makalah landasan kebijkan pendidikan tiqoy
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan untuk menjalani kehidupannya.
Pendidikan memberi bekal manusia untuk menjalani kehidupan menjadikan
dewasa dengan dapat menentukan hal yang baik dan benar, dan menjalani tugas
untuk belajar sepanjang hayat. Tujuan pendidikan tersebut untuk mengarah pada
menjadikan manusia lebih baik. Pendidikan berproses berdasarkan landasan yang
memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan tersebut. Salah satu landasan
tersebut adalah landasan pendidikan yang menentukan secara teratur rencana yang
ditentukan untuk pencapaian tujuan.
Suatu landasan kebijakan pendidikan berarti adalah suatu dasar keputusan
untuk melakukan sesuatu dari stakeholder yang merancang aturan pencapaian
keputusan pendidikan. Landasan kebijakan pendidikan tersebut menjadi acuan
langkah dalam melaksanakan pendidikan. Kebijakan yang diputuskan telah
dipertimbangkan dan disusun denga hati-hati dengan tujuan untuk memperbaiki
kualitas pendidkan yang lebih baik. Setiap kebijakan pendidikan juga akan
berubah seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi bahkan ada perubahan
kebijakan yang bersifar reformatif. Menurut John Dewey dalam Tilaar (1999)
menyebutkan
Education is the fundamental method of social progress and reform. All reforms wich rest simply upon the enactment of law, or the thereathenig of certain penalties, or upon changes in mechanical or autward arrangements, are transitory and futile.
Pendidikan adalah metode dasar kemajuan sosial dan reformasi. Semua
reformasi yang sisanya hanya pada berlakunya hukum, atau memberlakukan
denda tertentu, atau atas perubahan pengaturan mekanis atau luar, yang sementara
dan sia-sia. Reformasi membuka ruang partisipasi formal dan informal secara lebih
luas. Kebebasan pers memberi sumbangan amat berarti bagi partisipasi publik,
sehingga
pendidikan dasar dapat dengan cepat menjadi isu publik untuk didiskusikan dan
diadvokasi secara bebas.
1
Indonesia yang mengalami beberapa kali zaman kepemimpinan juga
memengaruhi perubahan kebijakan pendidikan namun landasan kebijakan utama
tetap dari Pembukaan Undang-Undang tahun 1945, hingga pada Sistem
Pendidikan Nasional dan Rencana Strategis di bidang pendidikan. Sebagai
seorang pendidik sangat penting memahami suatu landasan kebijakan pendidian
untuk melaksanakan pendidikan sesuai aturan yang berlaku, agar mencapai tujuan
pendidikan yang berkualitas dan terarah.
Berdasarkan pembahasan di atas maka pemakalah akan membahas tentang
landasan kebijakan pendidikan di Indonesia implikasinya di negara Indonesia,
serta perbandingan dengan landasan kebijakan di negara maju yaitu Amerika
Serikat.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka masalah yang akan
dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan Landasan?
2. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan?
3. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan?
4. Apakah yang dimaksud dengan Landasan Kebijakan Pendidikan?
5. Bagaimanakah Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia?
6. Bagaimanakan Kebijakan Negara Amerika Serikat
C.Tujuan Penulisan Makalah.
1. Untuk mengetahui pengertian Landasan
2. Untuk mengetahui pengertian Kebijakan
3. Untuk mengetahui pengertian pendidikan
4. Untuk mengetahui pengertian Landasan Kebijakan Pendidikan
5. Untuk memahami Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia
6. Untuk memahami Kebijakan Negara Amerika Serikat
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan
3
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik
tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat
terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan
yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan
menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Berdasarkan The Free Dictionary by Farlex Landasan (based) artinya
adalah The fundamental principle or underlying concept of a system or theory; a
basis. Secara karta kerja berdasrkan Dictionary.com yaitu the bottom support of
anything; that on which a thing stands or rests: Selanjutnya yaitu : a fundamental
principle or groundwork; foundation; basis: the base of needed reforms.
Berdasarkan arti penjabaran ringkas diatas maka dapat disimpulkan landasan
adalah suatu prinsip yang inti dan pijakan atau mengarisbawahi suatu konsep
dalam sistem atau teori.
