balance scorecard sebagai alat pengukuran kinerja …

16
BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA GEREJA X Oleh : Feliana Zapo Dosen Pembimbing : Dr. Carmel Meiden, S.E., Ak., M.Si Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jakarta, Indonesia Email : [email protected] ABSTRAK Balance scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non-keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Balance scorecard memiliki 4 perspektif yang akan digunakan dalam pengukuran yang terdiri dari perspektif pelanggan, perspektif keuangan, perspektif proses bisnis dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran balance scorecard akan disesuikan dengan pendekatan etnografi yang merupakan uraian atau gambaran tentang bangsa-bangsa disuatu tempat dan disuatu waktu. Obyek penelitian adalah Gereja X yang bergerak dalam bidang kerohanian. Informasi yang dicantumkan adalah fakta dan diperoleh dari dokumentasi, wawancara mendalam, wawancara tidak formal, dan pengamatan. Penelitian ini menggunakan alur penelitian maju bertahap yang terdapat dalam 12 langkah Spradley. Setelah melakukan penelitian, informasi yang dihasilkan dianalisis dengan beberapa analisis yang terdiri dari analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan analisis tema budaya. Setelah melakukan analisis ditemukan adanya penyesuaian-penyesuaian dalam 4 perspektif balance scorecard. Gereja X menghasilkan 5 tema budaya dan 3 perspektif baru yang memiliki beberapa aspek. Gereja X dapat dikatakan cukup berhasil dalam pencapaiannya karena aspek dari masing-masing perspektif dapat dikatakan hampir seluruhnya memiliki hasil yang baik. Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif Pelanggan, Perspektif Keuangan, Perspektif Proses Bisnis, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ABSTRACT Balance scorecard is cards the score used to measure performance by taking into account the balance between financial terms and non financial, between short and longer term and involving internal and external factors. Balance scorecard having 4 perspective that will be used to measuring consisting from the perspective of customers, financial perspective, perspective of business process and perspective learning and growth. The measurement of balance scorecard will disesuikan with the approach ethnography that is the discussion or description of the nations somewhere and in time. An object research is a church x which are engaged in spirituality. Information it was outlined is the fact and obtained from documentation, in-depth interviews, interview not formal, and observation. This research using a groove research forward gradual that was found in 12 step spradley.After doing research, the one generated analyzed by many of the analyses consisting of analysis the domain, taxonomic analysis, an analysis of its components and analysis the theme culture. After an analysis found the adjustment in four perspective balance scorecard. The church x produce 5 the theme culture and 3 a new perspective that has some aspects.The church x it can be said been quite successful at accomplishment to the of each perspective it can be said almost entirely having a good result.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA

GEREJA X

Oleh :

Feliana Zapo

Dosen Pembimbing :

Dr. Carmel Meiden, S.E., Ak., M.Si

Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jakarta, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Balance scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan

memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non-keuangan, antara jangka pendek dan

jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Balance scorecard memiliki 4

perspektif yang akan digunakan dalam pengukuran yang terdiri dari perspektif pelanggan, perspektif

keuangan, perspektif proses bisnis dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran

balance scorecard akan disesuikan dengan pendekatan etnografi yang merupakan uraian atau

gambaran tentang bangsa-bangsa disuatu tempat dan disuatu waktu. Obyek penelitian adalah Gereja X

yang bergerak dalam bidang kerohanian. Informasi yang dicantumkan adalah fakta dan diperoleh dari

dokumentasi, wawancara mendalam, wawancara tidak formal, dan pengamatan. Penelitian ini

menggunakan alur penelitian maju bertahap yang terdapat dalam 12 langkah Spradley. Setelah

melakukan penelitian, informasi yang dihasilkan dianalisis dengan beberapa analisis yang terdiri dari

analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan analisis tema budaya. Setelah melakukan

analisis ditemukan adanya penyesuaian-penyesuaian dalam 4 perspektif balance scorecard. Gereja X

menghasilkan 5 tema budaya dan 3 perspektif baru yang memiliki beberapa aspek. Gereja X dapat

dikatakan cukup berhasil dalam pencapaiannya karena aspek dari masing-masing perspektif dapat

dikatakan hampir seluruhnya memiliki hasil yang baik.

Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif Pelanggan, Perspektif Keuangan,

Perspektif Proses Bisnis, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

ABSTRACT

Balance scorecard is cards the score used to measure performance by taking into account the balance

between financial terms and non financial, between short and longer term and involving internal and

external factors. Balance scorecard having 4 perspective that will be used to measuring consisting

from the perspective of customers, financial perspective, perspective of business process and

perspective learning and growth. The measurement of balance scorecard will disesuikan with the

approach ethnography that is the discussion or description of the nations somewhere and in time. An

object research is a church x which are engaged in spirituality. Information it was outlined is the fact

and obtained from documentation, in-depth interviews, interview not formal, and observation. This

research using a groove research forward gradual that was found in 12 step spradley.After doing

research, the one generated analyzed by many of the analyses consisting of analysis the domain,

taxonomic analysis, an analysis of its components and analysis the theme culture. After an analysis

found the adjustment in four perspective balance scorecard. The church x produce 5 the theme culture

and 3 a new perspective that has some aspects.The church x it can be said been quite successful at

accomplishment to the of each perspective it can be said almost entirely having a good result.

Page 2: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

Key Words: Performance measurement, Balance Scorecard, perspective of customers, financial

perspective, perspective of business process and perspective learning and growth.

PENDAHULUAN

Dewasa ini, pengukuran kinerja dalam perusahaan tanpa terkecuali organisasi-organisasi non-

profit sangatlah penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan

dan perencanaan tujuan dimasa yang akan datang. Berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan dapat

dikendalikan dan dipertanggung jawabkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi

dalam proses bisnis pada perusahaan. Dalam lingkungan bisnis, informasi menjadi harta yang

berharga bagi perusahaan dan menjadi alat ukur kinerja perusahaan. Informasi yang cepat dan akurat

mengenai lingkungan internal dan eksternal perusahaan akan mempengaruhi strategi dan perencanaan

perusahaan untuk masa yang akan datang. Perusahaan memandang penting memiliki informasi yang

akurat dan cepat agar memiliki strategi dan perencanaan perusahaan yang unggul sehingga dapat

bersaing dalam persaingan bisnis dewasa ini.

Kinerja perusahaan bisa didapatkan dari 2 sumber, yakni informasi keuangan (financial) dan

informasi non-keuangan (non-financial). Informasi keuangan merupakan informasi-informasi dan

data-data mengenai keuangan suatu perusahaan yang didapatkan dari penyusunan anggaran untuk

mengendalikan biaya. Sedangkan informasi non-keuangan merupakan faktor kunci untuk menetapkan

strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.

Walaupun pengukuran dalam aspek keuangan (financial) merupakan hal yang penting bagi

perusahaan, namun jika tidak disertai dengan proyeksi pada aspek non-keuangan (non-financial)

informasi yang dihasilkan menjadi kurang akurat untuk kondisi saat ini. Oleh karena itu penggunaan

sistem pengukuran kinerja baru yang menghubungkan aspek keungan dengan aspek non-keuangan

akan menghasilkan informasi yang lebih akurat, yang lebih bermanfaat bagi para penggunanya

terutama bagi manajer untuk mengukur dan mengelola semua kompetensi perusahaan untuk memicu

peningkatan kinerja, sehingga tujuan dan visi perusahaan dapat terjadi lebih terencana.

Kenyataan bahwa pengukuran kinerja perusahaan lebih akurat dan bermanfaat bila

menyeimbangkan antara aspek keuangan dan non keuangan menciptakan sebuah konsep baru yang

disebut Balance scorecard. Sejarah Balance scorecard dimulai dan diperkenalkan pada awal tahun

1990 di USA oleh David P Norton dan Robert Kaplan melalui suatu riset tentang “pengukuran kinerja

dalam organisasi masa depan”. Istilah balanced scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced

(berimbang) dan scorecard (kartu skor).

