otentisitas al-qur'an [kajian nilai-nilai pendidikan dalam sejarah al-qur'an]

28
OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an] PENDAHULUAN Islam sebagai sebuah agama wahyu ( revealed religions ) yang bersifat transendent telah memasuki pelataran sejarah umat manusia yang immanent. Oleh karena itu Islam memiliki pluralisme pemaknaan dan penafsiran oleh pemeluknya atas Islam itu sendiri. Dan semuanya bisa benar dan salah tanpa harus merujuk langsung kepada kebenaran Islam. 1 Ajaran Islam didasarkan pada al-Qur'an dan al- Sunnah, Dari segi periwayatan al-Qur'an sudah disepakati akan ke- mutawatiran- nya, namun dalam ke- mutawatiran- nya, sejarah al-Qur'an masih banyak menyimpan misteri dalam kesejarahannya dan menarik untuk dikaji kaitannya dalam nilai pendidikan Islam. Oleh karena itu penelitian atasnya merupakan suatu yang niscaya. Penelitian disini bukanlah berarti untuk meragukan kemurnian al-Qur'an dan atau mendustakan Rasulullah melainkan justru sebaliknya, yaitu untuk mendapatkan seotentik mungkin ajaran Islam dari Rasulullah . Sehingga bisa dikontekstualisasikan dalam kekinian dan kedisinian. Dalam konteks kemurnian al-Qur'an, Allah SWT 1 Komaruddin Hidayat, Wahyu di Langit Wahyu di Bumi; Doktrin dan Peradaban Islam di Panggung Sejarah , (Jakarta: Paramadina, 2003)hlm. 226. 1

Upload: ahmad-lutfian-antoni

Post on 01-Jul-2015

607 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

PENDAHULUAN

Islam sebagai sebuah agama wahyu (revealed religions) yang

bersifat transendent telah memasuki pelataran sejarah umat manusia yang

immanent. Oleh karena itu Islam memiliki pluralisme pemaknaan dan

penafsiran oleh pemeluknya atas Islam itu sendiri. Dan semuanya bisa

benar dan salah tanpa harus merujuk langsung kepada kebenaran Islam. 1

Ajaran Islam didasarkan pada al-Qur'an dan al-Sunnah, Dari segi

periwayatan al-Qur'an sudah disepakati akan ke-mutawatiran-nya, namun

dalam ke-mutawatiran-nya, sejarah al-Qur'an masih banyak menyimpan

misteri dalam kesejarahannya dan menarik untuk dikaji kaitannya dalam

nilai pendidikan Islam.

Oleh karena itu penelitian atasnya merupakan suatu yang niscaya.

Penelitian disini bukanlah berarti untuk meragukan kemurnian al-Qur'an

dan atau mendustakan Rasulullah melainkan justru sebaliknya, yaitu

untuk mendapatkan seotentik mungkin ajaran Islam dari Rasulullah .

Sehingga bisa dikontekstualisasikan dalam kekinian dan kedisinian.

Dalam konteks kemurnian al-Qur'an, Allah SWT telah menyatakan

janjinya, sebagaimana tersebut dalam QS. al-Hijr(15): 9.

9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

dalam ayat tersebut Allah menyatakannya dengan lafal jamak (baca:

kami), sehingga secara penafsiran, Allah melibatkan para makhluk-Nya

selain diri-Nya, boleh jadi para malaikat, jin dan manusia, terutama Nabi

Muhammad sendiri sebagai Rasulullah . Maka dari itu, tujuan

pengungkapan sejarah al-Qur'an adalah mendapatkan data sejarah secara

valid dan otentik, sehingga bisa diperoleh perspektif sejarah yang nyata

dan mengambil nilai-nilai pendidikan baik dari para pelaku sejarah al-

1 Komaruddin Hidayat, Wahyu di Langit Wahyu di Bumi; Doktrin dan Peradaban Islam di Panggung Sejarah , (Jakarta: Paramadina, 2003)hlm. 226.

1

Page 2: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Qur'an, maupun dari sejarah itu sendiri. Tulisan singkat ini mencoba

mengkaji sejarah al-Qur'an secara dekriptis analitis dan korelasinya

dengan nilai pendidikan.

ASBAB AL-NUZUL: SEBUAH PINTU SEJARAH AL-QUR'AN.

Teks al-Qur’an memiliki kekhasan sendiri sebagai sebuah pesan

yang mampu berjalan dinamis dalam penyampaiannya. al-Qur’an

menggunakan bahasa linguistik yang mampu ‘hidup’ dan menggambarkan

realitas konteks yang dihadapinya. Sehingga untuk membaca realitas

konteks yang dihadapi –dalam upaya pemahaman dan penafsiran sebuah

ayat diperlukan data historis teks.

Dan oleh karenanya para ulama’ menganggapnya sebagai asbab al-

nuzul. Yakni suatu gambaran situasi yang dianggap sebagai latar

belakang historis turunnya al-Quran. 2 Dan oleh sebab itu, ia hanya dapat

diketahui melalui jalur riwayat. Tradisi riwayat sudah berkembang

bahkan sejak lama sebelum Islam lahir. Sehingga bukan suatu yang sulit,

jika hal ini mereka teruskan setelah memeluk agama Islam. Apalagi,

sudah sejak lama bangsa Arab telah terbiasa memaksimalkan kerja otak

dalam menghafal beberapa peristiwa penting yang untuk selanjutnya

diwariskan pada generasi setelah mereka.

Sebenarnya tidak ada perintah untuk mengetahui lebih jauh

tentang latar belakang sejarah tersebut, melainkan aktifitas ini berawal

dari sikap keingin-tahuan yang dimiliki para sahabat dan generasi

setelahnya (dalam memperkaya khazanah keilmuan tentang al-Qur’an).

Oleh sebab itu, nyaris tidak ditemukan riwayat asbab al-nuzul yang

berupa hadits qauly (langsung dari ucapan Rasul) karena semuanya

diceritakan oleh para sahabat. Kendati demikian, bukan berarti

mengetahui asbab al-nuzul menjadi tidak penting. Bahkan sebaliknya,

pengetahuan akan asbab al-nuzul menjadi sangat penting khususnya bagi

2 Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur'an, (Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, 1990)hlm. 108-110.