B. Pengertian Kebijakan
Kata policy secara etismologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani
yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini menjadi politia, yang artinya
negara. Dalam bahasa Inggris lama, kata tersebut menjadi policie, yang
pengertiannya berkaitan dengan urusan pemerintah atau administrasi pemerintah
(Dunn,1981:). Dalam pengertian umum kata ini diartikan sebagai,”…a course of
action intended to accomplish some end” (Jones,1977:4) atau sebagai “…
whatever government chooses to do or not to do” (Dye,1975:1). Dalam bahasa
Indonesia, kata “kebijaksanaan” atau “kebijakan” yang diterjemahkan dari kata
policy tersebut mempunyai konotasi tersendiri. Kata kebijakan diambil dari kata
bijaksana atau bijak yang dapat disamakan dengan pengertian wisdom, yang
berasal dari kata sifat wise dalam Bahasa Inggris.
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti
kebijakan. Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or
not to do). Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa definisi
4
lain dari David Easton (1957) , dalam hayes (2001) . Easton menyebutkan
kebijakan pemerintah sebagai “kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk
masyarakat secara keseluruhan.” Ini mengandung konotasi tentang kewenangan
pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu
organisasi lain yang wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali
pemerintah. Sementara Lasswell dan Kaplan (Ulul Albab, 2005) yang melihat
kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai
program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a
projected program of goals, values and practices). Carl Friedrich (Ulul Albab,
2005) mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya
tujuan (goal), sasaran (objektive) atau kehendak (purpose).
H. Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai “a course of action
intended to accomplish some end,” atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh
Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini
yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the
desired ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan saja.
Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan,
tetapi sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi
dalam kehidupan bernegara tidak perlu diperhitungkan. Baru diperhitungkan
kalau ada usaha untuk mencapainya, dan ada”faktor pendukung” yang diperlukan.
Kedua, rencana atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk
mencapainya. Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan
dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Keempat, keputusan,
yakni tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan
menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program dalam
masyarakat.
Selanjutnya Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat digolongkan
sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Sebab itu,
katanya, isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami oleh para analis daripada
oleh para perumus dan pelaksana kebijakan itu sendiri.
5
Bertolak dari sini, Jones merumuskan kebijakan sebagai “…behavioral
consistency and repeatitiveness associated with efforts in and through government
to resolve public problems” (perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan
dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan
masalah umum). Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat
dinamis.
Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William Dunn
mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi
baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sebab itu dia mendefinisikan analisis kebijakan sebagai ”ilmu sosial
terapan yang menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan dan
mentransformasikan informasi yang relevan yang dipakai dalam
memecahpersoalan dalam kehidupan sehari-hari“. Di sini dia melihat ilmu
kebijakan sebgai perkembangan lebih lanjut dari ilmu-ilmu sosial yang sudah ada.
Metodologi yang dipakai bersifat multidisiplin. Hal ini berhubungan dengan
kondisi masyarakat yang bersifat kompleks dan tidak memungkinkan pemisahan
satu aspek dengan aspek lain. Berikut tahapan dalam membuat kebijakan menurut
Sean Lennon
Defining of the Issue Setting the Agenda Formulating the Policy Adopting the Policy Implemetation of the Policy Analysis / Interpretation of the courts
Berdasarkan definsi-definsi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
merupakan rencana yang disusun oleh stakeholder atau pemerintah untuk halayak
umum yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan dan bersifat dinamis karena
adanya perubahan zaman.
C. Pengertian Pendidikan
Berdasarkan sudut pandang pedagogik, sebagaimana dikemukakan M.J.
Langeveld (1980) dapat disimpulkan bahwa pendidikan atau mendidik adalah
6
suatu upaya orang dewasa yang dilakukan secara sengaja untuk membantu anak
atau orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa dengan
anak atau orang yang belum dewasa dalam suatu lingkungan. Karena pendidikan
itu diupayakan secara sengaja, maka dalam hal ini pendidik tentunya telah
memiliki tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidik memilih
isi pendidikan tertentu dan menggunakan alat pendidikan tertentu pula. Dari
uraian di atas, dapat diidentifikasi adanya enam unsur yang terlibat dalam
pendidikan atau pergaulan pendidikan, yaitu: (1) tujuan pendidikan, (2) pendidik,
(3) anak didik, (4) isi pendidikan, (5) alat pendidikan, (6) lingkungan pendidikan.
Berdasarkan Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan
adalah: ( a) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, (b) proses
sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka
dapat memperoleh perkembangan kemmapuan sosial dan kemampuan individu
yang optimum (Fattah, 1996 ). Pengertian lain dijelaskan oleh Crow and Crow
(1960) dalam Fattah (1996) „Modern educational thepry and practise not only
are aimed at preparation for future living but also are operative indetermining
the patern of present“.
