metodologi penelitian studi islam - otentisitas karya ulama - perdebatan metodologi

21
Otentisitas Karya Ulama: Perdebatan Metodologi Oleh: Fatihunnada A. PENGANTAR Metodologi Penelitian Studi ISlam (MPSI) merupakan mata kuliah wajib 1 yang diampu Team Dosen 2 yang dikoordinatori oleh PROF. DR. Azyumardi Azra, MA bagi mahasiswa SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mata kuliah ini sebetulnya membahas kajian teoritis penelitian ilmiah dalam studi-studi tentang keIslaman dan praktiknya dalam bentuk proposal penelitian oleh mahasiswa. Dengan tujuan menemukan masalah-masalah yang up to date dan orisinil untuk dijadikan tema dan judul penelitian, pembangunan hipotesis/temuan awal, metode pengumpulan, pendekatan dan analisis data dan terakhir mendiskusikan komponen-komponen proposal yang baik dan benar. 3 Maka dalam penjelasan ini, penulis akan mencoba memberikan analisa terhadap metodologi dan pendekatan yang telah digunakan beserta komentar positif dan negatifnya, kemudian penulis memberikan solusi 1 SPS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 20. 2 Tim Dosen beranggotakan 7 pakar dibidang masing-masing, yaitu, PROF. DR. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, Dr. Amelia Fauzia, MA. 3 SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 85. 1

Upload: fatihunnada

Post on 05-Dec-2014

3.591 views

Category:

Education


5 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

Otentisitas Karya Ulama: Perdebatan Metodologi

Oleh: Fatihunnada

A. PENGANTAR

Metodologi Penelitian Studi ISlam (MPSI) merupakan mata kuliah wajib1

yang diampu Team Dosen2 yang dikoordinatori oleh PROF. DR. Azyumardi Azra, MA

bagi mahasiswa SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mata kuliah ini sebetulnya

membahas kajian teoritis penelitian ilmiah dalam studi-studi tentang keIslaman

dan praktiknya dalam bentuk proposal penelitian oleh mahasiswa. Dengan tujuan

menemukan masalah-masalah yang up to date dan orisinil untuk dijadikan tema

dan judul penelitian, pembangunan hipotesis/temuan awal, metode pengumpulan,

pendekatan dan analisis data dan terakhir mendiskusikan komponen-komponen

proposal yang baik dan benar.3

Maka dalam penjelasan ini, penulis akan mencoba memberikan analisa

terhadap metodologi dan pendekatan yang telah digunakan beserta komentar

positif dan negatifnya, kemudian penulis memberikan solusi metodologi dan

pendekatan konstruktif yang sekiranya dapat diterapkan untuk penelitian yang

semisal.

Tema penelitian yang akan dibangun adalah tentang Mukhtalif al-

H{adi>th. Dalam rencana penelitian disertasi, penulis mencoba

untuk mengangkat judul proposal, yaitu Hadis Mukhtalif

Nusantara: Orisinalitas Pemahaman Mis}ba>h} al-Z{ula>m

Karya Shaykh Muha>jiri>n. Sedangkan pertanyaan penelitiannya

adalah apakah pemahaman hadis mukhtalif Nusantara murni

atau orisinil dan bukan saduran atau terjemahan dari karya

ulama Timur Tengah?. Hipotesis/temuan awal yang hendak

dibangun adalah karya ulama hadis Nusantara terlebih lagi yang

1SPS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 20.

2Tim Dosen beranggotakan 7 pakar dibidang masing-masing, yaitu, PROF. DR. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, Dr. Amelia Fauzia, MA.

3SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 85.

