Paris memberikan contoh menarik dari
kreativitas penggugat untuk menghindari kurangnya class
action dalam hukum Perancis. Pada tahun 1976 , asosiasi
pensiun dan tabungan Perancis (AFER) diciptakan. Idenya
adalah untuk menawarkan individu kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari kontrak asuransi jiwa yang
dikelompokkan.15
Kontrak asuransi jiwa berlangganan dengan perusahaan
asuransi milik asosiasi sendiri, yang bertindak atas
nama anggotanya. Ternyata, di samping asosiasi ini,
para pendiri AFER menciptakan sebuah perusahaan rahasia
yang tujuannya adalah ilegal, untuk menerima dana
kickbacks yang dibayar oleh perusahaan asuransi.
Setelah beberapa tahun penyelidikan, keluhan
diajukan dan pada tahun 2009, dua pendiri asosiasi
dinyatakan bersalah atas breach of trust. Pengadilan
Banding Paris memutuskan bahwa, sejak 1987 sampai 1997,
dua pendiri menggelapkan sekitar € 128.000.000. Dalam
putusannya, Pengadilan memerintahkan melakukan
penyitaan sejumlah € 92.000.000. Namun, hanya €
24.500.000 yang benar-benar disita.
Berdasarkan hukum Perancis, ketika sebuah barang
atau sejumlah uang yang disita oleh pengadilan menyusul
hukuman pidana, pemilik aset dapat meminta restitusi
15 Hogan Lovells, “Are class actions à la française really necessary?”, http://ehoganlovells.com/cv/54243952100b098b72d5ffe9dc5ddce7d6ebc009/p=5320208, diakses pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
13
nya. Jika uang yang disita tidak diklaim , akhirnya
akan diberikan kepada Negara. Dalam kasus ini, anggota
individu AFER bisa meminta ganti rugi dalam jumlah yang
relatif kecil antara € 25 dan € 3.000 setiap per
anggota. Namun, tindakan hukum individu akan sulit
untuk dilaksanakan atau tidak menguntungkan secara
finansial bagi mereka.
Sekelompok spesialis, termasuk Ketua saat ini Paris
Bar Association, yang membantu AFER dalam hal ini,
mencoba untuk menemukan cara untuk mengaktifkan anggota
AFER untuk meminta restitusi dari jumlah disita,
mengingat kerugian yang diderita oleh masing-masing
anggota AFER mungkin lebih tinggi dari jumlah yang
dikembalikan. Mereka memutuskan untuk menggunakan
kontrak terkenal Perancis, mandat (Mandat), yang
didefinisikan oleh Pasal 1984 KUHPerdata16 Perancis
sebagai berikut:
The mandate or power of attorney, is a transaction
by which a person gives to another the authority to do
something on his/her behalf and in his/her name. The
contract is formed only by the acceptance of the agent
Terjemahan bebas:
Mandat atau surat kuasa , adalah transaksi dimana
seseorang memberikan kepada otoritas lain untuk
melakukan sesuatu pada / nya nama dan dalam / nama dia.
kontrak ini terbentuk jika terdapat penerimaan oleh
agen penerima.
Presiden AFER menginformasikan kepada semua
anggota dan memberi mereka jangka waktu tiga minggu
16 Perancis, “French Civil Code”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.legifrance.gouv.fr, diunduh pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
14
untuk memutuskan apakah atau tidak mereka ingin
bergabung dalam klaim kolektif. Setiap anggota asosiasi
yang setuju harus memberikan mandat kepada asosiasi
yang ditunjuk AFER untuk mewakili dia / di Pengadilan
untuk mendapatkan uang yang disita .
Sepuluh bulan setelah dimulainya proses, pada
akhir Desember 2011, permintaan untuk ganti rugi yang
diajukan oleh AFER pada Pengadilan Banding Paris atas
nama 55.114 anggotanya (dari total 355.000 anggota).
Ini adalah pertama kalinya begitu banyak orang telah
diwakili oleh orang yang sama dalam klaim simultan.
