metodologi studi islam 01 buku abuddin nata

24
M E T O D O L O G I STUDI ISLAM OLEH : PROF. Dr. H. ABUDDIN NATA, M.A P E N E R B I T JAKARTA, : PT.RajaGrafindo Persada 2004 DISUSUN OLEH: NIKMATURROHMAH :D31206017

Upload: falqi

Post on 13-Jun-2015

28.818 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

M E T O D O L O G ISTUDI ISLAM

OLEH :

PROF. Dr. H. ABUDDIN NATA, M.A

P E N E R B I TJAKARTA, : PT.RajaGrafindo Persada 2004

DISUSUN OLEH:NIKMATURROHMAH :D31206017

Page 2: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB I

MISI AJARAN ISLAM

Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah

sangat diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut :

Pertama, untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang

didasarkan kepada alasan yang sifatnya bulan hanya normatif , yakni karena

diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena emosional semata-mata karena

didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yitu argumen

yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.

Kedua, untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara

normatif maupun secara kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa

manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan

agama Islam.

Ketiga, untuk menghilangkan citra negatif dan sebagian Masyarakat terhadap

ajaran Islam.

A. Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan

bahwa misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.

Argumentasi tersebut dikemukakan sebagai berikut :

Pertama, untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat

dapat dilihat dari pengertian Islam itu sendiri. Kata Islam makna aslinya

masuk dalam perdamaian, dan oran Muslim ialah orang yang damai dengan

Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah diri

sepenuhnya kepada kehendak-Nya dan damai dengan manusia bukah saja

berarti menyingkiri berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya,

melainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya. Dua pengertian ini

dinyatakan dalam Alqur’an sebagai inti agama Islam yang sebenar-benarnya.

Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut :

Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu

Keesaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti

yang nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan mananya. Islam bukan

saja dikatakan sebagai agama sekalian Nabi Allah, sebagaimana tersebut di

Page 3: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

atas, melainkan juga sesuatu yang secara taksadar tunduk sepenuhnya kepada

undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam semesta.

Pertama, misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari

peran yang dimainkan Islam dalam menangani berbagai problematika agama,

sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.

Dari sejak kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam senantiasa hadir

memberikan jawaban terhadap permasalahan di atas. Islam sebagaimana

dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata ajaran tentang keyakinan saja,

melainkan sebagia sebuah sistem kehidupan yang multi dimensial.

Dalam bidang sosial, keadaan masyarakat terbagi-bagi kedalam sosial

atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit,

harta benda, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Dengan sistem kelas yang

demikian, maka tidak akan terjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada

pretasinya masing-masing.

Selanjutnya dalam bidang ekonomi, ditandai oleh praktik

mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara, seperti dengan praktik

riba, mengurangi timbangan, menipu, monopoli, kapitalisme, dan sebagainya.

Keadaan yang demikian itu pada gilirannya membawa mereka yang kaya

semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat

terjadi diantara mereka. Manusia telah menjadi budah dari harta benda.

Selanjutnya dalam bidang pendidikan, ditandai oleh keadaana di mana

pendidikan atau ilmu pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat dibiarkan

bodoh sehingga dengan mudah dapat disesatkan akidahnya dan selanjutnya

dengan mudah dapat diperbudak.

Dalam pada itu pada masa kedatangan Islam di bidang kebudayaan

ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata-mata mengikuti hawa nafsu

syahwat dan nafsu duniawi. mereka gemar melakukan mabuk-mabukan,

foya,foya, berzina, berjudi, dan sebagainya. Mereka tenggelam dalam dosa-

dosa maksiat.

Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki komitmen dan respon

yang tinggi untuk ikut terlibat dalam memecahkan berbagai masalah tersebut

di atas. Islam bukan hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk beluk yang

Page 4: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

terkait dengannya saja, melainkan juga ikut terlibat memberikan jalan keluar

yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut dengan penuh

bijaksana, adil, domokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal yang

demikian itu dapat dikemukakan sebagai berikut :

Pertama, dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaranyang

bersifat egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan

manusia lain. Satu dan lainnya sama-sama sebagai makhluk Allah SWT.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Kedua, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat

dilihat dari ajaran dalam bidan ekonomi yang bersandikan asas keseimbangan

dan pemerataan. Dalam ajaran Islam seseorang diperbolehkan memiliki

kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya terdapat

milik orang lain yagn harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, dan

sedekah.

