makalah filsafat modern

75
Makalah Filsafat Modern Kata Pengantar : Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Filsafat Modern”. Makalah ini berisikan tentang pengetahuan filsafat modern serta para tokoh-tokoh dari filsafat modern itu serta kejadian-kejadian apa saja yang terjadi pada abad ke-19 . Kita menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan masih banyak terdapat kesalahan baik dalam kata- kata ataupun pengertian mengenai filsafat modern itu. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila banyak kesalahan dalam kata ataupun penulisan kami mohon maaf dan kepada allah kami mohon ampun. Semoga allah swt senantiasa meridhoi segala urusan kita. Amin. Palembang,13 Oktober 2012

Upload: kariyadi-pratama

Post on 01-Jan-2016

3.193 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Modern

Makalah Filsafat Modern

Kata Pengantar :Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat serta

karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang

Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Filsafat Modern”.

Makalah ini berisikan tentang pengetahuan filsafat modern serta para tokoh-tokoh dari

filsafat modern itu serta kejadian-kejadian apa saja yang terjadi pada abad ke-19 .

Kita menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan masih banyak

terdapat kesalahan baik dalam kata-kata ataupun pengertian mengenai filsafat modern itu.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan ikut

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila banyak kesalahan dalam

kata ataupun penulisan kami mohon maaf dan kepada allah kami mohon ampun. Semoga

allah swt senantiasa meridhoi segala urusan kita. Amin.

Palembang,13 Oktober 2012

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2

Pendahuluan latar belakang masalah. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Pembahasan latar belakang filsafat. . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .4

Page 2: Makalah Filsafat Modern

Karakteristik filsafat modern. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5-8

Aliran-aliran filsafat modern. . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

a. Rasionalisme. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . 9-10

b. Empirisme. . . . . . . . . . .    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11-12

c. Kritisme. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13-14

Ciri pokok Filsafat Modern. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

Penutup. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

A. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Filsafat modern, adalah wacana filsafat yang lahir sebagai respon terhadap Suasana

filsafat sebelumnya. Kefilsafatan sebelum masa modern adalah kefilsafatan yang bercorak

tradisional, yang bisa diartikan “berfilsafat dengan cara-cara lama”, sebagaimana arti kata

tradisional berbanding terbalik dengan arti kata modern yang mermakna sebagai “sesuatu

yang baru”. Makna modern (sesuatu yang baru), mencakup segenap sendi-sendi kehidupan

social dan budaya manusia yang terkait dengan dimensi materil dan spiritualnya pada seputar

bagaimana cara mengetahui yang benar, kevalidan sesuatu, struktur pengetahuan itu sendiri

dan implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan manusia.

Lahirnya filsafat dalam ruang sejarah manusia tidak dapat dilepaskan dari kondisi

yang melingkupinya. Demikianpun dengan wacana filsafat modern, selain dapat diartikan

sebagai filsafat yang merespon (mengkritisi, membongkar, kadang-kadang menguatkan)

tradisi dalam kurun waktu tertentu, modern juga mengandung nilai-nilai kesinambungan yang

kontinyu, berdasarkan keadaanya. Kebebasan berfikir selalu dibatasi oleh kekuasaan gereja,

hingga kondisi ini melahirkan sebuah kegelisahan intelektual oleh para ilmuan yang

Page 3: Makalah Filsafat Modern

bermuara pada lahirnya revolusi berfikir yang berontak terhadap keadaan tersebut. Suasana

ini menjadi latar sejarah lahirnya filsafat modern yang kelak menjadi penentu bangkitnya

Eropa modern dengan segala aspeknya (renaisance).

Dengan demikian filsafat modern berarti filsafat yang mengandung kebaruan

berdasarkan waktunya, corak epistemologinya dan dinamika yang terjadi pada seputar

metodologi dan kerakteristiknya. Untuk memfokuskankan pembahsan makalah ini, maka

kami merumuskan sub-sub masalah sebagai berikut:

Bagaimana latar sejarah filsafat modern dan lahirnya renaissance ?

Bagaimana karakteristik filsafat modern ?

Aliran-aliran pokok dalam filsafat modern ?

B. PEMBAHASAN

1. Latar Sejarah Filsafat Modern,dan Lahirnya Reneisance

Sejarah filsafat terdiri dari tiga periode. Periode pertama, adalah periode klasik,

sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan pusat-pusat

pemikiran Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode pertengahan dan periode

ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan periode post-modernisme.

Socrates masuk pada kategori era klasik bersama para filosof lainnya, semisal Plato

yang menjadi muridnya dan kemunculan Aristoteles sebagai murid dari Plato menjadi puncak

keemasan era filsafat klasik. Filsafat Plato menemukan sebuah realitas sejati yang disebutnya

sebagai dunia ide yang merangkum segala bentuk Kebenaran berdasarkan ide atau sisi

rasionalitas manusia.

Baginya realitis fisik adalah refleksi terhadap dunia ide. Berbeda dengan muridnya,

Aristoteles memperkenalkan paham realisme. Menurutnya realitas adalah benda-benda

konkrit yang menciptakan kesatuan antara bentuk dan subtansi.

Setelah masa Aristoteles, wacana kefilsafatan menjadi redup.Kerakteristik filsafat

Barat abad pertengahan adalah pembenaran terhadap otoritas Kitab. Salah seorang yang

Page 4: Makalah Filsafat Modern

terkenal pada masa itu adalah Thomas Aquinas (1225-1274 M), K. St. Bona Venture (1221-

1257M). Pemikiran mereka berusaha untuk merekonsiliasi antara akal dan wahyu. Mereka

berusaha menjabarkan dogma-dogma Kristen dengan ajaran filsafat.

Akal pada waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk memuaskan nafsu “kelaki-

lakian” teologi Kristen. Seorang tokoh lain yang muncul pada waktu itu adalah St. Agustinus

(1354-1430M) bahkan tidak percaya dengan kekuatan akal dalam mencari kebenaran apapun.

Baginya kebenaran sepenuhnya terbenam, berada dalam wahyu Tuhan (teks). Singkatnya,

pada masa itu, persoalan epistemologi mengalami kepiluan dan penderitaan di bawah tafsir

tunggal para agamawan yang sekaligus menjadi penguasa politik pada zaman tersebut .

Kekuasaan keagamaan yang tumbuh berkembang selama abad pertengahan di Eropa

tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi Semitik di atas alam pikiran Hellenistik. Di

lain pihak, orang merasa dapat memadukan Hellenisme yang bersifat manusiawi intelektual

dengan ajaran agama yang bersifat samawi-supernatural. Dari sinilah tumbuh rasionalisme,

empirisme, idelisme, dan positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat

besar terhadap problem pengetahuan nonmetafisika (bukan agama) dan lahirlah babakan baru

yakni babak modern yang ditandai dengan gerakan renaissance yang merentang dari abad 14

M hingga abad 16.

Reneisance dalam bahasa Prancis dan Inggris berarti kelahiran kembali atau kebangkitan

kembali. Dalam bahasa latin, kata renaissance diidentikkan dengan arti kata, nascentia,

nascor, yang bermakna kelahiran, lahir, dilahirkan. Istilah ini meliputi suatau zaman di mana

setiap orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban.

Zaman tersebut menekankan otonomi atau kedaulatan manusia dalam berfikir,

bereksplorasi, bereksprimen dalam mengembangkan seni sastra dan ilmu pengetahuan di

Eropa. Manifestasi utama dari gerakan ini adalah; gerakan humanisme, eksistensialisme dan

naturalisme dengan menerjemahkan kembali sumber-sumber Yunani dan Romawi yang

mengantar terbukanya pemikiran manusia terhadap illmu-ilmu baru (modern). Dalam bidang

agama istilah renaissance ditandai dengan terusiknya kemapanan agama Kristen yang

mengarah pada reformasi protestan.

2. Karakteristik Filsafat Moderen

Page 5: Makalah Filsafat Modern

Reneisance Eropa yang mengantar babak modern, memicu berkembangnya filsafat yang

bercorak empirik. Akibatnya metodologipun berkembang ke induksi-eksprimentasi. Tokoh-

tokoh yang membuka jalan ke gerbang ini antara lain adalah, Copernicus, Kepler, Galileo,

Isac Newton dll.

Lahirnya metodologi baru pada era ini akibat terjadinya pergeseran paradigma filsafat.

Manusia melihat, merasakan dan menyadari adanya potensi pada dirinya untuk menentukan

kebenaran, tolak ukur dan validitasnya lewat metode penginderaan-observasi, eksprimen

terhadap realitas fisik melahirkan cara yang selanjutnya disebut metode ilmiah. Efek metode

ini melahirkan teori holosentris (Copernicus), Kepler mengganti teologi langit skolastisisme

dengan fisika langit. Demikian juga dengan Galileo yang menurunkan derajat alam sebagai

benda yang memiliki kualitas ketuhanan menjadi benda alam yang matematis-kuantitatif

(profan). Newton, sang jenius, berhasil menumbangkan kosmologi gereja yang menganut

paham teologis-skolastik dengan prinsip determinisme mekanika universal. Kebebasan dan

kreativitas berpikir ini menimbulkan kemarahan pihak gereja yang merasa otoritasnya

terancam sehingga kaum gerejawan memilih jalan suram dengan menghukum mereka bahkan

membunuhnya.

Keberhasilan ilmu-ilmu empirik yang diraih pada masa Reneisans menjadikan filsafat,

terutama epistemologi rasional-intuitif, mengalami kemunduran. Gereja terjebak dalam reaksi

ekstrim dengan memutuskan kemampuan akal dan ilmu serta membentengi ajarannya dengan

perisai kalbu dan keimanan. Sesuatu yang sangat apologis.

Di sisi lain kegemilangan ilmu-ilmu alam (fisika) dengan Newton sebagai tokoh

utamanya telah membangkitkan semangat empirisme rasional-materialistik dibidang

astronomi, biologi, psikologi, sosiologi, maupun filsafat. Laplace misalnya, berani

mengatakan bahwa teori astronomi yang dibangunnya tidak membutuhkan hipotesis tentang

peran Tuhan untuk menjelaskan asal-usul alam semesta. Begitu juga Darwin yang menafikan

keterlibatan Tuhan dalam kehidupan organis, yang berjalan sendiri melalui prinsip mekanika

hukum evolusi yaitu seleksi alamiah.

Demikian juga dengan Freud yang memandang konsep Tuhan bagi orang-orang

beragama sebagai ide ilusif karena berasal dari imajinasi ketidakberdayaan manusia dalam

menghadapi fenomena yang ada diluar dirinya. Sedangkan bagi Durkheim, kekuatan

supranatural atau hal-hal yang gaib tidak lebih dari kekuatan-kekuatan listrik yang

terkonsentrasi dalam diri manusia, sehingga ia tidak bercaya pada metafisika atau Tuhan.

Page 6: Makalah Filsafat Modern

Menurutnya, yang lebih pantas disebut sebagai Tuhan adalah masyarakat, karena masyarakat

mampu mengakomodasi hal-hal diyakini sebagai sifat-sifat Tuhan.

