makalah field study kelompok 14
DESCRIPTION
tugas puskesmasTRANSCRIPT
LAPORAN MAKALAH
FIELD STUDY
TINGKAT III SEMESTER VI TA 2014-2015
Kelompok 14
Disusun oleh :
Ady Prasojo 121 0211 202
Helsa Lukmana 121 0211 188
Alfin Caesario 121 0211 090
Imam Muhammad R 121 0211 059
Muhammad Nurrohman 121 0211 159
Fakultas Kedokteran “UPN” Veteran Jakarta
Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450
www.upnvj.ac.id
1
LEMBAR PENGESAHAN
Tulisan makalah ini mendapat persetujuan dari :
Pembimbing Field Study
dr. Lucy Widasari
2
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas Allah SWT yang berkat rahmat serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Field Study ini dengan lancar dan tepat waktu.
Dimana dalam pengumpulan makalah ini dilakukan di Puskesmas Beji Depok, pada
tanggal 18 Mei yang lalu. Banyak pihak yang membantu di dalam penyusunan makalah
kelompok kami ini.
Oleh sebab itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dr.
Lucy Widasari yang telah memberi kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai bagian
dari pembelajaran yang dilakukan sesuai kurikulum. Kami juga berterima kasih kepada pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
memohon maaf atas kekurangan dan kesalahan di dalam penulisan karya tulis ini dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyusunan makalah pada waktu yang
akan datang.
Jakarta, Mei 2015
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
Cover .......................................................................................... 1
Lembar Pengesahan........................................................................................... ...... 2
Kata Pengantar....................................................................................... ...... 3
Daftar Isi ................................................................................................. 4
Bab 1 : Pendahuluan .................................................................................... 5
Bab 2 : Landasan Teori .................................................................................... 8
Bab 3 : Pembahasan .................................................................................... 23
Bab 4 : Penutup .................................................................................... 50
Daftar Pustaka ................................................................................... ...... 51
4
BAB IPENDAHULUAN
1.1.Latar Belakangkese
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga dalam kehidupan manusia.
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang selalu mengalami perubahan dan
perkembangan terutama pada masa reformasi saat ini. Dengan adanya reformasi di
bidang kesehatan maka saat ini paradigma pelayanan kesehatan difokuskan pada upaya
preventif dan promotif. Paradigma itu dalam jangka waktu yang panjang mampu
mengubah daya pikir masayarakat agar mampu mendorong masyarakat bertindak secara
mandiri dalam menjaga kesehatan
Reformasi turut mendorong adanya otonomi daerah yang merupakan awal yang
sangat baik bagi daerah dalam menata kembali sistem kesehatan dan manajemen
kesehatan. Kabupaten/kota saat ini sedang memusatkan pelayanan kesehatan dalam
upaya preventif dan promotif. Melalui pelayanan puskemas salah satunya, bagaimana
didalam sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas kita dapat mengenal apa itu
administrasi kesehatan.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di
indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya
perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang
optimal.Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya
pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam
sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya
kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan
5
inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan
melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan
upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan puskesmas
pembantu serta puskesmas keliling. Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir
tahun 2009 sebanyak 8.737 unit dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.704 unit
dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.033 unit. Salah satu indikator yang digunakan
untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas
per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2005 hingga 2009, rasio ini menunjukkan
adanya peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar
3,50 pada tahun 2009 meningkat menjadi 3,78.
Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat, puskesmas belum dimanfaatkan
secara maksimal. Kemungkinan besar karena masalah terbatasnya fasilitas yang ada dan
jarak fasilitas yang cukup jauh. Pemerataan pelayanan yang belum baik, mutu pelayanan
yang belum optimal sehingga belum mampu memuaskan masyarakat, inefisiensi dan
inefektivitas, pola pembiayaan dan pelayanan yang kurang baik, mutu sumber daya
manusia yang memberikan pelayanan masyarakat masih rendah, ketersediaan dan bahan
peralatan yang kurang dan tidak sesuai dengan penggunaannya.
1.2.Rumusan MasalahBagaimana keberlangsungan administrasi kesehatan yang telah berlangsung di Puskesmas khususnya di Puskesmas Beji, Depok
1.3.Tujuan
1.3.1 Tujuan UmumDiperolehnya gambaran mengenai sistem administrasi kesehatan di Puskesmas
Beji, Depok
1.3.2 Tujuan Khusus
6
a. Mengetahui visi misi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan daerah
guna tercapainya pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yang sesuai
dengan dasar didirikannya Puskesmas Beji, Depok
b. Mengetahui struktur organisasi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
daerah di Puskesmas Beji, Depok
c. Mengetahui seberapa luas cangkupan wilayah yang menjadi lingkup upaya
promotif serta preventif pelayanan kesehatan Puskemas Beji, Depok
7
BAB IILANDASAN TEORI
2.1.Administrasi Kesehatan
Administrasi Menurut Dwight Waldo dalam bukunya ”The Study of Public Administrasi”
(1995) disebutkan bahwa administrasi ialah kegiatan kerjasama secara rasional yang
tercermin pada pengelompokkan kegiatan menurut fungsi yang dilakukan. Sedangkan
menurut Robert D. Calkins dalam bukunya “The art of Administration and the art of
science” (1959) menyebutkan administrasi sebagai kombinasi antara pengambilan
keputusan dengan pelaksanaan dari keputusan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Olehnya selanjutnya disebutkan bahwa dalam administrasi ada tiga unsur
pokok yang harus terpenuhi :
1. Menetapkantujuan yang ingindicapai
2. Memilih jalan yang akan ditempuh atau alat yang akan dipergunakan
3. Mengarahkan manusia atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan tersebut.
Fungsi adaministrasi dibedakan atas 4 macam yakni :
1. Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan
2. Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff
3. Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
4. Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat
dicapai atau tidak.
Administrasi kesehatan adalah suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian terhadap
8
sumber, tatacara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan
menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada
perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Fungsi administrasi kesehatan yang berkaitan dengan tujuan subsistem manajemen
kesehatan tersebut adalah :
1. Perencanaan (Planning)
Suatu kegiatan atau proses penganalisisan, pemahaman sistem, penyusunan
konsepdan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan demi masa depan
yang lebih baik.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai macam
kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating).
Usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
4. Pengawasandan Pengendalian (Controlling)
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan
2.2.Puskesmas
2.2.1 KONSEP PUSKESMAS
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kesehatan.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
9
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten / kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi apabila di satu
Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan
kabupaten/kota.
2.2.2 FUNGSI PUSKESMAS
Puskemas sebagai penyedia pelayanan kesehatan ditingkat Kecamatan mempunyai 3 ( tiga )fungsi
yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di dilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat
ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya
masyarakat setempat.
