makalah metodologi studi islam - keluarga dan masyarakat dalam islam

20
Makalah Metodologi Studi Islam Keluarga dan Masyarakat dalam Islam Dosen : AHMAD SARBINI, S. Ag., MA Oleh : NAMA : NASRUDDIN. ASN NIM : 601131010020 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 1435 H/ 2014 M

Upload: annas-tupank

Post on 16-Apr-2017

923 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 1

Makalah Metodologi Studi Islam

Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

Dosen : AHMAD SARBINI, S. Ag., MA

Oleh :

NAMA : NASRUDDIN. ASN

NIM : 601131010020

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 1435 H/ 2014 M

Page 2: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dihaturkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan

nikmatnya, saya dapat menyusun makalah Metodologi Studi Islam dengan pokok

pembahasan “Keluarga dan Masyarakat dalam Islam”. Shalawat serta salam kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pelopor pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi

umat manusia.

Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi serta

dukungan moral agar selalu belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Rekan-rekan

mahasiswa yang selalu memberi semangan dan dukungan. Sebagai bentuk kecintaan terhadap

bangsa dan upaya sebagai warga Negara yang baik untuk terus berupaya memajukan bangsa

dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Sangat disadari banyak terdapat kekungan baik dari segi penulisan, pemahanan serta

keterbatasan literature sehingga diharapkan kritik serta saran sebagai bahan evaluasi bagi

penulis dan perbaikan pada masa yang akan datang.

Harapan saya makalah ini mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pola

pikir dan berkembangan sumber daya manusia untuk Indonesia yang lebih baik.

Tembilahan, 01 Oktober 2014

Penyusun,

NASRUDDIN. ASN

NIM : 601131010020

Page 3: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar belakang ..................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

A. Keluarga .............................................................................................................. 5

1. Pengertian Keluarga ...................................................................................... 5

2. Peranan, Tugas dan Fungsi Keluarga ............................................................ 6

3. Keluarga Sebagai Fondasi Masyarakat ......................................................... 7

B. Musyawarah ........................................................................................................ 12

1. Pengertian Musyawarah ................................................................................ 12

2. Komunikasi dalam Musyawarah ................................................................... 12

3. Musyawarah dalam keseharian ..................................................................... 12

4. Musyawarah dalam dunia Politik .................................................................. 13

5. Musyawarah Daring ...................................................................................... 13

C. Tolong Menolong dan Hubungan Silaturahmi ................................................... 14

1. Tolong Menolong .......................................................................................... 14

2. Hubungan Silaturahmi .................................................................................. 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 20

Page 4: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan sosialisasi primer yang artinya lingkungan masyarakat

pertama yang dikenal seseorang ketika lahir. Sebagai media sosialisasi primer, sudah

tentu keluargalah yang paling berpengaruh membentuk karakter dalam diri seseorang.

Bagaimana orang itu hidup, bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat,

bagaimana menyelesaikan masalah, dan semua hal lain yang berkaitan langsung dengan

kehidupan kita adalah karena faktor keluarga.

Banyak orang yang sukses dalam hidupnya adalah karena pendidikkan dalam

keluarganya yang selalu mengajarkan cara - cara yang baik dan benar dalam menjalani

hidup. Namun banyak pula orang yang hidupnya hancur dan berantakkan juga karena

pendidikkan dalam keluarganya yang mengajarkan cara - cara yang tidak sesuai dengan

norma-norma yang berlaku. Keluarga pulalah yang mengajarkan seseorang untuk hidup

bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Keluarga

dan Masyarakat dalam Islam”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari

meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Keluarga dalam Masyarakat.

2. Musyawarah.

3. Tolong menolong dan hubungan Silaturahmi

C. Tujuan Penulisan

Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan

umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk materi

diskusi sebagai tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Adapun Tujuan khusus

penyusunan makalah ini yaitu : Memahami pengertian Keluarga, Memahami Peranan

keluarga sebagai fondasi masyarakat, Memahami Pengertian Musyawarah, Tolong

menolong dan hubungan silaturahmi.

Page 5: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Secara Etimologi : Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata

kula berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di

mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai

kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu,

terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Dalam pengertian sosiologis, secara umum keluarga dapat didefinisikan sebagai

suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah,

atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi

satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu,

putra dan putrinya, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan

kebudayaan bersama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang terikat oleh

hubungan darah dan masing-masimg anggotanya mempunyai peranan yang berlainan

sesuai dengan fungsinya.

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup

bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya

pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan

saling menyerahkan diri (Soelaeman,1994:5-10).

Dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutua hidup yang dijalin

oleh kasih saying antara dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan

bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan

saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai

orang tua (Soelaeman,1994:12).

Maka dapat disimpulkan, keluarga adalah sekumpulan orang-orang yang

bertempat tinggal dalam satu atap rumah dimana satu sama lainnya saling

ketergantungan (BKKBN, 1990:37). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

yang dikatakan keluarga adalah mereka yang tinggal di dalam satu rumah atau satu atap

baik itu adanya ikatan darah maupun bukan ikatan darah. Jadi dalam hal ini, pengertian

keluarga dibatasi oleh tempat tinggal.

Sedangkan menurut S. Bogardus menyatakan bahwa: Keluarga adalah kelompok

terkecil yang biasanya terdiri dari seorang ayah dengan seorang ibu serta satu atau lebih

anak-anak. Dimana ada keseimbangan, kselarasan kasih sayang dan tanggung jawab

serta anak menjadi orang yang berkepribadian dan berkecenderungan untuk

bermasyarakat (S. Bogardus, 1982:57).

Keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita (Sigmund

Freud). Bahwa perkawinan itu berdasarkan pada libido seksualitas, jadi keluarga itu

merupakan manifestasi daripada dorongan seksual, sehingga kehidupan keluarga itu

adalah kehidupan seksual suami istri. Jadi keluarga itu merupakan perwujudan dari

adanya perkawinan antara pria dan wanita, sehingga keluarga itu merupakan

perwujudan dorongan seksual.

Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh

langsung terhadap perkembangan individu sebelum atau sesudah terjun langsung secara

individual di masyarakat.

Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi

kebudayaan (Soerya Wangsanegara).

Page 6: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 6

Keluarga adalah unit/satuan masyarakat kecil yang sekaligus merupakan suatu

kelompok kecil dari masyarakat (Soerjono Soeharto)

Menurut jenisnya kerluarga terbagi atas : 1). Keluarga inti, terdiri dari ayah, ibu,

dan anak-anaknya. 2). Keluarga Konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan

ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu

atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga, 3). Keluarga Luas yang ditarik atas

dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan

antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap

dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari

dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di

dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu

kebudayaan.

2. Peranan, Tugas dan Fungsi Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

Kelompok dan Masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai yaitu :Ayah

sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai

istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,

sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Pada dasarnya Tugas Keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Sedangkan Fungsi yang harus dijalankan keluarga adalah :

1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan

anak.

2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak

menjadi anggota masyarakat yang baik.

Page 7: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 7

3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak

sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan

perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan

berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu

sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga

menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain

setelah dunia.

6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,

mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-

kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita

tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.

8. Fungsi Bilogis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai

generasi selanjutnya.

9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta

membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

3. Keluarga sebagai Fondasi Masyarakat

Masyarakat diterjemahan dengan istilah society, adalah sekelompok orang

yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian

besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok

tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.

Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan

antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen

(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk

mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat

dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta

sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian

berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata

pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,

masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat

agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai

kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan

urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan

masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan

persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti

teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit,

kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian

dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbentuknya masyarakat

sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan

Page 8: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 8

atau bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat

perlu untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan

kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut

dinamik sosial (social dynamic).

a. Keluarga sebagai Fondasi Masyarakat Indonesia

Dalam suatu wadah kecil dimana orang-orang dapat berkumpul dan

berbagi cerita, keluarga memiliki peranan yang sangat kuat dalam masyarakat,

khususnya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagian besar warga Indonesia

memiliki jiwa sosial dan gotong-royong yang kuat. Sebagai salah satu

contohnya dalam merayakan hari raya Idul Fitri dimana orang-orang/para

tetangga saling bermaaf-maafan dengan keliling kampung tanpa adanya

perbedaan kasta.

Tetapi mengapa di negara kita ini masih banyak diskriminasi dan

perselisihan antar suku, agama, dll, walaupun negara kita disebut sebagai negara

yang bermatabat tinggi dan memiliki etika yang kuat? Karena masih adanya

oknum-oknum yang menuntut kebebasan dan rasa ketidakpuasaan terhadap

keadaan negara kita ini, meskipun kita negara besar tetapi kita memiliki tingkat

kemiskinan penduduk yang tinggi sehingga dapat menimbulkan perpecahan

suku dan pertikaian yang terjadi, ada juga yang ingin merusak persaudaraan di

negeri tercinta ini, Jadi dengan keluargalah kita dapat merasakan gotong-royong

dan kebersamaan yang kuat sehingga membentuk rasa nasionalisme yang tinggi

terhadap negara kita.

b. Keluarga sebagai Fondasi Masyarakat Muslim.

Dalam proses pendidikan seorang manusia, ada sebuah tempat belajar

terindah yang setiap orang memilikinya. Tempat dimana ruang-ruang kelasnya

hanya terdiri dari beberapa orang, dan tentunya tidak sebesar kelas-kelas formal

di sekolah. Di dalamnya tidak terdapat raport sebagai media pengukur

kemampuan setiap peserta didik, yang ada hanya kasih sayang dan kesabaran 2

orang pria dan wanita. Buku-bukunya tidak wajib ada, yang ada hanya

konsistensi luar biasa untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.

Kurikulumnya pun cenderung tidak sistematis tetapi abstrak dan tidak

berbentuk, terkadang mengajarkan matematika, tetapi beberapa saat

mengajarkan biologi, beberapa saat kemudian mengajarkan kehidupan dan

agama. Tempat terindah yang dimiliki oleh seorang manusia dari pertama kali

dia menghirup udara dunia sampai akhir hayatnya, keluarga.

Rasulullah mencontohkan sebuah tauladan yang luar biasa mengenai

utamanya sebuah keluarga. Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadits yang

menceritakan bahwa aisyah menangis ketika beliau menceritakan kisah hidup

Rasulullah dalam keluarganya. Beliau menangis karena tidak sanggup

mengingat kenanga indah seorang suami baik hati seperti Rasulullah, dimana dia

menambal sendiri sepatu yang bolog, menjahit sendiri baju yang robek, ikut

membersihkan rumah bersama-sama istrinya, dan bahkan membantu memasak

untuk keluarganya.

Keluarga memang memiliki peran yang sangat vital dalam perkembangan

kehidupan masyarakat muslim. Penyebabnya karena keluarga menjadi bekal

pembelajaran pertama seorang muslim sebelum dia terjun ke dalam realita

masyarakat yang lebih kompleks. Jika pembekalan yang dilakukan oleh

Page 9: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 9

keluarga baik, maka begitu pula yang akan dia lakukan kepada dan dalam

masyarakat, begitu juga sebaliknya.

Dalam masyarakat, analogi sel bisa diterpakan dalam logika keluarga.

Keluarga dalam kehidupan masyarakat muslim seperti sebuah sel. Keluarga

ibarat sel yang bermitosis menjadi sebuah jaringan, berkembang menjadi sebuah

organ, dan terus terkait satu sama lain membentuk sebuah sistem yang

kompleks. Makin kuat sel-sel yang ada, maka akan semakin kuat pula jaringan,

organ dan sistem yang tercipta. Analogi seperti itu bisa digunakan dalam logika

keluarga. Keluarga muslim, akan membentuk jaringan keluarga muslim,

berkembang menjadi organisasi muslim dan terkait satu sama lain membentuk

sistem kehidupan muslim dalam masyakarakat.