Kemudian tak ketinggalan pula Karl Marx mengatakan agama adalah candu, konsep

surga dan kerajaan Tuhan di akhirat adalah refleksi penderitaan kaum proletar sebagai

manuver kaum borjuis untuk menyembunyikan realitas sosial yang sebenarnya, agar

kedudukan mereka sebagai tuan tanah tetap kukuh dan memonopoli alat-alat produksi hingga

mereka tetap menguasai roda ekonomi sekaligus aman dari kemarahan kaum proletar. Agama

tidak lain dari konstruk borjuis bukan berasal dari dunia gaib. Demikianlah dampak dari

traumatisasi masyarakat Eropa terhadap agama yang kemudian mencari penenangnya pada

ilmu pengetahuan yang berubah makna tidak lebih sebagai ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial

dengan menjadikan eksprimen dan observasi sebagai pisau analisis metodologis.

Selanjutnya, Pranarka menjelaskan bahwa zaman modern ini telah membangkitkan

gerakan Aufklarung, suatu gerakan yang meyakini bahwa dengan bekal pengetahuan,

manusia secara natural akan mampu membangun tata dunia yang sempurna. Optimisme

Aufklarung serta perpecahan dogmatik doktriner antara berbagai macam aliran sebagai akibat

dari pergumulan filsafat modern yang menjadi multi-aplikatif telah menghasilkan krisis

budaya.

Semua itu menunjukkan bahwa perkembangan filsafat tampaknya berjalan dalam

dialektika antara pola absolutisasi dan pola relativisasi, yang ditandai dengan lahirnya aliran-

aliran dasar seperti skeptisisme, dogmatisme, relativisme, dan realisme. Namun, di samping

itu, tumbuh pula kesadaran bahwa pengetahuan itu adalah selalu pengetahuan manusia.

Bukan intelek atau rasio yang mengetahui, manusialah yang mengetahui. Kebenaran dan

kepastian adalah selalu kebenaran dan kepastian di dalam hidup dan kehidupan manusia.

Peradaban Eropa modern terbentang mulai dari abad -15 hingga abad ke-19 dengan watak

pemberontakannya terhadap periode pertengahan. Bertrand Russel, sebagaimana dikutip oleh

Rodliyah Khuzai, mengemukakan lima perbedaan antara periode modern dibanding periode

pertengahan.

1. Pertama, berkurangnya otoritas gereja dan meningkatnya otoritas ilmu.

2. Kedua, kekuasaan gereja yang semula dominan mulai berkurang dan digantikan

fungsinya oleh raja.

Page 7: Makalah Filsafat Modern

3. Ketiga, jika abad pertengahan manusia berusaha memahami dunia (theorical science),

maka masa modern manusia berusaha mengubah dunia yaitu (practical Science).

4. Keempat, jika pada masa pertengahan manusia yang berusaha memahami dunia dan

tidak sesuai dengan isi kitab suci maka akan dihukum. Tetapi pada masa modern

penolakan terhadap kitab suci dianggap sah jika menemukan sebuah teori yang

dilandasi oleh ilmu pengetahuan.

5. Kelima, kebebasan dari otoritas gereja menimbulkan individualisme atau bahkan

anarkisme.

Berman mengidentifikasi tiga fase perbedaan secara historis perkembangan modernitas

dari abad ke-13 hingga abad ke-18.

1. Pertama, pengalaman kehidupan modern.

2. Kedua, revolusi Prancis dan munculnya pergolakan sosial, politik, serta kehidupan individu

yang berkenaan dengan gelombang revolusi besar pada 1790.

3. Ketiga, kemudian terjadi peleburan proses modernisasi dan perkembangan budaya dunia

modern yang lebih mempercepat perubahan di bidang sosial dan kehidupan politik yang

berdampak munculnya bentuk pengalaman baru.

Berman menyoroti modernitas dari sisi gejolak sosial politik yang terjadi. Dia melihat

struktur masyarakat Eropa modern di bangun dari beberapa momen perubahan sosial politik

yang melanda Eropa dari rentang waktu abad 13 Masehi hingga abad 18 Masehi. Gejolak

sosial politik diyakini sebagai bagian dari dampak dinamis prinsip-prinsip perkembangan

ilmu pengetahuan.

Modernisasi juga berhubungan dengan industrialisasi. Ia petunjuk jalan untuk

memperlihatkan kunci bagi modernitasi dalam mengubah kesadaran masyarakat. Dalam

artian luas, modernisasi dapat dipahami sebagai sebuah keberanian dan pengakuan kesadaran

sebagai kekuatan dalam dirinya. Dengan demikian, era modern ditandai dengan usaha

manusia untuk mengoptimalkan potensi diri dalam mengindera, berpikir, dan melakukan

berbagai eksprimen mengelola alam.

Ciri pengetahuan modern tidak terlepas dari dua aliran besar pemikiran yang dikenal dengan

rasionalisme dan empirisme. Kedua aliran ini, menjadi kerakteristik epistemologi Barat yang

Page 8: Makalah Filsafat Modern

memancing lahirnya pemikiran-pemikiran lain, semisal kritisme, fenomenologi, positivisme,

postpositivisme, strukturalisme, postrukturalisme, posmoderen hingga teori kritis mazhab

Frankfurt. Ragam kerakteristik pemikiran-pemikiran tersebut sebagai bagian dari gejala

renaisans, dan kaum intelektual Eropa mengalami demam “kontras-paradigmatik”.

3. Aliran-Aliran Pokok Dalam Filsafat Modern

a. Rasionalisme

Usaha kritis dalam filsafat adalah untuk memeriksa kembali nilai pengetahuan manusia.

Hal ini di pandang sebagai usaha manusia untuk membedakan apa yang mantap dengan apa

yang rapuh di dalam keyakinan-keyakinan umum. Namun kesulitannya adalah menemukan

norma untuk melaksanakan pembedaan ini. Apakah ciri hkas dari pengetahuan yang kokoh

yang membedakannya dari pengetahuan yang palsu ? Salah satu usaha radikal dan cerdik

untuk menjawab persoalan ini ialah dengan metode yang dikenal nama metode rasional.

Rasionalisme. Mazhab ini dipelopori oleh Rene descartes (1596-1650), seorang filosof

Prancis yang digelar sebagai bapak filsafat modern. Setelah lama merenung ia munculkan

untuk menghidupkan kembali pemikiran filsafat idealitas yang berakar pada idealisme Plato.

Ia melahirkan prinsip yang terkenal cagito ergo sum (aku berpikir maka aku ada). Dalam

pencarian pondasi yang kuat bagi pengetahuan, ia memutuskan untuk tidak menerima

kebetulan-kebetulan dan menolak semua yang tidak pasti.

Dalam hal, Kennet T Gallagher menyebutnya sebagai skeptisme moderat, lawan dari

skeptisme absolut dimana Descartes mengistilahkan metodenya sebagi keraguan metodis

Universal. Ia menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan. Salah satu cara untuk

mengetahui sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan adalah dengan melihat seberapa

jauh sesuatu itu dapat diragukan.

Menurut Decartes observasi melalui penginderaan, kadang-kadang menipu manusia,

konsekwensinya manusiapun kadang melakukan kesalahan dalam penalaran. Namun jika

manusia “membuang” semua dimensi inderawinya, maka kalaupun ada, apalagi yang tersisa?

Dia mengatakan;

Kita harus mengakui benda-benda jasmani ada. Namun, mungkin benda-benda

tersebut tidak persis sama seperti yang saya tangkap dengan indera, sebab pemahaman

Page 9: Makalah Filsafat Modern

dengan indera ini dalam banyak hal sangat kabur dan kacau; tetapi kita sekurang-kurangnya

harus mengakui bahwa semua benda yang saya pahami di dalamnya dengan jelas dan

disting...haruslah sungguh-sungguh dipahami sebagai obyek luar.

Bagi Descartes dunia yang nampak oleh indera tidak akan mampu memberikan

keyakinan benar, seperti oase di tengan pada pasir. Oleh karena apa yang nampak bahkan

tubuh kita sendiri, nampaknya sangat meragukan, sehingga tidak ada satupun yang nyata

kecuali keraguan itu sendiri.

Ketika segalanya nampak meragukan, tentu saja saat itu ada sesuatu yang melakukan

tindakan meragu, yaitu “aku” yang sedang ragu, berpikir dan sadar. Inilah pengetahuan yang

terang dan jelas (clara et distincta) kebenaran yang tidak lagi terbagi. Ide seperti ini ini, clara

et distincta, adalah cita-cita kesempurnaan bagi suatu pengetahuan dan hanya yang tak

terbatas yang menyebabkan ide itu ada dalam diri manusia. Dan yang sempurna itulah tuhan.

Oleh karena itu

Tuhan adalah aksistensi yang jelas dengan sendirinya. Dia-lah yang menjamin

keberadaan akal manusia, sehingga kerja akal turut dalam dalam jaminan Tuhan. Maka

konsepsi akal mengenai jumlah, letak dan ukuran, semua obyek yang bersifat materi pastilah

benar. Pada posisi ini manusia mampu memahami kebenaran secara obyektif. Oleh karena itu

rasionalisme Descartes memandang ilmu pengetahuan bersifat obyektif.

Descartes mengajukan tiga jenis subtansi dasar yaitu; Tuhan, pikiran dan materi.

Tuhan adalah subtansi utama yang menciptakan dua subtansi yang lain. Pikiran

sesungguhnya adalah kesadaran ia tidak mengambil tempat dalam ruang, karena tidak dapat

dibagi. Sedangkan dunia luar atau badan adalah materi yang cenderung mengalami perluasan

(ekstensa) dan mengambil tempat dalam ruang, karenanya dapat dipecah menjadi bagian-

bagian kecil. Alam atau materi adalah kumpulan dari bagian-bagian kecil yang bekerja

menurut hukum mekanik. Dengan demikian tubuh manusia, sebagai alam materi, seperti

mesin otomatis atau arloji yang dapat bekerja sendiri meskipun lepas dari pembuatnya.

Secara demikian Descartes, sebagai tokoh sentral rasionalisme modern, memandang

bahwa alam materi hanya dapat dipahami dengan metode analisis, yaitu mereduksi realitas

material menjadi bagian-bagian kecil dan matematika adalah bahasannya. Tuhan berlaku

sebagai penjamin keberadaan akal dan materi, tuhan menciptakan alam seperti seorang

Page 10: Makalah Filsafat Modern

menciptakan jam yang sekali jadi tidak ada lagi hubungan dengan penciptanya. Hubungan

pencipta dengan yang diciptakan hanyalah berlaku sebagai hubungan pertama.

Epistemologi rasionalitas-Cartesian jelas memisahkan antara pengetahuan alam

materi dengan pengetahuan alam metafisik. Alam materi hanya dapat diperoleh melalui

analisis, eksprimentasi, sedangkan kebenaran tentang Tuhan atau kebenaran yang bersifat

metafisik berhenti secara sederhana. Tuhan tetap aman pada tempatnya sebagai pencipta,

selain itu tidak ada “tempat” untuk Tuhan.