10
c. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi:
a) Pelayan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
2.2.3 PROGRAM POKOK PELAYANAN PUSKESMAS
Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar gedung, menurut jumlah
sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status puskesmas, perawatan atau non perawatan, bisa
melaksanakan kegiatan pokok, maupun pengembangan, tergantung kemampuan sumber daya manusia
dan sumber daya material. Adapun 9 (sembilan) program pokok tersebut meliputi :
a. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan, Survey Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu
b. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu Burung,
Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyuluhan
Penyakit Menular
c. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit Gawat Darurat
(UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan). Pengobatan Luar
Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
11
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu Hamil Risiko
Tinggi, Pelayanan Neonatus, KemitraanDukun Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
e. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB
Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
f. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
g. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA
(sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi
Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN)
h. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga, Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
i. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga Sistem Informasi dan
Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
2.2.4 STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 128/MenKes/RI/SK/II/2004,
struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas.
Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten / kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan:
I. Data dan informasi
II. Perencanaan dan penilaian
III. Keuangan
IV. Umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM, dan Upaya kesehatan
perorangan.
12
d. Jaringan pelayanan puskesmas
Unit puskesmas pembantu, Unit puskesmas keliling, dan Unit bidan di desa/komunitas
2.2.5 PERAN POKOK PETUGAS PELAYANAN PUSKESMAS
Dalam menjalankan peranyaa sebagai penyedia pelayanan kesehatan Puskesmas didukung oleh
beberapa petugas yang mempunyai fungsi masing – masing antara lain :
a. Petugas Medis
a) Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu, posyandu.
b) Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel.
c) PerDokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga ada kunjungan dokter
spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.
b. Petugas Para Medis
a) Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan kebidanan.
b) Perawat Umum : pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan keperawatan umum.
c) Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan keperawatangigi.
d) Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi masyarakat.
e) Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi lainnya.
f) Sarjana Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan.
g) Sarjana Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi, penyuluhan, pencegahan dan
pelacakan masalah kesehatan masyarakat.
c. Petugas Non Medis
a) Administrasi : pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas.
b) Petugas Dapur : menyiapkan menu masakan dan makanan pasien puskesmas perawatan.
c) Petugas Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihanruangan dan lingkungan puskesmas.
d) Petugas Keamanan : menjaga keamananpelayanan khususnya ruangan rawat inap.
e) Sopir : mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di luar gedung puskesmas.
2.2.6 EVALUASI PELAYANAN PUSKESMAS
Dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas evaluasi lebih dikenal dengan Pengawasan,
Pengendalian, dan Penilaian (P3).Fungsi P3 Puskesmas bertujuan untuk:
a. Mencegah penyimpangan (protektif),
b. Meluruskan penyimpangan (kuratif), dan
13
c. Membimbing pegawai Puskesmas agar tidak menyimpang (preventif).
Jikaterjadi kesenjangan atau penyimpangan harus segera diatasi. Setiap penyimpanganharus dapat
dideteksi sedini mungkin, dicegah, dikendalikan, atau dikurangi.Melalui pelaksanaan fungsi P3
Puskesmas, hasil pelaksanan kegiatan dan programPuskesmas yang telah dicapai dibandingkan dengan
standar kinerja programPuskesmas yang tertuang dalam tujuan, target, standar mutu pelayanan,
standardoperating procedure Puskesmas. Masalah yang banyak terjadi dalam organisasipelayanan sektor
publik termasuk Puskesmas adalah masih lemahnya fungsi P3,sehingga terjadi peyimpangan atau
kesenjangan antara yang direncanakan denganyang dilaksanakan. Pengawasan, pengendalian, dan
penilaian mempunyai makna dan esensi yangsama yaitu proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan
keberhasilan suatukegiatan dan program dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, adanyapenetapan
standar, tolok ukur dan kriteria, adanya pengukuran hasil kegiatan danprogram, adanya pembandingan
hasil kinerja pegawai dan organisasi denganstandar, dan adanya pengambilan tindakan korektif bila
diperlukan.
2.2.7 OBYEK DAN METODE P3 PUSKESMAS
Untuk dapat melakukan P3 Puskesmas dengan baik ada 2 ( dua ) hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
a. Obyek P3 Puskesmas
Yang dimaksud dengan obyek P3 Puskesmas adalah hal-hal yang harusdiawasi, dikendalikan dan
dievaluasi. P3 Puskesmas sebaiknya mencakup 10 jenis objek yang perlu dijadikan sasaranP3
Puskesmas, yaitu:
a) Hasil cakupan kegiatan dan program Puskesmas baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan, maupun upaya kesehatan inovatif: Dilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil kegiatan dengan arget yang telah ditetapkan dalam Rencana Operasional
Puskesmas;
b) Pelaksanaan Manajemen Puskesmas: Meliputi Perencanaan (P1) yakni penyusunan Rencana
Strategik dan Rencana Operasional Puskesmas, Penggerakan Pelaksanaan (P2) yakni pelaksanaan
Lokakarya Mini Puskesmas baik bulanan maupun triwulanan, dan Pelaksanaan P3 Puskesmas
yakni Stratifikasi Puskesmas atau Penilaian Kinerja Puskesmas;
c) Mutu Pelayanan Puskesmas: Dilakukan dengan membandingkan pencapaian kinerja Puskesmas
dengan standar mutu pelayanan dan standard operating procedure (SOP) Puskesmas;
d) Manajemen Obat dan Alat kesehatan (Pengelolaan obat dan alat kesehatan di gudang dan
pelayanan obat alat kesehatan di Puskesmas) : Permintaan dan penerimaan obat alat kesehatan,
pemeriksaan obat alat kesehatan yang diragukan kualitasnya, lokasi dan kelengkapan
14
penyimpanan obat alat kesehatan di gudang, sarana gudang obat alat kesehatan
Puskesmas,fasilitas penyimpanan, proses distribusi, kegiatan dan proses pelayanan obat dan alat
kesehatan, cara penyerahan dan pemberian informasi, membuat indikator peresepan;
e) Manajemen Keuangan yaitu pengelolaan pemasukan dan penggunaan keuangan kegiatan rutin
dan program Puskesmas serta keuangan program Jamkesmas: Puskesmas mempunyai buku
adminisrasi keuangan/buku kas berisi uang masuk dan uang keluar berdasarkan kegiatan dan
sumber anggaran setiap bulan, laporan pertanggungjawaban keuangan program Jamkesmas
tahunan. Pimpinan Puskesmas seyogyanya melakukan pemeriksaan keuangan secara berkala;
f) Manajemen Ketenagaan: Puskesmas membuat Daftar Urutan Kepangkatan (DUK), struktur
organisasi serta uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas, rencana kerja bulanan dan
tahunan untuk setiap petugas sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab, melakukan
pembinaan kepada petugas dengan cara penilaian DP3, pemberian penghargaan, kesejahteraan,
dan pemberian sanksi, mempunyai data keadaan, kebutuhan ketenagaan termasuk bidan desa,
mempunyai daftar pejabat fungsional Puskesmas;
g) Program Pengamatan dan Pencegahan Penyakit: Puskesmas membuat Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) per desa serta hasil analisis dan rencana tindak lanjutnya disampaikan dalam
Lokakarya Mini Puskesmas baik bulanan maupun triwulanan dan rapat koordinasi tingkat
kecamatan, kewaspadaan dini KLB penyakit potensial wabah dengan membuat grafik mingguan
serta analisis dan rencana tindak lanjutnya, menjalankan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) faktor
risiko dengan memilih penyakit potensial KLB di wilayah kerja Puskesmas;
h) Program JPKM atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas): Mempunyai dokumentasi
program Jamkesmas, meliputi: pengorganisasian, data kepesertaan dan distribusi kartu peserta,
data keuangan, rencana dan laporan bulanan, pelayanan kesehatan di Puskesmas dan rujukan,
pembinaan dan pengawasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota;
i) Program penggerakan dan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat kecamatan dan
desa/kelurahan seperti program Desa Siaga;
j) Objek yang bersifat strategis: Misalnya pengawasan tentang penggunaan jarum suntik untuk
mencegah penyakit menular melalui suntikan (Hepatitis C, HIV/AIDS, dan sebagainya), jenis,
jumlah dan kualitas vaksin yang tersedia, dan sebagainya.