Dengan penjelasan seperti ini jelas pembentukan keluarga muslim secara

kuat akan membentuk dan berdampak pada pembentukan keluarga muslim yang

juga kuat. Oleh karena itu, pembentukan keluarga muslim yang kuat dinilai

sangat penting untuk mencapai cita-cita tegakna kalimatullah di muka bumi.

c. Peranan keluarga sebagai pondasi masyarakat madani Orang sering menyebut-nyebut tentang “masyarakat madani”. Sebuah

gambaran tentang masyarakt sukses yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad Saw. Begitu inginnya masyarakat/ummat berada dalam sebuah

masyarakat yang makmur, aman, tentram dan damai, sehingga segera saja ide

untuk menciptakan masyarakat seperti itu disambut dengan hangat. Sayang

sekali tidak mudah kita menemukan tulisan yang menerangkan cara

mencapainya. Bahkan masih banyak muslimin tidak memahami tahapan-

tahapan amal dalam menegakkan Islam, padahal masyarakat yang diidamkan

tadi sebenarnya bukan merupakan tujuan akhir penegakkan Islam.

Islam menghendaki agar pilar-pilarnya dibangun pertama kali di dalam

dada individuà kemudian di dalam sebuah rumah tanggaà kemudian dalam

sebuah masyarakatà kemudian sebuah negaraà kemudian sebuah khilafahà

kemudian di atas seluruh permukaan bumià sebelum akhirnya tegak di seluruh

alam semesta ini, Insya Allah.

Keluarga merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah

masyarakat, dan seperti tadi telah disebutkan, menegakkan Islam dalam keluarga

merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita Islam. Dengan

pemahaman tentang ini tidak terlalu sulit untuk menyimpulkan bahwa sebuah

keluarga sakinah (Keluarga yang berhasil menurut standar Islami) adalah

cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan masrakat madani sendiri

merupakan standar Islami tentang sebuah masyarakat yang ”makmur, aman,

tentram dan damai”.

Kira-kira apakah ciri-ciri persamaannya dan apakah cara mewujudkannya

juga akan sama dengan cara mewujudkan karakteristik masyarakat madani ?.

Dalam tulisan kali ini Insya Allah akan coba diuraikan beberapa

ciri/karakteristik masyarakat madani yang tumbuh dari kumpulan keluarga

sakinah.

1. Keluarga Robbani

Sebagaimana salah satu ciri masyarakat madani adalah bersifat Robbani,

maka keluarga sakinah juga berciri robbani. Artinya, di dalam keluarga /

masyarakat tersebut setiap anggotanya berusaha untuk berlomba di dalam

upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Perekat utama keluarga/

masyarakat. Mereka menyadari betul bahwa hanya Allah sajalah yang pantas

Page 10: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 10

di jadikan tempat meminta bagi terwujudnya kebahagiaan bersama. Sebab

mereka meyakini firman Allah sebagai berikut:

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)nama-

Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan(peliharalah) hubungan

silaturrahim.” (4:1)

Sebuah keluarga sakinah tidak pernah menjadikan variabel keduniaan

sebagai faktor utama munculnya soliditas internal keluarga. Mereka juga

percaya bahwa hanya dengan taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada

Allah) dan menegakkan aturan Allah sajalah maka kebahagiaan, kasih-

sayang dan kecintaan sejati akan dirasakan di dalam keluarga. Suatu bentuk

kebahagiaan yang tidak dibatasi selama hidup di dunia semata, melainkan

jauh hingga berkumpul kembali di akhirat. Demikian juga dalam masyarakat

madani di mana hukum Allah ditegakkan dengan sempurna.

2. Keluarga Yang Cinta Ilmu

"Iqro" (QS. 96 : 1 )Ayat pertama yang turun kepada Nabi kita Saw

adalah ayat tadi: ” Bacalah!”, pelajarilah!

Keluarga sakinah adalah keluarga yang cinta ilmu, seperti juga

masyarakat madani. Mereka saling belajar dan saling mengajarkan, antara

yang tua kepada yang muda maupun sebaliknya. Keluarga yang menghargai

ilmu sehingga menempatkan ahli ilmu di tempat yang dihormati, mencari

ilmu dan mengajarkannya, serta kemudian bersyukur kepada Allah atas ilmu

dan berkah ilmu, dan menggunakannya di jalan Allah. Keluarga sakinah

tidak bersikap jumud maupun liberal dalam mensikapi ilmu.

Seorang bapak menganjurkan anaknya untuk menuntut ilmu,

membiayainya, kemudian juga menghormati anaknya yang mau membagi

ilmu itu kepadanya dan siap menerima nasehat anaknya dengan ilmu yang

dia (anak itu) pelajari dari gurunya. Bahkan sebelum itu sang bapak-lah yang

mencarikan guru terbaik untuk anaknya itu. Singkatnya keluarga sakinah/

rabbani terdiri dari anggota keluarga yang telah manghayati sabda

Rasulullah saw berikut:

“Barangsiapa ingin berhasil di dunia, tuntutlah ilmu.Barangsiapa ingin

berhasil di akhirat, tuntutlah ilmu.Dan barangsiapa ingin berhasil di dunia

dan di akhirat, tuntutlah ilmu.”

Meskipun demikian anggota keluarga sakinah tetap berpegang pada

prinsip : ”pendapat siapapun dapat diterima dan ditolak, kecuali dari Allah

dan RasulNya yang kita terima tanpa keraguan”.