Mengenai hal ini Kennet T Gallagher menyebut pandangan Descartes sebagai

pandangan dikotomis yang dilain sisi menegaskan pandangan mekanis mengenai alam

semesta yang memungkinkan kemajuan pesat di dalam sains, tetapi memperlakukan manusia

seperti “hantu yang merasuki sebuah mesin” yang bekerja dengan hukum mekanika mesin.

Pada realitas ini, Descartes menimbulkan masalah lain yaitu tentang akal budi manusia yang

sangat rumit, terkait dengan segala dimensi idealitasnya.

Selain Descartes, rasionalisme abad 17 memiliki beberapa tokoh sentral seperti Spinoza

(1632-1677), Lebnis (1648-1716). Kebanyakan para filosof rasionalis tertap mempertahankan

eksistensi Tuhan, walaupun tetap terjadi pemisahan radikal antara alam dengan Tuhan.

b. Empirisme

Empirisme pertama kali diperkenalkan oleh filsuf dan negarawan Inggris Francis

Bacon pada awal-awal abad ke-17. Ia bermaksud meninggalkan ilmu pengetahuan yang lama

karena dipandang tidak memberi kemajuan tidak mem- beri hasil yang bermanfaat, dan tidak

memberikan hal-hal yang baru bagi kehidupan.Akan tetapi perkembangan pemikiran

empirisme ini di desain secara lebih sistemik oleh John Locke yang kemudian dituangkan

dalam buku- nya “Essay Concerning Human Understanding (1690)”.John Locke memandang

bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa, sebuah batu tulis

kosong tanpa isi, tanpa pengetahuan apapun.

Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi. Pengalaman indrawi

menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat

observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia. John Locke adalah orang yang tidak

percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin.

Page 11: Makalah Filsafat Modern

Menurut John Locke ide dalam benak manusia didapatkan melalui pengalaman atau

aposteriori. Ide manusia lalu terbagi dua yaitu ide sederhana dan ide kompleks. Ide sederhana

didapatkan melalui penginderaan yang disebut sensasi, sedangkan ide kompleks ialah refleksi

terhadap ide sederhana yang kemudian membentuk persepsi. Pengetahuan yang rumit harus

dapat dilacak kembali pada penginderaan yang sederhana, jika tidak akan beresiko menjadi

pengetahuan yang keliru, karenanya harus ditolak.

Bagi Locke persepsi manusia dapat membedakan dua kualitas pada benda, yaitu

kualitas primer dan kualitas sekunder. Kawalitas primer bersifat riil yang terdapat pada benda

itu sendiri, seperti; kepadatan, keluasan, bentuk, gerak, berat, jumlah dan lain-lain. ide yang

timbul dari kualitas primer merepresentasikan benda secara akurat, kualitas inilah yang

merupakan bagian esensial dalam kerakteristik kebenaran pengetahuan. Karena itu ilmu

bersifat obyektif yang dikarenakan berdasarnya nilai pada indera yang merefleksikan kualitas

primer pada benda. Selain kualitas primer ide juga merupakan kualitas lain ketika

mempersepsi kualitas sekunder seperti, warna, bau, rasa, suara, yang bergantung pada

kemampuan persepsi manusia, karena tidak menggambarkan realitas sejati dan mungkin saja

meleset sehingga tidak terjamin kebenarannya.

Oleh karena itu ide yang muncul dari kualitas sekunder bersifat subyektif.

Berdasarkan pemahaman ini maka pengetahuan manusia tentang Tuhan dengan sendirinya

bersifat subyektif. Karena berdasarkan teori ini, ide tentang Tuhan dapat dirasakan melalui

eksistensi diri, bahwa diri manusia adalah sesuatu yang ada. Sesuatu yang ada hanya tercipta

dari keabadian dan ketiadaan tidak mungkin mengahasilkan sesuatu. Pengetahuan manusia

yang bersumber dari eksistensi dirinya bermula dari eksistensi yang lebih luas atau eksistensi

abadi dan inilah yang disebut Tuhan. Namun sayangnya pengetahuan manusia mengenai

eksistensi tergolang dalam kualitas sekunder, dimana kualitas sekunder mungkin saja keliru.

Karena itu meskipun metode Locke mengakui ide tentang Tuhan namun ide tersebut

sangatlah samar dan meragukan. Hanya sains yang jelas dan terang serta pasti, karena

berangkat dari kualitas primer yang mengambarkan dunia materi secara akurat meskipun

dunia yang digambarkan adalah dunia yang tak bernyawa dan tidak berbeda dari mesin.

Filsuf empirisme lainnya adalah Hume. Ia memandang manusia sebagai sekumpulan

persepsi (a bundle or collection of perception). Manusia hanya mampu menangkap kesan-

kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan. Pada kenyataannya,

menurut Hume, manusia tidak mampu menangkap suatu substansi. Apa yang dianggap

Page 12: Makalah Filsafat Modern

substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja. Begitu pula dalam menangkap hubungan

sebab-akibat. Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya

karena menyangka kejadian-kejadian itu ada kaitannya, padahal kenyataannya tidak

demikian. Selain itu, Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self). Apa yang

dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja.

c. Kritisme

Skeptisme yang dibangun oleh Hume secara perlahan mengilhami munculnya

pemikiran kritis asal jerman bernama Immanuel Kant (1724-1804). Dalam sebuah

pengakuannya Kant menyataklan bahwa Hume-lah yang membangunkannya dari ketidak

sadaran dogmatis yang dialaminya. Mulanya Kant mengaku rasionalisme lalu kemudian

empirisme datang mempegaruhinya. Namun Kant tidak sepenuhnya di bawah pengaruh

empirisme dan tidak menerima metodenya dengan begitu saja, karena dia menganggap

emperisme membangun keraguaan terhadap akal budi. Walaupun dia mengakui kebenaran

pengatahuan indera sambil tetap juga mengakui kebenaran akal budi, tetapi syarat-syaratnya

harus tetap dicari, yaitu dengan menyelidiki atau mengkritik pengetahuan akal budi dan akan

diterangkan apa sebabnya, dengan demikian pengetahuan menjadi mungkin, itulah sebabnya

mengapa aliran Kant disebut kritisme.

Kant merupanya menggabungkan empirisme dan rasioaliosme dengan mencari sintesis

antara keduanya. Dalam pandangan Kant, manusia tidak dapat mengetahui dunia hanya

dengan nalar dan observasi. Kemampuan manusia terbatas dalam memahami hakekat dunia,

tetapi tidak berarti dunia tidak dapat dipahami oleh manusia.

Pengakuan keterbatasan ini dikemukakan Kant lewat teori kritiknya, yaitu; usaha-usaha

untuk meninjau batas-batas pengetahuan manusia lewat realitas. Menurutnya realitas

memiliki hal empirik dan transendental. Sesuatu yang transendental adalah sesuatu yang pasti

kebenarannya, sehingga ia bersifat laten dan harus diterima tanpa ada kritikan. Oleh karena

itu ia berada diluar tapal batas pengetahuan manusia, yang oleh Khan disebut noumena. Akan

tetapi yang transendental itu memililki refleksi empirik, yaitu apa yang nampak sebagai citra

dari noumena dan dapat diketahui manusia sebagai fenomena.

Pengetahuan adalah tidak lebih dari sebentuk keputusan yang terdiri dari pengetahuan

apriori dan pengetahuan apestriori. Pengetahuan apriori terlepas dari pengalaman yang

disebut sebagai keputusan analitik. Pengetahuan apestriori bersumber dari indera yang

Page 13: Makalah Filsafat Modern

menghasilkan keputusan sintesis. Menurut Khan, pengetahuan analitik tidak memajukan ilmu

pengetahuan karena penemuan-penemuan baru tidak dapat menemuikan jalan untuk

berhubungan untuk berhuungan dengan dunia materi. Sebaliknya pengetahuan sintetis

melalui indera tidak mempunyai validitas ilmiah karena indera hanya berhubungan dengan

sesuatu yang tunggal dan terpisah. Oleh karena itu Khan mencoba meakukan terbosan baru

yaitu adanya pernyataan sintetik yang bersifat opriori. Teori mengatakan bahwa benak

manusia tidak hanya bersifat fassif menerima data-data inderawi, tetapi justru aktif,

memaksakan strukturnya kedata-data inderawi.

Berpikir menurut Khan tidak hanya menerima kesan inderawi, tetapi juga membuat

keputusan tentang apa yang kita alami. Pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama

dalam benak; pertama, fakultas pencerapan, kedua, fakultas pemahaman yang membuat

keputusan pada data indera dan diperoleh melalui fakultas pertama. Fakultas pencerapan

menerima data inderawi dan menatanya dengan kategori ruang dan waktu, sedangkan

fakultas pemahaman menyatakan pengalaman yang diterima pencerapan, melalui kategori-

kategori apriori untuk ditata higga menjadi keputusan. Kategori yang dimaksud ialah

kuantitas, kualitas, rasio dan modalitas.

Karena bentuk-bentuk intelektual ini adalah apriori, ia mempuanyai sifat universal dan

pasti. Kategori-kategori tersebut merupakan syarat apriori yang memungkinkan suatu

keputusan tentang obyek. Pikiran manusia mampu mengetahui benda-benda sebagaimana ia

nampak sesuai dengan kategori atau bentuk-bentuk intelektual, tetapi Ia tidak dapat sampai

pada hakekat pengetahuan tentang obyek. Kant berpendapat bahwa pengetahuan tidak perlu

melampaui pengalaman, karena penampakan obyek indera menjadi wilayah obyektif yang

akan menyatakan pengetahuan ilmiah. Dengan mengetahui keteraturan pada dunia eksternal

melalui kategori-kategori, manusia akan mengetahui secara akurat mengenai obyek

sebagaimana adanya hingga fakta dapat dipahami. Dengan demikian pengetahuan bersifat

obyektif karena benak manusia mampu memahaminya secara benar melalui kategori-kategori

yang bersifat pasti.

Pemikiran yang dikembangkan oleh Khan jelas memisahkan antara fenomena dan

neomena antara dunia materi dan dunia metafisika, serta antara akal dan Tuhan. Manusia

hanya akan mampu menangkap fenomena melalui dunia materi, sedangkan nomena dan

metafisika tidak dapat dipahami. Begitu pula halnya akal dan kebebasannya, tidak mungkin

Page 14: Makalah Filsafat Modern

memahami Tuhan sebab paradigma ilahiyah hanya dapat diyakini melalui moral berdasarkan

perasaan.

Ciri pokok filsafat modern adalah:

1. pertama, bebas nilai, subyek peneliti harus mengambil jarak dari semesta dan bersikap

imparsial-netral.

