makalah filsafat ilmu.docx

Upload: hamdanibaharuddin

Post on 09-Oct-2015

126 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

FILSAFAT ILMUDAN OBJEK ILMU FISIKA

Oleh :HAMDANI BAHARUDDIN14B08 008KELAS FISIKA (A)

JURUSAN FISIKAPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2014

KATA PENGANTAR

Sumber belajar yang merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses belajar dan pembelajaran agar proses tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut penulis berusaha menyusun materi Filsafat Ilmu dalam bentuk makalah. Untuk memperluas dan memperdalam wawasan dalam bidang filsafat ilmu, diharapkan pembaca mencari referensi yang relevan.Penulis menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat pada makalah ini, untuk itu sran serta kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan.

Makassar, September 2014Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....DAFTAR ISI .BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang B. Rumusan Masalah ..BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Filsafat Ilmu dan Pengetahuan B. Objek Material dan Objek Formal Fisika sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan C. Sumber dan Alat Pengetahuan D. Pengetahuan Manusia .BAB III PENUTUPA. Kesimpulan .B. Saran ...DAFTAR PUSTAKA .....23

45

6

131923

252527

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam hidupnya, manusia tidak lepas dari alam yang mengelilinginya. Ia dihadapkan pada fenomena-fenomena alam yang menimbulkan rasa heran pada dirinya. Kenyataan ini membuat manusia berinteraksi dengan alam sekeliling. Interaksi ini menimbulkan berbagai ragam masalah dalam kehidupan manusia selanjutnya. Fenomena yang lama kelamaan menimbulkan keingintahuan pada dirinya. Keingintahuan pada diri manusia itu, mendorong dia untuk memulai mengamati fenomena-fenomena tersebut. Manusia kemudian mengembangkan pengetahuan dengan dua penyebab utama, yaitu; pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut; kedua, kemampuan berpikir menurut suatu kerangka berpikir tertentu.Berpikir, meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam meperoleh ilmu pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu langkah untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Aktifitas berpikir akan membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis terhadap suatu objek.Objek tertentu merupakan syarat mutlak dari suatu ilmu. Karena objek inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam pengupasan lapangan ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya objek tertentu maka dapat dipastikan tidak akan adanya pembahasan yang mapan.Metode merupakan hal yang sama pentingnya dalam lapangan ilmu pengetahuan. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan. Dari segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya suatu penyelidikan atau pembahasan itu.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud ilmu dan pengetahuan?2. Apakah objek material dan objek formal dalam fisika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan?3. Mungkinkah manusia itu mempunyai pengetahuan?4. Apa saja sumber dan alat pengetahuan?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Filsafat Ilmu dan Pengetahuan1. Pengertian FilsafatKata filsafat berasal dari bahasa Yunanai, philosophia: philein artinya cinta, Sophia artinya kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar atau berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh aka kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya. Sedangkan berfilsafat mempunyai pengertian berpikir secara mendalam tentang hakekat segala sesuatu dengan cara mencari makna yang paling mendalam atau makna seseungguhnya (Sobirin Malian, 2010).Kattsof, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster professional (2001), menyatakan karakteristik filsafat sebagai berikut.1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.4. Filsafat bersifat komprehensif.Filsafat beserta cabang-cabangnya secara sederhana terbagi menjadi tiga macam yang menjadi lahan kerja filsafat, yaitu ontology, epistemology dan aksiologi. Ketiga dari lahan garapan filsafat tersebut termuat dalam tiga pertanyaan dimana dalam ontology bertanya tentang apa. Sedangkan dalam sepistemologi dengan menggunakan pertanyaan mengapa. Dan untuk aksiologi merupakan kelanjutan dari epistemology dengan menggunakan pertanyaan bagaimana (Sobirin Malian, 2010).2. Pengertian IlmuKata ilmu merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa inggris; science. Kata science ini berasal dari kata latin Scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia ini berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari, mengetahui. Pada mulanya cakupan ilmu (science) secara etimologis menunjuk pada semata-mata, pengetahuan apa saja (Dampier, 1996). Pertumbuhan selanjutnya, pengertian ilmu ini mengalami perluasan arti, sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Pemakaian yang luas dari kata ilmu ini diteruskan dalam bahasa Jerman dengan istilah wissenschaft yang berlaku terhadap kumpulan pengetahuan apapun yang teratur, termasuk di dalamnya naturwissenschaften yang mencakup ilmu-ilmu kealaman maupun geisteswissenschaften yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai the humanities (pengetahuan kemanusiaan), sementara dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai ilmu-ilmu budaya yang pada umumnya mencakup pengetahuan-pengetahuan tentang bahasa dan sastra, estetika, sejarah, filsafat dan agama.Ilmu adalah suatu bentuk ciptaan Tuhan. Orang tidak menciptakan ilmu, melainkan mengungkapkan ilmu, atau mencari ilmu (Herman Suwardi, 1997). Mencari ilmu merupakan kewajiban manusia, dan apabila manusia telah menguasai ilmu, ilmunya pun akan memberikan kenikmatan padanya.Menurut Muladi, sains (science) harus diartikan sebagai a scientific method a process for evaluating empirical knowledge or the organized body of knewledge gained by the process (Muladi, 2009).Pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya kemudian disusun menjadi suatu bentuk yang berpola teratur disebut ilmu aqliah atau ilmu falssafiyyah, yaitu ilmu yang diperoleh melalui penggunaan akal dan kecendikiaan. Ilmu inilah yang dinamakan sains dan disebut juga ilmu pengetahuan (A. H. Nasution, 2008).

3. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Filsafat dan IlmuMenurut Rinjin (1997), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia.1. Manusia merupakan makhluk berakal budi.Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, sehingga manusia disebut homo loquens dan animal symbolicium. 2. Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan isinyaManusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta, misalnya saja kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman tersebut mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya.3. Manusia senantiasa menghadapi masalahFaktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah masalah yang dihadapi manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga.

4. Hakikat Filsafat Ilmu1. Pengertian Filsafat Ilmua. A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie) memandang filsafat sebagai berikut. That philosophic discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipline. Filsafat ilmu menurut Benjamin merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metode, konsep-konsep, dan pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.b. Conny Semiawan at al (1998) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.c. Jujun Suriasumantri (2005) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut.Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tanggap manusia?Kelompok pertanyaan kedua: Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang dimaksud dnegan kebenaran? Dan seterusnya.Dan terakhir, kelompok pertanyaan ketiga: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dnegan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Dan seterusnya.Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologism. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tujuan ilmu secara epistemologis. Dan pertanyaan-pertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis.

2. Karakteristik Filsafat IlmuDari beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu sebagai berikut.a. Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.b. Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologism, epistemologis, dan aksiologis.3. Objek Filsafat Ilmua. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu.b. Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologism, epistemologis, dan aksiologis.4. Ciri-ciri IlmuIlmu merupakan pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Dalam Kuntjojo (2009) adapun ciri-ciri pokok ilmu adalah sebagai berikut.a. SistematisasiSistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah tersusun sebagai suatu system yang di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara fungsional.b. Keumuman (generality)Ciri keumuman pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum berbagai fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum dalam pembahasannya.

c. RasionalitasCiri rasional berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika.d. ObjektivitasCiri objektivitas ilmu menunjuk pada keharusanuntuk bersikap objektif dalam mengkaji suatu kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan atau kepentingan pribadi.e. VerifiabilitasVerifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diteliti kembali, atau diuji ulang oleh masyarakat ilmuwan.f. KomunalitasCiri komunalitas ilmu mengandung arti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum (public knowledge). Itu berarti hasil penelitian yang kemudian menjadi khasanah dunia keilmuan tidak akan disimpan atau disembunyikan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.

