04 makalah filsafat ilmu
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran
penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga
memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala
yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak
tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun
objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan
rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang
terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga
menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses
terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka seiring dengan
berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.
Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung
pertengahan kedua abad ke-20, memungkinkan arus informasi menjadi serba
cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagat raya) -
menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa membedakan siapa
2
dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas
ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.
Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi
adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran
semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri
sebagai individu serta komunitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung
meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang merasa
asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan
kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan
memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan
tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup
begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi
konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk
mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari
segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga
penghargaan manusia terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa
sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya
masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi alienasi diri. Ini
merupakan pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak,
norma, moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai perkembangan ilmu
menjadikan manusia sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model
kehidupan yang menyimpang.
3
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang
ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-
aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan
inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk
sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada
masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan
Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap,
atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin
berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses
artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi,
bahkan dalam teknologi. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa
memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang
ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber,
hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi
masyarakat.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu. Yang juga sekaligus sebagai bahan diskusi bersama dalam proses
pembelajaran. Adapun judul yang diangkat dalam makalah ini yaitu “Tantangan
Dan Masa Depan Ilmu”.
Tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk membantu para
mahasiswa kedepan agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan
4
tentang bagaimana, apa pengertian, serta konteks yang berhubungan dengan
tantangan dan masa depan ilmu.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membatasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan ?
2. Apa Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia ?
Dalam Makalah ini akan membahas :
1. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
2. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia
5
BAB II
TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU
A. KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS KEMANUSIAAN
1. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari
bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. Sinonim yang paling akurat dalam
bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara terminology ilmu atau
science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan
syarat-syarat tertentu. Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah “Ilmu
pengetahuan yaitu suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing
mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu, yang disusun sedemikian rupa
menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu system dari pelbagai
pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang
dilakukan secara teliti dengan memakai metode tertentu.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip
oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah : Pengertian kata “ilmu” secara
bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di bidang itu.
- Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
6
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
- Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
- Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
- Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan
untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
- Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu,
dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan
kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika
…. maka “.
- Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-
hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman
praktis.
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
7
1) Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis,
dapat diukur dan dibuktikan.
2) Koherensi sistematik ilmu.
3) Tidak memerlukan kepastian lengkap.
4) Bersifat objektif.
5) Adanya metodologi.
6) Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya
2. Pengertian Krisis kemanusiaan
Krisis adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan
lama menuju keadaan baru yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah
ditinggalkan, tetapi metode baru belum sepenuhnya dapat digunakan, sehingga
yang terjadi adalah kebingungan, karena belum adanya metodologi baru yang
memadai.
Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa
ancaman kritis terhadap kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi
suatu komunitas atau suatu kelompok besar dalam suatu wilayah luas.
Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah maju
ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang
dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang
memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-
kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya kondisi dan
hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia
dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa
8
kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-
kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat,
kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih
menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada
sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan
moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia
ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf
yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan
kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling
menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran filsafat ilmu
berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi
bomerang bagi kehidupan umat manusia.
Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan
dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan
mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang
menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya
pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada
sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
9
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan
ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat
khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-
masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan
tidak mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan
pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya
mempunyai ciri-ciri yang sama.
Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan ontologis
ilmu; obyek apa yang ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan
ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan
dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya flsafat ilmu
mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal,
menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang
termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan
yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif
mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang
10
ada. Tiang penyangga yang kedua adalah Epistimologi ilmu atau teori
pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu
pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan
kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam
kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para
ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan
apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun
makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin
meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi
buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan
cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan
menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari
yang pertama, namun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.
Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan
paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang
lomba persenjataan, kemajuan dalam memakai serta menghabiskan banyak
kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam bidang
kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup manusia
dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan
11
miskin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan
langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya
berkaitan dengan jutaan manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai
macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang menyolok di tengah
keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menghapus penderitaan manusia.
Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi lingkaran
setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan ancaman
lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam banyak lingkungan ilmuwan
yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan persenjataan yang
membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk itulah
maka epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses
pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu?