2. Kedua, fenomenalisme, yaitu pengetahuan yang absah hanya berfokus pada fenomena

alam semesta, sehingga proposisi-propososi metafisika seperti “keberadaan Tuhan”

ditolak mentah-mentah karena ia adalah proposisi tak berarti, tidak masuk akal, sebab

tidak ada pembuktian indrawinya, oleh karena itu Tuhan dan wacana-wacana spritual

dalam kacamata positivisme dianggap nonsense.

3. Ketiga, nominalisme. Kenyataan satu-satunya adalah individual partikuler, sedangkan

unversalisme adalah penamaaan semata.

4. Keempat, reduksionisme. Semesta direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat

dipersepsi.

5. Kelima naturalisme. Peristiwa-peristiwa alam adalah keteraturan yang menisbikan

penjelasan adikodrati.

6. Keenam, mekanisme. Semua gejala-gejala alam bekerja secara determinis-mekanis

seperti mesin.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Suasana kefilsafatan abad pertengahan yang bercorak teosentris, dan latar belakang

masyarakat Eropa yang terkekang oleh otoritas geraja, menimbulkan pemberontakan terhadap

nilai-nilai (tradisi) gerejawi, menjadi penyebab lahirnya renaissance dan filsafat modern.

Page 15: Makalah Filsafat Modern

Karakteristik filsafat modern adalah antroposentrisme, Manusia melihat, merasakan dan

menyadari adanya potensi pada dirinya untuk menentukan kebenaran (eksistensialisme), tolak

ukur dan validitasnya lewat metode penginderaan-observasi atau eksprimen terhadap realitas

fisik yang melahirkan cara yang selanjutnya disebut metode ilmiah.

Aliran-aliran pokok dalam filsafat modern adalah, rasionalisme, empirisme, kritisme dan

derivasinya.

BAB IPENDAHULUAN

Tujuan kita mempelajari studi filsafat ini akan mengetahui dunia filsafat minimal

mengetahui tentang pembahasan apa yang kita bahas hari ini. Kita tidak dapat memungkiri

untuk memasuki masa filsafat modern. Maka dari itu kita harus mempelajari berbagai macam

tentang filsafat modern yakni salah satunya yang kita bahas tentang Aliran Filsafat modern

yang kami mengambil beberapa pembahasan tentang aliran filsafat modern, yakni Aliran

Rasionalisme, Aliran Empirisme, Aliran Kritisme dan Aliran Idealisme.

Dari beberapa pembahasan itu tentunya memliki ciri tersendiri, dalam pembahasan ini

kita akan mengetahui pengertian, cirri, serta tokoh-tokoh yang mempelopori tentang Aliran

yang ada pada bagian aliran filsafat modern ini. Dengan adanya pembahasan ini, harapan kita

nantinya bisa membuka pikiran kita untuk mengenali filsafat ini dan kita termotivasi untuk

mempelajari apa yang akan kita pelajari dalam ilmu filsafat umum ini.

Demikian penyajian tentang beberapa aliran filsafat modern, ini kami sajikan belum

begitu lengkap da masih banyak yang harus di perbaiki.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    RASIONALISME

Page 16: Makalah Filsafat Modern

1.      Pengertian Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham yang mendasarkan pada rasio sebagai sumber kebenaran

tertinggi, materialisme yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang

mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap oleh indra manusia) serta

individualisme yang meletakkan nilai dari kebebasan individu sebagai nilai tertinggi dalam

segala aspek kehidupan masyarakat dan Negara.

Rasionalisme ini di pelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang juga sekaligus di

sebut bapak Filsafat Modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum dan kedokteran. Ia

menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus di susun oleh

satu orang sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum.

Rene Descartes yang mendirikan aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber

pengetahuan yang dapat di percaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang di peroleh lewat

akallah yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Latar

belakang rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran

tradisional (skolastik), yang pernah di terima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-

hasil ilmu pengetahuan yang di hadapi.

B.     EMPIRISME

1.      Pengertian Empirisme

Empirisme adalah pengetahuan yang mendasarkan kepada kepastian dan hanya di

peroleh lewat indra (empiri), dan empirilah salah satu sumber pengetahuan. Melalui empiri

ini dapat menghasilkan sebuah hasil yang pasti karena tidaka hanya di pikirkan namun empiri

di sini butuh pembuktian secara nyata dan benar-benar telah ada pembuktian melalui

percobaan.

Ada beberapa tokoh yang mempelopori aliran Empiris ini di antaranya yaitu,

Thomas Hobbes (1588-1679) seorang ahli pikir dari inggris dalam tulisannya ia menyusun

suatu system pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar empiris, di samping itu juga

meneriam metode dalam ilmu alam yang matematis. Pendapat ia Filsafat adalah suatu ilmu

pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang di peoleh sebabnya.

Sasaran filsafat adalah fakta yaitu mencari sebab-sebabnya.

Page 17: Makalah Filsafat Modern

Tokoh empirisme yang selanjutnya ialah John Locke (1932-1704) ia di lahirkan di

Wrington Inggris. Ia menyukai filsafat dan teologi. Dalam penelitiannya ia memakai istilah

sensation dan Reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar,

tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Dan Reflection adalah pengenalan intuitif

yang memberikan pengetahuan kepada manusia yang sifatnya lebih baik dari pada sensation.

Walau bagaimanapun juga manusia harus mendahulukan sensation. Hal yang demikian di

karenakan manusia saat di lahirkan dalam keadaan putih bersih (Tabula rasa) yaitu jiwa itu

kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Pengalamanlah yang membentuk jiwa

seseorang.

C.     KRITISME

A.    Pengertian Kritisme

Kritisme adalah mengadakan penyelidikan terhadap peran ilmu pengetahuan. Yang

pada mulanya di abad ke 18 menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme

semakin berlanjut. Dari kedua pendapat tersebut Immanual Kant (1724-1804) mencoba

untuk menyelesaikan persoalan di atas. Pada mulanya menimbulkan masalah, yang mana

yang sebenarnya dikatakan sumber pengetahuan? Rasio atau Empiri yang pada awalnya

berebut otonomi.

Pada saat itu Kant mengikuti rasionalisme, tapi ia kemudian terpengaruh oleh

empirisme. Walau demikian Kant tidak mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa

empiris terkandung skep-tisisme. Kant Mengakui peranan akal dan keharusan empiri,

kemudian di cobanya melakukan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber dari akal

(Rasionalisme), tapi adanya pengertian timbul dari benda (Empiris).

Dengan begitu artinya Kant mengevaluasi tentang kedua pendapat tersebut untuk di

jadikan bahan perbandingan yang menemukan pendapatnya yaitu aliran Kritisme, ia

mengkritisi dari kedua pendapat tersebut dengan menggabungkan antara Rasio dan Empiri

yang menjadi aliran Kritisme. Ia menawarkan pendapatnya melalui kritisi terhadap kedua

pendapat tersebut. Metode berpikirnya di sebut kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada

nilai yang tertinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan yang melampaui

akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya.

Page 18: Makalah Filsafat Modern

D.    IDEALISME

1.      Pengertian Idealisme

Idealisme adalah mencari suatu dasar yakni suatu metafisika yang di temukan lewat

dasar tindakan sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai

sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruhan yang ada.

Adapun pelopor Aliran Idealisme diantaranya yaitu : J.G. Fichte (1762-1814),

F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).

Dari sekian pelopor idealism ini ada satu yang mencapai puncak perkembangannya yaitu

murid dari Immanual Kant turun kepada Hegel. Hegel lahir di Jerman, yang berpengaruh

begitu besar sampai di luar jerman. Menjadi seorang Profesor Ilmu Filsafat sampai

meninggal. Beljar dari Kant ia merasa belum puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi

secara kritis. Menurut pendapatnya, segala peristiw didunia ini hanya dapat di mengerti jika

suatu syarat di penuhi, yaitu peristiwa-peristiwa itu secara otomatis mengandung penjelasan-

penjelasannya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbnulkan gerak lain.

Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis, kemudian timbul

tesis yang menimbulkan gerak baru, yang nantinya menimbulakn antithesis dan seterusnya.

Inilah yang di sebut dengan dialektika. Proses dialektika inilah yang menjelaskan segala

peristiwa.

E.     ANALISA

Dari beberapa aliran filsafat modern ini membutuhkan pemikiran yang logis di

utamakan. Karena setiap pedapat mengemukakan berdasarkan apa yang dapat di terima oleh

akal. Namun dari sekian aliran yang menjadi dasar Filsafat Modern adalah aliran

Page 19: Makalah Filsafat Modern

Rasionalisme. Karena dari aliran rasionalisme ini melahirkan pemikiran baru untuk

membandingkan dan meneruskan untuk mencari kebenaran yang pasti. Ketidakpuasan

dengan aliran rasionalisme ini timbul sebuah pemikiran baru untuk membuktikan dari hasil

rasio ini. Dari itu maka timbul pula aliran Empirisme yang mengedepankan fakta yang

mencari sebab-sebabnya.

Kedua aliran tersebut membuat timbulnya masalah baru, yang mana seharusnya

menjadi sumber pengetahuan? Akhirnya lahir pendapat lain yakni alira Kritisme yang

menyatukan antara pertentangan rasio dan empiri. Dengan mengkritisi kedua aliran tersebut

maka timbul pemikiran baru yang menyumbangkan atau menawarkan sebuah pemikiran

untuk di jadikan aliran baru. Mengetahui hal ini juag ada dari beberapa ahli pikir yang belum

puas dengaqn pendapat kritisme ini. Dengan alasan bahwa belum puas dengan batas

kemampuan akal, karena akal murni adalah tidak akan dapat mengenal hal yang berada di

luar pengalaman. Maka timbul pula pemikiran baru dengan nama alirannya yaitu aliran

Idealisme yang mengedepankan pencarian suatu dasar yaitu suatu system metafisika yang di

temukan lewat dasar tindakan, sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya.

Dari pejelasan di atas dapat kita ketahui bahwa Filsafat modern ini mengedepankan

kemajuan dalam hal pemikiran yang bertititik tolak pada aliran yang pertama. Pemikiran

yang berkembang yang menimbulkan pemikiran baru yang di tawarkan oleh para ahli pikir.

BAB III

PENUTUP

1.      KESIMPULAN

Rasionalisme adalah paham yang mendasarkan pada rasio sebagai sumber kebenaran

tertinggi. Rasionalisme ini di pelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang juga sekaligus

di sebut bapak Filsafat Modern. Dengan pendapatnya pengetahuan yang di peroleh lewat

akallah yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah.

Empirisme adalah pengetahuan yang mendasarkan kepada kepastian dan hanya di

peroleh lewat indra (empiri). Ada beberapa tokoh yang mempelopori aliran Empiris ini di

antaranya yaitu, Thomas Hobbes (1588-1679) seorang ahli pikir dari inggris dalam

tulisannya ia menyusun suatu system pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar empiris.

Tokoh empirisme yang selanjutnya ialah John Locke (1932-1704) ia di lahirkan di Wrington

Page 20: Makalah Filsafat Modern

Inggris. Ia menyukai filsafat dan teologi. Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation

dan Reflection.