1

Page 2: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

berbahasa Arab adalah murni dan bukan jiplakan dari karya

ulama Arab atau Timur Tengah. Penelitian tersebut

menggunakan sumber data yaitu kitab Mis}ba>h al-Z{ula>m dari

segi penalaran Muha>jiri>n Amsa>r dalam menyelesaikan

kontradiksi yang terdapat dalam hadis, yang dibandingkan

dengan karya-karya semisal, seperti Subul al-Sala>m karya al-

S{anʻa>ni> dan lainnya. Dengan mengumpulkan data dari

sumber-sumer di atas kemudian menganalisanya (analisys of

data) dengan metode kualitatif, sehingga dapat disimpulkan

orisinalitas karya Mukhtalif al-H{adi>th di Nusantara. Tentunya

dengan menggunakan bantuan pisau analisa penelitian ilmu

hermeneutik dalam Ikhtila>f al-H{adi>th beserta dukungan

pendekatan Sosio-Historis yang berkaitan dengan keadaan

lingkungan pada masa Muha>jiri>n Amsa>r.

Sebelum melangkah pada pemaparan tentang beberapa metodologi dan

pendekatan yang digunakan untuk pembuktian otentisitas karya ulama, berikut

kami paparkan penelitian-penelitian yang relevan:

Pertama, Norman Calder, dalam Studies in Early Muslim Jurisprudence. 4

ia memberi kesimpulan bahwa kitab al-Risa>lah adalah hasil karya

akhir abad keempat atau kesepuluh, setelah lahirnya kitab

Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah al-

Daynu>ri> dengan membandingkan tehnik hermeneutika yang

digunakan oleh al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah.

Kedua, Christopher Melchert, dalam Qurʼanic Abrogation Across

the Ninth Century: Sha>fiʻi>>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and

Ibn Qutaybah.5 Yang menghasilkan kesimpulan tidak jauh

berbeda dengan pendahulunya, Calder, dengan merefisi dating

4Norman Calder, Studies in Early Muslim Jurisprudence, (Oxford: Clarendon Press, 1993).

5Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century: Sha>fiʻi>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn Qutaybah," dalam Bernard G. Weiss, Studies in Islamic Legal Theory, (Leiden: E.J. Brill, 2002).

2

Page 3: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

yang telah ditetapkan Calder. Ia menetapkan bahwa abad

kesembilan sebagai masa kelahiran kitab al-Risa>lah, kemudian

mencuatkan pertanyaan, apakah al-Risa>lah hasil karya al-

Sha>fiʻi> atau para pengikutnya yang hidup beberapa masa

setelahnya?.

Ketiga, Joshep E. Lowry, dalam The Legal Hermeneutics of

al-Sha>fiʻi>> and Ibn Qutayba: A Reconsideration.6 Ia terlihat

berbeda dengan para pendahulunya, Calder dan Melchert dan

memberi kesimpulan yang berbeda dengan kedua pendahulunya

yang tidak menganggap al-Risa>lah sebagai karya al-Sha>fiʻi>

karena metode hermeneutik al-Risa>lah identik dengan masa-

masa setelah masa kitab Taʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn

Qutaybah. Lowry bahkan menganggap bahwa Ibn Qutaybah

banyak menggunakan metode Hermeneutik dalam menyikapi

hadis-hadis yang kontradiktif, dan sangat menekankan pada titik

bahasa, struktur kata dan taʼwil dengan pendekatan teologi. Dan

dengan ini, Ibn Qutaybah dianggap sebagai tokoh pendahulu

pengembangan ilmu Ushu>l al-Fiqh yang banyak dipengaruhi

oleh metode hermeneutik al-Sha>fiʻi>>. Dengan demikian, al-

Risa>lah bukan hasil karya abad kesepuluh, seperti yang

ditegaskan oleh Calder dan Melchert, melainkan hasil pemikiran

al-Sha>fiʻi>>.

B. Metodologi dan Pendekatan yang Dipakai

1. Metode Komparatif

Metode komparatif adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah

kategori yang lahir kemudian membandingkan antara kategori tersebut dengan

kategori yang lainnya. Pada awalnya, metode ini terkesan sangat rumit karena

data-data yang perlu dicari sangat tidak terbatas dan tidak beraturan, namun

sesungguhnya metode ini dapat digunakan untuk semua jenis penelitian. Karena

6Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi>> and Ibn Qutayba: A Reconsideration," Islamic Law and Society 11 (2004).

