makalah field study

39
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang terpenting dalam aktivitas industri. Dalam aktivitas industri, seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dapat menghadapi potensial atau hazard yang mengcancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi dirinya, keluarga, maupun calon bayinya. Kejadian kecelakaan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan gangguan ekonomi dan gangguan kelancaran pekerjaan sehingga menurunkan produktivitas seorang pekerja, oleh karena itu saat ini diharapkan pada suatu industri tidak lagi terjadi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Seorang dokter yang nantinya bekerja diperusahaan diharapkan dapat mengenali semua bahaya potensial yang ada ditempat kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk mengenali hal tersebut, maka seorang mahasiswa kedokteran harus mendapat pengetahuan dan keterampilan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh. II. Dasar Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan : 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi 1

Upload: luthfan-dio-satria-bachri

Post on 29-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nnnn

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Field Study

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang terpenting dalam

aktivitas industri. Dalam aktivitas industri, seorang pekerja dalam melaksanakan

pekerjaannya dapat menghadapi potensial atau hazard yang mengcancam diri

pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi

dirinya, keluarga, maupun calon bayinya. Kejadian kecelakaan atau gangguan

kesehatan yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan gangguan ekonomi dan

gangguan kelancaran pekerjaan sehingga menurunkan produktivitas seorang

pekerja, oleh karena itu saat ini diharapkan pada suatu industri tidak lagi terjadi

kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

Seorang dokter yang nantinya bekerja diperusahaan diharapkan dapat mengenali

semua bahaya potensial yang ada ditempat kerja sehingga dapat mencegah

terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk mengenali hal tersebut,

maka seorang mahasiswa kedokteran harus mendapat pengetahuan dan

keterampilan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh.

II. Dasar Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan :

1. Tri Dharma Perguruan Tinggi

2. Program CHOP (Community Health Oriented Programe), Program BHP

(Behaviour and Humanity Program), CSP (Clinical Skills Programe) dan RP

(Research Programe)

III. Sasaran

Pabrik Tahu 2 Sawangan, Depok

Jalan Kel Cipayung, No.51, Cipayung. Depok, Jawa Barat

IV. Tujuan

Tujuan Umum :

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN

“VETERAN” Jakarta semester 4 khususnya dalam promosi kesehatan.

1

Page 2: Makalah Field Study

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi alur produksi dan bahaya potensial yang mungkin terjadi

2. Mengidentifikasi program – program yang dilakukan pabrik tahu untuk

mencegah bahaya potensial yang mungkin terjadi

3. Mengetahui evidence base tiap alur produksi, jumlah pekerja yang mengalami

PAK dan KAK.

V. Tahapan Pelaksanaan

1. Tahapan pembagian kelompok mahasiswa (kelompok kecil 5-6 orang) dan

didampingi oleh 1 pembimbing lapangan

2. Mahasiswa melakukan kunjungan lapangan ke perusahaan tahu 2

3. Mahasiswa melakukan pembuatan laporan

VI. Tata Tertib Kunjungan Lapangan

1. Mahasiswa harus memakai jaket fakultas

2. Mahasiswa harus datang sesuai waktu kunjungan yang telah ditentukan

2

Page 3: Makalah Field Study

BAB II

CHOP

2.1 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat

populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan

K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah

‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian.

Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific

approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu

program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja

dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan

ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko

(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang

mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko

kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 )

2.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu

dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident)

atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu

pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari

faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya

mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko

terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat

berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan

bekerja secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi

keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang

3

Page 4: Makalah Field Study

mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan

kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994).

Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja

b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c) Teliti dalam bekerja

d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan

kerja

2.1.2 Kesehatan Kerja

Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia

pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan.

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya berarti

terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna

sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan

adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan

hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Menurut Undang- Undang No 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang – Undang No 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,

sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomis.

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau

tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua

organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan

spiritual.

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan

sebagainya.

4

Page 5: Makalah Field Study

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan

rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar

alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual

dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain,

sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah

dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang

lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras suku, agama atau

kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran

dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam

arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong

terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal

2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja maupun penyakit umum.

2.2 Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja [PAK & PAHK]

General disease (penyakit umum) : penyakit yang mengenai pada masyarakat umum

(general disease). Misal : influenza, sakit kepala

Work related disease (penyakit terkait kerja) : penyakit yang berhubungan / terkait

dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan. Misal : asma, TBC,

hipertensi

Occupational disease (penyakit akibat kerja) : penyakit yang disebabkan karena

pekerjaannya / lingkungan kerja. Misal : keracunan Pb, asbestosis, silikosis.

