makalah field study
DESCRIPTION
nnnnTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang terpenting dalam
aktivitas industri. Dalam aktivitas industri, seorang pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya dapat menghadapi potensial atau hazard yang mengcancam diri
pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi
dirinya, keluarga, maupun calon bayinya. Kejadian kecelakaan atau gangguan
kesehatan yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan gangguan ekonomi dan
gangguan kelancaran pekerjaan sehingga menurunkan produktivitas seorang
pekerja, oleh karena itu saat ini diharapkan pada suatu industri tidak lagi terjadi
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
Seorang dokter yang nantinya bekerja diperusahaan diharapkan dapat mengenali
semua bahaya potensial yang ada ditempat kerja sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk mengenali hal tersebut,
maka seorang mahasiswa kedokteran harus mendapat pengetahuan dan
keterampilan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh.
II. Dasar Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan :
1. Tri Dharma Perguruan Tinggi
2. Program CHOP (Community Health Oriented Programe), Program BHP
(Behaviour and Humanity Program), CSP (Clinical Skills Programe) dan RP
(Research Programe)
III. Sasaran
Pabrik Tahu 2 Sawangan, Depok
Jalan Kel Cipayung, No.51, Cipayung. Depok, Jawa Barat
IV. Tujuan
Tujuan Umum :
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN
“VETERAN” Jakarta semester 4 khususnya dalam promosi kesehatan.
1
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi alur produksi dan bahaya potensial yang mungkin terjadi
2. Mengidentifikasi program – program yang dilakukan pabrik tahu untuk
mencegah bahaya potensial yang mungkin terjadi
3. Mengetahui evidence base tiap alur produksi, jumlah pekerja yang mengalami
PAK dan KAK.
V. Tahapan Pelaksanaan
1. Tahapan pembagian kelompok mahasiswa (kelompok kecil 5-6 orang) dan
didampingi oleh 1 pembimbing lapangan
2. Mahasiswa melakukan kunjungan lapangan ke perusahaan tahu 2
3. Mahasiswa melakukan pembuatan laporan
VI. Tata Tertib Kunjungan Lapangan
1. Mahasiswa harus memakai jaket fakultas
2. Mahasiswa harus datang sesuai waktu kunjungan yang telah ditentukan
2
BAB II
CHOP
2.1 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat
populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah
‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian.
Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu
program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja
dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan
ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang
mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko
kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 )
2.1.1 Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident)
atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu
pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya
mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko
terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan
bekerja secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang
3
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan
kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994).
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan
kerja
2.1.2 Kesehatan Kerja
Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia
pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan.
Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya berarti
terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna
sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan
adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Menurut Undang- Undang No 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang – Undang No 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua
organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya.
4
c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan
rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar
alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual
dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain,
sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah
dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong
terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal
2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun penyakit umum.
2.2 Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja [PAK & PAHK]
General disease (penyakit umum) : penyakit yang mengenai pada masyarakat umum
(general disease). Misal : influenza, sakit kepala
Work related disease (penyakit terkait kerja) : penyakit yang berhubungan / terkait
dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan. Misal : asma, TBC,
hipertensi
Occupational disease (penyakit akibat kerja) : penyakit yang disebabkan karena
pekerjaannya / lingkungan kerja. Misal : keracunan Pb, asbestosis, silikosis.
Di Indonesia istilah / nama penyakit akibat kerja (occupational disease) ada 2 :
1. Penyakit akibat kerja
2. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
5
Prinsip : kedua penyakit adalah sama. Pada dasarnya penyakit aikbat kerja adalah
sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Perbedaannya hanya
pada :
Penyakit Akibat Kerja
- Diatur oleh Keputusan Mentri.
