skripsi tinjauan sosiologi hukum keluarga islam …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM KELUARGA ISLAM
TERHADAP PERGESERAN MAKNA DAN ESENSI
WALIMATUL ‘URS (STUDY KASUS DI DESA GAYUH
REJO KECAMATAN GUNUNG SUGIH)
Disusun Oleh:
RAFI YOGA TAMA
NPM.1502030047
Jurusan : Ahwalus Syakhsiyyah (AS)
Fakultas: Syari'ah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
1441 H/ 2019 M
ii
TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM KELUARGA ISLAM
TERHADAP PERGESERAN MAKNA DAN ESENSI
WALIMATUL ‘URS (STUDY KASUS DI DESA GAYUH REJO
KECAMATAN GUNUNG SUGIH)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
RAFI YOGA TAMA
NPM. 1502030047
Pembimbing I : Husnul Fatarib, Ph.D.
Pembimbing II : Dr. Azmi Siradjuddin, Lc.,M.Hum.
Jurusan: Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (AS)
Fakultas Syariah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
TINJAUAN SOSIOLOGI HUKUM KELUARGA ISLAM TERHADAP
PERGESERAN MAKNA DAN ESENSI WALIMATUL ‘URS
(STUDY KASUS DI DESA GAYUH REJO KECAMATAN GUNUNG
SUGIH)
Oleh:
RAFI YOGA TAMA
Perkawinan tidak boleh dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena akan
mengundang kecurigaan masyarakat, bahkan akan memicu munculnya fitnah.
Oleh sebab itu, perkawinan harus dipersaksikan oleh masyarakat sekitar. Salah
satu segi hukum Islam yang berkaitan dengan manusia dalam hubungannya
dengan sesama adalah menyangkut perkawinan (pernikahan). Yang di dalamnya
terdapat suatu bentuk upacara yang disebut walimah al-urs, Al-Qur‟an tidak
menyinggung mengenai pelaksanaan walimah al-urs, tetapi hanya menganjurkan
untuk melangsungkan perkawinan. walimatul urs‟ berdasarkan makna dan
esensinya terjadi pergeseran yang sebelumnya dalam ajaran agama Islam
walimatul „urs untuk mengespresikan kebahagian dengan rasa syukur dan untuk
memberitahu masyarakat sekitar telah terjadinya pernikahan serta agar tidak
menimbulkan fitnah bagi kedua mempelai, akan tetapi dalam prakteknya saat ini
sering didapati bahwa saat ini walimatul „urs lebih bersifat gengsi, seperti
dijadikan sebagai bisnis atau agar dianggap sebagai orang yang mampu. Kesan
bahwa walimatul „urs merupakan kebiasaan atau trend yang harus diikuti sudah
saatnya dihilangkan dan dikembalikan kepada sunnah Rasulullah Saw., karena
dalam Islam, walimah mempunyai dasar hukum dan aturan yang jelas untuk
diikuti. Hal itu dapat meningkatkan esensi walimatul „urs dari sekedar kebiasaan
menjadi suatu upaya mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan Rasulullah Saw.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dan Sifat
penelitian dalam skripsi ini bersifat Deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, penelitian ini menggambarkan situasi atau
kejadian.dalam penelitian ini juga peneliti menggunakan pendekatan
fenomenologi dan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, peneliti
menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dan analisis data yang telah
dilakukan, maka dapat dismpulkan bahwa pelaksanaan walimatul „urs didesa
Gayuh Rejo memiliki tujuan untuk membahagiakan anak dan sebagai hiburan
untuk tamu tamu undangan tetapi ada dampak sosial dari pelaksanaan walimatul
„urs itu sendiri seperti; kecemburuan Sosial, dimanfaatkan untuk memperoleh
keuntungan (Bisnis), Gengsi, mengganggu ketentraman masyarakat. Sebuah
walimatul „urs dalam islam lebih ditekankan pada kesederhanaan, kemudahan,
kebahagian dan kesenangan atau murah meriah sesuai kebutuhanya Yang
terpenting dalam mengadakan walimatul „urs itu disesuaikan dengan
kemampuannya masing-masing dan jangan ada keborosan atau kemubaziran dan
jangan ada maksut lain yang dilarang oleh agama islam.
vii
ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rafi Yoga Tama
NPM : 1502030047
Jurusan : Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (AS)
Fakultas : Syari‟ah
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya
kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Metro. 3 Desember 2019
Yang menyatakan
Rafi Yoga Tama
NPM. 1502030047
viii
MOTTO
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
ix
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas selain ucapan rasa syukur kepada Allah
SWT dan ucapan Alhamdulillahirabbil „alamiin. Peneliti persembahkan
skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Sugito dan Ibunda Sri Lestari, atas segala
pengorbanan yang tak terbalaskan, doa, kesabaran, keikhlasan, cinta dan
kasih sayangnya.
2. Dosen pembimbing bapak Husnul Fatarib, Ph.D dan bapak Dr. Azmi
Siradjuddin, Lc.,M.Hum. yang telah banyak memberikan masukan, kritik-
saran dan memotivasi, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
3. Sahabat Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah 2015 yang selalu memberi semangat dan
berdiri tegap di sampingku saat suka maupun duka, berbagi nasihat dan
keceriaan.
4. Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri Metro.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah
dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (AS)
Fakultas Syari‟ah IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Enizar selaku Rektor IAIN Metro.
2. Bapak Husnul Fatarib, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Metro.
3. Ibu Nurhidayati, MH selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah IAIN
Metro.
4. Bapak Husnul Fatarib, Ph.D dan Bapak Dr. Azmi Siraddjudin Lc.M.Hum
selaku pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan yang sangat
berharga dalam mengarahkan dan memberikan motivasi sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Narasumber dari Kelurahan Gunung Sugih Raya dan Masyarakat desa
Gayuh Rejo yang telah banyak membantu peneliti dalam memberikan
informasi mengenai penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Metro yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan sarana prasarana selama peneliti menempuh pendidikan.
xi
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini akan sangat diharapkan dan
diterima dengan lapang dada. Semoga hasil penelitian ini yang telah dilakukan
kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Hukum Islam.
Metro, November 2019
Peneliti,
Rafi Yoga Tama
Npm. 1502030047
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ...... I
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ..... II
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... .... III
NOTA DINAS ................................................................................................. .... IV
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ...... V
ABSTRAK ...................................................................................................... .... VI
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. ... VII
HALAMAN MOTTO .................................................................................... . VIII
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... .... IX
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ...... X
DAFTAR ISI ................................................................................................... .... XI
DAFTAR TABEL........................................................................................... ... XII
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. . XIII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ ....... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................ ....... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. ....... 9
D. Penelitian Relevan ..................................................................... ....... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pergeseran Makna dan Esensi ................................................... ..... 13
1. Pengertian Pergeseran Makna dan Esensi .......................... ..... 13
xiii
2. Teori Nilai.................................................................................. 14
a. Etika ............................................................................... ..... 14
b. Estetika .......................................................................... ..... 16
B. Walimatul „Urs .......................................................................... ..... 16
1. Pengertian Walimatul „Urs .................................................. ..... 16
2. Dasar Hukum Walimatul „Urs ............................................. ..... 18
3. Pelaksanaan Walimatul „Urs ............................................... ..... 19
4. Hukum Menghadiri Undangan Walimatul „Urs .................. ..... 22
5. Hikmah Walimatul „Urs ...................................................... ..... 25
C. Aspek Sosiologi Hukum Dalam Walimatul „Urs ...................... ..... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................... ..... 29
B. Sumber Data .............................................................................. ..... 30
C. Teknik pengumpul Data ............................................................ ..... 31
D. Teknik Analisa Data .................................................................. ..... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Gayuh Rejo Kec. Gunung Sugih ......... ..... 35
1. Sejarah Desa Gayuh Rejo .................................................... ..... 35
2. Kondisi Wilayah Desa Gayuh Rejo ........................................... 35
3. Keadaan Penduduk .............................................................. ..... 36
4. Keadaan Sosial Ekonomi ..................................................... ..... 37
5. Pendidikan ........................................................................... ..... 38
xiv
6. Keadaan Sosial Keagamaan dan Sosial Kebudayaan .......... ..... 39
B. Pelaksanaan Walimatul „Urs di Desa Gayuh Rejo kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah ................................ 39
1. Pelaksanaan walimatul „urs ....................................................... 39
2. Undangan dan Biaya dalam Walimatul „Urs ............................. 42
C. Faktor Yang Melatarbelakangi Walimatul „Urs Di Desa Gayuh Rejo
Kecamatan Gunung Sugih ......................................................... ..... 45
1. Faktor Tradisi ...................................................................... ..... 45
2. Faktor Sosial ........................................................................ ..... 46
3. Faktor Agama dan Pendidikan ............................................ ..... 48
D. Tinjauan Hukum Keluarga Islam Terhadap Pergeseran Makna dan
Esensi Walimatul „Urs di Desa Gayuh Rejo ............................. ..... 50
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... ..... 57
B. Saran .......................................................................................... ..... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Jumlah penduduk didesa Gayuh Rejo tahun 2019 ................................ 35
4.2. Distribusi penduduk desa Gayuh Rejo berdasarkan agama
tahun 2019 .............................................................................................. 36
4.3. Distribusi penduduk desa Gayuh Rejo berdasarkan mata
pencaharian tahun 2019 .......................................................................... 36
4.4. Distribusi penduduk desa Gayuh Rejo berdasarkan tingkat
pendidikan pada tahun 2019 ................................................................... 37
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-lampiran:
1. Outline
2. APD (Alat Pengumpul Data)
3. Surat Bebas Pustaka
4. SK Pembimbing
5. Surat Izin Prasurvey
6. Surat Keterangan
7. Surat Izin Riset
8. Surat Tugas
9. Dokumentasi
10. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi
11. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan hak sakral yang dilakukan oleh manusia
sebagai satu-satunya cara yang dibenarkan oleh agama untuk menyalurkan
kebutuhan seksual secara legal. Perkawinan dengan demikian tidak boleh
sembunyi-sembunyi, karena akan mengundang kecurigaan masyarakat,
bahkan akan memicu munculnya fitnah. Oleh sebab itu, perkawinan harus
dipersaksikan oleh masyarakat sekitar.1
Perkawinan bagi umat Islam merupakan ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri berdasar akad
nikah yang diatur dalam undang-undang dengan tujuan membentuk keluarga
sakinah, mawadah, warahmah atau rumah tangga yang bahagia sesuai hukum
Islam. Tujuan perkawinan yang lain selain membentuk keluarga yang
bahagia, juga bertujuan lain yaitu bersifat kekal. Dalam perkawinan perlu
ditanamkan bahwa perkawinan itu berlangsung untuk waktu seumur hidup
dan selama-lamanya kecuali dipisahkan oleh kematian.2
Salah satu segi hukum Islam yang berkaitan dengan manusia dalam
hubungannya dengan sesama adalah menyangkut perkawinan (pernikahan).
Yang di dalamnya terdapat suatu bentuk upacara yang disebut walimah al-
1Enizar, Pembentukan Keluarga Berdasarkan Hadist Rasulullah SAW, (Metro:
STAIN Jurai Siwo Metro, 2015), 84. 2 Eka Widiasmara, Kedudukan Perkawinan dan perceraian dibawah tangan ditinjau
dari hukum islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia ( Fakultas
Hukum Universitas diponegoro semarang, 2010)
2
urs, Al-Qur‟an tidak menyinggung mengenai pelaksanaan walimah al-urs,
tetapi hanya menganjurkan untuk melangsungkan perkawinan.
Walimah atau lengkapnya walimah al-„urs yaitu perhelatan yang
dilakukan setelah selesai akad nikah.3 Islam mengajarkan kepada orang yang
melaksanakan perkawinan untuk mengadakan walimah, tetapi tidak
memberikan bentuk minimum dari walimah itu.4
Pesta perkawinan atau yang disebut juga walimah adalah pecahan dari
kata “walama” yang artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta tersebut
dimaksudkan memberikan doa restu agar kedua mempelai mau berkumpul
dengan rukun. Selain itu tujuan walimah adalah sebagai informasi dan
pengumuman bahwa telah terjadi perkawinan, sehingga tidak menimbulkan
fitnah dikemudian hari.5
Saat ini, pelaksanaan walimatul „urs telah mengalami suatu perubahan
atau pergeseran yang hampir keluar dari tujuan walimatul „urs itu sendiri.6
Dahulu pesta perkawinan cukup mengundang para tetangga dan
keluarga. Hanya merekalah yang nantinya akan menjadi saksi dihari yang
sangat bersejarah untuk kedua mempelai, yang diiringi dengan bacaan
shalawat dan pujian rasa syukur kepada Allah SWT. karena sang putri telah
disunting oleh pria idamanannya yang disanjung-sanjung dan menjadi
3 Mardani, hukum Perkawinan Islam diDunia Islam Modern, cet.1 (Yogyakarta:
Graha ilmu, 2011), 148. 4Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, cet. 4 (Jakarta: Rajawali pres, 2014),
137. 5 Mardani , hukum Perkawinan Islam diDunia Islam Modern, cet.1 (Yogyakarta:
Graha ilmu, 2011), 150. 6Wawancara pra survey dengan Bapak Sukeni di Desa Gayuh Rejo Kec.Gunung
Sugih, 12 april 2019.
