makalah landasan pendidikan - psikologi (isu-isu pendidikan)

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenal peserta didik merupakan keharusan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikan. Dengan mengenal anak didik dengan baik akan membantu guru mengantarkan peserta didik dalam meraih cita-citanya. Setelah guru mengenal pribadi dan keluarganya, maka selanjutnya guru harus mampu memahami karakter peserta didik. Memahami karakter anak didik tidaklah mudah, semudah mengenal biodata peserta didik. Memahami karakter peserta didik butuh kesungguhan dan keterlibatan hati dan pikiran guru sehingga dia dapat memahami karakternya dengan baik dan benar. Mengenal dan memahami peserta didik dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan menganalisa tutur kata (cara bicara), sikap dan prilaku atau perbuatan anak didik, karena dari tiga apek di atas setiap orang (anak didik) mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya (karakter atau jiwa). Untuk itu seorang guru harus secara seksama dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik dalam setiap aktivitas pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini dapat dirumuskan “Apa yang dimaksud dengan psikologis ?”. Rumusan masalah ini dapat dikembangkan menjadi tujuh pertanyaan berikut. 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengertian psikologis? 1.2.2 Apa saja tujuan psikologi perkembangan peserta didik ? 1.2.3 Apa yang dimaksud dengan pengertian peserta didik? 1.2.4 Apa saja teori psikologi tentang hakikat peserta didik? 1.2.5 Apa saja perbedaan individu? 1.2.6 Apa saja karakteristik peserta didik dan implikasinya? 1.2.7 Apa saja kebutuhan peserta didik?

Upload: noussevarenna

Post on 22-Jan-2018

826 views

Category:

Education


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengenal peserta didik merupakan keharusan bagi seorang guru dalam

melaksanakan tugas kependidikan. Dengan mengenal anak didik dengan baik

akan membantu guru mengantarkan peserta didik dalam meraih cita-citanya.

Setelah guru mengenal pribadi dan keluarganya, maka selanjutnya guru harus

mampu memahami karakter peserta didik. Memahami karakter anak didik

tidaklah mudah, semudah mengenal biodata peserta didik. Memahami karakter

peserta didik butuh kesungguhan dan keterlibatan hati dan pikiran guru sehingga

dia dapat memahami karakternya dengan baik dan benar.

Mengenal dan memahami peserta didik dapat dilakukan dengan cara

memperhatikan dan menganalisa tutur kata (cara bicara), sikap dan prilaku atau

perbuatan anak didik, karena dari tiga apek di atas setiap orang (anak didik)

mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya (karakter atau jiwa). Untuk itu

seorang guru harus secara seksama dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan

peserta didik dalam setiap aktivitas pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini dapat dirumuskan

“Apa yang dimaksud dengan psikologis ?”. Rumusan masalah ini dapat

dikembangkan menjadi tujuh pertanyaan berikut.

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengertian psikologis?

1.2.2 Apa saja tujuan psikologi perkembangan peserta didik ?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan pengertian peserta didik?

1.2.4 Apa saja teori psikologi tentang hakikat peserta didik?

1.2.5 Apa saja perbedaan individu?

1.2.6 Apa saja karakteristik peserta didik dan implikasinya?

1.2.7 Apa saja kebutuhan peserta didik?

Page 2: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

1.2.8 Apa saja isu-isu dalam pendidkan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:

1.3.1 mengetahui pengertian psikologi;

1.3.2 mengetahui tujuan psikologi perkembangan peserta didik;

1.3.3 mengetahui pengertian peserta didik;

1.3.4 mengetahui teori psikologi tentang hakikat peserta didik;

1.3.5 mengetahui perbedaan individu;

1.3.6 mengetahui karakteristik individu dan implikasinya;

1.3.7 mengetahui kebutuhan peserta didik;

1.3.8 mengetahui isi-isu dalam pendidkan.

Page 3: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

BAB II

ISI/ PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi

Menurut asal katanya, Psikologi berasal dari bahasa Inggris

“psychology”. Istilah psychology sendiri berasal dari kata Yunani “psyche” yang

dapat diartikan sebagai roh, jiwa atau daya hidup dan “logos” yang dapat diartikan

ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa.

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya

bagi kehidupan manusia. Psikologi menempatkan manusia sebagai objek

kajiannya. Manusia sendiri adalah makhluk individual sekaligus makhluk sosial.

Menyadari posisi manusia yang demikian, maka secara jelas yang menjadi objek

kajian psikologi modern adalah manusia serta aktifitas-aktifitas mentalnya dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Psikologi Pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang khusus

mempelajari perilaku manusia dalam konteks pendidikan. Psikologi pendidikan

merupakan psikologi khusus dan juga psikologi terapkan, diterapkan untuk

memecahkan masalah-masalah psikologi dalam praktik pendidikan., maka dapat

dipahami bahwa psikologi perkembangan peserta didik adalah bidang kajian

psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-aspek

perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan sekolah

menengah.

2.2 Tujuan Psikologi Perkembangan Peserta Didik

1. Memberikan, mengukur, dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta

kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang

mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana

saja dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.

2. Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik,

kognitif, maupun psikososial.

Page 4: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

3. Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan, atau

masa perkembangan tertentu.

4. Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan

reaksi yang berbeda.

5. Mempelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang, seperti

kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-

lain.

2.3 Pengertian Peserta Didik

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu

komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Sebagai salah satu

komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai

“ raw material ” ( bahan material ).

Dalam Perspektif Pedagogis, peserta didik diartikan sebagai jenis

makhluk “ homo educandum ” makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam

perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam

proses pertumbuhan & perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya

masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta

didik perlu bimbingan & pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal

kemampuan fitrahnya ( Arifin, 1996 ).

Dalam perspektif Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003 pasal 1 ayat 4 “ peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur

jenjang & jenis pendidikan tertentu ”.

Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan diatas dapat

disimpulkan bahwa peserta didik:

· Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang

khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.

Page 5: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

· Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang, artinya peserta didik

tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang ditunjukan kepada

diri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya.

· Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual &

perlakuan manusiawi.

· Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Disamping itu, didalam diri peserta didik juga terdapat kecendrungan untuk

melepaskan diri dari kebergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi

setahap orangtua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mandiri & bertanggungjawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.