- Dasar : Keselamatan Kerja
- Meliputi 30 jenis penyakit
Penyakit Hubungan kerja
- Diatur dalam Kep.Pres. No.01/MEN/1981 No.22/KEPRES/1993
- Meliputi 31 jenis penyakit
- Dasar : dapat kompensasi ganti rugi
Kemungkinan penyakit yang timbul pada tenaga kerja :
1. Penyakit akibat kerja = penyakit yang timbul karena hubungan kerja (occupational
disease) berhak atas jaminan kecelakaan kerja (memperoleh santunan kompensasi)
COMPENSABLE
2. Work related disease (penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan) NON
COMPENSABLE
3. Diseases affecting working population / “General Disease” (penyakit yang
mempengaruhi populasi pekerja. “Penyakit Umum dijumpai juga pada masyarakat
umum) NON COMPENSABLE
2.2.1 Perbedaan Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Terjadi hanya diantara populasi pekerja (occurs mainly among working
population)
Penyebab spesifik.
Adanya paparan di tempat kerja merupakan hal yang penting
6
Tercatat dan mendapatkan ganti rugi (notifiable and compensable).
Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Terjadi juga pada populasi penduduk (occurs largely in the community)
Penyebab multi faktor
Pemaparan di tempat kerja mungkin merupakan salah satu faktor
Mungkin tercatat dan mungkin dapat ganti rugi (maybe notifiable and
compensable)
2.2.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 01/MEN/1981
Kewajiban Melaporkan PAK
PAK : setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan / lingkungan kerja. Keadaan
ini harus dilaporkan paling lama 2 x 24 jam
2.2.3 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pengurus perusahaan wajib:
- Melakukan tindakan preventif agar penyait akibat kerja tidak terulang
- Menyediakan alat pelindung diri untuk digunakan tenaga kerja
Tenaga kerja Wajib :
- Memberi keterangan pada dokter
- Memakai APD
- Memenuhi syarat pencegahan PAK
- Meminta kepada pengurus agar melaksanakan syarat pencegahan
Berhak : menyatakan keberatan kerja bila pencegahan PAK diragukan olehnya
2.2.4 Keppres RI No.22/1993 Tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja
Hak jaminan paling lama 3 tahun terhitung sejak hubungan kerja tersebut
berakhir.
7
2.2.5 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
o Faktor Fisik
o Faktor Kimia
o Faktor Biologi
o Faktor Ergonomi
o Faktor Psikologi
1. Faktor Fisik
kebisingan, suhu dan kelembaban, kecepatan aliran udara / angin, getaran /
vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetik dan tekanan udara /
atmosfir
2. Faktor Kimia
gas, uap, debu, kabut / mist. Fume asap, larutan dan zat padat.
3. Faktor Biologis
bakteri, virus, tumbuh-tumbuhan dan hewan
4. Faktor fisiologis
sikap dan cara kerja, jam kerja dan istirahat
5. Faktor mental psikologis
suasana kerja, hubungan antara karyawan dan pengusaha pemilihan kerja
dan lain-lain
Merujuk pada Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit akibat
Hubungan Kerja, maka setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena
hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) baik pada saat masih
dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir
Batas pengajuan klaim bahwa tenaga kerja positif mengidap penyakit akibat hubungan
kerja adalah 3 tahun sejak tenaga kerja tersebut mengakhiri hubungan kerjanya, dengan
dilampiri hasil diagnosis dokter yang merawatnya.
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
8
2.2.6 Jenis Penyakit Akibat Hubungan Kerja
1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan olehr arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzene atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
9
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Adapun akibat yang muncul akibat kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan oleh
hubungan kerja dapat berupa :
a) Tidak mampu bekerja untuk sementara
b) Cacat sebagian untuk selama-lamanya
c) Cacat total untuk selama-lamanya
d) Cacat kehilangan fungsi organ
e) Meninggal dunia
Akibat lain yang berdampak pada pengusaha karena pekerjaanya terjangkit penyakit-penyakit
yang telah disebutkan diatas, dapat mempengatuhi kinerja dan produktivitas perusahaan,
sehingga keuntungan perusahaan jadi berkurang. Ini adalah bukti adanya korelasi
perlindungan K3 dengan efektivitas dan efisiensi perusahaan.