b. Sasaran P3 Puskesmas
Adapun sasaran P3 meliputi :
a) kinerja pegawai dan organisasi baik kuantitas maupun kualitas layanan kesehatan,
b) ketenagaan yakni kegiatan pegawai sesuai dengan perencanaan dan instruksi,
c) sumber daya manajemen lainnya mencakup kuantitas dan kualitas,
15
d) keuangan yakni biaya, penghasilan, dan likuiditas,
e) waktu yakni kesesuaian dengan perencanaan.
2.2.8 EVALUASI PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN ANALISIS SWOT
Evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas angat diperlukan untuk mengukur keberhasilan dari
sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh Puskesmas. Selaian itu evaluasi puskesmas juga merupakan salah
satu upaya untuk menilai kinerja dari sebuah pelayanan kesehatan. Salah satu cara yag dipakai untuk
mengevaluasi pelayanan kesehatan yaitu dengan analisis SWOT. SWOT merupakan akronim dari
Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan) dalam organisasi Puskesmas, serta Opportunity
(kesempatan/peluang) dan Threat (ancaman /tantangan) dari lingkungan eksternal yang dihadapi
organisasi Puskesmas. Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis
strategik. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk
meminimalisasi kelemahan organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
a. Analisis Lingkungan Dalam Puskesmas
a) Strength (kekuatan) :
Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah
kerja, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling. Kecuali itu
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas
rawat inap. Juga ditunjang oleh Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) berupa
Posyandu, Pondok Bersalin Desa (Polindes)-Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)-Desa Siaga, dan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) – Usia Lanjut, dan lain-lain;
Pemerintah daerah telah menyediakan dana dari pengembalian retribusi pendapatan Puskesmas
dengan besaran yang bervariasi di setiap Kabupaten/Kota, pengadaan tenaga, obat-obatan, alat
kesehatan, dan sebagainya;
Telah dikembangkan berbagai buku pedoman seperti Pedoman Kerja Puskesmas, Kebijakan Dasar
Puskesmas, Pedoman tentang program - program Puskesmas, Standar Pelayanan Minimal di
Bidang Kesehatan dan Petunjuk Teknisnya, dan lain-lain;
Adanya wilayah kerja tertentu yang menjadi tugas tanggung jawab dan pangsa pasar Puskesmas;
Adanya tenaga kesehatan Puskesmas yang telah ditempatkan di sarana kesehatan baik di
Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, BalaiPengobatan Desa, Pos Kesehatan Desa, dan Bidan
Desa di wilayah kerja Puskesmas;
Adanya pola struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang merujuk pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas
16
dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah;
Adanya standard operating procedure (SOP)/Prosedur tetap (Protap), seperti Protap pelayanan
kesehatan di dalam gedung Puskesmas, Protap Posyandu, dan sebagainya;
Adanya dukungan dan kerjasama serta kemitraan lintas program di Puskesmas dan lintas sektoral
tingkat kecamatan;
Adanya sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang bersumber dari sistem
pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3), sistem informasi posyandu (SIP), laporan sarana
kesehatan swasta, laporan lintas sektor, dan lain-lain;
Adanya Sistem Kesehatan Nasional dan Undang-undang tentang Kesehatan serta peraturan
perundang-undangan lainnya sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
b) Weakness (kelemahan):
Visi, misi, dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh pimpinan dan staf Puskesmas.
Hal ini dapat melemahkan komitmen, dukungan, dan keikutsertaan mereka dalam
mengembangkan fungsi Puskesmas. Mereka terperangkap oleh tugas-tugas rutin yang bersifat
kuratif yang kebanyakan dilakukan di dalam gedung Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas
di luar gedung yang bersifat promotif dan preventif kurang mendapatkan perhatian.
Upaya kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan belum menitikberatkan pada
upaya promotif dan preventif. Dengan kata lain belum berlandaskan pada paradigma sehat;
Beban kerja Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota
terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan dari Dinas kesehatan kabupaten/kota
kurang berjalan. Kedua, karena Dinas kesehatan kabupaten/kota yang sebenarnya bertanggung
jawab penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah
kabupaten/kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif;
Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang diselenggarakan melalui mekanisme
Perencanaan Mikro (microplanning) yang kemudian menjadi Perencanaan Tingkat Puskesmas,
penggerakan pelaksanaan (P2) yang diselengarakan melalui mekanisme Lokakarya Mini (mini
workshop) serta pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) yang diselenggarakan melalui
Stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan berlakuknya
otonomi daerah belum ditindak lanjuti oleh beberapa kabupaten/kota;
Pengelolaan Puskesmas, meskipun telah ditetapkan merupakan aparat daerah tetapi masih masih
terlalu bersifat sentralistis. Puskesmas dan daerah belum memiliki keleluasaan menetapkan
17
kebijakan program yang sesuai dg kebutuhan masy setempat, yang tentu saja tidak sesuai lagi
dengan era desentralisasi;
Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang berorientasi pada masalah dan kebutuhan
kesehatan masyarakat setempat. Setiap Puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya
kesehatan ang sama;
Waktu kerja efektif pegawai Puskesmas di beberapa Puskesmas berlangsung antara jam 08.00
sampai dengan 11.00. Selama waktu tersebut, kegiatan mereka hanya melayani masyarakat yang
berkunjung ke Puskesmas. Waktu antara jam 11.00 sampai dengan jam 14.00 belum dimanfaatkan
secara optimal untuk mengembangkan peran mereka sebagai petugas kesehatan masyarakat;
Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang rawat inap di beberapa
Puskesmas dengan tempat perawatan. Kurang tegasnya pemisahan antara tugas pokok untuk
melakukan perawatan pasien rawat inap dengan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah
satu kendala pengembangan upaya kesehatan promotif dan preventif di Pukesmas dengan tempat
perawatan;
Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,penampilan fisik Puskesmas
kurang bersih dan nyaman, disiplin, profesionalisme, dan keramahan petugas dalam pelayanan
kesehatan yang masih lemah;
Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti ketersediaan tenaga belum
sesuai standar ketenagaan Puskesmas dan penyebaran tidak merata, kemampuan dan kemauan
petugas belum memadai, penanggung jawab program Puskesmas belum memiliki kemampuan
manajerial program, pengembangan sumber daya tenaga kesehatan tidak berorientasi pada
kebutuhan Puskesmas atau program, namun seringkali merupakan keinginan dari pegawai yang
bersangkutan; kurangnya tanggung jawab, motivasi, dedikasi, loyalitas dan kinerja petugas
Puskesmas;
Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat kesehatan juga kurang
memadai, dana operasional maupun program sangat kurang dan hanya bersumber dari persentase
pengembalian retribusi Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di setiap kabupaten/kota;
Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang kependudukan dan program
kesehatan yang saheh dan akurat;
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas, belum ditunjang oleh rencana operasional
yang baik dan mengikut sertakan pegawai serta stakeholder Puskesmas, sehingga pelaksanaan
program dan upaya Puskesmas kurang berhasil dan berdayaguna;
Manajemen Program Puskesmas belum dirumuskan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sebagai pedoman dan panduan Puskesmas;
18
Kurangnya pembinaan dan bimbingan program dari Dinas kesehatan kabupaten/kota ;
Kurangnya komitmen, dukungan, dan keikutsertaan lintas sektoral dalam program kesehatan;
Kurangnya komitmen dan dukungan stakeholders Puskesmas terhadap program Puskesmas;
Jumlah kader kesehatan masih kurang, tingginya drop out kader, adanya kejenuhan dari kader,
sulitnya mencari kader baru, kurangnya dana stimulasi kader, kurangnya sarana kegiatan kader
seperti buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan sebaginya;
Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat
pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat ini Puskesmas kurang berhasil
menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong kontribusi sumber daya
dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas;
Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi arah perkembangan masa depan, yakni
sistem pembiayaan pra-upaya untuk pelayanan kesehatan perorangan;
Puskesmas masih belum berhasil dalam menggali, menghimpun dan mengorganisasi partisipasi
masyarakat serta membina kemitraan dengan sektor lain yang terkait.