3
harapan keluarga kelak. Kebahagian orang tua kedua mempelai tiada
bandingannya. Karena kedua orang tua mempelai merasa telah melaksanakan
kewajiban dengan baik.
Melaksanakan suatu perkawinan dan walimatul „urs memang
merupakan perintah agama Islam. Namun demikian, untuk saat ini sudah
menjadi budaya umum bahwa yang namanya pesta perkawinan atau
walimatul „urs harus mewah, dengan menyediakan makanan yang enak dan
sebagainya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dimasyarakat
desa Gayuh rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah.
Tradisi pesta perkawinan atau walimatul‟urs merupakan suatu keharusan
yang wajib diadakan walaupun mereka kurang mampu, akan tetapi mereka
berusaha untuk memeriahkannya walaupun dengan biaya yang sangat
banyak.7
Walimatul „urs seperti diatas memang memerlukan dana yang cukup
besar dan terkadang calon mempelai meminta kepada kedua orang tua untuk
melaksanakan pesta perkawinan, sehingga dengan kebiasaan yang seperti ini
orang tua enggan atau menunda untuk menikahkan anaknya karena belum
siap dengan biaya resepsinya. Kalaupun mau diadakan terpaksa dengan cara
berhutang terlebih dahulu.8
Pelaksanaan walimatul „urs di Desa Gayuh Rejo berdasarkan
kebiasaan sebagian masyarakat mendapatkan biaya dari hutang terlebih
7Wawancara pra survei dengan Bapak Trihatno didesa Gayuh rejo Kec. Gunung
Sugih, 18 April 2019. 8Wawancara Pra Survei dengan Bapak Boyadi desa Gayuh Rejo Kec.Gunung Sugih,
20 April 2019.
4
dahulu, yang dimaksut disini ialah pihak penyelenggara Walimatul „Urs
terlebih dahulu mengambil barang keperluan Walimah ke pedagang berupa
sembako, undangan dan tarup atau tenda beserta rias dan kelengkapannya.
Kemudian pembayarannya dilakukan setelah acara Walimatul „Urs usai.
Berhutang dalam prakteknya merupakaan sesuatu yang tidak dilarang
dalam agama Islam, hal ini tidak lain agar sesama umat Islam saling tolong
menolong dalam kebaikan. Yang dilarang disini ialah apabila hutang tersebut
mengakibatkan ia tidak mampu membayarnya dan dapat menyengsarakan
dirinya bahkan keluarganya, maka hal itu tidak diperbolehkan.
Pada jaman sekarang sumbangan dalam Walimatul „Urs bukan hanya
sekedar membantu finansial serta bertujuan untuk menjalin tali persaudaraan
dengan tetangga yang mempunyai hajat. Akan tetapi apa yang disumbangkan
oleh tamu harus dikembalikan serupa ketika tamu tersebut mengadakan pesta
perkawinan juga.
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas, walimatul urs‟
berdasarkan makna dan esensinya terjadi pergeseran yang sebelumnya dalam
ajaran agama Islam walimatul „urs untuk mengespresikan kebahagian dengan
rasa syukur dan untuk memberitahu masyarakat sekitar telah terjadinya
pernikahan serta agar tidak menimbulkan fitnah bagi kedua mempelai, akan
tetapi dalam prakteknya saat ini sering didapati bahwa saat ini walimatul „urs
lebih bersifat gengsi, seperti dijadikan untuk mencari keuntungan, untuk
mencari kehormatan dan agar dianggap sebagai orang yang mampu.
5
Study islam dengan pendekatan sosiologi dalam pandangan Atho‟
mudzhar lebih mendekati kajian sosiologi agama klasik dari pada sosiologi
agama modern dengaan alasan study Islam dalam perspektif sosiologis
mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Hal ini
berarti, study islam dapat didekati dari perspektif fenomena budaya dan dapat
pula dari perspektif fenomena sosial atau kebudayaan sekaligus.
Menurut Imam Syafi‟i, bahwa Walimah terjadi pada setiap dakwah
(perayaan dengan mengundang seseorang) yang dilaksanakan dalam rangka
untuk memperoleh kebahagian yang baru. Yang paling mansyur menurut
pendapat yang mutlak, bahwa pelaksanaan walimah hanya dikenal dalam
sebuah perkawinan.9
Islam mengajarkan kepada orang yang melaksanakan perkawinan
untuk mengadakan walimah, tetapi tidak memberikan bentuk minimum atau
bentuk maksimum dari walimah itu.10
Hal ini dapat diartikan bahwa
mengadakan walimah bentuknya adalah bebas, maka dari itu terjadilah
bermacam corak tradisi dalam pelaksanaan walimatul „urs, asal
pelaksanaanya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Yang terpenting
dalam mengadakan walimatul „urs itu di sesuaikan dengan kemampuannya
masing-masing dan jangan ada keborosan atau kemubaziran dan jangan ada
maksud lain yang dilarang oleh agama Islam.11
9 Taqiyudin Abi Bakar, Kifayatul Ahyar, juz II, ( Semarang: CV Toha Putra), 68.
10Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, cet. 4 (Jakarta: Rajawali pres, 2014),
137. 11
Ibid. 137
6
Sebuah walimatul „urs dalam Islam lebih ditekankan pada
kesederhanaan, kemudahan, kebahagian dan kesenangan (murah meriah)
yang sesuai dengan kebutuhannya karena kaum muslimin yang taat selalu
mengikuti firman Allah SWT:
ل و Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”12
Kesederhanaan yang dianjurkan oleh agama Islam dalam
melaksanakan sebuah ibadah merupakan ciri khas Islam yang tidak pernah
memaksakan dan memberatkan umatnya dalam melaksanakan sebuah
ibadah.Apabila kita memperhatikan pelaksanaan walimatul „urs dalam
masyarakat muslim dimana saja, maka kita akan menemukan bahwa walimah
tersebut biasanya dilaksanakan berdasarkan adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat.
Islam menganjurkan bagi suami untuk mengadakan pesta (walimah),
memberi makan keluarganya, teman-temannya, memberi bagian untuk kaum
kafir, dan orang-orang yang membutuhkan, sebagai rasa syukur kepada Allah
dan memberitahukan atas anugerahnya dan hal tersebut tidak membebaninya,
tidak membebankan kepadanya melainkan memberikan sesuatu yang ia
mampu.13
Sungguh Rasulullah saw telah mengajarkan, ia mengadakan
12
QS. Al-Baqarah: 286 13
Nur Khozin, Fiqh Keluarga, cet.1 (Jakarta: Amzah, 2010), 111
7
walimatul „urs sesuai kemampuananya dan ia tidak menambah dari seekor
kambing.14
Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah saw:
ل ع ى عن س ق ل: م ل لن ب ص ع ى شيء من ئو م ) لبخ رى م م(ز نب، ل بش ة.
Artinya: “Dari Anas, ia bekata “Rasulullah Saw Belum pernah mengadakan
Walimah untuk istri-istrinya, seperti beliau mengadakan Walimah untuk Zainab,
beliau mengadakan Walimah untuknya dengan seekor kambing.”(HR. Bukhari
dan Muslim)15
Hadits Nabi yang lain bahwa Rasulullah saw menyuruh agar
pernikahan itu diberitahukan secara terbuka dan jangan sembunyikan dari
masyarakat minimal masyarakat sekitar. Salah satu hadits dijelaskan bahwa
pernikahan harus diberitahukan kepada khalayak ramai:
عن ع ئشة رض عن لن ب ص ق ل: ع ن و ىذ لن ح ج وه فى لم جد ضرب و ع يو ب لغرب ل.) بن م جو(
Artinya:“Dari Aisyah r.a dari Nabi saw, beliau bersabda, umumkanlah
pernikahan ini! Rayakanlah di dalam masjid. Danpukullah alat music rebana untuk
memeriahkan (acara)nya”.16
Berdasarkan hadits diatas, diarahkan agar perkawinan dilaksanakan di
masjid, karena masjid biasanya dihadiri oleh jama‟ah untuk melaksanakan
ibadah. Diarahkan juga untuk memukul alat kesenian (gendang) waktu
pelaksanaan akad nikah, agar menarik perhatian orang bahwa telah terjadi
pernikahan.17
14
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga, cet. 2 (Jakarta: Amzah, 2012), 111. 15
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani,Terjemah Bulughul Maram Kitab Hukum-Hukum
Islam,cet-1 (Surabaya:Mutiara Ilmu, 2011), 482. 16
Ibid., 88-89. 17
Enizar, Pembentukan keluarga berdasarkan Hadist Rasulullah SAW, (Metro:
STAIN JURAI SIWO METRO, 2015). 89
8
Uraian di atas, maka walimah bertujuan untuk memperkenalkan bagi
mereka yang telah melaksanakan akad nikah (perkawinan) untuk berumah
tangga, agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan oleh ajaran agama Islam.
Kesan bahwa walimatul „urs merupakan kebiasaan atau trend yang
harus diikuti sudah saatnya dihilangkan dan dikembalikan kepada sunnah
Rasulullah Saw., karena dalam Islam, walimah mempunyai dasar hukum dan
aturan yang jelas untuk diikuti. Hal itu dapat meningkatkan esensi walimatul
„urs dari sekedar kebiasaan menjadi suatu upaya mengikuti ketentuan yang
telah ditetapkan Rasulullah Saw.18
Berdasarkan fenomena diatas penulis menganggap perlu untuk
meneliti lebih lanjut dan menuangkannya dalam kajian ilmiah dengan judul
Tinjauan Sosiologi Hukum Keluarga Islam terhadap Pergeseran Makna dan
Esensi Walimatul „Urs (Studi Kasus di Desa Gayuh Rejo Kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah).
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat pertanyaan penelitian untuk
dikaji dan dibahas dalam wujud karya ilmiah, yaitu:
Bagaimana pergeseran makna dan esensi walimatul „urs didesa Gayuh
Rejo Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah di tinjauan dari
Aspek sosiologi hukum keluarga Islam?
16Ibid,. 90
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pergeseran makna dan Esensi Walimatul „Urs di
desa Gayuh Rejo Kecamatan Gunung sugih Kabupaten Lampung Tengah
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang hukum
keluargaIslam mengenaipernikahan khususnya dalam acara pesta
perkawinan atau walimatul „urs.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pemikiran ilmiah khususnya kepada penyusun dan kepada
masyarakat Islam pada umumnya, yang berkaitan dengan pernikahan
atau walimatul „urs.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan memuat uraian sistematis mengenai hasil
penelitian-penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji. Terdapat
beberapa penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat
dalam pembahasan topik penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kajian
penelitian ini, peneliti memaparkan perkembangan beberapa karya ilmiah
terkait dengan pembahasan peneliti, diantaranya adalah:
10
1. Umi Shalihah dalam skripsinya yang berjudul “ Tinjauan Hukum Islam
terhadap tradisi punjungan dalam pelaksanaan walimatul „urs pada
masyarakat desa Sumberjo kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung
Timur”.19
Kesimpulan dari karya ilmiah yang diteliti oleh Umi shalihah
ialah menjelaskan bahwa pelaksanaan walimah yang dilakukan dengan
menggunakan tradisi punjungan dan mengadakan hiburan yang secara
berlebihan yang mengakibatkan dampak negatifbaik bagi masyarakat
sumberjo maupun tamu undangan yang datang.
Penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan tema besar
yaitu permasalahan walimatul „urs yang dilakukan secara besar- besaran
dan sama-sama menggunakan penelitian lapangan. Namun terdapat
perbedaan yakni karya ilmiah Umi Shalihah lebih terfokuskan kepada
tradisi punjungan didalam walimatul „urs yang didalamnya bermaksut
mengundang dan mengharapkan sumbangan. Sedangkan karya ilmiah
peneliti tidak hanya terfokus kepada satu faktor melainkan beberapa faktor
yang mengakibatkan pergeseran walimatul „urs.
2. Heradianaskripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum IslamTerhadap
Tradisi Hiburan dalam Pesta Perkawinan (Walimatul „Urs) di Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa”.20
Pokok permasalahan yang diteliti
oleh Herdiana adalah pandangan hukum Islam terhadap tradisi hiburan
19
Skripsi Umi Shalihah, Tinjauan Hukum Islam terhadap tradisi punjungan dalam
pelaksanaan walimatul „urs pada masyarakat desa Sumberjo kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur( Metro; Stain Metro) 20
Skripsi Herdiana, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Hiburan dalam Pesta
Perkawinan (Walimatul „Urs) di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. (Makasar: UIN
Alaudin)
11
dalam pesta perkawinan. Pokok permasalahan tersebut kemudian
dirumuskan kedalam beberapa masalah penelitian yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi tradisi hiburan dalam pesta perkawinan dan pandangan
hukum Islam terhadap masalah tersebut di Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan yaitu
pada penelitian Herdiana tidak terfokuspada pergeseran Walimatul „Urs
tetapi lebih memfokuskan pada hiburan pada pesta pernikahan yang ada
di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa yang telah keluar dari
ajaran agama islam. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tidak hanya terfokus pada hiburan didalam walimatul „urs tetapi
permasalahan yang mengakibatkan pergeseran walimatul „urs yang
didapatkan dengan melihat fenomena dan fakta-fakta kejadian dalam
masyarakat yang melaksanakan walimatul „urs.
3. Jalaludin Skripsinya yang berjudul “ Tradisi Bekhalek dalam walimatul
„urs di desa pea jambu kec. Singkohor Kab. Aceh Singkil. Menurut
Mazhab Syafi‟i.”21
Kesimpulan karya ilmiah yang diteliti oleh Jalaludin
ialah menjelaskan bahwa pelaksanaan walimatul „urs yang dilakukan
secara mewah dan besar-besaran tetapi dilakukan dengan cara berhutang
terlebih dahulu hal tersebut dilakukan demi mendapatkan pengakuan
sosial.
21
Skripsi Jalaludin, Tradisi Bekhalek dalam walimatul „urs di desa pea jambu kec.
Singkohor Kab. Aceh Singkil. Menurut Mazhab Syafi‟i., ( Sumatra Utara: Uin Sumatra Utara)
12
Penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan tema besar
yaitu permasalahan walimatul „urs yang dilakukan secara besar- besaran
dan didapat dengan cara berhutang hanya untuk mendapat pengakuan atau
kehormatan. Penelitian yang dilakukan oleh jalaludin memfokuskan pada
pelaksanaan walimatul urs dengan cara berhutang. Sedangkan penelitian
yang dilakukan peneliti tidak hanya fokus pada hutang dalam walimah
tetapi lebih umum mengenai permasalahan-permasalahan didalam
walimatul „urs.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pergeseran Makna dan Esensi
1. Pengertian Pergeseran Makna dan Esensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI pergeseran yaitu
merupakan peralihan, perpindahan, pergantian.1 Definisi pergeseran juga
memiliki arti yang universal (keseluruhan). Akan tetapi, pergeseran yang
dimaksutkan oleh peneliti disini adalah pergeseran yang merupakan suatu
perubahan yang terjadi dari ruang lama menjadi ruang baru. Hal ini dikaitkan
kepada perubahan budaya yang terlihat pada pesta perkawinan atau
Walimatul „Urs saat ini.
Makna atau arti adalah hubungan antara lambang bunyi dengan
acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh
pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang
dimiliki.2
Esensi adalah apanya kenyataan, yaitu hakikatnya.3 Pengertian
mengenai esensi mengalami perubahan sesuai dengan konsep penggunaanya,
sehingga esensi ialah pada konsepnya sendiri. Menurut Thomas Aquinas,
1Hasan alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka, 1990). 361
2Wikipedia, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Makna. Diakses pada 06 agustus 2019
pukul 21:00 WIB 3Hadi, Protasius, Epistimologi filsafat pengetahuan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1994).
121
14
esensi adalah apanya sesuatu yang terlepas dari persoalan apakah sesuatu itu
ada atau tidak.4
Sehingga pergeseran makna dan esensi Walimatul „Urs merupakan
suatu proses perubahan makna dan esensi Walimatul „Urs yang lama menjadi
makna dan esensi yang baru. Hal ini dikaitkan kepada perubahan budaya
yang terlihat pada pesta perkawinan atau Walimatul „Urs saat ini. Di mana
Walimatul „Urs yang semula merupakan acara pesta perkawinan dengan
makna dan esensinya yang penting yaitu mengumumkan telah terjadinya
pernikahan dan untuk menghindari dari prasangka zina. Namun apabila
penyelenggaraan Walimatul „Urs memiliki tujuan lain dari syariat islam
misalnya untuk ajang gengsi dan sebagainya, maka dapat dikatakan
penyelenggaraan Walimatul „Urs tersebut telah mengalami pergeseran.
2. Teori Nilai
Teori ilmu atau Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani
yaitu; Axiosyang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti
ilmu. Menurut Jhon Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sistem
mepunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai suatu
bentuk pengendalian terhadap suatu institusi dapat terwujud.5
Menurut Richard Bender, suatu nilai adalah sebuah pengalaman yang
memberikan suatu pemuasan kebutuhan yang diakui bertalian, atau yang
menyumbangkan pada pemuasan yang demikian. Dengan demikian
4Mage, Bryan, The Story of Philosophy ( Yogyakarta: Kanisius, 2001). 60
5Dikutip http://adikke3ku. Wordpress.com/2008/05/19/aksiologi-ilmu
15
kehidupan yang bermanfaat ialah percapaian dan sejumlah pengalaman nilai
yang senantiasa bertambah.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,
pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Didunia ini
terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-
masalah nilai yang khusus seperti epistimologis, etika dan estetika.
Epistimologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan
dengan masalah kebaikan dan estetika bersangkutan dengan masalah
keindahan.6
Secara Etimologis istilah Aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno,
terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori.
Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.7
a. Etika
Etika berasal dari kata “Ethos” (yunani) yang berarti adat
kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika
menyebutkan dengan moral, berasal dari bahasa yunani, juga berarti
kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasaan secara
teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat
susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan.8
Jadi etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan
perbuatan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik,
etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.
6 Louis O. Kattsoff, pengantar filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996). 327
7 Uyoh Sadulloh, pengantar filsafat pendidikan, ( Bandung: Alfabeta CV, 2007). 36
8Ibid. 40
16
b. Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni
dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat
dikelompokan sebagai rekayasa, pola, bentuk dll.
B. Walimatul ‘Urs
1. Pengertian Walimatul Urs’
Walimah (١لوليمة) artinya al-jam‟u= kumpul, sebab antara suami dan
isrti berkumpul, bahkan sanak saudara, kerabat dan para tetangga.9 Walimah
,yang artinya makanan pengantin ( ١لوليم ) berasal dari bahasa arab (١لوليمة)
maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta
perkawinan. Bisa juga diartikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau
lainnya.10
Secara terminologiwalimatul „urs adalah suatu pesta yang mengiringi
akad perkawinan, atau perjamuan karena sudah menikah. Walimatul sendiri
diserap dalam bahasa Indonesia menjadi walimah, dalam fiqh Islam
mengandung makna yang umum dan makna yang khusus.
Makna yang umum adalah seluruh bentuk perayaan yang melibatkan
banyak orang. Sedangkan walimah dalam makna khusus disebut dengan
walimatul„urs, yang mengandung pengertian peresmian perkawinan yang
tujuannya untuk memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa kedua
9Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:Rajawali Press,
2014), 131. 10
Enizar, Pembentukan Keluarga Berdasarkan Hadist Rasulullah Saw, (Metro:
STAIN Jurai Siwo Metro, 2015), 88.
17
pengantin telah resmi menjadi suami istri, sekaligus rasa syukur kepada Allah
atas berlangsungnya perkawinan tersebut.11
Menurut Imam Syafi‟i, bahwa Walimah terjadi pada setiap dakwah
(perayaan dengan mengundang seseorang) yang dilaksanakan dalam rangka
untuk memperoleh kebahagian yang baru. Yang paling mansyur menurut
pendapat yang mutlak, bahwa pelaksanaan walimah hanya dikenal dalam
sebuah perkawinan.12
Menurut Sayyid Sabiq, walimah diambil dari kata al-walmu dan
mempunyai makna makanan yang dikhususkan dalam sebuah pesta
perkawinan. Dalam kamus hukum, walimah adalah makanan pesta
perkawinan atau tiap-tiap makanan yang dibuat untuk undangan atau lainnya
undangan.13
Jadi bisa diambil dari suatu pemahaman bahwa pengertian Walimatul
„Urs adalah upacara perjamuan makan yang diadakan baik waktu akad,
sesudah akad, atau dukhul (sebelum dan sesudah jima‟). Inti dari upacara
tersebut adalah untuk memberitahu dan merayakan perkawinan yang
dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan kebagian kedua mempelai atau
kedua keluarga.
11
LiaLaqunaJamali, LukmanZain, dan Ahmad Faqih Hasyim. Hikmah Walimah Al-
„Urs (PestaPernikahan) Dengan Kehormatan Perempuan Perspektif Hadits.
www.portalgaruda.org Diunduh Pada 16 November 2018. 12
Taqiyudin Abi Bakar, Kifayatul Ahyar, juz II, ( Semarang: CV Toha Putra), 68. 13
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah , terj. Muhammad Thalib, Juz. VII, cet. ke-2, (Bandung:
PT Al-Ma‟arif, 1982), 148.
18
2. Dasar Hukum
Hukum walimatul „ursuntuk pengantin adalah sunnah, ketentuan ini
telah menjadi kesepakatan para ulama. Bahkan, sebagian ulama ada yang
mengatakan hukumnya wajib hal tersebut berlandaskan kepada adanya
perintah dari Rasulullah dan kita mempunyai kewajiban untuk mendatangi
undangan walimah tersebut.14
Nabi Muhammad Sawmengatakan kepada Abdurahman bin Auf ra.
ketika ia telah memberitahu kepada Nabi kalau ia telah menikah berdasarkan
kepada sabda beliau:
ل لوبش ة أ
Artinya: “Adakanlah Walimah walaupun hanya dengan seekor Kambing.‟‟
(HR.Muttafaq alaih). Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya
sunnah mu‟akad hal ini berdasarkan hadist Rasulullah saw:15
ع ن س ق ل: م ل لن ب ص ع ى ش يء م ن ئو م ل ع ى )م م لبخ رى (ز نب، ل بش ة.
Artinya: “Dari Anas, ia bekata “Rasulullah Saw Belum pernah
mengadakan Walimah untuk istri-istrinya, seperti beliau mengadakan
Walimah untuk Zainab, beliau mengadakan Walimah untuknya dengan
seekor kambing.”(HR. Bukhari dan Muslim)16
14
Siti Zulaikha, Fiqh Munakahat 1. ( Yogyakarta: Idea Press, 2015), 97. 15
Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:Rajawali Press,
2014), 132. 16
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani,Terjemah Bulughul Maram Kitab Hukum-Hukum
Islam,cet-1 (Surabaya:Mutiara Ilmu, 2011), 482.
19
Dari riwayat lain, mengatakan;
ن عن ص ي ة بنت شيبة ق لت: ل لن ب ص ع ى ب ض ئو بد من ش ي. لبخ رى
Artinya: Dari Shafiyah binti Syaibah, bahwa ia berkata, "Nabi SAW
mengadakan walimah atas (pernikahannya) dengan sebagian istrinya
dengan dua mud gandum". (HR. Bukhari)
Beberapa hadits tersebut diatas menunjukan bahwa walimah itu boleh
diadakan dengan makanan apa saja, sesuai kemampuan. Hal itu ditunjukan
oleh Nabi sawbahwa perbedaan-perbedaan walimah beliau bukan
membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain, tetapi semata-mata
disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.17
3. Pelaksanaan Walimatul ‘Urs
Pada masa Rasulullah sawbeliau selalu melakukan walimatul urs
setelah pelaksanaan akad nikah dan hanya memerintahkan sahabat (pengantin
pria) yang mampu untuk mengadakan walimatul „urs.18
Hal ini terlihat dalam
salah satu hadist berikut: ع ى عبد لر حن بن عوف ث ر ص رة. عن س رض ن لن ب ص رأى
ف ق ل: م ىذ ؟ ق ل: ت ز جت مرأة ع ى زن و ة من ذىب. ق ل: ب رك لله لك، ل لو بش ة. لجم عة ب د د
17
Ibid., 133. 18
Enizar, Pembentukan Keluarga Berdasarkan Hadist Rasulullah Saw, (Metro:
STAIN Jurai Siwo Metro, 2015), 91.
