makalah landasan pendidikan

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil pendidikan ini hanya akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak berkepribadian ( jiwa kosong ). Untuk itulah, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi. Pendidikan dari sudut pandang sosiologis dan antropologis merupakan proses sosialisasi, internalisasi dan enkulturasi bagi individu melalui interaksi dengan lingkungan, yang meghasilkan pribadi-pribadi utuh yang menempati status tertentu dalam struktur sosialnya. Aspek antropologis pendidikan menekankan pada proses pelestarian dan perubahan budaya. Melalui pendidikan, berlangsung pewarisan komponen-komponen budaya yang telah dibina dan dipelihara secara turun menurun, namun sejalan dengan itu melalui pendidikan oarang diharapkan akan mampu 1

Upload: yunita-dwi-nurindah-sari

Post on 10-Jul-2016

91 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah landasan pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak

manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan

intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah

kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil pendidikan ini hanya

akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak berkepribadian ( jiwa kosong ).

Untuk itulah, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi

pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan

persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi

keprihatinan bersama dapat diatasi.

Pendidikan dari sudut pandang sosiologis dan antropologis merupakan proses

sosialisasi, internalisasi dan enkulturasi bagi individu melalui interaksi dengan lingkungan,

yang meghasilkan pribadi-pribadi utuh yang menempati status tertentu dalam struktur

sosialnya.

Aspek antropologis pendidikan menekankan pada proses pelestarian dan perubahan

budaya. Melalui pendidikan, berlangsung pewarisan komponen-komponen budaya yang

telah dibina dan dipelihara secara turun menurun, namun sejalan dengan itu melalui

pendidikan oarang diharapkan akan mampu membentuk hari esok yang lebih baik

daripada hari ini dan hari kemaren yang telah dilewatinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pendidikan?

2. Apa pengertian dari landasan pendidikan sosiologis dan antropologis pendidikan?

3. Ruang lingkup sosiologios pendidikan?

4. Bagaimana Pendidikan sebagai sosialisasi dan enkulturasi?

5. Bagaimana hubungan pendidikan dengan masyarakat dan kebudayaan?

1

Page 2: makalah landasan pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pendidikan

Pengertian pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus

terlihat bahwa melalui pendidikan : satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata

laku; dua, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku;

tiga, proses pendewasaan ini dilakukan upaya pengajaran dan pelatihan.

Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai orang-orang hidup bersama yang

menghasilkan kebudayaan. Manusia hidup bermasyarakat dan menghasilkan kebudayaan

yaitu keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Antar individu, masyarakat, dan kebudayaanya tak dapat dipisahkan. Hal ini

sebagaimana dimaklumi bahwa setiap individu hidup bermasyarakat dan berbudaya,

adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan

kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan di pengaruhi

pula oleh individu-individu yang membangunnya.

Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial, status dan peranan. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan-tujuannya, setiap individu maupun

kelompok melakukan ada pun dalam interaksi sosial tersebut mereka melakukan berbagai

tindakan sosial, tindakan sosial yang dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status

dan peranannya dan diharapkan sesuai pula dengan kebudayan masyarakatnya.

Masyarakat menuntut hal tersebut tiada lain agar tercipta korformitas. Tindakan sosial

yang tidak sesuai dengan norma dan nilai dan norma dan kebudayaan masyarakat

dipandang melakukan penyimpangan tingkah laku atau penyimpangan sosial terhadap

pelaku penyimpangan sosial masyarakat akan mengucilkannya bahkan melakukan

pengendalian sosial.

