kologi analgetik

Upload: hesny-sanitya

Post on 13-Jul-2015

1.576 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

UJI AKTIVITAS ANALGETIK DENGAN MEMBANDINGKAN BENURAT DAN PIROKSIKAM DENGAN MENGGUNAKAN MENCIT PUTIH JANTAN GALUR DDYDisusun Oleh: Kelompok 3 / 2B Ketua: Iqbal pahlevi Anggota: - Gamaliel agripa - Haerunnisa asmadianti - Hendra agustira - Hesny sanitya

- Hilda hanifa - Imroatul maftukha - Indah novianti - Kartika dwi lestari

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II JURUSAN FARMASI 2010

BaB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan Percobaan

1.4 Manfaat Percobaan

Bab I Pendahuluan1.1 Latar Belakang Arthritis adalah penyakit yang bercirikan rasa nyeri, bengkak, dan kekakuan otot dengan terganggunya fungsi alat-alat penggerak (sendi dan otot). Ada tiga macam arthritis yang paling banyak ditemukan yaitu artrose, rematik dan encok. Artrose (arthritis deformans) disebut juga osteoartrose atau osteoarthritis mempunyai ciri-ciri degenerasi tulang rawan yang menipis sepanjang perkembangan penyakit dengan pembentukan tulang baru sampai ruang diantara sendi menyempit. Rematik (arthritis rheumatica) atau rema adalah penyakit sendi kronis dan sistemik yang termasuk kelompok gangguan autoimun yaitu keadaan dimana antibodi tubuh menyerang dan merusak organ/jaringan sendiri. Rematik bercirikan peradangan kronis dari sendi dan membrannya hingga terjadi destruksi tulang rawan dengan perubahan anatomis. Sedangkan encok (arthritis urica) atau gout adalah gangguan yang terjadi pada metabolisme asam urat, berakibat mengendapnya kristalkristal natrium urat di sendi-sendi, jaringan lembut dan ginjal. (Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002).

Umumnya pengobatan arthritis ditujukan untuk menanggulangi gejala nyeri, peradangan dan kekakuan. Yang paling banyak digunakan adalah kortikosteroid analgetika, antiradang atau Non-

Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs). Obat analgetik adalah obat penghilang nyeri yang banyakdigunakan untuk mengatasi sakit kepala, demam dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa resep.Jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif. Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan dengan analgetika. (Medicastore,2008)

NSAIDs sebagai analgetik antiradang sangat berguna terhadap gejala rema. Zat-zat ini lebih efektif daripada analgetik perifer (parasetamol, asetosal, atau kombinasi dengan obat lain). (Drs Tan Hoan Tjay dan Drs Kirana Rahardja, 2007).

Salah satu obat yang sering digunakan masyarakat adalah Piroxicam sedangkan Jamu Benurat masih dalam tahap pengembangan. Piroxicam selain berdaya analgetik, piroxicam juga berdaya antipiretis dan antiradang kuat dan lama. Selain itu obat ini sering digunakan juga untuk nyeri haid dan encok. Sedangkan Jamu Benurat adalah produk jamu yang masih dalam pengembangan untuk mencapai efek analgetik maksimal sehingga siap untuk dipasarkan. Oleh karena itu, kami melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa piroxicam dan jamu benurat mempunyai efek analgetik. 1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah perbandingan efek analgetik dari Piroksikam dan Benurat dosis 1,2 dan 3?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan Umum :Membandingkan efek analgetik pada obat analgetik Piroksikam dan Benurat dosis 1,2 dan 3?

Tujuan Khusus :

Membuktikan bahwa Piroksikam dan Benurat dosis 1, 2 dan 3 mempunyai efek analgetik. Menghitung % efek analgetik setiap kelompok. Membandingkan aktivitas farmakologi (onset dan durasi) antara Piroksikam dan Benurat dosis 1,2 dan 3.

Menggambar grafik profil analgetik tiap jam setiap kelompok.

1.4 Manfaat Percobaan Dapat mengetahui mekanisme kerja Piroksikam dan Benurat. Dapat mengamati perbedaan efek analgetik dari Piroksikam dan Benurat. Dapat membandingkan obat manakah yang mempunyai efek analgetik yang lebih kuat. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi praktikan dan pembaca tentang mekanisme kerja dan efek analgetik dari Piroksikam dan Benurat. Dapat digunakan sebagai referensi khususnya obat analgetik Piroksikam dan Benurat.

BaB II Tinjauan Pustaka2.1 Nyeri 2.2 Analgetika 2.3 Analgetika Perifer 2.7 Piroxicam 2.8 Asam asetat 2.9 Tragakan 2.10 Etanol 2.11 Metode Uji Analgetik

2.4 Analgetika antiradang (NSAIDs)2.5 Zat-zat Tersendiri 2.6 Benurat

Bab II Tinjauan Pustaka2.1 Nyeri 2.1.1 Pengertian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 4445C ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 ) 2.1.2 Ambang Nyeri Ambang-nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Jadi, intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap

orang, ambang nyeri adalah konstan. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.1.3 Mediator Nyeri

Mediator nyeri juga disebut atacoida dan terdiri dari antara lain histamin, serotonin,

brandykinin, leukotrien, dan prostaglandin2. Brandykinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino)yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung saraf

sensoris bagi

rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lain. Zat-zat ini juga berkhasiat vasodilatasi kuat danmemperbesar permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubungan kerja dan inaktivasinya pesat dan bersifat lokal, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat ini bekerja juga sebagai mediator demam. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.1.4 Penanganan Nyeri Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yakni :

Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetika perifer. Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestitika lokal.