3. Keluarga Yang Cinta Damai

Keluarga sakinah, seperti juga masyarakat madani, selalu berusaha

untuk tampil sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Dalam lingkungan yang

kecil di dalam keluarga, suasana saling cinta mendasari hubungan antara

mereka. Kakak dan adik saling cinta, bapak dan ibu menjadi teladan mereka.

Bahkan dengan anggota keluarga temporer (misalnya pembantu

rumahtangga) juga disayangi seperti keluarga sendiri, tidak direndahkan dan

dianggap sebagai orang suruhan belaka.

Di lingkungan yang lebih besar di luar rumah, di antara tetangga,

anggota-anggota keluarga sakinah memperlihatkan sikap dan sifat yang

sama, bersikap santun kepada tetangga, tukang jualan, tukang sampah,

penunggu warung, dan siapa saja yang ada di lingkungannya.

Page 11: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 11

Anak-anak keluarga sakinah akan dikenali dari akhlaknya yang santun,

menghormati yang tua, menyayangi yang kecil, tidak suka mengganggu atau

merugikan orang lain, jujur ketika berjual beli dan bertutur-kata. Siapapun

yang melihat mereka akan berharap anak mereka-pun bersikap serupa,

karena kesantunan dan kebaikan akhlak mereka. Anak-anak seperti ini akan

menjadi cahaya mata bagi orang tua mereka, bahkan juga bagi

lingkungannya. Siapapun akan bangga memiliki warga seperti mereka.

Singkatnya mereka berusaha meneladani Rasulullah saw dalam hal yang

Allah isyaratkan di dalam firman-Nya:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam.” (21:107)

4. Keluarga Yang Egaliter

Keluarga sakinah selalu berusaha mewujudkan suasana “sama tinggi

sama rendah” di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak hanya

dikenalkan kewajiban yang harus dipenuhinya, melainkan juga diberitahu

akan hak-hak yang dimilikinya. Baik ayah, suami, ibu, isteri maupun anak-

anak bahkan pembantu menyadari bahwa ia memiliki hak-hak yang perlu

dijaga dan dipenuhi. Dan pihak pertama yang harus memastikan bahwa hak-

hak ini terpenuhi adalah kepala keluarga. Bukanlah sebuah miniatur

masyarakat Islami atau madani bila yang memperoleh pemenuhan hak hanya

sang ayah atau suami sedangkan anak dan isteri hanya punya daftar

kewajiban.

Misalnya dalam hal saling menasehati. Bukan hanya ayah kepada anak

atau ibu kepada anak atau suami kepada isteri terdapat hak menasehati.

Melainkan sebaliknya hendaknya dipastikan bahwa anakpun boleh dan

dijamin memberikan nasehat kepada orang-tua atau isteri menasehati suami.

Inilah miniatur masyarakat Islami dan madani.

Ketika Umar bin Khattab berdiri di depan ummat pada hari dilantiknya

menjadi khalifah, maka bangunlah seorang lelaki mengangkat pedangnya

tinggi-tinggi seraya berujar: “Hai Amirul mu’minin, seandainya perjalanan

kepemimpinanmu melenceng dari garis ketentuan Allah dan RasulNya,

niscaya pedangku ini akan meluruskanmu.” Maka dengan tawadhu/ rendah

hatinya Umar menjawab: “Alhamdulillah ada seorang lelaki ditengah ummat

yang Umar pimpin akan meluruskanku tatkala aku menyimpang.” Dan pada

saat itu tidak ada seorangpun yang menuduh lelaki tersebut sebagai tidak

percaya atau tidak tsiqoh akan kepemimpinan Amirul mu’minin Umar bin

Khattab ra. Justeru ke-tsiqoh-annya kepada Umar menyebabkan lelaki

tersebut begitu leluasanya menyampaikan aspirasi secara asli dan apa

adanya.

Hal ini menunjukkan betapa egaliternya suasana masyarakat Islam kala

itu. Dan setiap warga menjadi seperti itu karena lahir dari keluarga-keluarga

yang memang sejak dini menanamkan nilai-nilai egaliter di rumah masing-

masing.

Page 12: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 12

B. MUSYAWARAH

1. Pengertian Musyawarah

Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang

berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah-istilah

lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal

dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”.

Kewajiban musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah

suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari

jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan

masalah yang menyangkut urusan keduniawian.

Saat ini musyawarah selalu dikait-kaitkan dengan dunia politik demokrasi.

Bahkan hal tersebut tidak dapat dipisahkan, pada prinsipnya musyawarah adalah bagian

dari demokrasi, dalam demokrasi pancasila penentuan hasil dilakukan dengan cara

musyawarah mufakat dan jika terjadi kebuntuan yang berkepanjangan barulah

dilakukan pemungutan suara, jadi demokrasi tidaklah sama dengan votting. Cara

votting cenderung dipilih oleh sebagian besar negara demokrasi karena lebih praktis,

menghemat waktu dan lebih simpel daripada musyawarah yang berbelit-belit itulah

sebabnya votting cenderung identik dengan demokrasi padahal votting sebenarnya

adalah salah satu cara dalam mekanisme penentuan pendapat dalam sistem demokrasi.

2. Komunikasi dalam Musyawarah

Komunisasi adalah proses suatu ide yang dialihkan dari sumber kepada suatu

penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Raymond

S. Ross menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses menyortir, memilih dan

mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar

membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang

dimaksudkan oleh komunikator.

Bermusyawarah berarti berhubungan dengan orang lain dan ada pesan di

dalamnya, maka kedua hal ini saling berhubungan dan berkaitan. Komunikasi

membantu proses berjalannya suatu musyawarah. Ada sumber, pesan, media, serta

penerima pesan yang sudah bersiap juga untuk memberikan umpan balik. Selain itu

terdapat gangguan yang dapat mengancam jalannya informasi.