Ketiga, misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dalam bidang politik

terlihat dari perintah Alquran agar seorang pemerintah bersikap adil, bijaksana

terhadap rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan – kepentingan

rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan mengayomi rakyat,

memberikan keamanan dan ketentraman kepada masyarakat.

Keempat, missi rahmatan lil alamin ajaran Islam dalam bidang hukum-

hukum terlihat dari perintah Alquran surat An-Nisa’ ayat 58 sebagaimana

tersebut di atas. Ayat tersebut memerintah seorang hakim agar berlaku adil

dan bijaksana dalam memutuskan perkara. Penegakan supremasi hukum

sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.

Kelima, misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dapat pula dilihat dalam

bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari ajaran Islam yang memberikan

kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang

pendidikan. Islam menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan perang,

dan menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke linag lahat, serta

melakukannya sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam adalah untuk semua.

pemerataan dalam pendidikan adalah merupakan misi ajaran Islam.

Page 5: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas, kita dapat

mengatakan bahwa misi ajaran Islam adalah untuk melindungi hak-hak asasi

manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait.

Untuk itu maka Islam sangat nenkankan perlunya menegakkan keadaan duai

yang aman, damai, sejahtera, tentram, saling tolong-menolong, toleransi, adil,

bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajran yang

demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh

sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.

Page 6: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB 2

POSISI ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA

Sebelum Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut

oleh umat mansuia. Para ahli Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study Of

Religion ) bida membagi agama secara garis besar ke dala dua bagian. Pertama,

kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-wahyunya sebagaimana

termaksud dalam kitab suci Alquran. Kedua, kelopok agama yang didasarkan pada

hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana

terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya.

Islam adalah agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang

semuanya merupakan kekuatan raksasa yang mengeerakkan revolusi dunia, dan

mengubah nasib sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir

melainkan agama yang melengkapi segala-galanya dan mencakup sekalian agama

yang datang sebelumnya.

Mengenai posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat

dikemukakan sebagai berikut :

Pertama, dapat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa

Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa seklian

agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh

Allah.

Didalam Alquran dijunpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui

agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebaigian dari rukun iman.

Berdasarkan ayat – ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa posisi Islam di

antara agama-agama lainnya dari sudut keyakinan adalah agama yang menyakini dan

mempercayai agama-agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Dengan

demikian orang Islam bukah saja beriman keapda Nabi Muhammad SAW. melainkan

beriman kepada semua nabi. menurut ajaran Alquran yang terang benderang, bahwa

semua bangsa telah kedatangan Nabi. tidak ada satu umat, melainkan seorang juru

ingat telah berlalu di kalangan mereka (QS. Faathir, 35:24). Dengan demikian orang

Islam adalah orang yang beriman kepada para nabi dan Kitab Suci dari semua bangsa.

Page 7: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

Kedua, posisi Islam di antara agama-agama besar di dunia dapat pula dilihat

dari ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekalian

agama. Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam

adalah pernyataaan kehendak Ilahiyang sempurna.

Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainya dapat dilihat dari peran

yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu

(1), mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara

sekalian agama di dunia dan (2), menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam

agama yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

diperbuat oleh para penganur agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke

dalam agamanya itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah

diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tarap

permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi

segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.

Keempat, posisi Islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari

adanya unsur pembaruan didalamnya.

Kelima, Posisi agama Islam terhadap agama-agama lainnya dapat dilihat dari

dua sifat yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif.

Page 8: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB 3

METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM

A. STUDI ISLAM

Dikalangan para ahli masih terdapat perbedaan disekitar permasalahan

apakah studi islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan,

mengingat sifat dan karakteristik antara ilme pengetahuan dan agama berbeda.

Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani

oleh misi kagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga

kadar muatan analisis, kritis, medodologis, historis, empiris, terutama dalam

menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu

kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang

masih sangat terbatas.

dengan demikian secara sederhana dapat dekemukakan jawabannya bahwa

dilihat dari segi normatif sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran dan hadis,

maka Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya

pradigma ilmu pengetahuan, yaitu pradigma analisistis, kritis, metodologis,

historis, dan empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak romantis,

apologis, dan subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi historisnya yakni islam

dalam arti yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam

sejarah kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin

ilmu, yakni ilmu keislaman atai Islam Studies

Perbedaan dalam melihat Islam yag demikian itu dapat menimbulkan

perbedaan dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudur

normatif, Islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan dengan

urusan akidah dan muamalah sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut historis atau

sebagaimana yang tampak dalam Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic

Studies).