Di Indonesia istilah / nama penyakit akibat kerja (occupational disease) ada 2 :

1. Penyakit akibat kerja

2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja

5

Page 6: Makalah Field Study

Prinsip : kedua penyakit adalah sama. Pada dasarnya penyakit aikbat kerja adalah

sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Perbedaannya hanya

pada :

Penyakit Akibat Kerja

- Diatur oleh Keputusan Mentri.

- Dasar : Keselamatan Kerja

- Meliputi 30 jenis penyakit

Penyakit Hubungan kerja

- Diatur dalam Kep.Pres. No.01/MEN/1981 No.22/KEPRES/1993

- Meliputi 31 jenis penyakit

- Dasar : dapat kompensasi ganti rugi

Kemungkinan penyakit yang timbul pada tenaga kerja :

1. Penyakit akibat kerja = penyakit yang timbul karena hubungan kerja (occupational

disease) berhak atas jaminan kecelakaan kerja (memperoleh santunan kompensasi)

COMPENSABLE

2. Work related disease (penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan) NON

COMPENSABLE

3. Diseases affecting working population / “General Disease” (penyakit yang

mempengaruhi populasi pekerja. “Penyakit Umum dijumpai juga pada masyarakat

umum) NON COMPENSABLE

2.2.1 Perbedaan Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja

Penyakit Akibat Kerja

Terjadi hanya diantara populasi pekerja (occurs mainly among working

population)

Penyebab spesifik.

Adanya paparan di tempat kerja merupakan hal yang penting

6

Page 7: Makalah Field Study

Tercatat dan mendapatkan ganti rugi (notifiable and compensable).

Penyakit Akibat Hubungan Kerja

Terjadi juga pada populasi penduduk (occurs largely in the community)

Penyebab multi faktor

Pemaparan di tempat kerja mungkin merupakan salah satu faktor

Mungkin tercatat dan mungkin dapat ganti rugi (maybe notifiable and

compensable)

2.2.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/1981

Kewajiban Melaporkan PAK

PAK : setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan / lingkungan kerja. Keadaan

ini harus dilaporkan paling lama 2 x 24 jam

2.2.3 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Pengurus perusahaan wajib:

- Melakukan tindakan preventif agar penyait akibat kerja tidak terulang

- Menyediakan alat pelindung diri untuk digunakan tenaga kerja

Tenaga kerja Wajib :

- Memberi keterangan pada dokter

- Memakai APD

- Memenuhi syarat pencegahan PAK

- Meminta kepada pengurus agar melaksanakan syarat pencegahan

Berhak : menyatakan keberatan kerja bila pencegahan PAK diragukan olehnya

2.2.4 Keppres RI No.22/1993 Tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja

Hak jaminan paling lama 3 tahun terhitung sejak hubungan kerja tersebut

berakhir.

7

Page 8: Makalah Field Study

2.2.5 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

o Faktor Fisik

o Faktor Kimia

o Faktor Biologi

o Faktor Ergonomi

o Faktor Psikologi

1. Faktor Fisik

kebisingan, suhu dan kelembaban, kecepatan aliran udara / angin, getaran /

vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetik dan tekanan udara /

atmosfir

2. Faktor Kimia

gas, uap, debu, kabut / mist. Fume asap, larutan dan zat padat.

3. Faktor Biologis

bakteri, virus, tumbuh-tumbuhan dan hewan

4. Faktor fisiologis

sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat

5. Faktor mental psikologis

suasana kerja, hubungan antara karyawan dan pengusaha pemilihan kerja

dan lain-lain

Merujuk pada Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit akibat

Hubungan Kerja, maka setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena

hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) baik pada saat masih

dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir

Batas pengajuan klaim bahwa tenaga kerja positif mengidap penyakit akibat hubungan

kerja adalah 3 tahun sejak tenaga kerja tersebut mengakhiri hubungan kerjanya, dengan

dilampiri hasil diagnosis dokter yang merawatnya.

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja.

8

Page 9: Makalah Field Study

2.2.6 Jenis Penyakit Akibat Hubungan Kerja

1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut.

2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan

oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan

oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun

8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.

11. Penyakit yang disebabkan olehr arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.

12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun.

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau

homolognya yang beracun.

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan

seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya

yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

9

Page 10: Makalah Field Study

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,

tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang

mengion.