2

Page 3: makalah landasan pendidikan

2.2 Landasan Pendidikan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan

Landasan sosiologis dan antropologis pendidikan sering juga disebut juga dengan

landasan sosiologis kemasyarakatan dan landasan kultural. Landasan sosiologis adalah hal

– hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi

sosial, komunikasi, dan sosialisasi sebagai landasan dalam pendidikan. 1

Sosiologi pendidikan dapat didefinisikan dengan dua cara. Pertama, sosiologi

pendidikan didefinisikan sebagai suatu kajian yang mempelajari hubungan antara

masyarakat, yang didalamnya terjadi interaksi sosial, dengan pendidikan. Dalam hubungan

ini, dapat dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan. Juga sebaliknya,

bagaimana pendidikan memengaruhi pendidikan.2

Dengan pemahaman konsep masyarakat seperti diatas, maka sosiologi pendidikan

mengkaji masyarakat, yang didalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial, dalam

hubungannya dengan pendidikan. Hubungan terlihat dari saling mempengaruhi.

Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan

kegiatan pendidikan seperti apa saja isi dari pendidikan, bagaimana mendidiknya, siapa

yang mendidik dan di didik dan dimana pendidikan dilakukan. Tuntunan itu biasanya

berasal dari budaya, termasuk didalamnya hukum, ideologi, dan agama.

Sosiologi pendidikan secara operasional dapat definisi sebagai cabang sosiologi yang

memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan dengan

pranata kehidupan lainnya, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar, interaksi

sosial antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak pendidikan pada

kehidupan peserta didik.

Fokus kajian sosiologi pendidikan adalah penggunakan pendidikan sebagai alat untuk

memecahkan permasalahan sosial dan sekaligus memberikan rekomendasi untuk

mendukung perkembangan pendidikan itu sendiri.

Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia didasarkan paham integralistik yang

bersumber dari norma kehidupan masyarakat meliputi :

1. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat

2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat1 Marzuki Mahmud, landasan pendidikan, ciputat:2014 (hal:82)2 Damsar, pengantar Sosiologi Pendidikan, jakarta:2011 (hal:9)

3

Page 4: makalah landasan pendidikan

3. Negara melindungi warga negaranya

4. Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban

Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia

secara per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.

Landasan kultural, di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar

pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan

timbal balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan,

sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang

ada dalam maysarakat.

1.      Antropologi

Antopologi merupakan suatu disilin yang endasaran pada asa ngin tahu yang

mendalam tentang umat manusia.

Cabang-cabang antropoogi yaitu :

a.       Antropologi fisik

Antropologi fisik paleontroologi merupkan bagian dari antrpologi yang menelaah

tentang asal-usul atau terjdiya dan perkembangan makhluk manusia. Objeknya adalah

foil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membantu) yang terdaat ddalam

lapisan bumi; somtologi yaitu yang menelaah tentang pariasi atau keanekaragaman ras

manusia melalui cirri-ciri tubuh manusia secara keeluruhan (cirri-ciri genotife dan

venotife)

b.      Antropologi biologi

Arkeologi yaitu bagian antropologi budaya yang mempelajari kebudayaan yang

telah sirna; etnografi yaitu pelukis tentang bangsa-bangsa; etnologi yaitu ilmu banga-

bangsa.

c.       Antrpolog Budaya

Arkeologi yaitu mempelajar tentang sejarah manusia dan penyebaraannya melalui

objek penelitian artefak (benda-benda peninggalan); etnilinguistik yaitu mempelajari

timbulnya bahasa, bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran

bahasa umat manusia didunia; etnologi yaitu yang menelusuri asas-asas manusia

dengan penelitian seperngkat pola kebudayaan suatu suku bangsa yang menyebar di

seluruh dunia.

4

Page 5: makalah landasan pendidikan

2.      Antropologi Budaya

Antropologi Budaya adalah antropologi yang khusus menyoroti kebudayaan

manusia secara perbandingan.