2.4 Teori-teori Psikologi Tentang Hakikat Peserta Didik

1. Pandangan Psikodinamika

Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan

hakikat & perkembangan tingkah laku ( kepribadian ) manusia. Teori ini

dipelopori oleh Sigmund Freud ( 1856-1939 ). Model psikodinamika yang

diajukan Freud disebut “ teori psikoanalistis ” ( psychoanalytic theory ). Menurut

teori ini tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi didalam

pikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu. Bagi Freud, ketidak sadaran

merupakan bagian dari pikiran yang terletak diluar kesadaran yang umum & berisi

dorongan-dorongan instinktual. Freud meyakini bahwa tingkah laku kita didorong

oleh motif-motif diluar alam sadar kita dan konflik-konflik yang tidak kita sadari.

Konflik-konflik itu didasari oleh instink-instink atau dorongan-dorongan seksual

dan agresif primitif serta kebutuhan untuk mempertahankan impuls-impuls

primitif diluar kesadaran langsung kita.

Menurut Freud, sedikit ide-ide, harapan-harapan, dan impuls-impuls yang

ada dalam diri individu dan yang menentukan tingkah laku mereka. Sebaliknya,

bagian dari pikiran yang lebih besar, yang meliputi harapan-harapan, kekuatan-

kekuatan, dorongan-dorongan yang bersifat instinktif kita yang terdalam, tetap

berada dibawah permukaan kesadaran ( unconscious ). Maka para teoritisi

Page 6: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

psikodinamika menganggap perkembangan manusia ( human development )

sebagai suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-

dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir.

Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut Freud kemudian

membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis, yaitu

a). Id

merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur

biologis, termasuk didalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls instinktif

yang lebih dasar ( lapar, haus, seks dan agresi ). Id bekerja mengikuti prinsip

kesenangan ( pleasure principle ), yang dioperasikan pada dunia proses; pertama,

reflkes dan reaksi otomatis ( seperti : bersin, berkedip ); kedua, proses berpikir

primer ( primary process thinking ) yang merupakan proses dalam berhubungan

dengan dunia luar melalui imajinasii dan fantasi, yakni mencapai pemuasan

dengan memanipulasi gambaran mental dari objek yang diinginkan ( seperti :

orang lapar membayangkan makanan ).

b). Ego

Merupakan aspek psikologi kerpribadian karena timbul dari kebutuhan

organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi

perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan keadaan lingkungan. Ego

berkembang pada tahun pertama dan merupakan aspek eksekutif atau “ executive

branch ” ( badan pelaksana ) kepribadian, karena fungsi utama ego adalah :

1). menahan penyaluran dorongan;

2). mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesadaran;

3). mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan-tujuan yang dapat

diterima;

4). berpikir logis; dan

Page 7: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

5). Mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa atau kesal sebagai tanda

adanya sesuatu yang salah, yang tidak benar.

Ego terikat oleh proses berpikir sekunder ( secondary process thinking ),

yaitu proses berpikir realistis melalui perencanaan pemuasan kebutuhan dan

menimbang situasi yang memungkinkan kompromi antara fantasi dari id dan

realitas dunia luar. Prinsip kerja ego diatur oleh prinsip realitas ( reality principle

), yaitu menghilangkan ketegangan dengan mencari objek yang tepat didunia

nyata.

Perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal

realitas subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat

dalam bathin dengan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

c).Superego

adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai

tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua

kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian superego

adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga dapat bertindak

sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat. Superego

mencerminkan nilai-nilai moral dari self yang ideal, yang disebut “ego ideal” dan

berfungsi :

1). sebagai hati nurani atau penjaga moral internal, yang mengawasi ego dan

memberikan penilaian tentang benar atau salah;

2). merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksial dan agresif; 3).

mendorong untuk mengganti tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan

moralistis;

4). menentukan cita-cita mana yang akan diperjuangkan;

5). mengajarkan kepuasaan.

Page 8: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Dalam dinamika dan realitas kehidupan pribadi, id lebih cenderung pada nafsu,

sedangkan superego lebih cenderung pada hal-hal yang moralis. Agar tercipta

keseimbangan hidup, id dan superego, harus dijembatani oleh yang bersifat

realistis ( ego ).

Artinya, agar manusia tidak mengembangkan nafsu saja dan tidak terlalu

cenderung pada hal-hal yang idealis dan moralis, perlu ada imbangkan melalui

dunia kenyataan atau dijembatani oleh ego.

2. Pandangan Behavioristik

Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku

manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson ( 1878-1958 ), seorang ahli

psikologi Amerika, pada tahun, 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.

Watson dan teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner ( 1904-1990 )

meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis

dan pengaruh lingkungan atau situasional. Jika Freud melihat tingkah laku kita

dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behavioristik

melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan

memanipulasi tingkah laku kita. Menurut teoritikus behavioristik manusia

sepenuhnya adalah manusia yang reaktif, yang tinglah lakunya dikontrol oleh

faktor-faktor dari luar.

3. Pandangan Humanistik

Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi

terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoritikus humanistik, seperti

Carl Rogers ( 1902-1987 ) dan Abraham Maslow ( 1908-1970 ) meyakini bahwa

tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik

yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian ( conditioning ) yang

sederhana.

Aliran humanistik berhubungan erat dengan aliran filosofis Eropa yang disebut

“ eksistensialisme ”. para eksistensialis, seperti filosof Martin Heidegger ( 1889-

Page 9: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

1976 ) dan Jean-Paul Sartre ( 1905-1980 ), memfokuskan perhatian pada

pencarian dan arti pentingnya pilihan pada eksistensi manusis . Para teoritikus

humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki kecendrungan bawaan

untuk melakukan self-actualization – untuk berjuang menjadi apa yang mereka

mampu.

Menurut Rogers, salah seorang tokoh aliran humanistik, prasyarat dari

terpenting bagi aktualisasi diri adalah konsep diri yang luas dan fleksibel. Rogers

meyakini bahwa orangtua mempunyai peran yang besar dalam membantu anak-

anak mereka mengembangkan self-system dan menempatkan mereka pada jalur

self-actualization dengan menunjukan unconditional positive regard – memuji

mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka. Dengan pemberian penghargaan

dan penilaian yang bersifat positif, anak dapat mengembangkan self-actualization

dan self-concept yang bersifat positif.