Dari 2 kata “balance” dan “scorecard” maka balance scorecard dapat diartikan secara singkat

sebagai kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan

antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan

faktor internal dan eksternal. Dari hasil studi dan riset yang dilakukan disimpulkan bahwa untuk

mengukur kinerja masa depan, diperlukan pengukuran yang komprehensif yang mencakup 4

perspektif (Kaplan, 2000), yaitu: keuangan, customer/pelanggan, proses bisnis/intern, dan

pembelajaran-pertumbuhan/aktivitas.

Pada awalnya balance scorecard hanya digunakan untuk organisasi profit atau perusahaan.

Dengan adanya perkembangan balance scorecard digunakan pada gereja X. Adanya perkembangan ini

membuat peneliti ingin menerapkan balance scorecard pada gereja X. Tentu saja dengan adanya

perbedaan objek penelitian akan ada penyesuaian-penyesuain dari konsep asli balance scorecard. Pada

organisasi laba aspek keuangan merupakan tujuan akhir, sedangkan pada organisasi nirlaba kepuasaan

pelanggan merupakan tujuan akhir. Pada gereja X kepuasan pelanggan bukan satu-satunya tujuan

akhir, keimanan umat pada rumah gereja X merupakan tujuan akhir dari gereja X. Maka balance

scorecard yang akan diaplikasikan harus disesuaikan dengan karakteristik gereja X. Alasan

menggunakan balance scorecard karena balance scorecard dapat digunakan secara umum.

Berdasarkan latar belakang gereja X yang akan lebih dibahas dalam objek penelitian, dan berdasarkan

visi dan misi, struktur organisasi, kegiatan, dan sistem manajemen yang baik dari gereja X yang

meliputi cara pelaporan keuangan, umat, aktivitas gereja dan para pekerja, maka peneliti tertarik

untuk mengambil judul “BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA

Page 3: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

PADA GEREJA X”. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk memahami bagaimana penggunaan

balance scorecard pada gereja X serta mengetahui penyesuaian perspektif yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (2001:353) penilaian kinerja adalah penentuan efektivitas operasional suatu

organisasi, dan bagian-bagian organisasi berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya.

Balance Scorecard

Balance scorecard menurut Rangkuti (2016:3-4) Kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja

dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non-keuangan, antara jangka pendek

dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Memiliki keunggulan untuk

memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis, menghasilkan program menyeluruh, dan

menghasilkan rencana bisnis yang terintegrasi. Balance scorecard memiliki 4 perspektif Perspektif

keuangan, perspektif pelanggan, Perspektif proses bisnis, dan perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan.

Perspektif Keuangan

Rangkuti (2016:101) pengukur kinerja perspektif keuangan menggunakan analisis rasio, antara lain:

1. ROI (Return on Investment) merupakan rasio rentabilitas yang digunakan untuk mengukur

kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan

neto. Semakin tinggi nilai ROI, sem akin baik kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva

2. Profit Margin,merupakan salah satu rasio rentabilitas yang menggambarkan laba/rugi bersih yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai margin laba berarti semakin baik, karena

perusahaan memiliki kemampuan dalam mendapatkan profit cukup tinggi.

3. Rasio Operasi merupakan perputaran operating assets dalam hubungannya dengan penjualan bersih

dan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Tingginya rasio operasi menunjukkan bahwa perusahaan

dapat memanfaatkan aktiva lancar untuk meningkatkan penjualan bersih.

Perspektif Pelanggan

Pengukuran Kinerja perspektif pelanggan dalam Rangkuti (2016:101-102) dapat menggunakan tiga

ukuran, yaitu pangsa pasar, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan.

1. Pangsa pasar menggambarkan penguasaan segmen pasar suatu perusahaan jika dibandingkan

dengan perusahaan lain sejenis.

2. Kepuasan pelangga menggambarkan derajat kualitas pelayanan yang diberikan kepada

pelanggannya.