Kritisme adalah mengadakan penyelidikan terhadap peran ilmu pengetahuan. Yang

pada mulanya di abad ke 18 menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme

semakin berlanjut. Dari kedua pendapat tersebut Immanual Kant (1724-1804) mencoba

untuk menyelesaikan persoalan di atas.

Idealisme adalah mencari suatu dasar yakni suatu metafisika yang di temukan lewat

dasar tindakan sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Adapun pelopor Aliran Idealisme

diantaranya yaitu : J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel

(1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).

2.      SARAN DAN PESAN

Semoga dengan sedikit penjelasan tentang aliran filsafat ini kita bisa memahami

bagaimana para ahli pemikir yang memikirkankan tentang sesuatu yang ditelitinya walaupun

hanya sedikit. Kami juga sebagai pemakalah dari tema ini sangat mengharapkan masukan

dari teman-teman ataupun bapak yang sekaligus sebagai dosen pengampu kami untuk

memberikan sedikit motivasi terhadap makalah yang kami buat ini secara bersama.

Demikianlah ynag dapat kami sampaikan, kami ucapkan terimakasi

BIBLIOGRAFI

Ahmadi, Asmoro, 2010. Filsafat Umum. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Bab IPENDAHULUAN

Page 21: Makalah Filsafat Modern

Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman

modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-

15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran

kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia

(pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan

hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu,

juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.

Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang

harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan

kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan

segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam

lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah.

Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk member tempat kepada akal yang

mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa

akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya.

Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap

orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.

Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir

dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.

Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran

atas yang individual dan yang konkret.

Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang mengetengahkan Via Moderna

(jalan modern) dan Via Antiqua (jalan kuno). Akibatnya manusia didewa-dewakan, manusia

tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan Surga. Akibatnya, terjadi perkembangan

ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan. Di sisi lain,

Page 22: Makalah Filsafat Modern

nilai filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman. Dalam era filsafat modern, yang

kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran.

  

 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Aliran Filsafat Modern

         Filsafat modern (abad 15 – sekarang) berkembang beberapa paham yang menguatkan

kedudukan humanisme sebagai dasar dalam perkembangan hidup manusia dan pengetahuan.

Paham rasionalisme me-nyatakan bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh

dan menguji penge-tahuan. Kedaulatan rasio diakui sepenuhnya dengan menyisihkan

pengetahuan indra. Menurut Rene Descartes (paham rasionalisme dan skeptisme),

pengetahuan yang benar harus berangkat dari kepastian. Untuk memastikan kebenaran

sesuatu, segala sesuatu harus diragukan terlebih dahulu. Keragu-raguan membuat manusia

bertanya/mencari ja-waban untuk memperoleh kebenaran yang pasti (manusia harus berpikir

rasional untuk mencapai kebenaran).

Pada paham empirisme, segala sesuatu yang ada dalam pikiran didahului oleh pengalaman

indrawi. Pengetahuan dikembangkan dari pengalaman indra secara konkrit dan bukan dari

rasio. Menurut John Locke (empirisme dan naturalisme), pikiran awal-nya kosong. Isi pikiran

(ide)  berasal dari pengalaman indrawi (lahiriah dan batiniah) ter-hadap substansi (benda) di

alam. David Hume (skeptisme dan empirisme) mengatakan ide atau konsep didalam pikiran

berasal dari persepsi (kesan terhadap pengalaman indra-wi) dan gagasan (konsep makna dari

kesan) terhadap suatu substansi, bukan dari substansinya. Sementara menurut Francis Bacon,

pengetahuan merupakan kekuatan untuk menguasai alam. Pengetahuan diperoleh dengan

metode induksi melalui eksperi-men dan observasi terhadap suatu fenomena yang ingin

Page 23: Makalah Filsafat Modern

dikaji. Paham lainnya adalah idealisme yang dianut Barkeley: ada disebabkan oleh adanya

persepsi; dan paham idealisme – kritisisme yang dikembangkan Imanuel Kant. Menurut

Kant, hakikat fisik adalah jiwa (spirit) dan pengetahuan adalah hasil pemikiran yang

dihubungkan dengan pengalaman indrawi. Paham ini menggabungkan konsep rasionalisme

dengan empiris-me. Paham positive-empiris (Aguste Comte) menyatakan bahwa realita

berjalan sesuai dengan hukum alam sehingga pernyataan pengetahuan harus bisa diamati,

diulang, diu-kur, diuji dan diramalkan. Sementara paham pragmatisme William James

menyatakan kebenaran suatu pernyataan diukur dari kriteria apakah pernyataan tersebut

bersifat fungsional (bermanfaat) dalam kehidupan praktis. Pernyataan dianggap benar jika

kon-sekuensi dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan praktis bagi manusia.

         Filsafat kuno dan abad pertengahan. Di masa ini, pertanyaan tentang asal usul alam

mulai dijawab dengan pendekat-an rasional, tidak dengan mitos. Subjek (manusia) mulai

mengambil jarak dari objek (alam) sehingga kerja logika (akalpikiran) mulai dominan.

Sebelum era Socrates, kaji-an difokuskan pada alam yang berlandaskan spekulasi metafisik.

Menurut Heraklitos (535-475 SM), realita di alam selalu berubah, tidak ada yang tetap (api

sebagai simbol perubahan di alam) sementara Parmenides (515-440 SM) mengatakan bahwa

realita di alam merupakan satu kesatuan yang tidak bergerak sehingga perubahan tidak

mungkin terjadi.

         Pada era Socrates, kajian filosofis mulai menjurus pada manusia dan mulai ada

pemikiran bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Beberapa filosof populernya adalah

Socrates (479-399 SM), Plato (427-437 SM) dan Aristotles (384-322 SM). Socrates

mendefinisikan, menganalisis dan mensintesa kebenaran objektif yang universal melalui

metode dialog (dialektika). Satu pertanyaan dijawab dengan satu jawaban. Plato

mengembangkan konsep dualisme (adanya bentuk dan persepsi).  Ide yang ditangkap oleh

pikiran (persepsi) lebih nyata dari objek material (bentuk) yang dilihat indra. Sifat persepsi

Page 24: Makalah Filsafat Modern

tidak tetap dan bisa berubah, sementara bentuk adalah sesuatu yang tetap. Aristoteles

menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Fil-suf ini juga

memperkenalkan silogisme, yaitu penggunaan logika berdasarkan analisis bahasa guna

menarik kesimpulan. Silogisme memiliki dua premis mayor dan satu ke-simpulan sehingga,

suatu pernyataan benar harus sesuai dengan minimal dua pernyataan pendukung. Logika ini

disebut juga dengan logika deduktif yang mengukur valid tidak-nya sebuah pemikiran.

         Pada abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai dilakukan analisis rasional terha-dap

sifat-sifat alam dan Allah, analisis suatu kejadian/materi, bentuk, ketidaknampakan, logika

dan bahasa. Salah satu filsufnya adalah Thomas Aquinas (1225-1274).Di dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum

memunculkan ahli fikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para

ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali

kelahiran filsafat barat abad pertengahan.

Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”.

Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah: Cara berfilsafatnya dipimpin oleh

gereja

Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles  Berfilsafat dengan pertolongan

Augustinus dan lain-lain.

         Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa

Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik

Akhir.

A. Masa Patristik

1. Gambaran Umum Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti

Page 25: Makalah Filsafat Modern

bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang

sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada

pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.

2. Tokoh-tokoh terpenting Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus

(160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari

Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius

Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).

Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada

masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa,

Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik

Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang

menandai masa keemasan patristic Latin.

Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar

Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen.

Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa

muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah

tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang

terpenting adalah Confessiones (pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota

Allah).

Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut

Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-

ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-

ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada.

Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah

Page 26: Makalah Filsafat Modern

menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos).

Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda

dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala

sesuatu. Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat

dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda

dengan masa patristik.

B. Masa Skolastik ( skolastik barat )

         Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.

Jadi, skolastik berati aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :

a. Filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.

b. Filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional.

c. Suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat.

d. Filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.

Dalam perkembangannya, periode skolastik Kristen terbagi menjadi tiga masa. Yaitu,

Skolastik Awal (abad 9 – 12 M), Skolastik Keemasan (abad 13–14 M), dan Skolastik Akhir

(abad 14–15 M).

Setiap masa memiliki cirinya masing-masing. Skolastik awal ditandai dengan kebangkitan

pemikiran dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi filsafat. Atau, setidaknya

mengarahkan filsafat agar sesuai dengan doktrin-doktrin agama. Walaupun filsafat belum

sepenuhnya lepas dari pemikiran teologi kristiani. Masa skolastik keemasan, kajian pemikiran

Aristoteles jadi ciri utama. Seiring dengan menjamurnya kajian pemikiran para filosof klasik

(Yunani) di dunia Islam, filosof di Eropa juga ikut terpengaruh. Mereka turut serta

memperdalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Tampak dari semakin banyaknya universitas

Page 27: Makalah Filsafat Modern

pendidikan ilmu pengetahuan yang dibuka.

         Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus

Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142),

Albertus Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-

1308), Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).

Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung.

Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya

percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman

lebih dalam tentang Allah.

         Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo

dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa

filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla

Theologiae.

Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya

melalui ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi

yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu: Gejala adanya perubahan atau gerakü

 Gejala sebab dan akibatü  Gejala kontingensiüAdanya hierarki kesempurnaanü Finalitas

duniaü

Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan materinya.

Keduannya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.

Pada skolastik akhir, terjadi stagnansi pemikiran filsafat. Menurunnya minat berfilsafat dan

nyaris tidak ada pemikiran original yang terlahir. Sebagian besar pemikiran filsafat pada

masa ini hanya mengikuti pemikiran-pemikiran para filosof sebelumnya.

         Keadaan ini akhirnya menjadi salah satu sebab dimulainya pemikiran filsafat pada fase

berikutnya, yaitu filsafat modern. Ditandai dengan munculnya renaissance sekitar abad XV

Page 28: Makalah Filsafat Modern

dan XVI M. Yang bermaksud melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi secara

paripurna.

Pengaruh Filsafat Abad Pertengahan terhadap Pemikiran Islam

         Latar belakang dimulainya filsafat abad pertengahan adalah sikap ekstrem para pemuka

agama Nasrani di dunia Barat (Eropa) pada 476-1492 M. Pada masa ini, para pemuka agama

Nasrani (pihak gereja) membatasi aktivitas berpikir para filosof. Berdalih keimanan, segala

potensi akal yang bertentangan dengan keyakinan para gerejawan, dibabat habis. Para filosof

dianggap murtad, dihukum berat (dikucilkan) hingga hukuman mati.

         Akibatnya, ilmu pengetahuan terhambat dan nyaris tidak berkembang. Semuanya diatur

oleh doktrin-doktrin gereja yang berdasarkan keyakinan buta (fanatik). Sehingga, filsafat

abad pertengahan disebut juga dengan nama abad kegelapan. Masa saat peradaban manusia

dikungkung oleh banyak ketidaktahuan.