Sikap seorang ahli antropologi budaya terhadap masalah tersebut berorientasikan

pada suatu mashab tau aliran tertentu, diantaranya :

a.       Aliran evolusi predeterminisasi

Kebudyaan setiap masyarakat umumnya berkebang mnurut cara yang telah

tertentu sifatnya dan dengan perkembangan yang seragam; kebudayaan manusia

berkebang dari yang seerhana hingga menjadi kompleks dengan mlewati tiga tahapan

utama evolusi yaitu tahap liar, tahap biadab, dan tahap peradaban.

b.      AlirAn Khususan Sejarah

Terlalu premature untuk mempormulasikanhukum universal menguasai semua

kebudayaan manusia sedunia, kebudayaan manusia sangat kompleks keragamann6ya.

c.       Aliran Difusi

Kebanyakan asfek kebudayaan dikembangkan di Mesir kemudian menyebar ke

seluruh dunia melalui kontak orn luar denggan rang mesir; cirri khas kebudayaan

yang terdapatdalam suatu wilayah kebudayaan bersumber dari suatu pusat

kebudayaan.

d.      Aliran Fungsionalisme

Semua unsure kebudayaan berkebang dengan memuaskan kebutuhan individu;

fungsi dari unsur kebudyaan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar yang kemudian

muncul kebutuhan sekunder.

e.       Aliran Fungsionalisme Struktural

Semua unsure kebudayaan berkembang untuk mempertahankan struktur social

masyarakat; fungsi struktu social suatu masyarakat adalah seluruh jaringan dari

hubugan-hubungan social.

f.       Aliran pendkatan Fisikologis

Ahli antropologi budaya tertarik pada penelitian tentang hubungan antara

kebudayaan dengn kepribadin. Focus studinya mengenai pengalaman masa kanak-

kanak mempegaruhi masa dewasa; kebiasaan mengasuh anak merupakan aspek

kebudayaan yang penting cirri kepribadian yang berbeda-beda pada suatu bangsa di

5

Page 6: makalah landasan pendidikan

dunia bersumbr pada cara pengasuhan pada masa kanak-kananknya, factor determinan

dari pola pengasuhan anak menjadi penyebab beberapa pola kebudayaan.

g.       Aliran evolusi baru

Perkembangan kebudayaan di dorong oleh kadar inergi yang tersedia baik,

tingkat pertambahan, maupun cara penggunaannya.

h.      Aliran Strukturalisme

Kebudayaan manusia mrupakan perwujudan lahiriah dari pikiran manusia;

kebudayaan merupakan cara berpikir manusia memandang hal yang ada di dunia

sekitarnya dan cara mereka menggolongkan hal itu.

i.        Aliran ethnoscience

Pada umumya manusia berperilaku menurut aturan yang di sadari atau tak di

sadari telah di serapnya; mengungkapkan aturan yang mendasari perilaku kebudayan

untuk menjelaskan hal yang dilakukan oleh manusia dan alasan mengapa ia

berperilaku demikian.

j.        Aliran ekologi

Variasi aspek kebudayaan di pengaruhi atau di batasi oleh adabtasai masyarakat

terhadap lingkungannya; lingkungan fisik dan social berpegaruh terhadap

perkembangan kebudayaan.

2.3 Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

A. Landasan Sosiologis

Anak didik dapat bergaul karena anak didik maupun pendidik merupakan makhluk

sosial.

Manusia merupaka makhluk sosial karena manusia memiliki:

1. Sifat ketergantungan manusia dengan mausia lain

2. Sifat adaptibility dan intelegensia Keadaan proses atau situasi pendidikan

dianalisis secara input terdiri atas instrumental input, purposif input, dan

enviromental input.

6

Page 7: makalah landasan pendidikan

Proses sosial individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Faktor organism

2. Faktor lingkungan alami

3. Faktor lingkungan sosial dan budaya

Dalam lingkungan sosial proses perkembangannya dapat dibedakan dalam dua hal,

yaitu:

1.      Proses belajar social dalam proses belajar sosial, pembelajarannya menempuh cara

sebagai berikut:

a) Cara pengajaran dan penghukuman Bentuk-bentuk pemberian ganjaran dapat

digolongkan sebagai berikut:

1. Bentuk verbal

2. Bentuk gestural

3. Bentuk proximity

4. Bentuk contact

5. Bentuk activity

6. Bentuk token

Tujuan pelaksanann hukuman adalah agar anak sadar dan dapat berbuat ke

arah yang sesuai dengan norma-norma. Adapun bentuk-bentuknya adalah

Hukuman badan danhukuman sosial atau psikologis.

b) Cara pencontohan dan peniruan.

c) Cara pemberian informasi.