3

Page 4: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

prinsip kerja metode analisis komparatif hanya mencakup dua tahap pokok:

pertama, memperbandingkan setiap data untuk memunculkan berbagai kategori

dan kedua, memperbandingkan dan mengintegrasikan kategori-kategori dan sifat-

sifatnya untuk memunculkan hipotesis dan memberi batasan teori.7

Metode ini lebih sering digunakan dalam berbagai penelitian, karena

mentapkan satu atau beberapa masalah saja sudah dapat dikatakan telah

menggunakan metode komparatif, dimana hal tersebut berpegang pada

perbandingan sehingga dianggap sebagai masalah yang perlu diteliti.8

Contoh penelitian komparatif dapat ditemukan pada Studies in Early

Muslim Jurisprudence karya Calder, ia membuat kesimpulan bahwa kitab al-

Risa>lah adalah hasil karya akhir abad keempat atau kesepuluh,

setelah lahirnya kitab Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn

Qutaybah al-Daynu>ri>. Hal ini didasari dengan membandingkan karya-

karya al-Sha>fiʼi> lainnya, seperti kitab al-Umm.9 Dan Calder

memandang metode al-Sha>fiʻi> dalam al-Risa>lah tidak cocok

dengan fakta yang ia temukan.

Diantara penelitian yang menggunakan metode ini adalah

Melchert, dimana ia menerapkan metode komparatif untuk

menganalisa metode-metode empat tokoh dalam karya-karya

mereka, ulasan yang disampaikan Melchert dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Works

al-

Sha>fiʻi

>

Abu>

ʼUbayd

Muh}a

>sibi

Ibn

Qutaybah

General and

particularYes Some Some No

Objects of Yes No Some Yes

7M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 52.

8Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: RajaGravindo Persada, 2006) 97.

9Norman Calder, Studies in Early Muslim Jurisprudence, 67-85.

4

Page 5: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

abrogation

Qur'an and Sunnah

as revelation

(Al-Qurʼan

Yes No Some Yes

Abrogation as

between Qur'an

and Sunnah

Yes No Some Yes

Exception and

abrogationNo No Yes No

Abrogation of

reports,

ordinances

No No YesYes

(minor)

Varieties of

abrogationNo Yes Yes Yes

Control over

examplesYes No Some Yes

Tabel tersebut dapat menggambarkan secara jelas,

bagaimana perbandingan metode empat tokoh dalam karya-

karya mereka, sehingga dapat menggambarkan sejauh mana

metode al-Sha>fiʻi> diterapkan oleh para penerusnya. Dari sini

dapat dilihat, bahwa Abu> ʼUbayd lebih banyak menggunakan

pendapat sahabat dibanding dengan al-Sha>fiʻi> dan Ibn

Qutaybah yang membatasi hal tersebut pada hadis Nabi.

Kemudian dalam penelitian lain, ketika mengupas karya al-

Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah, Lowry mencoba membandingkan

keduanya dari beberapa titik, diantaranya metode hermeneutik.

Ia terinspirasi oleh peneliti terdahulu yang juga membandingkan

kedua karya tokoh tersebut.

5

Page 6: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

Namun Lowry menambahkan, bahwa masing-masing dari

al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah memiliki metode khusus yang

tidak ditemukan pada salah satu yang lainnya.10

Dari sini, timbul persepsi Lowry bahwa meskipun Ibn

Qutaybah menggunakan metode tersendiri dalam kitabnya

Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th yang tidak ditemukan dalam al-

Risa>lah, namun masih ada pengaruh yang nampak dalam

kitabnya tersebut dari karya al-Sha>fiʻi>.

a. Pendekatan Sejarah

Dalam penelitian ini, Melchert menggunakan pendekatan sejarah

(historical approach) dengan model pendekatan diakronik (periodik) ataupun

pendekatan sinkronik (melebar) untuk mengetahui fakta historis. Pendekatan

periodik sangat dominan dalam penelitian ini guna mengukuhkan temuan sejarah

guna mengidentifikasi pola dan corak kelompok.11

Christopher Melchert memulai pembahasannya dengan menguraikan

sedikit demi sedikit sisi kesejarahan empat tokoh yang dijadikan sebagai bahan

kajiannya, yaitu al-Sha>fiʻi> (W. 204/820), Abu> ʼUbayd (W.