3. Musyawarah dalam Keseharian

Musyawarah sering juga kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai

contoh kecil di saat kita ingin makan bersama teman-teman kita pasti bermusyawarah

untuk menentukan makanan apa dan di mana akan makan. Sering juga kita melakukan

voting untuk memilih yang paling banyak dipilih untuk menentukan tempat dan

makanan apa yang akan dimakan bersama-sama. Hal-hal kecil seperti ini secara tidak

sadar kita lakukan dan sering kita jumpai dalam setiap sisi kehidupan kita.

Jika kita melihat kemajuan teknologi serta musyawarah yang juga sering kita

lakukan keduanya memiliki kesamaan yaitu di dalamnnya terdapat proses

berkomunikasi. Musyawarah sendiri lebih dikenal dekat dengan dunia politik dan di

zaman sekarang masih diragukan bagaimana minat para pecinta politik sendiri dari

bangsa Indonesia. Hal ini dapat dikarenakan politik merupakan hal rumit yang tidak

dapat ditangani semudah membalikkan telapak tangan. Musyawarah sendiri memiliki

tujuan agar suatu masalah dapat dipecahkan jalan keluarnya dan sebisa mungkin tidak

merugikan orang lain serta mengambil jalan yang adil.

Setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya, urusan diterima atau ditolak itu

merupakan urusan belakangan, asalkan keputusan dari musyawarah dapat mencapai

Page 13: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 13

mufakat yang artinya memiliki persetujuan dan nilai yang kuat. Seperti pada Pasal 28

Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan

meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.

Dalam pasal yang sama, kontitusi negara menjamin kemerdekaan setiap orang untuk

menyebarluaskan dan memperoleh informasi serta berkomunikasi melalui segala jenis

saluran yang tersedia.” Maka sebagai warga negara yang memiliki hak, gunakanlah hak

yang kita miliki tersebut dengan benar.

4. Musyawarah dalam dunia politik

Pengambilan keputusan politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana

umum dan dikatakan selanjutnya bahwa keputusan yang dimaksud adalah keputusan

mengenai tindakan umum atau nilai-nilai (public goods) yaitu mengenai apa yang

dilakukan dan siapa mendapat apa. Dari pengertian ini sudah jelas bahwa kita memang

memiliki hak sendiri dalam menyalurkan aspirasi kita. Tidak ada yang dapat melarang

kita untuk berpendapat.

Ilmu politik menurut W.A Robson, dalam The University Teaching of Social

Sciences mengatakan bahwa ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat,

yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus

perhatiannya tertuju pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan,

melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang pelaksanaan

kekuasaan itu. Ilmu politik juga berkaitan dengan masalah kekuasaan, kepemimpinan

seseorang yang memiliki pengaruh terhadap jalannya kehidupan politik di sebuah

negara. Bagaimana pemimpin itu memimpin akan mempengaruhi bagaimana

masyarakatnya bertindak dan berlaku.

Tidak semua orang akan dengan mudahnya memberikan pendapatnya, bersuara

juga merupakan hal vital yang tidak semua orang dapat lakukan. Ketidakpercayaan

terhadap diri sendiri merupakan hal yang sering dijumpai oleh kita sebagai manusia,

kita juga takut salah dalam berpendapat, takut nantinya akan ada pembicaraan di

belakang kita dan membuat diri kita menjadi tidak nyaman di tengah-tengah kelompok.

Karena itu kebanyakan dari kita memilih opsi diam saja yang disinyalir bahwa diam

adalah mencari keamanan tanpa melakukan apa-apa tetapi hal negatifnya adalah

masalah dapat saja tidak terpecahkan secara baik karena masih ada yang belum

menyalurkan aspirasinya.

Partisipasi politik sendiri dari buku dasar-dasar ilmu politik adalah kegiatan warga

yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksudkan untuk memengaruhi

pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi dapat bersifat individual atau

kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan

kekerasan legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.

5. Musyawarah Daring

Saat ini juga mulai berkembang musyawarah daring yang pada dasarnya sama

dengan musyawarah tatap muka atau langsung. Tetapi banyak anggapan bahwa

komunikasi sendiri akan berjalan dengan lancar jika ada komunikasi secara nonverbal.

Komunikasi akan terasa lebih lengkap. Namun tetap ada pendapat yang berkebalikan

yang mengatakan bahwa musyawarah secara online membantu kita yang masuk

kedalam kelompok minoritas untuk ikut berpendapat dan pendapat yang dituangkan

akan lebih lengkap karena dapat dilakukan proses pengeditan terlebih dahulu. Baik

musyawarah online ataupun musyawarah langsung keduanya memiliki kekuatan serta

kelemahannya masing-masing.

Page 14: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 14

Berikut adalah perbedaan antara musyawarah online dan langsung :

Musyawarah langsung /tatap muka Musyawarah online

Adanya isyarat nonverbal. Tidak ditemukan isyarat nonverbal.

Kelompok minoritas terabaikan. Tidak ada yang terabaikan semua berhak

bersuara.

Butuh lebih banyak biaya. Lebih hemat biaya.

Karena jarak yang berbeda maka

dibutuhkan waktu yang lama untuk dapat

mengupulkan semua.

Jarak yang jauh tidak menjadi halangan

asalkan memiliki akses online dan semua

tepat waktu.

Kurang jujur/jarang yang bersuara secara

lugas dan jujur karena takut akan adanya

emosi yang tidak penting.

Lebih jujur dalam pengungkapan pendapat

karena tidak ada ketakutan akan bertemu

secara langsung (tidak ada emosi ).

Tidak membutuhkan akses internet karena

bertemu secara langsung.

Membutuhkan akses internet karena di

Indonesia sendiri belum merata dalam hal

pembangunan daerah.

Musyawarah online dan musyawarah langsung memiliki proposisi yang hampir

sama tetapi musyawarah langsung berada sedikit di atas daripada musyawarah online.

