makalah metodologi studi islam

44
Oleh EGI SUKMA BAIHAKI NIM 13.2.1.111.003 Dosen Pembimbing Ir. Ahmad Jubaeli Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra Jurusan Ushuluddin REVIEW SERI SEMINAR NASIONAL AL-QUR’AN DAN BERBAGAI DIMENSI KEHIDUPAN MANUSIA

Upload: egisukmabaihakial-muari

Post on 17-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

contoh makalah metodologi studi islam tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Metodologi Studi Islam

Oleh

EGI SUKMA BAIHAKI NIM 13.2.1.111.003

Dosen Pembimbing

Ir. Ahmad Jubaeli

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Jurusan Ushuluddin

Prodi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir – Aqidah Dan Filsafat Agama

Jakarta

Tahun Ajaran

2014/2015

REVIEWSERI SEMINAR NASIONAL

AL-QUR’AN DAN BERBAGAI DIMENSI KEHIDUPAN MANUSIA

Page 2: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

ABSTRAK

Egi Sukma Baihaki, Review Seri Seminar Nasional: Al-Qur’an dan Berbagai Dimensi Kehidupan Manusia. Jakarta: Program Sarjana STFI Sadra. 2014.

Pembahasan dalam tulisan ini adalah kaitannya berbagai aspek kehidupan manusia dari sudut pandang kaca mata al-Qur’an. sehingga kita dapat melihat bagaimana al-Qur’an menjawab dan merespon berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam pencarian data adalah penelitian kepustakaan (libray research) dengan menjelaskan dan menjabarkan pandangan para pemateri dengan pisau analisis kritis dan perbandingan.

Dan penulis terlebih dahulu memaparkan pandangan para pemateri sesuai temanya kemudian pada bab analisis penulis menggabungkan semua pandangan kemudian dianalisis menyeluruh.

Hasil penulisan ini diharapkan berguna, untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman kepada para pembaca dalam memahami betapa al-Qur’an berperan penting dalam kehidupan manusia.

1

Page 3: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai umat muslim tentu saja kita meyakini bahwa al-Qur’an

adalah pedoman hidup kita. Berbagai hal telah ada didalamnya.

Namun kadang manusia melupakan itu semua sehingga nilai-nilai al-

Qur’an tidak mewarnai atau menyentuh berbagai aspek kehidupan

mereka.

Al-Qur’an hanya sekedar bacaan yang tak dipahami. Hanya sekedar

kitab suci yang dipercayai. Padahal sebuah pedoman adalah sesuatu

yang harus dipegang teguh karena ialah petunjuk dikala kegelapan.

Al-Qur’an dinilai dengan banyak perdebatan baik itu dari permasalah

ayat-ayatnya, konteks pembahasannya bahkan dalam hal

pengaplikasiannya.

Untuk itu sangat perlu penyegaran terhadap konsep-konsep yang

selama ini ada sehingga al-Qur’an sebagai kitab pedoman haruslah

senantiasa digali dan dikaji.

Nilai-nilainya yang luas berisikan petunjuk akan berbagai persoalan

hidup manusia. Ia menjadi rujukan utama ketika manusia

menghadapi sebuah pilihan atau jalan buntu.

Seri seminar bertujuan untuk menggali nilai –nilai tersebut. Dan

penulis berusaha memaparkan dan mengupas hasil pemikiran para

pemakalah dengan lebih dalam agar dapat menambah cakrawala

pengetahuan pembaca sekalian.

B. TUJUAN REVIEW

2

Page 4: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Tujuannya adalah untuk mengenalkan beberapa pemikiran para tokoh

terhadap berbagai aspek kehidupan dalam sudut pandang al-Qur’an.

Serta dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang

luasnya pandangan al-qur’an serta pengaruhnya terhadap berbagai

aspek kehidupan manusia.

C. MANFAAT REVIEW

1. Mengetahu berbagai dimensi kehidupan manusia yang sesuai

dengan pandangan al-Qur’an

2. Memberikan pandangan baru terhadap pemikiran yang sudah

ada

3. Membuat kita tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi

berbagai aspek kehidupan yang sesuai dengan pandangan al-

Qur’an

4. Dapat menambah pengetahuan kita tentang ke- al-Qur’anan

3

Page 5: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

BAB II

PEMBAHASAN

Pembukaan

Dr. Kholid Al-Walid

Proses turunya al-Qur’an ada dua yaitu secara Daf’I ( ke hati Nabi atau ke

langit dunia) . Kedua adalah Tadriji (turun secara berangsur-angsur). Dalam

hal ini terdapat perbedaan pendapat antara Ulama Sunni dan Ulama Syiah.