224/839), Muh}a>sibi> (W. 243/857-858) and Ibn Qutaybah (W.

276/889). Dalam pembahasan sejarah singkat al-Sha>fiʻi>, Melchert

mengutip asal-usul penulisan kitab al-Risa>lah, yaitu al-

Sha>fiʻi> menulis kitab tersebut sebagai jawaban dari

permohonan seorang ahli fiqh Bas}rah, yaitu Abd al-Rah}ma>n

ibn Mahdi> (W. 198/814)12. Hal ini dikarenakan Abd al-Rah}ma>n ibn

Mahdi mengirim surat kepada al-Sha>fiʻi> dan memintanya untuk

mempersiapkan sebuah risalah/tulisan yang berisikan penjelasan

tentang maksud dari Al-Qur'an, Hadis, Ijma' ulama dan

penjelasan seputar nasikh dan mansukh dalam Al-Qur'an dan

10Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 36-38.

11Peter Connoly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri, dari judul asli Approaches to The Study of Religion (Yogyakarta: Lkis, 2012), 295.

12Ah}mad ibn H{usayn al-Bayhaqi>, Mana>qib al-Sha>fiʻi> (Cairo: Da>r al-Tura>th, 1970), 1:225.

6

Page 7: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

hadis.13 oleh karena itu, pada abad kesembilan, Ibn Abi> H{a>tim

mengutip pernyataan Ah}mad ibn H{anbal yang menyarankan

pembacaan terhadap al-Risa>lah sebelum karya-karya al-

Sha>fiʻi> lainnya.14

Dan untuk memperkuat pernyataannya, Melchert

menggambarkan bahwa al-Risa>lah ditulis di Mesir dan menurut

al-Bayhaqi> kitab ini telah beredar di Baghdad. Sedangkan Abu>

ʼUbayd berdomosili di Baghdad, dan al-Sha>fiʻi> sendiri

menghabiskan enam tahun sebelum wafatnya di Baghdad. Maka

sangat tidak mungkin, bahwa ia dan al-Risa<lah tidak pernah

diketahui keberadaannya.

Dari bukti kesejarahan empat tokoh tersebut,15 Melchert

sudah mulai meragukan otentisitas al-Risa<lah sebagai karya al-

Sha>fiʻi>.

Lowry juga membuka penelitiannya dengan membahas

kesejarahan al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah, dan ia

mengungkapkan perbedaan antara keduanya, bahwa Ibn

Qutaybah sedikit berbeda dengan al-Sha>fiʻi>, dimana ia tidak

menspesialisasikan dirinya dalam satu bidang tertentu, Ibn

Qutaybah lebih memilih untuk mengelaborasikan dirinya dalam

bidang hukum, teologi dan lain-lain. Sedangkan al-Sha>fiʻi>

lebih memilih spesialisasi. Namun dalam pandangan mereka

terhadap studi hukum tidak jauh berbeda, dimana Ibn Qutaybah

menganggap hukum sebagai bagian paling besar dalam elemen

agama. Sedangkan al-Sha>fiʻi> menganggap hukum adalah

13Ah}mad ibn ʼAli al-Khat}i>b al-Baghda>di>, Ta>ri>kh Baghda>d (Cairo: Maktabah al-Kha>nji>, 1931), 2:64.

14ʼAbd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad ibn Idri>s Ibn Abi> H{a>tim, Kita>b al-Jarh} wa al-Taʼdi>l (Hyderabad: Majlis Da>irat al-Maʼa>rif, 1952), 7: 204.

15Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 75-81.

7

Page 8: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

segalanya.16 Oleh karena itu, Lowry menegaskan bahwa kedua

karya tersebut yang akan diteliti dalam artikelnya tidak memiliki

perbedaan pada substansinya.

