makalah filsafat manusia

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Sejak dahulu, manusia selalu menjadi pembahasan yang menarik bagi para pemikir, para filsuf dan ilmuan karena melihat manusia sebagai sesuatu yang unik. Seperti Plato, Ia memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa.. Sifat utama manusia adalah rasionalitas, keutamaan moral dan kabajikan selama hidup di dunia ini. Sedangkan Aristoteles mengemukakan pendapat yang berbeda dengan Plato, ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial. Bagi Aristoteles jiwa manusia tidak terpenjara dalam tubuh. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan Filsafat manusia 1

Upload: doctorwisdom

Post on 24-Nov-2015

105 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Filsafat Manusia,Psikologi.

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangManusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Sejak dahulu, manusia selalu menjadi pembahasan yang menarik bagi para pemikir, para filsuf dan ilmuan karena melihat manusia sebagai sesuatu yang unik. Seperti Plato,Ia memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa.. Sifat utama manusia adalah rasionalitas, keutamaan moral dan kabajikan selama hidup di dunia ini. Sedangkan Aristoteles mengemukakan pendapat yang berbeda dengan Plato, ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial. Bagi Aristoteles jiwa manusia tidak terpenjara dalam tubuh. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan keseluruhan sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan sosial. Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan, tetapi bukan kebahagiaan yang hedonistik, bukan yang semata mementingkan kenikmatan fisik. Kebahagiaan manusia adalah kebahagiaan yang dicapai dengan tindakan-tindakan rasional. Seiring dengan perkembangan masa, muncullah beberapa pandangan tentang manusia dari sudut lain, dalam psikoanalisa misalnya, Sigmund Freud adalah salah satu tokoh psikologi yang memandang manusia sebagai makhluk deterministik, dengan kata lain ia melihat manusia tidak bebas. Kepribadian manusia terdiri dari dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Bagian ketidaksadaran jauh lebih luas dari bagian kesadaran. Dan bagian ketidaksadaran tersebut memiliki pengaruh besar pada diri manusia. banyak perilaku manusia yang dipengaruhi oleh ketidaksadarannya. Menurut Freud pada bagian ketidaksadaran ini diisi oleh dorongan-dorongan instingtif bersifat primitif yang menggerakkan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Selain insting primitif, dalam wilayah ketidaksadaran tersimpan pula berbagai kenangan peristiwa traumatik dan hal-hal yang dilupakan oleh seseorang, yang tidak dapat ditampilkan di kesadarannya karena dianggap tidak dapat diterima oleh masyarakat. Jadi dalam pandangan Freud, manusia terutama digerakkan oleh instingnya. Tokoh lain dalam ranah psikologi memandang berbeda lagi. Eric Fromm melihat kondisi eksistensial manusia sebagai makhluk dilematik. Manusia sebagai pribadi sekaligus bagian dari alam, sebagai binatang dan sekaligus manusia. dalamThe Sane Society, Fromm menyatakan bahwa secara biologis manusia tidak berbeda dengan binatang. Sebagai binatang, ia memerlukan pemenuhan kebutuhan fisiologis seperti makan dan minum. Sedangkan sebagai manusia ia memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal (imajinasi). Ia juga mengalami pengalaman-pengalaman khas manusia seperti perasaan lemah lembut, cinta, perhatian, rasa kasihan, tanggung jawab, identitas diri, integritas, dan transendensi. Ia juga memiliki pengalaman keterikatan dengan nilai dan norma. Manusia dan lingkungannya saling berinteraksi, saling mempengaruhi. Manusia mampu melakukan perubahan lingkungan, sebaliknya juga lingkungan dapat mengubah manusia. Manusia berkembang dengan mengaktualisasi potensi-potensinya, tetapi seberapa jauh aktualisasi potensi dan perkembangan manusia dapat dicapai, juga dipengaruhi seberapa fasilitatifnya lingkungan tempat ia hidup. Namun dalam pandangan lain, yaitu Islam memiliki pandangan yang optimistik tentang manusia. Dalam ajaran Islam, manusia yang lahir dalam keadaan fitri, suci dan bersih adalah merupakan makhluk terpuji dan dimuliakan meskipun pada kondisi-kondisi tertentu manusia dipandang sebagai makhluk yang rendah. Dalam bukunyaPerspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari telah menunjukkan bagaimana Islam dan Al-Quran memandang manusia. Berikut ini adalah sebagian ayat-ayat Al-Quran yang dikutip dan dianalisis oleh Muthahhari berkenaan dengan masalah tersebut :1. Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(QS.2:30)Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi., untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS.6:165)2. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari mereka. Jadi segala keraguan dan keingkaran kepada Tuhan muncul ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri.Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.(QS.30:43)Dari sekian banyak pandangan tentang hakikat manusia, maka dianggap perlu untuk melihat kompleksitas tersebut sebagai sesuatu yang unik dan penting untuk dikaji lebih lanjut. Maka dari itu, pembahasan mengenai manusia tidaklah sempurna dan total jika kita hanya menggunakan satu pendekatan atau dari satu teori tertentu, dalam kata lain, kita membutuhkan suatu pembahasan yang secara holistik mengkaji tentang hakikat manusia.B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana hakikat manusia dalam pandangan holistik?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaiman hakikat manusia dalam pendangan holistik.

