makalah filsafat olahraga

26
MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA “PELANGGARAN ATURAN HUKUM DALAM OLAHRAGA SEPAK BOLA ” Dosen : Dr.Made Pramono, S., M.Hum. Disusun Oleh: Awliya Rahmah Yulianto (16060484036) PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Upload: awliya-rahmah

Post on 20-Mar-2017

89 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah filsafat olahraga

MAKALAH FILSAFAT OLAHRAGA

“PELANGGARAN ATURAN HUKUM DALAM OLAHRAGA

SEPAK BOLA ”

Dosen :

Dr.Made Pramono, S., M.Hum.

Disusun Oleh:

Awliya Rahmah Yulianto

(16060484036)

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2017

Page 2: Makalah filsafat olahraga

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah filsafat olahraga

“Pelanggaran Aturan Hukum Dalam Olahraga Sepak Bola”.

Makalah filsafat olahraga ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu

kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam

pembuatan makalah ini.

     Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah filsafat

ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah filsafat olahraga tentang “Pelanggaran Aturan

Hukum Dalam Olahraga Sepak Bola” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap

pembaca.

    

                                                                                     

Surabaya, 02 Maret 2017

                                                                                             

Penyusun

2

Page 3: Makalah filsafat olahraga

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Kata Pengantar ……………………………………………………………..2

Daftar Isi ……………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………………………………..4

Rumusan Masalah ……………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN

1. Perkembangan hukum terhadap keolahragaan di Indonesia ………………………5-14

2. Pelanggaran Aturan dalam sepak bola menurut filsafat olahraga…………………14-153. Pengertian sepak bola daIam ilmu olahraga filsafat……………………………….15-16

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………17

Saran ………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………18

3

Page 4: Makalah filsafat olahraga

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya

terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepakbola adalah

permainan yang sangat populer, karena permainan sepakbola sering dilakukan oleh anak-

anak, orang dewasa maupun orang tua. Saat ini perkembangan permainan sepakbola sangat

pesat sekali, hal ini ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah sepakbola (SSB) yang

didirikan. Tujuan dari permainan sepakbola adalah masing-masing regu atau kesebelasan

yaitu berusaha menguasai bola, memasukan bola ke dalam gawang lawan sebanyak mungkin,

dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar

tidak kemasukan bola. Permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang memerlukan

dasar kerjasama antar sesama anggota regu, sebagai salah satu ciri khas dari permainan

sepakbola.

Untuk bisa bermainan sepakbola dengan baik dan benar para pemain menguasai teknik-teknik

dasar sepakbola. Untuk bermain bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang

baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain

sepakbola dengan baik pula.

Teknik-teknik dasar dalam permainan sepakbola ada beberapa macam, seperti stop ball

(menghentikan bola), shooting (menendang bola ke gawang), passing (mengumpan), heading

(menyundul bola), dan dribbling (menggiring bola).

Disamping itu, kecepatan dalam dribbling (menggiring bola) sangat dibutuhkan untuk

menunjang penguasaan teknik tersebut. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan

gerakan-gerakan yang sejenis secara berurut-urut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau

kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Hukum dalam filsafat ilmu ?2. Apa yang dimaksud hukum dalam olahraga sepak bola dalam bahasa filsafat olahraga?3. Apa kaitan hukum olahraga sepak bola dengan filsafat olahraga ?

4

Page 5: Makalah filsafat olahraga

BAB IIPEMBAHASAN

1. Perkembangan hukum terhadap keolahragaan di Indonesia

Di luar negeri, perhatian kalangan hukum terhadap dunia olah raga terbilang tinggi. Sampai-

sampai ada perkumpulan para advokat bernama Sports Lawyers Association (SLA). Sesuai yang

tercatat di situsnya, Asosiasi nirlaba ini beranggotakan lebih dari seribu orang hukum, mulai dari

praktisi hukum, akademisi, mahasiswa hukum, dan profesional lain yang perhatian terhadap olah

raga.

Dari sisi akademik, perhatian terhadap hukum olah raga pun terbilang lumayan. Program

hukum olah raga itu sudah dilembagakan di institusi pendidikan seperti National Sports Law

Institute yang didirikan sejak 1989 di Marquette University Law di Amerika Serikat. Di dalam

negeri, Hinca IP Panjaitan sudah memulai membentuk Indonesian Sports Law Institute.

