lapak farkol percobaan 5

25
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE Disusun Oleh : Arvenda Rezky 260110100008 (Pembahasan) Shiera Syabila 260110100012 (Teori Dasar) Tineke Anugerah 260110100013 (Prinsip+ Teori) Khairina Fadhilawati 260110100015 (Pembahasan) Rusyda Lathifah D 260110100027 ( Tujuan, alat & bahan, prosedur, editor) Elia Prima 260110080035 (Perhitungan) LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI

Upload: khairina-fadhilawati

Post on 18-Feb-2015

90 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapak farkol percobaan 5

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE

Disusun Oleh :

Arvenda Rezky 260110100008 (Pembahasan)

Shiera Syabila 260110100012 (Teori Dasar)

Tineke Anugerah 260110100013 (Prinsip+ Teori)

Khairina Fadhilawati 260110100015 (Pembahasan)

Rusyda Lathifah D 260110100027 ( Tujuan, alat & bahan, prosedur, editor)

Elia Prima 260110080035 (Perhitungan)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2012

Page 2: Lapak farkol percobaan 5

PERCOBAAN V

PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini pasa hewan percobaan dan metode transit intestinal.

II. PRINSIP PERCOBAAN

1. Penginduksian Oleum RiciniOleum Ricini mengandung kandungan trigiserida asam risinoleat

yang terhidrolisis di dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat sebagai cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus.

2. Metode pengujian antidiare secara transit intestinalMencit diberikan obat antidiare terlebih dahulu kemudian diberikan

tinta cina. Selang beberapa menit usus mencit dikeluarkan dan dihitung pajang usus yang dilalui oleh tinta cina dari pilorus sampai ujung akhir (warna hitam) dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum. Kemudian dibuat rasio.

Rasio =

III.TEORI DASAR

Keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya (Hardiansyah, 2010).

Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya, normalnya 100–200 ml/tinja. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Pada diare, tinja mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal. Tetapi apabila mengeluarkan tinja normal secara berulang tidak disebut diare (Tjay, et al, 2007).

Diare adalah Keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya (Tjay dan Rahardja,2002).

Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan

Page 3: Lapak farkol percobaan 5

atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya, normalnya 100 – 200 ml per tinja. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Muscthler, E., 1991).

Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau bahan-bahan makanan yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna. Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan konsentrasi tinja lebih lembek atau cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari (Alfan, 2010).

Gejala klinik diare pada umumnya adalah:1. Fase prodromal (Sindrom Pradiare), antara lain: perut terasa penuh, mual,

muntah, keringat dingin, pusing.2. Fase diare, antara lain: diare dengan segala akibatnya berlanjut yaitu

dehidrasi, asidosis, syok, mules, kejang, dengan atau tanpa panas, pusing.3. Fase penyembuhan, antara lain: diare makin jarang, mules berkurang,

penderita merasa lemas atau lesu (Tjay, et al, 2007).Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi

bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisa- sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Karzung, 2002).

Tetapi kadang terjadi 3arasite3ic usus yang meningkat sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa 3arasit, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P. (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, oleh karena itulah diare terjadi. Berdasarkan penyebabnya diare dapat dibedakan menjadi berikut:1. Diare karena infeksi, meliputi :

a. Diare akibat virus, diare ini disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus.b. Diare akibat bakteri (3arasite)c. Diare 3arasited. Diare akibat enterotoksind. Klasifikasi Diare

(Ansel, 2005).Beberapa klasifikasi diare antara lain adalah:1. Klasifikasi berdasarkan pada jenis infeksi gastroenteritis (diare dan muntah),

diklasifikasikan menurut dua golongan:

Page 4: Lapak farkol percobaan 5

a. Diare infeksi spesifik: titis abdomen dan poratitus, disentri bani (Shigella)b. Diare non spesifik

2. Klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi:a. Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,

parasit).b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis,

media, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin, dan lainnya).3. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan 4ias berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini10 disebabkan oleh karena infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang umumnya disebut gastroenteritis infantile.

b. Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu, sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akut dan diare kronik disebut diare sub akut

(Tjay, et al, 2007). Diare dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu :

1) .Peningkatan osmolaritas intraluminer, disebut diare osmotik.Diare osmotik timbul pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak mampu menahan beban hiperosmolar, yang biasanya terdiri dari karbohidrat atau ion divalen. Contohnya : intoleransi laktosa, malabsorpsi asam empedu. 2). Adanya peningkatan sekresi cairan usus. Organisme yang menimbulkan diare sekresi melepaskan toksin atau senyawa lain yang menyebabkan usus halus aktif mensekresikan cairan dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan terjadinya diare sekretorik.3) Malabsorpsi asam empedu dan malabsorpsi lemak akibat gangguan pembentukan micelle empedu4) Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit menyebabkan gangguan absorpsi Na+ dan air.5) Motilitas dan waktu transit usus abdonimal. Terjadi motilitas yang lebih cepat dan tidak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorpsi. Mekanismenya ditandai dengan disfungsi motilitas yang berbeda tetapi dengan kapasitas pencernaan yang normal. Diare hasilnya bersifat multifaktor dan lazim melibatkan unsur salah cerna dengan diikuti komponen osmotik dan sekresi.6) Gangguan permeabilitas usus. Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam atau elektrolit terganggu.7) Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan.Sehingga terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus (Guyton, A.C., 1990).

Pengobatan untuk penyakit ini bertujuan untuk pemberian cairan danmakanan, sedangkan pemberian obat-obatan antidiare hanya untuk kasus-kasustertentu yang telah jelas penyebabnya . Salah satu cara pengobatan diare adalah dengan menggunakan senyawasenyawa antidiare yang terdiri dari obat-obat adsorben,

Page 5: Lapak farkol percobaan 5

obat-obat adstringen, obat-obat spasmolitik dan obat-obat penekan peristaltik usus . Obat-obat antidiare adalah senyawa-senyawa yang dapat menghentikan atau mengurangi diare. Mekanisme kerja dari jenis obat ini antara lain :a. Spasmolitika, yaitu obat-obat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan oksifenonium b. Obat-obat yang bekerja intra-lumen, misalnya: dengan menyerap air, adsorbens, bahan berserat, bahan pembentuk rasa

Secara garis besar pengobatan diare dapat dibagi dalam :a. Pengobatan KausalPengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah mengetahui penyebabnya yang pasti). Kelompok obat yang sering digunakan yaitu kemoterapeutika. Mekanisme kerja dari kemoterapeutika adalah dengan memberantas bakteri penyebab diare, seperti : antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon b. Pengobatan SimptomatikKelompok obat yang sering digunakan adalah obstipansia yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yaitu:1) Zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Obat-obat yang digunakan adalah candu dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).2) Adstringensia, menciutkan selaput lendir usus, misalnya : asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.3) Adsorbensia, misalnya : carbo adsorben dan mucilagines.c. Pengobatan CairanUntuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus mempehatikan hal-hal sebagai berikut:Jumlah cairan yang harus diberikan = PWL + NWL + CWL1) PWL (Previous Water Losses) adalah jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau muntah.2) NWL (Normal Water Losses) adalah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan.3) CWL (Cencamitant Water Losses) adalah banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masingmasing anak atau golongan umur.d. Pengobatan DietetikPengobatan diare yang berdasarkan dari penyebabnya, dilakukan secara bertahap dari obat yang konsentrasinya rendah kemudian dinaikkan secara perlahan-lahan hingga konsentrasinya penuh. Pemberian obat selanjutnya tergantung dari keadaan klinik dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan secara teratur (Ditjen POM, 1995)

Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30

Page 6: Lapak farkol percobaan 5

ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer (Karzung, 2002).

Adapun metode pengujian antidiare dengan penggunaan paraffin cair. Parafin cair obat adalah mineral putih yang sangat halus minyak yang sangat digunakan dalam kosmetik dan untuk tujuan medis ( British Pharmacopoeia ),  dan istilah mungkin memiliki kegunaan yang berbeda di negara lain. Parafin cair, dianggap memiliki kegunaan yang terbatas sebagai pencahar sesekali, tetapi tidak cocok untuk digunakan rutin karena bisa merembes dari anus dan menyebabkan iritasi, dapat mengganggu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak , bisa diserap ke dalam dinding usus dan dapat menyebabkan tubuh granulamatous reaksi-asing, jika memasuki paru-paru bisa menyebabkan lipoid, pneumonia (Ansel, 2005).

Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali (Ansel,2005).

Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik (Ansel,2005).

Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam (Ansel,2005).

Cara kerja obat : Loperamid merupakan antispasmodik, dimana mekanisme kerjanya yang pasti belum dapat dijelaskan. Secara in vitro pada binatang Loperamide menghambat motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Secara in vitro dan pada hewan percobaan, Loperamide memperlambat motilitas saluran cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. loperamid menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit (Ansel,2005).Indikasi: Diare akut yang tidak diketahui panyebabnya dan diare kronik.Efek samping: Flatulen/kembung, konstipasi, mual, muntah, mulut kering, sakit pada abdominal. Reaksi hipersensitif (termasuk kemerahan pada kulit). Kelelahan, mengantuk, pusing, megacolon toksik. Gejala over dosis : konstipasi, mual, depresi susunan saraf pusat.

Page 7: Lapak farkol percobaan 5

Kontra indikasi: Anak-anak dibawah usia 12 tahun, kolitis akut karena dapat menyebabkan megacolon toksik. pada keadaan dimana konstipasi harus dihindari. Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.Interaksi obat: Pemberian bersama tranquilizer atau alkohol, inhibitor monoamin oksidase harus hati-hati

IV. ALAT, BAHAN, DAN HEWAN PERCOBAAN

1. Alat

Alat bedah

Alas / meja bedah

Penggaris

Sonde oral mencit

Timbangan Hewan

2. Bahan

Loperamid HCl (0,24 dan 0,48 mg/ml)

Tinta cina

Suspensi PGA 2%

3. Hewan Percobaan

Mencit jantan, bobot badan rata-rata 20-25 gram

V. PROSEDUR PERCOBAAN

Pada percobaan metode pengujian obat anti diare digunakan metode transit

intestinal. Pertama-tama bobot mencit ditimbang dan dikelompokkan secara acak

menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok control diberi PGA 2%, kelompok uji

Loperamid dosis I dan dosis II yang diberikan per oral. Pada t = 45 ,menit, semua

hewan diberikan tinta cina 0,1 ml/10g mencit secara per oral. Lalu pada t = 65

menit semua mencit dikorbankan dengan cara didislokasi tulang leher. Kemudian

usus mencit dikeluarkan secara hati-hati sampai teregang. Usus yang sudah

Page 8: Lapak farkol percobaan 5

teregang tersebut diukur panjang usus yang dilalui norit/tinta cina mulai dari

pylorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) dan diukur juga panjang seluruh

usus dari pylorus sampai rectum. Lalu rasio normal jarak yang ditempuh marker

terhadap panjang usu seluruhnya dihitung. Hasil-hasil pengamatan disajikan

dalam bentuk table dan dibuat grafiknya. Hasil pengamatan pada ketiga kelompok

hewan dievaluasi untuk waktu muncul diare, jangka waktu berlangsung diare,

bobot feses dievaluasi masing-masing secara statistic dengan metode ANAVA

dan Student’s t test.

VI. DATA PENGAMATAN

Mencit KelompokPanjang

UsusUsus

TermarkerRasio

Rata-Rata

I

1 70 27,2 0,388

0,2362 60 10 0,167

3 58 9,3 0,16

4 56 12 0,23

II

1 63 19,5 0,309

0,3322 62 21 0,339

3 62,3 33,8 0,542

4 56,5 8 0,14

III

1 60,5 38 0,608

0,4692 62 31 0,5

3 54,5 16,3 0,299

4 - - -

Page 9: Lapak farkol percobaan 5

PERHITUNGAN

a. Data Kelompok I

Berat badan Mencit :

1. 43,5 gram

2. 36,2 gram

3. 36,5 gram

Dosis Larutan Uji

Mencit I (Suspensi PGA 2%)

43,5 x 0,5 ml = 1,0875 ml

20

Mencit II (Loperamid HCl 6 mg/ml)

36,2 x 0,5 ml = 0,9 ml

20

Mencit III (Loperamid HCl 12 mg/ml)

