refrat ca mammae

39
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996). Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4 (SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%.

Upload: erlia-paramitha

Post on 28-Jun-2015

1.132 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: refrat CA mammae

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan

kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian

nomor 2 setelah penyakit-penyakit kardiovaskular (Ama, 1990). Diperkirakan, kematian

akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di

negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di

antaranya ditemukan di negara sedang berkembang (Parkin,et al 1988 dalam Sirait, 1996).

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap

100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke

tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola

penyakit (Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

1992, kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian

di Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4

(SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4  (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data

Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di

rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu,

peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit

DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,

yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara

baru yang didiagnosis setiap tahunnya.  Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di

negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000).

Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan

di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari

semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari  150.000 penderita kanker

payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap

tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di

Page 2: refrat CA mammae

2

Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000

(Moningkey, 2000).

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim

di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di

Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap

menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita

kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).  Data 

dari Direktorat  Jenderal  Pelayanan Medik  Departemen  Kesehatan menunjukkan bahwa

Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit

menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari,

1998).

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan

jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat  dalam keadaan lanjut. Hal

inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada

stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982)

mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan

hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula

bahwa 70--90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah 

masuk dalam stadium lanjut.

Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak

memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi.

Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75%

(Ama, 1990). Pengobatan pada penderita kanker memerlukan teknologi canggih,

ketrampilan,  dan  pengalaman  yang luas.  Perlu  peningkatan  upaya pelayanan

kesehatan, khususnya di RS karena jumlah yang sakit terus-menerus meningkat, terlebih

menyangkut golongan umur produktif.

Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker, termasuk kanker payudara,

biasanya adalah 5 year survival (ketahanan hidup 5 tahun) (Sirait, 1996).  Vadya dan

Shukla menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis dan ketahanan

hidup penderita kanker payudara adalah besar tumor, status kelenjar getah bening regional,

skin oedema ‘pembengkakan kulit’, status menopause,  perkembangan sel tumor, residual

Page 3: refrat CA mammae

3

tumor burden (tumor sisa), jenis patologinya, dan metastase, terapi, serta reseptor

estrogen. Selain itu, ditambahkan pula dengan umur dan besar payudara. Azis FM dkk.

menyatakan bahwa ketahanan hidup penderita kanker dipengaruhi oleh pengobatan,

ukuran tumor, jenis histologi, ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemia, dan

penyulit seperti hipertensi.

Dalam Vadya dikatakan bahwa untuk ukuran tumor < 2 cm, ketahanan hidup 5

tahun sebesar 73%. Hal ini sangat berbeda untuk ukuran tumor 3-6 cm yang angka

ketahanan hidupnya sangat rendah, yaitu 24%.  Selain itu, ukuran tumor yang lebih besar

berhubungan dengan kelenjar limfa. Dalam ukuran kanker yang lebih besar, kelenjar limfa

yang melekat (involved) menjadi lebih banyak.

Tjindarbumi  (1982) melaporkan pengobatan kanker payudara dengan simpel

mastektomi tanpa sinar memberikan ketahanan hidup 79% dan mastektomi radikal

memberikan ketahanan hidup 5 tahun 70--95%. Informasi tentang faktor-faktor ketahanan

hidup memberikan manfaat yang besar. Bukan hanya untuk peningkatan penanganan

penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan informasi yang cukup kepada

masyarakat tentang kanker payudara dan perkembangan serta prognosis penyakit tersebut

di masa mendatang.

II. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami Payudara dan Kanker Payudara.

2. Memenuhi sebagian syarat untuk ujian stase obstetri ginekologi RSD Panembahan

Senopati Kabupaten Bantul

Page 4: refrat CA mammae

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PAYUDARA

A. Embriologi

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke enam masa

embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu

yang terbentang dari axilla sampai regio inguinal.

Pada manusia, golongan primata gajah dan ikan duyung, dua per tiga kaudal

dari garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang

menjadi cikal-bakal payudara.

Beberapa hari setelah lahir pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara

unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut

mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan asinus

serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya

kadar estrogen ibu dalam sirkulasii darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini

menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah

yang menumbulkan perubahan pada payudara.

B. Anatomi

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral

atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah axilla, disebut penonjolan

Spence atau ekor payudara.

Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing

mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara

kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin

terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut

ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.

Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari

a.mamaria interna, a.thoracalis lateralis yang bercabang dari a.axillaris, dan beberapa

a.intercostalis.

Page 5: refrat CA mammae

5

Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan

n.intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada

beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan paralisis dan mati rasa

pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.cutaneus brachius medialis yang

mengurus sensibilitas daerah axilla dan baian median lengan atas. Pada diseksi axilla,

saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah

tersebut.