Peluang untuk lebih memperhatikan hukum olah raga sebenarnya terbuka lebar ketika

Pemerintah dan DPR sedang menyusun RUU Keolahragaan. Apalagi, patut dicatat, Menteri

Negara yang membidangi olah raga berlatar belakang advokat. Ini adalah peluang besar bagi

kalangan hukum untuk berkiprah lebih jauh. Sayang, hingga RUU Keolahragaan disahkan

menjadi UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, tak banyak terdengar

gaung pembahasannya di kalangan hukum.

Tapi bukan berarti perhatian kalangan hukum terhadap olah raga di Indonesia nol sama

sekali. Selalu ada yang berusaha mencoba memberikan pemahaman awal kepada kita. Selain

Hinca, nama lain yang patut dicatat adalah advokat senior Otto Cornelis Kaligis dan rekan-

rekannya di O.C.Kaligis & Associates. Belum lama ini, mereka menerbitkan buku

berjudulHukum & Sepak Bola.

2.      Studi hukum keolahragaan

Pakar  Hukum Pidana Universitas Indonesia, Gandjar Laksmana, mengatakan bahwa dalam

segala hal pasti ada aspek hukumnya. Begitupun dalam olah raga. Sebagai contoh, masalah

kesejahteraan atlet. Misalnya, untuk atlet sepakbola, yang hanya dibayar oleh klub ketika masa

liga atau pertandingan. Padahal liga hanya berlangsung selama tujuh sampai delapan bulan

5

Page 6: Makalah filsafat olahraga

setahun. Selebihnya, penghasilan atlet menurun drastis. kesejahteraan dan masa depan atlet harus

diperhatikan. Karenanya, pendidikan menjadi hal yang penting untuk bagi setiap atlet. “Jangan

sampai berprestasi, bubar, pensiun, tidak mempunya modal untuk melanjutkan hidup”.

Fredi Haris, pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) memandang perlunya

hukum keolahragaan menjadi satu studi yang dipelajari secara dalam. Menurutnya, diperlukan

orang-orang yang memahami secara khusus olahraga dari aspek hukum. Studi khusus itu bisa

dilakukan dalam bentuk sekolah lanjutan, atau program Magister Hukum Keolahragaan, maupun

program lisensi untuk mendapatkan sertifikat keahlian dalam bidang hukum keolahragaan.

Misalnya, manajer persatuan sepak bola harus mengerti tentang hukum keolahragaan. supaya

mengerti, mengerti haknya si atlet, mengerti haknya pelatih, dan hak dia (manajer) sendiri.

 Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Undip, Sukinta dalam Diskusi Publik

Pembangunan Olahraga dalam Kerangka Akademik, mengatakan akan mendorong

pengembangan dan penerapan  hukum olahraga pada kerangka akademik dengan sasaran dapat

segera diterapkan sebagai mata kuliah di fakultas hukum maupun pogram studi pada fakultas

Ilmu Keolahragaan.

Menurut  Topo Santoso, penerapan hukum olahraga diberbagai negara sudah lama

diterapkan. "Misalnya di Belanda, dikenal istilah lex sportiva (hukum olahraga), hukum olahraga

Eropa, Pusat Kajian Hukum Olahraga/ Asser Institute,  international journal on sport law,

Asosiasi Hukum Olahraga,  Asosiasi Pengacara Olahraga, Internasional Seminar on Sport Law,

dan RUU Holiganisme di Belanda. Sudah  saatnya di Indonesia segera dilakukan penerapan

hukum olahraga, mengingat Indonesia sudah punya payung hukum dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Sedangkan Amiek Soemarmi menekankan bahwa penguatan dan optimalisasi penerapan

hukum olahraga pada setiap aktivitas keolahragaan adalah penting. Penerapan hukum olahraga

pada prakteknya sudah kita terapkan sejak lahirnya Undang-Undang Keolahragaan, namun yang

paling penting saat ini adalah penguatan dan optimalisasi penerapan hukum olahraga pada setiap

aktivitas keolahragaan.

6

Page 7: Makalah filsafat olahraga

Selain terhadap pihak yang berkepentingan, tentunya hukum keolahragaan juga menjadi

penting bagi aparat penegak hukum. Setidaknya aparat penegak hukum bisa memiliki perspektif

yang baru selain norma hukum yang diatur dalam KUHP.