Blokade pusat nyeri di SSP dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anestetika umum.(Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.2 Analgetika2.2.1 Pengertian Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. (Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 ) 2.2.2 Penggolongan Atas kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni : a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri atas obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.3 Analgetika Perifer

Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni:a. Parasetamol; b. Salisilat: asetosal, salisilamida, dan benorilat. c. Penghambat prostaglandin (NSAIDs): ibuprofen (Arthrifen), dan lain-lain. d. Derivat-derivat antranilat: mefenaminat, asam niflumat glafenin, floktafenin; e.Derivat-derivat metamizol. pirazolinon: aminofenazon, isoprofilfenazon, isoprofilaminofenazon, dan

f. Lainnya: benzidamin (Tantum).( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.4 Analgetika Antiradang (NSAIDs) NSAIDs berkhasiat analgetis, antipiretis, serta antiradang (antiflogitis), dan sering sekali digunakan untuk menghalau gejala penyakit rema, seperti A.R., artrosis, dan spondylosis. Obat ini efektif untuk peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan, atau pada memar akibat olahraga. Obat ini juga dipakai untuk mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup tinggi. Selanjutnya NSAIDs juga digunakan untuk kolik saluran empedu dan kemih, seta keluhan tulang pinggang dan nyeri haid

(dysmenorroe). Akhirnya, NSAIDs juga berguna untuk nyeri kanker akibat maltase tulang. Yang banyakdigunakan untuk kasus ini adalah zat-zat dengan efek samping relatif sedikit, yakni ibuprofen, naproksen, dan diklofenak.

Penggolongan, secara kimiawi obat-obat ini biasanyadibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :a. Salisilat : asetosal, benorilat, dan diflunisal. Dosis anti-radangnya terletak 2-3 x lebih tinggidaripada dosis analgetisnya b. Asetat : aklofenac (Mirvan), diklofenac, indometasin dan sulindac, juga fentiazac (Norvedan). Aclovenac jarang digunakan lagi karena sering menimbulkan reaksi kulit. Indometasin termasuk obat yang terkuat daya antiradangnya, tetapi lebih sering menyebabkan lambung usus. c. Propionate : ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen, naproksen, tiaprofenat, dan fenoprofen (fepron). d. Oksicam : piroxicam, tenoxicam, dan meloksicam. e. D.antranilat : mefenaminat, nifluminat, dan meclofenamic acid (Meclomen). f. Pirazolon : (oxy) fenilbutazon dan azapropazon (prolixan) g. Lainnya : nabumeton, benzidamin krem 3%, bufexamac krem 5% (parfenac). Benzidamin berkhasiat antiradang agak kuat, tetapi kurang efektif pada gangguan rematik.

Penggunaan local. Sejumlah NSAID digunakan topical dalam krem atau gel, misalnya piroxicam0,5%, naproxen 10% (gel), niflumic acid, dan diklofenac (dietil-amonium) 1%, juga benzidamin 5%. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.4.1. Prostaglandin

Hormon Jaringan ini memiliki rumus asam-lemak tak-jenuh yang di hidroksilisasi. Semuladiduga sintesisnya hanya dalam prostat, sehingga diberi nama prostaglandin. Akan tetapi, kemudian ternyata senyawa ini dapat dibentuk local diseluruh tubuh, misalnya di dinding lambung dan pembuluh, trombosit, ginjal, rahim, dan paru-paru. Obat ini memiliki sejumlah efek

fisiologi dan farmakologi luas, antara lain terhadap otot polos (dinding pembuluh, rahim, bronchi,dan lambung-usus), agregasi trombosit, produksi hormone, lypolisis di depot lemak, dan SSP.

Sintesanya. Bila membrane sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik,atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fospolipida yang terdapat di situ menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak-jenuh ini (C20, delta 5,8,11,14) kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim cyclo-oxygenase menjadi asam andoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari arachidonat diubah oleh enzim lipoxygenase menjadi zat-zat leukotrien (nama lama: SRSA = Slow Reacting Subtances of Anaphylaxis). Baik prostalglandin maupun leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Peroksida melepaskan radikal bebas oksigen yang juga memegang peranan pada timbulnya rasa nyeri.

Cyclo-oksigenase terdiri dari dua isoenzim, yakni COX-1 dan COX-2, dengan berat molekuldan daya enzimatis yang sama. COX-1 terdapat dikebanyakan jaringan, antara lain di pelat-pelat darah, ginjal dan saluran cerna. Zat ini berperan pada pemeliharaan perfusi ginjal, homeostase vaskuler, dan melindungi lambung dengan jalan membentuk bikarbonat dan lender, serta menghambat produksi asam. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan, tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel meningkat sampai 80 kali. Menurut perkiraaan, penghambatan COX-2-lah yang memberikan NSAIDs efek antiradangnya.

Penghambatan COX-1 dengan demikian bertanggung jawab atas efek sampingnyaterhadap mukosa lambung-usus dan di ginjal, sedangkan efek negatifnya, seperti iritasi dan efek toksisinya terhadap ginjal. Atas dasar perbedaan ini telah dikembangkan NSAIDs selektif, yang terutama menghambat COX-2 dan kurang mempengaruhi COX-1. Obat ini dinamakan penghambat COX-2 selektif dan kini tersedia nabumeton, meloxicam, celecoxib.

Penggolongan . jenis prostaglandin yang dikenal termasuk tiga kelompok, yakni :a. Prostaglandin A-F (PgA PgF), yang dapat dibentok oleh semua jaringan. Yang terpenting adalah PgE2 dan PgF2. Setiap Pg memiliki nomor sebanyak jumlah ikatan tak jenuhnya., jika perlu dengan tambahan alfa atau betatergantung dari posisi rantai-sisinya dalam ruang. Contohnya: PgE2a adalah stereoisomer alfa dengan 2 ikatan tak-jenuh.