         Namun, fakta sejarah ini tidak berlaku di dunia Islam (Timur Tengah). Islam mulai

disiarkan oleh Nabi Muhammad SAW ( lahir pada 20 April tahun 571 M ) sekitar tahun 612

di Mekkah. Setelah ia mendapatkan wahyu ketika ia berusia 40 tahun ( 611 M ). Karena

penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian

pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.

Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak,

Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di

Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota

Damaskus. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para

pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.

         Berpusat di Bagdad, peradaban manusia tumbuh subur seiring dengan perkembangan

filsafat yang pesat. Di sini, filsafat tidak dianggap sebagai ancaman. Bahkan, filsafat jadi

sumbu utama maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan (science) dan teknologi. Bermitra

Page 29: Makalah Filsafat Modern

harmonis dengan nilai-nilai agama.

         Bagdad sebagai pusat peradaban Islam, dikenal sebagai negeri 1.001 malam karena

tingginya perababan yang dimiliki. Bagdad pun dikenal memiliki perpustakaan terbesar di

dunia pada saat itu. Lebih dari satu juta buku tersimpan.

Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah

perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf

muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus,

namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid.

Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah

ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dbahas lagi, namun filsuf islam

lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana kita ketahui,

pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.

         Skolastik Islam ( Skolastik Timur ) Ciri utama dari skolastik Islam adalah dikajinya

kembali pemikiran para filosof klasik, seperti Socrates, Plato, dan terutama Aristoteles.

Telaah-telaah pemikiran mereka, kemudian dikembangkan dan disesuaikan untuk menjawab

tantangan pada masa itu.

         Para ahli fikir skolastik Islam di antaranya Al-Kindi, Al-Farabi, Ar-Razi, Ibnu Sina, Al-

Gazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, dan lain-lain. Di tangan para filosof skolastik Islam ini,

sumbangan pemikiran dari para filosof sebelumnya (filosof klasik), dapat dipahami dan dikaji

lebih mendalam.

         Termasuk jadi bahan utama perkembangan filsafat di Eropa, yaitu berkontribusi dalam

periode skolastik Kristen. Dan, memberikan spirit kebebasan berpikir para filosof.

Diwarnai situasi dalam komunitas Islam di Timur Tengah, abad 8 s/d 12 M. Abad ke-5 s/d

abad ke-9 Eropa penuh kericuhan oleh perpindahan suku-suku bangsa dari utara. Pemikiran

filsafat praktis tidak ada. Sebaliknya di Timur Tengah. Sejak hadirnya agama Islam dan

Page 30: Makalah Filsafat Modern

munculnya peradaban baru yang bercorak Islam, ada perhatian besar kepada karya-karya

filsuf Yunani. Itu bukan tanpa alasan. Pada awal abad 8 krisis kepemimpinan melanda Timur

Tengah; amanat Nabi seperti terancam untuk menjadi pudar dan dalam situasi tak menentu

itu dikalangan pada mukmin muncullah deretan panjang ahli pikir yang ingin berbuat sesuatu,

berpangkal pada penggunaan akal dan azas-azas rasional, dan menyelamatkan Islam.

1. Mashab Mu'tazila (725 - 850 - 1025 M) Meminjam konsep-konsep pemikiran Yunani dan

melihat akal sebagai pendukung iman. Pengakuan akal sebagai sumber pengetahuan (selain

sumber wahyu) mendorong penelitian tentang manusia (kodrat, martabat dan tabiatnya).

Mengikuti etika Aristoteles, karena akal membuat manusia mampu membedakan baik dan

buruk, maka berbuat baik adalah wajib. Pemimpin harus mewajibkan umatnya berbuat baik,

masing-masing warga menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Daripadanya dijabarkan

hubungan antar-manusia dan antar-bangsa, dan hak azasi (kemauan bebas) manusia.  Mashab

Mu'tazila ada pada pendapat bahwa Al Qur'an tercipta, artinya "dirumuskan oleh manusia,

dengan latar belakang tempat dan zaman yang khusus". Maka para Mu'tazila membaca Al

Qur'an dengan kacamata rasionalis.

2. Mashab falsafah pertama (830 - 1037 M) Berhaluan neoplatonis dan aristoteles. Kata

"falsafah" dipakai untuk mengartikan filsafat hellenis dalam kosakata bahasa Arab, ahli

fikirnya disebut "faylasuf" ("falasifa - jamak). Empat tokol besar : al-Kindi (800-870 M), al-

Razi (865 - 925 M), al-Farabi (872 - 950 M) dan Ibn-Sina (980 - 1037 M). Menggumuli

masalah klasik "perbedaan antara dhat dan wujud" ("distinctio realis inter essentiam et

existentiam"). Mereka ada pada pendapat, bahwa akal adalah pendamping iman. Dengan akal

kita mengenal Tuhan, ilmu tertinggi bagi manusia. Akal itu menghakimi segala-galanya, dan

tidak boleh dihakimi oleh sesuatu yang lain. Kelakuan kita harus ditentukan oleh akal semata-

mata". Ibn Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme.

Dia menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan dunia

Page 31: Makalah Filsafat Modern

secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek pertama.

3. Mashab pemikiran ketiga disebut pula Kalam Ashari Berpusat di Bagdad, dan bercorak

atomisme (yang dicetuskan pertama kali oleh Democritus, 370 sM), dan bergumul dengan

soal sebab-musabab, kebebasan manusia, dan keesaan Tuhan. Para tokohnya: al-Ash'ari (873-

935 M), al-Baqillani (?-1035), dan al-Ghazali (1065-1111 M). Pandangan yang bercorak

atomistis berpangkal pada pendapat bahwa peristiwa alam dan perbuatan manusia tidak lain

daripada kesempatan atau tanda penciptaan langsung dari Tuhan. Daya alami serta hubungan

wajib sebab-akibat dalam penciptaan itu tidak ada. Segala sesuatu terjadi oleh campur tangan

al-Khaliq. Tiap kejadian terdiri atas deretan terputus-putus atom-atom, tanpa ada hubungan

kausal. "Kami menyangkal bahwa makan dan minum menyebabkan kenyang". Yang ada

hanya monokausalitas mutlak illahi. Apabila tampak sesuatu akibat dari suatu tindakan, maka

itu hanya semu, karena Allah menghendaki hal itu. Tuhan mahakuasa dan mendalangi setiap

kegiatan insani. Manusia tidak memiliki kehendak bebas, yang bebas itu hanya semua saja.

Manusia hanya boneka atau wayang dalam pergelaran semalam suntuk. "Bila manusia

bertindak baik, itulah ditentukan Allah sesuai rahmatNya; bila dia berbuat jahat itu

dikehendaki Allah sesuai keadilanNya". Dalam "Al-Tahafut al-filasifah" al-Ghazali membuat

sistematisasi atas filsafat dalam 20 dalil dan membuat kajian dan bantahan yang keras atas

tiap-tiap dalil itu. Empat dari 20 dalil diberi nilai kufurat. Ilmu sebagai pengetahuan sesuatu

melalui sebab-sebabnya dimungkiri; seluruh pengetahuan ilmiah adalah sia-sia. Secara

singkat "al-aql laysa lahu fi'l-shar' majal" -- untuk akal tiada tempat dalam agama.

4. Jauh dari pusat khilafat Abbasiyah di Timur Tengah, di kawasan yang dikenal sebagi

Maghrib al-Aqsa (Barat jauh: Afrika barat laut, jazirah Andalusia, yaitu Spanyol sekarang)

berkembanglah pusat Islam dalam kesenian, ilmu pengetahuan dan filsafat. Ibn Bajjah (1100-

1138 M), Ibn Tufail (? - 1185), dan Ibn Rushd ("Averroes") (1126-1198 M) merupakan 3

filsuf utama dalam perioda Filsafat Kedua (1100 - 1195 M) ini. Ciri para filsuf ini pada

Page 32: Makalah Filsafat Modern

umumnya menolak haluan anti-rasional Al Ghazali. Ibn Bajjah menegaskan adalah tugas

seorang filsuf untuk meningkatkan martabat hidupnya dengan merenungkan kenyataan rohani

sampai akhir hayat. Akal adalah hal yang paling berharga yang dikaruniakan Tuhan kepada

abdiNya yang setia.

Ibn Tufayl terkenal oleh buku roman filsafi yang berjudul Risalat HAYY IBN YAQZAN fi

asrar al -himah al-mashiriyyah. Ibnu Rushd dikenal oleh 3 kelompok karyanya: tafsir atas

Aristoteles, karangan polemis (tentang karya-karya filsafat di kawasan timur) dan karangan

apologetis (yang membela Islam dari ancaman dari dalam). Tahafut al-tahafut merupakan

serangan frontal atas al-Tahafut al-filasifah al-Ghazali. Menolak pandangan al-Ghazali,

ditegaskannya bahwa ilmu secara esensial adalah pengetahuan sesuatu berdasarkan sebabnya.

Kita menanggapi hubungan sebab-akibat dengan pancaindera, dan memahaminya sebagai

nyata dengan akal. Dengan akibat atau setiap perubahan diciptakan secara langsung oleh

iradat ilahi tanpa pengantaraan sebab tercipta (wasa'ith), seluruh dunia dimerosotkan menjadi

kaos dan irasional, tanpa tata-tertib, tanpa nizam atau inayah. Itu bertentangan dengan akal

sehat dan menentang wahyu Qur'an, yang melukiskan dunia sebagai karya teratur Allah yang

maha bijaksana. Karya apologetisnya (2 buku yang ditulis pada tahun 1179 M) juga membela

hak hidup filsafat dalam Islam, baik sebagai ilmu otonom, maupun sebagai ilmu bantu dalam

teologi. Rushd melihat filsafat sebagai "sahabat al-shari'at w'ahat al-ruzdat", teman teologi

ibarat saudari sesusuan. Filsafat diwajibkan oleh al-Qur'an, agar manusia dapat memuji karya

Tuhan di dunia ini. Bila studi hukum (fiqh) tidak disertai studi filsafat, fiqh membuat budi

sempit dan memalsukan agama. Pengaruh Ibn Rushd sang filsuf dari Cordova itu terhadap

alam pikiran Islam selanjutnya mungkin tidak seberapa, dia bahkan dikatakan hanya

mewariskan "sekeranjang buku seberat sosok mayatnya". Tetapi naskahnya populer di Eropa,

khususnya di lingkungan kampus Universitas Paris, dan menyebar dari sana. Dengan

karyanya, Aristoteles yang dijuluki "Sang Filsuf" diperkenalkan mutiara pemikirannya oleh

Page 33: Makalah Filsafat Modern

Ibn Rushd yang oleh karena itu mendapat julukan "Sang Komentator". Sebagai akibatnya,

obor perenungan filsafati Yunani, seperti diarak melalui Timur Tengah ke Barat Jauh oleh

para filsuf muslim (yang sering hidup menderita), dan dengan itu diestafetkan kepada para

filsuf Eropa (Barat) dan ke seluruh dunia. Itulah sumbangan berharga para filsuf muslim

dalam khazanah perenungan tak kunjung henti manusia dalam menemukan jati diri dan

realitas di sekelilingnya.