3.      Hukum olahraga (Lex Sportiva)

      Hukum olahraga, atau sebutannya Lex Sportiva, merupakan sistem hukum khusus yang

menarik. Menurut Hinca Panjaitan, lex sportiva punya sistem, tatacara, dan komunitas sendiri

meskipun bukan identitas negara. Sebagai contoh sepakbola yang memiliki otoritas tertinggi

yaitu FIFA dan ternyata merupakan  badan hukum swasta nasional yang berdasarkan hukum

Swiss. Namun, aktifitasnya internasional, melampaui semua negara.

a.       Batasan hukum Negara dalam olahraga

Hukum memiliki kaitan yang erat dengan olahraga tapi tidak serta merta Negara Indonesia

yang merupakan Negara hukum melibatkan diri terhadap semua kegiatan yang berhubungan

dengan keolahragaan. Ada batasan- batasan yang perlu diperhatikan, mengetahui otoritas

masing-masing dan juga saling mengetahui tempat masing- masing.

b.      Intervensi hukum Negara terhadap hukum olahraga

Hukum olahraga harus Jadi Lex Specialis karena olahraga memiliki law of the gamenya

masing-masing, yang tidak akan bisa diintervensi oleh hukum nasional, bahkan hukum

internasional. Olahraga adalah hak asasi setiap orang. Jika negara sudah ikut campur terlalu jauh,

maka itu berarti negara sudah melanggar hak asasi rakyatnya. Indonesia sudah cukup jauh

melakukan intervensi ke dunia olah raga.

Penyusunan UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) misalnya.

UU itu memberikan kewenangan yang sangat besar bagi negara untuk ikut campur dalam urusan

olahraga. Sebagai contoh, UU SKN mengatur mengenai standarisasi nasional keolahragaan,

akreditasi, dan sertifikasi yang menjadi domain menteri dan atau lembaga mandiri yang

berwenang untuk itu. Bahkan, pengawasan dan pengendalian olahraga profesional dilakukan

oleh lembaga mandiri yang dibentuk pemerintah.

7

Page 8: Makalah filsafat olahraga

Intervensi dilakukan terhadap penyelesaian sengketa di bidang keolahragaan. Pasal 123

Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, mengatur

secara tegas tentang sengketa dalam induk organisasi seperti sepakbola. Hal ini menunjukkan

pemerintah secara tegas dan sadar melakukan intervensi atas penyelenggaraan kompetisi

sepakbola profesional. Intervensi penyelesaian sengketa dalam cabang sepak bola, bertentangan

dengan hukum global yang mengatur olah raga. Statuta FIFA, dan berbagai federasi olahraga

internasional lainnya menetapkan aturan tidak boleh membawa penyelesaian sengketa sepakbola

ke badan peradilan negara dan tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun.

Walaupun Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU Olahraga)

menyuratkan bahwa penyelesaian melalui badan peradilan dimungkinkan.

Pasal 88

1) Penyelesaian sengketa keolahragaan diupayakan melalui musyawarah dan mufakat yang

dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga.

2) Dalam hal musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai,

penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai,

penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui pengadilan yang sesuai dengan yurisdiksinya.

Terkait Pasal 88 Undang-undang, menurut Hinca kata-kata pengadilan yang sesuai dengan

yurisdiksinya berarti sistem peradilan lembaga itu sendiri. Maksudnya negara nggak campur

tangan, jadi induk-induk olahraga menciptakan peradilan sendiri-sendiri.

Negara sendiri hanya bertugas menjamin pemenuhan kebutuhan fasilitas dan infrastruktur

olah raga bagi warga negaranya seta memastikan lapangan yang cukup, dananya cukup, infra

strukuturnya cukup. Negara hanya sebatas pemantauan seperti itu dan tidak lebih. Untuk aspek

hukum, negara hanya bisa mengatur aspek-aspek yang berkenaan dengan olah raga. Misalnya,

pengaturan untuk klub olahraga yang berbentuk perseroan terbatas. Maka klub itu harus tunduk

terhadap pada UU Perseroan terbatas, maupun ketentuan lain yang terkait misalnya ketentuan

perpajakan.

8

Page 9: Makalah filsafat olahraga

c.       Penggunaan kekerasan dalam olahraga ditinjau dari hukum olahraga dan hukum

pidana

Isu pemberlakuan hukum pidana terhadap kasus-kasus kekerasan yang dilakukan

olahragawan pada bidang olahraga, khususnya untuk cabang olahraga sepak bola, memiliki dua

titik pandang yang berbeda.