10
2.3 Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatan merupakan upaya terakhir melindungi
diri dalam meminimalkan bahaya. Kewajiban menggunakan APD telah disepakati pemerintah melalui
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dengan industri selaku pelaku usaha. APD standar terdiri
dari (1) pelindung diri (2) pernapasan, (3) telinga, (4) mata, (5) kepala, (6) kaki, (7) pakaian
pelindung dan (8) sabuk pengaman karyawan baik di laboratorium, lapangan atau di proses pengolahan.
2.3.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri dalam dunia industri dikenal Personal Protective Equipment (PPE) adalah
peralatan yang digunakan olehkaryawan untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya kecelakaan
kerja. APD merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
2.3.2 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri dibagi atas : (1) pelindung mata dan wajah, (2) pelindung pernapasan, (3)
pelindung kepala, (4) pelindung kaki, (5) pelindung tangan, (6) pelindung pendengaran,(7)
pelindung tubuh atau diri dan (8) sabut pengaman.
11
BAB III
HASIL KEGIATAN
I. Langkah-langkah Pembuatan Tahu
1. Pencucian Kacang Kedelai
2. Penggilingan Kacang
3. Perebusan
4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas
5. Penambahan Air Bibit
6. Pencetakan Tahu
7. Penggorengan Tahu
II. Bahaya Potensial
Bahaya potensial yang mungkin terjadi selama proses pembuatan tahu
1. Pencucian Kacang Kedelai
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencucian kacang adalah
berdasarkan aspek biologi yaitu air yang tidak bersih untuk pencucian serta
lingkungan pabrik yang kurang bersih. Tidak ada bahaya potensial lain yang
terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi
2. Penggilingan Kacang
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggilingan kacang adalah
berdasarkan aspek biologi yaitu alat yang tidak bersih dan banyak lalat
disekitar alat penggilingan kacang . Tidak ada bahaya potensial lain yang
terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi
3. Perebusan
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat perebusan adalah berdasarkan
aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi, dalam aspek biologi yaitu tempat
perebusan yang tidak steril, air rebusan yang tidak bersih, dan lingkungan yang
kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu alat perebusan yang tidak
aman, uap air yang dialirkan melalui pipa melalui atas dan adanya tetesan pada
pipa atas itu. Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia.
4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penyaringan dan pengambilan
ampas adalah berdasarkan aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi dan air
yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penyaringan tidak bersih, dan
12
dalam aspek ergonomi yaitu proses pemindahan hasil perebusan untuk
penyaringan pekerja tidak menggunakan APD serta saat pengambilan ampas
secara manual dengan menggunakan tangan si pekerja langsung tanpa
menggunakan alat bantu.
5. Penambahan Air Bibit
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penambahan air bibit adalah
berdasarkan aspek kimia yaitu air bibit (biyang tahu) yang digunakan tidak
diketahui indikasinya, dalam aspek fisika yaitu uap yang panas dan air yang
panas disekitar tempat penambahan air bibit, dalam aspek biologi yaitu tempat
air bibit yang tidak bersih, serta pemindahan biyang tahu yang tidak bersih,
dalam aspek ergonomi yaitu penggunaan alat untuk pemindahan air bibit yang
tidak sesuai dengan alat yang seharusnya.
6. Pencetakan Tahu
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencetakan tahu adalah dalam
aspek biologi yaitu penggunaan alat pencetakan tahu yang tidak bersih,
banyaknya lalat disekitar tempat pencetakan tahu, serta lingkungan yang
kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan
APD.
