makalah landasan pendidikan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak
manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan
intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah
kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil pendidikan ini hanya
akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak berkepribadian ( jiwa kosong ).
Untuk itulah, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi
pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan
persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi
keprihatinan bersama dapat diatasi.
Pendidikan dari sudut pandang sosiologis dan antropologis merupakan proses
sosialisasi, internalisasi dan enkulturasi bagi individu melalui interaksi dengan lingkungan,
yang meghasilkan pribadi-pribadi utuh yang menempati status tertentu dalam struktur
sosialnya.
Aspek antropologis pendidikan menekankan pada proses pelestarian dan perubahan
budaya. Melalui pendidikan, berlangsung pewarisan komponen-komponen budaya yang
telah dibina dan dipelihara secara turun menurun, namun sejalan dengan itu melalui
pendidikan oarang diharapkan akan mampu membentuk hari esok yang lebih baik
daripada hari ini dan hari kemaren yang telah dilewatinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan?
2. Apa pengertian dari landasan pendidikan sosiologis dan antropologis pendidikan?
3. Ruang lingkup sosiologios pendidikan?
4. Bagaimana Pendidikan sebagai sosialisasi dan enkulturasi?
5. Bagaimana hubungan pendidikan dengan masyarakat dan kebudayaan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus
terlihat bahwa melalui pendidikan : satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata
laku; dua, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku;
tiga, proses pendewasaan ini dilakukan upaya pengajaran dan pelatihan.
Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai orang-orang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan. Manusia hidup bermasyarakat dan menghasilkan kebudayaan
yaitu keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Antar individu, masyarakat, dan kebudayaanya tak dapat dipisahkan. Hal ini
sebagaimana dimaklumi bahwa setiap individu hidup bermasyarakat dan berbudaya,
adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan
kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan di pengaruhi
pula oleh individu-individu yang membangunnya.
Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial, status dan peranan. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan-tujuannya, setiap individu maupun
kelompok melakukan ada pun dalam interaksi sosial tersebut mereka melakukan berbagai
tindakan sosial, tindakan sosial yang dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status
dan peranannya dan diharapkan sesuai pula dengan kebudayan masyarakatnya.
Masyarakat menuntut hal tersebut tiada lain agar tercipta korformitas. Tindakan sosial
yang tidak sesuai dengan norma dan nilai dan norma dan kebudayaan masyarakat
dipandang melakukan penyimpangan tingkah laku atau penyimpangan sosial terhadap
pelaku penyimpangan sosial masyarakat akan mengucilkannya bahkan melakukan
pengendalian sosial.
2
2.2 Landasan Pendidikan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
Landasan sosiologis dan antropologis pendidikan sering juga disebut juga dengan
landasan sosiologis kemasyarakatan dan landasan kultural. Landasan sosiologis adalah hal
– hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi
sosial, komunikasi, dan sosialisasi sebagai landasan dalam pendidikan. 1
Sosiologi pendidikan dapat didefinisikan dengan dua cara. Pertama, sosiologi
pendidikan didefinisikan sebagai suatu kajian yang mempelajari hubungan antara
masyarakat, yang didalamnya terjadi interaksi sosial, dengan pendidikan. Dalam hubungan
ini, dapat dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan. Juga sebaliknya,
bagaimana pendidikan memengaruhi pendidikan.2
Dengan pemahaman konsep masyarakat seperti diatas, maka sosiologi pendidikan
mengkaji masyarakat, yang didalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam
hubungannya dengan pendidikan. Hubungan terlihat dari saling mempengaruhi.
Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan
kegiatan pendidikan seperti apa saja isi dari pendidikan, bagaimana mendidiknya, siapa
yang mendidik dan di didik dan dimana pendidikan dilakukan. Tuntunan itu biasanya
berasal dari budaya, termasuk didalamnya hukum, ideologi, dan agama.
Sosiologi pendidikan secara operasional dapat definisi sebagai cabang sosiologi yang
memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan dengan
pranata kehidupan lainnya, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar, interaksi
sosial antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak pendidikan pada
kehidupan peserta didik.