b. Analisis Lingkungan Luar Puskesmas
a) Opportunity (kesempatan/peluang)
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H yang menyatakan, bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal merupakan dukungan landasan hukum untuk
menciptakan peluang pemerintah dan masyarakat dalam mempercepat upaya pemerataan
pelayanan dan peningkatan mutu;
Reformasi yang menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, good government, dan lain-lain
dalam segala bidang yang merupakan tuntutan rakyat membuka peluang yang besar bagi perbaikan
system dan tata nilai di pelbagai bidang, termasuk bidang kesehatan;
Kebijakan desentralisasi sebagaimana diberlakukannya Undang - undang RI No. 22 Tahun 1999
yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah memberi peluang yang besar bagi Puskesmas untuk memperbaiki sistem,
rencana strategik, dan rencana operasional, mengembangkan program dan kegiatan Puskesmas
secara mandiri sesuai kebutuhan masyarakat dan potensi yang tersedia;
Kesepakatan para Bupati/Walikota tanggal 28 Juli 2000 untuk menyediakan alokasi dana
kesehatan minimal 15% dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau 5% dari
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan peluang yang besar bagi Puskesmas
untuk mengembangkan program-program kesehatan di wilayah kerjanya dengan dukungan
anggaran yang memadai;
19
Secara politis program kesehatan termasuk dalam 3 (tiga) besar prioritas pembangunan, yakni
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi;
Adanya komitmen dan dukungan politis dari Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten/Kota
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
Adanya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) bidang kesehatan seperti Pokjanal Posyandu
diberbagai tingkatan administrasi pemerintahan yang merupakan forum kerjasama lintas sektoral
untuk membina, membimbing, memantau, menilai dan mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Desa Siaga, dan sebagainya;
Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan memberi peluang untuk
mempercerat peningkatan pemerataan pelayanan serta kualitas pelayanan Puskesmas;
Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan peluang meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan;
Adanya budaya masyarakat yang mendukung kegiatan pembangunan kesehatan serta menerima
perubahan dan perbaikan mutu hidup;
Kehidupan masyarakat yang agamis merupakan peluang dilakukannya pendekatan keagamaan
dalam pembangunan kesehatan;
Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan berupa UKBM antara lain Posyandu,
Polindes, Poskesdes, Posbindu, dan lain-lain;
Adanya kerjasama dan kemitraan lintas sektoral di tingkat kecamatan;
Adanya sumber dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat melalui
program JPKM, Dana Sehat Masyarakat, Dana Sehat Sekolah, Dana Sosial Ibu Bersalin
(Dasolin), jimpitan, dana kematian, dan sebagainya;
Adanya dana stimulasi dari Pemerintah daerah untuk Dana Sosial Ibu Bersalin (Dasolin) yang
dapat dikembangkan menjadi Dana Sehat berpola JPKM;
Adanya komitmen dan dukungan dari stakeholder serta tokoh masyarakat terhadap program
Puskesmas;
Kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan masih cukup tinggi;
Adanya pertemuan rutin di desa seperti pertemuan mingguan di desa, pengajian/majlis ta’lim;
Adanya kader kesehatan, dokter kecil, Palang Merah Remaja, Paraji dan sebagainya;
Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Gerakan Sayang Ibu, Desa Siaga,
Gerakan Terpadu Nasional, dan lain-lain;
Adanya lomba-lomba seperti Lomba Puskesmas Berprestasi, Lomba Dokter dan Paramedis
Teladan, Lomba Kader Teladan, Lomba Balita, Lomba UKS, Lomba Dokter Kecil dan lain-lain;
20
Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan, serta tersedianya sarana transportasi dan
komuniksi yang sudah menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas.
