landasan ilmu pendidikan (makalah)

30
Landasan Ilmu Pendidikan Sejarah Pendidikan Indonesia Disusun oleh : Egy Nuralamsyah (5215141100 ) Shoraida Sariwati (5215141113 ) Fajar Andhika (5215144152 ) Muhammad Rizal Fahlevi (5215144162 ) Gadis Siti Mutiarahmah (5215144163 ) Fajar Andhika (5215144152 ) Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Upload: muhammad-rizal-fahlevi

Post on 09-Nov-2015

84 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah mengenai Pendidikan

TRANSCRIPT

Landasan Ilmu Pendidikan Sejarah Pendidikan Indonesia

Disusun oleh :Egy Nuralamsyah (5215141100 )Shoraida Sariwati (5215141113 )Fajar Andhika (5215144152 )Muhammad Rizal Fahlevi (5215144162 )Gadis Siti Mutiarahmah (5215144163 )Fajar Andhika (5215144152 )

Program Studi Pendidikan Teknik ElektronikaJurusan Teknik ElektroFakultas TeknikUniversitas Negeri Jakarta2015Semester 102

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan tema Sejarah Pendidikan Indonesia ini dapat diselesaikan pada waktu yang diinginkan. Shalawat serta salam kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan manusia dari kegelapan dan kebodohan kepada cahaya ilmu pengetahuan.Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, langsung maupun tidak langsung. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan kita semua orang yang haus akan ilmu dan menjadikan kita semua menjadi bersemangat untuk bertaqaruf kepada-Nya Amin.

Jakarta, 05 Mei2015 Penulis

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ...................................................................................................................iKATA PENGANTAR ................................................................................................................iiDAFTAR ISI ............................................................................................................................... iiiBAB IPENDAHULUAN......................................................................................................11.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................................11.2. Rumusan Masalah .................................................................................................21.3. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB IIPEMBAHASAN ........................................................................................................5 2.1 Dimensi-dimensiHakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya.................. 32.2 Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Potensi Manusia ................................. 52.3 Sifat ........................................................................................................................... 82.4 Siswa Sebagai Makhluk Yang Unik................................................................................. 9

2.5. Dinamika Pendidikan Di Indonesia........................................................................ 10

BAB IIIPENUTUP ..................................................................................................................113.1. Kesimpulan ............................................................................................................15DAFTAR PUSTAKA

B A B IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman.Di Indonesia,berubahnya subsistem pendidikan (kurikulum, UU) biasanya tidak ditanggapi dengan antusiasme, namun malah sebaliknya membuat masyarakat ragu apakah penguasa di Indonesia memiliki visi pendidikan yang jelas atau tidak. Visi pendidikan diharapkan mampu menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Karena, tujuan pendidikan yang jelas pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif. Dan pada akhirnya, kelak pendidikan mampu menjawab tuntutan untuk menyejahterakan masyarakat dan kemajuan bangsa. Setidaknya ada empat tujuan yang menjadi idealisme pendidikan, antara lain sebagai berikut:1.Perolehan pengetahuan dan keterampilan (kompetensi) atau kemampuan menjawab permintaan pasar.2.Orientasi humanistik3.Menjawab tantangan-tantangan sosial, ekonomi, serta masalah keadilan.4.Kemajuan ilmu itu sendiri.Dari keempat tujuan pendidikan di atas, setidaknya poin nomor2yang berorientasi pada tujuan memanusiakan manusia atau humanistis, menjadi poin yang penting dalam proses pendidikan, dan sudah sepatutnya bahwa pendidikan harus menjunjung hak-hak peserta didik dalam memperoleh informasi pengetahuan.

1.2Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah pendidikan di Indonesia sebelum masa kemerdekaan?2.Bagaimanakah pendidikan di Indonesia setelah masa kemerdekaan?

