makalah balance scorecard

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang semakin ketat. Kondisi ini memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan. Bahkan perusahaan-perusahaan terus berupaya merumuskan dan menyempurnakan strategi-strategi bisnis mereka dalam rangka memenangkan persaingan. Persaingan domestik dan global mengharuskan perusahaan menaruh perhatian pada penciptaan dan pemeliharaan keunggulan bersaing melalui penyampaian produk dan layanan yang lebih baik pada konsumen. Untuk dapat menjamin suatu organisasi berlangsung dengan baik, maka organisasi perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerjanya. Dalam evaluasi tersebut diperlukan suatu standar pengukuran kinerja yang tepat, dalam arti tidak hanya berorientasi pada sektor keuangan saja, karena hal tersebut sangat kurang tepat dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan informasi dari sektor non keuangan, seperti kepuasan konsumen, kualitas produk atau jasa, loyalitas karyawan dan sebagainya, sehingga pihak manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

Upload: kurnia-indra-sejati

Post on 30-Jul-2015

1.850 views

Category:

Documents


204 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Balance Scorecard

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang semakin ketat.

Kondisi ini memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan.

Bahkan perusahaan-perusahaan terus berupaya merumuskan dan menyempurnakan

strategi-strategi bisnis mereka dalam rangka memenangkan persaingan.

Persaingan domestik dan global mengharuskan perusahaan menaruh perhatian pada

penciptaan dan pemeliharaan keunggulan bersaing melalui penyampaian produk dan layanan

yang lebih baik pada konsumen. Untuk dapat menjamin suatu organisasi berlangsung dengan

baik, maka organisasi perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerjanya. Dalam evaluasi tersebut

diperlukan suatu standar pengukuran kinerja yang tepat, dalam arti tidak hanya berorientasi

pada sektor keuangan saja, karena hal tersebut sangat kurang tepat dalam menghadapi

persaingan bisnis yang semakin ketat. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan informasi dari

sektor non keuangan, seperti kepuasan konsumen, kualitas produk atau jasa, loyalitas karyawan

dan sebagainya, sehingga pihak manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat

untuk kepentingan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

Dewasa ini, disadari bahwa pengukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh banyak

perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai, sehingga dikembangkan

suatu konsep “Balanced Scorecard.” Balanced scorecard adalah suatu konsep pengukuran

kinerja bisnis.

Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur dalam balanced

scorecard, yaitu:

1. Perspektif keuangan (financial perspective)

2. Perspektif pelanggan/konsumen (customer perspective)

3. Perspektif proses internal bisnis (intenal business process perspective)

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective)

Page 2: Makalah Balance Scorecard

Jadi dapat disimpulkan bahwa Balanced scorecard adalah suatu konsep pengukuran

kinerja bisnis yang menyeimbangkan pengukuran atas kinerja tersebut pada organisasi bisnis

yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana kinerja PT

Astra Honda Motor jika menggunakan konsep Balanced Scorecard?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana

kinerja PT. Astra Honda Motor jika diukur dengan menggunakan konsep Balanced

Scorecard.

Page 3: Makalah Balance Scorecard

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode

waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional

perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996 dalam

Srimindarti, 2004).

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau

seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi

pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar

efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya

(Srimindarti, 2004).

2.2 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan

dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti

promosi, pemberhentian dan mutasi.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Page 4: Makalah Balance Scorecard

2.3 Pengertian Balanced Scorecard

Menurut Hansen dan Mowen (2009:366) balanced scorecard adalah sistem

manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi pertanggungjawaban

berdasarkan strategis. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi

dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif

keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan.

Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2)

berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil

kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja

personel diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan, jangka

pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.

Tujuan dari pengukuran kinerja dengan balanced scorecard bukan hanya

penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan yang ada melainkan

merupakan hasil dari proses top-down berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha.

Gambar 2.1

Hubungan Antara Visi, Tujuan, dan Sasaran

Sumber: Mulyadi. 2001

Langkah-langkah balanced scorecard meliputi empat proses manajemen baru.

Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dengan peristiwa

jangka pendek.

Page 5: Makalah Balance Scorecard

Keempat proses tersebut menurut Kaplan dan Norton (2000) adalah :

1. Menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.

2. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif

strategis.

3. Mengkomunikasikan dan menghubungkan.

4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.

Gambar 2.2

Strategi Manajemen dalam Balanced Scorecard

Sumber: Kaplan dan Norton. 2000.

2.4 Perspektif dalam Balanced Scorecard

2.4.1 Perspektif Keuangan

Untuk membangun suatu balanced scorecard, unit-unit bisnis harus dikaitkan dengan

tujuan finansial yang berkaitan dengan strategi-strategi perusahaan. Balanced scorecard

tetap menggunakan perspektif finansial karena penilaian kinerja keuangan merupakan

ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang telah dilakukan oleh perusahaan. Seperti yang

dikutip dari Hansen dan Mowen (2009:371) perspektif keuangan menetapkan tujuan

kinerja keuangan jangka pendek dan jangka panjang.