b) Threat (ancaman/rintangan/tantangan)
Ketidakmampuan Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk
memanfaatkan era desentralisasi sebagai peluang dan kesempatan untuk melakukan reformasi
Sistem Pembangunan Kesehatan Daerah dapat menjadi ancaman dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas;
Terjadinya transisi epidemiologi baik oleh pengaruh perubahan struktur penduduk dan perubahan
gaya hidup masyarakat menyebabkan beban ganda (double burden) pelayanan kesehatan, yaitu
tidak saja pada masalah penyakit infeksi tetapi juga penyakit degeneratif. Selain itu pelayanan
kesehatan juga menghadapi masalah penyakit yang pada akhir ini cenderung meningkat seperti
TBC, demam berdarah dengue. Fenomena-fenomena tersebut di atas merupakan tantangan
sekaligus ancaman pengembangan Puskesmas;
Terjadinya krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih tidak saja menambah jumlah penduduk
miskin, tetapi juga menurunkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan alokasi anggaran
untuk pembangunan kesehatan. Kedua hal tersebut di atas merupakan ancaman Puskesmas baik
dalam meningkatkan kebutuhan (demand) pelayanan kesehatan masyarakat serta meningkatkan
pasokan (supply) pelayanan kesehatan yang memadai;
Masih adanya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan bersifat konsumtif dan belum
dipandang sebagai investasi pada peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga
anggaran yang dialokasikan kurang memadai;
Peran serta dan kemitraan masyarakat belum berkembang dan berkesinambungan seperti yang
diharapkan, hal ini antara lain karena kurangnya kemampuan dan kemauan/motivasi dan adanya
keterpaksaan dari masyarakat, adanay kejenuhan kader kesehatan sebagai mitra dan motor
penggerak partisipasi masyarakat, hal ini bias mengancam terjadinya drop out kader, sulitnya
mencari kader baru, kurangnya dana stimulan kader, kurangnya sarana kegiatan kader seperti
buku pegangan kader, sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan sebagianya;
Berkembangnya pelayanan kesehatan swasta yang lebih profesional, bermutu, dan bernuansa
profit merupakan ancaman terhadap pelayanan kesehatan pemerintah termasuk Puskesmas;
Jumlah tenaga kesehatan (terutama perawat dan bidan) yang melakukan praktik swasta di wilayah
kerja Puskesmas semakin bertambah. Situasi ini merupakan persaingan terselubung karena
mereka juga menjual jasa pelayanan kesehatan. Menghadapi persaingan ini, mengharuskan
Puskesmas untuk meningkatkan mutuPelayanannya;
21
Kurangnya penggunaan obat generik karena banyaknya pasokan obat patent menyebabkan
tingginya harga obat-obatan dan merupakan ancaman pelayanan kesehatan terutama untuk
masyarakat miskin;
Mobilisasi penduduk yang tinggi menyebabkan penularan penyakit yang cepat serta perubahan
lingkungan dan perilaku sosial budaya masyarakat merupakan ancaman terhadap semakin
meningkatnya masalah kesehatan;
Kebijakan pemerintah tentang pengangkatan pegawai zero growth merupakan ancaman terhadap
ketersediaan pegawai termasuk pegawai yang bertugas di Puskesmas;
Puskesmas dijadikan revenue center (pusat pendapatan) untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Darah (PAD) yang mengakibatkan upaya kesehatan terkonsentrasi pada upaya kuratif dan
rehabilitative serta mengesampingkan upaya promotif dan preventif;
Pemanfaatan tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang, termasuk pemanfaatan Bidan
Desa, dimana Bidan Desa lebih banyak dimanfaatkan sebagai tenaga kuratif dan kurang
dimanfaatkan dalam upaya promotif dan preventif;
Masih adanya persalinan oleh dukun paraji dan belum terjalin kemitraan antara Bidan Desa
dengan dukun paraji;
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih belum memasyarakat dan membudaya baik
PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja, maupun tempat-tempat
umum.
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Visi dan Misi
3.1.1 Visi
Terwujudnya Kecamatan Beji Sehat 2020 dengan layann kesehatan bekualitas
3.1.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
3. Menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan
3.2.Struktur Organisasi Puskesmas
23
Pada tahun 2013 Puskesmas Beji memiliki 62 pegawai-pegawai dari berbagai bidang seperti pada tabel dibawah ini.
24
No Jenis Tenaga Jumlah Keterangan PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN HONORER 1 Kepala Puskesmas 1 Struktural 2 Kepala Tata Usaha 1 Struktural 3 Dokter Umum 5 Fungsional 4 Dokter Gigi 2 Fungsional 3 Apoteker 1 Fungsional 4 Perawat 4 D3 Perawat :2
D1 Perawat :3 5 Bidan 4 D3 Kebidanan :3
D1 Kebidanan:1 6 Perawat Gigi 1 D1 Perawat Gigi 7 Tenaga Gizi 1 S1 Gizi 8 Tenaga Sanitasi 1 S1 Kesling 9 Tenaga Teknisi Medis 2 D3 Analis Lab : 1
D3 Radiodiagnostik :1 11 Supir siaga 2 SMP : 1 SMA : 1 12 Penjaga Malam 2 SMA :2 13 Petugas Kebersihan 4 SMP:1 SMA:3 TENAGA SWAKELOLA 1 Dokter 4 S 1 Dokter 2 Perawat 4 D 3 Keperawatan 3 Bidan 8 D 3 Kebidanan 4 Tenaga Farmasi 4 D 3 Kefarmasian 5 Analis Laboratorium 3 D 3 Analis Kesehatan 6 Petugas Keamanan 3 SMA 7 Petugas Kebersihan/Pendaftaran 4 SMA 8 Tukang Masak 1 SMA TOTAL 62 Orang
Fasilitas Kesehatan
PuskesmasRawatjalan : 1 Puskesmaspembantu : 1 Klinikdampakrokok : 1 ( belumberjalan) Poned : 1 ( belumberjalan) Rumahbersalin : 1 Puskesmas non perawatan : 1 Balaipengobatan/ klinik : 6 Praktekdokterbersama : 4 Praktekdokterperorangan : 7 Posyandu : 31 Apotik : 8
25
BangunanFisik
RuangKa. Puskesmasdan TU Ruang aula Kamarmandi/ WC Gudang Polianak RuangKlinikSanitasi RuangVaksin Ruang TB paru Gudangobat Apotik Ruang computer/ Administrasi Loketpendaftaran Ruanglaboratorium Poligigi Poliumum Polilansia Poli KIA/KB Poligizi Ruangtunggupasien Unit khususklinikpenyalahgunaandampakmerokok Garasimobil GedungPoned
3.3.Cakupan Wilayah Kerja Puskesmas
26
Puskesmas Beji adalah Puskesmas Rawat Jalan yang beralamatdi Jl. Bambon Raya no.7b Kelurahan Beji Timur Depok. Membawahi wilayah 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur dengan Luas Wilayah Kerja Puskesmas Beji 3,17 km2.
Batas Wilayah :
- Batas Utara : Kelurahan Kukusan
- Batas Selatan : Kecamatan Pancoran Mas
- Batas Barat : Kelurahan Tanah Baru
- Batas Timur : Kelurahan Kemiri Muka
Berdasarkan proyeksi penduduk BPS Kota Depok penduduk wilayah Puskesmas Beji tahun 2014 meliputi Kelurahan Beji dan Beji Timur berjumlah 64.308 orang . Penduduk Kelurahan Beji berjumlah 52.711 orang dengan kepadatan penduduk pada sebesar 24.323 orang/km2 dan pada kelurahan Beji Timur berjumlah 11.597 orang dengan kepadatan penduduk 11.516 orang/km2.
• Jumlah Penduduk : 64.308 orang
• Kepadatan : 20.260 orang/km2
• Jumlah KK : 17.744
• Laki-laki : 32.258 orang
• Perempuan : 32.050 orang
• Jumlah Ibu Hamil : 1643 orang
• Jumlah Bulin/Bufas : 1569 orang
Pada tanggal 1 Juli 2012 Puskesmas Beji telah mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 pada beberapa pelayanannya. Adapun pelayanan yang telah menerapkan antara lain :Ruang Umum, Ruang Gigi, Ruang MTBS, Laboratorium , Loket serta Farmasi dan Tata Usaha sebagai Penunjang. Pada tanggal 4 Desember 2012 Puskesmas Beji telah dilakukan audit sertifikasi ISO 9001:2008 oleh Badan Sertifikasi Beureu Veritas (BV) dan berhak untuk mendapatkan sertifikat ISO: 9001:2008.