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat lebih memahami manusia melalui pandangan holistik2. Menjadi sumber referensi agar dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

BAB IIPEMBAHASANA. Sejarah dan Definisi ManusiaKehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus. Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis). Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.Beberapa Definisi Manusia :1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas kepadanya dunia alam world of nature, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu quasi-miracolous yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.Al Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Quran akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Quran akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif. Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas.

B. Manusia Sebagai Holistik

Secara etimologi (bahasa) holistik berasal dari kosakata Inggris holistic. Istilah ini berasal dari kata holy yang berarti suci dan bijak. Sedangkan akar kata holy sendiri adalah whole yang bermakna menyeluruh. Sehingga, menurut Ratna Megawangi, arti holy man adalah manusia yang berkembang secara utuh dan seimbang seluruh dimensinya. Kamus Psikologi secara lengkap mendefinisikan holistik sebagai berikut:Sebuah istilah umum yang diterapkan kepada pendekatan filosofis apapun yang berfokus pada keseluruhan organisme hidup. Aksioma dasar tentang sebuah pandangan holistik bahwa sebuah fenomena yang kompleks tidak bisa dimengerti lewat sebuah analisis terhadap bagian-bagian penyusunnya saja. Lawan dari elementarisme dan atomisme. Teori Gestalt dan teori Freudian adalah contoh klasik pendekatan-pendekatan bagi pendekatan-pendekatan holistik di dalam psikologi.Pengertian tersebut menunjukkan bahwa holistik mempunyai hubungan yang erat dengan dunia psikologi, sebuah dunia yang mengkaji jiwa manusia.Tidak berbeda jauh dengan definisi tersebut, William F. ONeill memberikan definisi holistik sebagai berikut:Sebuah sudut pandang dalam filosofi yang menganggap bahwa segala hal yang mengada (eksis) pada puncaknya tercakup dalam sebuah wilayah kekuatan-kekuatan yang secara total bersatu (sebuah keseluruhan kosmis), dan bahwa tidak ada apapun yang dapat benar-benar dipahami kecuali dalam keterkaitan-keterkaitan totalnya dengan segala aspek lain dari being.Kamus Besar Bahasa Indonesia membagi pengertian holistik menjadi dua macam. Pertama, sebagai sebuah paham, holistik adalah cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh. Kedua, sebagai sebuah sifat, maka holistik berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih daripada sekadar kumpulan bagian.Hall dan Lindzey, dalam Supratiknya, memberikan definisi holistik sebagai semua teori yang menekankan pandangan bahwa manusia merupakan suatu organisme yang utuh atau padu dan bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata berdasarkan akti vitas bagian-bagiannya.Dalam dunia Islam, terminologi holistik dapat diwakili dengan istilah kaffah. Istilah ini seperti termaktub dalam al-Quran:Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan... (Q.S. al-Baqarah/2: 208)Bentuk yang sebaik-baiknya tersebut, menurut Ibnu Thufail, merupakan ketiga aspek fundamental dalam pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, maupun psi komotorik. Ketiganya merupakan syarat utama bagi tercapainya tujuan pendidikan yaitu mewujudkan manusia seutuhnya dengan memadukan pengetahuan alam melalui penelitian diskursif, dan pengetahuan agama yang berdasarkan wahyu melalui para Nabi dan Rasul, sehingga mewujudkan sosok yang mampu menyeimbangkan kehidupan vertikal dan kehidupan horizontal sekaligus.Definisi pendidikan holistik lainnya dikemukakan oleh para sarjana muslim pada Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam, yang menyatakan bahwa:Pendidikan harus bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan, dan indera. Karena itu, pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan Muslim teietak dalam perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.Maksudnya kurang lebih, seperti dinyatakan oleh Akhmad Sudrajat sebagai berikut:Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang dan perdamaian.Istilah pendidikan holistik muncul dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan tersebut, holistik di definisikan sebagai cara memandang segala sesuatu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas.Dengan diakomodirnya istilah holistik dalam Permendiknas, maka semakin menunjukkan betapa pentingnya konsep