Pengetahuan yang didapat juga lebih banyak saat mereka melakukan musyawarah. Baik

online maupun tatap muka akan membuka kesempatan peserta untuk dapat

berpartisipasi dalam politik. Di saat kita berdiskusi dengan orang lain pasti kita

memiliki gaya sendiri dalam mengungkapkan apa yang sedang kita bicarakan maka

orang lain dapat melihat gestur tubuh kita yang menunjukkan diri kita itu sebenarnya

sedang bersungguh-sungguh atau tidak.

Hal ini yang tidak dapat ditemui dalam diskusi tatap muka. Namun adanya

kelompok minoritas yang tidak didengar oleh anggota diskusi juga dapat membuat

diskusi tidak berjalan semestinya, yang bersuara kecil dianggap sebagai suara sumbang

dan tidak perlu untuk dikritisi. Hal seperti ini mengundang keprihatinan karena pada

dasarnya semua memiliki hak yang sama dan tidak boleh terjadi perbedaan perlakuan.

Biaya yang dikeluarkan untuk diskusi online dapat dikatakan murah bahkan gratis

asalkan memiliki akses internet yang lancar. Waktu juga tidak terbuang sia-sia sehingga

diskusi yang dijalani dapat berjalan intensif.

Karena bertemu secara langsung maka dapat saja terjadi ketidaksetujuan dan

berakhir pada emosi yang meledak sehingga dapat pula terjadi permusuhan satu sama

lain. Kata-kata yang digunakan harus benar-benar dijaga supaya tidak menyinggung

satu dengan yang lainnya. Pemerataan pembangunan daerah juga menjadi masalah

penting. Jangankan internet, di daerah kecil saja masih banyak yang belum dapat

menikmati listrik. Hal seperti ini sebaiknya menjadi fokus utama pemerintah supaya

jangan hanya yang kuat saja yang akan semakin kuat sedang yang lemah akan semakin

lemah.

C. TOLONG MENOLONG DAN HUBUNGAN SILATURAHMI

1. Tolong Menolong

Manusia sering disebut makhluk sosial, makhluk ekonomi, makhluk aktualisasi

diri dan makhluk yang berbicara atau makhluk berpikir. Penyebutan itu sangat

bergantung pada berbagai disiplin ilmu yang dipergunakan untuk mengupas makna dan

Page 15: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 15

hakikat manusia. Oleh karena itu, the right assumption of the man on the right place.

Sebagai makhluk social, manusia adalah makluk bermasyarakat yang senang berkumpul

dan berkelompok; satu sama lainnya saling membutuhkan. Ia bukan makhluk

individual.

Sebagai makhluk ekonomi, manusia bertujuan mencari kenikmatan sebesar-

besarnya dan menjahui ketidaknyamana sebisa mungkin. Dari sisi ini manusia adalah

makhluk hedonis yang serakah.

Manusia yang mempunyai aneka ragam sebutan pada prinsipnya adalah makhluk

yang saling bergantung pada sesamanya, baik yang menyangkut sandang, pangan,

papan, keselamatan diri dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang maupuun kasih

sayang, disamping kebergantungan dibidang politik, ekonomi, budaya, dan hukum.

Kebergantungan itu menunjukkan bahwa manusia saling membutuhkan dalam banyak

aspek, guna memenuhi hasrat dan kebutuhan hidupnya masing-masing. Kebutuhan itu

satu sama lain kadang saling bertentangan; kalau tidak diatur dalam suatu kaidah atau

norma yang jelas, itu bisa menimbulkan kekacauan karena masing-masing berusaha

sebisa mungkin memenuhi obsesi hidupnya.

Norma tersebut adalah mekanisme pengendalian social yang dilakukan untuk

melaksanakan proses yang direncanakan atau yang tidak direncanakan untuk mendidik,

mengajak, atau bahkan memaksa individu atau masyarakat agar dapat menyesuaikan

diri dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai kehidupan. Salah satu kaidah yang dapat

dipergunakan untuk mengatur masyarakat ialah musyawarah.

Pada masa khulafaur rasyidin musyawarah dilakukan seperti pada masa Nabi

SAW. Mereka menempuh dua bentuk musyawarah; musyawarah yang sifatnya umum

dan musywarah khusus. Musywarah yang pertama diikuti oleh sejumlah besar sahabat

untuk menyelesaikan masalah yang beraneka ragam. Sedangkan musyawarah bentuk

kedua diikuti oleh para sahabat terkenal yang memiliki wawasan dan ketajaman berpikir

untuk menentukan model-model yang akan dijadikan pedoman dalam rangka

memajukan Negara. musyawarah bentuk kedua pernah dilaksanakan oleh khalifah Abu

Bakar al shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Selepas masa khulafaur rasyidin ummat islam memasuki era dinasti, seperti

dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah. Pada masa kedua dinasti ini, musyawarah

dilakukan di antara para menteri, para pemimpin, dan para pemimpin militer.

Pada perkembangan selanjutnya, para ahli ilmu islam mulai memilah-milah hal-

hal yang berkaitan dengan musyawarah, yaitu lembaga musyawarah (majlis al syura);

anggota lembaga musyawarah (ahl a-syura); dan kewajiban anggota musyawarah

(wajibah ahl a-syura).

Keberadaan lembaga musyawarah sebagai institusi tempat bernaung wakil-wakil

rakyat dalam suatu pemerintahan sangatlah penting. Alasannya adalah sebagai berikut:

1. Setiap masalah yang menyangkut hal-hal yamng behubungan dengan kenegaraan

dan agama tidak bisa diserahkan penyelesaiannya kepada seluruh warga tetapi

hanya bisa diserahkan kepada kelompok tertentu yang mengambarkan suatu ummat.

2. Warga masyarakat secara keseluruhan mempunyai tingkat kecakapan dan keahlian

yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka yang mempunyai kecakapan inilah

yang duduk dilembaga musyawarah yang mampu menyelesaikan keragaman

persoalan.

3. Tidak mungkin seluruh warga masyarakat dilibatkan secara aktif dan terus menerus

menangani segala urusan.