27
3.4.Program Pokok Puskesmas
Puskesmas sebagai Unit Kesehatan Masyarakat (UKM) memiliki program dalam upaya peningkatan kesehatan Masyarakat di daerah Beji, dibagi menjadi :
a. UKM Tingkat Pertama- UKM Esensial, meliputi
1. Pelayanan promosi kesehatan2. Pelayanan kesehatan lingkungan3. Pelayanan KB KIA4. Pelayanan Gizi5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian penyakit
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian SPM Kabupten/Kota tentang kesehatan/
- UKM PengembanganMerupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovtif dan atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilaya kerja dan potensi sumber daya yang tersedia dimasing-masing puskesmas
b. UKP (Unit Kesehatan Perorangan) tingkat pertamaDilaksanakan dalam bentuk :1. Rawat jalan2. Pelayanan gawat darurat3. Pelayanan satu hari (one day care)4. Home care5. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
3.5.Model Managemen Puskesmas
Terbagi dalam :
1. Managemen klinisa. Managemen mutu
2. Managemen lembagaa. Managemen ketenagaanb. Managemen keuanganc. Managemen alatd. Managemen obat
3. Managemen programa. Perencanaan
- Menyusun usulan kegiatan- Mengajukan usulan kegiatan- Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan- Identifikasi upaya kesehatan pengembalian
28
- Menyusun usulan kegiatan- Mengajukan usulan kegiatan- Menysusun rencana pelaksanaan kegiatan
b. Lokakarya minic. Penilaian kinerja puskesmasd. Simpus (Sistem Informasi ManagemenPuskesmas)
Prosedur pengisian Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas meliputi :- Form SP2TP mengacu pada form cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan- Pada form SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program- Penanggung jawab program bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada- Hasil akhir pengisian data diketahui oleh kepala puskesmas- Di dalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan- Data pada form SP2TP agar diarsipan sebagai bukti didalam pertanggungjawaban akhir minimal 2 tahun- Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas
Adpaun instrumen managemen di Puskesmas Beji meliputi Micro Planning, Mini lokakarya, Stratifikasi puskesmas, SP2TP – SimPus, dan Pendoman-pendoman Program
29
3.6.Sumber Pembiayaan Puskesmas
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Depok
2. Biaya Operasional Kesehatan (BOK)
3. Dana Kapitasi BPJS
Adapun besar retribusi dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Beji dijelaskan dbawah ino :
3.7.Program KB KIA Puskesmas
A. Making Pragnancy Safer (MPS)
Tiga pesan kunci MPS adalah :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan y ang tidak diinginkan dan penanganankomplikasi keguguran.
Empat strategi MPS adalah :
30
1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi dan Balita di tingkat dasar dan rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.
4. Meningkatkan Sistem Surveilans, Pembiayaan, Monitoring dan informasi KIA.
B. Child Survival
Tiga pesan kunci CS adalah:
1. Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar paripurna.
2. Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekuat.
3. Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal.
Empat strategi CS adalah:
1. Peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita yang berkualitas berdasarkan bukti ilmiah
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program,lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan kegiatan MPS dan child survival.
3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita.
31
3.8.Data terkait program KB KIA
Peserta KB Aktif IUD Kelurahan Beji
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
AktifBaru
Dari data yang di dapatkan jumlah peserta baru lebih banyak dibandingkan denganjumlah peserta yang aktif sertapadapuskesmasBejitidak di dapatkan data pada bulan November.
Peserta KB Aktif IUD Kelurahan Beji Tmur
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
AktifBaru
Dari data yang di dapatkanpeserta KB aktif IUD di kelurahan beji timur padapeserta baru lebih banyak di banding peserta aktif dan tidak ada data pada bulan november.
32
Peserta KB Aktif MOW Kelurahan Beji
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
20
40
60
80
100
120
AktifBaru
Dari data yang didapatkanpeserta KB aktif MOW kelurahan beji pada peserta baru lebih banyak dari pada peserta aktif dan tidak ada data pada bulan november.
Peserta KB Aktif MOW Kelurahan Beji Timur
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
20
40
60
80
100
120
AktifBaru
Dari data yang di dapatan jumlah peserta KB aktif lebih banyak di bandingkan KB baru Jumlah peserta KB MOW lebih banyak pada bulan desember pada peserta KB barudan tidak ada data pada bulan november.
Peserta KB Aktif MOP Kelurahan Beji
33
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
5
10
15
20
25
AktifBaru
Dari data yang di dapatkan mengenai jumlah peserta KB aktif MOP di kelurahan beji, pada jumlah peserta aktif lebih banyak di bandingkan jumlah peserta baru.
Peserta KB Aktif MOP Kelurahan Beji Timur
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
AktifBaru
Dari data yang di dapatkan data terendahpada bulan Januaridan tidak ada jumlah pada peserta baru.
34
Peserta KB Aktif Kondom Kelurahan Beji
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
10
20
30
40
50
60
70
80
AktifBaru
Dari data yang di dapatkan peserta baru KB aktif kondom dengan jumlah terendah terdapat pada bulanJanuari s/dJuli dan jumlah tertinggi pada bulan September s/d Desember. Padapesertajumlah tertinggi didapatkanpada bulan September s/d Desember.
Peserta KB Aktif Kondom Kelurahan Beji Timur
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
AktifBaru
Dari data di atas di dapatkan pada peserta KB aktif kondom pada kelurahan beji Timur pada peserta baru paling tinggi pada bulan Oktober dan paling rendah pada bulan Januari. Dan di
35
dapatkan data terendah pada peserta aktif terendah pada bulan januari dan jumlah terendah pada bulan Oktober.
Peserta KB Aktif Implan Kelurahan Beji
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
50
100
150
200
250
300
AktifBaru
Pada data peserta KB aktif implan di kelurahan Beji, di dapatkan terendahpada bulan Maret sedangkan untuk peserta baru didapatkan jumlah yang sama pada setiap bulannya.
Peserta KB Aktif Implan Kelurahan Beji Timur
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
10
20
30
40
50
60
AktifBaru
36
Dari data peserta KB aktif implan di dapatkanterendah pada bulan Januari dan tertinggi padabulanJuni s/d Desember. Sementara pada jumlah peserta baru tertinggi pada bulan Maret.
Peserta KB Aktif Suntik Kelurahan Beji
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
AktifBaru
Dari data yang di dapatkan, pada peserta KB aktif suntik di kelurahan beji peserta aktiftertinggipadabulan September, OktoberdanDesember. Pesertabaru lebih banyak di banding peserta aktif.