Pada satu sisi, pemberlakuan hukum pidana terhadap bidang ini dianggap sebagai sebuah

bentuk intervensi yang dilakukan negara terhadap penyelenggaraan kompetisi sepak bola dan

justru akan membahayakan olahraga tersebut karena beresiko dituntut secara pidana terhadap

tindakan kekerasan yang mungkin dilakukan saat berpartisipasi dalam suatu kegiatan olahraga.

Pada sisi lain, pemidanaan terhadap olahragawan yang melakukan kekerasan dinilai sebagai

hal yang harus dilakukan demi menjaga kepentingan hukum olahragawan lainnya untuk tidak

disakiti secara melawan hukum.

Kedua pandangan ini memiliki pijakan pembenar atas dalil-dalil yang dibangunnya pada

teori-teori yang berkembang dalam hukum olahraga. Kelompok pertama cenderung berpihak

pada mazhab domestic sports law dan global sports law atau yang biasa disebut dengan lex

sportiva sedangkan kelompok kedua cenderung berpihak pada mazhab national sports law dan

international sports law. Satu perbedaan besar antara kedua mazhab olahraga tersebut adalah

akses pengadilan nasional terhadap penyelesaian sengketa olahraga. Kelompok penganut paham

lex sportiva mengatakan bahwa segala bentuk penyelesaian sengketa olahraga harus diselesaikan

menurut peraturan internal organisasi olahraga yang bersangkutan. Mereka melarang setiap

pihak yang berada di bawah lingkup organisasi olahraga seperti klub, asosiasi, ofisial, pemain,

agen, dan sebagainya untuk membawa sengketa keolahragaan pada pengadilan nasional dan yang

terpenting, mereka memiliki imunitas dari sistem hukum nasional serta memberikan kewenangan

penuh kepada badan peradilan yang dibentuk organisasi olahraga untuk menyelesaikan sengketa

keolahragaan tersebut. Sebaliknya, kelompok kedua memberikan akses kepada pengadilan untuk

menyelesaikan sengketa olahraga. Mereka mencoba mengaplikasikan norma-norma, peraturan,

dan prinsip-prinsip hukum ke dalam bidang olahraga dan bahkan putusan-putusan pengadilan

nasional menjadi sumber penting dalam mazhab national sports law dan international sports law

tersebut. Lantas, mungkinkah suatu tindakan kekerasan dalam bidang olahraga dipidana atas

9

Page 10: Makalah filsafat olahraga

dasar melakukan tindak pidana penganiayaan, ada tiga hal yang bisa dijadikan dasar

pemberlakuan hukum pidana terhadap kasus-kasus tersebut:

1) Pertama, dari sudut pandang mekanisme penyelesaian sengketa keolahragaan. Meskipun di

antara kedua kelompok di atas memiliki perbedaan pandangan akan pemberlakuan hukum pidana

ke dalam dunia olahraga, ternyata banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh olahragawan

pada sebuah pertandingan olahraga yang secara konsisten diproses oleh pengadilan. Di Indonesia

pun juga dilakukan penuntutan terhadap kasus-kasus kekerasan tersebut yang dibuktikan dengan

dijatuhkannya putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 319/Pid.B/2009/PN.Ska dengan

terdakwa Nova Zaenal Mutaqin yang dilanjutkan ke tingkat banding pada Pengadilan Tinggi

Semarang dengan Nomor 173/Pid/2010/PT.Smg dan putusan Pengadilan Negeri Surakarta

Nomor 381/Pid.B/2009/PT.Ska yang juga dilanjutkan ke tingkat banding pada Pengadilan Tinggi

Semarang dengan Nomor 190/Pid/2010/PT.Smg dengan terdakwa Bernard Momadao.

      Hal ini sesuai dengan asas teritorialitas yang terkandung dalam Pasal 2 KUHP yang

menyatakan bahwa “ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap

orang yang melakukan suatu tindak pidana di wilayah Indonesia”. Selain itu, olahragawan tidak

termasuk pula ke dalam kelompok yang dikecualikan terhadap berlakunya KUHP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 KUHP sehingga hukum pidana dapat diberlakukan terhadap kasus

tersebut. Pada sisi lain, UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

memberikan peluang kepada pengadilan nasional untuk menyelesaikan sengketa keolahragaan

berdasarkan Pasal 88 ayat (3) dengan syarat harus mengutamakan penyelesaian sengketa melalui

musyawarah dan mufakat yang dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, sehingga

pemberlakuan hukum pidana ke dalam bidang olahraga menjadi suatu hal yang mungkin

dilakukan.