B. Objek Material dan Objek Formal Fisika sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan1. Objek FilsafatObjek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.a. Objek Material FilsafatSetiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek atau bahan yang disajikan sasaran penyelidikan. Misalnya ilmu kedokteran, ilmu sastra, psikologi, dan lain-lain memiliki objek material yaitu manusia (Lasiyo, 1985). Objek material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu (Ulumuddin, tanpa tahun). Istilah objek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu: Pokok persoalan (subject matter) dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan factual. Misalnya penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika, penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau biokimia dan sebagainya. Pokok persoalan (subject matter) dapat juga dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan. Misalnya anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, tetapi dapat juga dikatakan berbeda. Perbedaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.Filsafat sebagai ilmu juga memiliki objek atau sasaran penyelidikan. Adapun objek material dari filsafat adalah segala sesuatu yang ada yang meliputi hal-hal sebagai berikut:1) Yang ada dalam kenyataan.2) Yang ada dalam pikiran.3) Yang ada dalam kemungkinan.b. Objek Formal FilsafatObjek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan berharap menurut segi-segi yang dimiliki objek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan dan menurut kemampuan seseorang. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah system filsafat. Objek formal diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana objek itu disorot. Onjek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan sudah ditentukan.Bertalian dengan pengertian objek material dan objek formal, ada perbedaan antara filsafat dengan ilmu yang bukan filsafat. Bahkan berbeda antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Misalnya, objek material berupa pohon kelapa. Ahli ekonomi akan mengarahkan perhatiannya atau meninjau (objek formal) pada aspek ekonomi dari pohon kelapa tersebut. Berapa harga jual buahnya, kayunya atau bahkan lidinya. Ekonomi tidak mengarahkan perhatiannya pada unsur-unsur yang menyusun pohon kelapa tersebut. Lain halnya dengan ahli pertanian, yang juga memiliki sudut pandang yang khusus sesuai bidang ilmunya. Misalnya, cara agar pohon tersebut tumbuh dengan subur, dan apakah cocok ditanam di lahan tertentu. Seorang ahli biologi akan mengarahkan perhatiannya pada unsure-unsur yang terkandung dalam pohon tersebut, baik unsur batang, daun maupun buahnya. Seorang ahli hokum akan mempertanyakan status kepemilikan pohon tersebut. Siapa pemilik sah pohon tersebut, apakah ditanam di lahannya sendiri ataukah di lahan sewaan.Maka dapat disimpulkan, bahwa para ilmuwan yang ahli di bidang disiplin ilmu tertentu mengarahkan perhatiannya pada salah satu aspek dari objek materialnya. Disiplin ilmu khusus terbatas ruang lingkupnya. Artinya, bidang sasarannya tidak mencakup bidang lain yang bukan wewenangnya. Setiap bidang ilmu menganggap atau mengarah pada kapling masing-masing. Mereka tidak begitu peduli dengan kapling ilmu lain. Inilah yang disebut otoritas atau otonomi atau kemandirian keilmuan, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang ilmuan untuk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan pihak luar.2. Objek Material Fisika sebagai Cabang Ilmu PengetahuanPada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa objek material adalah bahan yang menjadi sasaran penyelidikan. Dalam ilmu fisika, begitu banyak fenomena di kehidupan kita yang menjadi sasaran penyelidikan. Beberapa contoh peristiwa yaitu gaya gravitasi, listrik, energi, dan peristiwa-peritiwa di alam sekitar lainnya.Tujuan semua sains, termasuk fisika, umumnya dianggap merupakan usaha untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam sekitanya. Banyak orang yang berpikir bahwa sains adalah proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori. Hal ini tidak benar. Sains adalah suatu aktifitas kreatif yang dalam banyak hal menyerupai aktifitas kreatif pikiran manusia.Mari kita ambil beberapa contoh untuk melihat mengapa hal ini benar. Satu aspek penying dari sains adalah pengamatan peristiwa. Namun, pengamatan memerlukan imajinasi, karena ilmuwan tidak akan pernah bisa memasukkan semuanya dalam satu deskripsi mengenai apa yang mereka amati. Dengan demikian, ilmuwan harus melakukan penilaian mengenai apa yang relevan dengan pengamatan mereka. Sebagai contoh, Aristotle (384-322 BC) dan Galileo (1564-1642), menginterpretasikan gerakan pada permukaan horizontal. Aristotle melihat bahwa benda-benda yang diberi dorongan awal di atas tanah selalu bergerak semakin lambat dan akhirnya berhenti. Sehubungan dengan itu, Aristotle menganggap bahwa keadaan alamiah suatu benda adalah diam. Galileo, pada tinjauan ulangnya mengenai gerakan horizontal pada awal abad ke-17, membayangkan bahwa jika gesekan (friksi) dapat dihilangkan, sebuah benda yang diberi dorongan awal pada permukaan horizontal akan terus bergerak untuk jangka waktu tak terbatas tanpa henti.Pengamatan, dan eksperimen dan pengukuran yang cermat merupakan satu sisi dari proses ilmiah. Sisi lainnya adalah penemuan atau perumusan teori untuk menjelaskan dan mengatur pengamatan. Teori tidak pernah diturunkan langsung dari pengamatan. Teori merupakan inspirasi yang dating dari pikiran manusia. Misalnya gagasan bahwa zat terbuat dari atom tentunya tidak didapat karena seseorang mengamati atom, melainkan gagasan tersebut muncul dari pikran yang kreatif. Teori relativitas, teori electromagnet mengenai cahaya, dan hokum Newton mengenai gravitasi universal juga merupakan hasil dari imajinasi manusia (Giancoli, 2001)3. Objek Formal Fisika sebagai Cabang Ilmu PengetahuanFisika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika dibagi menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel elementer, dan astrofisika. Objek formal dalam ilmu fisika yaitu batasan-batasan yang mencirikan atau mengkhususkan ilmu fisika dengan ilmu yang lain. Misalnya bagaimana meneliti sebuah atom dari segi ilmu fisika maupun dari segi ilmu kimia. Ilmu fisika akan meninjau apa yang terjadi dalam sebuah atom, bagaimana gerakannya, apa yang terjadi apabila sebuah atom dipanaskan atau didinginkan. Sedangkan ilmu kimia akan meninjau atom jenis apa, akan menyusun struktur kimia molekul yang mana, serta bagaimana reaksi kimianya dengan molekul yang lain. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, fisika meninjau suatu objek atau bahan dari gejala-gejala (perilaku) yang ditimbulkan dari peristiwa atau fenomena yang terjadi.Untuk waktu yang lama, sains kurang lebih merupakan satu kesatuan yang dikenal sebagai filosofi alam.baru pada satu atau dua abad yang lalu perbedaan antara fisika dan kimia bahkan sains kehidupan menjadi jelas. Memang, perbedaan menyolok antara seni dan sains juga baru berumur bebrapa abad. Dengan demikian tidak mengherankan kalau perkembangan fisika telah mempengaruhi dan dipengaruhi bidang-bidang lain. Misalnya, catatan-catatan Leonardo Da Vinci yang berisi referensi-referensi pertama mengenai gaya yang bekerja dalam sebuah struktur, subyek yang sekarang dinamakan fisika. Karya awal mengenai listrik yang berlanjut dengan penemuan baterai listrik dan arus listrik dibuat oleh seorang fisiologis abad ke-18, Luigi Galvani (1737-1798). Ia memperhatikan sentakan kaki katak yang merupakan respon terhadap percikan listrik, kemudian otot-otot tersebut kelihatan tersentak jika bersentuhan dengan logam yang tidak sama. Pertama kali fenomena ini dikenal sebagai kelistrikan hewan, tetapi tidak lama kemudian menjadi jelas bahwa arus listrik itu sendiri bisa ada walaupun hewannya tidak.