36,5 x 0,5 ml = 0,91 ml

20

Dosis Tinta Cina

Mencit I : 43,5 x 0,1 ml = 0,435 ml

10

Mencit II : 36,2 x 0,1ml = 0,362 ml

10

Mencit III: 36,5 x 0,1 ml = 0,365 ml

10

% Inhibisi Peristaltik Usus

Loperamid 6 mg/ml = 0,309 x 100% = 79,63%

0,388

Loperamid 12 mg/ml = 0,608 x 100 % = 156,7%

0,388

b. Data Kelompok II

Page 10: Lapak farkol percobaan 5

Berat badan Mencit :

1. 40,02 gram

2. 25,6 gram

3. 24,5 gram

Dosis Larutan Uji

Mencit I (Suspensi PGA 2%)

40,02 x 0,5 ml = 1,0005 ml

20

Mencit II (Loperamid HCl 6 mg/ml)

25,6 x 0,5 ml = 0,64 ml

20

Mencit III (Loperamid HCl 12 mg/ml)

24,5 x 0,5 ml = 0,6125 ml

20

Dosis Tinta Cina

Mencit I : 40,02 x 0,1 ml = 0,4002 ml

10

Mencit II : 25,6 x 0,1ml = 0,256 ml

10

Mencit III: 24,5 x 0,1 ml = 0,245 ml

10

% Inhibisi Peristaltik Usus

Loperamid 6 mg/ml = 0,339 x 100% = 202,99%

0,167

Loperamid 12 mg/ml = 0,5 x 100 % = 299,4%

0,167

c. Data Kelompok III

Berat badan Mencit :

1. 40,02 gram

2. 25,6 gram

Page 11: Lapak farkol percobaan 5

3. 24,5 gram

Dosis Larutan Uji

Mencit I (Suspensi PGA 2%)

23,5 x 0,5 ml = 0,58 ml

20

Mencit II (Loperamid HCl 6 mg/ml)

22,4 x 0,5 ml = 0,56 ml

20

Mencit III (Loperamid HCl 12 mg/ml)

18,7 x 0,5 ml = 0,46 ml

20

Dosis Tinta Cina

Mencit I : 23,5 x 0,1 ml = 0,235 ml

10

Mencit II : 22,4 x 0,1ml = 0,224 ml

10

Mencit III: 18,7 x 0,1 ml = 0,187 ml

10

% Inhibisi Peristaltik Usus

Loperamid 6 mg/ml = 0,542 x 100% = 338,75%

0,16

Loperamid 12 mg/ml = 0,299 x 100 % = 186,87%

0,16

d. Data Kelompok IV

Berat badan Mencit :

1. 22,8 gram

2. 23,6 gram

3. 33 gram

Dosis Larutan Uji

Mencit I (Suspensi PGA 2%)

Page 12: Lapak farkol percobaan 5

22,8 x 0,5 ml = 0,57 ml

20

Mencit II (Loperamid HCl 6 mg/ml)

23,6 x 0,5 ml = 0,59 ml

20

Mencit III (Loperamid HCl 12 mg/ml)

33 x 0,5 ml = 0,825 ml

20

Dosis Tinta Cina

Mencit I : 22,8 x 0,1 ml = 0,228 ml

10

Mencit II : 23,6 x 0,1ml = 0,236 ml

10

Mencit III: 33 x 0,1 ml = 0,33 ml

10

% Inhibisi Peristaltik Usus

Loperamid 6 mg/ml = 0,14 x 100% = 60,8%

0,23

Loperamid 12 mg/ml = 0 x 100 % = 0 %

0,23

Analisis ANAVA

Hipotesis :

Ho : π1 = 0, artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap

mencit.

H1 : π1 ≠ 0, artinya tidak seluruh perlakuan memberikan efek yang sama

terhadap mencit.