4. Pelaksanaan al-amr bi al ma’ruf wa al-nahi munkar memerlukan lembaga pengatur

yang jelas agar kemaslahatan seluruh warga dapat diraih.

Page 16: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 16

Anggota lembaga musyawarah terkadang disebut juga ahl al-hall wa al aqd atau

ahl al syaukah. Menurut sebagian pendapat, mereka adalah para ulama’, cerdik pandai,

yang mampu berijtihad dan memiliki sifat-sifat adil.

Menurut para pengikut iama syafi’I, jumlah anggota musyawarah itu sebanyak 40

orang, sesuai batas minimal kebolehan melaksanakan shalat jumat. Menurut Abu Ali

Muhammad jumlah anggota lembaga musyawarah minimla 5 orang. Menurut ualama

kufah minimal 3 orang; dan salah seorang dari mereka menjadi pemimpin. Batasan ini

menurut mereka sesuai dengan jumlah minimal jama’ shalat. Sedangkan menurut

Sulaiman bin Jarir dan sebagian Mu’tazilah minimal dua orang.berbeda dengan

pendapat para ulama yang disebutkan diatas, menurut mayoritas (jumhur) ulama,

batasan jumlah anggota lembaga musyawarah tidaklah mutlak. Ia sangat bergantung

pada situasi dan kondisi tepat lembaga itu berada. Malahan menurut sebagian para ahli,

al Quran sendiri tidak membatasi jumlah anggota lembaga itu secara pasti. Ia hanya

mengisyaratkan pentingnya musyawarah.

Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh lembaga anggota musyawarah, di

antaranya adalah beragama islam dan bertaqwa, berilmu, beraqal, berkemampuan,

mampu memberikan masukan dan nasihat, dan mempunyai sifat kasih sayang.

Musyawarah seperti yang dipaparkan di muka merupakan wahana yang

ditampilkan oleh alQuran untuk amnesia guna memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan

persoalan hidupnya. Ia merupakan bentuk tolong menolong antar sesama manusia baik

sebagai individu maupun warga masyarakat.

Tolong menolong terkait erat dengan teori saling bergantung,. Menurut teori ini,

kebergantungan yang dimiliki manusia menunjukkan sifat kefakiran manusia itu

sendiri. Kefakiran melahirkan kebutuhan, baik berupa materi maupun imateri.

Sedangkan Louis A. Allen menyebutnya sebagai kebutuhan yang bersifat biologis dan

psikologis. Menurut Peterson dan plewman, kebutuhan manusia itu mencakup

kebutuhan hidup, kebutuhan kepemilikan atas sesuatu, dan kebutuhan untuk

diakui.adapun menurut al-Ghazali, kebutuhan itu mencakup kebutuhan berketurunan,

kebutuhan mempersiapkan kebutuhan fisik, dan kebutuhan akan perlindungan dan

keamanan.

Secara individual manusia, manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya itu dengan baik. Pemenuhan kebutuhan itu menghendaki adanya

kerjasama yang harmonis antara yang satu dengan yang lainnya atau antara satu

masyarakat dan masyarakat lainnya pula. Oleh olong menolong merupkan sesuatu yang

secara mutlak perlu direalisasikan dalam kehidupan manusia.

Menurut al Quran persoalan-persoalan yang termasuk wilayah tolong menolong

adalah ketakwaan dan kebaikan. Tolong menolong tidak boleh keluar dari koridor

keduanya. Jika menyimpang dari keduanya bukan kebaikan yang dihasilkan yaitu

keburukan dan kerusakan. Dalam kaitan ini Allah berfirman: “dan tolong menolonglah

kamu dalam kebaikan dan takwa; dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa

dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah sesunnguhnya Allah amat berat

siksanya.” (QS. Al-maidah :2)

Page 17: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 17

2. Hubungan Silaturahmi

Secara naluri manusia sebagai makhluk bermasyarakat, memerlukan komunikasi

yang mesra dengan sesamanya. Komunikasi itu merupakan proses awal terjadinya

kerjasama. Dalam istilah agama islam, komunikasi lebih popular dengan istilah

silaturahmi.

Silaturahmi berasal dari bahasa Arab yang artinya hubungan keluarga yang

bertalian darah. Dari arti itu, lalu beralih ke arti lain, yaitu menghubungkan sesuatu

yang memungkinkan terjadinya kebaikan serta menolak sesuatu yang menimbulkan

keburukan dalam batas kemampuan.

Cakupan silaturahmi itu begitu luas ia tidak hanya menyangkut keluarga yang

bertalian darah, tetapi juga hubungan antara sesama manusia dan hubungan manusia

dengan alam sekitarnya, dengan demikian, silaturahmi itu ada bermacam-macam:

pertama, silaturahmi dengan diri sendiri; kedua, silaturahmi dengan sesama manusia;

ketiga,silaturahmi dengan yang seagama; keempat, silaturahmi denganalam sekitar.

Adapun tingkatan-tingkatan silaturahmi sebagai berikut.

Pertma, berjabatan tangan. Tingkatan ini membawa manusia kepada sifat lapang

dada yang lahir dari sifat pemaaf.

Kedua. Saling memberi nasihat. Nasihat diarahkan pada perwujudan kebaikan dan

penghilangan kemaksiatan demi terbianaya kehidupan yang aman dan sejahtera.

Tingkatan ini menciptakan timbulnya suasana kritik yang sehat dalam kehidupan

masyrakat sehinnga mereka tidak phobi dan anti terhadap kritik. Kritikan dijadikan

sebagai saran dan masukan yang berharga menuju kemaslahatan.

Ketiga,saling bekerja sama dan tolong menolong. Silaturahmi tingkat ini

dilaksanakan setelah melalui tahapan-tahapan silaturahmi sebelumnya. Ia

memungkinkan terjadinya dialog antara sesama manusia dalam rangka pemecahan

berbagai persoalan kehidupan. Proses dialog akan melahirkan sikap harga menghargai

dan hormat menghormati yang pada gilirannya akan melahirkan suasan demokratis.