Fokus kajian sosiologi pendidikan adalah penggunakan pendidikan sebagai alat untuk
memecahkan permasalahan sosial dan sekaligus memberikan rekomendasi untuk
mendukung perkembangan pendidikan itu sendiri.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia didasarkan paham integralistik yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat meliputi :
1. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat
2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat1 Marzuki Mahmud, landasan pendidikan, ciputat:2014 (hal:82)2 Damsar, pengantar Sosiologi Pendidikan, jakarta:2011 (hal:9)
3
3. Negara melindungi warga negaranya
4. Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
secara per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Landasan kultural, di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan
timbal balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan,
sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang
ada dalam maysarakat.
1. Antropologi
Antopologi merupakan suatu disilin yang endasaran pada asa ngin tahu yang
mendalam tentang umat manusia.
Cabang-cabang antropoogi yaitu :
a. Antropologi fisik
Antropologi fisik paleontroologi merupkan bagian dari antrpologi yang menelaah
tentang asal-usul atau terjdiya dan perkembangan makhluk manusia. Objeknya adalah
foil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membantu) yang terdaat ddalam
lapisan bumi; somtologi yaitu yang menelaah tentang pariasi atau keanekaragaman ras
manusia melalui cirri-ciri tubuh manusia secara keeluruhan (cirri-ciri genotife dan
venotife)
b. Antropologi biologi
Arkeologi yaitu bagian antropologi budaya yang mempelajari kebudayaan yang
telah sirna; etnografi yaitu pelukis tentang bangsa-bangsa; etnologi yaitu ilmu banga-
bangsa.
c. Antrpolog Budaya
Arkeologi yaitu mempelajar tentang sejarah manusia dan penyebaraannya melalui
objek penelitian artefak (benda-benda peninggalan); etnilinguistik yaitu mempelajari
timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran
bahasa umat manusia didunia; etnologi yaitu yang menelusuri asas-asas manusia
dengan penelitian seperngkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang menyebar di
seluruh dunia.
4
2. Antropologi Budaya
Antropologi Budaya adalah antropologi yang khusus menyoroti kebudayaan
manusia secara perbandingan.
Sikap seorang ahli antropologi budaya terhadap masalah tersebut berorientasikan
pada suatu mashab tau aliran tertentu, diantaranya :
a. Aliran evolusi predeterminisasi
Kebudyaan setiap masyarakat umumnya berkebang mnurut cara yang telah
tertentu sifatnya dan dengan perkembangan yang seragam; kebudayaan manusia
berkebang dari yang seerhana hingga menjadi kompleks dengan mlewati tiga tahapan
utama evolusi yaitu tahap liar, tahap biadab, dan tahap peradaban.
b. AlirAn Khususan Sejarah
Terlalu premature untuk mempormulasikanhukum universal menguasai semua
kebudayaan manusia sedunia, kebudayaan manusia sangat kompleks keragamann6ya.
c. Aliran Difusi
Kebanyakan asfek kebudayaan dikembangkan di Mesir kemudian menyebar ke
seluruh dunia melalui kontak orn luar denggan rang mesir; cirri khas kebudayaan
yang terdapatdalam suatu wilayah kebudayaan bersumber dari suatu pusat
kebudayaan.
d. Aliran Fungsionalisme
Semua unsure kebudayaan berkebang dengan memuaskan kebutuhan individu;
fungsi dari unsur kebudyaan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar yang kemudian
muncul kebutuhan sekunder.
e. Aliran Fungsionalisme Struktural
Semua unsure kebudayaan berkembang untuk mempertahankan struktur social
masyarakat; fungsi struktu social suatu masyarakat adalah seluruh jaringan dari
hubugan-hubungan social.
f. Aliran pendkatan Fisikologis
Ahli antropologi budaya tertarik pada penelitian tentang hubungan antara
kebudayaan dengn kepribadin. Focus studinya mengenai pengalaman masa kanak-
kanak mempegaruhi masa dewasa; kebiasaan mengasuh anak merupakan aspek
kebudayaan yang penting cirri kepribadian yang berbeda-beda pada suatu bangsa di
5
dunia bersumbr pada cara pengasuhan pada masa kanak-kananknya, factor determinan
dari pola pengasuhan anak menjadi penyebab beberapa pola kebudayaan.
g. Aliran evolusi baru
Perkembangan kebudayaan di dorong oleh kadar inergi yang tersedia baik,
tingkat pertambahan, maupun cara penggunaannya.