Pengaruh Filsafat Abad Pertengahan terhadap Filsafat Modern.

Pada abad pertengahan, perkembangan alam pikiran di Barat amat terkekang oleh keharusan

untuk disesuaikan dengan ajaran agama (doktrin gereja). Perkembangan penalaran tidak

dilarang, tetapiharus disesuaikan dan diabdikan pada keyakinan agama.

Masa filsafat modern diawali dengan munculnya renaissance sekitar abad XV dan XVI M,

yang bermaksud melahirkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Problem utama

masa renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat dengan

arah yang berbeda. Era renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai

bidang kemanusiaan, baik sebagai individu maupun sosial. Di antara filosof masa renaissance

adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari

teologi. Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan, tetapi ia

menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui

dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada penalaran. Hal ini

menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep kebenaran ganda

(double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa renaissance muncul pada era

Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern dan pelopor

aliran Rasionalisme. Argumentasi yang dimajukan bertujuan untuk melepaskan diri dari

Page 34: Makalah Filsafat Modern

kungkungan gereja. Hal ini tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya berpikir

maka saya ada). Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern,

karena mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi setiap

individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan mengalahkan peran

agama, karena dengan rasio manusia dapat memperoleh kebenaran. Kemudian muncul aliran

Empirisme, dengan pelopor utamanya, Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-

1704). Aliran Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengenalan berasal dari

pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun lahiriah. Aliran ini juga menekankan

pengenalan inderawi sebagai bentuk pengenalan yang sempurna. Di tengah gegap

gempitanya pemikiran rasionalisme dan empirisme, muncul gagasan baru di Inggris, yang

kemudian berkembang ke Perancis dan akhirnya ke Jerman. Masa ini dikenal dengan

Aufklarung atau Enlightenment atau masa pencerahan sekitar abad XVIII M.

Pada abad ini dirumuskan adanya keterpisahan rasio dari agama, akal terlepas dari

kungkungan gereja, sehingga Voltaire (1694-1778) menyebutnya sebagai the age of reason

(zaman penalaran). Sebagai salah satu konsekwensinya adalah supremasi rasio berkembang

pesat yang pada gilirannya mendorong berkembangnya filsafat dan sains. Meskipun

demikian, di antara pemikir zaman aufklarung ada yang memperhatikan masalah agama,

yaitu David Hume (1711-1776). Menurutnya, agama lahir dari hopes and fears (harapan dan

penderitaan manusia). Agama berkembang melalui proses dari yang asli, yang bersifat

politeis, kepada agama yang bersifat monoteis. Kemudian Jean Jacques Rousseau (1712-

1778) berjuang melawan dominasi abad pencerahan yang materialistis dan atheis. Ia

menentang rasionalisme yang membuat kehidupan menjadi gersang. Ia dikenal dengan

semboyannya retournous a la nature (kembali ke keadaan asal), yakni kembali menjalin

keakraban dengan alam.

Tokoh lainnya adalah Imanuel Kant (1724-1804). Filsafatnya dikenal dengan Idealisme

Page 35: Makalah Filsafat Modern

Transendental atau Filsafat Kritisisme. Menurutnya, pengetahuan manusia merupakan sintesa

antara apa yang secara apriori sudah ada dalam kesadaran dan pikiran dengan impresi yang

diperoleh dari pengalaman (aposteriori). Ia berusaha meneliti kemampuan dan batas-batas

rasio. Ia memposisikan akal dan rasa pada tempatnya, menyelamatkan sains dan agama dari

gangguan skeptisisme.

Tokoh idealisme lainnya adalah George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Filsafatnya

dikenal dengan idealisme absolut yang bersifat monistik, yaitu seluruh yang ada merupakan

bentuk dari akal yang satu, yakni akal yang absolut (absolut mind). Ia memandang agama

Kristen yang dipahaminya secara panteistik sebagai bentuk terindah dan tertinggi dari segala

agama.

Sementara di Inggris, Jeremy Benthem (1748-1832) dengan pemikiran-pemikirannya

mengawali tumbuhnya aliran Utilitarianisme. Utility dalam bahasa Inggris berarti kegunaan

dan manfaat. Makna semacam inilah yang menjadi dasar aliran Utilitarianisme. Tokoh lain

aliran ini adalah John Stuart Mill (1806-1873) dan Henry Sidgwick (1838-1900). Menurut

aliran utilitarianis bahwa pilihan terbaik dari berbagai kemungkinan tindakan perorangan

maupun kolektif adalah yang paling banyak memberikan kebahagiaan pada banyak orang.

Kebahagiaan diartikan sebagai terwujudnya rasa senang dan selamat atau hilangnya rasa sakit

dan was-was. Hal ini bukan saja menjadi ukuran moral dan kebenaran, tetapi juga menjadi

tujuan individu, masyarakat, dan negara.

Aliran filsafat yang lain adalah Positivisme. Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh Saint

Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Ia menyatakan bahwa

pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik,

dan positif. Pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya

sebagai pengetahuan ilmiah. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang

diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan.

Page 36: Makalah Filsafat Modern

Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke dalam agama atau sebagai

pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagai tempat

yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari

aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi,

yang dikenal dengan Materialisme.

Tokoh aliran Materialisme adalah Feurbach (1804-1872). Ia menyatakan bahwa kepercayaan

manusia kepada Allah sebenarnya berasal dari keinginan manusia yang merasa tidak bahagia.

Lalu, manusia mencipta Wujud yang dapat dijadikan tumpuan harapan yaitu Tuhan, sehingga

Feurbach menyatakan teologi harus diganti dengan antropologi. Tokoh lain aliran

Materialisme adalah Karl Marx (1820-1883) yang menentang segala bentuk spiritualisme. Ia

bersama Friederich Engels (1820-1895) membangun pemikiran komunisme pada tahun 1848

dengan manifesto komunisme. Karl Marx memandang bahwa manusia itu bebas, tidak terikat

dengan yang transendental. Kehidupan manusia ditentukan oleh materi. Agama sebagai

proyeksi kehendak manusia, bukan berasal dari dunia ghaib. Periode filsafat modern di Barat

menunjukkan adanya pergeseran, segala bentuk dominasi gereja, kependetaan dan anggapan

bahwa kitab suci sebagai satu-satunya sumber pengetahuan diporak-porandakan. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman

skolastik yang didominasi gereja.

2.2  Pokok Ajaran Filsafat Modern

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara

mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Asal filsafat ada tiga, yakni

keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. Sesungguhnya pemikiran filsafat

banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Perkembangan filsafat terdiri dari berbagai zaman yang

Page 37: Makalah Filsafat Modern

merupakan usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani – Romawi). Pada

zaman modern ini manusia dianggap sebagai titik focus dari kenyataan.

2.2.1        Rasionalisme

Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber

pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat

akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Dengan akal

dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu

pasti.

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keiginan untuk membebaskan diri dari

segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu

menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi.

Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak

pemikiran yang pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, Cogito ergo sum (saya

ragu-ragu berarti saya berpikir, dan oleh karena itu saya ada). Jelasnya, bertolak dari

keragua untuk mendapat kepastian.

2.2.2        Empirisme

Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan

orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna

lagi bagi kehidupan . pada sisi lain, ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi

kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar

hanya diperoleh lewat indera, dan inderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran

tersebut lahir dengan nama empirisme. Empirisme berasal dari kata empeira yang berarti

kepercayaan terhadap pengalaman. Jadi empirisme merupakan pandangan atau sikap yang

menekankan pada peranan pengalaman dalam mencari pengetahuan.

Page 38: Makalah Filsafat Modern

2.2.3        Kritisme

Filsafat kritisme disebut juga filsafat zaman pencerahan (Aufklarung), muncul abad

ke-18 dimana lahirnya filsafat kritisme ini dilatarbelakangi pertentangan antara rasionalisme

dengan empirisme.

Dan seorang ahli pikir dari Jerman mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan

sebuah analisa. Akhirnya ia mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian

dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal

(rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang

harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri).

2.2.4        Idealisme

Peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti apabila suatu syarat dipenuhi, yaitu jika

peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide

yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya geraka yang

menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan), kemudian

muncul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antithesis dan

seterusnya. Inilah yang disebut dengan dialektika. Proses dialektika inilah yang menjelaskan

segala peristiwa.

2.2.5        Positivisme

Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah

diketahui adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud

positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-

pengalaman objektif. Jadi setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut diatur agar dapat

memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.

2.2.6        Materialisme

Page 39: Makalah Filsafat Modern

Filsafat materialisme berpandangan bahwa hakikat materialisme adalah materi, bukan

rohani, spiritual atau supernatural. Pandangan materialisme banyak persamaannya dengan

naturalisme. Bahkan ada filsuf yang menyamaka keduanya, khususnya yang disebut dengan

naturalisme materialistis. Hal ini didasarkan pada beberapa alas an. Pertama karena

pandangan materialism banyak kaitan dan persamaannya dengan rumpun ilmu-ilmu alam.

Kedua karena sama-sama menentang filsafat moral dan agama.

Tidak ada kejadian yang tidak dapat diteliti secara alamiah. Apa yang disebut alamiah

atau riil pastilah mempunyai sifat atau wujud material atau fisik, sekalipun mungkin

tampaknya tidak demikian kepada kita. Dengan demikian, sintesis kedua paham ini

beranggapan bahwa apapun yang ada, pada akhirnya dapat dikembalikan kepada materi.

2.2.7        Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya tindakan atau perbuatan dimana

pragma berasal dari bahasa Yunani. Maka filsafat pragmatism berarti suatu aliran yang

mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikn dirinya sebagai yang benar

dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis.

2.2.8        Ekstensialisme

Ekstensialisme berasal dari kata ekstensi dimana ekstensi ini berasal dari kata eks

yang berarti ke luar dan sistensi atau sisto yang berarti berdiri. Jadi ekstensialisme berarti

berdiri dengan keluar dari diri sendiri yang berarti manusia dalam keberadaannya itu sadar

bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya.

Ekstensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala berdasar

pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.

2.2.9        Marxisme

Marxisme adalah aliran filsafat yang ditunjukan kepada ajaran  Karl Marx. Aliran

marxisme lahir dari suatu pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah ide-ide dan

Page 40: Makalah Filsafat Modern

suatu detik sejarah perjuangan kelas-kelas yaitu kelahiran gerakan tubuh. Ajaran filsafat Karl

Marx disebut juga materialism diakletik dan disebut juga materialism historis.

2.2.10    Antiteisme atau Ateisme

Anti Teisme atau ateisme merupakan aliran filsafat yang ingin mewujudkan sejarah

manusia tanpa Tuhan. Dalam aliran ini Tuhan dan agama dipandang sebagai formula jahat

yang diterapkan dalam setiap fitnah melawan manusia di dunia. Pokok-pokok filsafatnya

mengenai kehendak manusia, manusia sempurna, dan kritikan terhadap agama.