Saraf n.pectoralis yang mengurus m.pectoralis mayor dan minor, n.

Thoracodorsalis yang mengurus m.latissimus dorsi, dan n.thoracalis longus yang

mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi

dengan diseksi axilla.

Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke axilla, sebagian lagi ke

kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula

penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada axilla terdapat rata-rata 50 ( berkisar

antara 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena

brachialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior axilla,

kelompok sentral axilla, kelenjar axilla bagian dalam, yang lewat sepanjang v.axillaris

Page 6: refrat CA mammae

6

dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa

supraklavikuler.

Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju

ke kelenjara sepanjang pembuluh mamaria interna, juga menuju ke axilla

kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,

pleura dan payudara kontralateral.

C. Fisiologi

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen

dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah

menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan siklus menstruasi. Sekitar

hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid

berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri

dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan

nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada

waktu itu, pemeriksaan foto mammpgraphy tidak berguna karena kontras kelenjar

terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,

dan tumbuh duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus

ke puting susu.

II. TUMOR GANAS PAYUDARA

A. Insidens dan Epidemiologi

Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma

serviks uterus. Di Indonesia berdasarkan “Pathological Based Registration” kanker payudara

mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal

20.000 kasus baru pertahun; dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada

dalam stadium lanjut.

Page 7: refrat CA mammae

7

Kurva insidens-usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali

ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertingi terdapat pada usia 45-66

tahun. Insidens karsinoma mammae pada lelaki hanya 1% dari kejadian pada perempuan.

B. Etiologi dan Faktor Risiko

Keluarga

Dari epidemiolog tampak bahwa kemungkinan menderita kanker payudara dua

sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau sadara kandunngnya menderita

kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila itu atau saudara kandung itu menderita

kanker bilateral atau kanker pada premenopause.

Wanita yang pernah ditangani karsinoma payudaranya, memang mempunyai risiko tinggi

menderita karsinoma di payudara lain.

Usia.

Seperti pada banyak jenis kanker, insidens menurut usia naik sejalan dengan

bertanmbahnya usia.

Bagan 1Faktor Risiko Karsinoma Payudara

Usia Makin lanjut usia, risiko makin tinggiKeluarga Karsinoma mammae

- Ibu - Saudara kandung - Khususnya pramenopause dan/lateral

Patologi Displasia atau kelainan fibrokistik tertentu pernah karsinoma mammae sisi lain

Kehamilan pertama pada usia lanjut

Hormon.

Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan

hormon. Hal ini terbukti pada hewan coba dan pada penderita karsinoma mammae.

Perubahan pertumbuhan tampak setelah penambahan atau pengurangan hormon yang

merangsang atau menghambat pertumbuhan karsinoma mammae. Misalnya, pada wanita

yang diangkat ovariumnya di usia muda lebih jarang ditemukan kanker payudara. Akan

tetapi, hal itu tidak membuktikan bahwa hormon seperti estrogen dapat menyebabkan

karsinoma mammae pada manusia. Namun, menarke yang cepat dan menopause yang lambat

ternyata disertai dengan peninggian risiko. Risiko terhadap karsinoma mammae lebih

Page 8: refrat CA mammae

8

rendah pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih muda. Laktasi tidak

mempengaruhi risiko. Kemungkinan risiko meninggi terhadap adanya kanker payudara pada

wanita yang menelan pil KB dapat disangkal berdasarkan penelitian yang dilakukan selama

puluhan tahun.

Diet.

Sampai sekarang tidak terbukti bahwa diet lemak berlebihan dapat memperbesar atau

memperkecil risiko kanker payudara.

Virus.

Pada air susu ibu ditemukan (partikel) virus yang sama dengan yang terdapat pada air

susu tikus yang menderita karsinoma mammae. Akan tetapi, peranannya sebagai faktor

penyabab pada manusia tidak dapat dipastikan.

Sinar ionisasi, pada hewan coba terbukti adanya peranan sinar ionisasi sebagai faktor

penyebab kanker payudara. Dari hasil penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau

penelitian pada setelah pajanan sinar rontgen, peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab

pada manusia lebih jelas.

C. Tingkat Penyebaran

Kanker Payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru

menembus ke perenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara bersifat

multisentris.

Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila

tidak diobati, ketahanan hidup lebih lama sepuluh tahun adalah 16-22%. Sedangkan

ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat

penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila

positif lebih baik.

Persentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang diobati

lengkap. Pada tingkat 1 ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan TNM dilakukan

secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro tidak dapat ditemukan. Pada

85% penderita yang tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit

atau karena metastasis. Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-IV.

D. Gambaran Klinis dan Diagnosis

Tanda dan gejala. Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke

dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan bejolan tumor jinak, tetapi kadang

Page 9: refrat CA mammae

9

dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya Bila tumor telah besar,

perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari

putting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih

mengarah ke kelainan fibriokistik.

E. Pemeriksaan Penunjang

Dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa

mikrokalsfikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada

mammografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi sebab

sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya, bila mamografi positif dan

secara klinis tidak teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsi di

tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut.

Mammografi pada masa pramenopause umumnya tidak bermanfaat karena gambaran kanker

diantara jaringan kelanjar kurang tampak.

Bagan 2Tanda atau gejala yang mendorong penderita karsinoma mammae ke dokter

- Bagian mammae yang tidak nyeri 66%- Benjolan yang nyeri 10%- Pengeluaran cairan dari putting 10%- Perubahan mamma seperti retraksi atau udem setempat 10%

Bagan 3Gejala dan tanda penyakit payudaraNyeri :

- berubah dengan daur haid

- tidak tergantung daur haid

- Penyebab fisiologis seperti pada tegangan pramenstruasi atau penyakit fibrokistik

- Tumor Jinak, tumor ganas, atau infeksi

Benjolan Payudara - Yang keras

- Kenyal - Lunak

- Permukaan licin pada fibroadenom atau kista

- Permukaan kasar, berbenjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektir

- Kelainan fibrokistik- Lipoma

Perubahan kulit - Bercawak - Benjolan kelihatan

- Sangat mencurigakan karsinoma- Kista, karsinoma, fibroadenoma

Page 10: refrat CA mammae

10

- Kulit jeruk - Kemerahan- Tukak

besar- Di atas benjolan: kanker (tanda khas)- Infeksi (jika panas) - Kanker lama (terutama orang tua)

Kelainan putting /areola - Retraksi - Inversi baru

- Eksema

- Fibrosis karena kanker - Retraksi fibrosis karena kanker (kadang

fibrosis karena pelebaran duktus) - Unilateral : penyakit paget (tanda khas

kanker) Keluarnya Cairan

- Seperti susu- Jernih - Hijau

- Hemoragik

- Kehamilan atau laktasi - Normal - (peri) menopause - Pelebaran duktus- Kelainan fibrokistik- Karsinoma - Papiloma intraduktus

Indikasi Mammografi

- Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan samar di payudara

- Mammae kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara

- Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan sumbernya tidak diketahui

- Penapisan karsinoma mammae pada risiko tinggi

- Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau kosmetik

Ultrasonografi berguna terutama untuk menentukan adanya kista: kadang tampak kista

sebesar 1-2 cm. Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari fungsi dengan jarum

halus (FNA= Fine Needle Aspiration Biopsy) dapat dipakai untuk menentukan apakah akan

segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan dengan

pemeriksaan lain atau langsung akan dilakukan ekstirpasi. Hasil positif pada pemeriksaan

sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil positif palsu selalu dapat terjadi,

sementara hasil negatif palsu sering terjadi.

Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologik dapat diperoleh secara fungsi jarum besar

yang menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik

biokimia. Biopsi secara ini, yang biasa disebut care biopsy, dapat digunakan untuk biopsi

kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto mammae. Digunakan pendekatan

secara strereofaksi USG atau pencitraan lain yang juga dapat digunakan pada FNA.

Page 11: refrat CA mammae

11

Bagan 4

Ringkasan Karsinoma Mamma

Risiko Tinggi - Karsinoma mammae ibu atau saudara kandung - Bekas kanker payudara - Tidak ada anak atau anak pertama pada usia lanjut

Tanda dini - Benjolan tunggal tanpa nyeri yang agak keras dengan batas kurang jelas - Kelainan mammografi tanpa kelainan pada palpasi

Tanda lama - Retraksi kulit atau retraksi areola - Retraksi atau inversi putting - Kelenjar aksila dapat diraba - Pengecilan mammae (pengerutan) - Pembesaran mammae- Kemerahan- Udem kulit - Fiksasi pada kulit atau dinding toraks

Tanda akhir - Tukak - Kelenjar supraklavikula dapat diraba - Udem lengan - Metastasis ulang, paru, hati, otak, pleura, atau ditempat lain

F. Klasifikasi Stadium TNM (UICC/AJCC) 2002

Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari UICC/AJCC tahun 2002

adalah sebagai berikut:

T = ukuran tumor primer

Ukuran T secara klinis, radiologis dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai

paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.

N = kelenjar getah bening regional

M = metastasis jauh

TxT0TisTis (DCIS)Tis (LCIS)Tis (Paget’s)T1T1micT1aT1b

Tumor primer tidak dapat dinilaiTidak terdapat tumor primerKarsinoma in situDuctal carcinoma in situLobular carcinoma in situPenyakit paget pada puting tanpa adanya tumorTumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cmAdanya mikroinvasi ukuran ≤ 0,1 cmTumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm - 0,5 cmTumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm - 1 cm

Page 12: refrat CA mammae

12

T1cT2T3T4

T4aT4b

T4cT4d

Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm -i 2 cmTumor dengan ukuran diameter > 2 cm – 5 cmTumor dengan ukuran diameter > 5 cmUkuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada/kulitEkstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pectoralisEdema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit, pada kulit yang terbatas pada 1 payudaraMencakup kedua hal diatas (T4a+T4b)Mastitis karsinomatosa

NxN0N1

N2

N2a

N2b

N3

N3aN3b

N3c

Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai (telah diangkat)Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening regionalMetastasis ke kelenjar getah bening regional axilla ipsilateral, mobilMetastasis ke kelenjar getah bening regional axilla ipsilateral, terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral tanpa adanya metastasis ke kelenjar getah bening axilla Metastasis ke kelenjar getah bening regional axilla ipsilateral, terfiksir, berkonglomerasi, atau melekat ke struktur lainMetastasis hanya ke kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada axillaMetastasis pada kelenjar getah bening infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kelenjar getah bening axila atau klinis terdapat metastasis pada kelenjar getah mammaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kelenjar getah bening axilla, atau metastasis pada kelenjar getah bening supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kelenjar getah bening azilla/mammaria internaMetastasis ke kelenjar getah bening infraklavikular ipsilateralMetastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna dan kelenjar getah bening axillaMetastasis ke kelenjar getah bening supraklavikular

MxM0M1

Metastasis jauh belum dapat dinilaiTidak terdapat metastasis jauhTerdapat metastasis jauh

Grup Stadium

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II A T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium II B T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium III A T0 N2 M0

Page 13: refrat CA mammae

13

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stadium III B T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stadium III C Any T N3 M0

Stadium IV Any T Any N M1

G. Prosedur Diagnostik

I. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesis

a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya :

1) Bernjolan

2) Kecepatan tumbuh

3) Rasa sakit

4) Nipple discharge

5) Nipple retraksi dan sejak kapan

6) Krusta pada aerola

7) Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venectasi

8) Perubahan warna kulit

9) Benjolan ketiak

10) Edema lengan

b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastase :

1) Nyeri tulang (vertebra, femur)

2) Rasa penuh di ulu hati

3) Batuk

4) Sesak

5) Sakit kepala hebat, dll

c. Faktor-faktor resiko

1) Usia penderita

2) Usia melahirkan anak pertama

3) Punya anak atau tidak

Page 14: refrat CA mammae

14

4) Riwayat menyusui

5) Riwayat menstruasi

6) Riwayat pemakaian obat hormonal

7) Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara dan kanker lain

8) Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik

9) Riwayat radiasi dinding dada

2. Pemeriksaan fisik

a. Status generalis

b. Status lokalis

1) Payudara kanan dan kiri harus diperiksa

2) Massa tumor : lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan

batas tumor, jumlah tumor, terfixasi atau tidak ke jaringan mamma

sekitar kulit, m.pectoralis dan dinding dada.

3) Perubahan kulit : kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit, peau

d’orange, ulserasi

4) Nipple : tertarik, erosi, krusta, discharge

5) Status kelenjar getah bening : jumlah, ukuran, konsistensi, terfixir satu

sama lain atau jaringan sekitar pada kelenjar getah bening axilla,

infraklavikula, dan supraklavikula

6) Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis : paru, tulang,

hepar, otak

II. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging

1. Recommended

a. USG Payudara dan Mammografi untuk tumor ≤ 3 cm

b. Foto thorax

c. USG Abdomen

2. Optional/Atas Indikasi

a. Bone scanning atau dan bone survey, bilamana sitologi atau klinis sangat

mencurigai pada lesi > 5 cm

b. CT Scan

III. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy

Sitologi dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologis curiga ganas.

IV. Pemeriksaan Histopatologik (Gold Standard Diagnostik)

Page 15: refrat CA mammae

15

Pemeriksaan histopatologik dilakukan dengan potong beku dan/parafin. Bahan

pemeriksaan histopatologi diambil melalui :

1. Core biopsy

2. Biopsy eksisional untuk tumor ukuran < 3 cm

3. Biopsy incisional untuk tumor operable ukuran > 3cm sebelum operasi

definitif, dan inoperable.

4. Specimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah bening

Pemeriksaan imunostatika : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53

(situasional).

V. Laboratorium

Rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis.

H. Terapi

Sebelum merencanakan terapi karsinoma mammae, diagnosis klinis dan

histapatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosis klinis harus

sama dengan diagnosis histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana

yang keliru. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah

rencana terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan

diambil. Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus

dikerjakan, demi kesembuhan. Akan tetapi, bila tindakannnya paliatif, alasan non kuratif

menentukan terapi yang dipilih.

Pembedahan. Untuk mendapat diagnosis histologi, biasanya dilakukan biopsi sehingga

tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan mammae. Dengan

sedian beku. Hasil pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit. Bila

diselesaikan. Akan tetapi, pada hasil yang menunjukkan tumor ganas, operasi dapat

dilanjutkan dengan tidakan bedah kuratif.

Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, dan bedah

konservatif merupakan eksisi tumor ganas.

Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke

dinding dada dan kulit mammae, atau infiltrasi dari kelenjar limf ke struktur sekitarnya.

Tumor disebut mampu-angkat (operable) jika dengan tindakan bedah radikal seluruh tumor

dan penyebarannya di kelenjar limf dapat dikeluarkan.

Page 16: refrat CA mammae

16

Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian

besar kulitnya, m. pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus.

Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke-20 hingga tahun lima

puluhanan.

Setelah enampuluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikasi oleh Patey

(Modified Radical Mastectomy). Pada operasi ini, m.pektoralis mayor dan m.pektoralis minor

dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut.

Sekarang, biasanya dilakukan pembedahah kuratif dengan mempertahankan payudara.

Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada (sisa)

payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus

dilaksanakan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut, “terapi dengan

mempertahankan payudara”. Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan tumor

kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt) untuk penyinaran. Penyinaran

diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang

tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik) .

Bagan 5Bedah Kuratif

Bedah radikal (Halsted) Bedah radikal yang dimodifikasi (Patey) Bedah konservatif yang terdiri atas :

- Eksisi luas - Diseksi aksila - Penyinaran mammae

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat terakhir biasanya dilakukan bedah

radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila ada kemungkinan dan tersedia sarana penyinaran

pascabedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara, yaitu berupa lumpektomi*

luas, segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi kelenjar aksila, yaitu terapi kuratif

dengan mempertahankan payudara.

Bila dilakukan pengangkatan mammae, pertimbangan kemungkinan rekonstruksi

mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi prostesis

atau rekonstruksi mammae secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif

atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi ajuvan, atau rehabilitasi penderita

Halsted. Halsted, William S. 1852-1922, ahli bedah, AS Patey, Patey, D.H. abad ke20, ahli bedah, Inggris

Page 17: refrat CA mammae

17

selesai. Jika hal ini tidak mungkin atau tidak dipilih, usahakan prostesis eksterna, yaitu

prostesis buatan yang disangga oleh kutang. Bentuk dan beratnya disesuaikan dengan bentuk

dan berat payudara disisi lain.

Bagan 6

Bedah Kuratif Karsinoma Mamma

Prosedur T M P A I S X RLumpektomi ++ - - ++ - - ++ -Radikal patey

++ ++ - ++ - - - ++

Radikal halsted

++ ++ ++ ++ - - - ++

T = pengangkatan tumor =lumpektomi M = Pengangkatan payudara P = Pengangkatan m.pektoralis mayor dan minor

A = Pengangkatan kelenjar limf aksilaX = penyinaran megavolt mammaeR = tindak bedah rekonstruksi atau prostesis

Penyulit pada mastektomi radikal.

Penyulit biasanya terdiri atas hematom, infeksi luka, dan seroma. Oleh karenanya

dilakukan diseksi kelenjar, harus dipasang penyalir isap untuk mencegah seroma yang terdiri

atas cairan luka dan limf. Cairan yang disalir pada hari pertama bisa mencapai beberapa ratus

ml limf jernih. Mobilisasi ekstermitas yang bersangkutan harus diperhatikan untuk mencegah

kontraktur. Kadang terdapat mati rasa kulit ketiak dan bagian medial lengan atas akibat cidera

n.interkostobrakialis yang tak dapat dihindari. Kelumpuhan m.serratus anterior akibat cidera

n.torakalis longus menyebabkan skapula alata* yang memang harus dicegah. Kerusakan

n.torakodorsalis mengakibatkan kelumpuhan m.latisimus dorsi. Saraf pektoralis, baik yang

untuk m.pektoralis mayor maupun untuk m.pektoralis minor, harus ditangani dengan hati-hati

pada bedah radikal yang dimodifikasi.

Bedah paliatif. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan.

Kadang residif lokoregional yang soliter dieksisi, tetapi biasanya pada awalnya saja tampak

soliter, padahal sebenarnya sudah menyebar sehingga pengangkatan tumor residif tersebut

sering tidak berguna. Kadang dilakukan amputasi kelenjar mammae pada tumor yang tadinya

tak mampu-angkat karena ukurannya kemudian telah diperkecil oleh radioterapi. Walaupun

tujuan terapi tersebut paliatif, kadang ada yang berhasil untuk waktu yang cukup berarti.

Bagan 7

Page 18: refrat CA mammae

18

Penyulit Mastektomi Radikal

Luka mastektomi dan diseksi aksila - Hematom - Infeksi luka - Seroma

Cedera saraf - n.interkostobrakialis mati rasa kulit

- ketiak - Medial lengan atas

- n.torakalis longus m.serratus anterior - n.torakodorsalis m.latisimus dorsi - n.pektoralis m.pektoral Kontratur bahu Limfludem ekstremitas atas

Bagan 8

Kanker Payudara yang tak mampu angkat

T4: - ukuran tumor sedemikian besar sehingga tidak dapat dilakukan bedah radikal - fiksasi tumor ke dinding toraks (bukan ke m.pektoralis) atau ke kulit - udem kulit yang luas pada payudara- karsinoma tipe imflamasi - nodul satelit di kulit

N2/3 - kelenjar aksila yang terfiksasi - adanya pembesaran kelenjar paresternal- udem pada lengan karena bendungan kelenjar limf

M1 - metastasis ke kelenjar supraklavikuler - metastasis jauh

Radioterapi.

Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif dengan

mempertahankan mammae, dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.

Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif, tetapi sebagai

terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar berguna.

Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor

sudah tak mampu angkat secara lokal. Tumor disebut tak mampu-angkat bila mencapai

tingkat T4, misalnya ada perlekatan pada dinding toraks atau kulit. Pada penyebaran di

luar daerah loko-bedah payudara tidak berguna karena penderita tidak dapat sembuh.

Page 19: refrat CA mammae

19

Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi. Akan tetapi,

penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar

ketiak supraklavikula. Jadi radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma mammae yang

tak mampu-angkat atau jika ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi

mamma setelah tumor mengecil oleh radiasi.

Kemoterapi.

Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik,

dan sebagai terapi ajuvan.

Kemoterapi ajuvan diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik

pascabedah mastektomi ditemukan metastasis disebuah atau beberapa kelenjar.

Tujuannya adalah menghancurkan mikrometasis yang biasanya terdapat pada pasien

yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah

kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF) selama enam bulan pada

perempuan usia pramenopause, sedangkan kepada yang pascamenopause diberikan terapi

ajuvan hormonal berupa pil antiestrogen.

Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis

sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain CMF (lihat di atas) atau

vinkristin dan adriamisin (VA), atau 5 fluorourasil, adriamisin (adriablastin), dan

siklofosfamid (FAC).

Terapi hormonal

Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat

metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya iberikan secara paliatif sebelum kemoterapi

karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua

karsinoma mammae peka terhadap terapi hormonal. Hanya kurang lebih 60% yang

bereaksi baik dan pendeirta mana yang ada harapan memberi respons dapat diketahui dari

uji rerseptor estrogen pada jaringan tumor.

Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pramenopause dengan

cara ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen, seperti tamoksifen atau

aminoglutetimid.

Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopause yang uji reseptor

estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar aksila yang

berisi metastasis. Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen temoksifen; kadang

Page 20: refrat CA mammae

20

menghasilkan remisi selama beberapa tahun. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek

sampai terlalu berat

Prosedur Terapi

I. Modalitas terapi

a. Operasi :

1) BCS (Breast Concerving Surgery)

2) Simple mastektomi

3) Modified radikal mastektomi

4) Radikal mastektomi

b. Radiasi

1) Primer

2) Adjuvant

3) Paliatif

c. Kemoterapi : harus kombinasi, kombinasi yang digunakan : CMF, CAF

CEF,Taxane + Doxorubicin, Capecetabin

d. Hormonal terapi

1) Ablative : bilateral ovorectomy

2) Additive : Tamoxifen

3) Optional : aromatase inhibitor, GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone),

dan sebagainya.

e. Mollecular targeting therapy

II. Terapi

a. Kanker payudara stadium 0

Dilakukan :

- BCS, dengan indikasi tumor < 3 cm dan pasien menginginkan

mempertahankan payudaranya

- Simple Mastektomi

Terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasi

didasarkan pada hasil pemeriksaan Imaging

b. Kanker payudara stadium dini/operable

Dilakukan :

- BCS

Page 21: refrat CA mammae

21

- Radikal Mastektomi

- Modified Radikal Mastektomi

Terapi adjuvant:

- Dibedakan pada keadaan Node (-) atau Node (+)

- Pemberiannya tergantung pada : Node (-) atau Node (+), ER atau PR, usia

premenopause atau post menopause

- Dapat berupa : radiasi, kemoterapi, hormonal terapi

c. Kanker payudara lokal lanjut

1) Operable Locally advanced

- Simple mastektomi / modified radikal mastektomi + radiasi kuratif +

kemoterapi adjuvant + terapi hormonal

2) Inoperable Locally advanced

- Radiasi kuratif + kemoterapi + terapi hormonal

- Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal

- Kemoterapi neo adjuvant + operasi + kemoterapi + radiasi + terapi

hormonal

d. Kanker payudara lanjut metastase jauh

Prinsip :

- Sifat terapi paliatif

- Terapi sistemik merupaka terapi primer (kemoterapi dan hormonal terapi)

- Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan

I. Rehabilitasi dan Follow up

Rehabilitasi

Pro operatif : latihan bernafas dan batuk efektif

Pasca operatif :

Hari 1-2:

- Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari lengan daerah

yang dioperasi

- Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh

- Untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik

- Latihan relaksasi otot leher dan thoraks

- Aktif mobilisasi

- Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operatif (bertahap)

Page 22: refrat CA mammae

22

- Latihan relaksasi

- Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani

- Bebas gerakan

- Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk

mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema

Follow up

Tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan

Tahun 3 – 5 kontrol tiap 3 bulan

Setelah tahun ke 5 kontrol tiap 6 bulan

Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol

Foto thorax : tiap 6 bulan

Lab, marker :tiap 2-3 bulan

Mammografi kontra lateral : tiap tahun atau ada indikasi

USG Abdomen/Hepar : tiap 6 bulan atau ada indikasi

Bone scanning : tiap 2 tahun atau ada indikasi

J. Keadaan Khusus

Karsinoma mamma pada kehamilan

Prognosis kanker payudara ditentukan oleh stadium penyakit ketika mulai ditangani

dan bukan oleh atau tidaknya kehamilan. Oleh karena mammae membesar sewaktu kecil,

diagnosis mungkin tertunda sebab tumor kecil sukar diraba. Akan tetapi, pertumbuhan

dan perkembangannya tidak dipercepat atau diperlambat oleh kehamilan.

Pemeriksaan ekografi mammae untuk menyingkirkan kemungkinan kista dapat

dilakukan. Mammografi pun dapat dibuat asal dipakai sarana canggih untuk melindungi

janin dari sinar rontgen walaupun mammogram umumnya sukar dinilai karena densitas

mammae besar pada kehamilan.

Penanganan kuratif dapat dikerjakan seperti biasa, baik berupa pembedahan yang

disusul penyinaran bila ada indikasi maupun kemoterapi ajuvan.

Pembedahan radikal yang dimodifikasi atau yang mempertahankan payudara disusul

dengan penyinaran mammae dapat diadakan seperti lazimnya. Anestesia dapat dilakukan

seperti biasa, hanya jangka pemberian radioterapi dan kemoterapi harus disesuaikan. Pada

tiga bulan pertama, kemoterapi maupun radiasi tidak dapat diberikan karena berefek

teratogenik untuk janin. Sebaiknya kemoterapi pada tiga bulan terakhir juga ditunda

Page 23: refrat CA mammae

23

sampai pascapartus. Obat-obat kemoterapi dapat sampai ke janin melalui air susu.

Siklofosfamid dan metotreksat dapat mengakibatkan neutropenia pada bayi sehingga

harus diganti.

Setelah penanganan karsinoma mammae, umumnya dianjurkan untuk menunda

konsepsi baru selama dua tahun jika kanker tersebut berada pada tingkat T1, N0M0

karena pragnosis relatif baik. Akan tetapi setiap dokter tahu bahwa tidak ada jaminan

pasti bahwa kanker tidak akan kambuh dalam sepuluh tahun. Bila kanker berada pada

stadium T2 atau T3, prognosis jauh lebih buruk sehingga ada kecenderungan mamberi

nasihat untuk tidak hamil lagi berdasarkan alasan sosial-etis, bukan alasan medis.

Penggunaan pil KB dapat dibenarkan tanpa batas waktu.

Keadaan Lain. Pada penderita karsinoma mammae yang residif dan bermetastasis

biasanya tidak dikerjakan lagi pembedahan kecuali biopsi, mengingat radioterapi dapat

digunakan pada penanganan setempat, dan kemoterapi atau obat hormonal memberikan

efek paliasi sistemik.