Dari sini, Lowry sudah menangkap sinyal keterkaitan kitab

Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah al-

Daynu>ri> dengan kitab al-Risa<lah karya al-Sha>fiʻi>.

b. Pendekatan Usul Fiqh

Dalam penelitian ini, melchert sangat membutuhkan

pendekatan usul fiqh guna menguraikan metode-metode yang

digunakan empat tokoh tersebut dalam kerya-karya mereka.

Kemudian menganalisa satu-persatu sehingga dapat terlihat

hubungan antar tokoh dalam penggunaan masing-masing

metode.

Kemudian Melchert menguraikan beberapa metode al-

Sha>fiʻi>, Abu> ʼUbayd, Muh}a>sibi> and Ibn Qutaybah dalam

nasikh dan mansukh. Sebagai contoh, dalam pembahasan

nasakh dalam Al-Qur'an dan hadis, al-Sha>fiʻi> dan Ibn

Qutaybah dengan tegas membahas isu tersebut, meskipun al-

Sha>fiʻi> cenderung berpendapat bahwa Al-Qur'an tidak dapat

menghapus hadis dan hadis tidak dapat menghapus Al-Qur'an,

sedangkan Ibn Qutaybah bependapat sebaliknya, yaitu

memungkinkan terjadinya nasikh dan mansukh antara Al-Qur'an

dan hadis. Kemudian Abu> ʼUbayd dan Muh}a>sibi> tidak

membahas isu ini secara jelas. Hanya saja Muh}a>sibi> secara

implisit menerangkan kemungkinan Al-Qur'an menghapus hadis

dalam penjelasannya tentang kasus salat menghadap Mekkah

dan Jerusalem. Sedangkan Abu> ʼUbayd lebih berpendapat

16Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 4-6.

8

Page 9: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

bahwa Al-Qur'an dan hadis tidak dapat saling menghapus,

karena keduanya adalah sama-sama bersumber dari Tuhan.17

Selanjutnya dalam kesimpulan,18 Melchert menegaskan

bahwa Abu> ʼUbayd, Muh}a>sibi> and Ibn Qutaybah tidak

menerima konsep al-Risa>lah. Kemudian ia menyimpulkan

bahwa Abu> ʼUbayd tidak pernah sama sekali membaca al-

Risa>lah. Begitu juga Muh}a>sibi> dianggap tidak mengetahui

keberadaan pendapat al-Sha>fiʻi>, seperti dalam permasalahan

nasakh antara Al-Qur'an dan hadis, dan hal ini mengindikasikan

bahwa ia tidak pernah membaca kitab al-Risa>lah. Dan Ibn

Qutaybah seperti tidak mengetahui al-Risa>lah, meskipun cara

menyelesaikan permasalahan penting dalam kitabnya, seperti

dalam permasalahan nasakh antara Al-Qur'an dan hadis, terlihat

mirip dengan cara al-Sha>fiʻi>.

c. Pendekatan Hermeneutik

Sebelum membahas ide dua tokoh tersebut, Lowry

mengatakan bahwa cocok sekali untuk membandingkan dua

tokoh ini dari sisi hermeneutik yang digunakan.19

Lowry menegaskan bahwa salah satu metode hermeneutik

al-Sha>fiʻi>, yaitu ʼA<mm-Kha<s}s} telah diadopsi oleh Ibn

Qutaybah dengan menggunakan istilah lain, yaitu The Root

Kha>s}s}. Kemudian Ibn Qutaybah juga menggunakan metode

nasakh dalam kitabnya, seperti al-Sha>fiʻi>. Namun Ibn

Qutaybah memperbolehkan nasakh yang bersifat intra-source

(al-Qur'an-al-Qur'an atau hadis-hadis) dan inter-source (al-

Qur'an-hadis atau hadis- al-Qur'an). Sedangkan al-Sha>fiʻi>

hanya memperbolehkan intra-source (al-Qur'an-al-Qur'an atau

17Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 86-88.

18Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 91-98.

19Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 7.

9

Page 10: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

hadis-hadis) dan melarang inter-source (al-Qur'an-hadis atau

hadis- al-Qur'an).20

I. Kelebihan

1. Metode komparatif adalah solusi untuk setiap peneliti, dimana dalam

beberapa kasus metode lain, seperti eksperimental tidak memungkinkan untuk

diterapkan.

2. Hasil dari penelitian dengan metode komparatif dapat menghasilkan

informasi yang bermanfaat mengenai suatu masalah.

3. Metode ini terbukti bermanfaat karena lebih banyak digunakan sampai

saat ini.

4. Pendekatan sejarah adalah pilihan yang tepat untuk mengungkapkan

otentisitas sebuah karya dari tangan penulisnya. Terlebih lagi dengan bantuan

pendekatan periodesisasi dan elemen-elemen penting yang bisa ditemukan.

5. Pendekatan usul fiqh merupakan alat bantu yang sesuai dengan sumber

penelitian yang diangkat oleh Melchert.

6. Pendekatan Hermeneutika yang digunakan Lowry dapat memberika

kontribusi nyata terhadap perkembangan keilmuan dalam bidang humaniora

dengan memberikan ruang untuk mentransformasi konsep-konsep yang sudah ada

dan baku.

II. Kekurangan

1. Tidak ada kontrol yang baku terhadap variabel dalam penelitian yang

mengandalkan metode komparatif, sehingga terkadang menjadi penghambat

dalam suatu penelitian bahkan sebagai kelemahan yang sangat mencolok.

2. Sulitnya menentukan faktor penyebab yang relevan sebagai tolak ukur

penelitian, kemudian berdampak pada hasil penelitian.

3. Terkadang, penelitian yang menggunakan metode ini tidak mampu

menentukan subyek penelitian dengan tepat.

20Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 30-32.

10

Page 11: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

4. Pemilihan sampel Melchert sangat terbatas pada tiga karya lain yang

lahir setelah al-Risa>lah, dan hal ini dihawatirkan akan melahirkan kesimpulan

yang belum menyeluruh.

5. Pendekatan usul fiqh atau hermeneutika yang digunakan Melchert dan

Lowry tidak dapat diterapkan pada sumber penelitian lain, seperti penelitian

bahasa, sejarah dan lain-lain.

d. Pendekatan Lain

Beberapa pendekatan lain, dapat digunakan untuk

pembuktian otentisitas karya ulama. Diantaranya, pendekatan

filologi dan bahasa/linguistik.

Pendekatan filologi sendiri sudah banyak digalakan oleh peneliti-peneliti

terhadap beberapa karya Nusantara, karena sebagian karya Nusantara masih

berupa manuskript atau naskah kuno, hal ini diangkat untuk menunjukkan

khazanah dan kekayaan perkembangan pemikiran mereka yang sangat dinamis.21

Beberapa peneliti yang mendalami bidang ini adalah, Nabilah Lubis dalam

disertasinya yang diajukan pada tahun 1992 di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif

Hidayatullah, penelitian ini dihadapkan pada naskah Syekh Yusuf al-Makasari

yang berjudul Zubdat al-Asra>r fi> tah}qi>q baʻda Masha>rib al-

Akhya>r. penelitiannya terfokus untuk menampilkan kembali

naskah Zubdat al-Asra>r sehingga dapat dibaca oleh semua

kalangan. Kemudian beliau menganalisa isi kandungan naskah

tersebut. Kemudian penelitian ini diterbitkan dalam bentuk

buku.22 Kemudian Oman Fathurrahman melanjutkan kajian

filologi dalam disertasinya yang diajukan pada tahun 2003 di

Program Studi Ilmu Susastra Program Pascasarjana Universitas

Indonesia, penelitian ini mengkaji Tarekat Sha>t}i>ri>yah di

Dunia Melayu-Indonesia, sebuah kajian atas dinamika dan

21Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Media Alo Indonesia, 2001), 1.