C. Sumber dan Alat Pengetahuan1. Sumber PengetahuanApakah sumber yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? Dari manakah ilmu dimulai? Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman manusia (Jujun S., 2005) ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti tentang sesuatu yang berada di luar lingkup pengalaman manusia. Ilmu tidak berbicara tentang sesuatu yang berada di luar lingkup pengalaman manusia seperti surge, neraka, roh, dan seterusnya.Mengapa ilmu hanya mempelajari hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia? Jawaban dapat diberikan berdasarkan fungsi ilmu, yaitu deskriptif, prediktif, dan pengendalian.Fungsi deskriptif adalah fungsi ilmu dalam menggambarkan objeknya secara jelas, lengkap, dan terperinci. Fungsi prediktif merupakan fungsi ilmu dalam membuat perkiraan tentang apa yang akan terjadi berkenaan dengan objek telaahannya. Dan fungsi pengendalian merupakan fungsi ilmu dalam menjauhkan atau menghindar dari hal-hal yang tidak diharapkan serta mengarahkan pada hal-hal yang diharapkan.2. Cara Mendapatkan PengetahuanPengetahuan berkembang antara lain karena manusia memiliki rasa ingin tahu. Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan bila dirinya memperoleh pengetahuan yang benar mengenai apa yang dipertanyakan. Untuk itu manusia menempuh berbagai cara agar keinginan tersebut terwujud.Berbagai tindakan untuk memperoleh pengetahuan secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu secara nonilmiah, yang mencakup; a) akal sehat, b) prasangka, c) intuisi, d) penemuan kebetulan dan coba-coba, dan e) pendapat otoritas dan pikiran kritis, serta tindakan secara ilmiah (Sumadi Suryabrata, 2000). Usaha yang dilakukan secara nonilmiah menghasilkan pengetahuan, dan bukan science. Sedangkan melalui usaha yang bersifat ilmiah menghasilkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.W. Huitt (1998), dalam artikelnya yang berjudul Measurement, Evaluation, and Research: Ways of Knowing, menyatakan bahwa ada lima macam cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu; pengalaman, intuisi, agama, filsafat, dan ilmu. Dengan cara-cara tersebut dapat diperoleh kebenaran pengalaman atau kebenaran indera, kebenaran intuitif, kebenaran religious, kebanaran filosofis, dan kebenaran ilmiah. Karakteristik dari masing-masing cara tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut.