Komite Internasional UNESCO yang diketuai oleh Jacques Delors
tentang pendidikan untuk abad XXI, yakni pendidikan yang harus dilaksanakan
atas dasar dua buah prinsip, yakni prinsip pertama, pendidikan atau pembelajaran
berlangsung sepanjang hayat (lifelong education, lifelong learning) dan prinsip
kedua, pendidikan mempunyai empat sendi atau pilar. (i) belajar mengetahui,
termasuk belajar bagaimana belajar (learning to know, including learning how to
learn), (ii) belajar berbuat (learning to do), (iii) belajar menjadi seseorang
(learning to be), dan (iv) belajar hidup bersama, hidup dengan orang lain
(learning to live together, learning to live with others).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pendidikan adalah
suatu proses yang dialami oleh setiap individu sepanjang hayat baik disengaja
7
atau tidak disengaja dalam rangka mengembangkan kemampuan diri untuk
menghadapi berbagai aspek kehidupan.
D. Landasan Kebijakan Pendidikan
Kata landasan dalam hukum/kebijakan berarti melandasi atau mendasari
atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku
yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila
dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku
pula. Landasan hokum/kebijakan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam
hal ini kegiatan pendidikan
"Education policy" refers to the collection of rules, both stated and implicit, or
the regularities in practice that govern the behavior of persons in schools.
Education policy analysis refers to the scholarly study of education policy.
Examples of education policy analysis may be found in such academic
journals as Education Policy Analysis Archives. "Kebijakan Pendidikan"
mengacu pada kumpulan aturan, baik dinyatakan dan implisit, atau keteraturan
dalam praktek yang mengatur perilaku orang di sekolah-sekolah. analisis
kebijakan Pendidikan mengacu pada studi ilmiah kebijakan pendidikan
Landasan kebijakan pendidikan juga akan berhubungan pihak yang
berwenang melaksanakan undang-undang yaitu pihak yang merancang kebijakan
tersebut. Pihak tersebut adalah pemerintah, pemerintah beserta pihak yang terkait
harus mengkondisikan agar kebijakan berjalan mengarah pada tujuan utama
pendidikan suatu negara dan berbasis landasan pendidikan.
Analisis kebijakan dikaitkan dengan pendidikan, maka analisis kebijakan
pendidikan adalah suatu prosedur ilmiah untuk menelaah dan merumuskan
seluruh isu-isu dan permasalahan pendidikan berdasarkan analisa yang tajam dan
metode berfikir yang kritis yang selanjutnya menghasilkan sebuah pemikiran atau
rumusan yang berguna bagi kebijakan pendidikan.
Memahami kebijakan pendidikan membutuhkan sebuah kontemplasi dari
pengaruh dan niat kebijakan sepanjang empat dimensi teori kebijakan. Dengan
8
memanfaatkan empat dimensi teori kebijakan termasuk normatife, structural,
konstituentive, dan teknis, individu dapat menentukan dimensi penting dari
kebijakan (Coper, Fusarelli&Randall, 2004, Dennis, 2007). Empat dimensi teori
kebijakan dapat digunakan untuk evaluasi kebijakan selain itu dimensi ini
mencakup bagaimana evaluasi kebijkan dapat meningkatkan efektifitas
pendidikan, termasuk kurikulum, pengajaran dan penilaian. Berikut penjelasan
dari ke empat dimensi tersebut:
a. Dimensi Normatif : Dimensi ini terdiri dari nilai-nilai standar, dan filosofi
yang mendorong masyarakat untuk melakukan perbaikan dan perubahan
semua kebijakan, oleh karena itu semua kebijakan adalah refleksi dari
masyarakat
b. Dimensi Struktural berisi langkah-langkah pemerintah dan stuktur
organisasi, metode dan prosedur yang menyatakan dan mendukung
kebijakan pendidikan.
c. Dimensi constituentive terdiri dari asumsi individu, kelompok
kepentingan, dan penerima yang mengerahkan kekuatan atas, adalah
pihak, dan keuntungan dari proses pembuatan kebijakan.
d. Dimensi teknis mencakup pengembangan, praktek, implementasi, dan
penilaian kebijakan pendidikan. Pemahaman kebijakan pendidikan
memerlukan bahwa para pembuat kebijakan merenungkan pengaruh dan
konsekuensi dari kebijakan pendidikan sepanjang dimensi (Cooper,
Fusarelli, & Randall, 2004, Dennis, 2007).
E. Landasan Kebijkan Pendidikan Indonesia
Landasan yuridis atau kebijakan pendidikan Indonesia adalah seperangkat
konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan
Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah, dan lainnya.