Karsinoma mammae yang lanjut setempat (T4) dapat menjalamni radioterapi dulu,

beberapa minggu kemudian dapat dilakukan mastektomi sekunder bila memang dapat

diangkat, dan terapi hormon atau kemoterapi tidak dapat diteruskan.

Karsinoma inflamasi yang berupa gambaran kulit memerah dengan bintik panas dan

nyeri, yang disebut mastitis karsinomatosa, prognosisnya amat buruk. Jika dilakukan

radiasi sinar ortovolt, bagian yang meradang akan membasah dan nyeri sekali sehingga

menganggu kehidupan pasien. Kemoterapi kombinasi yang diikuti radiasi dapat

memberikan efek paliasi yang lumayan.

Karsinoma mamma pada wanita lanjut usia pada pokoknya sama dengan penderita

lebih muda. Kemoterapi pada orang yang tua sekali biasanya dibatasi berhubungan

dengan cadangan faal hati, ginjal dan jantung. Dari segi kosmetik tentu pertimbangan

jenis dan cara terapi tidak berbeda dengan wanita umur lebih muda.

Reaksi psikologis yang cukup besar bisa ditemukan pada penderita kanker payudara.

Biasanya mereka khawatir tentang dua hal, yakni prognosis penyakitnya dan kehilangan

payudara. Penjelasan teliti tentang prognosis, kemungkinan akan sembuh, dan cara

penanganan sangat diperlukan. Penderita harus mengetahui rencana terapi. Peranan

keluarga, terutama suami amatlah penting. Cacat mastektomi sangat berat dirasakan oleh

penderita. Suamilah yang harus sadar akan peranannya dan harus mendampingi isterinya.

Dari pihak dokter atau perawat diharapkan pertunjuk untuk memperoleh prostesis

mamma yang memadai.

Page 24: refrat CA mammae

24

K. Pencegahan

Mencegah karsinoma mammae dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab,

kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif.

Pemeriksaan payudara sendiri oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari ke-8

menstruasi dapat di anjurkan. Pemeriksan oleh dokter bila ada yang dicurigai, dan bila

seseorang tergolong dalam risiko tinggi, diperlukan pada waktu tertentu, terutama bila

usianya di atas 35 tahun. Bila perlu, dapat dibuat mammografi..

Orang sehat di keluarga dengan risiko tinggi atas terjadinya karsinoma payudara atas

dasar mengidap mutasi onkogen, sepergi BRCAI, BERC2 atau CHEK dapat

mempertimbangan mastektomi bilateral preventir. Masalah ini dapat dikonsultasikan pada

tim kelainan atau penyakit herediter yang terdiri atas pakar onkologi, spesialis penyakit

herediter, dan psikolog.

L. Kanker Payudara Lelaki

Kejadian kanker payudara pada lelaki dibandingan dengan wanita adalah 1:100.

Perjalanan penyakitnya pada pria lebih cepat karingan jaringan sekitar payudara tikdaklah

setebal pada wanita sehingga pada tahap dini sudah melekat ke sekitarnya. Tingkat

penyebarannya (TNM) pun sama dengan wanita.

Diagnosis sering agak lambat ditegakkan. Mungkin didapatkan benjolan atau

pengeluaran darah dari putting susu atau terdapat tukak maligna. Pada perabaan jelas terdapat

perlekatan, berbeda dengan ginekomastis yang mudah bergerak.

Tindakan terapi dan pragnosis sama seperti pada wanita.

Bagan 9Karsinoma Mamma pada lelaki

Benjolan tanpa nyeri di belakang areola mamma Pengeluaran cairan dari putting susu Perubahan areola dan./atau papila

- retraksi - tukak

M. Tumor Ganas pada Payudara

Selain karsinoma bisa pula terdapat sarkoma, seperti fibrosarkoma, liposarkoma,

angiosarkoma, dan limfoma malignum. Terapi yang dianjurkan sesuai dengan terapi masing-

masing jenis tumor tersebut, yakni eksisi luas dengan atau tanpa radiasi maupun kemoterapi.

Page 25: refrat CA mammae

25

BAB III

KESIMPULAN

1. Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma serviks

uterus. Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin payudara.

Page 26: refrat CA mammae

26

2. Penegakan diagnosis Karsinoma payudara dapat dilakukan melalui prosedur pemeriksaan

klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang, dengan Gold standard diagnostik

menggunakan pemeriksaan histopatologik

DAFTAR PUSTAKA

1. De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

2. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi

Indonesia. Semarang.2003

Page 27: refrat CA mammae

27

3. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari

2000. Jakarta.

4. Profil Kesehatan Indonesia. Pusat Data Kesehatan. Jakarta, 1997

5. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Jakarta.

6. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam:

Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

7. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House

PVT LTD.