2.      Dalam proses belajar sosial maka hasilnya merupakan perkembagan kesetiaan

sosial (formation of social loyaities). Dalam proses perkembangan kesetian sosial

itu yang baik adalah sikap kesetiaan yang wajar, yaitu sikap kesetiaan yang terbuka

artinya sikap kesetiaan sosial terhadap kelompok lainnya.

B. Pendidikan Informal, Formal, dan Nonformal

1. Pendidikan Informal

Yaitu pendidikan yang berlangsung/terselenggara secara wajar atau secara

alamiah di dalam lingkungan hidup sehari-hari.

7

Page 8: makalah landasan pendidikan

a) Pendidikan Informal dalam Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya

terdapat di setiap tempat di mana pun.

Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dibedakan menjadi keluarga batih

dan keluarga luas. Berdasarkan garis keturunannya yaitu: keluarga patrilinial,

keluarga matrilineal dan keluarga bilateral. Berdasarkan pemegang

kekuasaannya: keluarga patriarhat, keluarga matriarhat dan keluarga

equalitarian. Berdasarkan bentuk perkawinannya: keluarga monologi, keluarga

poligami dan keluarga poliandri. Berdasarkan status sosial ekonominya:

keluarga golongan rendah, keluarga golongan menengah dan keluarga

golongan tinggi. Berdasarkan keutuhannya: keluarga utuh, bercerai, dan

keluarga pecah semu.

Anropolog bernama George Peter Murdock mengemukakan empat fungsi

keluarga yang bersifat universal:

1. Sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan

wanita dewasa berdasarkan pernikahan

2. Mengembangkan keturunan

3. Melaksanakan pendidikan

4. Sebagai kesatuan ekonomi

b) Pendidikan Informal dalam Masyarakat

Pendidikan informal dalam masyarakat antara  lain dapat berlangsung

melalui adat kebiasaan, pergaulan anak sebaya, upacara adat, pergaulan di

lingkungan kerja, permainan, pagelaran seni dan bahkan percakapan biasa

sehari-hari.

2. Pendidikan Formal (Sekolah)                  

Sekolah sebagai Pranata Sosial.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Komponen Sekolah.

Tiga komponen utama sekolah yang menjadi syarat agar sekolah dapat

melaksanakan fungsi minimumnya yaitu peserta didik, guru dan kurikulim.

8

Page 9: makalah landasan pendidikan

Sekolah sebagai Pranata/Lembaga Pendidikan Formal.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah merupakan kesatuan kegiatan-

kegiatan menyelenggarakan pembelajaran yang dilakukan oleh para petugas

khusus dengan cara-cara yang terencana dan teratur menurut tatanan nilai dan

norma yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

Formalitas sekolah merembes ke dalam Kurikulum dan Pembelajaran

Formalitas sekolah berakar pada status para individu yang menjadi

komponennya, serta nilai dan norma yang serba resmi.Formalitas tersebut

merembus ke dalam kurikulum dan cara-cara pembelajaran.

Fungsi Pendidikan Sekolah:

1. Fungsi trasmisi kebudayaan masyarakat

2. Fungsi sosialisasi

3. Fungsi integrasi sosial

4. Fungsi Mengembangkan kepribadian individu/anak

5. Fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan

6. Fungsi inovasi

Perbedaan Sosialisasi di Sekolah dan di dalam Keluarga:

1. Kemandirian (independence)

2. Prestasi (achievement)

3. Universalisme (uiversalism)

4. Specifity (spesifity)

3. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik degan penekanan pada

penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap

dan kepribadian profesioanal. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan

kecakapan hidup, anak usia dini, kepemudaan, pemberdayaan perempuan,

keaksaraan, ketrampilan dan pelatihan kerja, kesetaraan. Satuan pendidikan

nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatiahan, kelompok belajar, pusat

kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang

sejenis.