2

Page 3: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

generasi yang tidak pernah bertemu Rasul. Karena dengan demikian ia

dapat mengetahui gambaran situasi dimana, bagaimana dan kapan wahyu

tersebut turun dan hal itu semua tentunya akan menjadi pengetahuan

penting dalam memahami al-Qur'an.

Para sarjana klasik menyimpulkan bahwa tidak mungkin

mngetahui penjelasan (tafsir) sebuah ayat tanpa terlebih dahulu

mengetahui kisah-kisah dan sebab-sebab turunnya. Demikian juga dengan

Ibnu Taimiyah, beliau menyatakan bahwa asbab al-nuzul akan dapat

membantu memahami ayat-ayat al-Qur’an, karena dengan mengetahuinya

akan dapat diketahui pula akibat hukumnya.

Para ulama begitu serius mengumpulkan riwayat-riwayat tentang

asbab al-nuzul seperti al-Wahidi al-Naisaburi salah seorang ulama yang

konsen kepada permasalahan asbab al-nuzul dan pengarang kitab Asbab

al-Nuzul, yang telah berhasil mengumpulkan riwayat-riwayat asbab al-

nuzul untuk 82 surat dan demikian juga dengan al-Suyuthi, disamping

senada dengan al-Wahidi ia juga menambahkan 23 surat lainnya yang

ternyata juga mempunyai asbab al-nuzul. 3 Dan jika keduanya

dikumpulkan maka hanya ada 9 surat saja yang tidak terdapat asbab al-

nuzulnya. Namun, jumlah yang begitu besar tersebut sebelum adanya

penelitian lebih lanjut tentang kualitas riwayat. Karena jika sangat dhaif,

atau bahkan maudhu’, tidak layak untuk dikategorikan sebagai riwayat

asbab nuzul.

Dari kalangan intelektual kontemporer, tidak ketinggalan Nasr

Hamid Abu Zaid dan Andrew Rippin seorang orientalis yang turut serta

ikut serta berkecimpung membicarakan asbab al-nuzul. Andrew Rippin

seorang pengkaji al-Qur’an dan lulusan McGill ini mencoba menelusuri

lebih jauh tentang asbab al-nuzul melalui kaca mata kajian modern,

namun tetap tidak mengesampingkan hasil karya para ulama klasik yang

dipadukan dengan penemuan para sarjana barat.

3 al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994/1414) dan Jalalluddin al-Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, dicetak dalam pinggiran kitab Tafsir Jalalain, (Beirut: Dar al-Fikr, 2005/1425)

3

Page 4: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Teks yang diturunkan menegasikan bahwa ada sebab khusus yang

membuat teks tersebut diturunkan. Dari keseluruhan asbab al-nuzul ayat-

ayat Al-Qur’an, sebagian besar diantaranya turun tanpa sebab-sebab

tertentu dan sebagian lainnya turun karena adanya sebab-sebab tertentu.

Hanya ada sekitar 11,5 % ayat-ayat yang berasbab al-nuzul. Namun, dari

yang 11,5 % itu justru mendapat banyak perhatian dari berbagai

kalangan, mulai dari tokoh-tokoh intelektual klasik sampai kontemporer.

Bahkan ada yang menjadikannya kitab tersendiri seperti halnya al-Wahidi

dan al-Suyuthi. Pentingnya memahami teks dengan memahami realitas

sejarah turunnya teks menjadi keharusan di kalangan mufassir karena

realitas-realitas tersebutlah yang memproduksi teks.

Asbab al-nuzul mempunyai makna yang sangat penting bagi

berlangsungnya proses mendialektikakan teks dengan realitas. Sebagian

ulama juga menekankan pentingnya memahami asbab al-Nuzul supaya

bisa memahami ayat secara shahih, karena sebagian ayat tidak dapat

dipahami maknanya dengan benar kecuali dengan memahami asbab al-

nuzul.

Para ulama memang berbeda pendapat mengenai pentingnya

mengetahui asbab al-nuzul. Sebagian ulama berpendapat bahwa

mengetahui asbab al-nuzul tidaklah penting karena hal tersebut

merupakan bagian dari pengetahuan sejarah al-Qur’an. Sedangkan

sebagian lagi, berpendapat bahwa pengetahuan tersebut sangat penting

karena asbab al-nuzul merupakan kaharusan bagi orang yang mengetahui

isi dan kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an.

Ulama yang berpandangan dan menganggap penting pengetahuan

akan asbab al-nuzul di antaranya adalah al-Wahidi, Ibnu Daqiq, Ibnu

Taimiyah, al-Suyuthi, dan lain-lain. Mereka berargumen bahwa asbab al-

nuzul berguna untuk mengetahui tafsir al-Qur’an akan ayat yang

bersangkutan. Di antara ulama yang menganggap penting asbab al-nuzul

adalah :

1. al-Wahidi (wafat tahun 427 H)

4

Page 5: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Beliau berpendapat sebagaimana yang dikutip oleh al-Suyuthi bahwa

tidak mungkin seseorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa

mengetahui sejarah turunnya dan latar belakang masalahnya

2. Ibnu Daqiq (wafat tahun 702 H )

Beliau berargumen bahwa mengetahui sebab dari turunnya ayat

adalah sebuah metode utama dalam memahami pesan al-Qur’an.

3. Ibnu Taimiyah (wafat tahun 762 H )

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa dengan mengetahui asbab al-nuzul

akan membantu memahami kandungan ayat al-Qur’an, karena dengan

mengetahui sebab turunya ayat secara tidak langsung juga akan

membuka musababnya.

Seorang mufassir yang tidak mengetahui asbab al-nuzul

dikhawatirkan mengalami kebingungan dan keragu-raguan dalam

memahami ayat-ayat al-Qur’an dan pemahamannya tidak sesuai dengan

maksud ayat tersebut.

SEJARAH AL-QUR'AN.