Zat-zat ini berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan

membran synovial, sehingga terjadi radang dan rasa nyeri. Selain itu, reseptor nyeri disensibilasihingga efek dari mediator lain (histamine, bradikinin, dan lain-lain) diperkuat. Jika mandiri, zat ini tidak mengakibatkan nyeri. b. Prostacyclin (PgI2) dibentuk terutama didinding-pembuluh. Berdaya vasodilatasi (bronchi, lambung,

rahim, dan lain-lain), dan antitrombosis, juga memiliki efek proktektif terhadap mukosa lambung. Padapokok dan pasien tukak lambung produksi PgI2 menurun. c. Tromboxan (TxA2, TxB2) khusus dibentuk dalam trombosit. Berdaya vasokonstriksi (antara lain di jantung) dan menstimulasi agregasi pelat darah (trombostis). Dalam otak, prostaglandin dibentuk sebagai reaksi terhadap zat-zat pirogen berasal dari bakteri (infeksi). Pg ini menstimulasi pusat regulasi suhu di hipotalamus dan menimbulkan demam. Di rahim, Pg mengakibatkan konstraksi dengan terjadinya kekurangan darah dari otot arhim, yang menimbulkan nyeri hebat. Keadaan ini timbul selama gangguan haid, dimana kadar Pg di endometorium ternyata sangat meningkat. Akibatnya, reseptor nyeri dirahim disensibilisasi, yang menyebabkan kontraktilitas berlebihan dan nyeri mirip kolik. Selain itu, zat ini juga dapat mengakibatkan nyeri kepala, nausea, muntah, dan diare yang intensitasnya berhubungan langsung dengan kadar Pg.

Penggunaan, atas dasar daya kontraksinya di rahim, prostaglandin sudah banyak digunakan dikebidanan untuk menginduksi persalinan. Zat ini juga menimbulkan abortus setelah bulan ketiga,misalnya bila janin mati. Pg yang digunakan adalah dinoprospat = PgF2a (Prostin) dan dinoproston = PgE2 (Prostin E2). ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.4.2 Leukotrien (LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4) Senyawa sulfidopeptida ini dibentuk sebagai hasil metabolisme asam arachidonat dan merupakan mediator radang dan nyeri pula. Melalui rute lipoxygenase, terbentuklah LTA4 yang tidak stabil, yang oleh hidrolase diubah menjadi LTB4 atau LTC4. Yang terakhir bisa diubah menjadi LTD4

dan LTE4.Selain pada rema leukotrien juga memegang peranan peranan pada proses peradangan dan alergi pada asma dan pada pathogenesis penyakit kulit psoriasis. LCT4, LTD4 dan LTE4 terutama dibentuk di granulosit eusinofil dan berkhasiat vasokonstriktif di bronchi dan mukosa lambung, juga memperkuat hipereaktivitas bronchi dan permeabelitas pembuluh paru dengan menimbulkan udema. LTB4 khusus disintesa di makrofag dan nutreofil alveoler dan bekerja chemotactis, yaitu menstimulasi migrasi leukosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya.

Tertarik oleh leukotrien leukosit dalam jumlah besar menginvasi daerah peradangan dan mengakibatkan banyak gejala radang pula. NSAIDs hampir tidak merintangi pembentukan LT dan chemotaxis granulosit tersebut, maka tidak menghilangkan gejala dengan tuntas. Penghambatan COX dapat secara tak langsung meningkatkan sintesa leukotrien. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 ) 2.4.3 Mekanisme Kerja NSAIDs dan Kortikosteroida Cara kerja NSAIDs untuk sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin, dimana kedua jenis cyclo-oxygenase diblokir. NSAID ideal hendaknya hanya menghambat COX-2

(peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung), lagi pula menghambat lipooxygenase (pembentukan leukotrien). Walaupun dilakukan daya upaya intensif sejak akhir tahun 1980-an, hingga kini obat ideal demikian belum ditemukan. Dewasa ini hanya ditemukan tiga obat dengan kerja agak selektif, artinya lebih kuat menghambat COX-2 dari pada COX-1, yakni COX-2 inhibitor agak baru nabumeton dan meloxicam. Dari obat baru celecoxib (celebrex, 1990) di klaim tidak menghambat COX-1 sama sekali pada dosis biasa, tetapi efek klinisnya mengenai iritasi mukosa lambung masih perlu dibuktikan. Diklofenac, naproksen dan ketoprofen juga kurang lebih bekerja selektif, sedangkan sulfasalazin diperkirakan menghambat kedua enzim COX.

Antagonis leukotrien. Banyak riset sedang dilakukan pula untuk mengembangkan antagonos

leukotrien, yang dapat digunakan sebagai obat antiradang pada rema dan asma. Contohnya adalahlipoxygenase-blocker zileuton dan LT-reseptorblokeers montelukast, pranlukast, dan zafirlukast. Kortikosteroid berdaya menghambat fosfolipase, sehingga pembentukan baik dari

prostaglandin maupun leukotrien dihalangi. Oleh karena itu, efeknya terhadap gejala rema lebih baik

dari pada NSAIDs. Keberatannya adalah efek sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinngi danpenggunaan lama. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 ) 2.4.4 Efek Samping Sejumlah efek samping berkaitan dengan penghambatan sintesa prostaglandin dan terutama

terjadi pada lambung-usus, ginjal, dan fungsi trombosit. Frekuensinya berbeda-beda untuk pelbagaiobat dan pada umumnya efek-efek ini meningkat dengan besarnya dosis dan lama penggunaannya, kecuali efeknya terhadap trombosit. a. Efek ulcerogen : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, dan pendarahan samar (occult) yang disebabkan perintangan sintesa prostacyclin dan kehilangan daya perlindungannya. Karena perintangan ini bersifat sistematis, maka efek ini juga terjadi pada penggunaan rectal, resikonya besar terutama pada mereka yang berusia diatas 60 tahun, khususnya pada wanita.