Ulama Syi’ah menyakini bahwa al-Qur’an pertama kali di turunkan langsung

ke hati Nabi. Salah satu Ulamanya adalah Allamah Thabathabai dalam Kitab

Tafsir al-Mizannya. Sedangkan ulama sunni meyekini bahwa al-Qur’an

Pertama kali diturunkan ke langit dunia.

Sudut pandang yang berbeda diantara para Ulama juga terjadi dalam masalah

sifat al-Qur’an. Apakah al-Qur’an itu Qadim atau Hadits yang telah banyak

menimbulkan banyak korban hanya karena mempersoalkan kedua hal

tersebut.

Pada perkembangannya di Abad modern ini isu tentang ilmu pengetahuan

sedang berhembus kencang. Sehingga apapun harus dihubung-hubungkan

dengan ilmu pengetahuan. Hal serupa juga dialami oleh al-Qur’an. Sebagian

orang banyak yang menghubung-hubungkan al-Qur’an dan ilmu

pengetahuan. Dan beranggapan bahwa semua teori atau aspek ilmu

pengetahuan sudah ada di dalam al-Qur’an.

4

Page 6: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Ulama Tafsir mengkritisi dan tidak setuju dengan padangan mereka. Karena

menurut Ulama Tafsir di khawatirkan jika kejadian atau ilmu itu berubah

atau salah maka orang-orang orientalis akan menganggap al-Qur’an salah

dan tidak relevan. Tapi pada hakikatnya perbedaan penafsiran itu sendiri

menjadi sebuah wawasan yang beraneka macam.

Al-Qur’an sebagai (petunjuk) bukan hanya menjelaskan sesuatu yang sepele,

tapi juga mengantarkan manusia menuju kesempurnaan. Hidayah sendiri

dapat dibagi dua macam:

a. Hidayah takwini

b. Hidayah tasyri’i

Al-Qur’an memberikan pengetahuan kepada manusia lewat akal dan

pembersihan jiwa. Selain itu, al-Qur’an juga mengandung dimensi mistikal.

Gaib sendiri itu bersifat mutlak dan memiliki dimensi yang tidak ada

batasannya. Sebagaimana yang digambarkan oleh firman Allah SWT:

5

Page 7: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Wanita Dalam Al-Qur’an

Prof. Dr. Sayyed Abdul Karim Al-Haedary

Allah-lah yang menjadikan seseorang itu laki-laki atau perempuan. Rasa

kasih saying dan kelembutan pada diri perempuan membuat posisi

perempuan di butuhkan oleh lakii-laki.

Masing-masing, baik itu laki-laki atau perempuan memiliki keistimewaan

masing-masing. Dan keduanya memiliki potensi untuk mendekatkan diri

kepada Allah dan memperoleh derajat ketaqwaan.

Sebetulnya hanya ada satu ayat yang menyebabkan perbedaan penafsiran

terhadap permasalah gander ini yaitu:

النساء على قوامون الرجال

Dari ayat ini timbulah pertanyaan, kenapa harus laki-laki? Dan kenapa ada

perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam ayat itu. Padahal

Allah adalah Maha Adil.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

أتقاقم الله عند أكرمكم إن

Para ulama ahli tafsir juga berbeda pendapat tentang pengertian derajat

dalam ayat ini. Ada beberapa penafsiran diantaranya adalah:

a. Akal

b. Talak

c. Waris

d. Janggut

6

Page 8: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Ada bagian yang kita dibolehkan untuk berharap tapi ada juga yang dilarang

oleh Allah sendiri. Posisi juga menentukan untuk mendapatkan suatu posisi.

Tapi pada intinya keduanya memiliki posisi yang seimbang dalam sudut

pandang ini.

7

Page 9: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Perjalanan Ruhaniyyah Dalam Al-Qur’an

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA

Dalam sejarah,setelah enam kali olak-balik ke gua hira, Rasulallah Saw baru

mendapat wahyu. Itu menunjukan bahwa proses turunya wahyu itu

membutuhkan pengorbanan dan proses yang berat. Karena Orang yang

terbiasa susah, maka ruhaniyyah-nya akan kuat dan kuat mentalnya.

Orang beranggapan dalam menafsirkan kejadian ketika Jibril memerintahkan

kepada Nabi untuk membaca namun nabi hanya mengucapkan بقارى ماأنا

hingga tiga kali. Kejadian ini menimbulkan banyak penafsiran, sebagian

menafsirkan bahwa Nabi itu ummiy (buta huruf).

Kata قرأ pada zaman Nabi diidentikan dengan istilah untuk pembacaan

terhadap kitab suci. Kata أمي sendiri bukan berasal dari bahasa Arab, dan

memiliki arti pemilik kasih sayang. Jadi kata بقارى أنا itu maksudnya ما

bukan tidak bisa membaca tapi bukan termasuk bangsa yang membaca kitab

suci.