Sejarah al-Qur'an yang akan dikaji disini adalah pengumpulan al-

Qur'an setelah diwahyukan, bukanlah pembahasan proses pewahyuan al-

Qur'an dari Allah kepada malaikat Jibril kemudian kepada Nabi secara

spekulatif, karena pembahasan itu masuk dalam ranah nuzul al-Qur'an.

Jadi, sejarah disini adalah sejarah pengumpulan al-Qur'an baik didalam

dada/hafalan atau berupa tulisan (al-Jam’u fi ash-Shudur wa al-Jam’u fi

as-Suthur), sebagaimana telah disebutkan dalam kitab-kitab ‘Ulum al-

Qur'an.

Maka dari itu sejarah al-Qur'an akan dibagi menjadi 4 fase, yaitu;

Pertama, Pengumpulan al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad . Kedua,

Kodifikasi al-Qur'an pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq . Ketiga,

Kodifikasi al-Qur'an pada masa ‘Utsman bin ‘Affan . Keempat,

Perkembangan al-Qur'an setelah masa ‘Utsman bin ‘Affan .

5

Page 6: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

A. Pengumpulan al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad .

al-Qur'an yang terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77.439 kata dan

323.015 huruf diwahyukan pertama kali di gua hira’ ketika Nabi

Muhammad SAW berusia 40 tahun. 4 Diturunkannya al-Qur'an secara

berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan 22 hari, menandakan bahwa

al-Qur'an mempunyai hubungan dialektis dengan situasi dan tempat

ketika ia diturunkan. Tentu saja al-Qur'an bukan hanya memberi petunjuk

bagi masyarakat tempat ia diturunkan, tetapi juga untuk masyarakat

sepanjang masa dan tempat dimana pun. Karena itulah, ajaran al-Qur'an

bersifat universal.5

Proses pengumpulan al-Qur'an meliputi penyampaian, pencatatan,

pengumpulan catatan dan kodifikasi, hingga menjadi mushaf al-Qur'an.

Semua proses ini merupakan upaya untuk mengamankan dan

melestarikan kitab suci al-Qur'an. 6 Rasulullah SAW sangat mencintai

wahyu, ia senantiasa menunggu penurunan wahyu dengan rasa rindu, lalu

menghafal dan memahaminya, persis seperti dijanjikan Allah. 7 Oleh

sebab itu, beliau adalah Hafidz al-Qur'an pertama dan merupakan contoh

paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya, sebagai realisasi

kecintaan mereka kepada pokok agama dan sumber risalah. 8

Upaya pelestarian al-Qur'an pada masa Nabi SAW yaitu setiap kali

menerima wahyu, beliau langsung mengingat dan menghafalnya.

Selanjutnya beliau menyampaikan kepada para sahabatnya. Lalu sahabat

menyampaikannya secara berantai kepada sahabat-sahabat lain. Disisi

lain, para Sahabat Nabi berambisi untuk mengambil, memperoleh dan

4 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an, (Mizan, Bandung, 1998)hlm. 4.5 Tim penulis, M. Quraish Shihab (Ketua), Sejarah & ‘Ulum al-Qur'an, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2000). Hlm. 206 Ibid… Hlm. 257 QS. al-Qiyamah (75): 17: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.”8 Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi …Ibid, hlm. 119.

6

Page 7: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

mengikuti apa yang mereka saksikan atau yang mereka dengar, sehingga

diantara mereka saling bergantian untuk menghadiri majelis Nabi , dari

hari kehari agar mereka dapat saling memberitahu ilmu yang didapat dari

Nabi . Sebagaimana kisah sahabat Umar bin al-Khattab dan

tetangganya.9 Sebagian sahabat itu, disamping langsung

menghafalkannya, juga mencatatnya. Catatan-catatan itu tidak

dimaksudkan untuk orang lain, tetapi sebagai koleksi pribadi. 10

Meskipun periwayatan al-Qur'an pertama kali dengan metode

hafalan, tetapi perlu diingat bahwa metode penulisan juga sudah dikenal

pada masa Nabi . Bahkan sebelum Nabi wafat, al-Qur'an sudah

dihafalkan dan tertulis semua. 11 Walaupun media tulis pada masa itu

bukanlah kertas seperti sekarang, tetapi para sahabat Nabi menulis pada

kepingan tulang belulang, pelepah kurma, bebatuan dan media lainnya. 12

Paling tidak Nabi memiliki beberapa sekretaris wahyu,

diantaranya adalah: Abu Bakar ash-shiddiq, ‘Umar bin al-Khattab,

‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Thalib. Mu’awiyah, Khalid bin Walid,

Ubayy bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qais, ‘Amir bin Fuharah,

‘Amr bin ‘Ash, Abu Musa al-Asy’ary dan Abu Darda’. Bahkan menurut

al-A’zami mencapai lebih kurang enam puluh lima sahabat Nabi yang

menuliskan wahyu dihadapannya. 13

9 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari>, al-Ja>mi’ al-Shahi>h (Shahi>h al-Bukhari>), (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th) Juz I. hlm. 28. Muhammad bin ‘Alwi> al-Maliki> al-Hasani>, al-Minha>l al-Lat}i>f fi> Us{ul al-Hadis’ al-Syari>f, (Jeddah: S{ahar, tt.p)hlm. 28-29. M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah , (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)hlm. 36-41.

10 Tim penulis, M. Quraish Shihab (Ketua), Sejarah & Ibid… Hlm. 2711 M.M. al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur'an,dari Wahyu sampai Kompilasi, Terj.

Dr. Sohirin dkk.(Jakarta: Gema Insani Press, 2005) hlm. 72-73.12 Lihat berbagai riwayat media tulis pada masa itu dalam Jalaluddin as-Suyuthi,

al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur'an. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2004)hlm. 92.13 Shubhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur'an, (Beirut: Dar ‘Ilm li al-Malayin,

1977) hlm. 68. M.M. al-A’zami, Kuttab an-Nabi, (Riyadh: ,1981)hlm. 83-89.