Penggunaan serentak dari kortikosteroida meningkatkan resiko. Profilaksis dapat dilakukan dengan

pemberian misoprostol sebagai substitusi PgI2, dengan efek protektif terhadap mukosa.

Obat dengan masa paruh panjang mengakibatkan resiko gangguan lambung-usus lebih besar dari pada obat dengan masa paruh pendek obat yang terbanyak menimbulkan keluhan lambung usus

serius adalah indometasin, azapropazon, dan piroxicam; obat dengan keluhan lebih kurangseparuhnya adalah, ketoprofen, naproksen, flurbiprofen, sulindac, dan diclofenac, sedangkan ibu profen paling sedikit. b. Gangguan fungsi ginjal: insufiensi, nefritis interstisill, dan kelainan pada regulasi air dan elektrolit (udema, hiperkaliemia). Prostaglandin memelihara volume darah yang mengalir melalui ginjal (perfusi). Zat ini juga menghalangi vasokonstriksi terlampau kuat dalam ginjal misalnya, pada pasien gagal jantung, cirosis hati, dan penyakit ginjal kronis. Karena terhambatnya sintesa Pg, maka perfusi dan laju filtrasi glomeruler berkurang dengan efek-efek tersebut. Para lansia sangat peka untuk efek ginjal ini, dan dapat menderita nefritis irreversible, khususnya pada indometasin. Efek diuretika dikurangi oleh NSAIDs. c. Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa pendarahan dapat diperpanjang. Efek ini reversible, kecuali pada asetosal.

d. Reaksi kulit: ruam dan urticaria, relatif sering terjadi pada sulindac.

e. Bronchokonstriksi pada penderita asma yang hipersensitif bagi NSAIDs.f. Efek sentral : nyeri kepala, pusing, tinnitus (telinga berdengung), termangu-mangu, susah tidur, g. Lain-lain adakalanya depresi dan gangguan penglihatan.

: gangguan fungsi hati (khususnya diklofenac), gangguan haid (diklofenac, indometasin), jarang anemia aplastis. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.4.5 Kehamilan dan Laktasi Wanita hamil tidak boleh diberikan NSAIDs selama triwulan terakhir karena dapat menghambat dan memperlambat persalinan. NSAID masuk kedalam air susu, maka sebaiknya jangan digunakan selama laktasi. Pengecualian adalah ibuprofen, flurbiprofen, naproksen, dan diklofenac, yang pada dosis biasa hanya sedikit timbul dalam air susu. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.4.6 Kontra IndikasiPenderita asma dan lambung tidak boleh diberikan obat ini.( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 )

2.4.7 Indikasi

NSAIDs adalah asam-asam organis yang terkait kuat pada protein darah, yang mampumenggeser obat-obat lain dengan PP tinggi dan demikian memperkuat kerjanya. Contohnya : antikoagulansia dan anti diabetika oral. Juga ekskresi dari asam-asam organis lain, seperti penisilin, furosemida, HCT, dan metotreksat diperlambat, hingga obat ini lebih lama kerjanya. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 ) 2.5 Zat-zat Tersendiri 2.5.1 Analgetika Antiradang a. Piroxicam: Feldene, Brexine Derivat-benzothiazin ini (1979) berkhasiat analgetis, antipiretis dan antiradang kuat dan lama (plasma-t -nya rata-rata 50 jam). Komplex dengan betadex (= cyclodextrin) ( Brexine) dikatakan lebih cepat resorbsinya dari usus, tetapi diperlambat oleh makanan. Obat ini sering digunakan, juga untuk nyeri haid dan serangan encok. Dosis: oral, rektal dan i.m. 1 dd 20 mg (d.c/p.c), dysmenorrea primer. 1 dd 40 mg selama 2 hari, lalubila perlu 1 dd 20 mg. pada serangan encok: permulaan 40 mg, lalu 2 dd 20 mg selama 4-6 hari.

Tenoxicam (Tilcotil) adalah derivat-oxicam pula (1986) dengan khasiat dan sifat mirip piroxicam. Plasma-t -nya lebih panjang, rata-rata 72 jam. Dosis: oral 1 dd 20 mg, pemeliharaan 1 dd 10 mg d.c.

Meloxicam (Movi-Cox) adalah derivate oxicam (1995) yang agak selektif menghambat CoX-2 lebih kuat dari pda COX-1, sehingga kurang merangsang mukosa lambung. Plasma-t -nya 20 jam. Dosis: oral 1 dd 7,5-15 mg d.c. b. Asam Mefenamat: mefenamic acid, Menin, Ponsta Derivat-anthranilat (= o-aminobenzoat) ini (1956) memiliki daya antiradang sedang. Kira-kira 50% dari khasiat fenilbutazon. Plasma-t -nya 2-4 jam. Penggunaan sebagai obat antinyeri dan obat

rema terbatas karena sering menimbulkan gangguan lambung-usus, terutama dyspepsia dan diarehebat. Tidak dianjurkan untuk anak-anak. Dosis: pada nyeri akut, permulaan 500 mg d.c/p.c kemudian 3-4 dd 250 mg selama maks. 7 hari.