Peserta KB Aktif Suntik Kelurahan Beji Timur
37
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
AktifBaru
Peserta KB aktif suntik pada Beji Timur di dapatkan jumlah pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Januari sedangkan pada peserta baru tertinggi pada bulan Desember
Peserta KB Aktif Pil Kelurahan Beji
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
AktifBaru
Di dapatkan data pada peserta KB aktif pil pada kelurahan Beji, jumlah terendah di dapatkan pada peserta baru pada bulan desemberdantertinggipadabulan September – Oktober
38
Peserta KB Aktif Pil Kelurahan Beji Timur
Januari
Februari
Maret
April Mei JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
50
100
150
200
250
300
AktifBaru
Dari data peserta KB aktif pil di dapatkan jumlah pada peserta baru terendah pada bulan Januari dan peserta KB aktif tertinggi pada bulan Mei. Untuk peserta baru didapatkan jumlah terendah pada bulan Januari dan tertinggi bulan oktober.
3.9.Permasalahan Program KB KIA
a.Keterbatasan SDM
b.Data kurang terkumpul dan dianalisa dengan optimal . (Bank Data belum adekuat)
c.PUP (Penundaan Usia Pernikahan) dan PAP (Penundaan Anak Pertama) belum optimal
d.Perilaku Remaja Beresiko : Seks Bebas dan Penyalahgunaan NAPZA
NO BLN JML PDDK
JML BUMIL K1 K4
DETEKSI RISIKO NAKES
DETEKSI RISIKO MASY
JML BULIN
JML BUFAS
JML BAYI PN PK NK KF1 KF2
1 Jan 66645 1760 135 131 17 4 1680 1680 1600 122 9 1 122 1222 Feb 134 131 12 5 118 9 0 118 1183 Mar 134 129 10 2 114 9 1 114 1144 Apr 172 167 18 2 152 10 1 152 1505 Mei 144 140 14 4 125 15 2 125 1236 Jun 145 141 10 2 127 14 0 127 1177 Jul 144 137 16 6 120 17 0 120 1188 Agus 142 140 14 4 132 15 1 132 1309 Sept 144 139 14 6 125 9 2 125 12510 Okt 144 139 8 5 125 6 1 125 11811 Nov 143 138 20 4 120 10 0 120 11812 Des 159 159 12 4 159 12 0 159 159
JUMLAH 1740 1691 165 48 1539 84 10 1539 1539
39
Keterangan:K1 : Kunjungan 1K4 : Kunjungan 4PN : Persalinan oleh Tenaga KesehatanPK : Cakupan Penanganan Komplikasi ObstetriNK : Cakupan Penanganan Komplikasi NeonatalKF1-KF3: Cakupan Kunjungan Nifas 1,2,3
KF3 KN1 ( laki-laki ) KN1 ( perempuan ) KN2 ( laki-laki ) KN2 ( perempuan ) AKI AKB116 49 73 46 70108 48 70 44 65114 46 68 45 68150 63 89 58 62123 51 74 50 72117 51 76 48 71118 48 72 48 72 1130 54 78 53 77125 50 75 48 70118 50 75 48 70 1118 48 72 48 72159 70 89 66 861496 628 911 602 855 1 1
Keterangan :KF 3 : cakupan pelayanan nifas oleh tenakesKN1 :cakupan pelayanan neonates pertama KN2 AKI : angka kematian ibuAKB :angka kematian bayi
3.9.1 Akses Pelayanan Antenatal (K1)
Target akses pelayanan antenatal pada puskesmas sebesar 95% sementara hasil yang
telah dicapai oleh Puskesmas Beji pada tahun 2014 adalah 98% atau 1740. Hasil ini
menunjukkan bahwa K1 di Puskesmas Beji telah mencapai target dan setiap bulannya juga
mengalami peningkatan dibulan tertentu meski pun tidak terlalu signifikan.
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
135 134 134
172
144 145 144 142 144 144 143159
K1
K1
Akses Pelayanan Antenatal (K1) Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.2 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)
40
Target cakupan pelayanan ibu hamil di puskesmas Beji adalah 90%. Hasil dari
pelayanan K4 memiliki persentasi sebesar 96% atau sebesar 1691. Hal ini menunjukkan
bahwa cakupan pelayanan ibu hamil di puskesmas ini telah mencapai target dan setiap
bulannya juga mengalami peningkatan dibulan tertentu meskipun tidak terlalu signifikan.
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
131 131 129
167
140 141 137 140 139 139 138
159
K4
K4
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.3. Deteksi Risiko oleh Masyarakat dan Tenaga Kesehatan
Data yang didapatkan mengenai deteksi risiko oleh masyarakat pada tahun 2014
berjumlah 48 kasus sedangkan yang terdeteksi oleh tenaga kesehatan adalah 165 kasus.
Permasalahan yang sering terjadi pada program deteksi oleh Masyarakat dan Tenaga
Kesehatan adalah kurangnya pengetahuan pasien dalamm mengetahui tanda-tanda risiko dini
dari komplikasi pada kehamilan, rendahnya kesadaran pasien untuk segera memeriksakan diri
ke petugas kesehatan, kurangnya penyuluhan atau promosi kesehatan oleh petugas
kesehatan.
41
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUGUSTSEPT OKT NOV DES0
5
10
15
20
25
17
12
10
18
14
10
16
14 14
8
20
12
45
2 2
4
2
6
4
65
4 4
DETEKSI OLEH NAKESDETEKSI OLEH MASY
Deteksi Risiko oleh Masyarakat dan Tenaga Kesehatan Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.4 Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (PK)
Target persalinan oleh tenaga kesehatan pada puskesmas adalah 90%. Di Puskesmas
Beji untuk persalinan oleh tenaga kesehatan memiliki persentasi sebesar 91% atau sebesar
1539. Hal ini menunjukkan untuk cakupan pelayanan ibu hamil di puskesmas ini telah
mencapai target yang ditetapkan. Masalah yang sering dihadapi oleh pihak puskesmas adalah
tidak semua ibu hamil melahirkan di puskesmas, oleh karena itu PWS yang optimal sangat
diperlukan sehingga data ibu hamil yang melahirkan dengan tenaga kesehatan dapat direkap
dengan baik.
42
JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AUGUST SEPT OKT NOV DES0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
122 118 114
152
125 127120
132125 125 120
159
PN
PN
Grafik Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.5 CakupanPenangananKomplikasiObstetri (PK)
Padatahun 2014 penanganan komplikasi obstetrik pada Puskesmas Beji masih jauh dari
target, yaitu sebesar 0,23% dimana target yang ditetapkan adalah 80%. Hal ini dapat
dikarenakan kasus komplikasi obstetrik di wilayah kerja Puskesmas Beji yang sedikit atau
karena PWS yang kurang optimal sehingga pencapaiannya target masih kurang. Sehingga
diperlukan pencatatan jumlah kasus komplikasi obstetrik bumil yang lebih baik, evaluasi dari
program ini dan kerjasama dengan bidan wilayah setempat.