7

Page 8: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Jadi al-Qur'an pada masa Nabi dijaga dan dipelihara dengan

hafalan dan tulisan, hanya saja ketika Nabi Muhammad wafat, al-

Qur'an tidak menjadi utuh dalam satu mushaf, tetapi masih berpisah-

pisah dalam berbagai media tulis yang yang ada pada waktu itu. Hal ini

akan yang akan menjadi materi kodifikasi al-Qur'an pada masa Abu

Bakar ash-Shiddiq .

B. Kodifikasi al-Qur'an pada masa Abu Bakar ash-shiddiq .

Perkembangan sejarah al-Qur'an mengalami titik yang krusial

setelah Nabi Muhammad wafat, karena situasi politik banyak orang-

orang yang murtad dan menentang kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq

. Sehingga terjadi peperangan yang menewaskan beberapa Qurra’ atau

Huffadz dari kalangan sahabat Nabi .14 Hal ini terekam dalam riwayat al-

Bukhari berikut ini:

!ا !ن د$ث -ن* م*وس!ى ح! يل! ب اع1 م! 1س- اه1يم! ع!ن- إ -ر! 1ب -ن1 إ ع-د9 ب !ا س;;! !ن د$ث -ن* ح;;! ابه!اب9 -د1 ع!ن- ش1 !ي -ن1 ع*ب $اق1 ب ب !ن$ الس$ -د! أ ي -ن! ز! 1ت9 ب !اب ي! ث ض1 $ه* ر! -ه* الل ق!ال! ع!نل! س! ر-

! !ي$ أ 1ل *و إ !ب -ر9 أ !ك !ل! ب ت ق- !ه-ل1 م! ة1 أ ام! !م! -ي 1ذ!ا ال إ ر* ف! -ن* ع*م! اب1 ب ط;;$ -خ! د!ه* ال ن;;- ع1و ق!ال! !ب;;* ر9 أ !ك;;- ي! ب ض;;1 ه* ر! ه* الل;;$ 1ن$ ع!ن;;- ر! إ 1ي ع*م;;! ان !ت;;! ال! أ 1ن$ ف!ق;;! ل! إ ت;;- -ق! د- ال ق;;!

ر$ !ح! ت !و-م! اس- ة1 ي ام! !م! -ي اء1 ال ر$ 1ق;;* آن1 ب ر- -ق;;* _ي ال 1ن ى و!إ !خ-ش;;! !ن- أ ر$ أ !ح1 ت !س;;- ل* ي ت;;- -ق! الاء1 -ق*ر$ 1ال و!اط1ن1 ب -م! 1ال !ذ-ه!ب! ب 1يرf ف!ي !ث ن- ك آن1 م1 -ق*ر- _ي ال 1ن ى و!إ ر!

! !ن- أ ر! أ م*- !أ ع1 ت م- 1ج! ب

آن1 -ق*ر- ر! ق*ل-ت* ال 1ع*م! -ف! ل !ي !ف-ع!ل* ك oا ت -ئ ي !م- ش! -ه* ل ع!ل !ف- ول* ي س* $ه1 ر! ل$ى الل ه* ص;;! الل;;$-ه1 !ي $م! ع!ل ل ر* ق!ال! و!س! $ه1 ه!ذ!ا ع*م! رf و!الل ي;;- !م- خ! ل- ف!ل ز! ر* ي;;! ع*ن1ي ع*م;;! اج1 ر! ت$ى ي;;* ح!ح! ر! $ه* ش! د-ر1ي الل 1ك! ص! ذ!ل -ت* ل;;1 !ي أ ك! ف1ي و!ر! ذ1ي ذ!ل;;1 !ى ال;;$ أ ر* ر! ال! ع*م;;! دf ق;;! ي;;- ز!*و ق!ال! !ب -ر9 أ !ك $ك! ب 1ن لf إ ج* ابw ر! $ه1م*ك! ال! ع!اق1لf ش! !ت -ت! و!ق!د- ن *ن *ب* ك -ت !ك ي! ت و!ح- ال;;;-

ول1 س* 1ر! $ه1 ل ل$ى الل $ه* ص! -ه1 الل !ي $م! ع!ل ل $ع- و!س! !ب !ت ت آن! ف! -ق*ر- ع-ه* ال م! $ه1 ف!اج- الل و- ف!و! ل;;!1ي $ف*ون !ل !ق-ل! ك !ل9 ن ب ن- ج! !ال1 م1 ب -ج1 ا ال !ان! م! -ق!ل! ك !ث !ي$ أ ا ع!ل م;;$ 1ي م1 ن ر! م;;!

! ه1 أ ن- ب;;1 م1

ع1 م- آن1 ج! -ق*ر- -ف! ق*ل-ت* ال !ي ون! ك !ف-ع!ل;;* oا ت -ئ ي !م- ش;;! ه* ل !ف-ع!ل;;- ول* ي س;;* ه1 ر! ل$ى الل;;$ ص;;!$ه* -ه1 الل !ي $م! ع!ل ل $ه1 ه*و! ق!ال! و!س! -رf و!الل ي !م- خ! ل- ف!ل !ز! *و ي !ب ر9 أ !ك;;- ع*ن1ي ب اج1 ر! ت$ى ي;;* ح!

ح! ر! $ه* ش! د-ر1ي الل $ذ1ي ص! 1ل ح! ل ر! ه* ش! د-ر! ل;;! 1ي ص;;! ب! ر9 أ !ك;;- ر! ب ي! و!ع*م;;! ض;;1 ه* ر! الل;;$

ا -ه*م! $ع-ت* ع!ن !ب !ت ت آن! ف! -ق*ر- ع*ه* ال م! !ج- ن- أ ب1 م1 -ع*س* اف1 ال _خ! د*ور1 و!الل ال1 و!ص* ج;;! الر_$ى ت د-ت* ح! ر! و!ج! ة1 آخ1 ور! !ة1 س* ب $و- ع! الت 1ي م;;! ب

! ة! أ -م;;! ي ز! ار1ي_ خ* -ص;;! !ن -أ !م- ال د-ه!ا ل ج;;1! أ

14 Isma’il R. al-Faruqi & Lois Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang,Terj. Ilyas Hasan. (Bandung: Mizan, 2003) hlm. 242-245.