Berikut landasan kebijakan pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia:
9
1. Dalam pembukaan (UUD 1945, antara lain : “ Atas berkat Ramat Tuhan
yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan berkebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk
statu pemerintahan negara republik Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam statu undang-undang dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam statu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dab beradap, persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan statu keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.” (Dikti)
2. Pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa (1) Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;
serta (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
3. UU RI No. 2 Tahun 2003 tentang: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
10
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional
pendidikan menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional. Pendidikan Pasal 1 yang berisi bahwa Standar nasional
pendidikan adalah criteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
F. Kebijakan Pendidikan di Negara Amerika Serikat
Negara Amerika sangat memeperhatikan pembuatan kebijakan pendidikan
berdasarkan karakterisitk geografis dan demografis serta factor sejarah. Luas
negara kurang lebih 9,4 juta km persegi yang secara fisik memiliki sangat
bervariasi, beriklim yang bervariasi sehingga keadaan flora dan fauna yang juga
beragam. Berdasarkan keragaman tersebut karakterisitk utama sistem pendidikan
Amerika Serikat yang sangat menonjol adalah desentralisasi.
Karakter desentralistik ini berupa pemerintah pusat tidak memiliki mandar
untuk mengontrol atau mengadakan pendidikan untuk masyarakat. Setiap
pemeritah federal. Negara bagian, dan pemerintah daerah memiliki atauran dan
tanggung jawab adminstratif masing-masing yang sangat jelas. Amerika Serikat
tidak mempunyai sistem pendidikan yang terpusat atau yang bersifat nasional.
Namu Amerika Serikat memiliki tujuan pendidikan secara umum yaitu (Syah Nur,
2002) :
1. Untuk mencapai kesatuan dalam kebinekaan
11
2. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
3. Untuk membantu pengembangan idnvidu
4. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat
5. Untuk mempercepat kemajuan social.
Setiap negara menydiakan pendidikan secara gratis bagi anak-anak
sekolah negeri, mulai dari Taman Kanak-Kanak ditambah 12 tahun pada jenajang
berikutnya. Setiap undang-ungan tidak sama diantara negara-negara bagian,
namun pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi anak-anak dan remaja dari
umur 6 atau 7 sampai 16 tahun. Dalam system pendidikan Amerika Serikat,
terdapat beberapa pola struktur pendidikan, baik pada tingkat dasar dan
menengah, maupun pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat dasar dan
menengah terdapat pola sebagai berikut:
1. Taman Kanak-Kanak+Pendidikan Dasar “grade” 1-8+4 tahun SLTA:
2. Taman Kanak-Kanak+Sekolah Dasar grade 1-6=3 tahun SLTP=3
tahun SLTA;
3. Taman Kanak-kanak+Sekolah Dasar “grade” 1-4/5+4 Tahun SLTP + 4
tahun SLTA dan
4. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat Taman Kanak-Kanak+12
tahun, pada beberapa buah negara bagian, dilanjutkan 2 tahun pada
tingkat akademi 9Junior/Cummunity College) Sebagaian dari system
pendidikan dasar dan menengah
Pada pendidikan tinggi, struktur dan jenis/jenjang pendidikan pada dasarnya
dikelompokkan dalam tiga bentuk, baik pendidikan tinggi bnegeri maupun swasta,
yaitu:
1. Pendidikan tinggi 2 tahun yang disebut “Junior, Cimmunity atau Technical
Collegel”. Memberikan sertifikat, dan kadang kendala memberikan gelar
“Associate of Art” (A.A)
2. Pendidikan tinggi 4 tahun yang menyediakan Strata -1 disamping
pendidikan professional. Tingkat ini lazim disebut “undergraduate”
12
3. Universitas biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan
program Diploma, S-1, Pascasarjana S-2 (Master) dan kebanyakan
menyediakan program Doktor (S-3)
Kebijakan umum pendidikan dasar dan menengah dipegang oleh sebuah
badan yang disebut “Board of Education” yang berfungsi memebuat kebijakna-
kebijakan serta menentukan anggara pendidikan, sementara Departemen
Pendidikan engara bagian bertanggung jawab atas semua pendidikan dan semua
tingkat, yang akdang-kadang juga mencakup pendidikan tinggi.
Kurikulum sekolah, penentuan persyaratan sertifikasi, guru-guru, dan
pembiyaan sekolah menjadi tanggung jawab badan ini. Pimpinan bagian
pendidikan ini disebut “Comissioner” atau “Superintendent” biasanya ditunjuk
oleh “Board of education” atau oleh gubernur, tetapi pada beberap negara bagian
pimpinan itu dipilih. Pada dasrnya, operasional sekolah dilasanakan oleh unit-unit
yang lebih rendah, bahkan langsung oleh sebuah sekolah dasar. Mereka pada
prinsipnya memiliki kebebasan atau otonomi yang luas.