Asam nifluminat (Niflamol, Inflaryl) adalah derivat-thrifluor yang memiliki daya antipiretis lemah,

daya analgetis cukup baik, dan daya anti radang kuat yang melebihi efek asetosal. Keberatannyasama dengan mefenamat dan luas terapetisnya sempit. Oleh karena itu, obat ini tidak begitu sering digunakan. Dosis: 3 dd 250 mg d.c/p.c, maks. 1000 mg sehari.

c. Fenilbutazon: Butazolidin, Irgapan, Phelazon, New Skelan Derivat-pyrazolidin ini (1919) sebagai penghambat sintesa prostaglandin, berkhasiat

antiradang yang lebih kuat daripada kerja analgetiknya. Juga berdaya urikosuris lemah, tetapi kini tidak digunakan lagi dalam terapi encok. Berhubung efek buruknya terhadap darah, penggunaannya sudah banyak terdesak. Dewasa ini khusus dianjurkan hanya pada kasus-kasus

tertentu yang tidak dapat ditanggulangi oleh NSAIDs lainnya, misalnya P. Bechterew dan S.

Reiter.Resorpsinya di usus baik, PP-nya 98%, plasma-t -nya rata-rata 77 jam, dari oksifenbutazon 77 jam sampai 105 jam (pada lansia). Di dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit-metabolit

aktifnya oksifenbutazon dan hidroksi-fenbutazon, yang di metabolisasikan lebih lanjut dandikeluarkan terutama melalui kemih. Efek sampingnya bermacam-macam dan terjadi pada rata-rata 30 % dari pasien yang tidak tergantung dari dosis. Yang terpenting adalah supresi sumsum tulang hebat, dengan agranulocytose, anemia aplastis( dengan angka kematian tinggi!), leucopenia dan kelainan darah lainnya. Yang sering terjadi adalh keluhan lambung, pusing, reaksi alergi pada kulit dan udema, akibat resorpsi kembali dari natrium dan air sehingga volume plasma meningkat. Gangguan fungsi hati, kerusakan ginjal, dan memburuknya tukak lambung, serta perforasi jarang terjadi. Pembesaran tiroid dengan hipotirosis telah dilaporkan.

Dosis; di atas 14 tahun oral 1 dd 300-400 mg d.c/p.c. selama 1 minggu, pemeliharaan 1 dd 100200 mg. pengawasan darah secara teratur mutlak dilakukan.

Oksifenilbutazon (Sponderil, Tanderil) adalah metabolit-hidroksi (1955) dengan khasiat dan sifat hampir sama, kecuali tidak berdaya urikosuris. Pada tahun 1985, di kebanyakan negara Barat, obat ini telah ditarik dari peredaran, karena banyak digunakan sebagai analgetik umum. Dosis: oral 1 dd 200-300 mg d.c/p.c. selama satu minggu, pemeliharaan 1 dd 100 mg pagi hari. ( Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002 ) 2.6 Benurat Komposisi : kemuning, kunyit, akar kucing, daun suruhan. 2.6.1 Kemuning

Nama latin Familia

: Murraya paniculata : Rutaceae

Penyakit Yang Dapat Diobati : Radang buah zakar (orchitis), radang saluran napas (bronkhitis), Infeksi saluran kencing, kencing nanah, keputihan, sakit gigi, haid tidak teratur, lemak tubuh berlebihan, pelangsing tubuh, nyeri pada tukak (ulkus), kuli kasar, memar akibat benturan, rematik, keseleo, digigit serangga dan ular berbisa, ekzema, bisul, koreng, epidemik encephalitis B, luka terbuka di kulit.

Efek farmakologis dan hasil penelitian 1. Infus daun kemuning dengan dosis 1.000 mg serbuk/kg bb mencit albino pada percobaan analgesik dengan bahan pembanding asetosal 52 mg/kg bb, memberikan efek analgesik (Pudjiastuti, dkk., Cermin Dunia Kedokteran No.59, 1989). 2. Infus daun kemuning dengan dosis 210 mg, 420 mg dan 840 mgl 200 g bb diberikan per oral pada tikus sesaat sebelum penyuntikkan 0,2 ml larutan karagenin 1 % dalam NACI fisiologis secara subplantar (zat pembuat udern buatan). Pada infus daun kemuning dengan dosis 840 mg/200 g bb menunjukkan efek anti-inflamasi mendekati natrium diklofenak dengan dosis 8 mg/200 g bb yang digunakan sebagai pembanding (Farida Ibrahim, Jubeini, Katrin, Rosrini, Jurusan Farmasi FMIPA Ul warta Perhipba No.Lllll, Jan-Maret 1995). 3. Infus daun kemuning 10%, 20%, 30%, 40% sebanyak 0,5 ml pada mencit dapat menurunkan berat badan secara bermakna (Ika Murni Sugiarti, Jurusan Biologi FMIPA UNAIR, 1990). 2.6.2. Kunyit

Nama latin

: Curcuma domestica

Familia : Zingiberaceae Penyakit Yang Dapat Diobati : Diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel, berak lendir.

Kegunaan :

Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing denganberbagai obat paten, misalnyauntuk peradangan sendi (arthritis- rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul.