20
Artinya: “Dari anas, ketika Rasulullah sawmelihat Abd. ar-Rahman ibn
„Auf ada warna kuning, Rasulullah sawbertanya: kenapa kuning-kuning
seperti ini? “Abd al-Rahman menjawab: aku baru saja menikahi seorang
perempuan dengan mahar emas seberat sebiji kurma. Rasulullah
sawmengatakan: semoga Allah memeberikan berkah kepadamu dan
adakanlah walimah meskipun hanya dengan seekor kambing”.
Dari hadits diatas, diketahui bahwa Rasulullah sawmemerintahkan
kepada pengantin laki-laki yang baru saja menikah untuk melakukan
walimatul „urs. Disamping itu, pengantin laki-laki yang diperintah adalah
pengantin yang mampu untuk melakukan walimatul „urs tersebut. Dengan
demikian pelaksanaan walimatul „urs adalah pengantin laki-laki. Keluarga
pengantin laki-laki atau perempuan tidak dibebani untuk mengadakan
walimatul „urs anaknya, kecuali jika keluarga pengantin laki-laki atau
perempuan dengan kehendak sendiri melakukannya.
Pernikahan sebagai salah satu akad mempunyai konsekuensi hukum
terhadap halalnya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang sebelumnya
haram. Oleh sebab itu, pelaksanaan akad pernikahan tidak boleh
disembunyikan darimasyarakat minimal masyarakat sekitarnya.19
Hadits Nabi yang lain bahwa Rasulullah saw menyuruh agar
pernikahan itu diberitahukan secara terbuka dan jangan sembunyikan dari
masyarakat minimal masyarakat sekitar. Salah satu hadits dijelaskan bahwa
pernikahan harus diberitahukan kepada khalayak ramai:
عن ع ئشة رض عن لن ب ص ق ل: ع ن و ىذ لن ح ج وه فى رب ل.) بن م جو( لم جد ضرب و ع يو ب لغ
19
Enizar, PembentukanKeluarga., 88.
21
Artinya:“Dari Aisyah r.a dari Nabi saw, beliau bersabda, umumkanlah
pernikahanini! Rayakanlah di dalam masjid. Dan pukullah alat music
rebana untuk memeriahkan (acara)nya”.20
Berdasarkan haditsdiatas, diarahkan agar pernikahan dilaksanakan di
masjid, karena masjid biasanya dihadiri oleh jama‟ah untukmelaksanakan
ibadah. Diarahkan juga untuk memukul alat kesenian (gendang) waktu
pelaksanaan akad nikah, agar menarik perhatian orang bahwa telah terjadi
pernikahan.21
Uraian di atas, maka walimah bertujuan untuk memperkenalkan bagi
mereka yang telah melaksanakan akad nikah (perkawinan) untuk berumah
tangga, agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan oleh ajaran agama Islam
4. Hukum Mengadiri Undangan Walimah
Untuk menunjukan perhatian, memeriahkan dan mengembirakan
orang yang mengundang, maka orang yang diundang walimah wajib
mendatanginya.Adapun wajibnya mendatangi undangan walimah, apabila:22
a. Tidak ada udzur syar‟i
b. Dalam walimah itu tidak diselenggarakan untuk perbuatan munkar
c. Tidak membedakan kaya dan miskin.
Dasar hukum wajibnya mendatangi undangan walimah adalah hadist
Nabi sawsebagai berikut:
ذ دعي حد كم ل لط م ف يجب. لإ ن ش ء ط م, ش ء ت رك.()ر ه لبخ رى
20
Ibid., 88-89. 21
Ibid.,89. 22
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Press, 2014), 133.
22
Artinya: “Jika salah seorang diantaramu diundang makan, hendaklah
dijabbah (dikabulkan), jika ia menghendaki makalanlah, jika ia
menghendaki tinggalkanlah.” (HR. Bukhari dan Ahmad)23
عوة ف قد عن ب ىر رة ن ر و لله ص ى لله ع يو م ق ل : من ت رك لد عصى لله ر ولو . )ر ه م م(
Artinya: Dari abu hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw Telah bersabda:
“Barangsiapa tidak menghadiri undangan, sesungguhnya ia telah
durhaka kepada Allah dan Rasulnya.” (HR Bukhari)24
Ada Ulama yang berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan
adalah wajib kifayah. Namun ada juga ulama yang mengatakan Sunnah, akan
tetapi pendapat pertamalah yang lebih jelas. Adapun hukum mendatangi
undangan selain walimah, menurut jumhur ulama adalah sunnah muakkad.
Sebagian golongan Syafi‟i berpendapat wajib. Akan tetapi, Ibnu Hazm
menyangkal bahwa pendapat ini dari jumhur sahabat dan tabiin karena
hadist-hadits diatas memberikan pengertian tentang wajibnya menghadiri
undangan, baik undangan mempelai maupun walinya.25
Secara rinci, undangan itu wajib didatangi apabila memenuhi syarat
sebagai berikut:26
a. Pengundangnya mukalaf, merdeka, dan berakal sehat.
b. Undangannya tidak dikhususkan kepada orang-orang kaya saja,
sedangkan orang miskin tidak
23
Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqolani, Bulughul Maram: Hadist Hukum-Hukum Syariat
Islam, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2011), 430. 24
Ibid., 431. 25
Ibid., 135. 26
Ibid., 136.
23
c. Undangan tidak ditujukan hanya kepada orang yang disenangi atau
dihormati.
d. Pengundangnya beragama Islam (pendapat yang lebih sah)
e. Khusus pula dihari pertama (pendapat yang terkenal)
f. Belum didahului oleh undangan lain. Kalau ada undangan lain, maka
yang pertama harus didahulukan.
g. Tidak diselenggarakan kemungkarandan hal-hal lain yang
menghalangi kehadirannya.
h. Yang diundang tidak ada unzur syarak
Memperhatikan syarat-syarat tersebut, jelas bahwa apabila walimah
dalam pesta perkawinan hanya mengundang orang kaya saja, hukumnya
adalah makruh.Nabi Muhammad Saw bersabda:
عن ب ىر رة ن ر و ل لله ص.م. ق ل: شر ط م لوليمة ين من أ عوة ف قد عصى لله تي دعى لي من أب ى من ل يب لد
.و.أخرجو م م أ ض ر و ل
Artinya: “dari abu Hurairah r.a bahwa Nabi Muhammad Saw Bersabda,
“Makanan yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak
mengundang orang yang mau datang kepadanya (miskin), tetapi
mengundang orang yang enggan datang kepadanya (kaya). Barangsiapa
tidak menghadiri undangan, maka sesungguhnya ia telah durhaka
kepada Allah dan Rasul-Nya.” ( HR Muslim)27
27
Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqolani, Bulughul maram, 431.
24
Dari riwayat lain juga disebutkan:
غني ء ت رك ل قرء ن ب ىر رة ق ل: شر ط م ط م لوليمة دعى ل
)ر ه لبخ رى(
Artinya: “ sesungguhnya Abu Hurairah berkata:” sejelek-jeleknya
makanan ialah makanan walimah yang hanya mengundang orang-orang
kaya akan tetapi meninggalkan orang-orang miskin.” ( HR. Bukhari)28
5. Hikmah Walimah
Diadakan walimah dalam pesta perkawinan mempunyai beberapa
keuntungan (hikmah), antara lain sebagai berikut:29
a. Merupakan rasa syukur kepada Allahswt
b. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya
c. Sebagai tanda resminya adanya akad nikah
d. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri
e. Sebagai realisasi arti Sosiologi dari akad nikah
f. Sebagai pengumuman bagi masyarakat, bahwa antara mempelai
telah resmi menjadi suami istri sehingga masyarakat tidak curiga
terhadap perilaku yang dilakukan oleh kedua mempelai.
Disamping itu, dengan adanya walimatul „urs kita dapat melaksanakan
perintah Rasulullah sawyang menganjurkan kaum muslimin untuk
28
Ibnu hajar As Qolani, Fathul Baari Penjelas Kitab Shahih Al Bukhari Pembahasan
Nikah,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2015), 493. 29
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Press, 2014)., 151.
25
melaksanakan walimatul „urs walaupun hanya dengan menyembelih satu ekor
kambing.
C. Aspek Sosiologi Hukum Islam dalam Walimatul ‘Urs
Sosiologi hukum Islam adalah cabang dari sosiologi atau sosiologi
hukum yang meneliti mengapa masyarakat berhasil mematuhi hukum Islam
dan mengapa mereka gagal mematuhi hukum Islam tersebut, serta faktor
sosial yang mempengaruhinya.30
Sehingga dalam hukum Islam, pengaruh
budaya atau sosial memiliki tempat khusus dalam pembahasan yang disebut
„urf atau adat kebiasaan. Jika masyarakat sudah memiliki norma yang dapat
mewujudkan keadilan dan ketertiban, maka hukum itu dapat diberlakukan
dalam Islam.
Sosiologi hukum membahas tentang pengaruh timbal balik antara
perubahan hukum dan masyarakat. Perubahan hukum dapat
mempengaruhiperubahan masyarakat, dan sebaliknya perubahan masyarakat
dapat menyebabkan terjadinya perubahan hukum.31
Tujuan sosiologi adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang
sedalam-dalamnya tentang masyarakat, karena sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang
30
Mochamad Sodik, Sosiologi Hukum Islam Dan Refleksi Sosial Keagamaan,
(Yogyakarta: Press UIN Sunan Kalijaga, 2011), 52. 31
Soerjono Soekamto, Pengantar Sosiologi Hukum, (Jakarta: Bharata Karya Aksara,
1977), 17.
26
mungkin dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
terjadi dalam masyarakat.32
Manfaat sosiologi hukum untuk memahami bekerjanyahukum dalam
masyarakat dapat dilihat dari fungsi hukum itu dalam masyarakat. Fungsi
hukum yang dimaksud dapat diamati dari beberapa sudut pandang seperti
fungsi hukum sebagai sosial kontrol didalam masyarakat, fungsi hukum
sebagai alat untuk mengubah masyarakat, fungsi hukum sebagai simbol
pengetahuan, fungsi hukum sebagai instruman politik, dan fungsi hukum
sebagai alat integrasi.33
Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan suatu
gejala yang umum, bahwa perubahan tersebut terutama akan mengenai gejala
sosial yang dinamakan hukum. Tanpa disadari perubahan yang terjadi
dibidang-bidang lainnya akan berpengaruh terhadap nilai-nilai yang berkaitan
dengan hukum. Terkadang hukum sebagai kaidah maupun perilaku memberi
bentuk dan tata tertib pada bidang lainnya, seperti ekonomi, pendidikan,
pembangunan desa dan sebagainya.34
Salah satu kecendrungan pemikiran
hukum yaitu teori sosiologis, yang terutama membahas hubungan antara
prinsip-prinsip tersebut dalam masyarakat.35
Aspek sosiologi hukum dimaksudkan untuk melihat hukum sebagai
gejala sosiologis dan berusaha menjelaskan bahwa hukum tidak semata-mata
32
Azmi Siradjuddin, Sosiologi Hukum ( Metro : STAIN Jurai Siwo Metro, 2016), 9 33
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 8. 34
Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia, cet. Ke-6 (
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 370.
35
Ibid. 371.
27
merupakan gejala normatif yang bersifat statik dan arti perubahan atau
merupakan gejala yang berharga mati. Sosiologi hukum menjelaskan suatu
praktik hukum didalam kehidupan sosial masyarakat terjadi.36
Hubungan
timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya dapat diketahui
dengan mempelajari fenomena sosial dalam masyarakat yang tampak aspek
hukumnya.37
Walimatul „Urs merupakan realisasi arti sosiologis dari akad nikah.
Mengadakan Walimatul „Urs Sunnah Hukumnya bagi pengantin sesuai
dengan kemampuannya, karena Rasulullah SAW. juga mengadakan
Walimatul „Urs pada saat menikahi istri-istrinya, dan beliau memerintahkan
para sahabatnya untuk mengadakan Walimatul „Urs.38
Dengan demikian,
aspek sosiologi hukum dari Walimatul „Urs dalam kehidupan masyarakat
dapat dilihat dari tujuan Walimatul „Urs itu sendiri, yakni untuk
mengumumkan telah terjadinya pernikahan sebagai fenomena sosial dalam
masyarakat yang mengandung hukum sunnah bagi pengantin yang
mengadakan.