Media massa telah menyebut prosedur ini sebagai class
action Prancis yang pertama, tapi sebenarnya tidaklah
begitu.17
Terlepas dari kenyataan bahwa itu tampak seperti
class action, karena ribuan orang bertindak secara
kolektif, kedua prosedur secara hukum sangat berbeda.
Dalam mandat, korban tegas meminta asosiasi untuk
mewakili mereka . Akibatnya, bertentangan dengan sistem
class action yang sebenarnya, tiap pihak yang menjadi
korban dan diwakili oleh asosiasi telah secara jelas
dan tepat teridentifikasi .
Penggunaan mandat jelas menguntungkan bagi
penggugat potensial, namun ternyata terdapat beberapa
kelemahan didalamnya. Pertama, mengumpulkan semua
mandat yang berasal dari anggota sebelum pengajuan
klaim jelas membutuhkan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan class action. Dalam kasus AFER,
butuh 10 bulan untuk 55.000 anggota untuk
menandatangani dokumen mereka. Kedua, pilihan mandat
17 Lovells, Loc.cit.
Universitas Indonesia
15
mungkin ditantang. Pada bulan Oktober 2011 edisi
Tindakan Buletin Class, kami menulis pada putusan
Mahkamah Agung Perancis tanggal 26 Mei 2011 yang
menganggap bahwa mandat yang diberikan oleh konsumen
untuk asosiasi konsumen Perancis untuk itu untuk
memainkan peran perantara antara mereka dan pengacara
mereka telah memenuhi syarat sebagai tindakan
representasi bersama (joint representation action) dan
melanggar ketentuan yang mengatur jenis tindakan ini
( larangan untuk meminta mandat melalui daya media
publik). Alasan ini dapat diterapkan dalam kasus ini.
Seseorang juga bisa menegaskan bahwa AFER bukanlah
sebuah asosiasi terakreditasi dan, karenanya , tidak
bisa membawa tindakan representasi bersama. Ketiga , di
bawah hukum Perancis , meskipun penggugat diwakili oleh
orang yang sama , mereka tetap penggugat individu, yang
berarti bahwa 55.000 file harus diciptakan . Karena
semua file-file ini tidak bisa secara fisik
dikomunikasikan ke Pengadilan , seluruh berkas harus di
dematerialized (diubah dalam bentuk data/softcopy).
Akibatnya, Pengadilan menerima hard drive eksternal
yang berisi semua file bukan file kertas konvensional.
Dibolehkannya proses dematerialisasi dalam perkara
perdata Prancis, dimulai pada tahun 2009.18
D. Perkembangan Terkini terkait Class Action di
Perancis
18 Hogan Lovell, ”The dematerialisation of French civil procedure: more than ever a reality”, http://www.lexology.com/library/detail.aspx?g=8d30381e-9bd0-4648-94fb-ccad70d999df, diakses pada 1 November.
Universitas Indonesia
16
Sejak Tindakan representasi bersama (joint
representation action) diperbolehkan di Perancis pada
tahun 1992, joint representation action ini hanya
digunakan sebanyak lima kali.19 Tindakan representasi
bersama dikatakan sebagai contoh kegagalan aksi
kolektif di Perancis dan membuat persepsi tentang
perlunya perubahan dalam sistem hukum Perancis untuk
melaksanakan tindakan kolektif yang efisien. Kegagalan
jenis tindakan kolektif untuk digunakan secara luas
berakar pada aturan khusus prosedur sipil Prancis,
yang dianggap sebagai hambatan untuk aksi kolektif .
Meskipun terkendala oleh hal ini, asosiasi konsumen
telah cukup aktif dalam beberapa tahun terakhir
berusaha meyakinkan pemerintah untuk memperkenalkan
jenis tindakan kolektif yang efisien yang akan
memungkinkan konsumen untuk meminta tanggung jawab
perusahaan yang diyakini telah melanggar hukum
perlindungan konsumen. Beberapa rancangan perundang-
undangan yang diajukan sebagai upaya untuk menerapkan
class action telah diletakkan di atas meja di masa
lalu tetapi tidak pernah berhasil.