B. METODE MEMAHAMI ISLAM

Pada bagian ini penulis akan mencoba menelusuri metode memahami

Islam sepanjang yang dapat dijumpai dari berbagai literatur keislaman. Dalam

buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai uraian

singkat mengenai metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari

Page 9: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika kita meninjau Islam

dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi saja

dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara

tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan.

Buktinya ialah Alquran sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya

telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi,

misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran. Para sarjana

sastra telah mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema

filosofis dan keimanan Alquran yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof

serta para teolog hari ini. Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah

dimensi manusiawinya, yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan

psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-

ilmu manusia memang jauh lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam. Apalagi

ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkan

dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis ataupun buku-

buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah ada.

Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak mengajukan

empat cara. :

Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alquran

dan Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, karena orang hanya

megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan

Alquran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber kitab

fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan

zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut

sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni

telah tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari ajaran Islam yang murni.

Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial,

artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak

secara. sebagian saja. Memahami Islam secara parsial akan membahayakan,

menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.

Ketiga, Islam perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh para

ulama besar.

Page 10: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis

yang ada dalam Alquran, baru kemudia dihubungkan dengan kenyataan historis,

empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian dapat

diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada

dataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada

dataran historis, sosiologis, dan empiris

Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana disebutkan di atas,

akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya menjunjukkan peran sosial dan

kemanusiaan dari ajaran Islam itu sendiri.

Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan.

untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode

komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh

aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. cara

demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua,

metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara

metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya

dengan metode teologis normatif. Metode ilmiah digunakar. untuk memahami

Islam yang tampak dalam kenyataan historis, empiris, dar sosiologis, sedangkan

metode teologis normatif digunakan untuk memaham: Islam yang terkandung

dalam kitab suci. Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulainya dari

meyakini Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan,

karena agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar,

maka agamapun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama

sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan

manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis

normatif yang tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan

yang kuat, kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang

dinilai sebagai tergolong Muda usianya ini dapat dihasilkan kemampuan

menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta

memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.

Page 11: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB 4

TELAAH “ KONSTRUKSI TEORI” PENELITIAN AGAMA

A. PENGERTIAN "KONSTRUKSI TEORI" PENELITIAN AGAMA

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta

Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan

(jembatan dan sebagainya); dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di

kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang

dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian); dan

berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau

ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan

aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.

Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya

merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu

hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu

dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh diri. sudah

mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim

(seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan

positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari

pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperroleh suatu kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori adalah susunan atau bangunan dari suatu

pendapat, asas-asas atau hukum – hukum mengenai sesuatu yang antara suatu dan

lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.

Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama,

pemeriksaan yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan dapat pula berarti

penyelidikan, tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah mencari kebenaran-

kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul.

Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian digunakan

sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau perbaikan

dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang

bersangkutan.

Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban

atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul.

Page 12: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama. Telah banyak ahli-

ahli ilmu pengetahuan seperti antropologi, psikologi, sosiologi, dan lain-lain yang

mengcoba mendefinikan agama. R.R. Maret salah seorang ahli antropologi

Inggris, menyatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua perkataan

untuk didefinisikan karena agama adalah menyangkut lebih daripada hanya

pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dari

menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.Harun Nasution

menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu :1)

unsur kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk Dewa, Tuhan, dan sebagainya;

2) unsur keyakinan manusia bahwa kesejahterahannya di dunia ini dan hidupnya

di akhirat nanti amat tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan

gaib yang dimaksud; 3) unsur respond yang bersifat emosional dari manusia yang

dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta, dan sebagainya; dan 4) unsur

pahan adanya yang kudus (sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk

kekuatan gaib.

Dari definisi-definisi tersebut, Harun Nasution selannjutnya menyebutkan

adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu: 1) Unsur kekuatan

gaib yang dapat rnengambil bentuk dewa, atau Tuhan, dan sebagainya: 2) Unsur

keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat

nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang

dimaksud : 3) Unsur respons yang bersifat emosional dari manusia yang dapat

mengambil bentuk perasaan takut, cinta dan sebagainya dan 4) Unsur paham

adanya yang kudus (Sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan

gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, dan dalam

bentuk tempat-tempat tertentu.