2.2.11    Filsafat Hidup

Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola

pikir manusia. Peranan akal pikiran hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun

suatu sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin yang tersusun

dari beberapa komponen dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya.

2.3  Para Ahli Pendukung Filsafat Modern

Dengan adanya aliran-aliran filsafat modern, barang tentu ada pula para ahli yang

melatarbelakangi lahirnya aliran filsafat tersebut. Dan seiring berkembangnya aliran-aliran

filsafat tersebut, bertambah pulalah pendukung teori-teori yang dikemukakan setiap aliran.

Dan beberapa nama yang terkenal dalam lingkup filsafat modern antara lain Rene Descartes

(1596-1650), B. Spinoza (1632-1677), dan G. Leibniz (1646-1716).

2.3.1        Rasionalisme

         Rene Descartes (1596-1650)

Beliau disebut-sebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum,

dan ilmu kedokteran. Beliau adalah pendiri aliran filsafat rasionalisme dengan semboyan

yang terkenal adalah Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada)

Page 41: Makalah Filsafat Modern

         Spinoza (1632-1677)

Filsuf ini mempunyai nama asli Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama

Yahudi, ia mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Spinoza ternyata mengikuti

pemikiran Descartes. Tokoh ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam

metafisikanya dan juga mengikuti metode Descartes.

         Leibniz (1646-1716)

Memiliki nama lengkap Gottfried Eilhelm von Leibniz, ia adalah seorang filsuf yang berasal

dari Jerman, juga seorang matematikawan,fisikawan, dan sejarawan. Baginya, pusat

metafisika adalah ide tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monade.

Metafisika Leibniz sama-sama memusatkan perhatian pada substansi. Menurut Leibniz, alam

semesta ini adalah prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan,

“sesuatu harus mempunyai alasan”.  

2.3.2        Empirisme

         Thomas Hobbes (1588-1679)

Beliau seorang ahli pikir Inggris yang dalam pendidikannya gagal dalam belajar logika

Skolastik dan fisika, karena ia lebih tertarik mengikuti jejak gurunya yang beraliran

Aristotelian. Sumbangan terbesar sebagai seorang ahli pikir adalah suatu system materialistis

yang besar, termasuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia

mengemukakan teori Kontrak Sosial.

         John Locke (1632-1704)

Seorang ahli hukum kelahiran Inggris yang menyukai filsafat dan teologi, juga mendalami

ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh

(bagaimana) manusia dapat memakai kemampuannya.

Page 42: Makalah Filsafat Modern

Beliau terkenal dengan istilah sensation dan reflection yang digunakan dalam penelitiannya.

Beliau beranggapan bahwa tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation

dan reflection.

2.3.3        Kritisme

         Immanuel Kant (1724-1804)

Kant adalah penyempurna filsafat zama pencerahan (Aufklarung). Ia berusaha mendamaikan

pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Hal terpenting yang perlu diingat adalah

bahwa Kant membagi filsafat menjadi empat bagian (cabang) yaitu :

-          Metafisika yang menjawab pertanyaan Apakah yang dapat saya harapkan dari hidup ini?

-          Epistemologi yang menjawab pertanyaan Apa yang dapat saya ketahui?

-          Antropologi yang menjawab pertanyaan Apakah yang boleh saya perbuat?

-          Etika yang menjawab pertanyaan Apakah yang boleh saya perbuat?

2.3.4        Idealisme

         George Berkeley (1685-1753)

         J. G Fichte (1762-1814) dan F.W.J Schelling (1775-1854)

Mereka berpendapat bahwa seluruh realitas (kebenaran) adalah bersifat subjektif. Pengertian

subjek disini tidak hanya mengacu pada persona tertentu, tetapi yang lebih pokok dan utama

adalah mengacu pada Aku (ego) Absolut atau ditinjau dari sudut agama yang disebut Tuhan.

Hanya dengan adanya dunia mejadikan Aku aktif dan mempunyai arti etis. Baik Aku maupun

Bukan Aku, tidak merupakan dualism mutlak, sebab keduanya dapat dikembalikan kepada

satu sumber, yaitu Aku Mutlak (Ego Mutlak).

         Hegel (1770-1831)

Hakikat roh adalah ide yang berpikir. Dan hakikat ide yang berpikir adalah gerak. Gerak yang

terjadi (sebagai tesis) bukan merupakan gerak yang berjalan lurus, tetapi gerak yang

Page 43: Makalah Filsafat Modern

menimbulkan gerak lain yang berlawanan (anti tesis). Adanya tesis dan anti tesis ini

menimbulkan gerak baru sebagai suatu sintesis.

Susuai dengan dialektika roh, maka filsafat Hegel disususn menjadi tiga tahap yaitu :

-          Tahap pertama ketika roh berada dalam dirinya sendiri yang disebut logika.

-          Tahap kedua ketika roh keluar dari dirinya sendiri, sehingga roh berada dalam keadaan yang

berbeda dengan dirinya sendiri dan disebut filsafat alam.

-          Tahap ketiga ketika roh kembali pada dirinya sendiri dan disebut filsafat roh.

2.3.5        Positivisme

         August Comte (1798-1857)

Seorang filsuf kenamaan dari Perancis yang terkenal sebagai Bapak Sosiologi. Menurut

pendapat Beliau perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap, tahap

teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif. Tahap-tahap tersebut berlaku pada setiap

individu (dalam perkembangan rohani) juga di bidang ilmu pengetahuan.

2.3.6        Materialisme

Tokoh dalam aliran ini adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872). Menurutnya hanya alamlah

yang ada. Manusia adalah alamiah juga.

2.3.7        Pragmatisme

         William James (1842-1910)

Menurut pandangan Beliau, tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap,

yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman mengatakan apa yang

kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.

         John Dewey (1859 M)

Sebagai penganut filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah

memberikan pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Filsafat tidak boleh larut dalam

pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis dan tidak ada faedahnya.

Page 44: Makalah Filsafat Modern

2.3.8        Ekstensialisme

         Soren Kierkegaard (1813-1855)

Pemikirannya bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu system yang umum tetapi berada

dalam eksistensi yang individu, yang konkret. Karena eksistensi manusia penuh dengan dosa,

hanya iman kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.

         Martin Heidegger (1905 M)

Menurutnya, keberadaannya hanya akan dapat dijawab melalui jalan antologi, artinya jika

persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan itu. Metode

ini disebut dengan metode fenemologis. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah

menemukan arti kebenaran itu.

         J.P Sartre (1905-1980)

Eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini sanga janggal sebab biasanya

sesuatu harus ada esensinya terlebih dahulu sebelum kebenarannnya. Filsafat ekstensialisme

membicarakan cara berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan kata lain

filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai tema sentral pembahasannya.

2.3.9        Marxisme

Tokoh dalam aliran ini adalah Karl Marx, ia adalah seorang filsuf yang mencontoh beberapa

metode dari Hegel dan Feuerbach. Dari Hegel ia mengambil metode dialektika dan dari

Feuerbach ia mengambil metode materialism. Marx beranggapan bahwa dalam masyarakat

komunis dengan sendirinya agama akan lenyap, karena agama merupakan ekspresi kepapaan

manusia. Menurutnya, agama adalah candu rakyat.

2.3.10    Antiteisme atau Ateisme

Tokoh filsafat dalam aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1890). Pokok-pokok

filsafatnya diantaranya merupakan dasar dan sumber tingkah laku manusia.

2.3.11    Filsafat Hidup

Page 45: Makalah Filsafat Modern

         Henri Bergson (1859-1941)

Pemikirannya alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi

perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Hanya beberapa yang berhasil

membentuk suatu organisme kreatif dan mempunyai daya hidup (elan vital). Dengan adanya

elan vital tersebut diharapkan manusia akan mampu melahirkan segala tindakannya.

2.4  Keterkaitan Filsafat Modern dengan Filsafat Dewasa Ini

Filsafat modern dimulai pada zaman Descartes dimana ia berkiblat pada paham

rasionalisme, hingga berkembang pada paham-paham dibawahnya.  

Sekarang ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat yang mempunyai pengaruh besar,

tetapi aliran-aliran ini belum dapat dikatakan sebagai aliran yang membuat sejarah. Hal ini

terjadi karena aliran-aliran ini masih dianggap baru. 

Sesungguhnya filsafat modern jika dikaitkan dengan filsafat dewasa ini memiliki

kedudukan yang sama, karena pada filsafat dewasa ini, juga terdapat atau terselip ajaran-

ajaran dari aliran filsafat zaman modern. Hanya saja, ajaran-ajaran tersebut mengalami lebih

banyak sintesis, sehingga kuantitas dari aliran filsafat dewasa ini cenderung lebih sedikit.

Namun secara kualitas, lebih banyak memunculkan analisis-analisis baru yang mendukung

ajaran-ajaran aliran filsafat zaman modern. Dan wajarlah jika filsafat dewasa ini dikatakan

sebagai pelengkap atau bahkan penyempurna dari ajaran filsafat zaman modern.

BAB III

PENUTUP

Page 46: Makalah Filsafat Modern

Filsafat Modern, dimana Istilah modern berasal dari kata latin “moderna” yang artinya

“sekarang”, “baru” atau “saat kini”. Dari pengertian dasar tersebut kita dapat mengasumsikan

bahwa didalam kehidupan modern muncul kesadaran waktu akan era yang baru.

Pada zaman modern filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak

keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sufisme Yunani, sedikit

pengecualian pada Kant. Paham – paham yang muncul pada garis  besarnya adalah

rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Dan paham-paham yang merupakan pecahan dari

aliran itu.

Descartes, Spinoza, Leibniz, Kant, Hegel, August Comte dan John Dewey adalah

beberapa nama dari ahli-ahli yang mempelopori dan mendukung teori-teori aliran filsafat

modern. Selain nama-nama tersebut, masih banyak ahli yang turut berpartisipasi mendukung

teori yang lahir di zaman filsafat modern.

Filsafat yang lahir di zaman sekarang, sebenarnya tidak berbeda jauh dari filsafat

zaman modern. Karena pada dasarnya, filsafat yang muncul di masa sekarang merupakan

pengembangan dari ajaran filsafat yang telah ada di zaman filsafat modern, dan kini

mengalami sintesis yang menjadikan jumlahnya menjadi relative lebih sedikit daripada aliran

filsafat zaman modern.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 1994. Filsafat Umum. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta. Rineka Cipta.

Poedjawijatna. 1986. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta. Bina Aksara

Page 47: Makalah Filsafat Modern

Rindjin, Ketut. 1986. Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar. Jakarta. Ganeca Exact

Bandung.

http://munzaro.blogspot.com/2010/06/mengenali-prinsip-prinsip-dasar.html

http://amma06.blogspot.com/2009/02/tokoh-tokoh-filsafat-modern.html