Keempat, menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar, dalam alQuran

Allah berfirman: “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat ynag menyeru

pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,

merekalah orang-orang yang beruntung.” ?Ali Imran: 104)

Adapun manfaat atu kebaikan silaturahmi dalah seperti digambarkan dalam hadits

nabi dari Abu Hurairah dan dikeluarkan oleh al-Bukhari yang dikutip oleh Muhammad

bin ismail al-Kahlani(t.th: 160)

“dari Abu Hurairah ia berkata barang siapa yag ingi diluaskan rezekinya dan

dipanjangkan umurnya hendaklah menghubungkan tali kekeluargaan.” (H.R bukhari).

Pengertian luas rezeki dalam hadits diatas adalah bahwa rezeki yang diterima itu

menimbulkan berkah, baik bagi diri dan keluarganya maupun bagi manusia dan alam

sekitarnya. Panjang umur, menurut sebagian pendapat mempunyai arti kiasan yang

maksudnya ialah umurnya itu sarat makna dan nilai. Pendapat lain mengatakan bahwa

panjang umur mempunyai arti yang sesungguhnya yaitu umurnya ditambah sesuai

dengan kehendak dan kemahakuasaan Allah.

Keburukan tidak bersilaturahmi atau memutuskan bersilaturahmi adalh

tertutupnya pintu surga. Dengan kata lain orang yang memutuskan tali silaturahmi tidak

akan memasuki surga kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di

akhirat nabi Muhammad bersabda:

“tidak akan masuk ke surga orang yang memutuskan tali silaturahmi.” (Ibnu

Hajar al-Atsqalani, t.th: 330)

Page 18: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

keluarga adalah sekumpulan orang-orang yang bertempat tinggal dalam satu atap

rumah dimana satu sama lainnya saling ketergantungan (BKKBN, 1990:37). Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan keluarga adalah mereka

yang tinggal di dalam satu rumah atau satu atap baik itu adanya ikatan darah maupun

bukan ikatan darah. Jadi dalam hal ini, pengertian keluarga dibatasi oleh tempat tinggal.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

Kelompok dan Masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai yaitu : Peranan

keluarga sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, anggota

dari kelompok sosialnya serta masyarakat dari lingkungannya. Pengurus rumah tangga,

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung, melaksanakan peranan psikosial

sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Sedangkan Fungsi yang harus dijalankan seperti : Fungsi Pendidikan, Fungsi

Sosialisasi, Fungsi Perlindungan, Fungsi Perasaan, Fungsi Agama, Fungsi Ekonomi,

Fungsi Rekreatif, Fungsi Bilogis, Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman

di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

Masyarakat diterjemahan dengan istilah society, adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar

interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata

"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya,

sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.

Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama

lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang

hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang

berarti berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah-istilah

lain dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal

dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”.

Kewajiban musyawarah hanya untuk urusan keduniawian. Jadi musyawarah adalah

suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan persoalan (mencari

jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan

masalah yang menyangkut urusan keduniawian.

Manusia yang mempunyai aneka ragam sebutan pada prinsipnya adalah makhluk

yang saling bergantung pada sesamanya, baik yang menyangkut sandang, pangan,

papan, keselamatan diri dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang maupuun kasih

sayang, disamping kebergantungan dibidang politik, ekonomi, budaya, dan hukum.

Kebergantungan itu menunjukkan bahwa manusia saling membutuhkan dalam banyak

aspek, guna memenuhi hasrat dan kebutuhan hidupnya masing-masing.

Kebutuhan itu satu sama lain kadang saling bertentangan; kalau tidak diatur dalam

suatu kaidah atau norma yang jelas, itu bisa menimbulkan kekacauan karena masing-

masing berusaha sebisa mungkin memenuhi obsesi hidupnya.

Page 19: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 19

Secara naluri manusia sebagai makhluk bermasyarakat, memerlukan komunikasi

yang mesra dengan sesamanya. Komunikasi itu merupakan proses awal terjadinya

kerjasama. Dalam istilah agama islam, komunikasi lebih popular dengan istilah

silaturahmi.

B. Saran

Sebagai bagian dari keluarga kita harus memahami peranan tugas dan fungsi kita

didalam keluarga. Begitu juga dalam kehidupan kita dalam bermasyarakat baik dalam

masyarakat sekitar maupun dalam kehidupan bangsa. Menjalin komunikasi dalam

bermasyarakat dan tolong menolong untuk saling melengkapi ketergantungan kita satu

sama lain sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi. Diperlukan jalinan silaturahmi

yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan keluarga, tujuan bermasyarakat dan tujuan

bangsa agar dapat ikut serta dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang lebih baik.

Page 20: Makalah Metodologi Studi Islam - Keluarga dan Masyarakat dalam Islam

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 20

DAFTAR PUSTAKA

Yudhoyono. Susilo Bambang, “Menuju Perubahan Menegakan Civil Society,”

Relawan Bangsa, Oktober 2014.

Sumber Online :

http://id.wikipedia.com/keluarga/

http://id.wikipedia.com/masyarakat/

http://id.wikipedia.com/musyawarah/

http://id.wikipedia.com/tolong-menolong/

http://id.wikipedia.com/silaturahmi/

http://blessingmefull.blogspot.com/2011/11/fungsi-keluarga-dalam-masyarakat.html

http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_7717/title_peran-keluarga-di-

masyarakat/

http://eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/keluarga-sakinah-miniatur-

masyarakat-madani.html

http://anakbontang.wordpress.com/2010/01/04/keluarga-muslim-sebagai-pondasi-

masyarakat-muslim/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/fungsi-keluarga-dalam-masyarakat-2/