26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau

biologik.

27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak

mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat

dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau

kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Adapun akibat yang muncul akibat kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan oleh

hubungan kerja dapat berupa :

a) Tidak mampu bekerja untuk sementara

b) Cacat sebagian untuk selama-lamanya

c) Cacat total untuk selama-lamanya

d) Cacat kehilangan fungsi organ

e) Meninggal dunia

Akibat lain yang berdampak pada pengusaha karena pekerjaanya terjangkit penyakit-penyakit

yang telah disebutkan diatas, dapat mempengatuhi kinerja dan produktivitas perusahaan,

sehingga keuntungan perusahaan jadi berkurang. Ini adalah bukti adanya korelasi

perlindungan K3 dengan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

10

Page 11: Makalah Field Study

2.3 Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatan merupakan upaya terakhir melindungi

diri dalam meminimalkan bahaya. Kewajiban menggunakan APD telah disepakati pemerintah melalui

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dengan industri selaku pelaku usaha. APD standar terdiri

dari (1) pelindung diri (2) pernapasan, (3) telinga, (4) mata, (5) kepala, (6) kaki, (7) pakaian

pelindung dan (8) sabuk pengaman karyawan baik di laboratorium, lapangan atau di proses pengolahan.

 

2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri dalam dunia industri dikenal Personal Protective Equipment (PPE) adalah

peralatan yang digunakan olehkaryawan untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya kecelakaan

kerja. APD merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko

kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

 

2.3.2 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri dibagi atas : (1) pelindung mata dan wajah, (2) pelindung pernapasan, (3)

pelindung kepala, (4) pelindung kaki, (5) pelindung tangan, (6) pelindung pendengaran,(7)

pelindung tubuh atau diri dan (8) sabut pengaman.

 

11

Page 12: Makalah Field Study

BAB III

HASIL KEGIATAN

I. Langkah-langkah Pembuatan Tahu

1. Pencucian Kacang Kedelai

2. Penggilingan Kacang

3. Perebusan

4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas

5. Penambahan Air Bibit

6. Pencetakan Tahu

7. Penggorengan Tahu

II. Bahaya Potensial

Bahaya potensial yang mungkin terjadi selama proses pembuatan tahu

1. Pencucian Kacang Kedelai

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencucian kacang adalah

berdasarkan aspek biologi yaitu air yang tidak bersih untuk pencucian serta

lingkungan pabrik yang kurang bersih. Tidak ada bahaya potensial lain yang

terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi

2. Penggilingan Kacang

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggilingan kacang adalah

berdasarkan aspek biologi yaitu alat yang tidak bersih dan banyak lalat

disekitar alat penggilingan kacang . Tidak ada bahaya potensial lain yang

terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi

3. Perebusan

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat perebusan adalah berdasarkan

aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi, dalam aspek biologi yaitu tempat

perebusan yang tidak steril, air rebusan yang tidak bersih, dan lingkungan yang

kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu alat perebusan yang tidak

aman, uap air yang dialirkan melalui pipa melalui atas dan adanya tetesan pada

pipa atas itu. Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia.

4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penyaringan dan pengambilan

ampas adalah berdasarkan aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi dan air

yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penyaringan tidak bersih, dan

12

Page 13: Makalah Field Study

dalam aspek ergonomi yaitu proses pemindahan hasil perebusan untuk

penyaringan pekerja tidak menggunakan APD serta saat pengambilan ampas

secara manual dengan menggunakan tangan si pekerja langsung tanpa

menggunakan alat bantu.

5. Penambahan Air Bibit

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penambahan air bibit adalah

berdasarkan aspek kimia yaitu air bibit (biyang tahu) yang digunakan tidak

diketahui indikasinya, dalam aspek fisika yaitu uap yang panas dan air yang

panas disekitar tempat penambahan air bibit, dalam aspek biologi yaitu tempat

air bibit yang tidak bersih, serta pemindahan biyang tahu yang tidak bersih,

dalam aspek ergonomi yaitu penggunaan alat untuk pemindahan air bibit yang

tidak sesuai dengan alat yang seharusnya.

6. Pencetakan Tahu

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencetakan tahu adalah dalam

aspek biologi yaitu penggunaan alat pencetakan tahu yang tidak bersih,

banyaknya lalat disekitar tempat pencetakan tahu, serta lingkungan yang

kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan

APD.