pendidikan holistik untuk sudah saatnya diterapkan dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia.Di Eropa, pendekatan holistik lahir dan diperkenalkan oleh psikolog Carl Jung. Psikologi holistik sendiri lahir sebagai reaksi atas ketimpangan paham behavioristik yang terlalu menitikberatkan penilaian terhadap tingkah laku (yang tampak/indrawi) manusia. Behavioristik dalam perjalanan praktiknya sering kurang mampu menilai manusia secara obyektif dan jatuh dalam subyektivisme. Ini sebenarnya bertentangan dengan tujuan luhur psikologi yang bercita-cita mencapai kesempurnaan pemahaman akan manusia, esensi dan eksistensinya dari psikologiDunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari suatu konsep yang dipopulerkan oleh Benjamin S. Bloom. Konsep ini dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom. Intisari dari konsep ini adalah bahwa tiap-tiap manusia, sejak ia dilahirkan, inheren pada dirinya tiga aspek utama: kognitif, afektif dan psikomotorik.Manusia juga sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.Manusia sebagai makhluk biologis, disebabkan karena:- manusia terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh- manusia mempertahankan hidup- manusia tidak terlepas dari hukum alam (khususnya hukum perkembangan)Manusia sebagai makhluk psikologis, karena:- setiap individu memiliki kepribadian yang unik (sanguin, melankholik,dll)- setiap individu memiliki tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan- setiap individu memiliki kecerdasan dan daya pikir- setiap individu memiliki kebutuhan psikologis untuk mengembangkan kepribadianManusia sebagai Makluk sosial, karena:- setiap individu hidup bersama dengan orang lain- setiap individu dipengaruhi oleh kebudayaan- setiap individu terikat oleh norma yang berlakuk dimasyarakat- setiap individu dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan sosial- setiap individu tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lainManusia sebagai makhluk Spritual karena:- setiap individu memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan- setiap individu memiliki pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan keyakinan yang dipegangnyaManusia sebagai makhluk cultural :- Manusia mempunyai nilai dan kebudayaan yang membentuk jatidirinya- Sebagai pembeda dan pembatas dalam hidup social- Kultur dalam diri manusia bisa diubah dan berubah tergantung lingkungan manusia hidup.Kozier mengemukakan bahwa dalam holistik, memandang semua kehidupan organisme sebagai interaksi. Gangguan pada satu bagian akan mengganggu sistem secara keseluruhan. Dengan kata lain, adanya gangguan pada salah satu bagian akan menimbulkan dampak pada keseluruhan.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanManusia adalah mahluk yang terdiri dari satu kesatuan jasmani atau tubuh dan jiwa, secara esensi dan substansi manusia itu ialah jiwanya. Untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat sebagai tujuan utama manusia hidup di muka bumi, maka kita perlu untuk memahami kompleksitas yang dimiliki manusia. Sebagai khalifah, sudah sepantasnya kita bisa lebih memahami diri kita sendiri dengan segala potensi dan kelemahan yang kita miliki. Berusaha untuk selalu menyeimbangkan segala aspek yang saling berpengaruh dalam kehidupan, dengan menjunjung tinggi pendidikan berkarakter yang bermartabat, sehingga tercipta al-insan al-kamil.

B. SaranPenyususnan makalah tentnag materi memahami hakikat manusia melalui pandangan holistik sangat baik, namun akan lebih bermanfaat lagi jika materi dari penyusunan makalah ini dapat didiskusikan dalam sebuah forum.

1. Hadi, hardono. (1996).Jati Diri Manusia. Yogyakarta: Kanisius.2. Rahmat, Jalaluddin. (2007).Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya3. M oh. Soleh dan Imam Musbikin,Agama sebagai Terapi: Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). 4. William F. ONeill,Ideologi-Ideologi Pendidikan, terj. Omi Intan Naomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). 5. Arthur S. Reber dan Emily S. Reber,Kamus Psikologi, terj. Yudi Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). 6. A. Supratiknya (ed.),Psikologi Kepribadian 2: Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993). 7. M. Hadi Masruri,Pendidikan menurut Ibnu Thufail(Perspektif Teori Taxonomy Bloom), dalam M. Zainuddin, dkk. (eds.), Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2009). 8. Ali Ashraf,Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar, (Jakarta: Pustaka Fi rdaus, 1989). 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Filsafat manusia 14