36
Zainuddin Ali, sosiologi hukum (Jakarta: sinar Grafika, 2006), 8. 37
Ibid, 13-15 38
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Ensiklopedia Fiqih Wanita, terj. Achmad
Zaeni Dahlan dan Sandi Heryana ( Depok: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2016), 257.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan unsur yang sangat signifikan dalam hal percapaian
suatu tujuan. Metode penelitian berarti cara atau strategi bagaimana sebuah
penelitian mampu membuahkan hasil yang memuaskan yakni hasil penelitian
yang objektif terstruktur dan akurat. Oleh karenanya pada tataran ini perlu
disampaikan hal-hal berikut.
A. Jenis Dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dikaji penelitiadalah penelitian lapangan(field
research),yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan atau dilokasi penelitian,
suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif
yang terjadi dilokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan
ilmiah.1 Oleh karena itu, penelitian yang peneliti kaji merupakan penelitian
lapangan, dengan melakukan penelitian diDesa Gayuh Rejo Kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. Terkait Dengan “Tinjauan
Sosiologi Hukum Keluarga Islam Terhadap Pergeseran Makna dan Esensi
Walimatul „Urs”.
1Abdurahman Fathoni, Metodelogi Penelitian dan Tehnik penyusunan Skripsi,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 96
29
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian dalam skripsi ini bersifat Deskriptif, yaitu penelitian
yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, penelitian
ini menggambarkan situasi atau kejadian.2
Menurut Zainudin Ali, penelitian Deskriptif adalah penelitian yang
terdiri atas satu Variabel atau lebih. Namun, tidak saling bersinggungan
sehingga disebut penelitian bersifat deskriptif.3 Untuk itu peneliti dalam
melakukan penelitian menggunakan dua variabel yaitu Walimatul „Urs dan
Pergeseran Makna dan esensinya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi, fokus model
pendekatan fenomenologi adalah pengalaman yang dialami oleh individu.
Bagaimana individu memaknai pengalamannya tersebut berkaitan dengan
fenomena tertentu yang sangat berarti bagi individu yang bersangkutan.
Pengalaman yang dibahas disini bukan sekedar pengalaman yang biasa,
melainkan pengalaman yang berkaitan dangan struktur dan tingkat kesadaran
individu secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena model
pendekatan Fenomenologi memfokuskan pada pengalaman pribadi individu,
subjek penelitiannya adalah orang yang mengalami langsung kejadian atau
fenomena yang terjadi, bukan individu yang hanya mengetahui suatu
fenomena secara tidak langsung atau melalui media tertentu.4
2Sumadi Suryabrata, metode penelitian , ( jakarta: Rajawali press, 2012), 75
3Zainuddin Ali, metode penelitian hukum, (jakarta: Sinar Grafika, 2009), 11
4Ghony dan Fauzan,metode penelitian kualitatif, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2012), 59
30
B. Sumber Data
Sumber data didalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Menurut lofland sumber data dalam penelitian utama kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen-dokumen, sumber data tertulis, foto, dan lain-lain. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan beberapa sumber data, baik itu sumber primer
ataupun sekunder. Sumber data Primer adalah sumber pertama dimana sebuah
data dihasilkan5. Sumber Data Primernya yaitu Kepala Desa, tokoh
masyarakat, Tokoh Agama, dan pihak penyelenggara Walimatul „Urs.
Sedangkan Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer. Sumber data sekundernya yaitu buku Fiqih Munakahat,
Kompilasi Hukum Islam, buku pembentuk keluarga berdasarkan hadist
Rasulullah saw. Serta buku-buku lain yang relevan dengan masalah penelitian
ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
operasional agar tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang
sebenarnya. Bagi peneliti, terutama petugas lapangan sangat ditentukan oleh
alat-alat yang tersedia, sehingga dengan matangnya persiapan baik teori
maupun pengalaman, sangat berpengaruh pula pada hasil pengumpulan data.6
5 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi ( jakarta: kencana, 2013),
129 6 P. Joko Subagyo, Metode penelitian dalam teori dan praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2011), 37
31
Seperti yang peneliti kaji sekarang, menggunakan penelitian
deskriptif, dengan demikian pengumpulan datanya adalah metode wawancara
dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi
verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.7
Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal.
Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan
namum komunikasi dapat dilaksanakan melalui telephone. Sering
interview dilakukan antara dua orang tetapi dapat juga sekaligus
diinterview dua orang atau lebih.
Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data
yang akurat dari sumber data primer yang dibutuhkan untuk penelitian,
wawancara akan dilakukan dengan narasumber untuk mendapatkan
informasi tentang penerapan Tinjauan Sosiologi Hukum Keluarga Islam
terhadap Pergeseran Makna dan Esensi Walimatul Urs‟ di Desa Gayuh
Rejo Kecamatan Gunung Sugih.
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis
atau dicetak mereka berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan
dokumen-dokumen. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-
data yang terkaitTinjauan Sosiologi Hukum Keluarga Islam terhadap
7 S. Nasution, Metode Research,111.
32
Pergeseran Makna dan Esensi Walimatul Urs‟ di Desa Gayuh Rejo
Kecamatan Gunung Sugih. Dokumentasi ini digunakan untuk
memperkuat data yang dikumpulkan sebagai bukti nyata guna
mendapatkan data yang diperlukan secara maksimal.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung
objek penelitian dengan memiliki tujuan tertentu. Observasi digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.8
Perananan penelitian dalam pengamatan penelitian ini adalah
dengan partisipasi sebagai pengamat (pemeran serta dalam pengamat).
Perananan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya
sebagai pemeran serta tetapi melakukan fungsi pengamatan peranan
demikian masih membatasi para subjek menyerahkan dan memberikan
informasi terutama yang bersifat rahasia.9 Oleh karena itu, dalam hal ini
pengamat membatasi aktivitas pengamatan.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati
pergeseran walimatul „urs yang ada didesa Gayuh Rejo kecamatan
Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
8Burhan Bungin, penelitian kualitatif, .118
9Lexi J. Melong, metodelogi penelitian, 177
33
D. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Penelitian
kualitatif atau naturalisticinquiry adalah prosedur penelitian yang
mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati, demikanlah pendapat Bogdan dan
Guba.10
Analisis data bisa diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola,
menemukan yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif, dan berlangsung
secara terus menerus. Analisis data yang dilakukan meliputi mereduksi data,
menyajikan data, diplay data, manarik kesimpulan dan melaksanakan
verifikasi.11
Oleh karena itu, didalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode berpikir induktif yaitu analisis yang berangkat dari data-data kasus
yang diperoleh dari narasumber kemudian menarik sebuah kesimpulan
umum mengenai Tinjauan Sosiologi Hukum Keluarga Islam terhadap
Pergeseran Makna dan Esensi walimatul Urs‟ di desa Gayuh Rejo Kecamatan
Gunung Sugih.
10
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: Pt Refika Aditama, 2012), 181. 11
Ibid., 216.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Gayuh Rejo Kecamatan Gunung Sugih
1. Sejarah Desa Gayuh Rejo
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terhadap dokumentasi
profil desa Gayuh Rejo, peneliti mendapatkan data bahwa desa gayuh Rejo
mulai dibuka pada tahun 1957 pada awalnya desa Gayuh Rejo ini adalah
terdiri dari hutan belantara pada waktu itu progam pemerintah untuk
pemerataan penduduk maka warga dari masyarakat dari pula jawa
ditransmigrasikan ke pulau sumatra.
2. Kondisi Wilayah Desa Gayuh Rejo
Kelurahan Gunung Sugih Raya memiliki luas wilayah 15,946 Ha
terdiri dari 8 kepala lingkungan dan 28 RT dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Seputih jaya
b. Sebelah timur berbatsan dengan desa Gunung Sari
c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Terbanggi Agung
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Ratu
Secara Geografis Desa Gayuh Rejo merupakan daerah dengan
jarak dari desa Gayuh Rejo
a. Kepusat Pemerintah kecamatan 3 KM
b. Jarak antar Ibu kota Kabupaten 3 KM
35
c. Jarak dari ibu kota provinsi 70 KM
d. Jarak dari ibu kota Negara 270 KM
3. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Gayuh Rejo terdiri atas berbagai suku bangsa
(Heterogen), tidak hanya masyarakat bersuku Lampung terdapat banyak
suku lainya seperti suku Jawa, suku Batak bahkan suku sunda yang
berdomisili di Desa Gayuh Rejo. Menurut data yang peneliti peroleh
jumlah penduduk yaitu berjumlah 5527. Yang terdiri dari 2803 laki-laki
dan 2724 perempuan.
Kemudian mengenai agama yang dianut oleh masyarakat desa
Gayuh Rejo yaitu Beragama Islam. Dari jumlah jiwa yang tinggal didesa
Gayuh Rejo, semua Masyarakat menganut Agama Islam.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk menurut RT di Desa Gayuh Rejo
No Kelompok RT Jumlah Jiwa
1 Lingkungan 1 693 Jiwa
2 Lingkungan 2 1486 Jiwa
3 Lingkungan 3 538 Jiwa
4 Lingkungan 4 502 Jiwa
5 Lingkungan 5 701 Jiwa
6 Lingkungan 6 703 Jiwa
7 Lingkungan 7 423 Jiwa
8 Lingkungan 8 476 Jiwa
Jumlah 5527Jiwa
Sumber: Profil Desa Gayuh Rejo
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa untuk
jumlah penduduk bila dilihat dari kelompok Ketua Lingkungan dapat
disimpulkan untuk jumlah penduduk yang ada pada masing kelompok
36
ketua lingkungan tersebut paling banyak adalah pada kelompok Dari
Lingkungan 2 yaitu berjumlah 1486 jiwa.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut
Masyarakat Desa Gayuh Rejo
No Agama Jumlah Jiwa
1 Islam 5493 Jiwa
2 Kristen 34 Jiwa
3 Hindu -
4 Budha -
Jumlah 5527 Jiwa
Sumber: Profil Desa Gayuh Rejo
Berdasarkan tabel di atasdapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat
di desa Gayuh Rejo menganut agama Islam dengan 1462 jiwa, agama
kristen 34 jiwa, agama hindu - jiwa, dan agama Budha - jiwa.
4. Keadaan Sosial Ekonomi
Hampir sebagian penduduk yang ada di desa Gayuh Rejo memiliki
mata pencarian diantaranya sebagai PNS, Pedagang, Petani, dan Buruh
yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Mata Pencaharian Masyarakat Desa Gayuh Rejo
No Mata Pencarian Jumlah (Orang)
1 PNS 247 Jiwa
2 Pedagang 1458 Jiwa
3 Petani 2632 Jiwa
4 Buruh 56 Jiwa
Jumlah 4393 Jiwa
Sumber: Profil Desa Gayuh Rejo
37
Pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
berdasarkan mata pencarian yang ada didesa Gayuh Rejo yang terbagi
menurut jenis pekerjaannya, yaitu penduduk yang bekerja sebagai PNS
yang sebanyak 105 orang dan untuk penduduk yang bekerja sebagai
pedagang yaitu sebanyak 247 orang, untuk penduduk dengan pekerjaan
petani sebanyak 785 orang,untuk penduduk dengan pekerjaan buruh
sebanyak 56 orang. Dalam tabel di atas maka terlihat jelas bahwa jumlah
penduduk pada masing-masing bagian pekerjaan paling banyak
didominasi oleh penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai petani.
5. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk desa Gayuh Rejo
yang secara rinci dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Masyarakat Desa Gayuh Rejo
No Pendidikan Jumlah
Penduduk
1 Sarjana 231 Jiwa
2 SMA 3371 Jiwa
3 SMP 886 Jiwa
4 SD 301 Jiwa
5 Tidak bersekolah 743 Jiwa
Jumlah 5527Jiwa
Sumber: Profil Desa Gayuh Rejo
Tabel di atas menerangkan bahwa jumlah penduduk didesa Gayuh
Rejo berdasarkan tingkat pendidikan yaitu terbagi dari penduduk yang
memiliki tingkat pendidikan sarjana berjumlah 64 orang, SMA berjumlah
38
853 orang, SMP berjumlah 109 orang, SD berjumlah 125 orang, dan yang
tidak bersekolah berjumlah 335 orang. Dilihat dari jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikannya tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa penduduk yang ada didesa Gayuh Rejo didomisili oleh pendidikan
SMA yaitu berjumlah 853 Jiwa.