h. Aliran Strukturalisme
Kebudayaan manusia mrupakan perwujudan lahiriah dari pikiran manusia;
kebudayaan merupakan cara berpikir manusia memandang hal yang ada di dunia
sekitarnya dan cara mereka menggolongkan hal itu.
i. Aliran ethnoscience
Pada umumya manusia berperilaku menurut aturan yang di sadari atau tak di
sadari telah di serapnya; mengungkapkan aturan yang mendasari perilaku kebudayan
untuk menjelaskan hal yang dilakukan oleh manusia dan alasan mengapa ia
berperilaku demikian.
j. Aliran ekologi
Variasi aspek kebudayaan di pengaruhi atau di batasi oleh adabtasai masyarakat
terhadap lingkungannya; lingkungan fisik dan social berpegaruh terhadap
perkembangan kebudayaan.
2.3 Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
A. Landasan Sosiologis
Anak didik dapat bergaul karena anak didik maupun pendidik merupakan makhluk
sosial.
Manusia merupaka makhluk sosial karena manusia memiliki:
1. Sifat ketergantungan manusia dengan mausia lain
2. Sifat adaptibility dan intelegensia Keadaan proses atau situasi pendidikan
dianalisis secara input terdiri atas instrumental input, purposif input, dan
enviromental input.
6
Proses sosial individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Faktor organism
2. Faktor lingkungan alami
3. Faktor lingkungan sosial dan budaya
Dalam lingkungan sosial proses perkembangannya dapat dibedakan dalam dua hal,
yaitu:
1. Proses belajar social dalam proses belajar sosial, pembelajarannya menempuh cara
sebagai berikut:
a) Cara pengajaran dan penghukuman Bentuk-bentuk pemberian ganjaran dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Bentuk verbal
2. Bentuk gestural
3. Bentuk proximity
4. Bentuk contact
5. Bentuk activity
6. Bentuk token
Tujuan pelaksanann hukuman adalah agar anak sadar dan dapat berbuat ke
arah yang sesuai dengan norma-norma. Adapun bentuk-bentuknya adalah
Hukuman badan danhukuman sosial atau psikologis.
b) Cara pencontohan dan peniruan.
c) Cara pemberian informasi.
2. Dalam proses belajar sosial maka hasilnya merupakan perkembagan kesetiaan
sosial (formation of social loyaities). Dalam proses perkembangan kesetian sosial
itu yang baik adalah sikap kesetiaan yang wajar, yaitu sikap kesetiaan yang terbuka
artinya sikap kesetiaan sosial terhadap kelompok lainnya.
B. Pendidikan Informal, Formal, dan Nonformal
1. Pendidikan Informal
Yaitu pendidikan yang berlangsung/terselenggara secara wajar atau secara
alamiah di dalam lingkungan hidup sehari-hari.
7
a) Pendidikan Informal dalam Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya
terdapat di setiap tempat di mana pun.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dibedakan menjadi keluarga batih
dan keluarga luas. Berdasarkan garis keturunannya yaitu: keluarga patrilinial,
keluarga matrilineal dan keluarga bilateral. Berdasarkan pemegang
kekuasaannya: keluarga patriarhat, keluarga matriarhat dan keluarga
equalitarian. Berdasarkan bentuk perkawinannya: keluarga monologi, keluarga
poligami dan keluarga poliandri. Berdasarkan status sosial ekonominya:
keluarga golongan rendah, keluarga golongan menengah dan keluarga
golongan tinggi. Berdasarkan keutuhannya: keluarga utuh, bercerai, dan
keluarga pecah semu.
Anropolog bernama George Peter Murdock mengemukakan empat fungsi
keluarga yang bersifat universal:
1. Sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan
wanita dewasa berdasarkan pernikahan
2. Mengembangkan keturunan
3. Melaksanakan pendidikan
4. Sebagai kesatuan ekonomi
b) Pendidikan Informal dalam Masyarakat
Pendidikan informal dalam masyarakat antara lain dapat berlangsung
melalui adat kebiasaan, pergaulan anak sebaya, upacara adat, pergaulan di
lingkungan kerja, permainan, pagelaran seni dan bahkan percakapan biasa
sehari-hari.
2. Pendidikan Formal (Sekolah)
Sekolah sebagai Pranata Sosial.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Komponen Sekolah.