7. Penggorengan Tahu
Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggorengan tahu adalah dalam
aspek kimia yaitu minyak yang tidak bersih serta terdapat banyak abu disekitar
penggorengan, dalam aspek fisika yaitu suhu disekitar tempat penggorengan
tahu yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penggorengan yang tidak
bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan APD serta
tempat penggorengan tahu yang dekat dengan tempat pembakaran kayu bakar.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Resiko Penyakit Atau Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bahaya Potensial Yang Mungkin
Terjadi Selama Proses Pembuatan Tahu :
1. Pencucian Kacang Kedelai
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- Diare
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan penggunaan air yang
tidak bersih untuk pencucian kacang kedelai. Llingkungan di sekitar tempat
pencucian kacang kedelai juga tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko
timbulnya gangguan pencernaan bagi konsumen tahu tersebut, dan juga bagi pekerja
apabila sehabis melakukan pekerjaan pekerja tidak mencuci tangan dengan air yang
bersih. ( Faktor biologi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih
untuk proses pencucian kacang kedelai dan menyeterilkan area di sekitar
tempat pencucian kacang kedelai.
2. Penggilingan Kacang Kedelai
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- Gangguan Pencernaan
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan alat penggilingan kacang
kedelai tidak bersih dan berkarat serta banyak lalat yang hinggap di kacang kedelai
saat penggilingan, sehingga bisa menyebabkan gangguan pencernaan bagi konsumen
tahu tersebut, dan juga bagi pekerja apabila tidak mencuci tangan sebelum makan.
( Faktor biologi )
Pengendalian:
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Alat penggilingan sebaiknya dibersihkan secara berkala.
14
- Kebakaran Pabrik
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan alat penggilingan yang
sudah tidak layak pakai yang bisa menimbulkan arus pendek listrik sehingga
memicu terjadinya kebakaran. ( Faktor ergonomi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Pihak pabrik sebaiknya mengganti alat penggilingan kacang tersebut
dan menyediakan alat pemadam api ringan ( APAR ) untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
3. Perebusan Kacang Kedelai
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- Dehidrasi
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, suhu tinggi di lingkungan kerja
pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak
diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi. ( Faktor
fisika )
Pengendalian :
a. Pabrik : Menyediakan air minum galon.
b. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.
- Gangguan Pencernaan
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, didapatkan penggunaan air yang
tidak bersih untuk merebus kacang kedelai dan lingkungan di sekitar tempat
perebusan kacang tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko timbulkan gangguan
pencernaan bagi konsumen tahu tersebut. Dan juga pada pekerja apabila pekerja
tidak mencuci tangan dengan air yang bersih sebelum makan. Selain itu pihak pabrik
tidak menjaga kebersihan alat yang digunakan untuk merebus kacang kedelainya.
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih
untuk proses perebusan kacang kedelai dan gunakan alat merebus yang bersih.
15
- Luka Bakar
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, pipa yang digunakan untuk
menyalurkan uap panas yang diperlukan untuk perebusan kacang kedelai sangat
membahayakan pekerjanya. Tetesan air dari pipa uap yang menggantung di atas
bisa menetes mengenai pekerja sehingga bisa menyebabkan luka bakar dan bahan
pipa yang digunakan rawan berkarat dan mudah bocor. ( Faktor ergonomi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Sebaiknya pihak pabrik membuat pipa saluran uap yang lokasinya
tidak membahayakan pekerja dan menggunakan bahan yang aman dan tidak
mudah berkarat dan bocor.
4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- Dehidrasi
Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu
tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami
hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan
mengalami dehidrasi.
Pengendalian :
a. Pabrik : Menyediakan air minum galon
b. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.
- Luka Bakar
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, saat memindahkan hasil
penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan
pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat
proses tesebut. ( Faktor ergonomi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
16
b. Saran : Pekerja sebaiknya menggunakan alat pemindah yang mengandung
bahan isolator yang tidak bisa menghantarkan panas, sehingga tidak
membahayakan pekerja.
- Low Back Pain
Proses pemindahan dan pegangkatan ampas tahu yang sangat berat, tetapi pekerja
hanya melakukan pekerjaannya sendiri tanpa bantuan alat dapat menyebakan
gangguan tulang belakang. ( Faktor ergonomi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Pengangkatan ampas tahu yang berat tersebut tidak dilakukan
sendirian dan secara berulang-ulang. Sebaiknya dilakukan secara bergantian
dan juga menggunakan alat bantu.