Page 13: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB 5

TEORI-TEORI PENELITIAN AGAMA

Teori adalah alat terpenting suatu ilmu pengetahuan. Tanpa teori berarti

hanya ada serangkian fakta atau data saja dan tidak ada ilmu pengetahuan. Teori itu

(1) menyimpulkan generalisasi fakta-fakta, (2) memberi kerangka orientasi untuk

analisis dan klasifikasi fakta-fakta, (3) memberikan kerangka baru, (4) mengisi

kekosingan pengetahuan tentang gejala – gejala yang telah ada atau sedang terjadi.

Ilmu-ilmu agama pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial,

termasuk bagian yang dapat diteliti, dimatai dengan menggunakan piranti ilmiah atau

metodologi ilmiah yang didalamnya mengandung teori yang akan digunakan.

Metodologi ilmiah ditentukan oleh objek yang dikaji. Kalau segi-segi tertentu agama,

katakanlah Islam itu berada pafa fenomena sosial, niscaya metode pengakajian

terhadap fenomena itu adalah ilmu-ilmu sosial. Adapun terhadap segi-segi lain yang

berpangkal pada postulat – postulat yang lebih bersifat normatif dan dogmatis, sesuai

dengan ajaran metode ilmiah yang harus mempertahankan objektivitas berdasarkan

konsep-konsep pemikiran logis dan bukti-bukti empiris. Tentu saja kebenaran agama

dalam norma dan dogma mendambakan kebenaran mutlak sedangkan kebenaran

ilmiah hanyalah kebenaran nisbi, berdasarkan pada logika dan ketetapan ilmu

pengetahuan, Karena itu hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu

pengetahuan tidak mutlak sifatnya.

Penggunan teori dalam kajian studi islam telah banyak dibahas para ahli

Ricard C. Martin dalam bukunya berjudul Approaches to Islam in religious studies,

telah membahas penggunaan teori dalam melakukan penelitian terhadap bidang studi

agama Islam. Demikian pula buku yang berjudul Penelitian Agama. Masalah dan

pemikiran yang diedit oleh Mulyanto Sumradi telah pula mengkaji secara seksama

tentang penggunaan teori dalam penelitian agama.

Jelasnya untuk mengenal Islam, kita tidak memilih satu pendekatan saja,

karena Islam bukanlah berdimensi satu. Islam bukanlah agama yang didasarkan

semata-mata pada perasaan-perasaan mistik manusia atau hanya terbatas kepada

hubungan antara Tuhan dan manusia. Ini hanya dimensi dari akidah Islam. Untuk

mengenal dimensi tertentu ini kita harus beralih kepada metode filsafat, karena

hubungan antara manusia dan Tuhan merupakan bagian dari bidan pemikiran

(filsafat).

Page 14: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB 6

MODEL PENELITIAN FISLASAT ISLAM

Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya

telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan

bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi

mereka yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada doktrin ajaran Alquran

dan Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan

menolaknya. Dari kedua kelompok : tersebut nampak bahwa kelompok terakhir

masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok

pertama. Kajian filsafat Islam; dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di

akhir abad ke 20. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di

kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat

melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya

merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak

diterapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis tentang

penyebab kurang diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam Indonesia pada

umumnya adalah karena pengaruh pikiran Al-Ghozali yang dianggapnya sebagai

pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah pula dibantah oleh

pendapat lain yang mengatakan bahwa penyebabnya bulanlah Al-Ghozali, melainkan

sebab-sebab lain yang belum jelas.

Dengan demikian, metede, penelitian yang ditempuh Ahmad Fual Al-Ahwani

adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan

kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan

pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis,

pendekatan kawasan dan tokoh. Mulai pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan

latar belakang timbunya pemikiran filsafah daalam Islam. Sedangkan dengan

pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosif menurut tempat tinggal

meraka dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai

pemikiran filsafat yang sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.

Page 15: Metodologi Studi Islam 01 Buku Abuddin Nata

BAB 7

MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM

Sejarah Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik

perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim,

karen abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat

Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus

peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah

pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun

misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim.

Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran,

penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki

keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.

Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain

diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari

kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya sebagainya.

Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari

hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat

memiliki etos kemauan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik

yang kuat dari para pemimpinnya. Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim

tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di

bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang

kondusif.

Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai informasi awal untuk

melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan kawasan. Penelitian

tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei,

dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan