makalah ca mammae
DESCRIPTION
aaTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan karena atas rahmat dan karunia-Nya
referat ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai kanker payudara, mulai dari sejarah ditemukannya sampai kepada
penatalaksanaan dan pencegahannya.
Penulis menyadari sebagai seorang dokter yang pengetahuannya masih sangat terbatas
dan masih perlu banyak belajar, penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Tetapi demi memenuhi kewajiban dan tugas penulis, maka penulis mencoba
memberanikan diri menyusun referat ini sebaik mungkin. Perbaikan-perbaikan akan penulis
lakukan pada penulisan referat yang akan datang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif dan membangun agar referat ini menjadi lebih baik dan
berrguna di masa yang akan datang..
Dengan segala kekurangan dan ketidak sempurnaan penulis mengharapkan referat ini
dapat membawa manfaat dan keuntungan yang berarti untuk semua pembaca.
februari 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
PEMERIKSAAN ...............................................................................................4
PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................9
PATOGENESIS.................................................................................................12
PENGOBATAN.................................................................................................29
PROGNOSA.......................................................................................................39
PENCEGAHAN..................................................................................................39
PENUTUP..........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
2
Pemeriksaan Klinis
Anamnesis
Anamnesis yang utama mencakup;
1. Pembengkakan / massa
Tanyakan kapan dan bagaimana massa itu terdeteksi, perubahan-perubahan ukuran
massa yang terjadi sehubungan dengan siklus haid. Letaknya dimana? bentuknya ?
ukurannya ? batasnya? Permukaan? Konsistensi? Timbul sejak kapan? Adakah Kelainan
kulit seperti dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi, serta perubahan warna kulit.
Adakah benjolan di ketiak atau edema lengan.1,2
2. Nyeri
Merupakan keluhan umum. Kanker biasanya tak menimbulkan nyeri, tetapi ada
beberapa kekecualian, dan tidak boleh dianggap sebagai patokan, bahwa lesi yang nyeri
pada payudara selalu jinak. Jenis nyeri pada umumnya adalah dikarenakan regangan
payudara yang terjadi pada masa pra-haid; biasanya terjadi bilateral dan difus.
Nyeri hebat dapat menyebar hingga tangan bagian dalam atau bagian lateral dada.
Nyeri lokal memerlukan pemeriksaan cermat, hal ini dapat menunjukkan adanya abses
yang dalam, area dengan trauma, atau (jarang) keganasan. Sangat jarang, nyeri radikuler
servikal dapat beralih ke payudara. 1,2
3. Keluaran dari puting (niiple discharge)
Biasanya keluaran dari putting bersifat jernih, tetapi dapat pula berdarah, hijau atau
coklat. Lebih dari 80% wanita, pada masa pra-haid mengalami pengeluaran semacam itu,
bila putingnya dimanipulasi. Sehingga harus dibedakan, keluaran itu terjadi karena
manipulasi, atau secara spontan. 80% penderita dengan pengeluaran yang berdarah,
ternyata menderita papiloma intraduktuli, ektasi duktuli, dan bahkan pada beberapa kasus
merupakan keganasan. Pemeriksaan sitologik sel pada keluaran puting, jarang
mendapatkan adanya keganasan, kecuali bila kanker berlokasi pada duktus yang dekat
dengan puting, sedangkan ini jarang terjadi. Tentukan pula, duktus mana yang
menyebabkan pengeluaran pada pemijitan sistematik disekitar areola. Pemijitan
hendaknya dilakukan secara sistematik disekitar areola, searah dengan jarum jam.1,2,3
4. Faktor-faktor resiko
3
Satu dari 15 wanita di Amerika Serikat, menderita kanker payudara. Resiko ini sedikit
meningkat bila salah satu anggota keluarganya ada yang menderita kanker, dan
peningkatan resiko baru jelas terlihat, bila dua atau lebih anggota keluarga yang dekat
dari pihak ibu, mempunyai kanker payudara, atau kanker familial premenopause dan atau
bilateral. Resiko mendapatkan kanker payudara pula meningkat dengan adanya menarkhe
pada sebelum usia 11 tahun dan setelah 14 tahun, kehamilan pertama setelah berusia 30
tahun, menopause yang terlambat, dan mungkin obesitas. Pil KB, tak berhubungan
dengan kenaikan resiko mendapatkan kanker payudara, demikian pula halnya dengan
pemberian estrogen eksogen sebagai hormon pengganti pada saat menopause. Penderita
yang pernah mengalami pengangkatan ovarium secara bedah pun tak mengalami
kenaikan resiko, bila padanya diberikan estrogen pengganti. 3,4
Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan;
Usia melahirkan anak pertama
Punya anak atau tidak
Riwayat menyusui
Riwayat pemakaian obat hormonal
Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik
Riwayat radiasi dinding dada1,2
5. Riwayat lain
Apakah penderita sedang hamil atau tidak, adalah penting untuk diketahui karena
kehamilan dapat mengacaukan interpretasi terhadap adanya massa. Haid terakhir harus
dicatat, perubahan siklus haid mengesankan perubahan hormonal pada umumnya, dengan
dampak sekundernya pada payudara. Apakah massa itu sudah ada sebelumnya? Apakah
diagnosis patologik pada biopsy sebelumnya? Bila ada, apakah terapi yang diberikan
sebelum ini? Apakah ada gejala sistemik ? (nyeri tulang, berat badan makin menurun dan
lain-lain).1,2
6. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain :
Nyeri tulang (vertebra, femur)
Rasa penuh di ulu hati
Batuk
Sesak
Sakit kepala hebat, dll1
4
Pemeriksaan fisik
Ketepatan mendiagnosis kanker payudara, sekitar 70%. Perubahan-perubahan siklik yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik, adalah normal; karena payudara menahan air sesuai
dengan adanya fluktuasi hormonal. Retensi cairan menjadi maksimal pada beberapa waktu
sebelum haid, dan secara bertahap akan berkurang hingga haid berakhir. Pemeriksaan
optimum didapatkan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus haid, karena retensi cairan
disni minimal. Pemeriksaan payudara pada saat kehamilan menjadi sangat sukar, karena
adanya retensi cairan dan hipertrofi jaringan kelenjar karena efek progesteron yang lama, ini
menyulitkan penuaan massa.2,3
1. Penderita harus diperiksa dalam posisi duduk dan telentang. Pada posisi duduk, dilakukan
inspeksi untuk melihat apakah payudara simetris atau tidak, inilah keadaan kulitnya,
apakah ada lekukan (dimpling) bila penderita bersandar. Bila penderita mengangkat
lengannya keatas kepala atau bila ia mengketulkan otot-otot pectorales dengan menekan
tangan nya diatas pinggul. Perhatikan putingnya, adakah inversi; bila ada, sejauh mana.
Karena inversi puting dapat dikarenakan keganasan pada tempat yang dalam. Periksa dan
catat pula keadaan nodus-nodus aksiler dan supraklavikuler. Pada keadaan penyakit
keganasan atau penyakit jinak, kedua nodus ini digunakan sebagai pijakan bagi
pemeriksaan ulang dikemudian hari. Puting dan areola yang langsung dibelakang areola,
sangat mudah dipalpasi pada penderita yang dalam posisi duduk. Puting biasanya keras,
tetapi jaringan dibelakang areola lunak dan halus.2
2. Penderita kemudian diperiksa dalam keadaan berbaring telentang, karena sebagian besar
payudara menjadi terletak pada kuadran lateral atas. Pemeriksaan akan menjadi lebih
mudah dilakukan bila penderita mengangkat lengannya keatas, dan meletakkan tangannya
dibelakang kepala. Cara ini akan mendatarkan payudara dan menggesernya ke arah
medial. Walaupun payudara dapat diperiksa dari salah satu sisi, beberapa pemeriksa
melakukan pemeriksaannya pada sisi yang berlawanan dari payudara yang diperiksa. Hal
ini memungkinkan tangan pemeriksa untuk memeriksa dalam posisi yang lebih alamiah.2
3. Pemeriksaan harus diadakan dengan penderita yang telah mengenakan pakaian khusus
yang telah disediakan untuk keperluan itu. Mulailah dengan palpasi satu bagian terlebih
dahulu, dan dilanjutkan secara sistemati. Hal ini dapat dilakukan per segmen radial
tertentu, dan kemudian lingkaran pemeriksaan diperlebar secara konsentrik, atau
5
pemeriksaan per segmen-segmen transversal. Hal yang penting adalah pemeriksaan harus
dilakukan secara sistematik. Gunakan kombinasi antara palpasi jari dan gerakan tangan
memutar yang halus pada kulit. Pembahasan kulit dengan alkohol dapat lebih memekakan
pemeriksa untuk menemukan kelainan yang kecil.1,2
4. Bila tak dapat dipastikan ada tidaknya massa, penderita harus diperiksa ulang pada tiap
jangka waktu tertentu (sehingga ada perbedaan / tenggang waktu tertentu pada selama
siklus haid), hingga akhirnya masalah ada tidaknya terjawab. Kadang-kadang area
menebal akan melunak, bila diberikan diuretikum ringan, untuk menghilangkan timbunan
air sebelum pemeriksaan mid-siklus. (misal hidrokhloroiasida, 25 mg 2x sehari peroral
selama 3-5 hari). Bila massa itu tidak teraba lagi setelah pemberian diuretikum , dapat
dianggap bahwa massa itu bukan jaringan padat. Kebalikannya, bila penimbunan cairan
sekitarnya kadang membuat massa kanker lebih dominan.1,2,3
5. Setiap wanita hendaknya menjalani pemeriksaan tahunan payudara, yang dilakukan baik
oleh dokter, ahli bedah ataupun oleh perawat yang terlatih untuk itu, sebagai tambahan,
para wanita harus melakukan pemeriksaan payudaranya sendiri sekali tiap bulan. Sistem
pemeriksaan – diri ini sama dengan pemeriksaan oleh dokter. Pertama, lakukanlah
pengamatan (inspeksi) pada posisi duduk atau berdiri didepan cermin, kemudian
payudara diraba dengan hati-hati (palpasi). Penderita meraba tiap payudaranya dengan
tangan sisi berlawanan, lengan harus dikeataskan seperti pemeriksaan oleh dokter.3,4
6. Lesi jinak condong lebih lunak, berbatas tegas, dan mobile diantara jaringan sekitarnya.
Sangat sering ia mempunyai bentuk elips atau bundar yang reguler. Tanda-tanda klasik
kanker payudara seperti pembesaran, massa tak reguler, udema pada kulit diatasnya,
fiksasi pada kulit atau pada bangun-bangun dibawahnya, pelebaran vena-vena superfisial,
atau ulserasi, secara ekstrim mencerminkan penyakit yang telah lanjut. 1,3
7. Meskipun pemeriksaan fisik yang terbaik tidak dapat menentukan diagnosis histologik
setiap gumpalan pada payudara. Pemeriksaan fisik dapat memastikan ada atau tidak
adanya gumpalan dan konsistensi, pergerakan kekerasan dan perkiraan ukurannya. Akan
tetapi, satu-satunya jalan untuk mendapatkan diagnosis patologik adalah dengan teknik
sampel yang memakai jaringan untuk pemeriksaan patologik. Secara diagnostik lain
didasarkan pada kesimpulan dan subjek kesalahan.3,4
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)1,2,3,4
6
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara
payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam)
atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala
dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah
untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan
kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan
bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di
sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke
puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan
dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan
ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan.
Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah
bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-
jari tangan kiri.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan
basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin. 5
7
Pemeriksaan penunjang
1. Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan khusus
yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta dapat
menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Mammografi merupakan metode pilihan
deteksi kanker pada kasus kecurigaan ganas atau lesi samar. Tanda berupa
makrokalsifikasi tidak khas untuk karsinoma, bila secara klinis curiga terdapat tumor
dan pada mammografi tidak ditemukan apa-apa maka pemeriksaan dapat dicoba
dengan cara biopsi jaringan, demikian juga bila mammografi positif tetapi secara
klinis tidak dicuriga adanya tumor maka dapat dilanjutkan dengan biopsi di tempat
yang ditunjukkan oleh foto tersebut. Mammogram pada masa pramenopause atau usia
kurang dari 35 tahun kurang bermanfaat karena padatnya jaringan kelenjar payudara
sehingga menyulitkan nampaknya sel kanker.
2. USG
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta
untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara yang
padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan
mammografi.
3. Biopsy Aspirasi
Pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi jarum sering dipergunakan sebagai prosedur
diagnosis berbagai tumor termasuk tumor payudara dengan indikasi :
Diagnosis preoperative tumor klinik diduga maligna.
Diagnosis konfirmatif klinik tumor maligna ataupun tumor rekuren
Diagnosis tumor nonneoplastik ataupun neoplastik
Mengambil bahan aspirat untuk kultur ataupun bahan penelitian.
Teknik dan peralatan sangat sederhana, murah dan cepat serta tidak ada komplikasi
yang berarti. Dengan mempergunakan jarum halus dan semprit plastic 10 ml, bahan
ekstrak jaringan diambil, dibuat sediaan hapus dan diwarnai dengan MGG. Dalam
beberapa menit (15-30 menit) diagnosis preoperative dapat ditentukan dan dalam
8
waktu yang singkat tindakan lanjut dapat ditentukan. Akurasi diagnostic sitologi
BAJAH 80-96 % dan dengan kombinasi mamografi akurasi diagnostic meningkat
menjadi 98.7 %. Sitologi positif merupakan tanda untuk survey metastase dan rencana
pengobatan. Akan tetapi sitologi negative, belum dapat dipergunakan sebagai patokan
untuk menentukan terapi oleh karena kemungkinan negative palsu dapat terjadi. Pada
kasus demikian perlu diperhatikan aspek klinik. Apabila aspek klinik sesuai dengan
sitologi negative maka tindakan bedah dapat dilakukan. Sebaliknya pada kasus
dimana sitologi negative tidak sesuai dengan klinik maka dilakukan pemeriksaan
biopsy bedah. Aplikasi prosedur diagnosis sitologi aspirasi pada tumor payudara,
memungkinkan manajemen lebih sederhana. Kista merupakan salah satu indikasi
sitologi biopsy aspirasi.cairan kista jernih biasanya jinak dan apabila cairan
dievakuasi seluruhnya, kista tidak teraba (kolaps) dan sering tidak muncul kembali.
Akan tetapi bila cairan kista coklat atau bercampur darah dan cepat berulang, maka
perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti mammografi dan biospi.
FNAB
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu diperiksa
mikroskopis. Jika tumor dapat terpalpasi dengan mudah, FNAB dapat dilakukan
dengan mempalpasi tumor. Jika tumor tak terpalpasi dengan jelas, kombinasi dengan
USG dapat dilakukan. Spesimen FNAB kadang tidak dapat menentukan grade tumor
dan kadang tidak member diagnosis yang jelas sehingga membutuhkan biopsy lain.
Core Biopsi
Dilakukan dengan jarum yang cukup besar, dapat dilakukan sambil fiksasi dengan
palpasi, ataupun dipandu USG, mammografi atau MRI. Core biopsy dapat
membedakan tumor invasive dan tumor non invasif, serta dapat menentukan grade
tumor. Core biopsy membutuhkan biopsy terbuka untuk memberi diagnosis. Juga
dapat digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tapi terlihat
pada mammografi.
Biopsy terbuka
Dilakukan billa pada mammografi terlihat kelainan mengarah maligna, namun pada
FNAB atau core biopsy meragukan. Bila mammografi + tetapi FNAB -, perlu
9
dilakukan biopsy terbuka. Namun bila mamografi – namun gejala klinis pasien
mengarah kanker, wajib dilakukan biopsy terbuka.
Sentinel Lobe Biopsi
Dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limfe aksila dan parasternal.
Prosedur ini menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan pewarna biru. Apabila
tidak dijumpai sentinel lobe, diseksi kelenjar limfe tidak perlu dilakukan. Namun bila
dijumpai sentinel lobe, harus dilakukan diseksi kelenjar limfe.
4. Ca 15.3
Terutama untuk monitoring kanker payudara. Peningkatan kadar Ca 15-3 darah
dijumpai pada kurang dari 10 % pasien dengan stadium awal dan sekitar 70 % pasien
dengan stadium lanjut. Kadar biasanya turun seiring keberhasilan terapi. Kadar
normal biasanya kurang dari 25 U/mL, tapi kadar sampai 100 U/mL kadang dijumpai
pada wanita sehat.
5. Imunohistokimia
Dilakukan untuk membantu terapi target, yaitu pemeriksaan ER (esterogen reseptor),
PR (progesterone reseptor), HER-2. Kanker payudara yang memiliki ER + dan PR +
memiliki prognosis lebih baik karena masih peka terhadap terapi hormonal. HER 2
merupakan sejenis protein pemicu pertumbuhan. Pada pemeriksaan 1 dari 5 pasien
penderita kanker payudara memiliki gen HER 2. Kanker payudara yang PR -, ER -,
HER 2 -, atau triple negative memiliki prognosis buruk dan cenderung agresif.
Patogenesis
Transformasi sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi
suatu perubahan dalam bahan genetic sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan
dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetic dalam sel atau bahan
10
lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen,
bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi,
karena itu diperlukan beberapa factor untuk terjadinya keganasan.
Secara singkat :
1. Hyperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel-sel epitel poliklonal yang tersebar
tidak rata dan saling tumpang tindih dan lumen duktus yang tidak teratur. Sering
menjadi tanda awal cenderung keganasan.
2. Hyperplasia atipik, sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas, dan lumen duktus
yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker payudara.
3. Karsinoma insitu, terjadi proliferasi sel yang memiliki gambaran sitologis sesuai
dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum menginvasi stroma dan
menembus sel basal. Biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara dan biasanya
tidak teraba.
4. Setelah tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma, tumor menjadi
invasive, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga menyebabkan
metastasis.
Jenis Kanker Payudara
11
Gambar 4. Kanker Payudara.
Klasifikasi Histologi WHO
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologi berdasarkan:
a. Non invasive carcinoma
Non invasive ductal carcinoma
Lobular carcinoma in situ
b. Invasive carcinoma
Invasive ductal carcinoma
o Papillobular carcinoma
o Solid-tubular carcinoma
o Scirrhous carcinoma
Special types
o Mucinous carcinoma
o Medullary carcinoma
o Invasive lobular carcinoma
12
o Adenoid cystic carcinoma
o Squamous cell carcinoma
o Spindle cell carcinoma
o Apocrine carcinoma
o Carcinoma with cartillagenous and or osseous metaplasia
o Tubular carcinoma
o Secretory carcinoma
o Others
Paget’s Disease
Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi histologisnya. Sistem
gradasi histologist yang direkomendasikan adalah menurut “The Nottingham combined
histologic grade”. Gradasinya adalah menurut sebagai berikut:
o Gx : grading tidak dapat dinilai
o G1 : low grade (rendah)
o G2 : intermediate grade (sedang)
o G3 : high grade (tinggi)9
o
Karsinoma Non Invasif
1. Karsinoma Ductal in situ, Intraductal Carcinoma (Ductal Carcinoma In-Situ/DCIS)
Karsinoma intraduktal adalah proliferasi neoplastik sel epitel duktus yang terbatas di
dalam membran basalis. DCIS murni tidak bermetastasis, namun umumnya berhubungan
dengan karsinoma duktus infiltratif. DCIS sering multifokal dan bilateral pada 15-20%
kasus. Insiden DCIS ditemukan pada dekade kedua, 5% ditemukan sebelum dilakukan
mamografi dan 15 – 30% kasus dapat dilakukan setelah skrining mamografi dengan
gambaran kalsifikasi.
Beberapa varian morfologik DCIS dalam bentuk papilar, komedokarsinoma, solid,
kribiformis, mikropapilar, clinging dan hipersekretori kistik.
Secara makroskopis, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang terdiri atas
struktur-struktur seperti tali dan massa nekrotik. Kalsifikasi adalah gambaran yang
biasanya dijumpai.
13
Berdasarkan histologinya DCIS terbagi atas lima subtipe: komedokarsinoma, solid,
kribriform, papilari, dan mikropapilari. Beberapa kasus menunjukkan hanya mempunyai
satu gambaran subtipe, tetapi mayoritas kasus menunjukkan campuran dari kelima tipe
ini. Sebelumnya DCIS terbagi atas dua bagian yaitu yang ‘highgrade’ dengan
karakteristik sel-sel besar dan plemorfis serta dijumpai adanya nekrosis
(comedokarsinoma). Sedangkan yang ‘low-grade’ terdiri atas sel-sel kecil yang uniform
serta tidak dijumpai adanya nekrosis ( solid, kribiform, mikropapilari). Sekarang ini DCIS
terbagi atas tiga-grade berdasarkan atas kriteria sitologi. Yang termasuk grade 3 adalah
komedokarsinoma yang klasik, solid klasik/kribiform/mikropapilari termasuk kedalam
grade 1 DCIS, dan sedangkan gambaran diantara kedua kriteria diatas dimasukkan
kedalam grade 2 DCIS.7-10
2. Karsinoma Lobular In Situ (Lobular Carcinoma In Situ/LCIS)
LCIS adalah proliferasi neoplastik sel epitel lobular yang melibatkan setidaknya satu
unit lobulus lengkap sehingga menyumbat lumen. Insiden LCIS lebih banyak ditemukan
pada wanita muda, 80 – 90% saat premenopause. Dikatakan bahwa LCIS sebenarnya
bukan merupakan neoplasma tetapi merupakan petanda dari resiko terjadinya kanker
payudara. LCIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral. LCIS tidak menghasilkan lesi
yang dapat diraba dan tidak terlihat pada mammografi. Kondisi ini biasanya merupakan
temuan patologik insidental.
Sel-sel pada DCIS dan LCIS kehilangan ekspresi e-cadherin, suatu protein
transmembran yang bertanggung jawab atas adhesi sel-sel epitelial. Pada keadaan ini
ditemukan ‘loss of heterozygocity’ pada 16q posisi gen e-cadherin.
Sel-sel abnormal dari hiperplasia lobular atipik, karsinoma lobular insitu dan
karsinoma lobular invasif adalah identik, terdiri dari sel-sel kecil dengan inti yang oval
atau bulat dan anak inti yang kecil serta tidak berdekatan satu sama lain. Sering dijumpai
adanya ’signet ring cell’ yang mengandung mucin. Karsinoma lobular insitu tidak
merubah bentuk dasarnya dan acini yang terlibat masih tetap dapat dikenali sebagai
lobule-lobule. Karsinoma lobular insitu sering menampilkan reseptor estrogen dan
progesteron dan overekspresi HER2/neu belum didapat.7-10
Gambar 5. DCIS (kiri), LCIS (kanan).
14
Karsinoma Invasif
1. Karsinoma duktal invasif, Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC)/No Special Type
(NST)
Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dan mencapai 80% dari
kanker payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel epitel yang terdapat
pada permukaan duktus.
Secara makroskopis tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan
yang teraba keras seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan
ciri khas karsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di
sekitar duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasia) dan
menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous).
Gambaran morfologinya berbeda-beda dari kasus ke kasus dan sering
strukturnya kurang teratur berhubungan dengan tipe spesifik tumor. Bentuk sel-sel
tumor dapat tersusun seperti ikatan (‘cord’), kelompokan, trabekula dimana beberapa
tumor dikarakteristikkan dengan sebagian besar padat dan menginvasi sedikit stroma.
Kasus-kasus diferensiasi kelenjar dapat menunjukkan bentuk tubular dengan central
luminal pada kelompok-kelompok sel tumor. Adakalanya, daerah dengan infiltrasi
single file atau gambaran targetoid terlihat tetapi ini kurang menunjukkan
karakteristik dari sitomorfologi untuk invasif lobular karsinoma. Sel-sel ganas
menunjukkan gambaran yang berubah-ubah. Sitoplasmanya selalu banyak dan
eosinofilik. Nukleusnya dapat regular, seragam atau pleomorfik yang tinggi dengan
nukleoli yang menonjol dan selalu multipel, mitotik hampir dijumpai dan banyak.
15
Diatas 80% kasus karsinoma duktal invasive berhubungan dengan ductal
carcinoma insitu dan yang tersering adalah DCIS tipe comedo yang ‘high grade’.
Komponen stromanya sangat bervariasi. Dapat mempunyai proliferasi fibroblastik
yang tinggi, hanya sedikit elemen jaringan konektif atau petanda hialinisasi. Daerah
jaringan elastik dapat dijumpai, pada distribusi periduktal atau perivenous. Daerah
nekrosis biasanya luas. Sebagian kecil kasus dapat dijumpai lymphoplasmacytoid.
Pada beberapa kanker, secara jelas mengekspresikan reseptor hormon dan
tidak overekspresi terhadap HER2/neu. Pada tumor yang lain dijumpai sel-sel
pleomorfik yang tersusun secara anastomosis, lebih sedikit mengekspresikan reseptor
hormon dan lebih banyak mengekspresikan HER2/neu.7,9,10
2. Karsinoma Duktal Invasif Dengan Penyakit Paget
Penyakit paget pada puting susu merupakan kasus yang jarang dijumpai
bermanifestasi sebagai kanker payudara, insidennya hanya 1-2% dengan gambaran
erupsi unilateral reitematous disertai dengan krusta sehingga sering diduga sebagai
eksema. Sel-sel malignan (sel-sel paget) berasal dari DCIS yang berada dalam sistem
duktus mencapai sampai ke kulit bawah puting susu tanpa menembus membran basal.
Sel-sel keluar dari puting susu sebagai cairan ekstraseluler dan dapat ditemukan pada
permukaan puting susu.
Pada 50-60% kasus massa dapat diraba. Keganasannya biasanya ‘poorly
differentiated’. Secara mikroskopis bagian epidermis dijumpai sel-sel atipik yang
berproliferasi dengan inti yang besar dengan sitoplasma yang jernih. Biasanya
membentuk kelompokan kecil yang terletak dipusat lesi dan pada bagian bawah dari
epidermis dan cendrung sel-selnya tersebar satu-satu pada bagian pinggir dan atas
epidermis.
Pada bagian bawah duktus laktiferus dijumpai gambaran duktal
adenokarsinoma insitu yang ‘high grade’.8-10
3. Karsinoma lobular invasif, Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC)
Tipe kanker payudara yang biasanya tampak sebagai penebalan di kuadran
luar atas dari payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi hormon. Terjadi
sebanyak 5% dari kasus kanker payudara. Karsinoma lobular invasif biasanya tampak
seperti karsinoma duktal insitu yaitu massa yang dapat teraba dan densitas pada
mammografi. Sekitar ¼ kasus adalah bentuk difus dari invasif tanpa desmoplasia
yang menonjol dan adanya daerah penebalan dari payudara atau perubahan arsitektur
16
pada mammografi. Metastasis sulit dideteksi berdasarkan klinis dan radiologis pada
tipe invasif.
Karsinoma lobular dilaporkan paling banyak dijumpai bilateral. Insiden dari
karsinoma lobular dilaporkan meningkat pada wanita yang postmenopause. Diduga
ada hubungan dengan terapi hormon pengganti pada wanita yang postmenopause.
Secara makroskopis, tumor berkonsistensi keras dengan pinggir yang tidak
teratur. Kadang-kadang dijumpai penebalan jaringan yang difus pada perabaan dan
suatu massa tumor yang terpisah tidak dapat ditentukan. Gambaran histologi dari
karsinoma lobular adalah sel-sel tumor yang menginfiltrasi secara tunggal terjadi
hanya pada satu sel yang melebar (‘single file’) atau sekelompok atau lipatan yang
longgar. Respon desmoplastik minimal atau tidak dijumpai. Karsinoma lobular invasif
yang ‘well differentiated’ dan ‘moderate differentiated’ biasanya diploid,
mengekspresikan reseptor hormone dan kebanyakan kasus berhubungan dengan
karsinoma lobular insitu. Overekspresi dari HER2/neu sangat jarang dijumpai.
Berbeda dengan karsinoma lobular yang ‘poorly differentiated’ biasanya aneuploidi,
reseptor hormon sering berkurang dan bisa overekspresi dari HER2/neu. Jika
dibandingkan berdasarkan derajat dan stadium, karsinoma lobular sama prognosisnya
dengan karsinoma duktal invasif.
Sebagian besar karsinoma lobular menunjukkan region yang hilang pada
kromosom 16 (16q22.1), termasuk sekelompok dari 8 gen yang responsif terhadap
adhesi sel, termasuk e-cadherin dan B catenin. Gen dari e-cadherin pada opposite
kromosom diinaktifkan oleh mutasi, metilasi dari promoter atau penurunan ekspresi
dari faktor transkripsi. Perubahan ini juga dijumpai pada karsinoma lobular.
Karsinoma lobular mempunyai pola metastasis yang berbeda dibandingkan
dengan karsinoma payudara yang lain. Metastasis bisa ke peritoneum dan
retroperitoneum, leptomeningens (carsinomatous meningitis), traktus gastrointestinal
dan ovarium dan uterus frekuensinya lebih banyak dijumpai. Metastasis karsinoma ini
mirip dengan yang terjadi di paru dan pleura.
Secara sitologi menunjukkan gambaran klasik dengan kecenderungan populasi
sel yang sedikit. Sel-sel tersebar tunggal atau membentuk kelompokan kecil dengan
karakteristik gambaran ‘single files’, sitoplasma sedikit, banyak dijumpai ‘naked
cells’, inti irregular, hiperkromatik dan ukuran inti uniform. Ukuran sel sedikit lebih
besar dari limfosit, inti bulat – oval, ukuran inti 11,8 μm, tepi ireguler, kadang-kadang
tampak nukleoli dan indentasi pada tepi inti, kadang-kadang inti eksentrik, sitoplasma
17
banyak dan mengandung musin. Pada karsinoma lobular secara umum dapat dijumpai
dua jenis sel yaitu, sel-sel kecil yang tersebar merata biasanya dijumpai pada wanita
postmenopause dan sel-sel yang tersusun dalam kelompokan pleomorfik, membentuk
gambaran tiga dimensi, ukuran sel lebih besar sedikit dari sel-sel darah merah.
Kadang-kadang dapat dijumpai lumina intrasitoplasmik, vakuol musin atau ‘signet
ring cell’. Stroma banyak, terdiri dari jaringan ikat atau desmoplastik. Sel-sel
neoplastik tidak begitu erat melekat ke stroma dan pada sediaan hapus menunjukkan
populasi yang sedikit. Pada beberapa karsinoma lobular dijumpai kondensasi droplet
musin pada sentral (‘bull’s eye inclusion’) tetapi keadaan ini bukan suatu
karakteristik.7-10
4. Karsinoma Musinosum (Colloid)
Kanker payudara yang angka kesembuhannya paling tinggi. Perubahan yang
terjadi terutama pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit ditentukan. Terjadi
sebanyak 1%-2% dari seluruh kasus kanker payudara. Merupakan tipe yang jarang (1-
6 % dari semua karsinoma payudara), juga sering dijumpai sebagai massa yang
berbatas tegas. Sering terjadi pada wanita yang lebih tua dan tumbuh lambat slama
beberapa tahun. Karsinoma musinosum biasanya diploid dan kebanyakan
mengekspresikan reseptor hormon. Dari keseluruhan prognosisnya sedikit lebih baik
dibandingkan dengan karsinoma tipe yang tidak spesifik.
Insiden karsinoma musinosum juga lebih tinggi pada wanita yang mengalami
mutasi gen BRCA1. Mirip dengan yang diamati pada karsinoma medullari,
hypermetilasi dan promoter BRCA1 juga terdapat pada 55% dari karsinoma
musinosum yang tidak berhubungan dengan mutasi germline BRCA1.
Secara makroskopis konsistensi tumor sangat lunak seperti gelatin dan
berwarna pucat biru keabuan. Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki
pulaupulau sel yang kecil dalam sel musin yang besar yang mendorong ke stroma
terdekat.
Secara sitologi sel-sel kanker dengan bentuk atipik, membentuk agregat kecil
yang solid dan ada juga yang tersebar membentuk ‘files’ tunggal, inti membesar,
pleomorfik, ‘moderate’ atipia, dengan sitoplasma yang banyak. Latar belakang
sediaan hapus didominasi oleh musin yang sangat menonjol dan secara makroskopis
dapat terlihat. Pada pewarnaan MGG, musin memperlihatkan warna biru dan pada
pewarnaan Hemaktosilin dan Eosin serta Pap memberikan warna pucat. Pada
18
beberapa kasus dapat dijumpai musin intrasitoplasmik dan ‘signet ring cell’, seperti
pada karsinoma lobular invasif. Selain itu juga dapat dijumpai gambaran ‘chicken
wire’ yang berasal dari pembuluh darah dan sangat prominen. Keadaan ini
mendukung suatu karsinoma musinosum walaupun pada fibroadenoma mamma juga
kadang-kadang dapat dijumpai.11 Pada sediaan hapus tidak dijumpai massa
nekrotik.7,10
5. Karsinoma Medular
Insidennya 1 – 7 % dari semua kanker payudara. Umur rata-rata penderita 45-
52 tahun. Secara makroskopis berbentuk bulat dengan ukuran yang berbeda-beda,
dengan diameter 2 -2,9 cm, dengan batas yang tegas dan konsisten lunak. Berwarna
coklat sampai abu-abu. Sering dijumpai daerah nekrosis dan perdarahan-perdarahan.
Secara histopatologi karsinoma terdiri dari sel-sel yang berdiferensiasi buruk yang
tersusun pada lembaran-lembaran besar, dengan tidak dijumpai struktur kelenjar,
dengan stroma yang sedikit dan infiltrasi limphoplasmasitik yang menonjol.
Ada lima bentuk karakteristik yaitu bentuk sinsitial, tidak dijumpai bentuk
glandular atau tubular, infiltrasi limphoplasmasitik pada stroma yang diffuse,
selselnya biasanya bulat dengan sitoplasma yang banyak dan anak inti vesikuler
mengandung satu atau beberapa anak inti. Inti plemorfis dengan ukuran sedang.
Mitotis sering dijumpai. Dapat dijumpai sel-sel besar yang atipik, sel- sel yang
berfoliferasi dibatasi oleh jaringan ikat fibrous.7,10
6. Karsinoma Papilari
Terutama mengenai wanita postmenopouse.Insidennya kurang dari 1-2% dari
karsinoma payudara yang invasif dan termasuk prognosanya baik.
Secara makroskopis duapertiga kasus berbatas tegas dan sukar dibedakan
dengan karsinoma duktal invasif. Secara mikroskopis dijumpai gambaran papil
dengan infiltrasi sel-sel ganas pada stroma. Sitoplasmanya amphofilik , tetapi dapat
terlihat seperti gambaran selsel apokrin dengan sitoplasma menonjol seperti yang
terlihat pada karsinoma tubular. Inti berukuran intermediate, dan kebanyakan tumor
secara hitologi termasuk grade 2. Stroma tumor tidak banyak. Produksin musin
extraseluler banyak. Kalsifikasi dapat dijumpai. Sepertiga kasus dapat dijumpai invasi
ke pembuluh limfe.7,10
7. Karsinoma Tubular
19
Terjadi sebanyak 2% dari kasus kanker payudara. Lebih dari 95 % karsinoma
tubular adalah diploid dan mengekspresikan reseptor hormone. Metastasis pada axilla
kurang dari 10 %. Subtipe ini penting dikenali untuk menentukan prognosisnya. Tipe
ini banyak ditemukan pada wanita usia sekitar 50 tahun. Pada pemeriksaan
mikroskopik gambaran struktur tubulusnya sangat khas. Dengan kata lain semua
adalah ‘well differentiated’ dan angka 10 ysr (‘year survival rate’) mencapai 95.
Gambaran mikroskopisnya tumor ini terdiri dari ‘well formed tubules’ dan
terkadang sulit dibedakan dengan lesi sklerotik yang jinak. Namun demikian tumor ini
tidak memiliki lapisan sel myoepitel dan sel-sel tumor ini berkontak langsung dengan
stroma.7,10
8. Karsinoma Sistik Adenoid
Merupakan karsinoma yang metastasenya rendah. Disebut juga dengan
Carcinoma adenoids cysticum, adenocystic basal cell carcinoma, cylindromatous
carcinoma.
Secara makroskopis ukurannya bervariasi antara 0,7 sampai 12 cm. Tumor
berbatas tegas dan dijumpai adanya kista-kista kecil. Dapat berwarna merah jambu,
coklat atau abu-abu.
Secara histopatologi sangat menyerupai kelenjar ludah, paru-paru dan servik.
Ada tiga bentuk dasar yang terlihat: trabekular-tubular, kribiform dan solid. Bentuk
kribiform terlihat seperti ayakan yang berlubang kecil. Lapisan pertama terlihat
seperti lumen yang sebenarnya berasal dari tumor yang menginvasi ke stroma. Tipe
sel yang kedua jumlahnya sangat sedikit dan biasanya terdiri dari luminal yang kecil.
Ini merupakan bentuk kelenjar yang mengandung granul-granul eosinofilik. Dua
bentuk ini terdiri atas dua sel. Sel-sel basaloid mempunyai sitoplasma yang sedikit,
nukleusnya bulat sampai oval dan dengan satu atau dua nukleoli dan terletak dibagian
stroma. Tipe sel yang kedua yang merupakan sel-sel kelenjar mempunyai sitoplasma
yang eosinofilik dan nucleus yang bulat menyerupai sel-sel basaloid. Tipe sel yang
ketiga terlihat pada 14% kasus mengandung elemen sebaseus yang dapat berjumlah
banyak. ACC mempunyai pusat inti dari sel-sel neoplasma, yang dikelilingi oleh area
invasi.
Stromanya dapat terlihat seperti stroma pada payudara normal, desmoplastik,
miksoid atau dapat mengandung jaringan lemak.7,10
9. Karsinoma Sekretori (juvenile)
20
Merupakan karsinoma yang jarang,frekwensinya dibawah dari 0,15% dari
semua kanker payudara, dan termasuk ‘low-grade carcinoma’. Disebut juga juvenile
carcinoma Sering mengenai wanita anak-anak sampai dewasa muda, tetapi pernah
dijumpai pada pria berumur 3 tahun.
Secara makroskopis terlihat nodul-nodul yang berbatas tegas, berwarna putih
keabu-abuan atau kuning sampai coklat. Berukuran 0,5 sampai 12 cm. Tumortumor
yang berukuran besar dijumpai pada penderita yang berumur lebih tua.
Secara histopatologi dapat terlihat proliferasi sel-sel yang berbatas tegas tetapi
sering menginvasi jaringan lemak. Dapat dijumpai jaringan yang sklerotik pada
bagian pusat tumor. Terdiri atas tiga bentuk yaitu solid, mikrokistik (honeycomb) dan
tubular. Terdiri dari sel-sel yang mensekresi intraseluler dan ekstraseluler material
yang banyak (milk-like). Sel-sel tumor berukuran besar dengan sitoplasma bergranul
pucat yang terlihat seperti berbusa (foamy) dengan inti yang oval dan anak inti yang
kecil dan dapat dijumpai intrasitoplasmic luminal. Terlihat gambaran “tagetoid”.
Jarang dijumpai sel-sel yang bermitosis dan daerah yang nekrosis.7,10
10. Karsinoma Apokrin
Secara definisi karsinoma ini menunjukkan secara sitologi dan
immunohistokimia gambaran dari sel-sel apokrin > 90% dari sel-sel tumor. Terdiri
atas dua tipe sel yaitu tipe sel A dengan sitoplasma bergranul eosinofil yang banyak.
Granul-granul tersebut dengan pewarnaan periodic acid-Schiff positif. Inti
hiperkromatik dengan anak inti yang menonjol. Tipe sel B menunjukkan sitoplasma
yang banyak dan bervakuol. Dan ini terlihat seperti sitoplasmanya berbusa (foamy)
sehingga menyerupai sel-sel histiosit dan sebaseous. Intinya hiperkromatin dengan
anak inti yang menonjol.7,10
11. Karsinoma Kribiformis
Secara epidemiologi sekitar 0.8-3,5% dari penderita kanker payudara. Umur
rata-rata penderita adalah 53-58 tahun. Mempunyai prognosa yang sangat baik.1
Gambaran histopatologinya menunjukkan bentuk yang kribiform sama seperti yang
terlihat pada karsinoma intraduktal kribiform. Dapat dijumpai bersamaan dengan
komponen karsinoma tubular (< 50%). Karsinoma kribiform yang murni mengandung
> 90% bentuk kribiform yang invasive. Tumor tersusun seperti pulaupulau yang
invasif, selalu berbentuk tajam, dimana dijumpai ruangan-ruangan yang terbentuk dari
lengkungan sel-sel.(seperti ayakan, bentuk kribiform). Ujung apikalnya memberikan
gambaran yang regular. Sel-sel tumor kecil-kecil dengan plemorfis inti yang rendah
21
atau sedang. Mitosis jarang dijumpai. Stroma yang fibroblastik banyak dijumpai.
Metastase ke kelenjar aksila 80% kasus dijumpai.7,10
12. Karsinoma Dengan Metaplasia
Disebut juga matrix production carcinoma, carsinosarcoma, spindle cell
carcinoma.1 Secara epidemiologi kurang dari 1% dari semua karsinoma payudara
yang invasive. Penderita berumur rata-rata 55 tahun. Secara klinik tidak berbeda
dengan karsinoma duktal invasif. Kebanyakan penderita teraba massa yang berbatas
tegas, rata-rata berukuran 3-4 cm. Dapat terlibat puting susu dan kulit dengan
terbentuknya ulkus.
Secara makroskopis tumor teraba keras, dan pada pemotongan terasa solid dan
tampak daerah yang berwarna putih mutiara. Pada tumor yang besar dapat dijumpai
kista yang besar atau kista-kista yang kecil. Secara mikroskopis tampak kelompokan-
kelompokan sel yang heterogen yang merupakan campuran dari karsinoma kelenjar
dengan daerah dominannya adalah sel-sel spindle, skuamos, dan/atau diferensiasi
mesenkim; spindle sel yang metaplasia dan karsinoma sel skuamos dapat dijumpai
pada bentuk yang murni tampa bercampur dengan karsinoma kelenjar. Hal ini
menyerupai gambaran soft tissue sarcoma.7,10
13. Karsinoma Tipe Skuamus
Sel-sel skuamus secara normal tidak dijumpai pada payudara, sehingga
karsinoma tipe skuamus payudara merupakan fenomena pengecualian. Karsinoma
tipe skuamus primer merupakan tumor yang jarang dimana menunjukkan ‘biologic
behavior’ yang unik. Diperkirakan hanya sekitar 0,1% hingga 0,2% dari seluruh
keganasan payudara. Diagnosis ditetapkan apabila karsinoma tipe skuamus adalah
satu-satunya malignansi yang ditemukan dari spesimen payudara, metastasis dari
tumor primer lain misalnya dari paru-paru, kulit, rongga mulut, serviks dan oesofagus
tidak ditemukan, dan tumor tidak berasal dari kulit payudara. Penampilan karsinoma
sel skuamus dapat menyerupai adenokarsinoma. Akan tetapi, karsinoma sel skuamus
payudara dapat juga berasal dari komplikasi kista maupun abses payudara. Karsinoma
ini diduga sebagai hasil dari metaplasia skuamus yang dijumpai pada area
adenokarsinoma.
Karsinoma tipe skuamus didefinisikan apabila (a) secara makroskopis terlihat
perbedaan massa tumor yang jelas dari lesi jinak lain seperti kulit dan nipple; (b) tidak
adanya lesi primer ekstramamari yang diduga sebagai metastasis; dan (c) gambaran
mikroskopis berupa sel-sel karsinoma skuamosa dengan sitoplasma yang pucat,
22
formasi keratin, tidak adanya intercellular bridges seperti halnya pada beberapa
elemen-elemen glandular neoplastik invasif.
Karsinoma sel skuamus payudara merupakan neoplasma yang jarang.
Diperkirakan hanya sekitar 0,1% hingga 0,2% dari seluruh keganasan payudara. Tipe
karsinoma payudara ini hanya dijumpai pada wanita berusia tua.
Secara makroskopis massa berbatas tegas dan ireguler yang tinggi dengan
kistakista kecil atau besar dengan atau tanpa nekrosis.
Secara mikroskopis spesimen menunjukkan sel-sel berkeratin besar, spindel,
akantolitik atau kombinasi dari tipe-tipe sel ini yang biasanya berproliferasi di
sekeliling kista. Umumnya dapat ditemukan keratin pearls, granul keratohialin dan
area nekrosis. Bagian kista dari tumor biasanya dilapisi oleh epitel skuamosa tanpa
nukleus atipik yang signifikan. Cabang-cabang tumor berasal dari kista dan
menginfiltrasi mengelilingi stroma. Terkadang tumor mengandung sel-sel spindel
yang dominan dengan sarang-sarang epitel skuamosa yang dapat diidentifikasi secara
jelas. Varian akantolitik dikarakteristikkan dengan adanya campuran sel-sel spindel
dan fokus spongiotik yang menunjukkan gambaran oedem membentuk saluran-
saluran yang dapat atau tidak berisi material mukoid. Saluran anastomosing
menirukan tumor vaskular (pseudoangiomatous pattern) dan biasanya pelapis sel
positif dengan CK tetapi negatif untuk marker endotelial.7,10
14. Karsinoma Inflamatori
Merupakan karsinoma pada payudara yang berbeda gambaran klinisnya
dengan histopatologinya. Dipercayai disebabkan oleh obstruksi dari kelenjar limfe
dari karsinoma kelenjar yang invasif karena kebanyakan kasusnya tumor-tumor
menginfiltrasi saluran limfe. Tetapi invasi kelenjar limfe tanpa adanya gambaran
klinis yang karakteristik tidak dimasukkan sebagai karsinoma inflamatori.
Secara epidemiologi mengenai 1-10% dari kanker payudara dan mengenai
usia yang sama dengan karsinoma duktal invasif.
Pada pemeriksaan klinis dijumpai massa dengan eritema yang difus, oedem,
peau d’orange, lembut dan hangat pada perabaan, dijumpai indurasi, pembesaran dan
rasa sakit pada waktu di tekan.
Secara histopatologi gambaran yang terlihat tidak seperti namanya yaitu tidak
signifikan dengan infiltrasi sel-sel radang dan bukan merupakan kondisi radang.
23
Gambaran yang terlihat pada kulit disebabkan karena obstruksi kelenjar limfe
sehingga memperlihatkan gambaran seperti proses peradangan.Secara histologi tidak
menunjukkan gambaran yang spesifik. Mayoritas tumor mempunyai gambaran
karsinoma duktal invasif yang morfologinya grade 3. Tumor ini selalu diikuti dengan
infiltrasi sel-sel limfoit terutama limfosit yang matur dan sel-sel plasma. Estrogen
reseptor positif rendah dan ERBB2 overekspresi.7,10
Klasifikasi Stadium TNM (UICC/AJCC)
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM sistem dari UICC/AJCC tahun 2006
adalah sebagai berikut:
a. T = ukuran tumor primer
TX : tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
Tis (DCIS) : Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget) : Penyakit Paget pada puting susu tanpa disertai massa tumor
T1 : tumor ukuran 2cm (3/4 inchi) atau kurang
T1mic : mikroinvasi 0,1 cm atau kurang
T1a : tumor ukuran > 0,1 cm tapi kurang dari 0,5 cm
T1b : tumor ukuran > 0,5 cm tapi kurang dari 1 cm
T1c : tumor ukuran >1 cm tapi kurang dari 2 cm
T2 : tumor ukuran lebih dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm (2 inchi)
T3 : tumor ukuran lebih dari 5 cm
T4 : tumor dengan ukuran berapapun yang tumbuh di dalam dinding dada atau
kulit.
T4a : ekstensi ke dinding dada, tanpa mengikutsertakan otot pektoralis
T4b : edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara,atau nodul
satelit pada kulit payudara.
T4c : T4a ditambah T4b
T4d : Inflamatory breast cancer
b. N = Kelenjar getah bening regional
NX : KGB regional tidak bisa diperiksa (telah diambil sebelumnya)
N0 : kanker tidak menyebar ke kelenjar getah bening terdekat
24
N1 : metastasis ke KGB aksila ipsilateral, masih mobil
N2 : metastasis ke KGB aksila ipsilateral terfiksasi, dan konglomerasi, atau
klinis adanya metastasis pada KGB mamaria interna meskipun tanpa
metastasis KGB
N2a : metastasis ke KGB aksila terfiksasi atau konglomerasi ataupun melekat
pada struktur lain/jaringan sekitar
N2b : klinis metastasis hanya pada KGB mammaria interna ipsilateral dan
tidak terdapat metastasis pada KGB aksila
N3 : klinis ada metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa metastasis pada KGB aksila, atau klinis terdapat metastasis pada KGB
mammaria interna dan metastasis KGB aksila
N3a : metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b : metastasis ke KGB mammaria interna dan KGB aksila
N3c : metastasis ke KGB supraklavikula
c. Metastasis
MX : adanya penyebaran jauh tidak bisa diperiksa
M0 : tidak ada penyebaran jarak jauh
M1 : penyebaran ke organ jauh ada
Setelah kategori T, N dan M ditentukan maka informasi ini akan digabung untuk
proses dinamakan pengelompokan stadium (stage grouping). Kanker dengan stadium yang
sama cenderung memiliki prognosis sama dan sering diterapi sama. Stadium ditulis dengan
angka romawi dari I sampai IV. Kanker non invasif ditulis stadium 0.9
Pengelompokkan stadium kanker payudara
Tabel 2. Stadium Kanker Payudara. Sumber: UICC/AJCC.
Stadium Tumor primer (T) Kelenjar getah
bening (N)
Metastasis (M)
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIa T0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
M0
IIb T2
T3
N1
N0
M0
M0
25
IIIa T0
T1
T2
T3
T3
N2
N2
N2
N1
N2
M0
M0
M0
M0
M0
IIIb T4
T4
T4
N0
N1
N2
M0
M0
M0
IIIc Salah satu dari T N3 M0
IV Salah satu dari T Salah satu dari N M1
Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan
prognosis:
Jenis sel kanker
Gambaran kanker
Respon kanker terhadap hormon
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih
sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.9
Peristiwa perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut karsinogenesis. Segala
sesuatu yang menimbulkan perubahan tersebut dinamakan penyebab kanker atau karsinogen.
Tetapi sampai sekarang kita masih belum dapat menentukan secara pasti penyebab khusus
terjadinya kanker. Dari hasil penyelidikan ekperimental maupun dari pengamatan klinik dan
epidemiologic ternyata terjadinya kanker merupakan proses yang sangat rumit yang
merupakan akibat dari beberapa penyebab yang bekerja bersama-sama.
Secara skematis faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker dibagi
dalam tiga golongan.
1. Faktor karsinogen yang menginduksi pertumbuhan abnormal. Ini biasanya bersifat
eksogen (bahan kimiawi, fisik, biologik).
2. Faktor tuan rumah yang mengizinkan pertumbuhan abnormal. Ini biasanya bersifat
endogen (genotype, jenis kelamin, umur). Juga faktor-faktor imunologik,
imunogenetik, dan hormonal termasuk dalam golongan ini.
26
3. Faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan modifikasi, tetapi faktor ini sendiri
tidak bersifat karsinogen (makanan, obat-obatan, agenesis yang menginduksi
hyperplasia, rangsangan menahun seperti fistel atau ulkus mungkin hanya sebagai
promoter dalam patogenesisnya).5
Tumorigenesis kanker payudara merupakan multi tahap, tiap tahapnya berkaitan
dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor atau mayor. Terdapat dua jenis
sel utama pada payudara orang dewasa; sel mioepitel dan sel sekretorik lumen.
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam perjalanan
menuju keganasan. Hiperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel-sel epitel poliklonal yang
tersebar tidak rata yang pada pola kromatin dan bentuk inti-intinya saling bertumpang tindih
dan lumen duktus yang tidak teratur; sering menjadi tanda awal kecendrungan keganasan.
Sel-sel di atas relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan secara
sitologi jinak. Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia atipik (klonal), yang sitoplasma
selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan lumen duktus yang
teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker payudara.
Setelah hiperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya karsinoma in situ, baik
karsinoma duktal maupun lobular. Pada karsinoma in situ, terjadi proloferasi sel yang
memiliki gambaran sitologis sesuai dengan keganasan, tetapi proloferasi sel tersebut belum
menginvasi stroma dan menembus membran basal.
Kasrinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara (bukan
bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pancitraan. Sebaliknya, karsinoma
in situ duktal merupakan lesi duktus segmental yang dapat mengalami klasifikasi sehingga
memberi penampilan yang beragam.
Setelah sel-sel tumor menembus membran basal dan meninvasi stroma, tumor
menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga menimbulkan
metastasis.5,12
Terapi Kanker Payudara
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap
kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.
27
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi biologis
(terapi target molekul/terapi imunologi), dan terapi hormonal.
Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan
tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.
Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembanganbiak
dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat
yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan
untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.5,6,8,9
A. Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi
pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat
sebanyak mungkin tumor.
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan Breast Conserving Therapy (hanya
mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
a. Pembedahan Breast Conserving Therapy
1. Lumpektomi: pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di
sekitarnya
2. Eksisi luas atau wide local excision: pengangkatan tumor dan jaringan
normal di sekitarnya yang lebih banyak
3. Tylektomi
4. Segmental mastektomi
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan
peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari
pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan
berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
b. Mastektomi
1. Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot
dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk
28
menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah
dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan
utuh.
Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang
telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan
pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modified
radical mastectomy: seluruh jaringan payudara diangkat dengan
menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening
ketiak.
3. Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya
diangkat.
Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi
resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening
mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon. Beberapa ahli percaya
bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan
saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan
kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan
sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan
tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua
payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga
banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Jika penderita memilih
untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu
tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler.
Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat
penghambat hormon yaitu tamoxifen. Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan
penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan. Banyak juga
penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.
29
Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang
terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak.
Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
c. Rekonstrusi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun
jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan
bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon
kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras,
menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk
ke dalam laliran darah.
d. Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka
harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut
yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa
ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi.
Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan
dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan
perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang. Tamoxifen adalah
obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan.
Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama
dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit
30
jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak
mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.5,6,8,9
B. Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling
sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit. Kanker
muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh
tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala
biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan
seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi
untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Tetapi jika kanker hanya
ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan
pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada :
Kanker yang didukung oleh estrogen
Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2
tahun setelah terdiagnosis
Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan
masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada
penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama.
Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk
mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah
pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid)
31
biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan
pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel,
dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan
pada pemberian obat penghambat hormon.5,6,8,9
Terapi Radiasi
Indikasi Terapi Radiasi Pada Kanker Payudara
Terapi radiasi pada kanker payudara diberikan apabila ditemukan keadaan sebagai berikut:
a. Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
b. Tepi sayatan dekat (T ≥ T2)/ tidak bebas tumor
c. Tumor sentral/medial
d. KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi adalah sebagai berikut:
a. Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila beserta
supraklavikula, kecuali:
o Pada keadaan T ≤ T2 bila cn = 0 dan pn, maka tidak dilakukan radiasi pada
KGB aksila supraklavikula
o Pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi pada
mamaria interna
a. Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sbb:
o Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10Gy (misalnya tepi sayatan dekat
tumor atau post BCS)
o Pada terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau
makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy kecuali pada aksila
15Gy.6,8,9
1. Cara Terapi Radiasi
External beam radiation atau radiasi dari luar adalah tipe radiasi paling umum bagi
penderita dengan kanker payudara. Radiasi tersebut diarahkan dari mesin ke tubuh bagian
luar di area yang terkena kanker.
32
Tingkat radiasi yang diberikan tergantung apakah lumpektomi atau mastektomi telah
dikerjakan dan apakah ada atau tidak kelenjar getah bening yang terlibat. Jika lumpektomi
telah dikerjakan, seluruh payudara menerima radiasi, dan tambahan radiasi diberikan pada
area di payudara dimana kanker telah diangkat, untuk pencegahan munculnya kembali pada
area tersebut. Tergantung dari ukuran dan luas dari kanker tersebut, radiasi bisa diberikan
pada area dinding dada dan ketiak. Pada beberapa kasus, area yang diterapi meliputi kelenjar
getah bening supraclavicular (KGB di atas tulang leher) dan kelenjar getah bening mammary
(KGB di bawah tulang payudara, ditengah dada).Ketika diberikan seetelah operasi, radiasi
dari luar ini biasanya tidak diberikan sampai jaringan telah sembuh, kurang lebih 1 bulan.
Jika kemoterapi juga diberikan, terapi radiasi biasanya ditunda sampai kemoterapi
diselesaikan.
Sebelum terapi dimulai, tim radiasi akan mempertimbangkan dengan seksama untuk
menentukan sudut yang tepat untuk tujuan sinar radiasi dan dosis radiasi yang tepat. Tim
tersebut akan membuat sebuah penenda atau tato kecil pada kulit penderita yang kan
digunakan sebagai patokan untuk focus dari sinar radiasi tersebut. Lotion, bedak, deodorant,
dan antiperspirants dapat mengganggu sinar radiasi tersebut sehingga leboh baik bila tidak
digunakan.
Terapi radiasi dari luar ini hampir serupa dengan dilakukan pemeriksaan x-ray, tapi
radiasi lebih sering. Tiap terapi hanya butuh waktu beberapa menit, sekalipun waktu dimana
penderita harus menunggu membutuhkan waktu yang lebih lama.
Cara paling umum untuk memberikan radiasi pada kanker payudara adalah 5 hari
dalam 1minggu selama sekitar 6-7 minggu.
Accelerated Breast Irradiation: pendekatan standar dari pemberian radiasi dari luar
selama 5 hari dalam seminggu selama beberapa minggu, yang dirasakan tidak menyenangkan
bagi banyak penderita. Beberapa dokter saat ini menggunakan jadwal, seperti memberikan
secara sedikit demi sedikit dosis harian yang lebih besar hanya selama 3 minggu, yang
sepertinya bekerja sebaik cara sebelumnya,
Cara pendekatan terapi radiasi yang lain, dikenal sebagai intraoperative radiation
therapy (IORT), adalah radiasi dengan dosis tunggal yang besar yang diberikan pada ruang
operasi tepat setelah lumpektoni dikerjakan (sebelum insisi payudara ditutup).
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh radiasi dari luar (external radiation) untuk
jangka pendek adalah pembengkakan dan rasa tebal pada payudara, perubahan warna kulit
payudara seperti terbakar sinar matahari di area yang terradiasi, dan rasa kelelahan.
33
Perubahan dari jaringan payudara dan kulit biasanya akan pergi dengan sendirinya dalam 6-
12 bulan
Pada beberapa wanita, payudara menjadi lebih kecil dan keras setelah terapi radiasi.
Menjalani radiasi, juga mempengaruhi kesempatan penderita untuk melakukan rekonstruksi
payudara. Terapi radiasi pada kelenjar getah bening di daerah ketiak juga dapat,
menyebabkan timbulnya lympedema (pembengkakan kelenjar getah bening).
Pada beberapa kasus yang jarang, terapi radiasi dapat melemahkan tulang rusuk,
sehingga dapat menyebabkan patah tulang. Di masa lalu, bagian dari paru dan jantung juga
mendapatkan sinar radiasi, yang pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan
organ-organ tersebut pada penderita. Peralatan terapi radiasi modern memungkinkan dokter
untuk menfokuskan sinar radiasi, sehingga maslah seperti di atas menjadi jarang.8,9,11
Kemoterapi
Kemoterapi : Kombinasi CAF (CEF) , CMF, AC
Kemoterapi adjuvant : 6 siklus
Kemoterapi neoadjuvant : 12 siklus
Kemoterapi terapeutik : Diberikan sampai metastasis hilang atau terjadi intoksikasi
Kemoterapi paliatif : Diberikan jangka panjang dengan tujuan paliatif
Kombinasi CAF
Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari 1
A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/m2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1
Interval : 3 minggu
Kombinasi CEF
Dosis C : Cyclophospamide 500 mg/ m2 hari 1
E : Epirubicin 50 mg/m2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/ m2 hari 1
Interval : 3 minggu
34
Kombinasi CMF
Dosis C : Cyclophospamide 100 mg/m2 PO hari 1 s/d 14
M : Metotrexate 40 mg/ m2 IV hari 1 & 8
F : 5 Fluoro Uracil 600 mg/m2 IV hari 1 & 8
Interval : 3-4 minggu
Kombinasi AC
Dosis A : Adriamicin 600 mg/m2 hari 1
C : Cyclophospamide 60 mg/m2 hari 1
Interval : 3 minggu9
Terapi Hormonal
1. Additive : pemberian tamoxifen
2. Ablative : bilateral oophorectomi (ovarektomi bilateral)
Dasar pemberian :
1.Pemeriksaan Reseptor ER + PR +
ER + PR –
ER - PR +
Tabel 3. Hormon Status dengan Respon Therapy.
Hormon Receptor Status Respone Therapy (%)
ER +/PR+ 80
ER-/PR+ 45
ER+/PR- 35
ER/PR- 10
2. Status hormonal
35
Additive : Apabila
ER - PR +
ER + PR – (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)
ER - PR +
Ablasi : Apabila
tanpa pemeriksaan reseptor
premenopause
menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+) perjalanan penyakit
slow growing & intermediated growing
Tabel 4. Adjuvant terapi pada NODE NEGATIVE (KGB histopatologi negatif).
Menopausal
Status
Hormonal Receptor High Risk
Premenopause ER (+) / PR (+)
ER (-) / PR (-)
Khemo + Tam / Ov
Khemo
Post menopause ER (+) / PR (+)
ER (-) / PR (-)
Tam + Khemo
Khemo
Old Age ER (+) / PR (+)
ER (-) / PR (-)
Tam + Khemo
Khemo
Tabel. Adjuvant therapi pada NODE POSITIVE (KGB histopatologi positif)
Menopausal Status Hormonal Receptor High Risk
Premenopausal ER (+) / PR (+)
ER (-) and PR (-)
Khemo+ Tam / Ov
Khemo
Post menopausal ER (+) / PR (+)
ER (-) and/ PR (-)
Khemo + Tam
Khemo
Old Age ER (+) / PR (+) Tam + Khemo
36
ER (-) and PR (-)
Khemo
B. Follow up :
tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan
tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan
setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan
Pemeriksaan yang dilakukan
Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol
Thorax foto : tiap 6 bulan selama 3 tahun pertama
Tumor marker CA 15-3 : tiap 2-3 bulan, terutama jika hasil awal tinggi
Mamografi : tiap 6 bulan selama 3 tahun pertama
USG Abdomen/liver : tiap 6 bulan selama 3 tahun pertama
Bone scaning : tiap 2 tahun, kecuali jika ada indikasi3,9
Prognosis
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini.
Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah
menjalani pengobatan yang sesuai mendekati:
1. 95% untuk stadium 0
2. 88% untuk stadium I
3. 66% untuk stadium II
4. 36% untuk stadium III
5. 7% untuk stadium IV5,6,12
Pencegahan
Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli
kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka
kejadian kanker. Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih
37
mudah diobati dan bisa disembuhkan jika masih pada stadium dini. SADARI, pemeriksan
payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan alat untuk
mendeteksi kanker secara dini.
Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi
resiko kanker payudara, yaitu tamoxifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di
dalam jaringan payudara.
Tamoxifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita
yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada
wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua
payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang
memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat
karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan
wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).6,12
Vaksin Kanker Payudara
Penelitian yang sedang berlangsung, tentang bagaimana vaksin dapat menghambat
pertumbuhan tumor, mengurangi keparahan penyakit, dan mencegah kekambuhan. Tidak
seperti vaksin tradisional, yang mencegah penyakit menular seperti influenza, vaksin kanker
dimaksudkan untuk memanfaatkan sistem kekebalan tubuh terhadap sel kanker yang sudah
ada. Karena sel-sel kanker menekan respon kekebalan tubuh, yang pada dasarnya menipu
sistem kekebalan tubuh menjadi mengabaikan, bukan menolak tumor. Vaksin kanker yang
berhasil harus mampu mengatasi penekanan kekebalan sel-sel kanker dan sinyal sistem
kekebalan tubuh untuk menyerang sel-sel kanker.
Para peneliti menyebut "targeted immunoediting," yaitu potensi vaksin yang
menargetkan HER-2/neu over-ekspresi dalam kanker payudara tahap awal (DCIS). Over-
ekspresi gen HER-2/neu terkait dengan sekitar 50 sampai 60 persen kasus DCIS, dan
membantu memprediksi keparahan penyakit, serta resiko kambuhnya kanker payudara
invasif.
Dengan memperlakukan sel dendritik-sel darah putih khusus yang memainkan peran
utama dalam mengaktifkan respon imun dengan HER-2/neu, dihasilkan vaksin yang
diharapkan akan mendorong respon kekebalan tubuh. Bahkan, para peneliti menemukan
bahwa hampir semua pasien menunjukkan reaksi kekebalan awal untuk vaksin, dan setengah
menunjukkan tingkat nyata mengurangi ekspresi HER-2/neu, menyebabkan peningkatan
secara keseluruhan dalam keparahan penyakit.13
38
Penutup
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar,
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Setiap 2 dari 10.000
perempuan di dunia diperkirakan akan mengalami kanker payudara setiap tahunnya. Kanker
payudara merupakan salah satu penyebab kematian utama yang disebabkan oleh kanker pada
perempuan di seluruh dunia.
Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien kanker payudara adanya
benjolan/massa di payudara, terasa nyeri, dan terjadi pembesaran yang abnormal. Deteksi dini
kanker payudara dapat dikembangkan metode pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan
payudara secara klinis, pemeriksaan mamografi, pemeriksaan USG. Sedangkan diagnosis
kanker payudara dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinik, radiologi, dan pemeriksaan
histologi/sitologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Underwood JCE. Patologi umum dan sistematik. Edisi 2. Volume 2. Jakarta:EGC;1999.
h. 543-572.
2. Greenberg R, Skornick Y, Kaplan O. Management of breast fibroadenomas. September
1998, diunduh dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1497021, 22 April 2011.
3. Bickley LS. BATES Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta:EGC;2009.H. 311-319
4. Winer EP. Malignant Tumor of The Breast. In: Cancer Principles and Practice of
Oncology. United State of America: Lippincott Williams & Wilkins; 2001.
5. Bagian Bedah Staf Pengajar FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit
Binarupa Aksara; 2008.
6. Towsend M, et al. The Breast. In: Sabiston textbook of Surgery. United State of America:
Elsivier; 2008.
39
7. Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik FKUI. Neoplasma. Dalam: Patologi. Jakarta:
FKUI; 1973.
8. Doherty GM. Breast In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 12th ed. United State of
America: McGraw-Hill; 2006.
9. Mauaba TW. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Dalam: Panduan
Penatalaksanaan Kanker Solod Peraboi 2010. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
10. Collage of American Pathologist. Breast Cancer. 2011. Diunduh
dari,http://www.cap.org/apps/docs/reference/myBiopsy/BreastInvasiveDuctalCarcinoma.
pdf, 1 Juli 2012.
11. Rosai J. Ackerman’s Surgical Pathology. 9th ed. Mosby; 2004.
12. Sjamsuhidajat R. Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah, 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010.
13. Czerniecki BJ. Penn Surgery. University of Pennsylvania. 2012. Diunduh dari,
http://www.uphs.upenn.edu/surgery/Labs/Czerniecki/members.html, 6 Juli 2012.
40