4. Pandangan Psikologi Transpersonal

Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistik.

Aliran psikologi ini disebut aliran keempat psikologi. S.I Shapiro dan Denise H.

Lojoie ( 1992 ) menggambarkan psikologi transpersonal sebagai berikut:

Transpersonal psychology is concerted with the study of humanitys highest

potential, and with the recognition understanding, and realization of unitive,

spiritual, and transcendent states of consciousness.

Psikologi transpersonal berawal dari penelitian-penelitian psikologi

kesehatan yang dilakukan oleh Abraham Maslow pada tahun 1990-an. Maslow

melakukan serangkaian penelitian tentang pengalaman-pengalaman keagamaan,

seperti “ pengalaman-pengalaman puncak ” ( peak experiences ).

Dari hasil penelitiannya, Maslow berkesimpulan bahwa pengalaman keagamaan

adalah peak experience, plateau dan fathes resches of human nature. Maslow (

1968 ) menulis :

“I should say also that I consider humanistic, Third Forces Psychology, to be

transitional, a preparation for a still higher Fourth psychology, a transpersonal,

Page 10: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

transhuman, centered in the cosmos rather human need and interest, going beyond

humanness, identity, self actualization, and the like”

2.5 Perbedaan Individu

Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai perseorangan atau

personal. Sebagai orang perorangan individu memiliki sifat-sifat atau karakteristik

yang menjadikannya berbeda dengan makhluk lainnya. Perbedaan inilah yang

disebut dengan perbedaan individual ( individual difference ).

Secara umum, perbedaan individual dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara

vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertikal adalah perbedaan

individu dalam aspek jasmaniah, seperti : bentuk, tinggi, besar, kekuatan dan

sebagainya. Perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental,

seperti : tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi, tempramen, dan

sebagainya. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perbedaan individual

peserta didik tersebut.

1. Perbedaan Fisik-Motorik

Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya berbatas pada aspek-aspek

yang teramati oleh pancaindra, seperti : bentuk atau tinggi badan, warna kulit,

warna mata atau rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkan

juga mencakup aspek-aspek fisik yang tidak dapat diamati melalui pancaindra.

Perbedaan aspek fisik juga dapat dilihat dari kesehatan peserta didik, seperti

kesehatan mata dan telinga. Dalam hal kesehatan mata misalnya, akan ditemui

adanya peserta didik yang mengalami gangguan penglihatan, seperti : rabuh jauh,

rabun dekat, rabun malam, buta warna, dan sebagainya. Sedangkan dalam hal

kesehatan telinga, akan ditemui adanya peserta didik yang mengalami

penyumbatan pada saluran liang telinga, ketegangan pada gendang telinga,

terganggunya tulang-tulang pendengaran, dan seterusnya.

2. Perbedaan Intelegensi

Page 11: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual

dan merupakan bagian dari proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi.

Secara ilmu intelegensi dapat dipahami sebagai kemampuan beradaptasi dengan

situasi yang baru secara cepat dan efektif.

Untuk mengetahui tinggi rendanya intelegensi peserta didik para ahli telah

mengembangkan instrument yang dikenal “ tes intelegensi ”, yang kemudian lebih

popular dengan istilah intelligence Quotient, disingkat IQ.

Berdasarkan hail tes intelegensi, peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Anak Genius : IQ diatas 140

b. Anak Pintar : 110-140

c. Anak Normal : 90-110

d. Anak Kurang Pintar : 70-90

e. Anak Debil : 50-70

f. Anak Dungu : 30-50

g. Anak Idiot : IQ dibawah 30

Genius adalah sifat pembawaan luar biasa yang dimiliki seseorang,

sehingga ia mampu mengatasi kecerdasan orang-orang biasa dalam bentuk

pemikiran dan hasil karya. Sedangkan idiot atau pander adalah penderita lemah

otak, yang hanya memiliki kemampuan berpikir setingkat dengan kecerdasan anak

yang berumur tiga tahun ( Murasal, 1981 ).

3. Perbedaan Kecakapan Bahasa

Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan

buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dalam kalimat yang bermakna, logis

dan sistematis. Kemampuan berbahasa anak didik berbeda-beda, ada yang

Page 12: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

berbicara dengan lancar, singkat dan jelas, ada pula yang gagap, berbicara,

berbelit-belit dan tidak jelas.

Dari hasil beberapa penelitian bahwa faktor nature dan nurture

(pembawaan dan lingkungan ) sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

Karena itu, tidak heran kalau antara individu yang satu dan yang lain berbeda

dalam kecakapan bahasanya. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kecakapan

berbahasa anak yaitu : faktor kecerdasan, pembawaan, lingkungan fisik, terutama

organ bicara, dan sebagainya.

4. Perbedaan Psikologis

Perbedaan psikologis peserta didik juga terlihat dari aspek psikologisnya.

Ada anak yang mudah tersenyum, gampang marah, berjiwa sosial, sangat egoistis,

cengeng, pemalas, rajin, dan ada pula anak yang pemurung dan seterusnya.

Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sangat sulit dipahami

secara tepat, karena menyangkut apa yang ada didalam jiwa dan perasaan peserta

didik. Bukan berarti seorang guru mengabaikan kondisi tersebut, guru dituntut

untuk mampu memahami fenomena-fenomena tersebut. Salah satu cara yang

mungkin dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik

secara pribadi. Dengan cara ini mungkin guru dapat mengenal siapa sebenarnya

peserta didik tersebut, keinginan-keinginannya, dan kebutuhan-kebutuhan yang

ingin dicapainya.

2.6 Karakteristik Individu dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan

yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk

menjelaskan karakteristik-karakteristik individu baik fisik, mental, atau emosional

biasa digunakan istilah nature dan nuture ( alam, sifat dasar ). Nature adalah

karakteristik individu atau sifat khas seseorang sejak lahir atau yang diwarisi

sebagai pembawaan, sedangkan nuture ( pemeliharaan, pengasuhan ) adalah

faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak masa pembuahan

sampai selanjutnya.

Page 13: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Nature dan nuture ini merupakan dua faktor yang mempengaruhi

karakteristik individu, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yg

lain, dalam hal ini, proses pendidikan disekolah harus disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini, secara

esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah menyediakan

kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat belajar

secara optimal.

Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta didik ini, ada tiga hal

yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite

skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berpikir dan hal-hal yang

berkaitan dengan aspek psikomotor.

b. Karakteristik yang berhububungan dengan latar belakang dan status sosio-

kultural.

c. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian,

seperti : sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang

diperoleh lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru

perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan

karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis maupun

faktor sosial psikologis.

Menurut Tirtaraharja, 2000 (Uyoh Sadullah, 2010: ) mengemukakan 4

karakeristik yang dimaksudkan yaitu :

1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga

merupakan makhluk yang unik

2. Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam

dirinya secara wajar.

Page 14: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual.

4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya

peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan.

Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua individu

yang menentukan karakteristik fisik dan terkadang intelejensi.

b. Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik spiritual,

mental, psikis, dan juga terkadang fisik dan intelejensi. Faktor lingkungan dibagi

menjadi tiga yaitu:

1. Lingkungan Keluarga

Pada lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua agar

menjadi orang yang sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan

orang tuanya, kesuksesan teman orang tuanya, kesuksesan anak teman orang

tuanya, ingin merubah nasib keluarga yang melarat, motivasi sebagai kakak yang

merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai adik yang tidak boleh

kalah dengan kesuksesan kakaknya.

2. Lingkungan Sekolah

Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi juara kelas,

motivasi ingin kaya karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun

motivasi dari gurunya.

3. Lingkungan Masyarakat.

Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari tetangganya yang sukses,

motivasi karena keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun motivasi

karena masyarakatnya diremehkan masyarakat lain.

Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami bahwa

peserta didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan pilah karena peserta

didik pada hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki karakteristik

Page 15: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

yang berbeda-beda. Terdapatnya perbedaan individual dalam diri masing-masing

peserta didik membuat guru harus pandai-pandai menempatkan porsi keadilan

dengan tepat pada setiap peserta didiknya. Misalnya saja dalam pelajaran fisika,

tentunya tidak semua siswa berminat dalam pelajaran fisika, mungkin ada siswa

berminat pada musik, lantas guru tidak harus memaksanya untuk dapat menyukai

fisika apalagi memaksakan agar paham fisika lebih mendalam dengan

memberikan soal dan tugas yang banyak dan sulit ditambah lagi sanksinya yang

berat bila tidak dapat mengerjakan soal/tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya

menciptakan potensi buruk pada diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasanya

terhadap lingkungan yang diterimanya.

Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik selalu ke arah yang

lebih baik seiring dengan tingkat materi pelajaran yang diberikan juga semakin

tinggi sehingga membuat peserta didik terbiasa berpikir secara realistis dan

sistematis. Tapi guru hendaknya mendukung dan membantunya mengembangkan

potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta didik yang demikian tidak perlu

diajarkan fisika sampai mendalam karena itu hanya akan membuatnya menjadi

jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi kompetensi guru untuk dapat

menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan konsep-konsep fisika yang

berhubungan dengan bidang yang diminatinya, seandainya peserta didik tersebut

tidak mengerti paling tidak pasti ia akan menikmati proses pembelajaran di

kelasnya. Selain dengan cara itu guru juga bisa melakukan pendekatan-

pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta didiknya dengan terlebih

dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan memberikan kesempatan kepada

siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada temannya yang kurang mengerti.

Seperti itulah guru yang profesional.

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen

manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan

dan tumpuan perhatian dalam semua transformasi yang disebut pendidikan.

Karena peserta didik merupakan komponen manusiawi yang terpenting dalam

proses pendidikan, maka seorang guru dituntut mampu memahami perkembangan

Page 16: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

peserta didik, sehingga guru dapat memberikan pelayanan pendidikan atau

menggunakan strategi pembelajaran yang relevan sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa tersebut.

Karakteristik umum perkembangan peserta didik dalam kajian psikologi :

1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan

selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan

perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa

perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak

akhir (10-12 tahun).

Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan

anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang

bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara

langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang

mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak,

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat

langsung dalam pembelajaran.

Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

- Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan

aktivitas fisik.

- Membina hidup sehat

- Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok

- Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin

- Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam

masyarakat

- Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif

- Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai

- Mencapai kemandirian pribadi

Page 17: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut

untuk memberikan bantuan berupa:

- Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan

fisik

- Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga

kepribadian sosialnya berkembang

- Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman

yang konkret atau langsung dalam membangun konsep

- Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai

sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi

pegangan bagi dirinya.

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)

Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak

usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14

tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini,

yaitu:

- Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

- Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder

- Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan

keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan

kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua.

- Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma

dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

- Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat

kemurahan dan keadilan Tuhan.

- Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

- Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri

yang sesuai dengan dunia sosial

Page 18: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

- Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.

Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru

diharapkan untuk:

- Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita

ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan

fisiologi.

- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan

minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif.

- Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan

individual atau kelompok kecil.

- Meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk

mengembangkan potensi siswa.

- Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.

- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

3. Karakteristrik Anak Usia Remaja (SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa

kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering

dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai

dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

- Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

- Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat

- Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif

- Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya

- Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat

dan kemampuannya

- Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan

memiliki anak

Page 19: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

- Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan sebagai warga Negara

- Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

- Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam

bertingkah laku

- Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut

adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini

dapat dilakukan guru, diantaranya:

- Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi,

bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika

- Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh

atau kondisi dirinya

- Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan

keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana

olahraga, kesenian dan sebagainya

- Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan

masalah dan mengambil keputusan

- Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam

kondisi sulit dan penuh godaan

- Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

berpikir kritis, reflektif dan positif

- Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap

wiraswasta

- Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran agama

terbuka dan lebih toleran

- Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa dan bersedia

mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya

2.7 Kebutuhan Peserta Didik

Page 20: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipenuhi.

Menurut Alfrooz ( 1996 ), kebutuhan ( need ) adalah : “ A natural requirement

with, should be satisfield in order to secure a better organic compatibility ”.

Sedangkan Chaplin ( 2002 ), mendefinisikan need ( kebutuhan ) sebagai :

1). satu subtansi selular yang harus dimiliki oleh organisme;

2). lebih umum, segala kekurangan, ketiadaan/ketidaksempurnaan yang dirasakan

seseorang.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan

azasi yang harus dipenuhi, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam

diri individu. Kebutuhan mendapatkan perhatian dari sejumlah ahli psikologi,

salah satu teorinya dibangun dan dipopulerkan oleh Abraham H. Maslow.