Sebelum penyusunan RUU terbaru untuk menerapkan
class action di Perancis , Benoît Hamon mengumpulkan
pendapat konsumen serta Dewan Konsumen Nasional
Perancis (CNC atau Conseil National de la
Consommation). Hasil survei ini menunjukkan bahwa 74
persen dari konsumen yang disurvei mendukung
pengenalan class action di Perancis.
19 Laurent Beteille and Richard Yung, “L’action de groupe à la française : parachever la protection des consommateurs,” rapport d’information no. 499, Sénat, 2009-2010, http://www.senat.fr/rap/r09-499/r09-499_mono.html, diakses pada 2 November 2013.
Universitas Indonesia
17
Benoît Hamon dalam pasal 1 RUU tersebut
memperkenalkan prosedur yang telah dikesampingkan di
Perancis selama ini yaitu class action. Class action
ini akan memungkinkan individu untuk bersama-sama
meminta tanggung jawab seorang profesional tunggal
untuk mendapatkan kompensasi atas kerusakan yang nyata
diderita dan disebabka oleh profesional tersebut. 20Sebuah asosiasi pertahanan konsumen akan bertugas
mewakili grup sebelum pengadilan atau mediator.
Prosedur ini mungkin berlaku dalam kasus penjualan
barang atau penyediaan jasa antara konsumen dan
profesional saat terakhir telah gagal untuk mematuhi
kewajiban hukum atau kontrak nya atau dalam kasus di
mana keputusan akhir dijatuhkan di Perancis atau
sebelum otoritas Eropa dalam lima tahun terakhir
sanksi perilaku anti-kompetitif.
Hambatan prosedural utama diberlakukannya class
action dalam sistem hukum Perancis berasal adri
adigium yang berbunyi nul ne plaide par P=procureur.
Ini berarti bahwa siapa pun yang mengajukan klaim
dengan pengadilan Perancis harus diidentifikasi secara
pribadi. Itulah mengapa hanya opt-in sistem class
action yang memungkinkan untuk diberlakukan di
Perancis, yang berarti bahwa konsumen yang mau
mengambil bagian untuk class action harus mendaftarkan
namanya sendiri. Sistem ini bertentangan dengan opt-
out sistem, yang ditemukan di beberapa negara seperti
Amerika Serikat, di mana semua konsumen yang telah
menderita kerugian secara otomatis menjadi pihak dalam
proses kecuali mereka telah tegas menyatakan
20 August& Debouzy Avocats, “Consumer Law newsflash”, http://www.august-debouzy.com/en/flash/00799-consumer-law-newsflash.html, diakses pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
18
sebaliknya. Mengingat aturan hukum perdata Perancis,
opt-in sistem adalah pendekatan hanya mungkin dan yang
diusulkan oleh Benoît Hamon dalam RUU.
Dalam RUU ini, class action dibatasi hanya untuk
pelanggaran dalam undang-undang konsumen dan hukum
persaingan usaha. Benoît Hamon mengatakan bahwa ini
adalah langkah pertama dan di masa depan, ia akan
bersedia untuk menambah kategori perbuatan yang bisa
dilakukan class action seperti pada seperti pada
bidang lingkungan dan kesehatan.21
Dalam RUU juga dijelaskan bahwa hanya asosiasi
konsumen Perancis terakreditasi akan diizinkan untuk
bertindak atas nama konsumen dalam konteks tindakan
kelas. Pengacara Perancis telah menyatakan keberatan
yang kuat untuk pengecualian mereka dari tuntutan
hukum tersebut. Benoît Hamon menyatakan bahwa ia ingin
mencegah pengacara melakukan pelanggaran, karena
banyak orang yang bersedia untuk membuat uang untuk
merugikan konsumen. Pada tanggal 24 Mei, Dewan
Nasional Perancis bar (Conseil National des Barreaux )
mengusulkan kontra RUU, di mana pengacara berperan
aktif dalam class action, berharap bahwa Parlemen akan
mempertimbangan RUU tandingan.