Tabel ANAVA

Page 13: Lapak farkol percobaan 5

SV DK JK KT FHIT FTAB

Rata-Rata 1 0.048 0.048 0.167 4.26

Perlakuan 2 0.019 0.0095

Kekeliruan

eksperimen5 0.513 0.057

Jumlah 12 0.58

Perhitungan

DK :

Rata – rata = 1

Perlakuan = p-1 = 3-1 = 2

Kekeliruan eksperimen = Dktotal-Dkperlakuan –Dkrata-rata= 12-2-

1=9

Total = 12

Jumlah Kuadrat :

JKR

JKP

JKE

Kuadrat Tengah :

Page 14: Lapak farkol percobaan 5

KTR

KTP

KTE

F-hit

Kesimpulan

Ftabel :

Karena Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, artinya seluruh perlakuan

memberikan efek yang sama terhadap mencit

Grafik Hasil Pengamatan

Page 15: Lapak farkol percobaan 5

VIII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yaitu pengujian efek anti diare memiliki tujuan

dapat mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare

yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan dan metode transit

intestinal. Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang

lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat,

kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup

waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan

elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium

(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang

berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi

bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang

lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang

dewasa.

Page 16: Lapak farkol percobaan 5

Mekanisme umum kerja dari obat anti diare adalah memperlambat

motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi oto dan longitudinalis usus. Obat

ini berikatan dengan reseptor opioid, sehingga diduga efek konstipasinya

disebabkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.

Ada 2 metode uji anti diare yang dapat dilakukan yaitu dengan metode

proteksi terhadap diare dengan induksi oleum ricini atau dengan metode transit

intestinal. Kedua metode ini ditujukan terbatas pada aktivitas obat yang dapat

memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan

memperbaiki konsistensi feses.

Pada percobaan kali ini yang dilakukan adalah menguji obat anti diare

yaitu Loperamid HCL dengan menggunakan metode transit intestinal. Obat ini

diujikan pada 2 hewan percobaan yaitu dosis tinggi dan dosis rendah. sedangkan

untuk uji control diberikan PGA 2% dan untuk melihat efek dari gerakan

peristaltik usus, hewan percobaan diberikan tinta cina secara peroral.

Mula-mula dilakukan penimbangan terhadap semua hewan percobaan

untuk mengetahui dosis yang akan diberikan kepada setiap hewan percobaan.

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit dengan

berat berkisar kurang lebih 30 gram, digunakan hewan ini karena mencit

merupakan hewan yang mudah diamati. Selanjutnya, hewan dibagi menjadi 3

kelompok yaitu kelompok kontrol diberi PGA 2%, kelompok uji Loperamid dosis

I dan kelompok uji Loperamid dosis II. PGA 2% dan Loperamid diberikan secara

peroral. Pada t=45 menit, semua hewan percobaan diberikan tinta cina 0,1 mL/10

g mencit yang diberikan secara peroral kemudian pada t=65 menit semua hewan

percobaan dikorbankan dengan dislokasi tulang leher. Hewan percobaan

dikorbankan agar dapat melihat gerakan peristaltik usus yang dilihat seberapa

panjang usus yang dilalui oleh tinta cina mulai dari pilorus sampai ujung akhir.

Ukur usus yang dilalui tinta cina mulai dari pilorus sampai ujung akhir lalu ukur

panjang seluruh usus dari pilorus sampai rectum. Kemudian hitung rasio normal

Page 17: Lapak farkol percobaan 5

jarak yang ditempuh tinta cina terhadap panjang usus seluruhnya lalu disajikan

dalam tabel dan grafik kemudian dihitung statistic dengan metode anava.

IX. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat diketahui seberapa jauh aktivitas obat anti diare

pada hewan percobaan dapat diketahui dengan menggunakan metode transit

intestinal dengan menggunakan Loperamid HCl sebagai obat antidiare.

Page 18: Lapak farkol percobaan 5

DAFTAR PUSTAKA

Alfan. 2010. Obat Antidiare. Available online at : http://panmedical.wordpress. com/2010/04/09/obat-anti-diare/ [diakses tanggal 8 april 2012]

Ansel, Howard C.2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Edisi Keempat. Jakarta : University of Indonesia Press.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, ed. 4, Depkes RI, 896.

Guyton, A.C., 1990, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, terjema-han P. Andrianto, ed 3. Jakarta: BCG

Hardiansyah, A. D. 2010. Pengujian Aktivitas Antidiare. Available online at : http://andiscientist.blogspot.com/ [diakses tanggal 8 april 2012]

Katzung, B.G.2002.Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2, Edisi VIII. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Page 19: Lapak farkol percobaan 5

Muscthler, E., 1991, Dinamika Obat, terjemahan M. B. Widianto dan A. S. Ranti, Bandung: ITB

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.