Menurut ia manusia memiliki kecendrungan-kecendrungan mencapai kebutuhan

hingga memuaskan.

Manusia dilukiskan oleh Maslow adalah makhluk yang tidak pernah

berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Jika kebutuhan sudah terpenuhi yang

maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang menuntut kepuasan, hal

ini terus terjadi sepanjang kehidupan manusia ( Jerry dan Phares, 1987 ). Karena

keyakinan tersebut, Maslow membuat sebuah teori tentang kebutuhan yang

dikenal sebagai hierarki kebutuhan ( hierarchy need ), dalam teori ini Maslow

menyebutkan lima kebutuhan hierarki ( kebutuhan prioritas utama ). Maslow

membedakan kelima kebutuhan berdasarkan motif untuk memenuhinya, yaitu :

basic need ( kebutuhan-kebutuhan dasar ) dan metaneeds ( kebutuhan untuk

pertumbuhan ).

Selain teori yang diajukan Maslow, Mc Cielland juga mengajukan teori

tentang kebutuhan yang dikenal cukup luas, kemudian Mc Ciellan membagi 3

jenis kebutuhan menjadi :

1). Need for acchievement— N-Ach (kebutuhan untuk berprestasi),

Page 21: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

yaitu kebutuhan untuk bersaing atau melampaui standar pribadi. Need for

achievement merupakan suatu motif yang memotifasi seseorang untuk berhasil

dalam berkompetisi baik berupa prestasi orang lain atau prestasi diri sendiri yang

telah dicapainya. Mc Cielland menemukan ciri-ciri individu yang memiliki

kebutuhan ini, antara lain :

a. Menyenangi situasi dimana ia bertanggungjawab atas segala perbuatannya.

b. Menyenangi umpan balik (feedback) yang cepat, nyata dan efisien atas segala

perbuatannya.

c. Dalam menentukan prestasinya ia lebih memilih resiko yang besar.

d. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.

e. Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

2). Need for power—N-Pow (kebutuhan untuk berkuasa),

yaitu suatu kebutuhan untuk memberi kesan atau memberi pengaruh atas

orang lain untuk dianggap sebagai orang yang berkuasa. Dikatakan memiliki need

for power yang tinggi apabila seseorang mencari cara untuk mempengaruhi atau

menguasai orang lain. Seseorang yang memiliki need for power yang tinggi akan

berusaha untuk mempengaruhi atau menguasai orang lain secara tidak langsung

dengan cara memberikan sugesti, mengajukan pendapat atau ide-ide atau pendapat

tertentu. Ciri-ciri tingkah laku orang yang memiliki need for power antara lain :

a. Sangat aktif dalam menentukan kegiatan organisasi tempat ia bernaung.

b. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau

organisasi.

c. Senang menjadi anggota organisasi yang mencerminkan prestise.

d. Berusaha menolong orang lain walau tidak diminta.

3). Need for affiliation—N-Aff (kebutuhan untuk berafiliasi)

Page 22: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

yaitu kecendrungan beberapa individu untuk mencari atau menjalin

persahabatan dengan orang lain tanpa melihat statusnya. Seseorang yang

memilikineed for affiliation yang tinggi apabila memikirkan bagaimana caranya

menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain, memberikan perhatian yang

besar pada orang tersebut. Ciri-ciri orang yang memiliki need for affiliation,

antara lain :

a. Lebih senang berkumpul dengan orang lain.

b. Sering berhungan dengan orang lain.

c. Lebih memperhatikan aspek hubungan pribadi.

d. Mencari persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain.

e. Lebih aktif melakukan pekerjaan.

Kebutuhan Peserta Didik dan Implikasinya Terhadap Pendidikan :

Berikut ini akan disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu

mendapat perhatian dari guru, diantaranya :

1. Kebutuhan Jasmani

Sesuai dengan teori hierarki kebutuhan dari Maslow, kebutuhan jasmani

merupakan kebutuhan dasar manusia bersifat instinktif. Kebutuhan-kebutuhan

jasmaniah untuk peserta didik yang perlu diperhatikan adalah : makan, minum,

pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta

terhindar dari segala ancaman. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain

mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik,

juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar disekolah.

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani peserta didik, sekolah melakukan

upaya-upaya antara lain:

a. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya hidup

sehat dan teratur.

Page 23: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

b. Menanamkan kesadaran kepada peserta didik agar mengkonsumsi makanan

yang mengandung gizi dan vitamin yang tinggi.

c. Memberikan waktu peserta didik untuk beristirahat.

d. Memberikan pendidikan jasmani.

e. Memberikan berbagai sarana disekolah agar peserta didik dapat bergerak

bebas, bermain, berolahraga dan lain-lain.

f. Membuat bangunan sekolah dengan memperhatikan sirkulasi udara,

pencahayaan, sehingga peserta didik dapat belajar dan beraktifitas dengan

nyaman.

g. Mengatur tempat duduk mereka sesuai dengan keadaan fisik mereka.

2. Kebutuhan Rasa Aman

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa kebutuhan ini sangat penting

bagi peserta didik dan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam tingkah

laku mereka. Rutter at al., (1979) mengatakan bahwa kondisi sekolah yang baik

dan podasi yang kuat membuat tingkah laku dan akademis peserta didik

cenderung baik. Murphi et al (1985) sekolah yang efektif ditentukan oleh

lingkungan yang aman dan rapi. Mereka mempunyai dua pendapat dalam dua

dimensi. Dimensi pertama yaitu : siswa tak merasa terancam atau ketakutan,

merasa aman dan senang berada disekolah. Dimensi kedua adalah bahwa sekolah

merupakan sebuah sistem penjagaan dan pelaksanaan disiplin.

Sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan konteporer, seperti

(Hanushekm, 1995; Bobbi De Porter, 2001; Hoy & Miskel, 2001; Sackney, 2004)

juga mengakui bahwa lingkungan sekolah yang sehat dan menyenangkan,

disamping dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, juga

diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak nyaman dan stres

dalam diri siswa.