1.3Tujuan

Mengetahui bagaimana pendidikan di Indonesia sebelum masa kemerdekaan.Mengetahui bagaimana pendidikan di Indonesia setelah masa kemerdekaan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pendidikan yang Berlandaskan Kepentingan Penjajah

Indonesia pernah mengalami masa penjajahan, baik yang pada masa penjajan Belanda maupun masa penjajahanJepang. Sehingga, tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer.Secara garis besar, sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan masa pemerintahan Republik Indonesia. 2.1.1.Pendidikan Pada ZamanVOCSebagaimana Bangsa Portugis sebelumnya, kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-16 mula-mula untuk tujuan dagang dengan mencari rempah-rempah denga mendirikan VOC. Misi dagang tersebut kemudian diikuti dengan misi penyebaran agama yang terutama dilakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan asrama untuk para siswa. Di sana diajarkan agama Kristen-Protestan dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda dan sebagian menggunakan Bahasa Melayu. Dirikan sekolah-sekolah yang di arahkan untuk kepentingan mendukung misi VOC di Nusantara.

2.1.2. Kolonial BelandaPudarnya VOC pada akhir abad ke-18 menandai masa datangnya zaman kolonial Belanda. Tugas untuk mengatur pemerintahan dan masyarakat yang sebelumnya ditangani oleh kompeni (institusi dagang) kemudian diambil alih oleh Pemerintah Belanda yang menjadikan Hindia-Belanda sebagai tanah jajahan. Meskipun tetap berpihak pada kepentingan Belanda, system pendidikan pun berubah menjadi lebih terbuka. Muatan keagamaan yang di masa-masa sebelumnya sangat kental, diimbangi dengan muatan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung kepentingan Belanda.Mulai akhir abad ke-19 dan hingga darsawarsa awal abad ke-20, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sangat beragam, meliputi sekolah dasar, sekolah raja, sekolah pertukangan,sekolah kejuruan, sekolah-sekolah khusus untuk perempuan Eropa dan pribumi, sekolah dokter, perguruan tinggi hukum, dan perguruan tinggi teknik.Untuk mengimbangi pendidikan Belanda, pada periode ini berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan bercorak keagamaan dan kebangsaan oleh Muhammadyah, Taman Siswa, Ins Kayutanan, Maarif, dan perguruan Islam lainnya.Pada masa ini, pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu:pendidikanrendah, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi.Tujuan pendidikan pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan kepada memenuhi kebutuhan pemerintah Belanda, yaitu tersedianya tenaga kerja murah untuk hegemoni penjajah dan untuk menyebarluaskan kebudayaan Barat.

2.1.3.Jepang

Pada tahun 1942-1945, masa pendudukan Jepang memberikan corak yang berarti pendidikan di Indonesia. Tidak lama setelah berkuasa, Jepang segera menghapus sistem pendidikan warisan Belandayang didasarkan atas penggolongan menurut bangsa dan status sosial. Tanpa membedakan status social mulai di buka tingkat sekolah terendah adalah Sekolah Rakyat (SR), Sekolah Menengah Pertama (SPM) selama tiga tahun,Sekolah Menengah Tinggi(SMT) selama tiga tahun. Sekolah dikejuruan juga di kembangkan, yaitu Sekolah Pertukangan, Sekolah Teknik Menengah, Sekolah Pelayaran,Sekolah Pelayaran dan Sekolah Pelayaran Tinggi.Ditingkatkan pendidikan tinggi,pemerintah pendudukan Jepang mendirikan Sekolah TinggiKedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta dan Sekolah Tinggi Teknik di Bandung.Perubahan lain yang berarti bagi Indonesia dikemudian hari ialah bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar pertama di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintahan, dan bahasa pengantar kedua adalah Jepang.Sejak saat itu, bahasa Indonesia berkembang pesat sebagai bahasa pengantar dan bahasa komunikasi ilmiah. Tujuan pendidikan pada zaman Jepang diarahkan untuk mendukung pendudukan Jepang dengan menyediakan tenaga kerja kasar secara Cuma-Cuma yang dikenal denganromusha.Di sekolah,para siswa mengikuti latihan fisik, baris berbaris meniru tentara Dai Nippon, latihan kemiliteran disertai indoktrinasi yang intinya kesetiaan penuhpada Kaisar Jepang. Pemuda-pemuda yang menapak dewasa dijadikan romusha dan sebagian direkrut untuk menjadi tentara.Tujuan pendidikan lebih ditekankan kepada dihasilkannya tenaga buruh kasar secara cuma-cuma dan prajurit-prajurit untuk keperluan peperangan Jepang.