Dari kata Iqra kita akan mendapatkan beberapa tahapan atau tingkatan untuk

dapat memahami al-Qur’an dan hal ini bisa kita hubungkan dengan berbagai

aspek kehidupan kita. Iqra memiliki 4 tingkatan:

1. Bagaimana membaca

2. Bagaimana mendalami atau menganalisa

3. Bagaimana memahami (dengan emosi)

4. Mampu mukasyafah dan menembus.

Cara mendapatkannya:

8

Page 10: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Untuk Iqra 1 & 2 di peroleh dengan human knowladge. Sementara 3 &4

melalui pendekatan khusus dan tazkiyatun nafs

Pada hakikatnya bukan kita yang mempelajari al-Qur’an, tapi al-Qur’an lebih

mengerti kita jauh di banding diri kita sendiri. Maka dari itu agar kita mudah

dalam memahami al-Qur’an maka sebelum membacanya kita harus

melakukan shock therapy agar dapat memahami kandungan isi al-Qur’an itu.

9

Page 11: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Sistem Pendidikan Qur’ani

Prof. Dr. Sayyed Mundzir Al-Hakim

Problem mendasar manusia terjebak adalah kebodohan. Ilmu mengantarkan

manusia kearah yang tepat. Pengentahuan semata pada hakikatnya tidak bisa

mengantar lebih tepat.

Banyak ahli ilmu tapi mereka terjebak dengan pengetahuan mereka. Dengan

pengetahuan sekecil itu mereka menganggap sudah mengetahui segalanya.

Kata Ulul al-Bab sendiri dalam al-qur’an bermakna orang-orang yang

menggunakan akalnya.

Para Nabi adalah orang yang akalnya paling sempurna dan dapat memilih

antara yang baik dan terbaik. Dan ilmu itu tidak bisa dibandingkan dengan

materi betapapun nilainya.

Sistem yang dikembangkan al-Qur’an adalah Allah mendidik manusia agar

akal mereka menuju kesempurnaan. Dosa-dosa akan menghambat daya akal

kita akan kita dan menjadi tidak akan berkembang.

10

Page 12: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Kebahagiaan dan Penderitaan dalam Al-Qur’an

Prof. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA

Kebahagiaan menurut sudut pandang dua aliran:

Aliran lahiriyah berpandangan bahwa kebahagiaan itu di ukur dengan harta

dan materi.manusia yang mengikuti aliran ini lebih dari 70 macam,

semuanya sesat. Dan oleh Ghazali1 di sebutkan beberapa golongan manusia

yang termasuk kedalam aliran ini.

Aliran bathiniyyah sendiri lebih condong mengurusi kejiwaan tapi ekstrim

dengan menghilangkan urusan duniawi. Ini di sebut dengan rabbaniiyah

seperti yang ada di agama-agama lain. Hal seperti ini juga pernah terjadi

pada masa nabi sendiri

ترجعون وإلينا فتنة والخير بالشر ونبلونكم

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.

Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami.” (QS.Al- Anbiya: 35).

Penggunaan Kosta kata dalam al-qur’an tentang kebahagiaan dan

kesengsaraan:

As-Sa’adah berasal dari ain- ain-dal dan muncullah kata sa’adah orangnnya

disebut Sa’id.

Al-Fauz kata ini terkadang diikuti dengan sifat Allah. Kata ini berasal dari

kata fa-waw-zai menunjukan arti keselamatan

1 Lihat, Ahsin Sakho Muhammad, Makalah Penderitaan dan kebahagiaan dalam Al-Qur’an. h.2

11

Page 13: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Al- Falah terdiri dari akar kata f-l-h yang artinya membelah. Kemudian

muncul kata al-Falah yang artinya keberuntungan. Jika dikaitkan dengan arti

lughawi, mereka yang mendapatkan keberuntungan adalah orang yang telah

rela bersusah payah demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Asy- Syaqawah berasal dari akar kata sky-q-w orangnya disebut Syaqiy.

Menunjukan arti kepayahan dan kesengsaraan.

al-ba’sa - adldlarra

Dalam dunia ini tidak ada manusia yang bahagia terus menerus. Justru para

Nabi adalah orang yang paling berat cobaannya. Cobaan Allah yang

berkaitan dengan syukur jauh lebih berat dari pada sabar.

Kesengsaraan pada diri manusia, baik pada perorangan maupun pada

kelompok manusia. Terdapat di dunia dan di akhirat. Kesengsaraan di dunia

bisa terjadi karena kesalahan manusia sendiri, seperti berbuat kemaksiatan,

kezaliman, tidak mematuhi aturan syari’at dan lain sebagainya ataupun

memang karena cobaan dari Allah untuk melihat posisi manusia dikala

mendapatkan cobaan tersebut.