Page 6: Makalah Balance Scorecard

2.4.2 Perspektif Pelanggan

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat

yang diterimanya relatif lebih tinggi daripada pengorbanan yang dikeluarkan oleh

konsumen tersebut untuk mendapatkan produk atau jasa itu. Perspektif pelanggan adalah

sumber komponen pendapatan dari tujuan keuangan. Perspektif ini mendefinisikan dan

memilih pelanggan dan segmen pasar dimana perusahaan memutuskan untuk bersaing.

2.4.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

Metrik yang berdasarkan pada perspektif ini memungkinkan para manajer untuk

mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan, dan apakah produk dan jasa yang

ditawarkan sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan (misi). Proses bisnis

internal adalah sarana menciptakan nilai pelanggan dan pemegang saham. Jadi, perspektif

proses bisnis internal mencakup identifikasi proses yang diperlukan untuk mencapai tujuan

pelanggan dan keuangan (Hansen dan Mowen, 2009).

2.4.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perspektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan tujuan dan ukuran

yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam

menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tujuan perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan adalah memberikan infrastruktur yang memungkinkan

tujuan dalam ketiga perspektif lainnya dapat tercapai.

2.5 Keunggulan Balanced Scorecard

Menurut Mulyadi (2001:18), keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam

sistem perencanaan strategik adalah mampu menghasilkan rencana strategik yang memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Komprehensif.

Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan

strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas perspektif keuangan, meluas ke

Page 7: Makalah Balance Scorecard

tiga perspektif yang lain: pelanggan, proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan

pertumbuhan. Dengan mengarahkan sasaran-sasaran strategik ke empat

perspektif, rencana strategik perusahaan mencakup lingkup yang luas, yang

memadai untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks.

2. Koheren.

Balanced scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab

akibat (causal relationship) diantara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan

dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam

dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran

keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Seimbang.

Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Empat

sasaran strategik yang perlu diwujudkan oleh perusahaan diantaranya: (1)

financial returns yang berlipatganda dan berjangka panjang (perspektif

keuangan), (2) produk dan jasa yang mampu menghasilkan value terbaik bagi

costumer (perspektif costumer), (3) proses yang produktif dan cost effective

(perspektif proses bisnis/intern), dan (4) sumber daya manusia yang produktif dan

berkomitmen (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).

4. Terukur.

Keterukuran sasaran-sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh

sistem tersebut. Balanced scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang

sulit untuk diukur.

Page 8: Makalah Balance Scorecard

BAB III

ANALISIS DATA

3.1 Pengukuran Perspektif

3.1.1 Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan, pengukurannya menggunakan ROI, Profit Margin dan

Operating Margin.

A. Return on Investment

Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi atau yang biasa disebut

dengan ROI yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. ROI dapat

dikatakan baik jika rata-rata industrinya sebesar 9,8% (Keown, 2008).

ROI = EAT x 100%

Total Aktiva

B. Profit Margin

Profit margin digunakan untuk melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya

dengan penjualan untuk mengetahui efisiensi pasar. Profit margin dapat dikatakan baik

jika rata-rata nilainya sebesar 8,3% (Keown, 2008). Semakin tinggi nilai profit margin

semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup

tinggi.

Profit Margin = EAT x 100%

Penjualan

C. Operating Ratio

Merupakan biaya operasi dibagi dengan penjualan bersih, dan dinyatakan dalam persen.

Biaya operasi sendiri terdiri dari HPP ditambah dengan beban usaha. Semakin tinggi

Page 9: Makalah Balance Scorecard

operating ratio, menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan biaya yang

dimiliki dalam menghasilkan penjualan bersih.

Operating Ratio = HPP + Beban Usaha x 100%

Penjualan

3.1.2 Perspektif Pelanggan

Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan pelanggan, dengan

mengukur seberapa besar kepuasan pelanggan terhadap pelayanan perusahaan. Data

diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan dikatakan

baik apabila skor rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3.

3.1.3 Perspektif Bisnis Internal

Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu inovasi, untuk

mengetahui jumlah produk/jasa yang baru ditawarkan perusahaan dibandingkan dengan

produk/jasa yang sudah ada. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik

inovasi yang dilakukan perusahaan.

Inovasi = Produk/jasa yang ditawarkan x 100%

Total produk/jasa yang sudah ada

3.1.4 Perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran

Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan karyawan, dengan

mengukur seberapa besar kepuasan pelanggan terhadap pelayanan perusahaan. Data

diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada karyawan. Kepuasan karyawan dikatakan

baik apabila skor rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3.

Page 10: Makalah Balance Scorecard

3.2 Cara Pengukuran dalam Balanced Scorecard

Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara seimbang

antaraperspektif yang satu dengan perspektif yang lainnya dengan tolok ukur masing-

masing perspektif. Kriteria keseimbangan digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana

sasaran strategik kita capai seimbang di semua perspektif.