8

Page 9: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

ع! د9 م! !ح! -ر1ه1 أ د- غ!ي !ق! *م- ل اء!ك ولf ج! س;;* ن- ر! *م- م1 ك -ف*س;;1 !ن ه1 ع!ز1ي;;زf أ !ي;;- ا ع!ل ~م- م;;! 1ت ع!ن$ى ت ة1 ح! 1م! ات اء!ة! خ! !ر! !ت- ب !ان ف* ف!ك -د! الص~ح* ن 1ي ع1 ب

! -ر9 أ !ك ت$ى ب اه* ح! !و!ف;;$ ه* ت *م$ الل;;$ ث-د! ن ر! ع1 !ه* ع*م! !ات ي *م$ ح! -د! ث ن ة! ع1 ف-ص! -ت1 ح! 1ن ر! ب ي! ع*م! ض1 $ه* ر! -ه* الل 15.ع!ن

“Sesungguhnya Zaid berkata: Abu bakar memanggil saya setelah terjadi perang Yamamah yang menelan korban para sahabat Nabi sebagai syuhada. Saya melihat ‘Umar bin al-Khattab bersamanya.

Abu Bakar berkata: “’Umar baru saja menyampaikan pendapat ini; Dalam perang Yamamah telah menelan korban begitu besar dari para penghafal al-Qur'an (Qurra’), dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai akibat, kemungkinan sebagian besar al-Qur'an akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat agar dikeluarkan perintah pengumpulan semua al-Qur'an.” Abu Bakar menambahkan, “Saya katakana kepada Umar : bagaimana mungkin

kami melakukan satu tindakan yang Nabi Muhammad tidak pernah

melakukan? Umar menjawab: Demi Allah, ini merupakan upaya terpuji terlepas dari segalanya, dan ia tidak berhenti menjawab keberatan kami, sehingga Allah memberi kedamaian untuk melaksanakan dan pada akhirnya kami memiliki pendapat serupa. Zaid! Anda seorang pemuda cerdik pandai dan anda sudah terbiasa menulis wahyu pada Nabi Muhammad dan kami tidak melihat satu kelemahan pada diri anda. Carilah semua al-Qur'an agar dapat dirangkai seluruhnya. “Demi Allah, jika sekiranya mereka meminta saya memindahkan sebuah gunung, hal itu akan terasa lebih ringan dari apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang. Saya bertanya kepada mereka: kenapa kalian melakukan satu tindakan yang Nabi Muhammad tidak pernah melakukan? Abu

Bakar dan Umar menjawab: Demi Allah, ini merupakan upaya terpuji terlepas dari segalanya, dan mereka tak henti-hentinya menenangkan rasa keberatan saya, hingga akhirnya Allah melapangkan hati saya untuk melaksanakan tugas itu, sebagaimana Allah telah melapangkan hati mereka berdua. Maka aku mulai mengumpulkan al-Qur'an dari pelepah kurma, kepingan-kepingan batu dan dari hafalan para penghafal. Sampai akhirnya saya mendapatkan akhir surat al-Taubah berada pada Abu Khuzaimah al-Anshari , yang tidak saya dapatkan pada orang lain.

128. Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi

15 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari>, al-Ja>mi’ al-Shahi>h Ibid… Juz 6 Kitab Fadhail al-Qur'an, Bab Jam’u al-Qur'an, (Semarang: Toha Putra, t.th). hlm. 98.

9

Page 10: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Penyayang terhadap orang-orang mukmin.129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiKu; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya Aku bertawakkal dan dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".

Shuhuf-shuhuf itu disimpan oleh Abu Bakar hingga wafat, kemudian

disimpan oleh ‘Umar sepanjang hidupnya dan kemudian disimpan oleh

Hafshah binti ‘Umar .

Terlihat jelas dalam riwayat diatas bahwa, sebab dari kodifikasi

al-Qur'an pertama kali adalah kekhawatiran akan hilangnya al-Qur'an

beserta wafatnya para penghafal al-Qur'an. Dan dedikasi para sahabat

dalam menghafalkan, mencatat dan mengamalkan al-Qur'an sangat tinggi.

Sehingga tidak sedikit diantara mereka yang merelakan harta benda, jiwa

dan raga demi menjaga, melestarikan dan mengamalkan al-Qur'an.

Jadi pada masa Abu Bakar , hanya ada 1 mushaf al-Qur'an yang

utuh dan itu disimpan sebagai arsip kenegaraan, bahkan nanti sampai

masa ‘Utsman . Meskipun begitu, tidak ada permasalahan yang timbul

terkait dengan periwayatan dan pengajaran al-Qur'an, Karena pada masa

itu, pengajaran al-Qur'an lebih banyak dititik beratkan dengan metode

hafalan dibandingkan tulisan. Tulisan yang ada baik arsip kenegaraan,

maupun catatan-catatan pribadi hanyalah sebagai pendamping dari

hafalan yang telah dihafal oleh ribuan sahabat Nabi .

C. Kodifikasi al-Qur'an pada masa ‘Utsman bin ‘Affan .

Pada masa ‘Utsman bin ‘Affan wilayah Islam telah melampaui

semenanjung Arabia, sehingga banyak pemeluk agama Islam bukan hanya

orang-orang Arab saja, tetapi juga orang-orang non Arab, disisi lain

banyak dari sekian sahabat Nabi yang berhijrah ke berbagai kota dan

negeri. Dan mereka juga mengajarkan al-Qur'an yang masing-masing

qiraat didengar dari Rasulullah , serta diantara mereka ada yang

memiliki qiraat yang tidak dimiliki oleh lainnya.