7. Penggorengan Tahu

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggorengan tahu adalah dalam

aspek kimia yaitu minyak yang tidak bersih serta terdapat banyak abu disekitar

penggorengan, dalam aspek fisika yaitu suhu disekitar tempat penggorengan

tahu yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penggorengan yang tidak

bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan APD serta

tempat penggorengan tahu yang dekat dengan tempat pembakaran kayu bakar.

13

Page 14: Makalah Field Study

BAB IV

PEMBAHASAN

Resiko Penyakit Atau Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bahaya Potensial Yang Mungkin

Terjadi Selama Proses Pembuatan Tahu :

1. Pencucian Kacang Kedelai

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Diare

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan penggunaan air yang

tidak bersih untuk pencucian kacang kedelai. Llingkungan di sekitar tempat

pencucian kacang kedelai juga tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko

timbulnya gangguan pencernaan bagi konsumen tahu tersebut, dan juga bagi pekerja

apabila sehabis melakukan pekerjaan pekerja tidak mencuci tangan dengan air yang

bersih. ( Faktor biologi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih

untuk proses pencucian kacang kedelai dan menyeterilkan area di sekitar

tempat pencucian kacang kedelai.

2. Penggilingan Kacang Kedelai

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Gangguan Pencernaan

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan alat penggilingan kacang

kedelai tidak bersih dan berkarat serta banyak lalat yang hinggap di kacang kedelai

saat penggilingan, sehingga bisa menyebabkan gangguan pencernaan bagi konsumen

tahu tersebut, dan juga bagi pekerja apabila tidak mencuci tangan sebelum makan.

( Faktor biologi )

Pengendalian:

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Alat penggilingan sebaiknya dibersihkan secara berkala.

14

Page 15: Makalah Field Study

- Kebakaran Pabrik

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan alat penggilingan yang

sudah tidak layak pakai yang bisa menimbulkan arus pendek listrik sehingga

memicu terjadinya kebakaran. ( Faktor ergonomi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Pihak pabrik sebaiknya mengganti alat penggilingan kacang tersebut

dan menyediakan alat pemadam api ringan ( APAR ) untuk mencegah

terjadinya kebakaran.

3. Perebusan Kacang Kedelai

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Dehidrasi

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, suhu tinggi di lingkungan kerja

pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak

diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi. ( Faktor

fisika )

Pengendalian :

a. Pabrik : Menyediakan air minum galon.

b. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.

- Gangguan Pencernaan

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan penggunaan air yang

tidak bersih untuk merebus kacang kedelai dan lingkungan di sekitar tempat

perebusan kacang tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko timbulkan gangguan

pencernaan bagi konsumen tahu tersebut. Dan juga pada pekerja apabila pekerja

tidak mencuci tangan dengan air yang bersih sebelum makan. Selain itu pihak pabrik

tidak menjaga kebersihan alat yang digunakan untuk merebus kacang kedelainya.

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih

untuk proses perebusan kacang kedelai dan gunakan alat merebus yang bersih.

15

Page 16: Makalah Field Study

- Luka Bakar

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, pipa yang digunakan untuk

menyalurkan uap panas yang diperlukan untuk perebusan kacang kedelai sangat

membahayakan pekerjanya. Tetesan air dari pipa uap yang menggantung di atas

bisa menetes mengenai pekerja sehingga bisa menyebabkan luka bakar dan bahan

pipa yang digunakan rawan berkarat dan mudah bocor. ( Faktor ergonomi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Sebaiknya pihak pabrik membuat pipa saluran uap yang lokasinya

tidak membahayakan pekerja dan menggunakan bahan yang aman dan tidak

mudah berkarat dan bocor.

4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Dehidrasi

Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu

tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami

hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan

mengalami dehidrasi.

Pengendalian :

a. Pabrik : Menyediakan air minum galon

b. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.

- Luka Bakar

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, saat memindahkan hasil

penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan

pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat

proses tesebut. ( Faktor ergonomi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

16

Page 17: Makalah Field Study

b. Saran : Pekerja sebaiknya menggunakan alat pemindah yang mengandung

bahan isolator yang tidak bisa menghantarkan panas, sehingga tidak

membahayakan pekerja.

- Low Back Pain

Proses pemindahan dan pegangkatan ampas tahu yang sangat berat, tetapi pekerja

hanya melakukan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan alat dapat menyebakan

gangguan tulang belakang. ( Faktor ergonomi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Pengangkatan ampas tahu yang berat tersebut tidak dilakukan

sendirian dan secara berulang-ulang. Sebaiknya dilakukan secara bergantian

dan juga menggunakan alat bantu.