2) Kedua, dari sudut pandang karakteristik olahraga. Cabang olahraga sepak bola merupakan

cabang olahraga yang tidak mengharuskan adanya kekerasan untuk memenangkan suatu

pertandingan, namun berpotensi dilakukannya kontak fisik. Karenanya penggunaan kekerasan

(yang mengandung unsur kriminalitas) tidak diperkenankan pula dilakukan oleh cabang olahraga

sepak bola. Melalui studi yang dilakukan Mike Smith, sosiolog berkebangsaan Kanada, bentuk-

bentuk kekerasan yang terjadi di lapangan berhasil dikelompokkan ke dalam empat kelompok,

yakni brutal body contact, borderline violence, quasi-criminal violence, dan criminal violence.

10

Page 11: Makalah filsafat olahraga

Data ini menunjukkan bahwa ilmu sosiologi pun ternyata dapat melihat adanya unsur

kriminalitas dalam tindakan kekerasan yang terjadi di lapangan. Beberapa penelitian pun

menunjukkan bahwa atlet pria pada olahraga yang membutuhkan kontak fisik secara rutin

menolak quasi-criminal violence dan criminal violence, tetapi mereka menerima brutal body

contact danborderline violence selama sesuai dengan peraturan permainan. Artinya insan

olahraga pun ternyata menolak dilakukannya tindakan kekerasan yang memiliki unsur kriminal

dalam sebuah pertandingan olahraga. Terlebih lagi terhadap tindakan kekerasan yang

dikategorikan sebagai criminal violence, para pemain sudah berada pada suatu titik dimana

mereka mengutuk tindakan tersebut tanpa mempersoalkan apapun dan harus dituntut berdasarkan

hukum sebagai suatu tindak pidana.

3)     Ketiga, dari sudut pandang hukum pidana. Hak profesi olahragawan yang diakui oleh

hukum pidana sebagai dasar penghapus pidana di luar KUHP bukanlah tanpa batas.

Keberadaannya bergantung pada persetujuan yang diberikan oleh korban, dalam hal ini

olahragawan lain, untuk menerima tindakan kekerasan yang mungkin dilakukan terhadapnya

pada sebuah pertandingan olahraga. Konsep persetujuan olahragawan untuk menerima cedera

dalam sebuah pertandingan olahraga terus berkembang dari kasus Bradshaw hingga terakhir

pada kasus R v. Barnes (2004). Pada kasus Barnes inilah, majelis hakim memunculkan suatu

standar yang dapat dijadikan sebagai panduan untuk  menentukan ada/tidaknya persetujuan

korban untuk menerima cedera pada saat dilakukan tindakan kekerasan terhadapnya pada sebuah

pertandingan olahraga. Standar yang kemudian disebut sebagai parameter legitimate sport ini

nantinya dapat digunakan untuk memisahkan tindakan mana yang masih dianggap bagian dari

permainan dan tindakan mana yang sudah memasuki ranah hukum pidana. Dengan

menggunakan parameter inilah, hukum pidana dapat diberlakukan dengan lebih jelas terhadap

kasus-kasus kekerasan yang terjadi di lapangan olahraga, khususnya bagi cabang olahraga sepak

bola. Penerapan parameter legitimate sport ini dapat digunakan pada dua level:

a)  Pada tahap penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian. Sebelum menentukan apakah

suatu tindakan kekerasan dalam cabang olahraga sepak bola akan diproses dengan menggunakan

hukum pidana, akan lebih baik jika kepolisian menganalisis kejadian tersebut dengan

menggunakan parameter legitimate sport tersebut.

11

Page 12: Makalah filsafat olahraga

b)  Pada tahap pemeriksaan di pengadilan oleh majelis hakim. Jika suatu peristiwa

kekerasan pada sebuah pertandingan sepak bola telah masuk ke pengadilan, majelis hakim dapat

menggunakan parameter legitimate sport ini untuk menentukan ada/tidaknya persetujuan

olahragawan yang menjadi korban dilakukannya kekerasan untuk menerima cedera pada saat

dilakukan tindakan kekerasan terhadapnya pada sebuah pertandingan sepak bola sebelum

akhirnya memutuskan apakah tindakan kekerasan tersebut merupakan tindak pidana

penganiayaan atau sebatas pelanggaran disiplin

      Selain ketiga poin di atas, penting untuk dipahami bahwa hukum pidana harus selalu

dijadikan sebagai jalan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul termasuk untuk

kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada sebuah pertandingan sepak bola. Pada dasarnya harus

diutamakan penyelesaian pada organisasi olahraga sepak bola seperti pemberian hukuman oleh

wasit dan/atau badan peradilan PSSI. Namun, jika tindakan kekerasan tersebut dilakukan

berulang-ulang dan tidak ada penjeraan yang ditunjukkan oleh pemain setelah mendapatkan

sanksi disiplin tersebut, maka hukum pidana dapat digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan ini. Dengan mengingat sifat ultimum remedium yang dimilikinya, hukum pidana

tidak dapat diterapkan dengan sewenang-wenang.