Ways of Knowing

3. Metode IlmiahMenurut Soerjono Soemargono (1993), istilah metode berasal dari bahasa latin methodos, yang secara umum artinya cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan sedangkan metode ilmiah adalah cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.The Liang Gie (1991), menyatakan bahwa metode ilmiah adalah prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.Metode ilmiah yang merupakan prosedur sebagaimana digambarkan oleh The Liang Gie, memuat berbagai unsur atau komponen yang saling berhubungan. Unsur-unsur utama metode ilmiah menurut The Liang Gie adalah pola prosedural, tata langkah, teknik, dan instrument.Pola prosedural, antara lain terdiri dari pengamatan, percobaan, pengukuran, survey, deduksi, induksi, dan analisis. Tata langkah, mencakup penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan pengujian hasil. Teknik antara lain terdiri dari wawancara, angket, tes, dan perhitungan. Aneka instrumen yang dipakai dalam metode ilmiah contohnya yaitu pedoman wawancara, kuesioner, alat ukur, alat hitung, dan lain-lain.

D. Pengetahuan ManusiaManusia adalah subjek utama dari pengetahuan. Pengetahuan dari berbagai bidang terus digali karena adanya keingintahuan dalam diri manusia mengenai ruang lingkup kehidupannya. Semakin lama, manusia memiliki semakin banyak pengetahuan bahkan menciptakan penemuan-penemuan yang membantu kehidupan manusia.Manusia juga merupakan objek dari pengetahuan itu sendiri. Dalam ilmu kedokteran, manusia menjadi objek utama penelitian. Berbagai macam metode penelitian ditemukan untuk meneliti anatomi serta fungsi-fungsi tubuh manusia, sehingga dari pengetahuan itu kemudian manusia menciptakan alat-alat kedokteran yang sangat membantu dalam pengobatan.Dari pernyataan singkat diatas, disimpulkan bahwa manusia mempunyai pengetahuan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pengetahuan.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:1. Ilmu adalah segala sesuatu yang telah ada yang diciptakan oleh Tuhan, sedangkan pengetahuan adalah ilmu yang telah manusia dapatkan atau ketahui.2. Objek material dan objek formal dalam ilmu fisika yaitu gejala-gejala atau perilaku suatu objek di alam, yang dibagi menjadi; gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel elementer, dan astrofisika. 3. Manusia sebagai objek sekaligus subjek pengetahuan sangat berkompeten untuk memiliki pengetahuan.4. Sumber dan alat pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dalam lingkup manusia dan dapat dijangkau oleh indera manusia.B. SaranAdapun saran dari makalah ini, yaitu:1. Pembaca disarankan mencari referensi yang lain untuk melengkapi informasi-informasi singkat dalam makalah ini.2. Ada beberapa tulisan yang merupakan argument yang penulis simpulkan sendiri sehingga pembaca diharapkan menelaah untuk member saran untuk kemajuan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Associate Webmaster Professional. (2001) Terminologi Filsafat Internet : http://www.filsafatkita.f2g.net (accesed ; September 24, 2014)Giancoli, C. Douglas. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga.Huitt, W. (1998) Ways of Knowing. Internet : http://www.chiron.valdosta.edu/whuitt/col/intro/wayknow.html (accesed September 24, 2014).Kuntjojo. 2009. Filsafat Ilmu. Kediri: Universitas Nusantara Kediri.Lasiyo, dkk. 1985. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Liberty.Malian, Sobirin. 2003. Ide-ide Besar: Sejarah Intelektual Amerika, UII Press,Yogyakarta.Muladi, Etika Keilmuan, HAM, Demokrasi, dan Peradaban, Kuliah Perdana Program Pasca Sarjana UNPAD, 24 Agustus 2009.Nasoetion, Andi Hakim, Pengantar ke Filsafat Sains, Bogor, Litera Antar Nusa, 2008.Rinjin, Ketut. (1997) Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar. Bandung : CV Kayumas.Semiawan, Conny et al. (1998) Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu . Bandung: CV Remaja Karya.Soerjono Soemargono.(1993) Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Nur Cahaya Suriasumantri, Jujun S. (2005) Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.Suriasumantri, Jujun S. 1996.Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Suryabrata, Sumadi. 2004.Dasar-dasar Filsafat.Yogyakarta: Ar-Ruzz.

The Liang Gie. (1991) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.Ulumudin, Cahya. Tanpa tahun. Obyek Material dan Obyek Formal Ilmu Pengetahuan. Tersedia pada http://cahyaulumuddin.multiply.com/journal/item/19 . Diakses pada 24 September 2014

.

27