3. Kebutuhan Akan Kasih Sayang

Page 24: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasakan senang,

betah dan bahagia berada disekolah, seakan-akan memperoleh motivasi untuk

belajar disekolah. Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak terpenuhi oleh peserta didik

akan mengakibatkan mereka merasa terisolasi, cemas, bingung, rendah diri, tidak

nyaman, bahkan akan mengakibatkan peserta didik sulit belajar dan memicu

munculnya tingkah laku maladaptif. Dengan kondisi seperti itu peserta didik akan

membuat mereka malas untuk belajar.

4. Kebutuhan Akan Penghargaan

Karena kebutuhan ini peserta didik ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal

dan ingin diakui ditengah-tengah masyarakat. Mereka yang dihargai akan merasa

bangga dengan dirinya dan orang lain. Sebaliknya jika peserta didik merasa

diremehkan maka sikap mereka pada diri mereka sendiri dan lingkungannya akan

menjadi negatif.

Oleh sebab itu, untuk menimbulkan rasa berharga dilingkungan mereka, guru

dituntut untuk :

a. Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh.

b. Menghargai pendapat dan pilihan siswa.

c. Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka pada suatu

kelompok sesuai dengan pilihan mereka sendiri.

d. Guru harus menunjukan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri

dihadapan peserta didiknya.

e. Guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif.

f. Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif.

5. Kebutuhan Akan Rasa Bebas

Peserta didik juga mempunyai kebutuhan akan rasa bebas. Peserta didik

yang merasa tidak bebas dalam mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya

atau tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan akan mengakibatkan mereka

Page 25: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

frustasi, merasa tertekan dan sebagainya. Mereka harus diberikan kesempatan dan

bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.

6. Kebutuhan Akan Rasa Sukses

Peserta didik menginginkan kegiatan akademis berhasil dengan hasil baik.

Mereka akan merasa bahagia dan senang jika apa mereka berhasil, jika apa yang

peserta didik lakukan tidak berhasil maka mereka merasa kecewa. Ini menunjukan

bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan pokok bagi peserta didik.

7. Kebutuhan akan agama

Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Ynag dimaksud agama

dalam kehidupan adalh iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan

dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap.

Kebutuhan peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak

dapat dipenuhii apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat

kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali

menguasai pikirannya. Pertentangan tersebut semakin mempertajam keadaan bila

reaja tersebut berhadapan dengan berbagi situai, misalnya film di televise maupun

di layar lebar yang menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian yang

seronok, buku-buku bacaan serta Koran yang sering menyajikan gambar yang

tidak mengindahkan kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan

kebingungan bagi remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan.

Oleh sebab itu, sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan

agama serta nilai-nilai social dan akhlak kepada manusia khususnya bagi remaja

sejak usia dini.

2.8 Isu-Isu Dalam Pendidikan

Bila dikaitkan dengan hal di atas, mutu pendidikan Indonesia masih bisa

dibilang mengecewakan. Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan UUD 1945 yang

mematok tujuan pendidikan nasional Indonesia berupa, bisa mencerdaskan

bangsa Indonesia. Cerdas di sini dalam artian belajar dan mengajar dalam segala

Page 26: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

aspek kesehariannya. Sebagai salah satu sarana pembentuk karakter sebuah

bangsa, sudah semestinya juga pendidikan memiliki ruang untuk melahirkan para

intelektual yang nantinya bisa menopang keberlangsungan perjalanan bangsa yang

bersandar pada kesejahteraan rakyat. Namun keberadaan intitusi pendidikan saat

ini malah menghambat pada modal dan kekuasaan.

Hingga saat ini, pendidikan selalu dihadapakan dengan tantangan

penigkatan layanan dan mutu pendidikan. Tantangan inilah yang akhirnya

memunculkan masalah isu-isu aktual dalam masyarakat. Tuntutan akan

peningkatan layanan atau mutu pendidikan adalah merupakan dampak

keberhasilan pembangunan dalam perubahan sosial, antara lain meningkatkan

apresiasi masyarakat terhadap pendidikan.

Sesungguhnya, bila membahas permasalahan pendidikan di Indonesia,

maka kita akan menemukan banyak permasalahan yang beragam, komplek dan

bahkan terkadang tidak berujung pada penyelesaian masalah yang sempurna.

Beberapa isu-isu terkait pendidikan yang ada di Indonesia. Antara lain:

1. Ujian Nasional

Ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggrakan

oleh pemerintahan untuk mengukur keberhasilan seorang siswa. Keberadaannya

hanya sebagai alat pengetes pendidikan saja, bukan sebagai alat untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tujuan keberadaan Ujian Nasional

yang menggatikan EBTANAS sebelumnya adalah untuk menyempurnakan

penilaian pendidikan yang lebih realistis, serta meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia. Namun hingga saat ini, kehadiran UN masih menimbulkan pro dan

kontra di antara masyarakat.

Bila berbicara soal mutu pendidikan yang dihasilkan, output pendidikan

nasional saat ini masih memprihatinkan. Hal ini terbukti berdasar pada Ujian

Nasional yang dikembangkan saat ini melalui tes tertulis dengan soal-soal yang

cenderung mengukur kemampuan aspek kognitif. Dan itu menjadi sangat

mungkin bagi guru untuk terjebak ke dalam pembelajaran gaya lama yang lebih

Page 27: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

menekankan pada pencapaian kemampuan kognitif siswa melalui gaya

pembelajaran tekstual dan behavioristik.

Selain itu, para psikolog juga mengatakan bahwa dengan adanya UN,

mental siswa menjadi tertekan dan hanya terpaku ke dalam pelajaran yang di UN-

kan. UN hingga kini juga dianggap tidak memiliki hak asasi guru untuk

memberikan kelulusan. Karena bayangkan saja, guru yang selama ini dianggap

sebagai pahlawan pendidikan diabaikan, karena tiga tahun mengajar muridnya,

serta mengerti betul tentang karakter muridnya, tidak diberi hak dalam

menentukan kelulusan. Ketua Umum PB PGRI, Dr Sulistyo mengatakan bahwa

UN bukan saja gagal meningkatkan mutu, tapi kita sudah memberikan dampak

buruk, menanamkan nilai-nilai koruptif pada murid,. Bisa dikatakan juga sebagai

pembunuh karakter karena sebelum UN dilaksanakan, siswa akan sibuk mencari

kunci jawaban. Dan ironisnya, mereka akan membeli kunci jawaban tersebut.