10

Page 11: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Setiap murid para sahabat saling mengunggulkan qiraat masing-

masing dan menyalahkan qiraat lainnya, sehingga permasalahan semakin

menjadi besar dan perselisihan semakin memuncak. 16 Kenyataan seperti

inilah yang melatar belakangi kodifikasi pada masa ‘Utsman bin ‘Affan

. Untuk lebih lengkapnya kita lihat riwayat al-Bukhari berikut ini:

!ا !ن د$ث !ا م*وس!ى ح! !ن د$ث اه1يم* ح;;! ر! 1ب;;- !ا إ !ن د$ث -ن* ح;;! ه!اب9 اب !ن$ ش;;1 !س! أ !ن -ن! أ ب1ك9 ال !ه* م! د$ث !ن$ ح! ة! أ -ف! ذ!ي -ن! ح* ان1 ب !م;;! -ي د1م! ال ان! ع!ل!ى ق;;! -م;;! ان! ع*ث از1ي و!ك;;! *غ;;! يل! !ه;;- 1 أ م

- أ -ح1 ف1ي الش;;$ ت ة! ف! 1ي;;! ين م1 1ر- ان! إ 1يج;;! ب ذ-ر!! أ ع! و! ل1 م;;! !ه;;- اق1 أ ر! -ع;;1 ع! ال !ف-ز! أ ف;;!

-ف!ة! ذ!ي ف*ه*م- ح* 1ال! ت اء!ة1 ف1ي اخ- -ق1ر! ة* ف!ق!ال! ال -ف! ذ!ي ان! ح* -م! 1ع*ث !ا ل ير! ي !م1 1ين! أ ن ؤ-م1 -م;;* الد-ر1ك-

! ذ1ه1 أ ة! ه;;;! *م;;;$ -أ ل! ال !ن- ق!ب;;;- وا أ 1ف;;;* !ل ت !خ- اب1 ف1ي ي -ك1ت;;;! ف! ال 1ال! ت ود1 اخ- !ه;;;* -ي الى ار! $ص;;! ل! و!الن س;;! ر-

! أ ان* ف! -م;;! 1ل!ى ع*ث ة! إ ف-ص;;! !ن- ح! ل1ي أ س;;1 ر-! ا أ -ن;;! !ي 1ل ف1 إ ح* 1الص;;~ ب

ه!ا خ* -س;;! !ن ف1 ف1ي ن اح1 -م!ص;;! *م$ ال ا ث د~ه;;! !ر* ك1 ن !ي;;- 1ل ل!ت- إ س;;! ر-! أ ا ف! 1ه;;! ة* ب ف-ص;;! 1ل!ى ح! إ

ان! -م! ر! ع*ث م!! أ -د! ف! ي -ن! ز! 1ت9 ب !اب د! ث ه1 و!ع!ب;;- -ن! الل;;$ ر1 ب !ي;;- ب ع1يد! الز~ -ن! و!س;;! اص1 ب -ع;;! ال

-د! ن1 و!ع!ب م! ح- -ن! الر$ ار1ث1 ب -ح! -ن1 ال 9 ب ام وه!ا ه1ش! خ* !س! ف1 ف1ي ف!ن اح1 -م!ص! ال! ال و!ق;;!ان* -م! ه-ط1 ع*ث 1لر$ _ين! ل ي ش1 -ق*ر! !ة1 ال ث $ال! 1ذ!ا الث *م- إ ت !ف- !ل ت *م- اخ- -ت !ن -د* أ ي -ن* و!ز! 1ت9 ب اب ف1ي ث;;!ء9 ي- ن- ش! آن1 م1 -ق*ر- *وه* ال *ب -ت ان1 ف!اك 1ل1س! -ش9 ب ي ا ق*ر! $م! 1ن إ ل! ف! !ز! 1ه1م- ن ان 1ل1س! *وا ب ع!ل ف!ف!$ى ت 1ذ!ا ح! وا إ خ* !س;;! ف! ن ح* ف1 ف1ي الص;;~ اح1 -م!ص;;! د$ ال ان* ر! -م;;! ف! ع*ث ح* 1ل!ى الص;;~ إ

ة! ف-ص! ل! ح! س! ر-! 1ل!ى و!أ *ل_ إ *ف*ق9 ك ف9 أ 1م*ص-ح! ا ب م$ وا م1 خ* !س;;! ر! ن م;;!

! ا و!أ 1م;;! و!اه* ب س;;1آن1 م1ن- -ق*ر- *ل_ ف1ي ال ة9 ك يف! ح1 و- ص;;!

! ف9 أ ح! !ن- م*ص;;- ق! أ ر! *ح;;- ال! ي -ن* ق;;! ه!اب9 اب ش;;11ي ن !ر! ب !خ- ة* و!أ ار1ج! -ن* خ! -د1 ب ي -ن1 ز! 1ت9 ب !اب ع! ث م1 -د! س! ي -ن! ز! 1ت9 ب !اب د-ت* ق!ال! ث ةo ف!ق;;! آي;;!

اب1 م1ن- ز! ح-! -أ ين! ال !ا ح1 ن خ- !س! ف! ن -م*ص-ح! -ت* ق!د- ال *ن ع* ك م! س-

! ول! أ س* $ه1 ر! ل$ى الل ص!$ه* -ه1 الل !ي $م! ع!ل ل * و!س! أ !ق-ر! 1ه!ا ي !اه!ا ب ن !م!س- -ت !اه!ا ف!ال د-ن ع! ف!و!ج! ة! م! -م;;! ي ز! -ن1 خ* 1ت9 ب اب ث;;!

ار1ي_ -ص;;! !ن -أ ن- ال 1ين! م1 ن ؤ-م1 -م;;* الf ال د!ق*وا ر1ج;;! ا ص;;! د*وا م;;! ه! ع!اه;;! ه1 الل;;$ !ي;;- ع!ل!اه!ا ن ق- -ح! !ل أ 1ه!ا ف1ي ف! ت ور! ف1 ف1ي س* -م*ص-ح! 17 .ال

“Sesungguhnya Khudzaifah al-Yamani telah menghadap ‘Utsman bin ‘Affan , bahwa ia baru saja bersama-sama penduduk Syam dan Iraq dalam perang Armenia dan Azerbaijan. Ia merasa kaget melihat perbedaan/perselisihan mereka dalam masalah qiraat, lalu ia berkata kepada ‘Utsman bin ‘Affan : “Wahai Pemimpin orang beriman, sebelumnya saya telah mendapatkan umat ini berselisih dalam bacaan Kitabullah sebagaimana perselisihan orang Yahudi dan Nasrani.

16 Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur'an. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2004)hlm. 93-94. Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Quran, Telaah atas Mushaf Utsmani , Terj. Drs. Taufiqurrahman, M.Ag. (Bandung: Pustaka Setia, 2003)hlm. 37.