Christiane Feral-Schul, presiden dari Paris Bar,
menunjukkan bahwa aturan etika yang ketat yang
mengatur pengacara dapat meniadakan alasan untuk
21
? Mathieu Bruckmüller, “Benoît Hamon, le ministre détaille les class action à la française”, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CEsQFjAD&url=http%3A%2F%2Fpdf.20mn.fr%2F2013%2Fquotidien%2F20130503_FRA.pdf&ei=iv91Uu2iGsX9rAe17IBY&usg=AFQjCNFGd3D1CCzk3TJDIE2ZxgnUl0r21w&sig2=bejgc-sVUua53tYFBQqLXw&bvm=bv.55819444,d.bmk, diunduh pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
19
mengecualikan pengacara dalam RUU class action atas
dasar potensi pelanggaran.22 Secara khusus, pengacara
Perancis tidak diperbolehkan untuk menentukan honor
mereka melalui perjanjian litis kuota , yang berarti
bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk menentukan
honor mereka berdasarkan pertimbangan hasil klaim yang
didapat.23 Honor mereka harus sudah ditentukan
sebelumnya dengan mempertimbangkan jenis materi dan
pekerjaan yang dilakukan. Sebuah success fee pelengkap
dapat disepakati antara para pihak, tetapi tidak dapat
menjadi kompensasi utama yang diterima oleh pengacara.
Aturan ini dikatakan perlindungan terhadap kemungkinan
pengacara melakukan pelanggaran class action untuk
memperoleh bagian dari kerugian yang diberikan kepada
konsumen, karena mereka akan dibayar oleh konsumen
dengan pertimbangan pekerjaan yang merka lakukan telah
selesai. Di luar larangan perjanjian litis kuota,
pengacara Perancis harus bertindak dengan martabat,
sungguh-sungguh, independen, dan dengan kemanusiaan,
yang terbukti dapat mencegah mereka untuk bertindak
merugikan konsumen dan demi kepentingan mereka
sendiri.
Kendala lain dalam pengenalan class action di
Perancis adalah larangan iklan untuk pelayanan hukum.24
22
? Sébastien Lernould, "Benoît Hamon defénd les ‘class actions' à la française," http://www.leparisien.fr/economie/les-class-actions-a-la-francaise-au-menu-du-conseil-des-ministres-02-05-2013-2773579.php, diakses pada 1 November 2013.23
? Perancis, Article 11.3 of the national Regulations of the lawyers profession (RIN : Règlement Intérieur National), http://cnb.avocat.fr/Reglement-Interieur-National-de-la-profession-d-avocat-RIN_a281.html, diakses pada 1 November 2013.
24 Perancis, “Article 10.1 of the national Regulations of the lawyers profession (RIN : Règlement Intérieur National),” http://cnb.avocat.fr/Reglement-Interieur-National-de-la-
Universitas Indonesia
20
Selain itu, asosiasi konsumen Perancis tidak mungkin
mencari mandat konsumen dengan cara menarik publik
melalui radio atau televisi, atau dengan cara
memposting informasi, traktat, atau surat-surat
pribadi ketika mereka memulai aksi bersama.
Sebagai contoh, pada tanggal 6 Desember 2005,
Pengadilan Distrik Paris (Tribunal de Grande Instance
de Paris) memerintahkan perusahaan yang telah
menciptakan situs web untuk mengiklankan pengajuan
tindakan kolektif (www.classaction.fr) untuk
menghentikan kegiatannya, karena kegiatan itu
merupakan pelanggaran atas larangan iklan untuk
pelayanan hukum.25
Larangan ini, terbukti, mencegah konsumen Perancis
dari menyadari adanya class action . Itulah mengapa
Benoît Hamon RUU menyatakan bahwa asosiasi konsumen
akan diizinkan untuk mengiklankan class action yang
diajukan dalam kondisi tertentu yang ditetapkan oleh
pengadilan. Ini adalah perkembangan besar, karena
larangan iklan saat ini alasan utama mengapa tindakan
perwakilan gabungan tidak efisien dan jarang
digunakan.
Dalam RUU, Benoît Hamon menyediakan class action
dalam dua langkah. Pertama , sebuah asosiasi konsumen
terakreditasi akan membawa proses sebelum pengadilan
Perancis26 untuk mencari tanggung jawab perusahaan
untuk pelanggaran konsumen atau hukum persaingan
profession-d-avocat-RIN_a281.html, diakses pada 1 November 2013.25 Jones-Day, “Class Action In France”,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.jonesday.com, diunduh pada 1 November 2013.26
Universitas Indonesia
21
usaha. Selama langkah pertama ini, di mana konsumen
belum terlibat, pengadilan akan memutuskan apakah
perusahaan yang dipanggil bertanggung jawab atau
tidak, dan apakah class action sesuai untuk materi
atau tidak. Sebuah class action akan dianggap tepat
jika setidaknya dua konsumen telah menderita kerugian
yang sama karena pelanggaran konsumen atau hukum
persaingan oleh perusahaan dipanggil .
Kedua, jika pengadilan menemukan perusahaan
bertanggung jawab dan masuk dalam aturan class action
yang tepat, hal ini akan menentukan kondisi class
action. Secara khusus, pengadilan akan memerintahkan
adanya komunikasi informasi kepada konsumen yang
bersangkutan. Akibatnya, konsumen akan menyadari class
action dan akan mengetahui jumlah kompensasi yang
mereka berhak terima. Ini akan memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah mereka ingin berpartisipasi
dalam class action.
Lingkup penggantian kerusakan yang akan diberikan
oleh Pengadilan Perancis ialah hanya berkisar
kerusakan nyata yang akan diberikan penggantian dalam
konteks class action. Sistem hukum Perancis melarang
punitive damages27. Selain itu, kerusakan moral dan
cedera tubuh individu dan tidak dapat dianggap sebagai
kerusakan umum, mereka juga akan dikeluarkan dari
kerusakan yang akan diberikan penggantian.
Mengingat fakta bahwa hanya kerusakan nyata akan
diberikan dan bahwa tidak ada punitive damages di
27 Lyon Simposium, “Punitive Damages and French Public Policy Policy”, bhttp://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fhal.archives-ouvertes.fr, diunduh pada 1 November 2013.
Universitas Indonesia
22
Perancis. Pengacara dicegah dari membawa class action
hanya untuk mencoba untuk membuat uang untuk merugikan
konsumen, seperti yang dikatakan oleh Benoît Hamon.
Akhirnya, RUU ini mungkin menjadi hukum pertama
dalam memperkenalkan class action di Perancis, setelah
bertahun-tahun perdebatan dan RUU dibatalkan tentang
masalah ini. Namun, pengacara Perancis bersikeras bahwa
RUU seperti yang disajikan membutuhkan perubahan,
khususnya untuk memperbaiki pengecualian pengacara dari
persidangan. Perancis bar menganggap pengecualian ini
sebagai produk kecurigaan dibenarkan pengacara dan
kurangnya penghormatan terhadap aturan profesional
mereka,serta pelanggaran monopoli bar pada layanan
hukum, di mana hanya pengacara berhak mewakili pihak
dalam pengadilan Perancis.28
BAB III
KESIMPULAN
28 Jones-Day, Loc.cit.
Universitas Indonesia
23
Perancis, hingga saat ini masih belum memberlakukan
class action dalam sistem hukumnya. Namun di Perancis
dikenal beberapa tindakan yang dikenal dengan istilah
Action taken in a collective interest dan Joint
representative actions yang bisa dilakukan untuk
sengketa dalam bidan-bidang tertentu.
Dalam Perkembangannya, ternyata Action taken in a
collective interest dan Joint representative actions
dinilai masyarakat kurang memuaskan karena prosesnya
yang cukup rumit. Kini RUU mengenai class action tengah
dibahas di Parlemen Perancis, dengan harapan class
action dapat segera diterapkan di dalam sistem
hukumnya.
Universitas Indonesia
24
DAFTAR PUSTAKA
August& Debouzy Avocats. “Consumer Law newsflash”.
http://www.august-debouzy.com/en/flash/00799-
consumer-law-newsflash.html. diakses pada 1
November 2013.
Beteille, Laurent and Richard Yung. “L’action de groupe
à la française : parachever la protection des
consommateurs.” rapport d’information no. 499.
Sénat. 2009-2010.
http://www.senat.fr/rap/r09-499/r09-499_mono.html.
diakses pada 2 November 2013.