Hikmah adanya kebahagiaan dan kesengsaraan:

1. Mengetahui siapa yang menerima takdir Allah

2. Mengetahui siapa yang bersyukur dan sabar

3. Sebagai contoh kehidupan di akhirat nanti

4. Ukuran kecintaan dan kemurkaan Allah

5. Pelajaran buat kehidupan

12

Page 14: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Jiwa Manusia dalam Al-Qur’an

Prof. Dr. Abdul Mujib, MA

Ilmu prilaku itu timbul karena pembahasan atau pengaruh lingkungan.

Nyawa dan ruh itu berbeda satu sama lain. Jasad tumbuh setelah bertemunya

ovum dan sperma.

Jasad terdiri dari beberapa unsur. Diantaranya:

a. Tanah

b. Air

c. Udara

d. Api

Ajal sendiri adalah batasan bagi manusia. Kensep pembentukan manusia

melalui fisik sesuai dengan pandangan iblis takkala ia tidak mau sujud

kepada Adam. Dikarenakan iblis diciptakan dari api sementara Adam dari

tanah.

Menurut Ibn Qoyyim al-Jauziyah bahwa ruh adalah cahaya dalam satu titik.

Ada kalanya ruh bisa keluar masuk sebagaimana istilah moksa atau

meragasukmo. Saat tidur jasad manusia mati dan ruhnya hidup.

Nafs itu gabungan anatara ruh dan jasad sementara ruh berada di alam non

materi. Jasad di batasi ruang dan waktu sementara ruh tidak. Jasad tercipta

bertahap di gambarkan dengan hadis nabi tentang proses terbentuknya janin

dalam kandungan seorang ibu. Sedangkan ruh langsung bersumber dari

tuhan dalam satu kali tiupan.

13

Page 15: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Pandangan terhadap fisik dan non fisik akan mempengaruhi pandangan kita

terhadap suatu objek. Itulah yang biasa terjadi dan kita alami selama ini.

14

Page 16: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Seni dalam Al-Qur’an2

Dr. Hj. Romlah

Al-Qur’an diturunkan disaat bangsa Arab tengah cenderung pada syair-syair.

Dengan keindahan bahasanya al-Qur’an mampu menarik hati orang yang

membacanya dan membuat tenang orang yang mendengarnya.

Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat nabi yang abadi, Siantar

kemukjizatan al-qur’an adalah susunan kalimatnya yang indah, gaya

bahasanya yang memikat, dan uslubnya yang tinggi. 3

Oleh karena itu ketika membaca al-qur’an kita harus memperhatikan sifaf al-

hurf, makhorij al-hurf dan kaidah-kaidah tajwidnya. Dan alangkah indahnya

jika kita membaca al-qur’an dengan nada-nada yang indah selama tidak

melanggar dari kaidah tajwid yang ada.

Rasulullah saw bersabda:

“Hiasilah al-Qur’an dengan suaramu” dalam satu riwayat dijelaskan.“

Sesungguhnya suara yang merdu akan menambah al-Qur’an menjadi lebih

indah.”4

Dalam nada-nada pembacaan al-Qur’an terdapat beberapa orang yang

mempelopori dan memiliki ciri khas asing-masing diantaranya adalah:

Qira’at sab’ah: Qira’at yang diriwayatkan oleh tujuh Imam qira’at dengan

masing-masing memiliki dua orang perawi. Diantara tujuh Imam itu adalah

Naf’I, Ibn Katsir, Abu Amr, Ibn Amir, Ashim, Hamzah, dan al-Kisa’i.

2 Judul Asli Makalahnya, Qira’at dan Seni Baca Al- Qur’an3 Lihat, Romlah. Makalah Qira’at dan Seni Baca Al-Qur’an. h.14 Ibid

15

Page 17: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Qira’at Asyrah: qira’at yang diriwayatkan oleh sepuluh imam qira’at. Jumlah

tersebut merupakan gabungan dari tujuh imam qira’at (qira’at sab’ah)

ditambah dengan tiga imam lagi yaitu, Abu Ja’far al-Makhzumi, Ya’qub al-

Hadhrami,dan Khalaf Ibn Hisyam al-Bazzar.

Qira’at Arba’a Asyrah: adalah gabungan antara tujuh Imam qira’at (qira’at

sab’ah) di tambah tiga Imam hingga menjadi sepuluh Imam qira’at (qira’at

asyrah) kemudian ditambah empat Imam lagi yaitu, Ibnu Muhaisin, Yahya

al-Yazidi, Hasan al-Bashri, dan Al-A’masy.

Keadilan dalam Al-Qur’an

Dr. Umar Shahab

16

Page 18: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Tuhan adalah zat yang Maha Adil. Hingga pantaslah jika Ia memerintahkan

manusia untuk berbuat adil. Keadilan sendiri bukan hanya antar sesama

manusia tapi juga adil pada tuhan dan pada diri sendiri. Sebagai khalifatullah

dimuka bumi manusia harus menegakan keadilan. Panji-panji keadilan harus

ditegakan.dalam hal keadilan tuhan dikenal dengan istilah keadilan ilahi.