Skor dalam kriteria keseimbangan adalah skor standar, jika kinerja semua aspek

dalam perusahaan adalah “baik”. Skor yang diberikan berdasarkan rating scale berikut:

Tabel 3.1

Rating Scale

Sumber: Mulyadi, 2001

Skor Nilai

-1 Kurang

0 Cukup

1 Baik

Page 11: Makalah Balance Scorecard

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kinerja Perusahaan Secara Keseluruhan

Perspektif Tahun Rata-

rataKriteria Skor

2005 2006Perspektif Keuangan          ROI 10,55

%5,13% 7,84% Cukup 0

Profit Margin 4,70% 2,83% 3,76% Kurang

-1

Operating Ratio90,75

%90,70

%90,72

%Baik 1

Perspektif Pelanggan          Kepuasan Pelanggan(*) - - 3,71 Baik 1

Perspektif Bisnis Internal          Inovasi 28,57

%33,33

%30,95

%Baik 1

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

         

Kepuasan Karyawan(* ) - - 3,63 Baik 1Total         3

Hasil penilaian kinerja dalam perspektif keuangan menunjukkan bahwa ROI mempunyai

rata-rata yang cukup, sehingga diberi skor 0. Karena rata-rata ROI sudah hampir mendekati standar

yang telah ditetapkan. Sedangkan profit margin diberi skor-1. Karena nilai profit margin jauh

dibawah standar yang telah ada. Dan untuk operating ratio diberi skor 1 karen dinilai sudah baik.

Untuk perspektif pelanggan diberi skor 1. Karena skor rata-rata kepuasan pelanggan sebesar 3,71.

Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala22 likert menunjukkan angka

diatas 3. Pada perspektif bisnis internal, inovasi diberi skor 1. Dan untuk perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran diberi skor 1. Karena skor kepuasan karyawan menunjukkan angka rata-rata

sebesar3,63. Dimana angka tersebut pada skala likert sudah menunjukkan angka diatas 3. Total bobot

skor dapat diketahui, yaitu 3 skor dari total bobot standar. Sehingga rata-rata skor adalah 3/6=0,5.

Page 12: Makalah Balance Scorecard

Langkah selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut, sehingga

kinerja perusahaan dapat dikatakan “kurang”, “cukup”, dan “baik”. Dengan menggunakan skala,

maka dapat diketahui kinerja suatu perusahaan. Berikut adalah gambar skala kinerja perusahaan :

Gambar 4.1Skala Kinerja

Kurang cukup baik

-1 0 0,5 1

Setelah membuat skala, selanjutnya adalah menentukan batas area “kurang”, “cukup”, dan

“baik” adalah kurang dari 50% (skor 0). Kinerja dikatakan “baik”apabila lebih dari 80% dan

diasumsikan bahwa 80% adalah sama dengan 0,6. Sisanya adalah daerah “cukup”, yaitu antara 0-0,6.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja PT Astra Honda Motor jika menggunakan

Balance Scorecard terdapat pada daerah “cukup”. Karena rata-rata skor yang diperoleh sebesar 0,5

yang terletak diantara 0-0,6.

Page 13: Makalah Balance Scorecard

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengukuran pada perspektif keuangan, diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan

dapat dikatakan cukup baik, meskipun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya.

2. Pengukuran pada perspektif pelanggan yaitu kepuasan pelanggan, menunjukkan

bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik.

3. Pengukuran pada perspektif bisnis internal yang meliputi inovasi juga

menunjukkan kinerja yang baik.

4. Pengukuran pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu kepuasan

karyawan menunjukkan bahwa kepuasan karyawan sudah dapat dikatakan baik.

5.2 Saran

1. Manajemen hendaknya memperhatikan perspektif keuangan, karena prosentase

yang dihasilkan semakin menurun dari tahun sebelumnya.

2. Manajemen hendaknya memperhatikan aspek non keuangan, sehingga

kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertahankan.

Page 14: Makalah Balance Scorecard

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kaplan, R. S. dan David P. Norton. 2000. Balance Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Terjemahan: Pasla Yosi Peter R. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kumalasari, Y. S. 2010. “Evaluasi Terhadap Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank Konvensional Dengan Perspektif Balance Scorecard”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Lubis, Arfan I. dan Sutopo. 2003. “Implementasi Konsep Balance Scorecard bagi Small and Medium Business di Indonesia: Suatu Tinjauan Teoritis”. Jurnal EKOBIS, Vol. 4, No. 1, h. 15 – 28.

Mas’ud, F. 2004. Survai Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit Undip.

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. (edisi ke-2). Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2005. System Manajemen Strategic Berbasis Balance Scorecard. UPP AMP YKPN.

Prakosa, Yuniarsa A. 2006. “Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan Balance Scorecard (Studi Kasus Pada PT Waskita Karya (Persero))”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Sudibyo, B. 1997. “Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balance Scorecard: Bentuk, Mekanisme, dan Prospek Aplikasinya pada BUMN”. JEBI, Vol. 12, No.2, h. 35 – 49.

Yuwono, S. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard :Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Zudia, M. 2010. “Analisis Penilaian Kinerja Organisasi Dengan Menggunakan Konsep Balance Scorecard Pada PT Bank Jateng Semarang”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

www.astra-honda.com