6. Keadaan Sosial Keagamaan dan Sosial Kebudayaan
Mayoritas masyarakat desa Gayuh Rejomenganut agama Islam.
Akan tetapi masih ada masyarakat desa Gayuh Rejo yang belum tahu
benar tentang arti Islam itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan masih
diadakanya tradisi dalam kehidupan masyarakat. Yang paling menonjol
disini adalah pada pelaksanaan pernikahan, kematian dan kelahiran. Pada
pelaksanaan upacara-upacara tersebut pasti selalu tersedia makanan dan
acara kenduri. Hanya saja pada saat sekarang ini, pelaksanaan upacara-
upacara tersebut sudah disisipi dengan hal-hal yang bersifat Islami, yaitu
pada waktu upacara selalu dilakukan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur‟an
dan diakhiri dengan pembacaan doa oleh Kyai. Dengan adanya perpaduan
antara adat istiadat dengan ajaran Islam ini, maka adat istiadat masyarakat
tetap terpelihara dan ajaran Islam bisa dijalankan oleh masyarakat. Dan
demi untuk menunjang sarana beribadah, didesa Gayuh Rejo terdapat satu
9 masjid dan 12 buah mushola.1
1Wawancara bapak Yudi selaku seketaris kelurahan Gunung Sugih Raya, 23 Oktober
2019
39
B. Pelaksanaan Walimatul ‘Urs di Desa Gayuh Rejo kecamatan Gunung
Sugih Kabupaten Lampung Tengah
1. Pelaksanaan Walimatul ‘Urs
Umat Islam dalam segala kegiatannya manjadikan tuntutan Islam
sebagai pedoman. Kesan bahwa walimatul „urs merupakan kebiasaan atau
trend yang harus diikuti sudah saatnya dihilangkan dan dikembalikan
kepada sunnah Rasulullah SAW. Karena dalam Islam walimah mempunyai
dasar hukum dan aturan yang jelas untuk diikuti. Karena hal tersebut dapat
meningkatkan esensi walimatul „urs dari sekedar kebiasaan menjadi suatu
upaya mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan Rasulullah SAW.2
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan,
masyarakat Desa Gayuh Rejo dalam memandang resepsi perkawinan atau
Walimatul „Urs telah menjadi kebiasaan bahkan suatu keharusan dalam
perkawinan kebanyakan dilakukan secara besar-besaran walaupun
masyarakat ada yang mengadakan secara sederhana. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti disini, kemewahan dapat
dilihat dari pelaksanaannya, baik dilihat dari segi pengeluaran biaya seperti
biaya dalam menyiapkan keperluan walimah, hidangan yang disuguhkan,
banyaknya tamu undangan, biaya tarup beserta rias maupun
kelengkapannya bahkan biaya hiburan.
Menurut bapak Trihatno selaku ketua lingkungan mengatakan
bahwasanya masyarakat di Desa Gayuh Rejo dalam mengadakan suatu
2Enizar, Pembentukan Keluarga Berdasarkan Hadist Rasulullah Saw, (Metro: STAIN
Jurai Siwo Metro, 2015), 90.
40
pesta perkawinan atau Walimatul „Urs rata-rata masyarakat sudah memakai
kebiasaan yang biasanya dilakukan masyarakat setempat bahkan sudah
menjadi suatu keharusan. Karena setiap ada perkawinan pasti
melaksanakan pesta perkawinan dan biasanya diadakan ditempat kedua
calon mempelai wanita dan laki-laki. Mengenai waktu saat berlangsungnya
Walimatul „urs masyarakat melaksanakan setelah akad nikah dan
diselenggarakan satu hari semalam. Saat ini, sudah menjadi kebiasaan
setempat apabila resepsi perkawinan selalu menyediakan hiburan seperti
orgen atau dangdutan dengan tujuan sebagai hiburan para tamu undangan,
agar suasana tidak sepi, dan agar panitia lebih bersemangat.3
Berdasarkan kebiasaan adat Jawa setiap melaksanakan acara besar
seperti Walimatul „Urs, kedua keluarga calon mempelai melakukan
perhitungan atau mencari hari baik. Sebelum melaksanakan ritual
perkawinan, mayoritas masyarakat Jawa selalu menggunakan perhitungan
berdasarkan hari kelahiran masing-masing pasangan, dengan maksut agar
perkawinan tersebut dapat langgeng dan dijauhkan dari mara bahaya.
Tradisi perhitungan dalam perkawinan ini merupakan tradisi yang sudah
diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang hingga sekarang ini,
tradisi ini masih dipraktekkan oleh masyarakat Desa Gayuh Rejo.
Sehingga pelaksanaan Walimatul „Urs yang ada di Desa Gayuh
Rejo, pihak penyelenggara adalah kedua pihak mempelai wanita dan di
kediaman mempelai laki-laki, diadakan sehari semalam dan berdasarkan
3Wawancara dengan Bapak Trihatno kepala Lingkungan di Desa Gayuh Rejo
Kec.Gunung Sugih, 14 Oktober 2019.
41
kebiasaan setempat Masyarakat Jawa di Desa Gayuh Rejo dalam
melaksanakan acara besar seperti walimatul „urs selalu melalui perhitungan
yang telah diwariskan nenek moyang secara turun-temurun. penjelasan di
atas bahwaasanya pelaksanaan walimah diselenggarakan untuk kebahagian
anak dan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT.
2. Undangan dan Biaya dalam Walimatul ‘Urs
Sebelum Walimatul „Urs dilaksanakan, masyarakat Desa Gayuh
Rejomengundang tamu undangan dengan cara undangan berupa kertas,
undangan berupa roti dan undangan berupa punjungan nasi. Berdasarkan
kebiasaan masyarakat setempat pihak keluarga sudah memberitahukan
kepada para kerabat dan tetangga seminggu sebelum pelaksanaan
Walimatul „Urs biasanya menggunakan undangan kertas atau undangan
beruparoti sedangakan cara mengundang menggunakan punjangan nasi
diberikan tiga hari sebelum pelaksanaan walimatul „Urs.
Hal tersebut dilakukan agar para kerabat dan tetangga ingat bahwa
akan diadakan resepsi perkawinan ditempat pihak si pewalimah. Dalam
sistem sosial di dalam pengundangan tidak ada perbedaan dalam cara
mengundang masyarakat di Desa Gayuh Rejo, maksutnya disini adalah
adanya kesetaraan baik dari orang-orang yang memiliki status sosial tinggi
atau yang memiliki kekayaan dan jabatan dan masyarakat ekonomi kelas
menengah kebawah. Hanya saja yang membedakan disini ialah
berdasarkan sistem kekerabatan.
42
Biaya perkawinan yang tidak boleh dan menyimpang dengan
ajaran Islam ialah apabila pernikahan tersebut dilangsungkan secara
berlebih-lebihan, bermegah-megahan serta memaksakan diri dengan
berhutang kepada orang lain dan saling membangga-banggakan dirinya
dengannya.4 Bentuk penyimpangannya adalah:
a. Tradisi ini bukan tradisi umat Islam bahkan tradisi ini diambil dari
umat nasrani pada tata cara pernikahan mereka dan merupakan hal
yang telah maklum bahwa tidak diperkenankan menyerupai orang-
orang kafir berdasarkan sabda Nabi: “ Barangsiapa menyerupai suatu
kaum, maka ia termasuk darinya “. ( HR Abu Daud).
b. Mubazir dan sikap berlebih-lebihan dalam menyiapkan tradisi ini jelas
bertentangan dengan ajaran Islam.5
Masyarakat Desa Gayuh Rejo dalam prakteknya sebagian
masyarakat mendapatkan biaya dari hutang terlebih dahulu, yang dimaksut
disini ialah pihak penyelenggara Walimatul „Urs terlebih dahulu
mengambil barang keperluan Walimah ke pedagang berupa sembako,
undangan dan perlengkapan lainnya dan tarup beserta rias dan
kelengkapannya. Kemudian pembayarannya dilakukan setelah acara
Walimatul „Urs usai.
Berdasarkan data masyarakat yang melangsungkan perkawinan
pada tahun 2019 yaitu berjumlah empat puluh satu (41) orang. Jumlah
tersebut semua melaksanakan pesta Perkawinan baik itu secara sederhana
4 Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap. (jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2014). 146 5 Ibid. 147
43
maupun secara besar-besaran. Misalnya bapak Boyadi dan ibu Saropah
dalam masyarakat ekonomi nya menengah, bapak Boyadi adalah seorang
petani dan ibu Saropah seorang ibu rumah tangga. Beliau dalam
menyelenggarakan walimatul „urs dengan cara berhutang terlebih dahulu.
Seperti berhutang keperluan walimatul „urs, seperti; terlebih dahulu
mengambil barang keperluan Walimah ke pedagang berupa sembako,
undangan dan perlengkapan lainnya dan tarup beserta rias dan
kelengkapannya. Kemudian pembayarannya dilakukan setelah acara
Walimatul „Urs usai. Hal tersebut dilakukan karena permintaan dari anak
agar nantinya memiliki kesan yang indah dan adanya rasa malu akan
kedatangan besan.6
Bapak Sukadi dan ibu Suwanti, mereka menyelenggarakan
Walimatul „Urs secara mewah, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan
walimatul „urs tersebut. Bapak Sukadi adalah seorang pedagang (blantik).
Tetapi, Beliau menunda menikahkan anaknya karena belum mempunyai
biaya. Karena menurut beliau lebih baik menunda pesta perkawinan dari
pada dengan cara berhutang terlebih dahulu atau menjual sesuatu untuk
mengadakan pesta perkawinan. Bapak Sukadi dan ibu Suwanti menunda
menikahkan anaknya selama kurang lebih 2 tahun, karena beliau
menginginkan pesta perkawianan yang mewah dan adanya sifat gengsi
6Wawancara dengan Bapak Boyadi dan Ibu Saropah selaku pihak penyelenggara
Walimatul „Urs di Desa Gayuh Rejo Kec.Gunung Sugih, Oktober 2019.
44
apabila berhutang terlebih dahulu dan apabila dilaksanakan secara
sederhana.7
Sedangkan menurut bapak Ismadi dan ibu Kasih, masyarakat Desa
Gayuh Rejo dalam melakukan walimatul „urs sudah menjadi tuntutan
sosial dan tidak menjadi masalah apabila itu dilakukan secara besar-
besaran dan mewah.Beliau dalam cara mengundang tidak ada perbedaan
bagi masyarakat yang kaya atau yang miskin ia menyamaratakan
mengundang menggunakan kertas undangan. Bapak Ismadi dan ibu kasih
pernah melaksanakan acara walimatul „Urs, namun sebelum acara
dilaksanakan Beliau menjual sebidang tanah guna menambah biaya untuk
memenuhi keperluan acara resepsi Walimatul „Urs, hal itu dilakukan untuk
menyenangkan anak agar tidak terjadi kecemburuan karena saat
perkawinan anak pertama beliau melaksanakan acara pesta perkawinan.8
Hal inibertolak belakang apa yang terjadi diDesa Gayuh Rejo
mereka mengadakan Walimatul „Urs dengan cara berhutang terlebih
dahulu. Berhutang dalam prakteknya merupakaan sesuatu yang tidak
dilarang dalam agama Islam, hal ini tidak lain agar sesama umat Islam
saling tolong menolong dalam kebaikan. Yang dilarang disini ialah apabila
hutang tersebut mengakibatkan ia tidak mampu membayarnya dan dapat
menyengsarakan dirinya bahkan keluarganya, maka hal itu tidak
diperbolehkan.
7Wawancara dengan Bapak sukadi dan ibu Suwanti selaku pihak penyelenggara
Walimatul „Urs di Desa Gayuh Rejo Kec.Gunung Sugih, Oktober 2019. 8Wawancara dengan Bapak Ismadi dan Ibu Kasih selaku Pihak penyelenggara
Walimatul „Urs di Desa Gayuh Rejo Kec.Gunung Sugih, Oktober 2019.
45
C. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pergeseran Makna dan Esensi
Walimatul ‘Urs di Desa Gayuh Rejo
1. Faktor Tradisi
Dalam pemaparan wilayah yang sudah peneliti jelaskan,
bahwasanya masyarakat Desa Gayuh Rejo semua mayoritas masyarakat
menganut Agama Islam. Masyarakat Desa Gayuh Rejo dalam
melaksanakan acara perkawinan atau Walimatul „Urs, masyarakat masih
menaati dan melaksanakan sistem Walimatul „Urs yang sesuai dengan adat
kebiasaan setempat tetapi sebagian masyarakat masih memperhatikan sisi
Syari‟ahnya.