Bagaimana prosedur dan mekanismenya?
Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu
adalah sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia
seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa
merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,
12
komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya
pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan
malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara
proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika
ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan
malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian
akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah
teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak
terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-
kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada
persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab
seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung
jawab akademis, dan tanggung jawab moral.
13
B. AGAMA, ILMU DAN MASA DEPAN MANUSIA
1. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama
yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah
religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare
yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berReligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).
Untuk memberikan batasan tentang makna agama memang agak sulit dan
sangat subyektif. Karena pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada
yang memandangnya sebagai suatu institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada
orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan
yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil
pemikiran manusia, dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari
pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai
hasil lamunan, fantasi, ilustrasi (Syafa’at,1965).
Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya
kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia
dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni sesuatu yang dianggap
mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar
14
sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki
kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara
berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai
Tuhan.
Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah
manusia yang tumbuh dan bekembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya
mendapat pemupukan dari lingkungan alam sekitarnya. Ada yang menganggap
bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu
kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-
agama yang bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam
masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah (Thalhas, 2006). Di samping
itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau
ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja.
Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat
memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk
membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika
manusia telah mati.
Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat
dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur
dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah bahwa ajaran agama itu dapat
dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma
untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded,
15
agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama
itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman
yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam
waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat
dan member pedoman untuk mengatur kehidupannya.
2. Pengertian Masa Depan
- Menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau kondisi yang
berada di depan manusia, akan tetapi kondisi tersebut biasanya digunakan
untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak terbatas dan kadang-kadang
masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya digunakan
istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan.
- Menurut berbagai contoh yang banyak kami temukan pada masyarakat
tertentu, istilah masa depan ini banyak dipergunakn pada kondisi tertentu.
Misalnya orang tua yang menyarankan anaknya untuk memperhatikan masa
depannya, masa depan di sini berorientasi kepada persiapan diri untuk
memasuki kehidupan rumah tangga agar supaya mereka tidak mengalami
kesulitan. Pengertian masa depan ini bergeser kembali ketika diletakkan atau
digunakan pada orang-orang yang sudah berkeluarga. Masa depan diartikan
kepada masa tua, sehingga anjuran tersebut menyarankan agar
mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua yang cukup menyulitkan
bagi manusia, sehingga tidak sedikit manusia yang melakukan pendidikan
terhadap anak-anaknya agar supaya kelak dapat dijadikan tempat bergantung
16
dan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi dirinya. Dipersiapkan rumah
tangga, tempat tinggal yang cocok ,dan kondisi ketuaan, demikian seterusnya.
- Pengertian masa depan ini bergeser lagi ketika digunakan kepada para orang
yang sudah memasuki masa tua, orientasinya sekarang kepada masa
kehidupan setelah kematian, sehingga mereka lebih mengkonsentrasikan diri
pada aktifitas ibadah sebagai bekal akhirat.
- Menurut pendapat penulis, masa depan ialah masa yang paling depan, setelah
itu sudah tidak ada masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan
dengan masa rumah tangga bagi generasi muda atau masa tua bagi orang
yang sudah memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa
depan karena di depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan
masa depan, di mana harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat
penulis, masa tersebut sangat rawan sekali, yang banyak memungkinkan
bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak memiliki
persiapan dengan baik.
Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah
tangga, atau masa tua, maka persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara
penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia mungkin akan berhasil pada masa
itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki kepada masa depan
yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah
sana.
Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para
orang tua dan generasi muda yang memandang kehidupan di dunia ini dipandang
17
sebagai masa depannya, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka mengacu
pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka tidak
segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia. dan
kami rasa banyak sekali contoh-contoh sosial yang menggambarkan kejadian-
kejadian di atas. mari kita renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita
lakukan untuk menyongsong kehidupan lebih baik di masa mendatang , dimana
era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini:)
a. Pentingnya Agama bagi Manusia
Tidak mudah memahami pengertian agama apabila hanya satu atau dua
definisi saja. Setiap agama dan kepercayaan mempunyai pengertiannya masing-
masing. Setiap manusia harus menghargai berbagai perbedaan pengertian dalam
setiap agama dan kepercayaan tersebut. Agama dapat dilihat sebagai kepercayaan
dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-masalah
penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan
teknologi maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. Pengertian agama
yang lain yaitu agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi
melalui mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan tujuan
untuk mencapai atau menghindari terjadunya perubahan keadaan pada manusia
atau alam semesta (Sare, 2007).
Agama memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi
psikologis. Secara psikologis, agama dapat mengurangi kegelisahan manusia
dengan memberikan penerangan tentang hal-hal yang tidak diketahui dan tidak
dimengerti olehnya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah
18
dimengerti, misalnya tentang kematian. Selain itu, agama juga memberi
ketenangan pada manusia karena dapat memberikan sebuah harapan bahwa ada
sebuah kekuatan supranatural yang dapat menolong manusia pada saat
menghadapi bahaya atau tertimpa suatu musibah. Ditinjau secara sosial, agama
mempunyai sanksi bagi seluruh perilaku manusia yang beraneka ragam. Agama
juga menanamkan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan dengan memberikan
semacam pedoman tentang perilaku hidup dan berinteraksi. Dalam hal ini, agama
dapat dikatakan sebagai pemelihara ketertiban sosial. Selain itu, agama juga
sebagai alat yang efektif untuk meneruskan tradisi lisan dalam sebuah masyarakat
(Sare, 2007).
Dilihat dari pengertian pentingnya agama bagi manusia, terdapat dua
konsep mendasar agama bagi kehidupan manusia, yaitu agama dalam arti what
religion does dan what is religion. Pengertian pertama menunjuk pada apa
kegunaan agama bagi kehidupan manusia, sedangkan pengertian yang kedua
menunjuk pada apa makna agama bagi manusia, yaitu sebagai pedoman untuk
bertindak di dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya (Moesa, 2007)
b. Pentingnya Peran Manusia Terhadap Agama
Selama ini kita banyak membicarakan tentang peran agama dalam setiap
lini kehidupan manusia. Namun apakah pernah terpikirkan , seberapa pentingkah
peran manusia bagi agama itu sendiri?
Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran
utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut
dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga
19
sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri
dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak
ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa
otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia
tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang
dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi agama
mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka
memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik
manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh
komunitas hewani dan bukanlah individu.
Menurut Feuerbach, yang disebut Allah adalah kesadaran manusia itu
sendiri. Menurut pemikiran itu maka Feuerbach menyimpulkan bahwa agama
adalah kesadaran Nan tak terbatas. Maka agama berakar pada jati diri manusia,
yang bersifat memiliki kesadaran nan tak terbatas. Agama adalah hubungan
manusia dengan jati dirinya nan tak terbatas. Agama palsu terjadi apabila manusia
memproyeksikan Nan tak terbatas tersebut keluar dan dalam oposisi terhadap
dirinya. Dengan demikian, manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri,
sehingga dapat dikatakan bahwa manusia jugalah yang menciptakan agama.
Manusia adalah awal, pusat , dan akhir agama. Menurut Feuerbach, ini bukanlah
ateisme, melainkan humanisme (Jacobs, 2002).
Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan produk dan alienasi
dari manusia. Manusia tidak menciptakan agama, dan agama tidak menciptakan
20
manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan perasaan diri manusia (Leahy,
2008).
c. Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia
Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding
lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk
teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara
sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia
mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan
teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja
yang berlebihan, penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan
kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan,
peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Keraf dan Dua, 2001).
Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Puncaknya,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Perkembangan ilmu
pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam
keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta
21
inteligensimanusia.Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia (Mas’ud dan Paryono, 1998).
d. Peran Manusia Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding
lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu manusia
dalam mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa peradaban
manusia sangat bergantung kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam
bidang ini, pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan
lebih mudah (Jujun, 2003). Secara lebih spesifik, Eugene Staley menegaskan
bahwa teknologi adalah sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan
insani (Siti, 2001).
Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang
berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia
secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya penghapusan
kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan
untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu
upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan
sebagainya (Sonny dkk., 2001).
22
Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Misalnya dalam
perencanaan dan programing pembangunan, organisasi pemerintah dan
administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik
pembangunan dalam sektor pertanian, industri, dan kesehatan.
Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan saja
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh,
ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi
manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci, kompor gas, kulkas, OHP, slide, TV,
tape recorder, telephon, komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan produk-
produk teknologi yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya, tetapi membuat hidup manusia semakin mudah (Ibnu, 1998).
Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula menjadi tujuan manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai dari
teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan alat-alat
sederhana lainnya. Sampai teknologi modern saat ini, yang perkembangannya
jauh lebih pesat dari perkembangan teknologi sebelumnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah bagi umat manusia
berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan
dalam benak manusia.
e. Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi
memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia.
23
Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti
amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting
untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita
memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak
negatifnya semiminal mungkin. Pola hubungan pertama adalah pola hubungan
yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak
benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran
agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari
pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan
kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan
kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima
kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah
kebenaran yang berbeda.
Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini,
kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan
tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan
dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali.
24
Mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya. Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan
yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya
pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan
masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam
tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan
iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek.
f. Posisi Agama Dalam Pengembangan Ilmu
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada
sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan
moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia
ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang
menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih
sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling
menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama sangatlah
penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam
perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki
penduduk (muslim) terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di
Indonesia sangat penting.
Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah
25
dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan
tersetruktur kadang kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu
kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sistem
nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Disinilah perlu
rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar
ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan
kemanusiaan serta lingkungan. Ilmu di dalam mengembangkan ilmu dan
teknologi seharusnya bermanfaat mencari keredhaan Allah. Ini hanya boleh
dicapai melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka langkah awal
ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu
dan teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh
faktor bahwa agama itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi.
Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan. Tujuan beragama
adalah untuk menjamin / mendapatkan kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan
di dunia. Setiap amalan yang dilakukan di dunia harus berada di atas landasan
yang diridhai oleh Allah. Telah dinyatakan dengan jelas dalam Alquran bahwa
manusia adalah khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk memelihara dan
mengatur alam ini. Justru setiap urusan manusia harus memelihara keharmonisan
dan keseimbangan alam. Jika perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan
26
ini, maka sudah tentu perkembangan ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi
karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi dirancang dengan teliti.
Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat meminimalkan
dampak negatif yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi tersebut,
pastinya dilakukan secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun
dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang
diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya
pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji
secara empiris, riset dan eksperimen.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang
ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-
aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan
inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk
sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada
masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks.
Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal
(organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi,
ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya,
dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai
jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.
Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi
kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara
menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari
ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.
28
Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh
namun ilmu tanpa agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa
manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah
berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya.
Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari
fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna
atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa
kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu
masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal
(sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.
Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam
setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup
manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu
upaya bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi
setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu yang ada tidak
menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama
yang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu
itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi kehidupan dalam segala bidang.
29
B. Saran
Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran
yang sangat membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat
memahami mengenai tantangan dari perkembangan ilmu dan masa depan kita
menyangkut perkembangan ilmu tersebut . Kemudian untuk lebih maksimalnya
dalam memahami tentang pembahasan ini diharapkan kepada mahasiswa lainnya
untuk mencari bahan-bahan bacaan lain yang berkenaan dengan hal ini, Sehingga
diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Mangunwijaya YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei TentangKebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36
http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu
Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009.
Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius
Anonim. Cultural Relativism.
http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/
Cultural_Relativism.shtml
Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism.
http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf
Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002
Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan
Modern oleh Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
31
Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh 22/11/09.
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
32
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta.
Kanisius
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Mangunwijaya YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36
http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-
ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu
Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan.
http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009.
Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius
Anonim. Cultural Relativism.
http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/Cultural_Relativism.shtml
Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism.
http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf
Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002
Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat.
Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern
oleh Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com.
Diunduh 22/11/09.
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996