Tiga komponen utama sekolah yang menjadi syarat agar sekolah dapat
melaksanakan fungsi minimumnya yaitu peserta didik, guru dan kurikulim.
8
Sekolah sebagai Pranata/Lembaga Pendidikan Formal.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan kesatuan kegiatan-
kegiatan menyelenggarakan pembelajaran yang dilakukan oleh para petugas
khusus dengan cara-cara yang terencana dan teratur menurut tatanan nilai dan
norma yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Formalitas sekolah merembes ke dalam Kurikulum dan Pembelajaran
Formalitas sekolah berakar pada status para individu yang menjadi
komponennya, serta nilai dan norma yang serba resmi.Formalitas tersebut
merembus ke dalam kurikulum dan cara-cara pembelajaran.
Fungsi Pendidikan Sekolah:
1. Fungsi trasmisi kebudayaan masyarakat
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi integrasi sosial
4. Fungsi Mengembangkan kepribadian individu/anak
5. Fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
6. Fungsi inovasi
Perbedaan Sosialisasi di Sekolah dan di dalam Keluarga:
1. Kemandirian (independence)
2. Prestasi (achievement)
3. Universalisme (uiversalism)
4. Specifity (spesifity)
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik degan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesioanal. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, anak usia dini, kepemudaan, pemberdayaan perempuan,
keaksaraan, ketrampilan dan pelatihan kerja, kesetaraan. Satuan pendidikan
nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatiahan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang
sejenis.
9
Brookover mengemukakan adanya empat pokok bahasan tentang sosiologi
pendidikan sebagai berikut :
1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lainnya
2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar
3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik
Sosiologi pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai
bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan
itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata
kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal.
2.4 Pendidikan Sebagai sosialisasi dan Enkulturasi
A. Upaya Mempertahankan Kelangsungan Eksistensi Masyarakat dan
Kebudayaan.
Terhadap generasi mudanya masyarakat anatara lain melakukan apa yang di
dalam sosiologi disebut sosialisasi (socialization), atau apa yang di dalam antropologi
disebut enkulturasi (enculturation). Berbagai peranan harus dielajari oleh anak
(individu anggota masyarakat) melalui proses sosialisasi; adapun mengenai
kebudayaan perlu dielajarinya melalui enkulturasi.
Definisi sosialisasi menekankan kepada pengambilan peranan, sedangkan
definisi enkulturasi menekankan kepada perolehan kompetensi budaya, sedangkan
Pendidikan diupayakan antara lain agar peserta didik mampu hidup bermasyarakat
dan berbudaya.
Pengertian sosialisasi oleh berbagai pakar :
1. Paul B.Horton dan Chester L.Hunt
Hortton dan Hunt (1989:100) memberi batasan sosialisasi sebagai “suatu
proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan, internalize)
norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.
2. David B.Brinkerhoft dan Lynn K.White
Brinkerhoff dan white (1989: 90) memberikan penekanan yang berbeda
dengan apa yang dikatakan oleh horton dan hunt. Bagi Brinkerhoff dan white,
10
sosialisasi diberi pengertian sebagai “suatu proses belajar peran, status, dan nilai
yang diperlukan untuk keikut sertaan (partisipasi) dalam instituasi sosial”.
3. James W.Vander Zanden
Berbeda dengan definisi diatas, Zanden (1986: 60) mendefinisikan sosialisasi
sebagai “proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan,
sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam
masyarakat.”
Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting dalam
suatu proses sosialisasi, yaitu satu, tentang proses, yaitu suatu transmisi pengetahuan,
sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial. Kedua, tentang tujuan, yaitu suatu yang
diperlukan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat. 3
Sosialisasi juga suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Proses belajar individu melalui sosialisasi adalah
bagaimana individu-individu melaksanakan peranan-peranan masing sesuai dengan
kedudukan dan status sosial yang melekat pada dirinya.
Sedangkan enkulturasi suatu proses dimana individu belajar berfikir, bertindak dan
merasa yang mencerminkan kebudayaan mayarakat. Herkovits menyatakan bahwa
sosiologis menunjukkan proses pengintergrasian individu kedalam sebuah kelompok
sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup
sebagai anggota kelompok (Imran Manan, 1989).