Tradisi pesta pernikahan pada awalnya adalah berasal dari tradisi
atau kebiasaan masyarakat setempat untuk menyenangkan calon mempelai
dan untuk menghormati tamu undangan. Mereka beranggapan setiap acara
pernikahan di Desa Gayuh Rejo berdasarkan Adat Kebiasaan Setempat
selalu diadakan Walimatul „Urs atau Pesta Perkawinan, sehingga jika tidak
dilakukan, dampaknya akan diperbincangkan orang dengan cara
membanding-bandingkan antara orang yang melaksanakan Walimatul
„Urs. Dengan adanya penjelasan di atas, seharusnya walimatul „Urs
muncul karena disebabkan oleh itikad baik dari masyarakat atau pihak
penyelenggara Walimatul „Urs untuk menyenangkan Anaknya dan untuk
memuliakan tamu yang datang dalam Walimatul „Urs.Tetapi, saat ini juga
walimatul „urs banyak dimanfaatkan untuk mencari keuntungan, mencari
kehormatan dan adanya perilaku gengsi.
46
2. Faktor Sosial
Pelaksanaan walimatul „urs hendaknya selalu memperhatikan
kaidah-kaidah dan rambu-rambu yang diajarkan oleh Islam. Sehingga
dalam penyelenggaraanya walimah tidak melewati batas kewajaran yang
tidak sesuai dengan syariat islam. Meskipun Esensi dari walimah adalah
makan-makan, namun tentunya tidak berarti kita dibenarkan untuk
berlebih-lebihan dalam menghambur-hamburkan uang. Sedangkan
berdasarkan Makna yang sangat penting yaitu mengumumkan terjadinya
perkawinan dan juga menghindarkan dari prasangka zina. Namun apabila
penyelenggaraan walimatul „urs ini mempunyai tujuan untuk gengsi dan
dianggap sebagai orang yang mampu dengan cara mengadakan pesta yang
besar maka hal ini tidak dibenarkan
Pesta perkawinan yang mewah yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Gayuh Rejo seakan-akan sudah menjadi kebiasaan dan bahkan
menjadi keharusan bagi masyarakat setempat. Mereka beranggapan bahwa
jika tidak melakukan pesta perkawianan sebagaimana yang telah menjadi
kebiasaan masyarakat setempat, maka mereka akan diperbincangkan
tetangga atau masyarakat, sehingga mengeluarkan biaya yang besar pun
tidak menjadi masalah bagi masyarakat Desa Gayuh Rejo. Seharusnya
dalam mengadakan pesta perkawinan disesuaikan dengan keadaan
ekonomi jangan memaksakan diri.9
9Wawancara dengan Bapak Sukeni selaku Tokoh Agama di Desa Gayuh Rejo
Kec.Gunung Sugih, Oktobor 2019.
47
Menurut bapak Nur Muis dan bapak Suparlan bagi masyarakat
yang melaksanakan pesta perkawinan secara mewah, mereka akan
memiliki kesan yang indah dan akan selalu mengingatnya dan jika secara
sederhana saja kurang memiliki kesan. Dalam biaya yang digunakan
masyarakat ada yang sampai menjual barang, ada yang berhutang
keperluan walimah terlebih dahulu, ada juga dari tabungan masing-
masing. Berdasarkan kebiasaan disini pengundangan dengan tiga cara
yaitu; undangan berupa kertas, undangan berupa roti diwadah mika dan
undangan berupa punjungan nasi. Resepsi perkawinan semacam ini
menurutnya demi membuat bahagia anaknya dan adanya sifat malu atau
gengsi apabila adanya kedatangan tamu undangan jika melakukan
walimatul „urs secara sederhana.10
3. Faktor Pendidikan dan Pemahaman Keagamaan
Kesadaran secara bahasa berasal dari kata “sadar” yang berarti
merasa, tahu, dan mengerti.11
Kesadaran sering digunakan sebagai istilah
yang mencakup pengertian persepsi, pemikiran, perasaan, dan ingatan
seseorang yang aktif pada saat tertentu. Dalam pengertian ini kesadaran
sama artinya dengan mawas diri (awareness). Namun kesadaran juga
mencakup persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh
individu hingga akhirnya perhatian terpusat.12
10
Wawancara dengan BapakNur Muis dan bpak Suparlan selaku Tokoh Masyarakat di
Desa Gayuh Rejo Kec.Gunung Sugih, Oktober 2019. 11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, cet. ke-2 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 975. 12
Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson dan Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi,
terj. Nurdjannah Taufiq, Rukmini Barhana (Jakarta: Erlangga, 1987), 250.
48
Kesadaran masyarakat merupakan suatu keadaan adanya rasa
tanggung jawab dan akal dari masyarakat, yang mampu merasakan,
berpikir dan membuat persepsi13
untuk menjalankan suatu ketertiban
dengan baik. Kesadaran masyarakat lahir dari masyarakat itu sendiri, yang
lahir dalam masyarakat, dipengaruhi oleh lingkungan, peraturan-peraturan
dan peranan pemerintahnya.
Faktor internal yang mempengaruhi kesadaran masyarakat adalah
faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan14
, yakni
kesadaran beragama individu. Jiwa keagamaan sebenarnya merupakan
bagian dari komponen internal psikis manusia. Pembentukan kesadaran
agama pada diri seseorang pada hakikatnya tak lebih dari usaha untuk
menumbuh dan mengembangkan potensi dan daya psikis.15
Pengaruhnya
terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya.16
Aspek pertama yang digunakan sebagai indikator atas suatu
tindakan adalah kesadaran. Menurut Vygotsky cikal bakal kesadaran
subjektif individu sebagai suatu hal yang sekunder dan merupakan turunan
dari kesadaran sosial, atau internalisasi proses dan konsepsi yang
berkembang dalam kebudayaan yang lebih luas yang menyebar ke setiap
individu di suatu masyarakat melalui percakapan.17
13
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, terj. Haris Munandar,
et.al. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000),162. 14
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, cet. ke-3 (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), 205. 15
Jalaluddin, Psikologi Agama, 262. 16
Ibid,. 17. 17
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu, 163.
49
Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu,
kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan
sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang
sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama
kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang. Sikap
keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama.18
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri
individu, berupa pengalaman-pengalaman, pendidikan, lingkungan, dan
budaya. Pendidikan sebagai faktor eksternal bersifat aktif, penuh tanggung
jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu ke suatu tujuan
tertentu. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan dengan
sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun bakat-bakat
yang ada pada individu sesuai dengan tujuan pendidikan.19
D. Tinjauan Hukum Keluarga Islam Terhadap Pergeseran Makna dan
Esensi Walimatul ‘Urs di Desa Gayuh Rejo
Pada masa Rasulullah SAW. Beliau selalu melakukan walimatul „urs
setelah pelaksanaan akad nikah dan hanya memerintahkan sahabat (pengantin
pria) yang mampu untuk mengadakan walimatul „urs.20
Hal ini terlihat dalam
salah satu hadist berikut:
18
Jalaluddin, Psikologi Agama,257 19
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2003), 50. 20
Enizar, Pembentukan Keluarga Berdasarkan Hadist Rasulullah Saw, (Metro:
STAIN Jurai Siwo Metro, 2015), 91.
50
عن س رض ن لن ب ص رأى ع ى عبد لر حن بن عوف ث ر ص رة. ف ق ل: م ىذ ؟ ق ل: ت ز جت مرأة ع ى زن و ة من ذىب. ق ل: ب رك
لله لك، ل لو بش ة. لجم عة ب د دArtinya: “Dari anas, ketika Rasulullah sawmelihat Abd. ar-Rahman ibn „Auf
ada warna kuning, Rasulullah SAW. bertanya: kenapa kuning-kuning seperti
ini? “Abd al-Rahman menjawab: aku baru saja menikahi seorang perempuan
dengan mahar emas seberat sebiji kurma. Rasulullah SAW. mengatakan:
semoga Allah memeberikan berkah kepadamu dan adakanlah walimah
meskipun hanya dengan seekor kambing”.
Berdasarkan hadits di atas, diketahui bahwa Rasulullah SAW.
memerintahkan kepada pengantin laki-laki yang baru saja menikah untuk
melakukan walimatul „urs karena memiliki tujuan untuk memberi tahu
Khalayak bahwa telah terjadi perkawinan sehingga tidak akan menimbulkan
fitnah.
Berdasarkan Hadist di atas ternyata tidak selaras dengan kebiasaan
masyarakat di desa Gayuh Rejo dalam menyelenggarakan Walimatul „Urs, hal
ini terlihat dari kemegahan dalam setiap acara pesta perkawinan atau
Walimatul „Urs tersebut. Mereka mendirikan tenda yang mahal dengan rias
pengantinnya, mengundang banyak tamu undangan dengan menyediakan
beraneka macam makanan, mereka juga menyuguhkan hiburan untuk para
tamu undangan yang datang.21
Sedangkan mengenai hiburan yang diselenggarakan pada resepsi
walimatul „Urs, Rasulullah SAW. tidak melarang asal hiburan itu tidak
menjuru pada dampak negatif atau juga kemaksiatan atau kemusyrikan, karena
21
Wawancara dengan Bapak Sukeni selaku tokoh Agama di Desa Gayuh Rejo
Kec.Gunung Sugih, Oktober 2019.
51
Rasulullah SAW menyukai kegembiraan dan hal-hal yang
membangkitkannya. Untuk itulah dalam mengadakan acara Walimatul „Urs,
beliau membolehkan seandainya ada acara hiburan di dalamnya, sesuai
dengan sabda beliau:
عن ع ئشة رض عن لن ب ص ق ل: ع ن و ىذ لن ح ج وه فى لم جد ضرب و ع يو ب لغرب ل.) بن م جو(
Artinya:“Dari Aisyah r.a dari Nabi saw, beliau bersabda, umumkanlah
pernikahan ini! Rayakanlah di dalam masjid. Dan pukullah alat musik rebana
untuk memeriahkan (acara)nya”.22
Berdasarkan hadits di atas, diarahkan agar perkawinan dilaksanakan di
masjid, karena masjid biasanya dihadiri oleh jama‟ah untuk melaksanakan
ibadah. Diarahkan juga untuk memukul alat kesenian (gendang) waktu
pelaksanaan akad nikah, agar menarik perhatian orang bahwa telah terjadi
pernikahan.23
Pada dasarnya hiburan dengan alat musik pada saat Walimatul „Urs itu
diperbolehkan, musik dan nyanyian bukanlah merupakan hal yang haram
karena musik dan nyanyian itu merupakan hiburan, akan tetapi harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dari segi tema, isi dan lirik lagu sesuai dengan adab dan ajaran Islam.
2. Dari segi gaya penampilan (busana) baik penyanyi maupun pemain
musiknya tidak melanggar Syari‟at Islam.
22
Enizar, Pembentukan keluarga berdasarkan Hadist Rasulullah SAW, (Metro:
STAIN JURAI SIWO METRO, 2015). 89 23
Ibid. 88-89
52
3. Tidak disertai hal-hal yang haram, seperti adanya Khamr dan pergaulan
bebas
4. Tidak berlebihan dalam menyukainya, sehingga lalai dalam mengingat
Allah.
5. Tidak mengganggu orang lain
6. Tidak menimbulkan Rangsangan / syahwat bagi yang melihat dan
mendengarkan.24
Hiburan yang ditampilkan pada resepsi Walimatul „Urs yang ada di
Desa Gayuh Rejo dengan diadakannya orgen atau dangdutan, biasanya acara
tersebut dilakukan sampai larut malam minimal sampai pukul 22.00 malam,
jelas hal ini dapat mengganggu istirahat dan ketentraman masyarakat sekitar.
Terkadang dalam acara orgen atau dangdutan tersebut sering terjadi
perkelahian karena sebagian masyarakat mengonsumsi minum-minuman
keras.
Diperbolehkan hiburan dalam Walimatul „Urs yang dimaksut peneliti
disisni ialah suatu hiburan yeng memiliki aturan seperti kesopanan, terhindar
dari perkataan kotor dan tindakan amoral dan tentunya sesuai dengan tuntutan
Al-Qur‟an dan sunnah. Namun apabila dalam hiburan tersebut adanya sikap
berlebih-lebihan, adanya meminum-minuman keras dan perbuatan
menyimpang lainya, maka hal tersebut tidak diperbolehkan.