17 Muhammad bin Isma’il al-Bukhari>, al-Ja>mi’ al-Shahi>h (Shahi>h al-Bukhari>), Juz 6 Kitab Fadhail al-Qur'an, Bab Jam’u al-Qur'an, (Semarang: Toha Putra, t.th). hlm. 98.

11

Page 12: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Kemudian ‘Utsman bin ‘Affan mengirim surat kepada Hafshah , agar ia mengirimkan mushaf kepada kami untuk ditulis, kemudian kami akan mengembalikan mushaf itu kepadanya. Lalu ‘Utsman bin ‘Affan menyuruh Zaid bin Tsabit , ‘Abdullah bin Zubair , Sa’id bin al-‘Ash

dan ‘Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam untuk menyalinnya dalam

mushaf. ‘Utsman bin ‘Affan berkata kepada tiga orang dari kaum Qurays itu: “Jika kalian berbeda pendapat mengenai qiraat dengan Zaid , maka tulislah kalian semua qiraat itu sesuai dengan bahasa Qurays, karena sesungguhnya al-Qur'an telah diturunkan dengan lisan mereka.” Kemudian mereka menjalankan perintah tersebut. Setelah mereka selesai menulis mushaf itu, ‘Utsman bin ‘Affan mengembalikannya kepada Hafshah, kemudian mengirim mushaf yang mereka salin itu ke setiap penjuru negeri serta memerintahkan untuk membakar ayat al-Qur'an yang ada didalam lembaran atau mushaf-mushaf lainnya. Peritiwa itu terjadi pada akhir tahun 24 dan awal tahun 25 Hijriyah, yaitu tahun yang disebut oleh ahli sejarah sebagai waktu kejatuhan Armenia. Diriwayatkan bahwa Zaid bin Tsabit berkata: “Sebuah ayat dari surat al-Ahzab telah hilang ketika kami sedang menyalinnya ke dalam mushaf. Saya mendengar Rasulullah membaca ayat itu, kemudian kami mencarinya, dan mendapatkan ayat itu di Khuzaimah bin Tsabit al-Anshari. Ayat tersebut adalah:

23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya),Kemudian kami meletakkan ayat tersebut pada suratnya di dalam

mushaf.

Terlihat jelas dalam riwayat diatas bahwa, sebab dari kodifikasi al-

Qur'an pada masa ‘Utsman bin ‘Affan adalah adanya perpecahan

dikalangan umat Islam hanya karena perbedaan qiraat, saling

membanggakan dan menyalahkan yang lain. Itu semua terjadi karena para

sahabat sudah berhijrah ke berbagai kota dan memiliki murid-murid

yang membaca al-Qur'an berdasarkan qiraat masing-masing.

Jadi pada masa ‘Utsman bin ‘Affan , mushaf al-Qur'an telah

digandakan dalam jumlah tertentu dan dikirimkan ke berbagai kota

12

Page 13: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

dengan disertai guru qiraatnya, disamping ‘Utsman bin ‘Affan sendiri

juga menyimpan satu sebagai pegangan dan arsip kenegaraan. 18 Namun

perlu diketahui, bahwa mushaf yang ada tidak memiliki titik dan harakat

sebagaimana mushaf al-Qur'an pada masa sekarang. Meskipun begitu,

para sahabat dan orang Arab pada masa itu mampu membaca karena

kepekaan rasa bahasa dan hafalan yang dimilikinya. 19

D. Perkembangan al-Qur'an setelah masa ‘Utsman bin ‘Affan .

Setelah masa ‘Utsman bin ‘Affan , beberapa ulama mencoba

menyempurnakan penulisan al-Qur'an, paling tidak inisiatif pertama kali

dilakukan oleh Abu al-Aswad ad-Duwali atas instruksi Ali bin Abi Thalib

, atau menurut versi al-Suyuthi atas instruksi Abdul Malik bin Marwan.

Ia memberikan tanda-tanda baca ke dalam al-Qur'an. Tanda fatkhah

diberikan berupa satu titik diatas huruf (----), tanda kasrah berupa satu

titik dibawah huruf (----), tanda dhammah berupa satu titik di sela-sela

huruf (-- --) dan tanda sukun berupa dua titik (----). 20 Jadi pada masa

awal syakal/harakat adalah masih berupa titik.

Masa-masa berikutnya para ulama semakin berlomba-lomba dalam

menyempurnakan mushaf al-Qur'an, semua itu dalam rangka untuk lebih

memudahkan dalam hal membaca, sehingga kesalahan dalam membaca

tidak mungkin terjadi. Secara bertahap juga para ulama penulis mushaf

mulai meletakkan nama-nama surat dan bilangan ayat, rumus-rumus yang

menunjukkan kepala ayat dan tanda-tanda pemberhentian (waqaf).

Sejak mesin cetak ditemukan pada abad 16 di Eropa, mushaf al-

Qur'an semakin mudah ditemukan. al-Qur'an pertama kali dicetak diatas

percetakan pada tahun 1694 di Hamburg, Jerman. Percetakan al-Qur'an

18 M.M. al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur'an,dari Wahyu sampai Kompilasi, Terj. Dr. Sohirin dkk.(Jakarta: Gema Insani Press, 2005) hlm. 106-108.

19 Ibid … hlm. 110-112.20 Tim penulis, M. Quraish Shihab (Ketua), Sejarah & ‘Ulum al-Qur'an, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2000). Hlm. 33-34.

13

Page 14: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

atas inisiatif orang Islam dilakukan pertama kali pada tahun 1787 di St.

Petersburg, Rusia. Edisi cetakan paling lengkap dan dinilai paling

standar ialah edisi Mesir, yang dicetak pada tahun 1344 H/1925 M. 21

Meskipun pencetakan al-Qur'an pada masa sekarang sudah sangat

luar biasa, namun penjagaan dan pelestarian al-Qur'an seperti metode

yang paling awal, yaitu hafalan juga masih dilakukan. Banyak ulama

yang fokus dalam mengajarkan hafalan al-Qur'an, bahkan dalam

menghafalkan al-Qur'an memiliki sanad sampai kepada Rasulullah .22

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SEJARAH AL-QUR'AN.