9

Page 10: makalah landasan pendidikan

Brookover mengemukakan adanya empat pokok bahasan tentang sosiologi

pendidikan sebagai berikut :

1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lainnya

2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar

3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan

4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik

Sosiologi pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai

bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan

itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata

kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal.

2.4 Pendidikan Sebagai sosialisasi dan Enkulturasi

A. Upaya Mempertahankan Kelangsungan Eksistensi Masyarakat dan

Kebudayaan.

Terhadap generasi mudanya masyarakat anatara lain melakukan apa yang di

dalam sosiologi disebut sosialisasi (socialization), atau apa yang di dalam antropologi

disebut enkulturasi (enculturation). Berbagai peranan harus dielajari oleh anak

(individu anggota masyarakat) melalui proses sosialisasi; adapun mengenai

kebudayaan perlu dielajarinya melalui enkulturasi.

Definisi sosialisasi menekankan kepada pengambilan peranan, sedangkan

definisi enkulturasi menekankan kepada  perolehan kompetensi budaya, sedangkan

Pendidikan diupayakan antara lain agar peserta didik mampu hidup bermasyarakat

dan berbudaya.

Pengertian sosialisasi oleh berbagai pakar :

1. Paul B.Horton dan Chester L.Hunt

Hortton dan Hunt (1989:100) memberi batasan sosialisasi sebagai “suatu

proses dengan mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan, internalize)

norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.

2. David B.Brinkerhoft dan Lynn K.White

Brinkerhoff dan white (1989: 90) memberikan penekanan yang berbeda

dengan apa yang dikatakan oleh horton dan hunt. Bagi Brinkerhoff dan white,

10

Page 11: makalah landasan pendidikan

sosialisasi diberi pengertian sebagai “suatu proses belajar peran, status, dan nilai

yang diperlukan untuk keikut sertaan (partisipasi) dalam instituasi sosial”.

3. James W.Vander Zanden

Berbeda dengan definisi diatas, Zanden (1986: 60) mendefinisikan sosialisasi

sebagai “proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan,

sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam

masyarakat.”

Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting dalam

suatu proses sosialisasi, yaitu satu, tentang proses, yaitu suatu transmisi pengetahuan,

sikap, nilai, norma, dan perilaku esensial. Kedua, tentang tujuan, yaitu suatu yang

diperlukan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat. 3

Sosialisasi juga suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang

berpartisipasi dalam masyarakat. Proses belajar individu melalui sosialisasi adalah

bagaimana individu-individu melaksanakan peranan-peranan masing sesuai dengan

kedudukan dan status sosial yang melekat pada dirinya.

Sedangkan enkulturasi suatu proses dimana individu belajar berfikir, bertindak dan

merasa yang mencerminkan kebudayaan mayarakat. Herkovits menyatakan bahwa

sosiologis menunjukkan proses pengintergrasian individu kedalam sebuah kelompok

sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup

sebagai anggota kelompok (Imran Manan, 1989).

Sudut pandang sosiologis melihat pendidikan sebagai proses sosialisasi. Sedangkan

sudut pandang antropologis melihat pendidikan sebagai proses enkulturasi. Dalam proses

sosialisasi terjadi proses enkulturasi dan sebaliknya proses enkulturasi terjadi proses

sosialisasi.

2.5 Pendidikan Sebagai Pranata Sosial

           

Pranata sosial adalah perilaku terpola yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk

memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya (basic needs).

 Jenis Pranata Sosial:3 Damsar, pengantar Sosiologi Pendidikan, jakarta:2011 (hal:65-66)

11

Page 12: makalah landasan pendidikan

 Terdapat berbagai pranata sosial antara lain: pranata ekonomi, pranata politik,

pranata agama, pranata pendidikan, dsb.

   

1. Pranata ekonomi

Seperangkat aturan yang mengatur tentag kegiatan produksi, distribusi, dan

konsumsi barang dan jasa sehingga terwujud kesejahtraan dan keteriban masyarakat.

Terlahir pada saat orang melakukn tukar menukar barang (barter) secara rutin

membagi-bagi tugas dan mengakui adanya tuntutan terhadap orang lain. Antara lain

brtujuan untuk mningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fungsinya mengatur

hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan produktifitas ekonomi semaksimal

mungkin.