Acara hiburan seperti orgen atau dangdutan yang dilaksanakan oleh
masyarakat desa Gayuh Rejo, dalam hukum Islam haram hukumnya, karana
24
Hamin Thohari, fiqh parenting, (bekasi: pustaka inti, 2005), cet. 1, h. 152-153
53
banyak sekali penyimpangan dan kemaksiatan. Dari pemaparan yang telah
peneliti jelaskan bahwasanya ada beberapa dampak sosial dari walimatul „urs
secara mewah dan besar-besaran, bahwasanya dapat diambil pengertian bahwa
apa yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gayuh Rejo adalah suatu
kekeliruan. Walaupun tujuan awalnya adalah untuk membahagiakan kedua
mempelai dan untuk memuliakan tamu undangan, tetapi dengan hal seperti ini
dapat mengakibatkan kecemburuan sosial, ketentraman orang lain dan
masyarakat sekitar, dan menafikannya nilai-nilai agama.
Pelaksanaan walimatul „urs, khususnya dalam cara mengundang
masyarakat Desa Gayuh Rejo berdasarkan kebiasaan setempat ada tiga cara
pengundangannya yaitu dengan kertas undangan, pengundangan berupa roti,
dan pengundangan berupa punjungan Nasi. Meski pada dasarnyapihak yang
menyelenggarakan walimah bermaksut bersedekah namun dibalik itu semua si
pewalimah ada maksut lain yaitu kedatangan tamu undangan dengan
membawa sumbangan baik itu berupa uang atau barang. Berdasarkan
penjelasan di atas, dalam prakteknya di Desa Gayuh Rejo dalam pelaksanaan
walimah masih adanya mencari keuntungan. Berdasarkan sabda Rasulullah
SAW:
ثن ب ر ىيم بن مو ى لر زي حق بن ب ر ىيم ق أخب ر عي ى بن حد ث ن لأ ز عي عن أب د بن ع ي عن بن لم ي ب عن و س حد م ج ر
بن عب س أن لن ب ص ى لله ع يو م ق ل:مثل ل ذي رجع ف صدقتو كمثل ل ب قيء ث ود ف ق يئو ف يأك و
54
Artinya: telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Musa Ar Razi dan
Ishaq bin Ibrahim keduanya berkata; telah mengabarkan kepada kami isa
bin Yunus telah menceritakan kepada kami Al Auza‟i dari Abu Jafar
Muhammad bin Ali dari Ibnu Musayyab dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi
SAW bersabda: permisalan orang yang mengambil kembali sedekahnya,
seperti seekor anjing yang muntah kemudian ia menjilat dan memakan
kembali muntahanya. (HR. Muslim).
Hadist di atas telah jelas bahwasanya Rasulullah SAW melarang
mengharapkan kembali sebuah sedekah yang telah telah diberikan. Rasulullah
SAW. mengibaratkan seseorang yang mengharapkan atau meminta
sedekahnya kembali bagaikan anjing yang muntah kemudian ia menjilat dan
memakan kembali muntahannya. Berdasarkan Makna dan Esensinya
bahwasanya apabila sedekah itu telah diberikan haram atau tidak
diperbolehkan meminta atau mengharapkan imbalan kembali.
Berdasarkan hadist di atas, perilaku yang telah dilakukan oleh
masyarakat di Desa Gayuh Rejo yang menyelenggarakan Walimatul „Urs
dengan cara pengundangan baik itu dengan undangan kertas, undangan
dengan berupa roti maupun undangan yang berupa punjungan nasi, jika pihak
pewalimah mengharapkan akan dihargai dengan nominal uang atau sama
halnya mencari keuntungan maka hal itu tidak dibenarkan oleh agama
(Haram).
Tetapi apabila pihak si pewalimah memberi undangan kepada orang
yang diundang dengan didasari keikhlasan maka menurut peneliti perilaku ini
tidaklah bertentangan dengan syariat Islam, karena Islam menganjurkan untuk
selalu taat dan bersedekah dijalan Allah.
Peneliti berpendapat bahwa dalam melaksanakan Walimatul „Urs
seharusnya disesuaikan dengan keadaan ekonomi si pewalimah, jangan
55
memaksakan diri. Sebuah Walimatul „urs dalam Islam lebih ditekankan pada
kesederhanaan, kebahagiaan, dan kesenangan (murah-meriah) yang sesuai
dengan kebutuhanya. Kesederhanaan yang dianjurkan oleh agama
Islamdalam melaksanakan sebuah ibadah merupakan ciri khas Islam yang
tidak pernah memaksakan dan memberatkan umatnya dalam melaksanakan
sebuah ibadah. Dan sebagai umat yang taat tidaklah pantas memaksakan diri
untuk melaksanakan walimah melebihi batas kemampuannya demi mencari
pengakuan orang lain (kehormatan), hindari perilaku Gengsi dan mencari
keuntungan (bisnis).
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjelasan yang telah peneliti bahas pada bab-bab sebelumnya,
bahwasanya peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa Walimatul „Urs
atau pesta perkawinan di Desa Gayuh Rejo telah menjadi suatu tradisi atau
kebiasaan bahkan sudah menjadi keharusan yang pelaksanaannya berkaitan
dengan dilangsungkanya sebuah perkawinan. Tujuan awal masyarakat desa
Gayuh Rejo dalam walimatul „Urs sangatlah baik yaitu untuk untuk
menyenangkan anak dan untuk menghibur tamu undangan dan sebagai ucapan
rasa syukur, akan tetapi dalam pelaksanaanya telah mengalami
suatupergeseran dan dampak yang diakibatkan sangat mengganggu
masyarakat.
Walimatul „urs atau pesta perkawinanyang dilakukan oleh masyarakat
Desa Gayuh Rejo mengakibatkan hal-hal negatif diantaranya: kecemburuan
sosial, dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan (bisnis), adanya sifat
gengsi, mengganggu ketentraman yang diakibatkan oleh masyarakat yang
meminum-minuman keras dan hiburan yang sampai larut malam.
Islam dalam melaksanakan sebuah ibadah merupakan ciri khas Islam
yang tidak pernah memaksakan dan memberatkan umatnya dalam
melaksanakan sebuah ibadah. Sebuah walimatul „urs dalam Islam lebih
ditekankan pada kesederhanaan, kemudahan, kebahagian dan kesenangan atau
57
murah meriah sesuai kebutuhanya. Hal ini dapat diartikan bahwa mengadakan
walimatul „urs bentuknya adalah bebas, asal pelaksanaanya tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Yang terpenting dalam mengadakan walimatul „urs itu
disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing dan jangan ada keborosan
atau kemubaziran dan jangan ada maksut lain yang dilarang oleh agama Islam.
B. Saran
1. Bagi masyarakat agar memahami bahwa pesta perkawinan atau Walimatul
„Urs yang dianjurkan oleh Agama dan yang dilakukan Rasulullah SAW
sangatlah sederhana, tidak membebankan pihak yang akan mengadakan
perkawinan. Agar dalam prakteknya saat ini tidak mengalami pergeseran
yang menyimpang dari tujuan Walimatul „Urs itu sendiri.
2. Menghimbau kepada semua pihak yang berwenang untuk mengkaji dan
menelaah secara mendalam peran sosiologi terhadap hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Amin.Dkk.Rekontruksi Metodologi Ilmu-Ilmu
Keislaman.Yogyakarta: SUKA-Press, 2003.
Abidin, Slamet dan Aminudin.Fiqh Munakahat 1. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Ensiklopedia Fiqih Wanita, terj. Achmad
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, terj. Haris
Munandar, et.al. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000
Al-Asqalani,Al-Hafidz Ibnu Hajar.Terjemah Bulughul Maram Kitab Hukum-
Hukum Islam.Surabaya:Mutiara Ilmu, 2011.
Ali, Muhammad.Fiqh.Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013.
Ali, Zainudin.Sosiologi Hukum.Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
As-Qolani, Ibnu Hajar.Fathul Baari Penjelas Kitab Shahih Al Bukhari
Pembahasan Nikah.Jakarta: Pustaka Azzam, 2015.
As-Subkhi, Ali Yusuf dan Nur khozin.Fiqih Keluarga.Jakarta: Amzah, 2010.
Azmi Siradjuddin, Sosiologi Hukum,Metro : STAIN Jurai Siwo Metro, 2016
Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi jakarta: kencana,
2013
Departemen AgamaRI.Al-Qur‟an Dan Terjemahnya.Semarang: CVToha Putra,
1989.
Enizar.Pembentukan keluarga berdasarkan Hadist Rasulullah SAW.Metro:
STAIN Jurai Siwo Metro, 2015.
Fathoni, Abdurrahman.Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Hadi, Protasius, Epistimologi filsafat pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, 1994
Hasan alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai pustaka, 1990
Jamali, LiaLaquna. LukmanZain, dan Ahmad FaqihHasyim. HikmahWalimah Al-
„Urs
(PestaPernikahan)DenganKehormatanPerempuanPerspektifHadits.
www.portalgaruda.orgDiunduhPada 16 November 2018.
Louis O. Kattsoff, pengantar filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996
Mage, Bryan, The Story of Philosophy,Yogyakarta: Kanisius, 2001
Mardani. Hukum Perkawinan Islam Didunia Islam Modern. Yogyakarta:Graha
Ilmu. 2011.
Niken Gelorowati, pergeseran tradisi pasang tuwuhan, Fakultas Ilmu Sosial
UNY, 2013.
Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson dan Ernest R. Hilgard, Pengantar
Psikologi, terj. Nurdjannah Taufiq, Rukmini Barhana Jakarta: Erlangga,
1987
Sabiq, Sayyid.Fiqih Sunnah. terj. Muhammad Thalib. Bandung: PT Al-Ma‟arif,
1982.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, cet. ke-3 Jakarta:
Rajawali Pers, 2010
Sodik, Mochamad.Sosiologi Hukum Islam Dan Refleksi Sosial
Keagamaan.Yogyakarta: Press UIN sunan Kalijaga, 2011.
Soekamto, Soerjono.Pengantar Sosiologi Hukum.Jakarta: Bharata Karya Aksara,
1977.
Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia, cet. Ke-6 (
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 370.
Sudarsono.Pokok-Pokok Hukum Islam.Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.
Suharsaputra, Uhar.Metode Penelitian.Bandung: PT Refika Aditama, 2012.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka cipta 2011
Suryabrata, Sumadi.Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers,2012.
Tihami dan sohari sahrani.Fikih Munakahat. Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, cet. ke-2 Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Uyoh Sadulloh, pengantar filsafat pendidikan, Bandung: Alfabeta CV, 2007
Zaeni Dahlan dan Sandi Heryana Depok: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2016
Zainuddin Ali, metode penelitian hukum, jakarta: Sinar Grafika, 2009
Zainuddin Ali, sosiologi hukum Jakarta: sinar Grafika, 2006.
Zulaikha, Siti.Fiqh Munakahat 1.Yogyakarta: Idea Press, 2015.
DOKUMENTASI
A. Hasil pengamatan Walimatul ‘Urs di Desa Gayuh Rejo
1. Walimatul „urs dikediaman bapak boyadi dan ibu Saropah
2. Walimatul „urs dikediaman bapak Sukadi dan Ibu Suwanti
3. Walimatul „urs dikediaman bapak Ismadi dan ibu Kasih
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Tokoh Agama Desa Gayuh Rejo Bapak Sukeni
Wawancara dengan ketua Lingkungan Desa Gayuh Rejo Bapak Trihatno
Wawancara dengan Tokoh Masyarakat bapak Suparlan
Wawancara dengan tokoh Masyarakat Bapak Nur Muis
Wawancara dengan pihak pelaksana Walimatul „Urs Bapak Boyadi dan
Ibu Saropah
Wawancara dengan pihak pelaksana Walimatul „Urs Bapak Sukadi dan
ibu Suwanti
Wawancara dengan pihak penyelenggara Walimatul „Urs Bapak Ismadi
dan Ibu Kasih
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Rafi Yoga Tama. Lahir di Metro pada tanggal 14
Maret 1997, sebagai anak Pertama Tunggal, dari pasangan bapak Sugito dan
Ibu Sri Lestari. Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 03 Gunung
Sugih Pasar pada tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gunung
Sugih diselesaikan pada tahun 2012, SMA PGRI 01 Punggur diselesaikan
pada tahun 2015, dan pada tahun 2015 peneliti terdaftar sebagai Mahasiswa
Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah IAIN Metro melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN).
Selama menjadi mahasiswa peneliti mengikuti organisasi Kepramukaan
Kampus IAIN Metro.