2.2Pendidikan dalam Rangka Perjuangan Indonesia

Pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan ditandai oleh munculnya gerakan pendidikan yang dipelopori oleh Muhammadiyah, Perguruan Taman Siswa, INS Kayutanam, Pendidikan Maarif dan perguruan ialam lainnya.

2.2.1.MuhammadiyahMuhammadiyah lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasionalisme Bangsa Mula-mula misi utama Muhammadiyah adalah untuk menyebarkan agama, kemudian membuka dan menyelenggarakan pendidikan, baik sebagai sarana untuk anak mencerdaskan bangsa yang dibodohi oleh pemerintah Belanda maupun sebagai sarana menyebarkan syiar Islam.Muhammadiyah didirikan di kampong Kauman, Yogyakarta, pada tahun 18 November 1912. Sekolah Muhammadiyah pertama didirikan pada tahun 1911. Dalam perkembangannya kemudian, sekolah ini menjadiVolksschool(Sekolah Rakyat) 3 tahun. Muhammadiyah juga kemudian mendirikan sekolah rakyat 3 tahun yang diberi nama Sekolah Kesultanan(Sultanaatschool), menyusul kemudian HIS Muhammadiyah, sekolah menengah yang dimulai dengan sebuah MULO yang diberi subsidi oleh pemerintah Belanda, juga sebuahAlgemene Middelbare School(AMS) yang mendapat bantuan dari para intelektual Indonesia yang beraliran nasional danHolland Inlandse Kweekschool.Kurikulum sekolah-sekolah Muhammadiyah di masa itu menyeimbangkan muatan pelajaran agama dan umum dengan porsi masing-masing sekitar 50%.Dalam alam kemerdekaan, usaha-usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan ini semakin meluas dan meningkat, mulai tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi. Cabang-cabang Muhammadiyah tumbuh diman-mana di seluruh Indonesia. Selain dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

2.2.2.Taman siswaTaman Siswa secara jelas menunjukkan sifatnya yang nasionalis dan pedagogis serta kultural. Walaupun bukan suatu organisasi politik, Taman Siswa sejak pendiriannya mempunyai tujuan politik, yaitu kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini jelas dari pertimbangan Ki Hajar Dewantara, pendirinya, sewaktu di pengasingan di negeri belanda untuk mendalami masalah pendidikan. Menurut Ki Hajar, rakyat Indonesia harus benar-benar memahami arti kehidupan berbangsa dan bertanah air melalui pendidikan. Kegiatan pendidikan diberikan kepada mereka yang berusia muda dengan mendirikanKindertuinatau Taman Kanak-kanak yang dikalangan Taman Siswa disebut Taman Indriya, pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga pendidikan Taman Siswa diberi namaNational Onderwijs Institut Taman Siswadengan Taman Indriya sebagai tingkat terendah. Taman Siswa didasarkan atas kebangsaan dan kebudayaan Indonesia.Pendidikan Taman Siswa selanjutnya mengakui hak-hak anak untuk bebas yang dinyatakan tanpa batas. Batas itu antara lain adalah lingkungan dan kebudayaan. Pengakuan atas kebebasan anak adalah suatu prinsip pendidikan yang sangat pokok pada Taman Siswa. Prinsip demokrasi dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan pengertian sebagai berikut :1.Anak dalam pendidikan merupakan pusat perhatian pendidik.2.Musyawarah sebagai prinsip demokrasi tetapi menghargai pemimpin.3.Dasar demokrasi membawa kewajiban untuk memikul tanggung jawab.Dengan gambaran diatas, maka Taman Siswa, terutama dibidang pendidikan dan kebudayaan, telah memberi andil yang sangat besar terhadap pendidikan nasional. BahkanUndang-Undang Pendidikan No. 4 tahun 1950 praktis telah mencakup semua prinsip Taman Siswa.