3. Profitabilitas pelanggan menggambarkan seberapa besar keuntungan yang berhasil dicapai

perusahaan dari pendapatan jasa yang ditawarkan kepada pelanggan

Perspektif Proses Bisnis

Menurut Kaplan dan Norton (2000) tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:

1. Inovasi, Pada proses ini perusahan memilik 2 tahapan. Tahap pertama manajer melaksanakan

penelitian pasar untuk mengenali ukuran pasar, selera pelanggan, dan tingkat harga produk dan jasa

sasaran. Setelah mengenali pasar perusahaan menciptakan produk/jasa untuk memenuhi pasar

tersebut.

2. Operasi, Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan secara nyata memberikan solusi

kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses operasi dimulai

Page 4: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

dengan diterimanya pesanan konsumen dan diakhiri dengan penyampaian produk atau jasa kepada

konsumen. Proses ini mengutamakan penyampaian produk atau jasa kepada konsumen secara efisien,

konsisten, dan tepat waktu.

3. Layanan purna jual, tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan memberikan manfaat

tambahan kepada konsumen yang telah menggunakan produk atau jasa yang dapat berupa garansi dan

berbagai aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan, serta proses

pembayaran, seperti administrasi kartu kredit.

Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan

Kaplan dan Norton (2000:110) mengungkapkan ada tiga kategori utama untuk perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan:

1. Kemampuan pekerja, tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih dituntut untuk dapat berfikir

kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan

perbaikan. Oleh sebab itu, salah satu dari pengukuran strategi perusahaan harus berkaitan spesifik

dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan telah melakukan peningkatan kemampuan

sumberdaya manusia yang dimiliki.

2. Kemampuan sistem informasi, dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan

seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi

sebaik-baiknya (jurnal). Jika perusahaan menginginkan pekerja bekerja efektif dalam lingkungan

kompetitif dalam dunia bisnis dewasa ini, para pekerja perlu mendapat informasi mengenai

pelanggan, proses internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan.

3. Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan, meskipun pekerja memiliki kemampuan dalam bekerja

dan memiliki sistem informasi yang baik, tidak akan memberikan kontribusi yang maksimal jika para

pekerja tidak termotivasi bertindak untuk kepentingan terbaik perusahaan, atau jika mereka tidak

diberikan kebebasan membuat keputusan dan mengambil tindakan.

Tahap dalam merangcang balance scorecard

menurut Rangkuti (2016:93) tahap dalam merancang balance scorecard adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan misi, nilai, visi, tujuan dan strategi perusahaan 2. Menentukan perspektif 3. Merumuskan saran strategis (objectives) 4. Menentukan ukuran strategis (measure) 5. Menentukan target 6. Merumuskan inisiatif strategis 7. Implementasi balance scorecard

Gereja Sebagai organisasi non-profit

Gereja dikelompokkan sebagai organisasi non-profit dengan memberikan fasilitas tempat beribadah

yang bersih, tenang dan kudus serta memberikan pendidikan melalui khotbah tiap minggu dan

seminar-seminar rohani tanpa bertujuan untuk memperoleh laba

Etnografi

Etnografi adalah prosedur penelitian untuk menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan unsur-

unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang

dari waktu ke waktu.

METODE PENELITIAN

Obyek penelitian adalah Gereja X. Penelitian dilakukan dengan mengamati data-data selama

periode 2014-2015, dan melakukan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati beberapa

aspek yang menyangkut 4 perpsektif balance scorecard seperti arus kas masuk dan keluar, mekanisme

Page 5: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

pelaporan laporan keuangan, visi misi gereja, kondisi umat, demografi umat, dan lain-lain. Selain

mengamati aspek-aspek yang ada pada 4 perspektif balance scorecard, penelitian ini juga melakukan

wawancara dengan Pastor kepala Gereja, dan Bendahara. Peneliti cukup banyak melakukan

wawancara tidak formal dikarenakan budaya gereja yang cukup tertutup. Wawancara tidak formal

dilakukan dengan beberapa umat, beberapa pekerja, pastor pemabantu, dan beberapa orang yang ada

dilingkungan gereja X. Lokasi gereja X adalah d bekasi barat dan penelitian ini berlangsung kurang

lebih 11 bulan.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi yang menggunakan

langkah penelitian Spradley (2006) yang menggunakan alur penelitian maju bertahap yang terdiri dari