Sudut pandang sosiologis melihat pendidikan sebagai proses sosialisasi. Sedangkan
sudut pandang antropologis melihat pendidikan sebagai proses enkulturasi. Dalam proses
sosialisasi terjadi proses enkulturasi dan sebaliknya proses enkulturasi terjadi proses
sosialisasi.
2.5 Pendidikan Sebagai Pranata Sosial
Pranata sosial adalah perilaku terpola yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk
memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya (basic needs).
Jenis Pranata Sosial:3 Damsar, pengantar Sosiologi Pendidikan, jakarta:2011 (hal:65-66)
11
Terdapat berbagai pranata sosial antara lain: pranata ekonomi, pranata politik,
pranata agama, pranata pendidikan, dsb.
1. Pranata ekonomi
Seperangkat aturan yang mengatur tentag kegiatan produksi, distribusi, dan
konsumsi barang dan jasa sehingga terwujud kesejahtraan dan keteriban masyarakat.
Terlahir pada saat orang melakukn tukar menukar barang (barter) secara rutin
membagi-bagi tugas dan mengakui adanya tuntutan terhadap orang lain. Antara lain
brtujuan untuk mningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fungsinya mengatur
hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan produktifitas ekonomi semaksimal
mungkin.
2. Pranata agama
Agama adalah ajaran atau system yang mengatur tentng keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula
tentang kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dengan
lingkungannnya. Fungsinya ajaran atau aturan adalah memberikan tujuan atau
orientasi sehingga timbul rasa saling hormat antar sesame manusia; hukum
memberikan aturan yang jelas terhadap tingkah laku manusia akan hal-hal yang di
anggap benar dan hal-hl yang di anggap salah; social yaitu sebagai dasar aturan
kesusilaan dalam masyarakat, misalnya ekonomi, pendidikan, kesehatan, perkawinan,
kesenian, dan lain-lain; fungsi ritual; transformatif;
3. Pranata pendidikan
Pranata pendidikan merupakan salh satu pendidikan sosial dalam rangka proses
sosialisasi dn/atau enkulturasi untuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan
berasyarakat dan berbuday serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat
dan kebudayaannya.
2.6 Hubungan Pendidikan dan Masyarakat
Masyarakat menjadi lembaga pendidikan setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat
dalam penyelenggaraannya memiliki peran besar. Karena masyarakat mempengaruhi
perkembangan pribadi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Peran masyarakat dalam rangka pencampaian tujuan pendidikan nasional diantaranya
12
dengan membantu menyelanggarakan pendidikan (dengan membuka lembaga
pendidikan swasta), membantu mengadakan/pengadaan tenaga kerja, pembiayaan, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Peran masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur perguruan swasta, dunia usaha,
kelompok prifesi dan lembaga swasta nasional lainnya. Dalam sistem pendidikan
nasional masyarakat ini disebut “Pendidikan Masyarakat.”
Pendidikan kemsyarakatan adalah usaha sadar yang ingin juga memberikan
kemungkinan perkembangan sosial, kultural, keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, ketrampilan, keahlian, yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia
untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat.
Secara koongret pendidikan kemasyarakatan dapat memberikan :
1. Kemampuan profesional untuk mengembangkan karir melalui kursus penyegaran,
penataran, lokakarya, seminar, konferensi, ilmiyah dan sebagainya.
2. Kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional, seperti sekolah
terbuka, kursus tertulis, pendidikan melalui radio dan televisi dan sebagainya.
3. Kemampuan mengembangkan sosial budaya, melalui bengkel seni, teater, olah raga,
seni bela diri, lembaga pendidikan spiritual, dan sebagainya.
4. Kemampuan mengembangkan kehidupan beragama melalui pesantren, pengajian,
pendidikan agama disurau atau langgar, dan sebagainya.
5. Keahlian dan ketrampilan melalui sistem magang untuk menjadi ahli bangunan atau
sebagainya. (Mardiah Kalsum, 2010)
2.7 Hubungan Pendidikan dengan Kebudayaan
Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan dapat dilihat dari pandangan tentang
pendidik dan kebudayaan. Serta dapat dilihat dari fungsi pendidikan sebagai fungsi
enkulturasi, transmisi kebudayaan dan perubahan kebudayaan. Menurut Imran Manan
(1989) terdapat tiga pandangan tentang pendidikan dan kebudayaan :
a. Pandangan superorganik
Superorganik memandang bahwa kebudayaan merupakan sebuah kenyataan
yang berada diatas dan diluar individu-individu yang menjadi pendukung
kebudayaan. Lebih lanjut superorganik berpandangan bahwa: rangsangan budaya
13
direnspon oleh manusia dalam bentuk perilaku. Karena merupakan rangsangan
terhadap budaya, maka kebudayaan menentukan tingkah laku manusia.