      Oleh karena itu, kebutuhan akan suatu penjelasan/standar mengenai batasan tersebut menjadi

suatu hal yang penting sebelum aparat penegak hukum memutuskan untuk memberlakukan

hukum pidana ke dalam kasus-kasus kekerasan yang terjadi di lapangan sepak bola

dan parameter legitimate sport dapat dijadikan salah satu solusi untuk memudahkan tugas aparat

penegak hukum dalam menjawab bebagai permasalahan yang ada tentang kekerasan.

4. Penggunaan Hukum yang Positif Dalam Pengembangan Keolahragaan

Menurut Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Sukinta SH,.M.Hum dalam acara

Diskusi Publik Kerjasama Undip dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, banyak kasus

olahraga yang perlu diselesaikan dengan menggunakan pendekatan hukum, sehingga hal tersebut

akan meningkatkan mutu dunia olahraga Indonesia. Ada juga menurut Sutopo Santosa, Ph.D,

dosen fakultas hukum UI  yang menggagas tentang temuan-temuan hukum di bidang olahraga

dan perkembangan negara lain. “Perkembangan di luar negeri diantaranya adalah meningkatnya

pusat kajian hukum olahraga, meningkatnya internasional journal dan sport law, assosasi hukum

12

Page 13: Makalah filsafat olahraga

internasional dan asosiasi sport lawyer”. Hukum olahraga membahas tentang aspek-aspek hukum

di bidang olahraga, salah satunya adalah potensi munculnya keributan di bidang olahraga.

Seperti Kasus Zidane menanduk Materzzi di pertandingan sepakbola perlu dipertanyakan apakah

terdapat hukum yang mengatur hal tersebut dengan hukum yang pasti. Penyelesaian masalah

yang terjadi di olahraga kerapkali menganut hukum organisasi asosiasi olahraga baik secara

nasional dan internasional.  Ada banyak hal yang menarik berkaitan dengan aspek hukum

olahraga seperti aspek kontrak antara atlet dengan klub yang menyangkut hukum perdata.

Hukum olahraga juga menyentuh aspek pidana seperti perkelahian, hukum kompetisi yang

menyangkut perkelahian, perselisihan, pertandingan yang dihentikan sebelum waktunya.

Mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan penelitian intensif dengan melibatkan perguruan

tinggi untuk mengkaji dan menemukan berbagai fakta yang menyangkut realitas dan persoalan

hukum di Indonesia. Kajian hukum Ooahraga menjadi sebuah kajian yangsangat menarik untuk

dibahas hal tersebut tercermin dari banyak munculnya pusat kajian olehraga, jurnal internasional

olahraga.  Perlu diupayakan secara terus menerus untuk mengembangkan hukum yang bisa

berlaku secara regional dengan memperhatikan keberagaman multikultur dan nilai-nilai yang

berbeda di masing-masing negara.  Persoalan yang serius dan perlu disentuh dengan hukum

adalah pengelolaan suporter, perlunya untuk memikirkan menggunakan hukum anti holiganisme

yang mengatur sangsi hukum bagi perusuh dan pencipta anarkisme dalam dunia olahraga.

Penggunaan hukum olahraga untuk mengatasi masalah olahraga sangat memungkinkan sekali

untuk diterapkan di Indonesia.

Sementara menurut Amiek Soemarmi SH.M.Hum.DFM, pakar Hukum Olahraga Fakultas

Hukum Undip dan juga pengurus KONI Jateng, menyampaikan bahwa Indonesia sebenarnya

sudah memiliki sistem hukum olahraga, banyak kasus yang bisa diselesaikan dengan sistem

hukum olahraga tersebut, di dalam undang-undang tersebut juga mengatur batasan hukum berupa

perjanjian dalam olahraga profesional sehingga akan memberikan pemahaman dan kepastian

hukum serta aturan main yang jelas antara atlet dengan asiosiasi olahraga atau klubnya.  Amiek,

menyampaikan bahwa hukum olahraga mengenai hukum administrasi yang menyangkut

kelengkapan administrasi atlet akan bertanding sehingga tidak akan memunculkan banyak atlet

siluman dari daerah tertentu hanya karena iming-iming bonus atas raihan prestasi. Data

administrasi perlu ditegaskan lebih pasti, selain itu juga perlunya dikembangkan etika organisasi.