Sementara untuk keadilan manusia disebut keadilan sosial.

Manusia sering kali mempertanyakan keadilan tuhan disaat susah dan

sengsara. Namun pada hakikatnya manusia itu sendiri tidak pernah

mengintropeksi diri mereka. Keadilan dalam pandangan manusia sangat

berbeda hingga belum jelas tolak ukurnya. Inilah yang membuat hukum

dipandang adil atau tidak tergantung pada penguasa.

Untuk menegakan keadilan kita tidak dibenarkan memakai cara kekerasan

atau paksaan. Yang harus kita gunakan adalah cara yang lembut dan baik.

Karena keadilan akan mencerminkan dan mewujudkan negeri yang damai

dan sejahtera. Tapi jika keadilan telah hilang di atas muka bumi ini maka

hancurlah segala tatanan kehidupan ini.

Keotentitasan Al-Qur’an

Prof. Dr. KH. Muhaimin Zein

17

Page 19: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Para orientalis tidak mempercayai tentang keotentitasan dan penggunaan

bahasa Arab dalam al-Qur’an. Padahal sangat jelas bahwa Allah berfrman:

“Dan kami menurunkan al-Qur’an dengan bahasa arab.”

Pandangan para orientalis mengatakan banyak kata yang bukan berasal dari

bahasa arab. Namun, para ulama membantahnya dengan mengatakan bahwa

semua kosa kata itu sudah disepakati sebagai bahasa arab.

Manusia menurut Al-Qur’an

Prof. Dr. Sayyed Mofid Hoseini Khaushari

18

Page 20: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Banyak sekali riwayat yang membahas tentang ma’rifatunnafs. Dengannya

kita dapat memahami tuhan dan alam semesta. Sebagaimana riwayat yang

mengatakan “ kalian jangan jadi Orang yang melupakan Tuhan. Karena lupa

Tuhan sama saja dengan lupa diri.’

Dalam al-qur’an tuhan kadang pada satu sisi memuji manusia namun disisi

yang lain merendahan manusia.

Berikut ini ayat-ayat yang memuji manusia:

خليفة األرض في جاعل إني للمالئكة وإذقال

تقويم أحسن في

أدم بنى كركنا لقد

كلها األسماء أدم وعلم

Di bawah ini ayat-ayat yang merendahkan manusia:

فتورا اإلنسان

لكنود لربه اإلنسان إن

ضعيفا اإلنسان

عجوال اإلنسان

Manusia mendapat ujian ketika menjalani syariat. Sejak lahir manusia hanya

mempunyai potensi. Realitas takwini dan tasyri’i. Secara takwin manusia

layak untuk mendapatkan pujian. Ketika melakukan satu yang baik baru ada

pujian atau di rendahkan.

Manusia itu mempunyai dua aspek yang di peroleh ada juga yang tanpa di

peroleh. Yaitu materi, syahwat, pembelaan terhadap diri dan lain-lain.

19

Page 21: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Perjalanan Ruhaniyyah dalam Al-Qur’an 5

Prof. Dr. Sayyed Mofid Hoseini Khaushari

5 Catatan, tema yang tertera dalam seminar adalah Perjalanan Ruhaniyah dalam Al-Qur’an. Namun dalam meteri tersebut pemakalah lebih condong membahas tentang konsep fitrah. Dengan tema yang sama kemudian dibahas oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar.

20

Page 22: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Setiap anak di lahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Manusia memiliki

karakteristik yang dicari sendiri ada juga yang tanpa usaha. Ada teori yang

diraih dari kelas, sosial dan dialektika kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an mencela dan memuji sebuah karakter karena karakter itu belum

tentu baik. Karakter dengan tubuh dan mental (Ruh) dan karakter yang

ditambahkan ke ruh.

Secara mental manusia diberikan karakter tanpa usaha. Fitrah sendiri dibagi

dua macam:

a. Resepsi kita

b. Kecendrungan

Fitrah dimiliki oleh setiap individu. Manusia secara hakiki memiliki potensi

kebaikan dan untuk mencapainya tidaklah terbatas jika kita

merealisasikannya.

Manusia tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Fitrah adalah istiroh

atau talenta tetapi hanya melemah, potensi terbatas tapi bisa teraktual.

Manusia bisa mencapai tingkatan yang paling tinggi untuk mendekatkan diri

kepada Allah. Manusia adalah makhluk yang istimewa. Dalam sosial banyak

sekali individu itu relevan. Sedangkan lingkungan yang mengatur. Sebelum

manusia bergaul mereka memiliki fitrah sosial yaitu kecendrungan

bermasyarakat. Manusia dapat mengubah lingkungannya. Orang yang tidak

merugi adalah orang yang di kecualikan.