Selain itu, pada pelaksaannya pun, banyak isiswa yang mencontek ketika UN

berlangsung. Ini sama saja, kepentingan Ujian Nasional sudah dimanfaatkan oleh

kepentingan umum di luar pendidikan. Oleh karena itu, jangan heran bila dalam

pelaksanaannya akan ditemukan banyak kejanggalan-kejanggalan, seperti kasus

kebocoran soal, menyontek, atau bentuk kecurangan lainnya.

2. Isu seputar pendidikan moral dan budi pekerti

Sebenarnya tujuan pendidikan yang terdapat di dalam sistem pendidikan

nasional kita sudah sangat lengkap untuk membentuk anak didik menjadi pribadi

yang berlandaskan pada budi pekerti yang luhur. Namun seperti yang kita

saksikan saat ini, para anak didik Indonesia seakan-akan sudah mengalami krisis

budi pekerti. Bahkan berita tentang criminal, bocah-bocah nakal, seakan-akan

sudah menjadi santapan sehari-hari.

Untuk itu, akan lebih baik bila sekolah juga menerapkan pendidikan

karakter pada murid-murid didiknya. Pendidikan karakter ini merupakan

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran, tidakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik

Page 28: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

terhadap tuhan, diri sendiri sesama, lingkungan maupun kebangsaan hingga

menjadi insan kamil. Seseorang akan dikatakan berkarakter jika telah berhasil

menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan

sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Ada banyak penyebab yang menghadang

kita sebagai pendidik, dalam upaya memberikan bekal akhlak yang baik kepada

anak didik kita. Antara lain adalah:

a. Arus globalisasi

memiliki perkembangan teknologi yang sangat pesat. Ini menjadi

tantangan tersendiri bagi kita, karena dunia pun bahkan sekarang hanya seukuran

ujung jari. Saat itu, kita bisa mengkses banyak informasi yang negative maupun

positif dimana-mana. Bila anak didik tidak memiliki agama yang kuat, hal itu

bisa menyebabkan dampak negative yang besar bagi kita, keluarga dan bangsa.

b. Pola hidup yang telah bergeser.

Moral para pejabat yang amat melekat dengan kata-kata korupsi, curang,

tidak peduli ada kesusahan orang lain, karena bila mengeluarkan pendapat, sangat

diragukan ketulusannya dan keseriusannya.

C. Moral para artis yang rupa-rupanya menjadi panutan para anak didik.

d. Kurikulum sekolah mengenai dimasukkannya materi moral dan budi pekerti ke

dalam setiap mata pelajaran juga cukup sulit.

e. Ekonomi Indonesia yang tidak dapat diabaikan keberadaannya begitu saja.

Karena bagaimanapun itu sebuah kebijakan, pasti akan memerlukan dana yang

besar agar kebijakan tersebut bisa berjalan dengan baik.

3. Kurikulum Pendidikan

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang

berarti pelari, dan currere yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat. Secara

istilah, kurikulum berarti sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus

diselesaikan atau harus ditempuh seorang siswa guna mencapai tingkatan tertentu

Page 29: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan. Kurikulum merupakan salah

satu alat untuk mencapai satu tujuan pendidikan serta menjadi pedoman dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar pada berebagai jenis dan tingkat sekolah.

Namun seiring berkembangnya zaman, pengertian kurikulum terus mengalami

perubahan makna. Dan lama kelamaan, tugas pendidikan yang pada awalnya

harus diemban oleh dua pihak, antara kelusrga dan sekolah menjadi tidak

berimbang.

Selama ini, kurikulum dianggap sebagai penentu keberhasilan pendidikan.

Karena itu, perhatian para guru, dosen, hingga praktisi pendidikan terkonsentrasi

pada kurikulum. Padahal kurikulum bukanlah penetu utama dari keberhasilan

suatu pendidikan.Sekalipun kurikulum juga sebagai penentu kesuksesan, tapi

kasus yang terjadi di negeri kita ini adalah kurangnya kesadadaran. Kesadaran

untuk berprestasi, kesadaran untuk sukses, kesadaran untuk meningkatkan SDM,

dan kesadaran untuk menghilangkan kebodohan.

Hingga saat ini, Indonesia sudah mengalami banyak perubahan kurikulum

pendidikan. Mulai kurikulum KBK, KTSP, hingga yang terbaru saat ini adalah K-

13 yang masih menimbulkan pro kontra dan bahkan banyak sekolah yang pada

akhirnya kembali lagi pada KTSP, karena bahkan guru pun banyak yang tidak

sanggup untuk mejalankan program ini.

Sebenarnya kurikulum yang memiliki posisi sentral dalam pendidikan ini

menunjukkan bahwa kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik

antara peserta didik, pendidik, sumber dan lingkungan. Dan jika seseorang ingin

mengetahui apa yang dihasilkan, atau pengalaman belajar yang didapatkan, maka

dia harus mengkaji dan mempelajari kurikulum lembaga pendidikan tersebut.

Secara singkat, posisi kurikulum bisa dibagi menjadi tiga. Yaitu:

- Construct yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi pada

masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau

dikembangkan.

Page 30: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

- Sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang

berkenaan dengan pendidikan.

- Untuk membangun masa depan, dengan berbagai rencana pengembangan

dan pembangunan bangsa melalui masa lalu dan masa sekarang sebagai

dasar untuk mengembangkan masa depan.

4. Dana Pendidikan

Muhammad Nuh sebagai menteri pendidikan nasional mengajukan

tambahan dana untuk anggaran pendidikan sebesar Rp 11,762 triliun dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011.

Rencananya tambahan dana ini diajukan untuk menambah anggaran beasiswa dan

juga pendidikan di daerah timur Indonesia. Di satu sisi, hal ini patut diapresiasi

mengingat dana pendidikan di Indonesia akan ditambah. Tentu saja, jika

penyampaiannya tepat, dana ini akan sangat membantu mereka yang tidak

memiliki akses terhadap pendidikan. Namun di sisi lain, hal ini akan

menimbulkan pertanyaan lebih jauh: akankah dana pendidikan ini tepat sasaran

seperti yang diharapkan?. Bahwa dengan anggaran pendidikan sekarang yang

dipatok sebesar 20% dari APBN, masih saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Padahal, pemerintah mematok adanya program wajib belajar sembilan tahun. Dan

kejadian-kejadian di atas terjadi pada daerah pendidikan dasar tersebut. Oleh

karena itu, wajar jika masyarakat akan menilai tambahan dana yang sekalipun

akan dikucurkan tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

kecil terkait akses pendidikan. Realitas yang ada sekarang ini menyatakan hal

sebaliknya. Malahan, yang akan timbul adalah ketakutan akan penyelewengan

dana tersebut.