Hasil Penelitian :Beberapa universitas dan badan riset di Korea Selatan, membuktikan secara in vitro dengan analisa SPR (Surface Plasmon Resonance) maupun in vivo dengan analisa APN-specific antibody competition, bahwa salah satu senyawa aktif yang terkandung di kunyit ternyata mampu

menahan laju pertumbuhan kanker.2.6.3 Kucing-kucingan

Nama latin Familia

: Acalypha indica L. : Euphorbiaceae

Penyakit Yang Dapat Diobati : Herba ini berkhasiat antiradang, antibiotik, peluruh kencing (diuretik), pencahar dan penghenti perdarahan (hemostatis).

2.6.4 Suruhan

Nama latin : Peperomia pellucidaFamilia : Piperaceae

Penyakit Yang Dapat Diobati :

Obat sakit kepala karena demam dan untuk obat sakit perut.

2.7 Piroksikam Piroksikam mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C15H13N3O4S Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air. (Anonim,1995)

2.8 Asam asetat (CH3COOH)

Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas, menusuk; rasa asam yang tajam. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan dengan gliserol Khasiat : Asam asetat pada konsentrasi 5% berkhasiat bakterisid dengan spectrum lebar dan sangat aktif terhadap Pseudomonas dan Hemofilus, juga terhadap Candida albicans dan Trichomonas, dua m.o yang sering kali mengakibatkan vaginitis. Oleh karena itu, dahulu obat ini banyak digunakan sebagai bilasan vagina (0,25%). Asam juga berkhasiat sebagai spermisid. ( Anonim, 1995 ) 2.9 Tragakan Tragakan adalah eksudat kering gom dari Astragalus gummifer Labillardiere atau spesies Asiatic lain dari Astragalus (Familia Leguminosae) Pemerian :Tidak berbau; mempunyai rasa tawar; seperti lender Kelarutan : Dalam air agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi masa homogen, lengket dan seperti gelatin.

Karakteristik botani : Tragakan Fragmen, datar, lamella, kadang-kadang melengkung atau helaian lurus atau spiral melengkung dengan ketebalan dari 0,5 mm sampai 2,5 mm; warna putih hingga kuning muda, bening dan susunannya bertonjolan, patahannya pendek. Lebih mudah diserbukkan apabila dipanaskan pada suhu hingga 50o: tidak berbau, rasa tawar seperti lender.

Jaringan Helaian tragakan menjadi lunak dalam air dan menjadi lengket dalam air atau gliserin P,terbentuk banyak lamella dan sedikit butiran-butiran tepung.

Serbuk tragakan Putih hingga putih kekuningan. Bila diamati di dalam tetesan air, menunjukkansejumlah fragmen angular dari musilago dengan lamella melingkar atau tidak beraturan, kadangkadang butiran tepung berdiameter sampai 25 m sebagaian besar sederhana, sferis hingga elip, kadang-kadang berkumpul 2 butir sampai 4 butir, beberapa butir mengembang dan beberapa diantaranya berubah. Serbuk menunjukkan beberapa atau tidak ada fragmen jaringan tanaman berlignin (Gom India). Khasiat : Sebagai vehikulum, bahan penstabil emulsi dan suspensi (dalam bidang farmasi). (Anonim, 1995 ) 2.10 Etanol Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v, C2H5OH, pada suhu 15,56C.

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar. Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic. Khasiat : kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat yang bekerja cepat (efektif dalam 2 menit), kadar 70% efektif sebagai bakterisid kkarena presentasi air terlalu sedikit untuk membasahkan kuman dan ini membuat kuman kurang peka bagi daya kerja bakterisida etanol, kadar 80-90% efektif pada virus missal hepatitis-B dan enterovirus, spectrum luas (gram positif dan negatif). ( Anonim, 1995 )

2.12 Metode uji analgetik

a. Metode penapisan analgetik dengan induksi cara kimia (Metode Sigmund)Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang

diinduksi secara kimia (pemberian asam asetat) pada hewan percobaan mencit. Rasa nyeri ini pada mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliatan. Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakanya. b. Metode induksi nyeri cara panas Hewanpercobaan yang ditempatkan di atas pelat panas dengan suhu tetap sebagai stimulus nyeri akan memberikan respon dalam bentuk mengangkatatau menjilat telapak kaki depan ,atau meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nteri dan terjadinya respon yang di sebut waktu relaksasi dapat di perpanjang oleh pengaruh obat-obat analgetika. Perpanjangan waktu relaksasi ini dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgetika. c. Metode Penapisan Analgetik untuk Nyeri Sendi Analgetika atertentu dapat mengurangi atau meniadakan rasa nyeri sendi, tipe nyeri artitis pada hewan percobaan yang ditimbulkan oleh suntikan intra artikular larutan AgNO3 1% . (Anonim, 1993 )

Bab III Metode Percobaan

Kelompok

No. Mencit

1.Normal dan Piroxicam 2.Piroxicam dan Benurat 3.Benurat

1,2,3,4,5,6,7,8 (8 ekor) 9,10,11,12,13,14,15,16,26 (9 ekor) 17,18,19,20,21,22,23,24,25 (9 ekor)

2. Dosis yang akan diberikan a). Tragakant 0,5% b). Piroxicam c). Jamu Benurat d). Asam asetat 1% : 0,5 ml / 20 g BB : 20mg : 500 mg, 1 g, 2g : 75 mg / kg BB (0,15 ml / 20 g BB)

Dosis setelah dikonversi ke mencita). Tragakant 0,5% b). Piroxicam c). Jamu Benurat D1 Jamu Benurat D2 Jamu Benurat D3 d). Asam asetat 1% : 0,5 ml / 20 g BB : 20mg x 0,0026 = 0,052 mg/ 20 g BB : 500 mg x 0,0026 = 1,302 mg/ 20 g BB : 1000 mg x 0,0026 = 2,6 mg/ 20 g BB : 2000 mg x 0,0026 = 5,2 mg/ 20 g BB : 75 mg x 20 g / 1000 g = 1,5 mg / 20 gr BB

3. Karena sediaan yang direncanakan telah di sediakan, maka dosis langsung di konversi dan di ad-kan sesuai dosis yang butuhkan 4. Evaluasi data diamati berdasarkan pengaruh Benurat dan Piroxicam pada jumlah geliatan dibandingkan geliatan normal dengan indikator asam asetat.