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
9 9 910
1514
17
15
9
6
10
12
PK jumlah: 84 orang
PK (org)
Grafik Cakupan Bumil dengan komplikasi yang ditangani Puskesmas Beji Tahun 2014
43
3.9.6 CakupanPenangananKomplikasiNeonatus (NK)
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES0
0.5
1
1.5
2
2.5
1
0
1 1
2
0 0
1
2
1
0 0
NK jumlah: 10 orang
NK (org)
Grafik Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani Puskesmas Beji Tahun 2014
Padatahun 2014 penanganan komplikasi neonatus pada Puskesmas Beji, yaitu sebesar
0,04% dimana targetnya adalah 80%. Hal ini dapat disebabkan karena kasus komplikasi
neonatus di wilayah kerja Puskesmas Beji yang memang sedikit atau karena PWS yang
kurang optimal.Sehingga diperlukan evaluasi program lebihlanjut.
3.9.7 Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenakes
Target pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan di puskesmas beji sebesar 90% sementara
yang telah dicapai oleh Puskesmas Beji pada tahun 2014 adalah 89% atau 1496 yang
menunjukan bahwa KF3 pada Puskesmas Beji belum mencapai target. Hal ini mungkin
disebabkan karena ibu tersebut langsung bekerja, atau tidak rajin kontrol ke puskesmas
sehingga petugas dari puskesmas yang harus aktif untuk berkunjung ke rumah warga untuk
melakukan kegiatan pelayanan nifas.
KF3
KF3
Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenakes Puskesmas Beji Tahun 2014
44
3.9.8 Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama
Target cakupan pelayanan di Puskesmas Beji sebesar 90%,hasil yang diperolehpada
KN1 baik laki-laki dan perempuan tidak mencapai angka target, yakni hanya sebesar 39%
atau 628 padalaki-lakidan 59%atau911padaperempuan.
Cakupan Pelayanan Neonatus
Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (Perempuan) Puskesmas Beji Tahun 2014
45
3.9.9 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus Kedua
.
KN2 ( laki-laki )
KN2 ( laki-laki )
Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus Kedua (Laki-laki) Puskesmas Beji Tahun 2014
KN2 ( perempuan )
KN2 ( perempuan )
Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus Kedua (Perempuan) Puskesmas Beji Tahun 2014
46
3.9.10 Angka Kematian Ibu
Dari laporan selama satu tahun sepanjang 2014 angka kematian ibu di puskesmas beji
berjumlahsatuorang yang terjadi pada bulan Oktober sehingga bisa disimpulkan bahwa
kinerja petugas Puskesmas Beji sudah cukup baik dalam menekan angka kematian ibu mulai
dari proses penyuluhan hingga saat pasca persalinan.
AKI
AKI
Angka Kematian Ibu Puskemas Beji Tahun 2014
3.9.11 Angka Kematian Bayi
Dari data yang diperoleh selama tahun 2014 angka kematian bayi di Puskesmas Beji
berjumlah satu orang. Bisa disimpulkan selama satu tahun ini kinerja petugas puskesmas
sudah baik dalam menekan angka kematian bayi.
AKB
AKB
Angka Kematian Bayi Puskesmas Beji Tahun 2014
47
3.9.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang Dilayani dengan MTBS
Dari data yang diperoleh pada pelayanan kesehatan angka balita sakit yang dilayani
dengan MTBS selama setahun dapat terlaksana cukup baikdengan melihat dari jumlah balita
yang sakit sebanding dengan jumlah balita yang mendapat tatalaksana yang sesuai dengan
standar MTBS.
jumlah balita sakit datang ke puskesmasjumlah balita sakit dapat pel.MTBS jumlah balita sakit pelayanan MTBS jumlah balita sakit pelayanan MTBS jumlah balita sakit pneu-monia berat / peny.sgt be-rat jumlah balita sakit pneu-monia jumlah balita sakit batuk bkn pneumonijumlah balita sakit diarejumlah balita sakit diarejumlah balita sakit diarejumlah balita sakit diarejumlah balita sakit diarejumlah balita sakit disentri jumlah balita sakit pe-ny.berat + demamjumlah balita sakit malaria
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang Dilayani Dengan MTBS Puskesmas Beji Tahun 2014
3.9.13 Imunisasi Dari data selama tahun 2014 jumlah pelayanan MTBS yang seharusnya di imunisasi
bersifat fluktuaktif dan sekitar 5% menolak untuk diimunisasi. Masalah ini dapat terjadi
karena orang tua yang kurang mendapat pengetahuan tentang imunisasi sehingga kepedulian
ibu kurang untuk mengimunisasi anaknya, ibu yang malas menemani anaknya yang imunisasi
baik untuk pertama kali atau kembali imunisasi untuk kontrol, serta ada faktor ekonomi dan
sosial di keluarganya. Sehingga petugas puskesmas harus turun ke lapangan untuk
memberikan penyuluhan dan menjelaskan apa itu imunisasi , manfaat imunisasi serta
menggerakan petugas kesehatan untuk bisa terus mengajak ibu yang mempunyai balita untuk
melakukan imunisasi.
48
Imunisasi Puskesmas Beji Tahun 2014
BulanPelayanan MTBS
seharusnya diimunisasi Patuh diimunisasi Menolak diimunisasi
Januari 20 17 3Februari 33 28 5Maret 19 16 3April 29 23 6Mei 28 20 8Juni 46 37 9Juli 24 15 9
Agustus 54 51 3September 61 42 19Oktober 19 12 5
November 27Desember 53 13
3.10.Alternatif penyelesaian masalah
Dala menghadapi permasalahan dalam program KB KIA, Puskesmas Beji berupaya melakukan perbaikan dan pengembangan dalam tiap program yang dilaksanakan.
49
BAB IVPENUTUP
4.1.Kesimpulan Puskesmas Beji merupakan salah satu Unit Pelayanan Terpadu di Kota depok, yang
dalam programnya memiliki kewajiban dalam memberikan pelayaan kesehatan yang berkualitas pada warga di daerah Beji.
Setiap program yang direncanakan di Puskesmas Beji (baik administrasi dan progra kesehatan seperti program KB KIA) dimanagemen dengan baik sesuai dengan pendoman peraturan perundang-undangan yang telah ada.
Dari data yang diperoleh di tahun 2014 masih ditemukannya permasalahan dalam program yang telah dicanangkan, seperti program KB KIA yang belum sesuai dengan target
4.2.Saran Pemerintah daerah (dalam hal ini Pemerintah Daerah Depok) perlu menyediakan
SDM yang cukup untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas Beji, Depok Perlu pendidikan / pelatihan dalam berbagai program yang dicanangkan Puskesmas
agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Pemaksimalan tiap program yang ada agar dapat sesuai dengan target yang
dicanangkan
50
DAFTAR PUSTAKA
1. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123424-S-5555-Gambaran%20pelaksanaan-
Pendahuluan.pdf
2. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/402/jbptunikompp-gdl-indrigutar-20056-7-
12.babi.pdf
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31482/5/Chapter%20I.pdf
4. http://septiapritayani.blogspot.com/2013/07/administrasi-kesehatan.html
51