2.2.3. INS KayutanamSekolah ini didirikan sebagai tanggapan terhadap pendidikan Belanda yang berlangsung saat itu oleh Muhammad Syafiei dinilai intelektualistik dengan mementingkan kecerdasan dan kurang memperhatikan bakat-bakat anak. Melalui INS yang didirikannya ia berusaha agar para siswatidak menjadi cendekiawan setengah matang yang angkuh tetapi menjadi pekerja cekatan yang rendah hati.Di INS, para siswa dididik untuk bekerja teratur dan produktif agar dapat hidup mandiri. Para siswa mendapat pelajaran dalam berbagai bidang Di INS sebagai wahana untuk membuat anak-anak sehat dan kuatFalsafah yang mendasari gagasannya adalah Tuhan tidak sia-sia menjadikan manusia dan alam lainnya. Masing masing mesti berguna dan kalau tidak berguna itu disebabkan kita tidak pandai menggunakannya (dikutip dari Republik Indonesia Propinsi Sumatera Tengah, penerbitan Kementerian Penerangan, hlm.778). INS kayutaman mengembangkan sistem persekolahannya dengan didasarkan atas aktivitas dan bertujuan untuk melahirkan dan memupuk semangat bekerja dan percaya kepada diri sendiri.Disamping dikembangkan atas dasar-dasar prinsip pedagogis, INS juga memupuk semangat nasionalisme di kalangan para siswanya. Hal ini tampak dari tujuan pendidikannya, yaitu agar siswa dapat berdiri sendiri dan tidak perlu mencari jabatan di kantor pemerintahan yang pada ssat itu dikuasai oleh Pemerintah Kolonial Belanda.Prinsip tidak menggantungkan diri kepada orang lain juga dianut oleh Muhammad Syafiei sendiri yang menolak tawaran Pemerintah Belanda untuk menerima bantuan. Pengembangan lembaga pendidikannya diusahakan atas dasar prinsip self-help (mandiri) dengan mengumpulkan uang melalui pertunjukan, pameran hasil karya murid-murid, dan penjualan hasil kerja mereka. Hanya pemberian yang tidak mengikat secara moral yang diterimanya.Meskipun praktik dan gagasan pendidikannya bagus, sistem persekolahan yang dikembangkan INS Kayutanam tidak berkembang diluar daerahnya. Para lulusan yang dihasilkannya juga tidak cukup mendapat bekal untuk mendapatkan tempat dimaysarakat sehingga dapat dikatakan keuntungan pendidikan hanya dirasakan oleh perorangan siswa.INS Kayutanam bertahan hingga masa pendudukan Jepang, dan pada masa perang kemerdekaan (tahun 1949) INS Kayutanam ditutup. MuhammadSyafei sendiri setelah tidak menangani INS, ditunjuk sebagai Kepala Sekolah Guru Bantu (SGB). Ia tutup usia pada tahun 1966.