5. Percampumparan Air Bibit Dengan Hasil Penyaringan
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- Gangguan Pencernaan :
Berdasarkan bahaya potensial yang kami dapat, kemungkinan air bibit mengandung
bahan kimia yang berbahaya dan tempat penampungan air bibitnya tidak steril.
Sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada konsumen, dan juga pada
pekerja apabila setelah melakukan pekerjaan tersebut tidak mencuci tangan. ( Faktor
kimia )
Pengendalian :
a. Pabrik : mengganti air atau biang bibit satu hari sekali
b. Saran : menggunakan alat penampungan bibit yang steril, atau melakukan
pembersihan alat bibit yang rutin.
- Dehidrasi
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, suhu tinggi di lingkungan kerja
pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak
diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi. ( Faktor
biologi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Menyediakan air minum galon
17
b. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.
6. Pencetakan Tahu
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- Luka Bakar
Berdasarkan bahaya potensial yang kami amati, saat memindahkan hasil
penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan
pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat
proses tesebut. ( Faktor ergonomi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Sebaiknya dari pihak pabrik menyediakan sarung tangan anti panas
7. Penggorengan Tahu
Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :
- ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) :
Banyak abu dan debu bekas sisa pembakaran kayu disekitar penggorengan sangat
memungkinkan untuk terhirup oleh pekerja, sehingga menimbulkan gangguan
saluran pernapasan atas, dan apabila dalam jangka panjang dapat menyebabkan
PPOK dan Bronkitis Kronik. ( Faktor biologi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Memindahkan tempat penggorengan tahu ke tempat yang jauh dari
pembakaran kayu.
- Kanker
Minyak sudah digunakan berulang ulang kali dan tidak diganti dengan yang baru,
karena minyak yang tidak diganti merupakan karsinogen ( zat pencetus kanker ).
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Minyak diganti secara rutin
- Luka Bakar
18
Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat penggorengan tahu dan
menggunakan spatula yang pendek yang beresiko terkena cipratan minyak panas
yang dapat menyebabkan luka lepuh. ( Faktor ergonomi )
Pengendalian :
a. Pabrik : Tidak ada
b. Saran : Menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan penggorengan
tahu serta menggunakan spatula yang lebih panjang dan sesuai.
19
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Bahaya potensial yang paling banyak ditemukan di pabrik tahu di kelurahan
Kelurahan Cipayung, Sawangan Depok, Jawa Barat, adalah faktor biologi, yaitu kebersihan
lingkungan kerja sangat kurang dalam proses pembuatan tahu tersebut. faktor fisika, yaitu
adanya uap air panas yang ada di tempat tersebut, yang dapat mengenai pekerja yang tidak
menggunakan pakaian pelindung saat melakukakan pekerjaan.
Hal tersebut memungkinkan para pekerja terkena penyakit akibat kerja seperti,
gangguan pencernaan karena lingkungan yang tidak bersih dan luka bakar karena banyaknya
uap panas disekitar pekerja yang tidak menggunakan alat perlindungan diri.
Saran
1. Faktor biologi
Menyediakan sumber air bersih
Menjaga kebersihan lingkungan kerja
Mengadakan kerja bakti minimal seminggu sekali
Menyediakan tempat sampah
2. Faktor fisika
Melakukan perawatan berkala pada mesin
Memindahkan pipa saluran uap ke tempat yang lebih aman dan tidak mudah
bocor dan berkarat
3. Faktor ergonomi
Menyediakan pendingin udara
Menggunakan alat perlindungan diri
Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR)
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. "PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI"
(pdf). Diakses 2012-08-05.
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1441/1/07002748.pdf
22
LAMPIRAN
Tempat penyimpanan dan pencucian kacang yang belum diolah
Proses Penggilingan Kacang Kedelai
Proses Perbusan Kacang Kedelai
23
Proses Penyaringan Air dan Ampas Tahu
24
Proses Pemberian bibit tahu
25
26
Poese Pencetakan tahu
Tahu yang Sudah Tercetak
27
28
Tempat Penggorengan Tahu
29
30