21

Page 23: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

BAB III

ANALIS

Pada bab ini penulis akan menganalisis seluruh topik dan

menggabungkannya menjadi satu agar mudah dipahami sebagai sebuah satu

kesatuan dalam tema besar “Al-Qur’an dan berbagai dimensi kehidupan

manusia.”

22

Page 24: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Al-Qur’an adalah kitab pedoman dan tuntunan atas segala aspek kehidupan

manusia. Didalamnya berisi hukum, sejarah, pengetahuan, mistikal, dan

masih banyak lagi.

Sebagai sebuah kitab suci, al-Qur’an sudah pasti mengandung nilai-nilai

yang diperlukan oleh umat manusia. Kitab pedoman adalah sebuah sumber

rujukan utama bagi manusia ketika ia menghadapi atau mengalami satu

peristiwa.

Tapi keotentikan al-Qur’an memang diakui baik oleh sarjana islam maupun

sarjana barat. Hanya saja masih ada sebagian yang beranggapan bahwa al-

Qur’an mengalami tarif atau bukan menggunakan bahasa Arab.

Al-Qur’an tidaklah dimaksudkan sebagai dokumen historis, buku ilmiah

(sains), ataupun lainnya. Tapi merupakan kitab suci atau ajaran yang harus

diimplementasikan oleh setiap muslim. Baik dalam kaitannya dengan

kehidupan individual maupun kehidupan kemasyarakatan.6

Aspek kehidupan manusia yang beraneka ragam dengan berbagai faktor

yang melatar belakanginya membuat aspek itu tidak bisa diukur dengan satu

sisi tapi dapat dicari titik temunya pada satu sisi.

Perbedaan jenis kelamin, ras, budaya, bangsa dan negara bukan hanya faktor

utama. Tapi derajat manusia itu sendiri seperti alim, bodoh, miskin, kaya,

mulia, hina, bahagia dan sengsara lebih banyak menghiasi kehidupan

manusia sehari-hari.

6 Dandan Rusmana dan Yayan Rahtikawati, Tafsir Ayat-Ayat Sosial Budaya:Tafsir maudhu’i terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan budaya, sejarah, bahasa dan sastra. Cet. 1. Bandung: Cv. Pustaka Setia, Mei 2014. h.11

23

Page 25: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Kita tahu bahwa kajian tentang proses turunya al-Qur’an adalah topik hangat

yang selalu di perdebatkan. Perdebatan itu sendiri ada kalanya di pengaruhi

oleh idiologi sebuah teologi mahzab tertentu yang di anut Ulama Tafsir.

Seperti yang telah di sampaikan oleh Ustadz Zuhdi Zaini dalam kelas

Pengantar Ulumul Qur’an, bahwa al-Qur’an bukan kitab ilmiah. Tapi ia

adalah kitab yang memberikan isyarat-isyarat ilmiah bagi hamba-hambanya

yang dapat memahami dan mampu mentadaburinya.

Sehingga ketika seseorang akan mendapatkan hidayah butuh proses untuk

mendapatkannya. Ada sebagian manusia yang di berikan hidayah langsung

oleh Allah, tapi ada juga yang harus kita usahakan dengan menasehati atau

mengajaknya pada jalan kebenaran. Tapi dari kedua sisi itu tetap saja urusan

hidayah sepenuhnya adalah hak Allah swt. Al-Qur’an memang berisikan

tentang dimensi mistik. Karena ia merupakan Kalamullah yang bersifat

menembus waktu dan zaman. Ia mengisahkan kehidupan umat-umat

terdahulu, keadaan manusia di alam kubur dan juga cerita tentang akhirat.

Masalah jenis kelamin pada hakikatnya adalah urusan Allah. Yang jelas

posis wanita memang sangat tinggi dalam tingkatan tertentu. Kita bias ambil

contoh kisah Maryam dan nabi zakaria. Sifat wanita yang lembuh membuat

ia perlu di jaga dalam artian di lindungi. Baik laki-laik maupun wanita sama-

sama di berikan potensi oleh allah untuk meraih suatu tujuan.

Derajat keutamaan atau posisi sangatlah seimbang antara laki-laki dan

wanita selama itu tidak bertentangan dengan kodrat yang telah di gariskan.

Contohnya laki-laki belum tentu bias melakukan semua pekerjaan wanita

begitu juga sebaliknya.

Orang masuk surga dan memiliki derajat ketaqwaan di sisi Allah bukanlah

karena gandernya tapi karena amal shalehnya.

24

Page 26: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Jika kita menengok sejarah maka banyak wanita saleh yang digambarkan

oleh al-Qur’an seperti Maryam dan Asiyah. Tapi ada juga kisah laki-laki lain

yang digambarkan oleh al-Qur’an seperti Laki-laki yang memindahkan

singgasana Ratu Bilqis, lukman al-Hakim, Khidir7, dan Dzulqarnain.