2.3Pendidikan yang Berlandaskan Ajaran Keagamaan

a.PendidikanHindu-BudhaAjaranHindu dan Budha memberikan corak pada praktik pendidikan di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kalimantan (Kutai),Pulau Jawa (Tarumanegara hingga Majapahit), Bali dan Sumatera (Sriwijaya). Prasasti tertua yang ditemukan di Kutai dan di Tarumanegara merupakan peninggalan agama Hindu. Pada periode awal berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia, sistem pendidikan sepenuhnya bermuatan keagamaan yang dilaksanakan di biara-biara atau padepokan. Pada perkembangan selanjutnya, muatan pendidikan bukan hanya berupa ajaran keagamaan, melainkan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.Pada masa Hindu-Budha ini, kaum Brahmana merupakan golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Perlu dicatat bahwa sistem kasta tidaklah diterapkan di Indonesia setajam sebagaimana yang terjadi di India. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain.Menjelang periode akhir, pola pendidikan tidak lagi dilakukan dalam kompleks yang bersifat kolosal, tetapi oleh para guru di padepokan-padepokan dengan jumlah murid relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual religius. Para murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi secara umum dapatlah disimpulkan bahwa: (1) Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi; (2) Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru yang lain; (3) Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di istana disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke guru-guru tertentu; (4) Pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.

b.IslamPendidikan berlandaskan ajaran Islam dimulai sejak datangnya para saudagar asal Gujarat India ke Nusantara pada abad ke-13. Kehadiran mereka mula-mula terjalin melalui kontak teratur dengan para pedagang asal Sumatra dan Jawa. Para saudagar asal Gujarat yang beragama Islam itu kemudian menjadi penyebar agama Islam di Indonesia. Ajaran Islam mula-mula berkembang di kawasan pesisir, sementara di pedalaman agama Hindu masih kuat. Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudera-Pasai di Aceh, yang didirikan tahun 1297 oleh Sultan Malik Al-Saleh. Namun diperkirakan pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia jauh sebelum berdirinya Samudera-Pasai.Hal ini terbukti dengan adanya batu nisan di Leran, dekat Gresik, Jawa timur, yang menyebutkan tentang meninggalnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 476 H (1082 M).Di pulau Jawa dan Sumatera yang penduduknya lebih dahulu mengadakan kontak dengan pendatang dari luar Indonesia (terutama dari Cina, India, dan Indonesia), didapati pendidikan agama Islam dimasa pra-kolonial dalam bentuk pendidikan di surau atau langgar, pendidikan di pesantren, dan pendidikan di madrasah. Pendidikan agama di langgar dilaksanakan secara sederhana dengan bimbinganguru ngajiyang statusnya dibawah kyai. Materi yang diajarkan umumnya membaca Al-quran dan fikih dasar.Di pesantren, para santri tinggal di tempat pemondokan sederhana yang biasanya disebut pondok. Sifat khusus pengajaran di pesantren antara lain :1.Pelajaran bersifat keagamaan2.Penghormatan yang tinggi kepada guru3.Tidak ada gaji atau upah untuk guru karena motivasinya semata-mata karena Allah4.Santri datang secara sukarela untuk menuntut ilmuSelain itu, ada juga pendidikan di madrasah yang bukan hanya mengajarkan agama, melainkan juga ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu falak) dan ilmu pengobatan. Pendidikan Indonesia baru mengenal sistem berjenjang yang formal sejak masuknya pengaruh Belanda. Namun hingga datangnyakolonial Belanda dan bahkan hingga sekarang ketiga corak pendidikan Islam, yaitu pendidikan di langgar, pesantren dan madrasah tetap bertahan.

c.Katholik dan Kristen-Protestan

Pendidikan katholik berkembang mulai abad ke-16 melalui orang-orang portugis yang menguasai Malaka. Dalam usahanya mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa (yang saat itu harganya sangat mahal), mereka selalu disertai misionaris Katolik-Roma yang berperan ganda sebagai penasehat spiritual dalam perjalanan yang jauh dan penyebar agama di tanah yang di datanginya. Misi mereka yang dikenal sebagai misi suci (mission sacre) dilaksanakan bersama misi pencarian rempah-rempah.Segera setelah mereka menduduki suatu daerah atau pulau, usaha pertama yangdilakukannya adalah menjadikan penduduk setempat sebagai pemeluk Katolik-Roma. Kemudian di tempat itu didirikan seminar-seminar untuk mendidik anak-anak setempat. Namun kekuasan Portugis tidak berlangsung lama, hanya sekitar setengah abad, karena diusir oleh Spanyol. Kemudian Belanda menyebarkan agama Kristen-Protestan dan mengembangkan sistem pendidikannya sendiri yang bercorak Kristen-Protestan.