Bruckmüller, Mathieu. “Benoît Hamon. le ministre
détaille les class action à la française”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0C
EsQFjAD&url=http%3A%2F%2Fpdf.20mn.fr
%2F2013%2Fquotidien
%2F20130503_FRA.pdf&ei=iv91Uu2iGsX9rAe17IBY&usg=AFQ
jCNFGd3D1CCzk3TJDIE2ZxgnUl0r21w&sig2=bejgc-
sVUua53tYFBQqLXw&bvm=bv.55819444.d.bmk. Diunduh
pada 1 November 2013.
Calais Auloy, Jean. “Collectively negotiated
agreements: Proposed reforms in France”.
http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF003804
71. diakses pada 1 November 2013.
Cave, Bryan. “The introduction of class actions in
French law”.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.bryancave.com%2Fthe-
introduction-of-class-actions-in-french-law.
Diunduh pada 30 Oktober 2013.
Universitas Indonesia
25
Chance, Clifford. “Collective Actions in Europe”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0C
EUQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cliffordchance.com
%2Fcontent%2Fdam%2Fcliffordchance%2FPDF
%2Fcollective_actions_europe_2010.pdf. Diunduh pada
1 November 2013.
Jones-Day. “Class Action In France”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.jonesday.com. Diunduh
pada 1 November 2013.
Lernould, Sébastien. "Benoît Hamon defénd les ‘class
actions' à la française."
http://www.leparisien.fr/economie/les-class-
actions-a-la-francaise-au-menu-du-conseil-des-
ministres-02-05-2013-2773579.php. diakses pada 1
November 2013.
Linklaters. “Collective action around the globe”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.linklaters.com.
Diunduh pada 30 Oktober 2013.
Lovells, Hogan. “Are class actions à la française
really necessary?”.
http://ehoganlovells.com/cv/54243952100b098b72d5ffe
9dc5ddce7d6ebc009/p=5320208. diakses pada 1
November 2013.
.”The dematerialisation of French civil procedure: more
than ever a reality”.
http://www.lexology.com/library/detail.aspx?
g=8d30381e-9bd0-4648-94fb-ccad70d999df. diakses
pada 1 November.
Universitas Indonesia
26
Lyon Simposium. “Punitive Damages and French Public
Policy Policy”. bhttp://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0C
DMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fhal.archives-ouvertes.fr.
Diunduh pada 1 November 2013.
Magnier, Véronique. “Class Actions. Group Litigation
& Other Forms of Collective Litigation Protocol
for National Reporters: France”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0C
DAQFjAB&url=http%3A%2F
%2Fglobalclassactions.stanford.edu%2Fsites
%2Fdefault%2Ffiles%2Fdocuments
%2FFrance_National_Report.pdf. Diunduh pada 30
Oktober 2013.
Mullenex, Diane. “Toward a French Class Action”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0C
DMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ichay-mullenex.com.
Diunduh pada 30 Oktober 2013.
Perancis. Article 11.3 of the national Regulations of
the lawyers profession (RIN : Règlement Intérieur
National). http://cnb.avocat.fr/Reglement-
Interieur-National-de-la-profession-d-avocat-
RIN_a281.html. diakses pada 1 November 2013.
Perancis. “Article 10.1 of the national Regulations of
the lawyers profession (RIN : Règlement Intérieur
National).” http://cnb.avocat.fr/Reglement-
Interieur-National-de-la-profession-d-avocat-
RIN_a281.html. diakses pada 1 November 2013.
Perancis. “French Civil Code”.
http://www.google.com/url?
Universitas Indonesia
27
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0C
CwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.legifrance.gouv.fr.
Diunduh pada 1 November 2013.
Perancis. “French Environment Code”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0C
DQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.legifrance.gouv.
Diunduh pada 1 November 2013.
Perancis. “French Monetary and Financial Code”.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&
ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.intax-info.com.
Diunduh pada 1 November 2013.
Perancis. “French Public Health Code ”.
http://archive.equal-jus.eu/92/. Diunduh pada 1
November 2013.
Universitas Indonesia