22Nabilah Lubis, Menyingkap Intisari segala Rahasia Karangan Syekh Yusuf al-Taj al-Makasari (Bandung: Mizan, 1996).

11

Page 12: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

perkembangannya melalui naskah-naskah di Sumatra Barat.23

Dan dalam studi Naskah Tanbi>h al-Mishi>.24

Akan tetapi beberapa penelitian tersebut terfokus kepada

rekonstruksi sejarah dan studi pemikiran para tokoh Nusantara

dalam naskah yang ada.

C. Metodologi dan Pendekatan yang Dipilih

1. Metode Kualitatif

Dalam kasus penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas, metode

kualitatif ini digunakan untuk menemukan ide-ide metode empat tokoh dalam

merumuskan permasalahan nasakh Al-Qur'an dalam karya mereka masing-

masing. Maka metode kualitatif diterapkan sebagai eksplorasi terhadap satu

permasalahan meskipun dengan menggunakan data yang terbatas.25

Adapun metodologi dan pendekatan yang akan dipilih

penulis untuk meluruskan penelitiannya adalah metode kualitatif.

Metode ini diterapkan untuk menemukan ide-ide cemerlang dalam

Ikhtila>f al-H{adi>th dari karya yang diteliti. Oleh karena itu,

peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik dalam Ikhtila>f

al-H{adi>th sebagai variabel pembuktiannya.

a. Pendekatan Hermeneutik

Pendekatan Hermeneutik dipilih karena dapat memaparkan

dan memberi gambaran secara kritis terhadap teks (konsep)

Muhajirin dan al-S{anʻa>ni> mengenai ikhtila>f al-H{a>di>th.

Sehingga dapat dilacak sejauh mana orisinalitas karya Muhajirin

dan keterlepasan karyanya tersebut dari pengaruh karya-karya

terdahulu dari sumber Arab, seperti karya al-S{anʻa>ni>.

23Oman Fathurrahman, Tarekat Sya>t}iri>yah di Dunia Melayu-Indonesia: Kajian atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-naskah di Sumatra Barat (Jakarta: Disertasi Program Studi Ilmu Susastra Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003).

24Oman Fathurrahman, Tanbi> al-Mishi> Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh (Bandung: Mizan, 1999).

25Lihat, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010).

12

Page 13: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

Hal ini tidak hanya bertujuan mengungkap konsep-konsep

kedua tokoh tersebut sebagaimana adanya, tetapi juga akan

memberikan gambaran yang sesuai dengan konteks kekinian.

Maka metode ini sangat tepat untuk dipilih, karena akan bersifat

produktif dan transformatif26 yang akan sangat berguna

implikasinya bagi bidang-bidang ilmu humaniora.27

I. Kelebihan

Kelebihan penerapan metode dan pendekatan tersebut dalam penelitian

yang akan dilaksanakan dapat tergambar pada poin-poin berikut:

1. Metode kualitatif sangat membantu penelitian untuk mengungkap

kesejarahan.

2. Dengan metode ini, peneliti bisa mengeksplorasi secara

mendalam sumber penelitian yang akan dikaji, yaitu Mis}ba>h}

al-Z{ula>m Karya Shaykh Muha>jiri>n .

3. dengan pendekatan hermeneutika, maka peneliti akan

dengan mudah mendeteksi keorisinalitasan karya tersebut.

Karena hal ini tidak dapat dibuktikan tanpa menggunakan satu

variabel tertentu.

4. dengan pendekatan hermeneutika ini, diharapkan

peneliti dapat mengembangkan ide-ide Muhajirin ke dalam

masalah kekinian agar penelitian ini lebih bersifat transformatif

dan tidak statis.

II. Kekurangan

Namun kekurangan yang akan ditemukan peneliti juga tidak sedikit,

diantaranya:

1. Sumber penelitian lain, yang berupa sampel

perbandingan dengan sumber utama kemungkinan tidak dapat

mencakup data-data yang ada, maka dikhawatirkan lahir

kesimpulan yang belum menyeluruh.26Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Metode Hermeneutika dan Penerapannya pada Ilmu Sosial,

Budaya dan Humaniora (Jakarta: PPS UI, 2004) 36.27Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Metode Hermeneutika, 34.