12 langkah. Langkah-langkah tersebut terdiri dari menetapkan informan, mewawancarai informan,

membuat catatan etnografis, mengajukan pertanyaan deskriptif, melakukan analisis wawancaara,

membuat analisis domain, mengajukan pertanyaan struktural, membuat analisis taksonomik,

mengajukan pertanyaan kontras, membuat analisis komponen, menemukan tema-tema budaya, dan

menulis suatu etnografi.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Observasi Partisipatif, adalah peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari pada

kelompok yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti terlibat secara

langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui pengamatan. Kelebihan observasi

partisipatif adalah mndapatkan informasi yang lebih mendalam sehingga memahami subjek dan

objek penelitian dengan tidak terpengaruh situasi atau dengan kata lain data yang didapatkan sesuai

dengan kenyataan. tetapi kekurangan yang akan terjadi adalah kecenderungan peneliti terlampau

terlibat dalam situasi itu sehingga budaya yang ditelitinya tidak mudah di periksa kebenarannya oleh

peneliti lain

2. Wawancara mendalam, adalah proses komunikasi lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung, dimana ada pihak yang membutuhkan informasi dan ada pihak yang memberikan informasi

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan alat

pembuktian terhadap keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi

langsung antara peneliti dan informan.

3. Dokumentasi, Dokumentasi adalah salah satu cara memperoleh data dengan cara menganalisis

rekaman-rekaman hasil wawancara yang dilakukan peneliti ataupun subjek lain yang membantu untuk

dokumentasi tersebut. Dokumentasi berupa hasil wawancara, foto dengan nara sumber, data program

kerja, data pekerja, data pengurus, dan data-data lain yang dapat dilihat dilampiran.

TEKNIK ANALISIS DATA

1. Reduksi Data, merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan transformasi data

kasar yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan yang tertulis. Reduksi data terjadi secara terus-

menerus melalui suatu penelitian kualitatif. Reduksi data ini berkaitan dengan proses berkelanjutan

setelah penelitian di lapangan, hingga laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data juga merupakan

suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data

dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

2. Penyajian Data, merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang

telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang

disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah dibaca.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang

diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara

berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan

dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.

Page 6: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyesuaian Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan merupakan perspektif balance scorecard yang digunakan perusahaan bisnis

pada umunya karena sasaran utama perusahaan bisnis adalah pelanggan. Pelanggan menjadi sangat

penting dalam perusahaan bisnis dapat dikatakan pelanggan merupakan asset perusahaan karena tanpa

pelanggan perusahaan tidak akan ada. Kelangsungan suatu bisnis mutlak tergantung dari ada tidaknya

perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. semakin banyak pelanggan dan loyal pelanggan

terhadap perusahaan, maka semakin kuat kemungkinan perusaahan sukses. Meskipun pelangga

merupakan asset namun pelanggan bukan tujuan utama perusahaan, laba yang menjadi tujuan utama

perushaan. Perusahaan dirasa butuh untuk mengukur berapa besar pelanggan telah berpengaruh

terhadap perusahaan, dan apakah visi, dan misi perusahaan menyangkut pelanggan telah tercapai.

Balance scorecard menyediakan pengukuran pelanggan dengan menggunakan perspektif pelanggan.

Tidak jauh berbeda dengan gereja, gereja juga membutuhkan pengukuran terhadap

pelanggannya yang biasa lebih dikenal dengan umat. Yang membedakan gereja dengan perusahaan

adalah tujuan utamanya. Gereja menjadikan umat sebagai tujuan utamanya terlebih dalam

pertumbuhan iman seorang umat. Umat didorong memiliki iman kepada Tuhan agar dapat bertumbuh

menjadi pribadi yang lebih baik mengikuti ajaran Yesus Kristus sebagai pemimpin utama dalam

gereja.