13

Page 14: Makalah filsafat olahraga

Untuk mendapatkan kepastian hukum pengelolaan olahraga perlu ada perda yang mengatur

tentang kegiatan olahraga di tingkat daerah, yang dikoordinasikan oleh Dinas Pemuda dan

Olaharga, bahwa sistem hukum olahraga harus diatur dan dikoordinasikan oleh Menpora dan

kemudian di distribusikan ke level dispora, rekam jejak dari asosiasi organisasi olahraga dan

klub akan menjadi data yang penting untuk mengembangkan dunia olahraga.  Selain itu perlu

dimulai untuk melakukan sertifikasi atlet untuk menguji kompetensi profesional atlet dan rekam

prestasi terutama bagi atlet yang berkeinginan untuk menjadi pelatih. Upaya untuk mewujudkan

hal tersebut perlunya keolahragaan diatur dengan menggunakan hukum positif yaitu hukum yang

berlaku sekarang,  yang akan menjadi landasan yang kuat pembinaan dan pengembangan dunia

olahraga Indonesia.

Sutopo dalam sesi diskusi menegaskan kembali bahwa Undang-undang sistem keolahragaan

perlu diapresiasi dengan baik,  kasus penyelesaikan hukum di olahrga bisa dilakukan melalui

peradilan atau secara arbitrase (diluar pengadilan) dengan membuat suatu peradilan yang khusus.

Masalah yang seringkali muncul berkaitan dengan janji pemerintah pada atlet yang berprestasi

menjadi tantangan tersendiri, perlu pengelolaan kehidupan atlet secara profesional, komparatif

pengelolaan olahraga dengan negara asing menjadi sangat perlu seperti belajar dari Italia yang

mengembangkan lex sportiva dengan menggandeng perusahaan seperti acer untuk

pengembangan olahraga. Perlunya induk organisasi mempunyai struktur hukum yang mapan,

perangkat pengawas yang menjatuhkan sangsi hukum bagi pelanggarnya. Hukum olahraga

sangat berkembang dan di dukung dengan attitude, pemahaman atlet serta official tentang aspek

hukum dalam dunia olahraga itu sendiri.

Dan Amiek Soemarmi , menegaskan kembali perlunya aturan main yang jelas yang dipahami

dengan baik sehingga dapat mengatasi konflik, aturan tersebut akan menjadiequality

control dalam dunia olahraga Indonesia. Perlu ada kesepakatan untuk penggunaan hukum pasti

untuk menyelesaiakan perselisihan dalam olahraga dan hukum yang disepakati bersama dalam

pelaksanaan pertandingan olahraga.

Pelanggaran Aturan dalam sepak bola menurut filsafat olahraga

Menurut aristotelesdi dalam buku yang di susun oleh Otje Salman (2012 : 5) menyatakan bahwa

hukum merupakan etika, dimana etika itu sendiri adalah tingkah laku manusia yang baik ataupun

buruk. Lalu menurut Hart di dalam buku Dworkin (2013 : 6)  mengemukakan bahwa hukum

14

Page 15: Makalah filsafat olahraga

membedakan antara aturan utama yang digunakann untuk menuntun hubuungan antar manusia

sebagai individu dari pribadi dari aturan yang bersifat sekuder bagaimana aturan utama

diciptakan atau di akui. Kemudian menurut Dominukus Rato (2010 : 19) menyatakan bahwa

hukum adalah ketaatan terhadapaturan yang mampu menciptakan ketentraman, kedamaian, dan

keadilan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa hukum adalah aturan aturan tentang

tingkah laku manusia baik maupun buruk untuk menuntun hubungan antar individu dan pribadi

sehingga mampu menciptakan ketentraman, kedamaian, ketertiban, dan keadilan.

Kemudian masuk kepada pokok pembahasan yang kedua mengenai olahraga sepak bola.

Menurut Aan sunjata wisahati dan Teguh Sentosa (2010 : 3) menyatakan bahwa sepek bola

merupakan permainan bola besar yang digemari semua lapisan masyarakat di seluruh pelosok.