2. Pranata agama

Agama adalah ajaran atau system yang mengatur tentng keimanan

(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula

tentang kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dengan

lingkungannnya. Fungsinya ajaran atau aturan adalah memberikan tujuan atau

orientasi sehingga timbul rasa saling hormat antar sesame manusia; hukum

memberikan aturan yang jelas terhadap tingkah laku manusia akan hal-hal yang di

anggap benar dan hal-hl yang di anggap salah; social yaitu sebagai dasar aturan

kesusilaan dalam masyarakat, misalnya ekonomi, pendidikan, kesehatan, perkawinan,

kesenian, dan lain-lain; fungsi ritual; transformatif;

3. Pranata pendidikan

Pranata pendidikan merupakan salh satu pendidikan sosial dalam rangka proses

sosialisasi dn/atau enkulturasi untuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan

berasyarakat dan berbuday serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat

dan kebudayaannya.

2.6 Hubungan Pendidikan dan Masyarakat

Masyarakat menjadi lembaga pendidikan setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat

dalam penyelenggaraannya memiliki peran besar. Karena masyarakat mempengaruhi

perkembangan pribadi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Peran masyarakat dalam rangka pencampaian tujuan pendidikan nasional diantaranya

12

Page 13: makalah landasan pendidikan

dengan membantu menyelanggarakan pendidikan (dengan membuka lembaga

pendidikan swasta), membantu mengadakan/pengadaan tenaga kerja, pembiayaan, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung.

Peran masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur perguruan swasta, dunia usaha,

kelompok prifesi dan lembaga swasta nasional lainnya. Dalam sistem pendidikan

nasional masyarakat ini disebut “Pendidikan Masyarakat.”

Pendidikan kemsyarakatan adalah usaha sadar yang ingin juga memberikan

kemungkinan perkembangan sosial, kultural, keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, ketrampilan, keahlian, yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia

untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat.

Secara koongret pendidikan kemasyarakatan dapat memberikan :

1. Kemampuan profesional untuk mengembangkan karir melalui kursus penyegaran,

penataran, lokakarya, seminar, konferensi, ilmiyah dan sebagainya.

2. Kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional, seperti sekolah

terbuka, kursus tertulis, pendidikan melalui radio dan televisi dan sebagainya.

3. Kemampuan mengembangkan sosial budaya, melalui bengkel seni, teater, olah raga,

seni bela diri, lembaga pendidikan spiritual, dan sebagainya.

4. Kemampuan mengembangkan kehidupan beragama melalui pesantren, pengajian,

pendidikan agama disurau atau langgar, dan sebagainya.

5. Keahlian dan ketrampilan melalui sistem magang untuk menjadi ahli bangunan atau

sebagainya. (Mardiah Kalsum, 2010)

2.7 Hubungan Pendidikan dengan Kebudayaan

Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan dapat dilihat dari pandangan tentang

pendidik dan kebudayaan. Serta dapat dilihat dari fungsi pendidikan sebagai fungsi

enkulturasi, transmisi kebudayaan dan perubahan kebudayaan. Menurut Imran Manan

(1989) terdapat tiga pandangan tentang pendidikan dan kebudayaan :

a. Pandangan superorganik

Superorganik memandang bahwa kebudayaan merupakan sebuah kenyataan

yang berada diatas dan diluar individu-individu yang menjadi pendukung

kebudayaan. Lebih lanjut superorganik berpandangan bahwa: rangsangan budaya

13

Page 14: makalah landasan pendidikan

direnspon oleh manusia dalam bentuk perilaku. Karena merupakan rangsangan

terhadap budaya, maka kebudayaan menentukan tingkah laku manusia.