Menambahkan dana pendidikan itu memang perlu namun, untuk apa

penambahan tersebut dilakukan jika harus mengalami kebocoran dimana-mana?

Analoginya seperti menambahkan debit air bersih. Jika debit ditambahkan namun

kebocoran pada pipa tetap terjadi, akhirnya penambahan itu akan sia-sia juga

sebab yang membuat debit itu berkurang sampai di pelanggan bukan hanya

masalah besar atau kecilnya debit awal melainkan kebocorannya. Oleh karena itu,

Page 31: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

yang seharusnya dilakukan sebelum penambahan dana adalah dengan

menanggulangi kebocoran itu terlebih dahulu. Dana bantuan operasional sekolah

(BOS) yang dialirkan ke daerah-daerah sudah sepatutnya diawasi pemakaiannya

oleh pemerintah daerah. Jangan sampai dana tersebut sampai pada tangan-tangan

yang tidak berhak mendapatkannya. Jika dana BOS ini sudah terealisasi dengan

baik, maka seharusnya masalah uang kursi dan seragam sekolah tidak lagi harus

dipermasalahkan.

5. Pengaruh media terhadap anak

Saat ini kita tengah memasuki abad kejayaan teknologi, yang di situ kita

akan dihadapkan dengan kenyataan bahwa dunia ini telah dipenuhi dengan

berbagai informasi yang keluar masuk dengan bebasnya tanpa adanya sekat.

Kecenderungan global dalam informasi ini menyebabkan interaksi dan interelasi

menjadi sedemikian pendek. Baik itu hubungan antar manusia maupun antar

Negara. Arus informasi yang tersalurkan melalui berbagai media ini dapat

diperoleh dengan

sangat cepat sekali, dan cukup dengan sentuhan ujung jari. antara manusia

menjadi semakin pendek.

Ada banyak manfaat yang dihasilkan dari media cetak maupun media elektronik.

Salah satunya adalah, bahwa media tersebut sangat efektif dijadikan sebagai

sarana dalam dunia pendidikan. Media dapat menambah pengetahuan, membentuk

perkembangan kemampuan serta ketrampilan anak.

Bagi anak remaja, media elektronik merupakan sumber informasi penting

untuk mengetahui dunia sekeliling mereka. Jumlah informasi yang mereka

peroleh akan dapat meningkatkan wawasan serta membuat pola pikir mereka lebih

maju. Terlebih lagi mengingat model pendidikan saat ini adalah dengan

memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk mengembangkan

kemampuan, pola pikir mereka sebebas-bebasnya.

Namun dibalik semua kelebihan yang dihasilkan dari pekembangan

teknologi saat ini, rupanya ada banyak sisi negative dengan perkembangan

Page 32: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

teknologi yang rupanya semakin lama semakin tidak ketulungan ini Terlebih

pendidikan saat ini menerapkan pada anak didik untuk bisa berkembang sendiri

dengan mengandalkan tugas-tugas yang kebanyakan bentuknya berupa

mengandalkan diri melalui browsing dan yang lainnya.

Seperti internet. Baik mahasiswa maupun pelajar pada umumnya akan

lebih mengandalkan internet dalam memnuhi tugas mereka. Mereka tidak ingin

repot dengan pergi ke perpustakaan, mencari satu-persatu buku yang dibutuhkan.

Hal itu sangat tidak baik, karena dengan ketergantungan pada internet, akhirnya

akan mempengaruhi pola pikir mereka. Selain internet, ada juga televisi. Dengan

adanya televisi, anak-anak maupun remaja akan tumbuh menjadi orang yang tidak

kreatif karena hidup mereka akan banyak dihabiskan di depan televisi. Itu akan

menghabiskan banyak waktu dan masa produktif mereka. Dalam psikologi

misalnya, mereka akan menjadi pribadi yang tidak peka, mengabaikan keadaan

sekitar, bahkan kasus yang parah adalah, mereka akan meniru apa yang mereka

liaht melalui televise.

Dari semua pembahasan tentang media, maka media elektroniklah yang

saat ini memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Kita bahkan lebih

mempercayakan anak-anak didik kita pada media elektronik timbang pada diri

kita sendiri, sebagai seorang guru. Untuk itu, perlu adanya kerjasama antara

keluarga dan sekolah dalam membatasi hubungan anak dengan media elektronik,

karena media itu cukup menghambat guru dan keluarga dalam proses

pembentukan karakter pada anak.

6. Kebijakan tentang kualitas dan kwantitas guru

Penyertaan pendidikan dalam usaha pembangunan di semua bidang

sangatlah diperlukan. Hal ini bertujuan agar orang yang bersangkutan bisa

memberikan hasil yang memuaskan di dalam mengatasi berbagai macam

persoalan dan hajat hidup orang banyak. Sehingga dalam hal ini, pendidikan

haruslah mendapatkan perhatian khusus, termasuk prioritas pengembangannya.

Page 33: Makalah Landasan Pendidikan - Psikologi (Isu-isu pendidikan)

Jika mencermati sudut pandang pemerintah, pemerintah saat ini juga sudah

berupaya untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan yang ada. Salah satunya

adalah dengan mengubah-ubah kurikulum agar tetap relevan dengan zaman yang

ada. Seperti K-13 yang hingga saat ini masih menuai banyak permasalahan.

Namun perlu kita ingat, bahwa ujung tombak dari setiap kebijakan dan pendidikan

pada akhirnya berpulang pada makhluk yang bernama guru. Gurulah yang akan

melaksanakan segala bentuk pola, gerak, dan geliatnya perubahan kurikulum.

Seperti saat ini, saat berbagai macam model pembelajaran yang berrkaitan dengan

K-13 diuji cobakan, maka gurulah yang sangat berperan dalam melaksanakannya.

Masukan dari guru akan menjadi perbaikan, terutama pada model unsur

pembelajaran itu sendiri, juga pada komponen-komponen /unsur-unsur kurikulum

lainnya yang terkait dengan uji coba tersebut.