13

Page 14: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

2. pendekatan hermeneutika yang akan digunakan peneliti

mungkin bukan satu-satunya pendekatan yang bisa dilakukan.

Peneliti mempunyai beberapa opsi lain, seperti bahasa/linguistik,

sejarah, filologi dan lain sebagainya. Dan bila keseluruhan

pendekatan digunakan, maka akan menghasilkan kesimpulan

yang kuat. Akan tetapi, dengan pertimbangan pragmatis

terhadap efisiensi waktu dan biaya, penulis akan memilih satu

dari sekian alternatif yang ada.

D. PENUTUP

Demikian perdebatan metodologi para ahli dalam studi kasus otentisitas

karya ulama, yang merupakan kumpulan informasi yang penulis dapatkan dari

mata kuliah Metodologi Penelitian Studi Islam (MPSI) yang diampu oleh team

teaching. Namun apa yang penulis sampaikan di sini tidak dapat dikatakan

sebagai metode yang baik sebelum kritikan dan saran dilontarkan kepada penulis

guna terus menyempurnakan kajian ini.

14

Page 15: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

Daftar Pustaka

al-Bayhaqi>, Ah}mad ibn H{usayn. Mana>qib al-Sha>fiʼi>.

Cairo: Da>r al-Tura>th, 1970.

Calder, Norman. Studies in Early Muslim Jurisprudence. Oxford: Clarendon

Press, 1993.

Connoly, Peter (ed.). Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj.. Khoiri, Imam. Dari

judul asli Approaches to The Study of Religion. Yogyakarta: Lkis, 2012.

Consuelo, G. Sevilla. Dkk. Pengantar Metode Penelitian, Terj. Alimudin Tuwu.

Jakarta: UI-Press, 1993.

Fathurrahman, Oman. Tanbi> al-Mishi> Menyoal Wahdatul

Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh. Bandung:

Mizan, 1999.

Fathurrahman, Oman. Tarekat Sya>t}iri>yah di Dunia

Melayu-Indonesia: Kajian atas Dinamika dan

Perkembangannya Melalui Naskah-naskah di Sumatra

Barat. Jakarta: Disertasi Program Studi Ilmu Susastra

Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003.

Ibn Abi> H{a>tim, ʼAbd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad ibn

Idri>s. Kita>b al-Jarh} wa al-Taʼdi>l. Hyderabad: Majlis

Da>irat al-Maʼa>rif, 1952.

al-Khat}i>b, Ah}mad ibn ʼAli al-Baghda>di., Ta>ri>kh

Baghda>d. Cairo: Maktabah al-Kha>nji>, 1931.

Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

RosdaKarya, 2005.

Lowry, Joshep E. "The Legal Hermeneutics of al-Shafii> and Ibn

Qutayba: A Reconsideration." Islamic Law and Society 11

(2004).

15

Page 16: Metodologi Penelitian Studi Islam - Otentisitas Karya Ulama - Perdebatan Metodologi

Lubis, Akhyar Yusuf. Metode Hermeneutika dan Penerapannya

pada Ilmu Sosial, Budaya dan Humaniora. Jakarta: PPS UI,

2004.

Lubis, Nabilah. Menyingkap Intisari segala Rahasia Karangan

Syekh Yusuf al-Taj al-Makasari. Bandung: Mizan, 1996.

Lubis, Nabilah. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi.

Jakarta: Media Alo Indonesia, 2001.

Melchert, Christopher. "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth

Century: Sha>fiʼi>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn

Qutaybah," dalam Weiss, Bernard G. Studies in Islamic

Legal Theory. Leiden: E.J. Brill, 2002.

Mudzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan

Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2010.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: RajaGravindo Persada,

2006.

UIN, SPS. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor

Pengkajian Islam 2011 – 2015. Jakarta: Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

16