3.2 Tempat dan Waktu Tempat Waktu : Di Lab. Farmakologi Politeknik Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi : Kamis, 21 Oktober 2010 (Pukul 16.00-18.00 WIB)

3.3 Alat dan Bahan

Alat :1)

Bahan :1)

Timbangan mencit

Mencit putih DDY, 25 ekor (17,5-33,5g)

2)3) 4) 5) 6) 7)

9 Alat suntik mencit 1 ml9 Sonde oral mencit 9 Bejana pengamatan mencit (toples kaca) Spidol warna Kapas Timer

2)

Larutan Jamu Benurat 1,3 mg/0,2 ml; 2,6mg/0,2 ml; 5,2 mg/0,2 ml

3) 4) 5) 6)

Larutan Piroxicam 0,052mg / 0,2 ml Asam asetat 1 % (0,15ml / 20 g BB) Tragacant 0,5% Etanol 70%

3.4 Prosedur Kerja

1. Mencit puasa makan mulai jam 22.00 (18 jam), untuk perlakuan jam 16.00 (ket:Dilakukan oleh Lab. Farmakologi) 2. Timbang bobot mencit. 3. Beri nomor dengan spidol hijau. 4. Jam 16.00 tiap mencit diberikan perlakuan 5. Kel Normal & Piroxicam : Diberikan sediaan tragakant dan Piroxicam 6. Kel Piroxicam & Benurat : Diberikan sediaan piroxicam dan Benurat. 7. Kel Jamu benurat : Diberikan sediaan jamu Benurat.

8. Jam 17.00 mencit disuntik I.P larutan asam asetat 1% dosis 75 mg / kg BB 9. Catat jarum suntik dicabut dan waktu mencit mulai menggeliat. 10. Jam 17.10, mulai amati dan catat dalam table jumlah geliatan setiap 5 menit selama 30 menit. 11. Rata-ratakan jumlah geliatan tiap kelompok dan buat grafik jumlah geliatan vs waktu tiap 5 menit.

3.5 Cara Analisis a. Tabulasikan data-data pengamatan yang diperoleh dan untuk setiap kelompok dirataratakan b. Adanya jumlah geliatan yang lebih sedikit 50% dari jumlah geliatan dalam kelompok kontrol, atau dengan rumus Efek = (100 P/K x 100) % > 50% merupakan adanya aktivitas analgetik c. Aktivitas dan mekanisme efek analgetik dievaluasi berdasarkan pengaruhnya terhadap penurunan jumlah geliatan dibandingkan jumlah geliatan normal dengan indikator asam asetat.

3.6 Definisi Operasional 1 Analgetika adalah zat penghilang rasa nyeri. 2. Induktor rasa sakit adalah induktor kimiawi yaitu Asam asetat 1% steril yang disuntikan secara intraperitoneal.

3. Uji Geliatan adalah salah satu teknik menguji rasa sakit secara farmakologi denganmembandingkan jumlah geliatan tiap hewan coba persatuan waktu akibat pemberian bahan. 4. Kelompok Normal adalah kelompok mencit yang diberi perlakuan menggunakan tragakan dengan kadar 0,5 %

5. Kelompok Uji adalah kelompok mencit yang diberi perlakuan menggunakan piroxicam dengandosis 20 mg, benurat dengan dosis 500 mg, 1 g dan 2 g. 6. Geliatan adalah suatu reaksi dimana mencit terseut merasakan sakit. Biasanya geliatan di tandai dengan mencit tersebut menjulurkan kaki ke belakang dan tangannya ke depan.

Bab IV

Hasil dan Pembahasan4.1 Hasil Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data yang disajikan dalam table data kelompok normal, piroxicam, dan jamu benurat dosis 1, 2 dan dosis 3. Tabel data kelompok normal

No. Perlak Berat Mencit uan (g) 1 2 3 4 5 26 N N N N N N 32,5 30 31,5 33,5 29,5 31 Rata-rata

Obat (ml) 0,81 0,75 0,79 0,84 0,74 0,78

Acet (ml) 0,24 0,23 0,24 0,25 0,22 0,24

Onset geliat (menit) 4 5 3 3 6 3 4

Jumlah geliat 5 ke 1 13 12 12 14 9 10 2 9 7 10 10 9 10 3 4 7 4 12 6 7 3 14 19 1 1 5 2 Rata-Rata 5 2 4 8 23 1 1 6 1 9 10 11 1 3

Kum 30 36 50 50 91 22 31 46,67

Jam Jam suntik geliat 15.21 15.21 15.21 15.23 15.24 16.28 15.25 15.26 15.24 15.26 15.30 16.31

Tabel Data Kelompok Piroxicam :

Onset No. Perlak Berat (g) Obat (ml) Acet (ml) geliat Mencit uan (menit)

Jumlah geliat 5 ke 1 2 3 4 5 6

Kum 30

Jam suntik

Jam geliat

6 7 8 9 10

P P P P P

19 32 19 18,5 18,5 Rata-rata

0,48 0,8 0,48 0,46 0,46

0,14 0,24 0,14 0,14 0,14

10 5 11 4 3 6,6

2 7 1 2 3

2 8 0 1 -

1 2 8 4 0 0 2 1 Rata-rata

2 3 0 1 -

3 2 0 -

12 32 1 7 3 11

15.25 15.25 15.25 16.08 16.09

15.35 15.30 15.36 16.12 16.12

Tabel data kelompok benurat (dosis 1)