Implikasi pandangan superorganik tentang kebudayaan terhadap pendidikan adalah

bahwa pendidikan dipandang sebagai suatu proses yang digunakan suatu masyarakat

untuk mengendalikan dan membentuk individu-individu sesuai dengan tujuan-tujuan

yang ditentukan oleh nilai-nilai dasar suatu kebudayaan. Sehingga menurut

superorganik fungsi pendidikan adalah sebagai pewaris dan transisi kebudayaan.

b. Pandangan konseptualis

Menurut pandangan konseptualis kebudayaan tidak memiliki realita yang

bersifat ontologis, dan merupakan sebuah kontruksi logis yang diabstraksikan

melalui tingkah laku manusia.

Pandangan konseptualis tentang pendidikan mengharuskan generasi baru

mempelajari warisan budayanya sesuai dengan perhatiannya dan mengembangkan

gambaran mereka sendiri mengenai kebudayaannya secara objektif menururt

konstruk logis.

c. Pandangan realis

Pandangan realis berpendapat bahwa kebudayaan merupakan sebuah konsep

dan realita lapangan. Pandangan realis meyakini bahwa anak manusia mampu

melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya baik yang bersifat fisik maupun

sosial-budaya.

Untuk penyesuaian diri tersebut mereka diberi berbagai pengetahuan, nilai, sikap

dan ketrampilan yang disediakan oleh kebudayaan mereka dan diperoleh melalui

proses pendidikan. Sehingga sistem pendidikan berfungsi melatih peserta didik

memiliki kemampuan pertimbangan objektif terhadap perubahan sosial budaya yang

disesuaikan dengan nilai-nilai daaar budaya.

 2.8 Landasan Kebudayaan

Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,

1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan

mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat

berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang

merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain

14

Page 15: makalah landasan pendidikan

kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah

dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.

Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling

tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang

diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 :

157).

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti

keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat

orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang

menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin

tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat

luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu

aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan

menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya

kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua

sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal,

dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari

kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila

pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses

membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang

memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya

sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.

1. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berarti seperangkat norma yang dihayati oleh sekelompok masyarakat

dan merupaka cara atau pedoman dalam kehidupannya. Pengertian kebudayaaan ini

memiliki ciri bahwa kebudayaan merupakan mili bersama, dipelajari dan merupakan

suatu keseluruhan yang terinteraksi dalam kehidupan masyarakat.

2. Hasil Pemikiran Manusia

Pemikiran manusia dalam ragka perjalanan hidupnya selalu berusaha ntuk

meningkatkan kehidupannya dari pemikiran manusia itu memperoleh hasil yang

merupakan perangkat pedoman (set of theory) yang apabila perangkat itu diterapkan

dalam kehidupan maka menghasilkan khazanah budaya yang bermanfaat bagi kehidupan

dan makin berkembang menuju kesempurnaannya.

15

Page 16: makalah landasan pendidikan

3. Kemauan atau Norma

Hubungan norma dengan pendidikan adalah merupakan tujuan umum atau akhir

pendidikan

4. Seni

Sedangkan hubungan estetika dengan pendidikan adalah sebagai proses menghayati

hasil karya seni agar dapat merasakan dan menikmati dengan perasaan mendalam

terhadap sesuatu hasil yang dicapai serta sekaligus dapat menghargainya.

16

Page 17: makalah landasan pendidikan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Landasan sosiologis dan antropologis pendidikan sering juga disebut juga

dengan landasan sosiologis kemasyarakatan dan landasan kultural. Landasan

sosiologis adalah hal – hal yang berkaitan dengan perwujudan tata tertib sosial,

perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan sosialisasi sebagai landasan dalam

pendidikan.

Sosiologi pendidikan secara operasional dapat definisi sebagai cabang

sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata

pendidikan dengan pranata kehidupan lainnya, antara unit pendidikan dengan

komunitas sekitar, interaksi sosial antara orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan

dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik.

Landasan kultural, di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional

berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai

hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui

pendidikan, sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh

kebudayaan yang ada dalam maysarakat.

17

Page 18: makalah landasan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Marzuki Mahmud, landasan Pendidikan, (Jakarta : Haja Mandiri, 2014).

Damsar . 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

ithasartika91.blogspot.co.id

18