2.4Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan

2.4.1.Orde LamaKondisi pendidikan dizaman orde lama, terutama di fokuskan antara 1950-1966. Seperti di ketahui, sesudah konferensi meja bundar pada 1949, terbentulah republik indonesia serikat. Di dalam RIS di atur mengenai pendidikan dan pengajaran.Kebijakan pendidikan nasional di era ini di mulai dari pasal 30 UUDS 1950 RI,antara lain sebagai berikut:1. tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. 2. memilih pengajaran yang akan di ikuti, adalah bebas. 3. mengajar adalah bebas,dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang di lakukan terhadap itu menurut peraturan unduang-undang.Salah satu hal yang menentukan orde lama berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pendidikannya adalah, terciptanya undang-undang No.4 tahun 1950, Tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk Seluruh Indonesia.Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap, dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah air.Pendidikan dan pangajaran berdasar atas asas-asas yang termasuk dalam pancasila, Undang-undang dasar negara republik indonesia, dan atas kebudayaan kebangsaan indonesia. Sementara, bahasa pengantar yang di pakai dalam proses belajar mengajar adalah bahasa indonesia.Penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar ini diatur pada bab IV pasal 5, yaitu: Bahasa indonesia sebagai bahasa persatuanadalah bahasaa pengantardi sekolah-sekolahdiseluruh repoblik indonesia. Di taman kanakkanak dan tiga kelas yang terendah di sekolah rendah, bahasa daerah dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Pendidikan dan pengajaran nasional, diatur pada bab V pasal 6, yaitu sebagaai berikut:a. Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak.b. Pendidikan dan pengajaran rendah.c. Pendidikan dan pengajaran menengah.d. Pendidikan dan pengajaran tinggi.Persoalan akut dari dunia pendidikan saat itu adalah bagaimana mengatur jumlah penduduk yang masih buta huruf tidakalah sedikit.Kondisi demikian tentunya mengganggu bagi kelangsungan pembangunan bangsa saat itu untuk bisa mensejahterakan rakyat secarah keseluruhan dan bisa tampil sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.Oleh karena itu tujuan dan usaha pendidikan nasional pemerintah Orde Lama pada awalnya adalah untuk menghilangkan buta huruf.Untuk mencapai tujuan tersebut maka,diadakan pendidikan wajib belajar 6 tahun, pendidikan setingkat sekolah dasar,pendidikan dasar di gratiskan dll.Ketika fokus awal pemerintahan Orde Lama pada pelaksanaan kegiatan pendidikan nasional secara massal,terutama dikaitkan dengan pendidikan dasar atau wajib belajar 6 tahun,terjadilah ledakan pendidikan baik di sekolah dasar,maupun di sekolah menengah,yang kemudian sedikit melupakan persoalan mutu dan kelanjutan pendidikan tersebut.Pada tahun 1954,atas dorongan Prof.Mr.Mohamad Yamin,dididrikanlah lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan yang baru.,yaitu Perguruan Tinggi Pendidikan Guru(PTPG)tenaga ini didirikan di empat tempat yaitu : Di Sumatera Utara dididrikan di Batu Sangkar Pulau Jawa di Bandung dan di Malang Di luar Jawa dididrikan di Tonando.Pendirian PTPG di empat lokasi tersebut merupakan sejarah baru dalam perkembangan pendidikan nasional,bukan saja untuk meningkatkan mutu guru pendidikan menengah,melainkan juga meningkatkan citra tenaga kependidikan saat itu.Pokok-pokok kebijakan penting di dalam UU Pendidikan Tinggi antara lain : Sesuai dengan perkembangan kehidupan politik di Tanah Air pada waktu itu,ilmu pengetahuan haruslah di sertai dengan pembentukan watak,yaitu bagi kebahagian masyarakat sosialis Indonesia. Perguruan Tinggi yang bersemayam di atas menara gading harus dilenyapkan. Ilmu Pendidikan bukanlah semata-mata untuk kemajuan ilmu dan penelitian,melainkan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat. Perguruan