5. Percampumparan Air Bibit Dengan Hasil Penyaringan

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Gangguan Pencernaan :

Berdasarkan bahaya potensial yang kami dapat, kemungkinan air bibit mengandung

bahan kimia yang berbahaya dan tempat penampungan air bibitnya tidak steril.

Sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada konsumen, dan juga pada

pekerja apabila setelah melakukan pekerjaan tersebut tidak mencuci tangan. ( Faktor

kimia )

Pengendalian :

a. Pabrik : mengganti air atau biang bibit satu hari sekali

b. Saran : menggunakan alat penampungan bibit yang steril, atau melakukan

pembersihan alat bibit yang rutin.

- Dehidrasi

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, suhu tinggi di lingkungan kerja

pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak

diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi. ( Faktor

biologi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Menyediakan air minum galon

17

Page 18: Makalah Field Study

b. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.

6. Pencetakan Tahu

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Luka Bakar

Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, saat memindahkan hasil

penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan

pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat

proses tesebut. ( Faktor ergonomi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Sebaiknya dari pihak pabrik menyediakan sarung tangan anti panas

7. Penggorengan Tahu

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) :

Banyak abu dan debu bekas sisa pembakaran kayu disekitar penggorengan sangat

memungkinkan untuk terhirup oleh pekerja, sehingga menimbulkan gangguan

saluran pernapasan atas, dan apabila dalam jangka panjang dapat menyebabkan

PPOK dan Bronkitis Kronik. ( Faktor biologi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Memindahkan tempat penggorengan tahu ke tempat yang jauh dari

pembakaran kayu.

- Kanker

Minyak sudah digunakan berulang ulang kali dan tidak diganti dengan yang baru,

karena minyak yang tidak diganti merupakan karsinogen ( zat pencetus kanker ).

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Minyak diganti secara rutin

- Luka Bakar

18

Page 19: Makalah Field Study

Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat penggorengan tahu dan

menggunakan spatula yang pendek yang beresiko terkena cipratan minyak panas

yang dapat menyebabkan luka lepuh. ( Faktor ergonomi )

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak ada

b. Saran : Menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan penggorengan

tahu serta menggunakan spatula yang lebih panjang dan sesuai.

19

Page 20: Makalah Field Study

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Bahaya potensial yang paling banyak ditemukan di pabrik tahu di kelurahan

Kelurahan Cipayung, Sawangan Depok, Jawa Barat, adalah faktor biologi, yaitu kebersihan

lingkungan kerja sangat kurang dalam proses pembuatan tahu tersebut. faktor fisika, yaitu

adanya uap air panas yang ada di tempat tersebut, yang dapat mengenai pekerja yang tidak

menggunakan pakaian pelindung saat melakukakan pekerjaan.

Hal tersebut memungkinkan para pekerja terkena penyakit akibat kerja seperti,

gangguan pencernaan karena lingkungan yang tidak bersih dan luka bakar karena banyaknya

uap panas disekitar pekerja yang tidak menggunakan alat perlindungan diri.

Saran

1. Faktor biologi

Menyediakan sumber air bersih

Menjaga kebersihan lingkungan kerja

Mengadakan kerja bakti minimal seminggu sekali

Menyediakan tempat sampah

2. Faktor fisika

Melakukan perawatan berkala pada mesin

Memindahkan pipa saluran uap ke tempat yang lebih aman dan tidak mudah

bocor dan berkarat

3. Faktor ergonomi

Menyediakan pendingin udara

Menggunakan alat perlindungan diri

Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR)

20

Page 21: Makalah Field Study

21

Page 22: Makalah Field Study

DAFTAR PUSTAKA

1. "PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI"

(pdf). Diakses 2012-08-05.

2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1441/1/07002748.pdf

22

Page 23: Makalah Field Study

LAMPIRAN

Tempat penyimpanan dan pencucian kacang yang belum diolah

Proses Penggilingan Kacang Kedelai

Proses Perbusan Kacang Kedelai

23

Page 24: Makalah Field Study

Proses Penyaringan Air dan Ampas Tahu

24

Page 25: Makalah Field Study

Proses Pemberian bibit tahu

25

Page 26: Makalah Field Study

26

Page 27: Makalah Field Study

Poese Pencetakan tahu

Tahu yang Sudah Tercetak

27

Page 28: Makalah Field Study

28

Page 29: Makalah Field Study

Tempat Penggorengan Tahu

29

Page 30: Makalah Field Study

30