Implikasi pandangan superorganik tentang kebudayaan terhadap pendidikan adalah
bahwa pendidikan dipandang sebagai suatu proses yang digunakan suatu masyarakat
untuk mengendalikan dan membentuk individu-individu sesuai dengan tujuan-tujuan
yang ditentukan oleh nilai-nilai dasar suatu kebudayaan. Sehingga menurut
superorganik fungsi pendidikan adalah sebagai pewaris dan transisi kebudayaan.
b. Pandangan konseptualis
Menurut pandangan konseptualis kebudayaan tidak memiliki realita yang
bersifat ontologis, dan merupakan sebuah kontruksi logis yang diabstraksikan
melalui tingkah laku manusia.
Pandangan konseptualis tentang pendidikan mengharuskan generasi baru
mempelajari warisan budayanya sesuai dengan perhatiannya dan mengembangkan
gambaran mereka sendiri mengenai kebudayaannya secara objektif menururt
konstruk logis.
c. Pandangan realis
Pandangan realis berpendapat bahwa kebudayaan merupakan sebuah konsep
dan realita lapangan. Pandangan realis meyakini bahwa anak manusia mampu
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya baik yang bersifat fisik maupun
sosial-budaya.
Untuk penyesuaian diri tersebut mereka diberi berbagai pengetahuan, nilai, sikap
dan ketrampilan yang disediakan oleh kebudayaan mereka dan diperoleh melalui
proses pendidikan. Sehingga sistem pendidikan berfungsi melatih peserta didik
memiliki kemampuan pertimbangan objektif terhadap perubahan sosial budaya yang
disesuaikan dengan nilai-nilai daaar budaya.
2.8 Landasan Kebudayaan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,
1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan
mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat
berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain
14
kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling
tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang
diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 :
157).
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat
orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang
menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin
tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat
luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu
aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan
menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya
kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua
sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal,
dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila
pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses
membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang
memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya
sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berarti seperangkat norma yang dihayati oleh sekelompok masyarakat
dan merupaka cara atau pedoman dalam kehidupannya. Pengertian kebudayaaan ini
memiliki ciri bahwa kebudayaan merupakan mili bersama, dipelajari dan merupakan
suatu keseluruhan yang terinteraksi dalam kehidupan masyarakat.
2. Hasil Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam ragka perjalanan hidupnya selalu berusaha ntuk
meningkatkan kehidupannya dari pemikiran manusia itu memperoleh hasil yang
merupakan perangkat pedoman (set of theory) yang apabila perangkat itu diterapkan
dalam kehidupan maka menghasilkan khazanah budaya yang bermanfaat bagi kehidupan
dan makin berkembang menuju kesempurnaannya.
15
3. Kemauan atau Norma
Hubungan norma dengan pendidikan adalah merupakan tujuan umum atau akhir
pendidikan
4. Seni
Sedangkan hubungan estetika dengan pendidikan adalah sebagai proses menghayati
hasil karya seni agar dapat merasakan dan menikmati dengan perasaan mendalam
terhadap sesuatu hasil yang dicapai serta sekaligus dapat menghargainya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan sosiologis dan antropologis pendidikan sering juga disebut juga
dengan landasan sosiologis kemasyarakatan dan landasan kultural. Landasan
sosiologis adalah hal – hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial,
perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi sebagai landasan dalam
pendidikan.
Sosiologi pendidikan secara operasional dapat definisi sebagai cabang
sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata
pendidikan dengan pranata kehidupan lainnya, antara unit pendidikan dengan
komunitas sekitar, interaksi sosial antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan
dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik.
Landasan kultural, di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui
pendidikan, sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh
kebudayaan yang ada dalam maysarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki Mahmud, landasan Pendidikan, (Jakarta : Haja Mandiri, 2014).
Damsar . 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
ithasartika91.blogspot.co.id
18