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Pengertian Landasan
Landasan adalah suatu prinsip yang inti dan pijakan atau mengarisbawahi
suatu konsep dalam sistem atau teori. Pada landasan untuk konseptual
landasan mengandung asumsi.
b. Pengertian kebijakan
Kebijakan merupakan rencana yang disusun oleh stakeholder atau
pemerintah untuk khalayak umum yang bertujuan untuk mencapai suatu
tujuan dan bersifat dinamis karena adanya perubahan zaman.
c. Pengertian pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap individu
sepanjang hayat baik disengaja atau tidak disengaja dalam rangka
mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi berbagai aspek
kehidupan.
d. Landasan Kebijakan Pendidikan
Landasan kebijakan pendidikan merupakan suatu dasar untuk melakukan
melaksanakan undang-undang oleh pihak yang berwenang termasuk juga
pihak yang merancang kebijakan tersebut. Pihak yang dominan adalah
tersebut adalah pemerintah, pemerintah beserta pihak yang terkait harus
mengkondisikan agar kebijakan berjalan mengarah pada tujuan utama
pendidikan suatu negara dan berbasis landasan pendidikan.
e. Landasan Kebijakan Pendidikan Indonesia
Landasan yuridis atau kebijakan pendidikan Indonesia adalah seperangkat
konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak system
pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi,
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Undang-Undang Peraturan
Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan lainnya
f. Kebijakan Negara Amerika Serikat
Kebijakan pendidikan negara Amerika Serikat disusun berdasarkan
kondisi geografis negara dan demografis negara hingga menggunakan
14
kebijakan desentralisasi. Kebijakan ini mengrahkan pada setiap negara bagian
memiliki aturan administrative sendiri untuk menjalankan pendidikan hingga
tingkat lembaga sekolha. Namun pemerintah pusat beserta dewan yudikatif,
legislative membantu penuh dalam memecahkan masalah pendidikan dan
memberikan infrastruktur yang layak untuk kebutuhan sekolah.
B. Saran
Suatu hal memerlukan pijakan kuat untuk teori yang akan digunakan
dalam rangka membuat suatu kebijakan untuk membuat rencana, diharapkan
untuk benar-benar mengkaji masalah agar dapat membuat kebijakan yang
sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat. Kebijakan yang dibuat
seharusnya suatu kebijakan hrslah kontinue dan berkelanjutan.
Sosialisasi suatu kebijakan penting terlebih lagi untuk kebijakan
pendidikan. Sosialisasi tersebut harus dilakukan hingga semua element
pendidikan mengetahui dan memahami serta dapat menerapkan dengan
profesional. Setelah sosialisasi tercapai pemerintah dapat menganalisis apakah
kebijakan yang disusun telah mencapai tujuan dan berjalan dengan baik atau
malah belum tepat dalam mengeluarkan kebijakan. Analisis ini sangat penting
agar dapat melihat mana kekurangan dan kelebihan suatu kebijakan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Childers, Dennis ( 2007) Empat Dimensi Teori Kebijakan Pendidikan: Normatif,
Struktural, Constituentive, dan Teknik [Online] Tersedia:
http://translate.google.com/translate?
hl=id&sl=en&tl=id&prev=_t&u=article/500765/
four_dimensions_of_educational_policy_pg2.html%3Fcat%3D4
Dictionary.com [Online] Tersedia: http://dictionary.reference.com/browse/base
Dye, T. R. (1972). Understanding public policy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall./
Fattah, Nanang.1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Lennon, Sean (____) Educational Policy [Online] Tersedia:
http://www.lennonportal.net/index_files/policy1.ppt.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 [Online]
Tersedia: www.bpkp.go.id/unit/hukum/pp/2005/019-05.pdf
Tilaar, 1999, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,
Bandung: PT Remadja Rosdakarya
DIKTI (2003) Sistem Pendidikan Nasional [Online] Tersedia: www.inherent-
dikti.net/files/ sisdiknas . pdf
Syah Agustiar Nur. (2002), Perbandingan Sistem Pendidikan 15 negara.
Bandung: Penerbit Lubuk Agung
Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen) - Undang-Undang Dasar Negara
[Online] Tersedia: www.bpkp.go.id/unit/hukum/uud/uud1945.pdf
Ulul Albab, (2005) Definisi & Pengertian Kebijakan Publik. [Online] Tersedia:
elisa.ugm.ac.id/files/PSantoso_Isipol/.../Hani%20Arya%20-%20KP.pdf
16