11 12 13 14 15

D1 D1 D1 D1 D1

24 24,5 30 21 29 Rata-rata

0,6 0,61 0,75 0,53 0,73

0,18 0,18 0,23 0,16 0,22

2 2 1 3 3 1,8

13 14 5 6 7

8 11 5 12 5

6 5 7 4 3 4 9 5 4 4 Rata-rata

5 4 5 4 4

3 3 4 3 2

40 43 26 39 26 34,8

16.12 16.13 16.13 16.13 16.14

16.14 16.15 16.14 16.16 17.17

Berdasarkan penelitian, dapat dikatakan bahwa Piroxicam memiliki efek analgetik karena jumlah geliatannya lebih dari 50 % kelompok Normal sedangkan Jamu Benurat baik dosis 1, 2, maupun dosis 3 tidak memiliki efek analgetik karena jumlah geliatannya kurang dari 50 % kelompok Normal. Selain itu dapat dikatakan pula bahwa Piroxicam memiliki efek analgetik lebih besar dibandingkan dengan Jamu Benurat walaupun dalam hasil penelitian ini Jamu Benurat tidak memiliki efek analgetik. 4.2 Pembahasan Salah satu obat yang sering digunakan masyarakat adalah Piroxicam sedangkan Jamu Benurat masih dalam tahap pengembangan. asetosal. Piroxicam selain berdaya analgetik, piroxicam juga bedaya antipiretis dan antiradang kuat dan lama. Selain itu obat ini sering digunakan juga untuk nyeri haid dan encok. Sedangkan Jamu Benurat adalah produk jamu yang masih dalam pengembangan untuk mencapai hasil maksimal sehingga dapat dipasarkan. Penelitian ini menggunakan mencit yang tidak memenuhi bobot yang ditetapkan. Keterbatasan jumlah mencit mengakibatkan penggunakan semua mencit dengan berat badan yang berbeda. Belum diadakan seleksi kepekaan terhadap mencit karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh pengawas sehingga mencit-mencit yang digunakan belum terseleksi kepekaannya.

Mencit yang digunakan diseragamkan dalam mencit putih galur DDY (Deutsch Democratic Yokohama)

untuk menjaga supaya variasi biologis minimal. Mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum diberi perlakuan.Hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi variasi biologis. Mencit diberi nomor agar tidak keliru dalam memberi perlakuan. Mencit ditimbang sebelum diberi perlakuan agar dapat menentukan berapa dosis dan volume oral yang harus diberikan sesuai dengan berat badannya. Penelitian menggunakan Metode Sigmund bertujuan untuk memberikan pembuktian ilmiah mengenai efek analgetik dari Piroxicam dan jamu Benurat. Zat dinyatakan berkhasiat analgetik apabila pada perhitungan menggunakan rumus efek analgetik = (100 P/K*100)% diperoleh angka yang lebih besar 50 % dari kelompok normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Piroxicam memiliki persentase jumlah geliatan sebesar 76,43 % dan Jamu Benurat dosis 1 memiliki persentase jumlah geliatan sebesar 25,43 %, dosis 2 sebesar 23,29% serta dosis 3 sebesar -14,06 %. Hal ini membuktikan bahwa Piroxicam memiliki efek analgetik sedangkan Jamu Benurat tidak terbukti memiliki efek analgetik. Dapat dibuktikan pula bahwa Piroxicam memiliki efek analgetik lebih besar dibandingkan dengan Jamu Bnurat walaupun dalam hasil penelitian ini parasetamol

tidak memiliki efek analgetik. Namun hasil ini belum sepenuhnya dapat membuktikan secara meyakinkankarena banyaknya variasi biologis yang ada seperti berat badan mencit yang tidak memenuhi bobot yang ditetapkan dan penggunaan mencit yang belum terseleksi kepekaannya. Geliatan yang dihasilkan mencit tidak dapat dijamin keseragamannya karena ambang rasa nyeri yang dimiliki mencit berbeda-beda atau terjadi variasi biologis lain yang tidak diketahui.

BAB IVKesimpulan dan Saran5.1 Kesimpulan1. Piroxicam mempunyai efek analgetik. 2. Jamu Benurat dosis 1, 2, maupun 3 tidak mempunyai efek analgetik. 3. Piroxicam berefek analgetik relatif lebih baik daripada Jamu Benurat karena persentase jumlah geliatan Piroxicam yang sebesar 76,43 % lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah geliatan Jamu Benurat dosis 1 sebesar 25,43%, dosis 2 sebesar 23,29%, serta dosis 3 sebesar -14,06 %.

5.2 Saran 1. Dilebihkan jumlah mencit agar dapat dilakukan pemilihan berat badan mencit yang sesuai dengan standar. 2. Diadakan proses seleksi kepekaan terhadap mencit sebelum diadakan uji analgetik agar variasi biologisnya minimal. 3. Diperlukan uji efek analgetik lain seperti metode induksi nyeri dengan cara plat panas,

jentik ekor atau metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi sehingga hasil yangdiperoleh dan metode yang digunakan peneliti dapat dibandingkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1993, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan, Jakarta

Rahardja, Kirana, dan Tjay, Tan Hoan, 2002, Obat-obat Penting, Edisi V, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Anonim, 2008, Pengantar Praktikum Farmakologi, Jakarta www.google.com