tinggi terbuka luas untuk semua warga negara yang mempunyai kemampuan,kerajinan,ketekunan dan pembawaan yang sesuai. Perguruan tinggi mengakui kebebasan ilmiah dan kebebasan mimbar,namun perguruan tinggi tidak dibenarkan sebagai tempat kegiatan-kegiatan.Saat itu peran dan perjuangan para tenaga pendidik juga dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk mengatasi berbagai persoalan pendidikan nasional terutama berkaitan dengan persoalan tenaga pendidikan saat itu,yaitu pada tanggal 21-25 agustus 1960,diadakan konferensi antar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) negeri seluruh Indonesia di Malang. Pertumbuhan FKIP yang tergabung dalam universitas universitas memecahkan di pusat maupun daerah sedikit banyak mulai memecahkan masalah kebutuhan garu yang berwenang di sekolah lanjutan.Apabila kita lihat fungsi dan status FKIP pada 1960-1961, ternyata lulusan FKIP memeng memenuhi kebutuhan kekurangan guru pada masa itu, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan riil.Keputusan presiden nomor 145 tahun 1965 merumuskan tujuan pendidikan nasional pendidikan indonesia sesuai dengan Manipol-Usdek. Manusia sosialis indonesia adalah cita-cita utama setiap usaha pendidikan di indonesia.Tujuan pendidikan nasional yang di rumuskan dalam Keputusan Presiden RI nomor 145 tahun 1965 adalah sebagai berikut. Tujuan Pendidikan Nasional, baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta, dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi supaya melahirkan warga negara sosial Indonesia yang susila,yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur,spiritual maupun material dan berjiwa pancasila. Istilah sosialis menjadi salah satu identitas pendidikan zaman Orde Lama.Berpangkal dari TAP MPRS No.11 tahun 1960, pendidikan haruslah difungsikan sebagai berikut:1. Pendidikan sebagai pembina manusia Indonesia baru yang berakhlak tinggi.2. Pendididkan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan.3. Pendidikan sebagai lembaga pengembang kebudayaan nasional.4. Pendidikan sebagai lembaga pengembang ilmu pengetahuan teknik dan fisik atau mental.5. Pendidikan sebagai lembaga pengerak seluruh kekuatan rakyat.Kelima fungsi sistem pendidikan nasional inilah yang disebut Lima Dharma Bhakti Pendidikan . Moral pendidikan nasional di rumuskan sebagai Pancasila-Manipol USDEK.Pancasila merupakan tujuan / jiwa kurikulum yang di rumuskan sebagai berikut:1. Semangat mengemban amanat penderitaan rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan makmur.2. Semangat Demokrasi Terpimpin yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat.3. Semangat cinta bangsa dan Tanah Air dan semangat kesatuan yang ber-Bhineka Tunggal Ika,berkepribadian,dan berkebudayaan nasional.4. Rasa prikemanusiaan dalam bentuk persahabatan dengan seluruh bangsa-bangsa di dunia.5. Kepercayaan dan rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa secara berkeadaban sebagai karakteristik bangsa Indonesia.Di masa pemerintahan Soekarno, pemerintah membuka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.Di masa itulahdi buka bermacam-macam pendidikan berbagai bidang ilmu pengetahuan,yang dapat menampung pelajar-pelajar dengan biaya ditanggung oleh negara.Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pendidikan nasional di zaman Orde Lama dengan kepala pemerintahannya Presiden Sokarno :1. Pendidikan pada zaman Orde Lama dipengaruhi oleh kondisi politik.2. Salah satu bentuk pembaruhan pendidikan nasional saat itu berkaitan dengan institusionalisasinya.3. Usaha untuk memajukan pendidikan nasional yang dilakukan pada zaman Orde Lama salah satuny adalah dengan mendirikan kantor departemen pendidikan di tingkat daerah.4. Pendidikan yang dilakuakn di zaman Orde Lama untuk memajukannya adalah menguatkan dan memperbanyak jenis pendidikan untuk guru.