Tapi didalam al-Qur’an Allah juga menceritakan cerita istri Nabi Nuh, istri

Nabi Luth, dan dari golongan lak-laki Allah menjelaskan kekufuran Kaum

Tsamud, dan banyak Kaum pada zaman Nabi terdahulu.

Al-Qur’an menanggap bahwa hakikat manusia adalah ruhnya. Sedangkan

jasad hanya sebagai alat.8

Dalam al-Qur’an bahwa perempuan adalah sosok yang mengurusi

pendidikan hati dan ruh manusia, sementara ruh dan hati manusia bukanlah

pria ataupun perempuan.9

Jadi jelas bahwa karena wanita adalah sosok yang lembut hingga ia mampu

membina pendidikan ruh. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dijelaskan:

األولى مدرسة األم

"Ibu adalah madrasah (Guru) pertama.”

Dalam al-Qur’an, sebutan perempuan (an-nisa) dipergunakan sebanyak 57

kali, sama dengan kata rajul atau rijal atau al-untsa yang berpasangan

dengan adz-dzakar yang disebut sepuluh kali. Perimbangan penyebutan ini

selintas mengindikasikan bahwa antara kedua jenis kelamin tersebut,

7 Permasalah Khidir ini terbelah menjadi dua pendapat dalam dunia islam. Sebagian ada yang menyakini Khidir sebagai Nabi, tapi sebagian lain menyakini Khidir sebagai seorang laki-laki yang saleh.8 Lihat, Jawadi Amuli, Keindahan & Keagungan Perempuan: Presfektif Studi Perempuan Dalam Kajial Al-Qur’an, Filsafat dan Irfan. Penerjemah Muhdhor Ahmad dkk. Cet. 1. Jakarta: Sadra Press, Agustus 2011. h.629 Ibid

25

Page 27: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

sungguhpun memiliki perbedaan namun diperlakukan dan diperhatikan

secara berimbang dan adil oleh Islam.10

Dalam konteks ketika Jibril menyuruh Nabi untuk membaca jika kita kaji

lebih dalam lagi terdapat banyak kontroversi terkait hal tersebut. Sebagian

pendapat mengatakan pada waktu itu jibril menghamparkan sebuah kain

putih yang di atasnya terdapat tulisan.

Entah riwayat ini mendukung bahwa nabi memang betul-betul ummiy dalam

artian tidak bisa membaca atau bagaimana saya kurang tahu. Tapi yang jelas

bahwa tafsiran akan kejadian itu lagi-lagi tidak lepas dari pengaruh

mazhabiyyah.

Jika umat muslim masih tetap mempertahankan pendapat bahwa nabi buta

huruf demi menjaga keotentikan al-Qur’an, apakah dengan serta Erta kita

akan menerima celaan terhadap nabi jika ada yang mengatakan bahwa nabi

itu bodoh dan buta huruf. Kalau menilik dalil kemasukan nabi permasalahan

buta huruf tidak mungkin dialami nabi. Bukti-bukti sejarah juga

menyebutkan bahwa nabi bisa membaca.

Sekarang yang harus kita pahami bersama kata “membaca” dalam konteks

tersebut apakah hanya pada satu sisi dalam artian hanya membaca sesuatu

yang tertulis atau justru pada hasil penciptaan alam semesta ini dengan cara

mentadabburinya.

Memang untuk memahami al-Qur’an ruhaniyyah kita perlu di sucikan atau di

bersihkan dengan tazkiyatun nafs. Agar hati yang kotor mudah menerima

10 Lihat, Said Aqil Siroj. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial:Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Ed: Ahmad Baso .Cet. 4 . Jakarta: SAS Foundation, April 2012. h.242

26

Page 28: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

pancaran cahaya pengetahuan dari al-qur’an. Seberapapun kita ingin

mengerti tentang al-Qur’an memang tidak sanggup untuk mendalaminya.

Karena sesungguhnya al-Qur’an sendiri lebih memahami kehidupan manusia

itu sendiri. Sehingga aspek nilai-nilai al-Qur’an melampaui waktu dan

zamannnya.

Karena itu saya sangat sependapat dengan beliau tentang tingkatan seseorang

dalam membaca atau memahami al-Qur’an. Karena setiap orang memiliki

kemampuan dan batasan yang berbeda-beda.

Pembagian ilmu menjadi istilah ilmu bermanfaat dan tidak bermanfaat di

dasari dengan tujuan dan pencapaian ilmu itu sendiri. Sebuah system

pendidikan Qur’ani adalah pendidikan berasaskan petunjuk Tuhan.