Dari sejarah al-Qur'an yang telah penulis paparkan diatas, maka -

menurut hemat penulis- diperoleh nilai-nilai pendidikan yang bisa dipetik

darinya, antara lain sebagai berikut:

1. Kecintaan terhadap al-Qur'an

Nilai pendidikan yang pertama dipetik dari sejarah al-Qur'an adalah

kecintaan terhadap al-Qur'an. Hal ini telah dilakukan oleh Rasulullah

dalam hal merindukan turunnya wahyu, menghafal, mengamalkan

dan memerintahkan untuk menulisnya, para sahabat yang gigih

saling memberikan informasi jika ada wahyu yang turun, saling

menghafalkan, saling menulis dan mengajarkan kepada generasi

sesudahnya, sehingga dari generasi ke generasi selalu ada dari umat

ini yang menghafalkan, menulis, mencetak, memahami dan

mengamalkan al-Qur'an.

2. Keberanian dan keuletan

Keberanian disini terutama diekspresikan oleh ‘Umar bin al-Khattab dalam usulnya untuk menyatukan dan membukukan al-Qur'an,

21 Shubhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur'an, (Beirut: Dar ‘Ilm li al-Malayin, 1977) hlm. 99.

22 Misalnya KH. Muhammad Munawwir dari Krapyak, Yogyakarta. Lihat Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. (Jakarta: LP3ES, 1985)hlm. 79-80.

14

Page 15: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

padahal ditentang oleh Abu Bakar dengan dalih tidak pernah

dilakukan oleh Rasulullah . Keuletan diekspresikan oleh Zaid bin

Tsabit dalam mengumpulkan al-Qur'an baik dari hafalan para

sahabat maupun dari media tulis yang ada pada waktu itu yang

sangat terbatas jika dibandingkan sekarang.

3. Ketelitian dan kecermatan

Paling tidak nilai diatas sangat mewarnai dalam kodifikasi al-Qur'an,

Abu Bakar sangat memperhatikan intruksinya tentang dua saksi

untuk membangun otentisitas al-Qur'an. Zaid sendiri juga sangat

teliti dan cermat dalam meneliti, menyeleksi dan menyalin al-Qur'an

baik dari hafalan maupun tulisan.

4. Kejujuran

Nilai berkait erat dengan nilai sebelumnya, bagaimana Zaid bin Tsabit

dalam kodifikasi pertama tidak menemukan satu ayat secara tertulis,

padahal ayat tersebut telah dihafal oleh dirinya sendiri dan sahabat

lainnya, namun akhirnya tulisannya ditemukan pada Abu Khuzaimah

al-Anshari . Nilai ini juga harus dipegang teguh oleh para penghafal

al-Qur'an (Huffadz).

5. Kreatifitas dan seni

Nilai ini dilaksanakan oleh para ulama rasm al-Qur'an. Bagaimana

mereka menyempurnakan tanda-tanda baca al-Qur'an, mencantumkan

nama surat dan ayat beserta nomor dan jumlahnya, tanda-tanda waqaf

dan bahkan disertai dengan indeks (mu’jam). Disisi lain

pengembangan seni kaligrafi sebagai media dakwah dan inspirasi

imani.

Tulisan ini semoga menjadi pengantar untuk kajian atau penelitian

yang lebih lanjut dan serius untuk menggali sejarah al-Qur'an dan nilai-

nilai pendidikan yang terkandung didalamnya.

بالصو�اب اعلم الله و

15

Page 16: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

LAMPIRAN

MUSHAF UTSMANI

Tulisan tanpa titik dan syakal surat Mu’awwidzatain

16

Page 17: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

17

Page 18: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

SANAD QIROAH KH. MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA

18

Page 19: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

DAFTAR PUSTAKA

Abu Syuhbah, Muhammad bin Muhammad, Studi Ulumul Quran, Telaah atas Mushaf Utsmani, Terj. Drs. Taufiqurrahman, M.Ag. (Bandung: Pustaka Setia, 2003)

al-A’zami, M.M, Sejarah Teks al-Qur'an,dari Wahyu sampai Kompilasi, Terj. Dr. Sohirin dkk.(Jakarta: Gema Insani Press, 2005)

--------------------, Kuttab an-Nabi, (Riyadh: ,1981)

Komaruddin Hidayat, Wahyu di Langit Wahyu di Bumi; Doktrin dan Peradaban Islam di Panggung Sejarah , (Jakarta: Paramadina, 2003)

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an, (Mizan, Bandung, 1998)

Tim penulis, M. Quraish Shihab (Ketua), Sejarah & ‘Ulum al-Qur'an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000)

Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur'an, (Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, 1990)

Muhammad bin ‘Alwi> al-Maliki> al-Hasani>, al-Minha>l al-Lat}i>f fi> Us{ul al-Hadis’ al-Syari>f, (Jeddah: S{ahar, tt.p)

Muhammad bin Isma’il al-Bukhari>, al-Ja>mi’ al-Shahi>h (Shahi>h al-Bukhari>), (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th)

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah , (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)

Shubhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur'an, (Beirut: Dar ‘Ilm li al-Malayin, 1977)

Isma’il R. al-Faruqi & Lois Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang,Terj. Ilyas Hasan. (Bandung: Mizan, 2003)

Abu Syuhbah, Muhammad bin Muhammad, Studi Ulumul Quran, Telaah atas Mushaf Utsmani, Terj. Drs. Taufiqurrahman, M.Ag. (Bandung: Pustaka Setia, 2003)

al-Suyuthi, Jalalluddin, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur'an. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2004)

---------------------------, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul ,

---------------------------, Tafsir Jalalain, (Beirut: Dar al-Fikr, 2005/1425)

al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994/1414)

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup

19

Page 20: Otentisitas al-Qur'an [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

OTENTISITAS AL-QUR'AN [Kajian Nilai-nilai Pendidikan dalam Sejarah al-Qur'an]

Kyai. (Jakarta: LP3ES, 1985)

20