Kemudian menurut Sujarwadi dan Dwi Sarjianto (2010 : 2) mengemukakan bahwa sepak bola

adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua orang bisa memainkan olahraga yang

mengandalkan kaki ini. Lalu Mohamad ali mashar dan Dwinarhayu (2010 : 3) berpendapat

bahwa  sepak bola adalah olahraga yang dimainkan secara beregu atau berkelompok dimana

setiap kelompok terdiri atas 11 pemain dan bertujuan untuk memasukan bola kegawang lawan

untuk mencetak skor.

Pengertian sepak bola daIam ilmu olahraga filsafatOlahraga merupakan pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena keolahragaan yang memiliki obyek, metode, sistematika ilmiah dan sifat universal yang dibangun melalui sebuah sistem penelitian ilmiah yangdiperoleh dari macam-macam penyelidikan, yang produk nyatanya tampak dalam batang tubuh pengetahuan ilmu olahraga dengan pendekatan pengembangankeilmuan yang multidisipliner sehingga secara aksiologis pemaknaan domain perilaku gerak – olahraga –membuka spektrum nilai yang normatif-teoritis(etika, estetika, kesehatan beserta pengembangannya) dan nilai-nilai yang praktis profesional (pengajaran dan pelatihan, manajemen, rehabilitasi ataupun rekreasiolahraga beserta pengembangannya).Pembahasan yang mencoba mengintegrasikan disiplin ilmu untuk memaknai dasar-dasar teoritis ilmu keolahragaan sebagai ilmu baru memangsudah ada dan dalam penelitian ini digunakan sebagai referensi, namun relevansifilsafati-ilmiahnya masih sangat minim. Meskipun pro dan kontra ilmukeolahragaan sebagai suatu ilmu mandiri sudah surut, namun tantangan yangmuncul kemudian sebagai kompensasi eksistensi ilmu keolahragaan

15

Page 16: Makalah filsafat olahraga

melaluitantangan itu adalah ekstensifikasi dan intensifikasi ilmu keolahragaan yangmensyaratkan filsafat sebagai eksplorer  pokoknya.

16

Page 17: Makalah filsafat olahraga

BAB III

PENUTUP

Kesimpuan

Dari ketiga pendapat ke tiga ahli di atas maka dapat di simpulkan bahwa sepak bola adalah

permainan bola besar yang digemari oleh semua orang di jagad raya ini di mainkan secara

berkelompok terdiri dari dua regu di mana masing-masing regu terdiri atas 11 pemain dengan

posisi dan fungsi yang berbeda serta bertujuan untuk memasukan bola kegawang lawan agar

mencetak skor dan menghasilkan kemenangan. Dari kedua pokok pembahasan diatas maka dapat

diambil hubungan atau keterkaitan hukum dan olahraga sepak bola dimana hukum membahas

tentang aturan-aturan di mana setiap olahraga memiliki aturan tersendiri lebih khusunya olahraga

sepak bola. Dimana aturan yang di tetapkan di dalam olahraga sepak bola telah di sepakati oleh

seluruh negara di bawah naungan FIFA sebai induk dari semua asosiasi sepak bola yang ada di

dunia. Ketika seorang atli, club, ataupun negara menyalahi aturan yang tealh ditetapkan oleh

FIFA maka FIFA akan menjatuhkan sanksi terhadap atlit, club, ataupun negara yang melakukan

pelanggaran. Contohnya saja seperti yang terjadi di negara kita di mana PSSI di bekukan oleh

MENPORA yang berdampak pada penjatuhan sanksi terhadap sepak bola indonesia dimana

tidak boleh menyelenggarakan pertandingan nasional maupun internasional di bawah naungan

FIFA sebelum maslah tersebut di selesaikan. 

Saran

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan dapat dijadikan

pembelajaran, mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap pembacanya dan semoga makalah ini

tidak ada revisi lagi.

17

Page 18: Makalah filsafat olahraga

DAFTAR PUSTAKA

http://shinleader.blogspot.co.id/2012/12/makalah-hukum-ditinjau-dari-perspektif_11.html

http://edhay76.blogspot.co.id/2015/11/filsafat-hukum-dalam-olahraga-sepakbola.html

http://nettihutagalung.blogspot.co.id/2010/08/bab-i-pendahuluan.html

https://www.academia.edu/1224192/DASAR-DASAR_FILOSOFIS_ILMU_OLAHRAGA

18