Jika pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan manusia, tapi pendidikan

Qur’ani bertujuan selain mencerdaskan manusia tapi juga mengantar

manusia menuju kesempurnaan. Untuk meraih sebuah kesempurnaan itu

maka kita harus membersihkan diri kita.

Membahas kebahagiaan dan penderitaan dari sudut pandang al-Qur’an

sangat luas pengertiaannya. Sesuatu yang menurut kita bahagia atau

menderita belum tentu di tanggapi seperti itu juga oleh al-Qur’an.

Kosa kata bahasa arab yang begitu banyak memiliki pengertian yang berbeda

namun bermankna sama yaitu terdapat pada masalah kebahagiaan dan

penderitaan. Terkadang manusia menganggap bahwa apa yang tidak sesuai

dengan keinginannya adalah sebuah penderitaan.

Sehingga ia berfikir bahwa tuhan telah melakukan ketidak adilan padanya.

Kita masih belum bisa membedakan mana rahmat, kasih sayang dan murka

27

Page 29: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

tuhan itu. Banyak manusia hanya bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

tanpa melewati sebuah penderitaan.

Karena konsep kebahagiaan dan penderitaan itulah, terpecah menjadi dua

aliran yang memiliki kontradiksi satu sama lain. Bukankah kita di

perintahkan oleh Nabi untuk menyeimbangkan nasib kita di dunia juga nasib

kita di akhirat.

Dalam penderitaan kadang manusia mempertanyakan keadilan tuhan

terhadap dirinya. Namun, disaat bahagia manusia lupa akan keadilannya

terhadap tuhan. Hingga membuat ia talenan dalam kebahagiaan dan baru

mengingat tuhan disaat menderita.

Prilaku seseoranng di pengaruhi oleh lingkungannya memanglah benar.

Karena lingkungan ikut andil dalam membentuk watak dan prilaku

seseorang. Pendapat ibn Qoyyim ini amat menarik buat saya. Sebagai orang

yang percaya tentang kebathinan pendapat ini di pegang oleh kalangan

kebathinan. Bahwa manusia bisa mengeluarkan ruhnya kapanpun dan di

manapun. Tanpa ada batasan ruang dan waktu. Jika kita mendengar kisah

masyarakat, banyak tokoh yang meninggalkan jasadnya dan masih hidup

hingga sekarang.

Fisik dan non fisik yang kita lihat memang akan mempengaruhi pandangan

kita atau penilaian kita terhadap sesuatu. Kita hanya mampu menangkap

sekilas tanpa bisa memahami lebih jauh lagi hal di dalamnya. Maka

bungkusan luar justru banyak menipu manusia karena manusia tidak mampu

memahami yang bersifat abstrak.

Bahkan kadang ketika kita melihat seseorang yang berpakaian compang-

camping kita langsung beranggapan ia sebagai seorang gelandangan atau

pengemis. Namun dimensi non-fisik yang tidak dapat kita tembus tidak

28

Page 30: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

banyak mengungkap realitas yang sesungguhnya hingga kita kadang tidak

tahu bahwa ia adalah seorang wali.

BAB IV

PENUTUP

Dalam beberapa aspek, kita masih perlu membahas lebih jauh tentang

pernanan al-Qur’an dalam aspek kehidupan manusia. Sebagai kitab petunjuk

bagi kehidupan umat manusia al-Qur’an menjadi sumber inspirasi yang tak

terbatas. Dengan penulisan ini, tidak langsung dapat memuaskan dahaga para

pencari kebenaran. Maka dari itu, penulis harapkan agar beberapa topik yang

telah di bahas di atas terus di kaji oleh para mahasiswa. Karena kebenaran

29

Page 31: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

yang hakiki haruslah di cari dengan menyelami samudera al-Qur’an yang

luar biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Amuli, Jawadi. Keindahan & Keagungan Perempuan: Presfektif Studi Perempuan

Dalam Kajial Al-Qur’an, Filsafat dan Irfan. Penerjemah Muhdhor Ahmad dkk. Cet. 1.

Jakarta: Sadra Press, Agustus 2011.

Muhammad, Ahsin Sakho. Makalah Penderitaan dan kebahagiaan dalam Al-

Qur’an.

Romlah. Makalah Qira’at dan Seni Baca Al-Qur’an.

30

Page 32: Makalah Metodologi Studi Islam

Desember, 2014

Rusmana, Dadan dan Yayan Rahtikawati. Tafsir Ayat-Ayat Sosial Budaya:Tafsir

maudhu’i terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan budaya, sejarah,

bahasa dan sastra. Cet. 1. Bandung: Cv. Pustaka Setia, Mei 2014.

Siroj, Said Aqil. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial:Mengedepankan Islam Sebagai

Inspirasi, Bukan Aspirasi. Ed: Ahmad Baso .Cet. 4 . Jakarta: SAS Foundation, April

2012.

31