2.4.2Orde BaruOrde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak menemukan kendala, karena pendidikan orde baru mengusung ideologi keseragaman sehingga memampatkan kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS, UMPTN, menjadi seleksi penyeragaman intelektualitas peserta didik.Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat diciptakan karena unsur dominatif dan submisif masih sangat kental dalam pola pendidikan orde baru. Pada masa ini, peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa ini adalah:1.Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga, berimplikasi pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal pikirannya (tidak memanusiakan manusia).2.Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda yang berpikiran positivistik3.Hilangnya kebebasan berpendapat. Pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Soeharto megedepankan motto membangun manusia Indonesia seutuhnya dan Masyarakat Indonesia.Pada masa ini seluruh bentuk pendidikan ditujukkan untuk memenuhi hasrat penguasa, terutama untuk pembangunan nasional. Siswa sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi manusia pekerja yang kelak akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan bukan ditujukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, namun untuk mengeksploitasi intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan penguasa.Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai berikut: 1.Kurikulum 1968Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.2.Kurikulum 1975Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan bertahap.

3.Kurikulum 1984Kurikulum 1984 mengusungprocess skill approach.Proses menjadi lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atauStudent Active Leaming(SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.4.Kurilukum 1994Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar yang harus mereka hadapi.

2.4.3Zaman ReformasiPada era pemerintahan Habibie yang masih menggunakan kurikulum 1994 yang disempurnakan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa pemerintahan Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan pendidikan, antara lain:1. Diubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya disempurnakan menjadi kurikulum 2002 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang merupakan kurikulum yang berorientasi pada pengembangan 3 aspek utama, antara lain aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.2. Pada 8 Juli 2003 disahkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung HAM.Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun pada masa SBY juga ditetapkan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Penetapan UU tersebut disusul dengan pergantian kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan kurikum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus (BSNP, 2006: 2). Tujuan pendidikan KTSP:1. Untuk pendidikan dasar, di antaranya meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.2. Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.3. Untuk pendidikan menengah kejuruan, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANDengan mengetahui sistem-sistem pendidikan pada era sebelum dan sesudah kemerdekaan kita dapat membedakan sistem pendidikan pada era klasik, kolonial dan era sesudah kemerdekaan. Kita dapat menjadikan sejarah pendidikan di Indonesia sebagai suatu pembelajaran ke masa depan untuk tentunya menjadi lebih baik dari sebelumnya juga sebagai pengalaman yang paling berbekas untuk membentuk kepribadian setiap individu penuntut ilmu untuk lebih giat belajar mengenai kesalahan-kesalahan bangsa terdahulu sehingga bangsa kita dapat sejajar bahkan melampaui bangsa-bangsa lainnya melalui pendidikan yang tentunya merupakan salah satu tolak ukur kemajuan satu bangsa.

Daftar Pustaka

Wahyudi, Dinn. 2006,Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit universitas : Penerbit universitas Terbuka

Wahyudi, Dinn. 2007,Pengantar Pendidikan.Jakarta: Penerbit universitas :Penerbit universitas Terbuka

http://rochmatulummah1806.blogspot.com/2013/04/makalah-sejarah-pendidikan-di-indonesia.html