Melihat hal diatas peneliti dirasa perlu unutk membuat penyesuaian perspektif pelanggan

menjadi perspektif umat, karena didalam gereja umat merupakan pelanggan. Selain itu melihat

budaya yang berbeda antara gereja dengan perusahaan, maka akan ada penyesuaian dalam sudut

padang dan cara menilai dalam perspektif umat yang akan dibahas pada bab ini.

Penyesuaian Perspektif Proses Bisnis

Perspetif proses bisnis akan disesuaikan dengan perspektif aktivitas. Didalam gereja tidak ada

proses bisnis karena gereja bukanlah organisasi profit, gereja merupakan organisasi non-profit yang

memfokuskan tujuan organisasi kepada umat. Perspektif aktivitas akan menilai bagaimana aktivitas

yang telah disusun oleh setiap seksi yang ada dalam gereja X.

Perspektif aktivitas dalam gereja diterjemahkan sebagai proses yang memberi dampak

kesejahteraan umat, dan tujuan gereja. Salah satu strategi untuk membangun gereja dalam mencapai

tujuannya adalah memperhatikan pelayanan dan pelayanan dalam gereja diwujud nyatakan dalam

aktivitas yang diadakan.

Penyesuaian Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pembelajaran dan pertumbuhan merupakan perspektif yang menyediakan infrastruktur yang

memungkinkan tujuan dalam tiga perspektif lainnya dapat dicapai. perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan juga merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga

perspektif scorecard sebelumnya.

Peneliti menyesuaikan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif pekerja.

Penilaian perspektif pekerja dapat dinilai dari kepuasan pekerja itu sendiri dan dari kondusifitas iklim

bekerja disana. Pekerja yang merasa puas dengan semua aspek pekerjaannya akan bekerja dengan hati

dan segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati akan membuahkan hasil yang baik. Peningkatan

dalam kualitas kerja juga mungkin terjadi karena adanya kepuasan dari pekerja dan kondisi kerja yang

kondusif.

Penyesuaian Perspektif Keuangan

Sampai saat ini gereja X dalam pengukuran kinerja masih cenderung berfokus kepada segi

finansial saja dan menggolokngkan transaksi kedalam 2 pos utama yaitu pos pendapatan dan pos

pengeluaran. Pos pendapatan terdiri dari kolekte, stipendium, iura stolae, sumbungan sukarela dan

iuran.Segi keuangan berkaitan dengan angka-angka maka dari itu gereja X masih sama seperti

organisasi lainnya mengutamakn segi keuangan karena lebih mudah diukur daripada segi lainnya.

Pelaporan yang disampaikan ke umat masih dalam tahap pelaporan keuangan saja, untuk pelaporan

aktivitas masih terbatas dalan lingkup kepengurusan saja.

Page 7: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pengukuran melalui segi keuangan belum dapat

dilakukan karena adanya keterbatasan pengambilan data yang dilakukan peneliti, dan menurut isu

yang beredar dalam mengatur segi keuangan masih banyak hal yang ditoleransikan oleh berbagai

pihak termasuk romo kepala di gereja X

Perspektif Umat

Umat pada mulanya memiliki posisi yang terdesak dalam gereja, meskipun umat merupakan

kaum mayoritas dalam gereja karena didominasi oleh kaum rohaniwan. Hal ini menyebabkan gereja

menjadi terlalu hierarkis namun dari waktu ke waktu istilah umat Allah dalam perjanjian lama

dimunculkan dan dihidukan kembali melalui konsili vatikan 2. Dengan paham gereja sebagai umat

Allah, diakui kembali kesamaan martabat dan peranan semua anggota gereja tetapi memiliki fungsi

yang berbeda. Umat menurut perjanjian lama pada hakekatnya adalah orang-orang yang dipilih Tuhan

sendiri dan memiliki tugas-tugas dari Tuhan juga seperti tertulis

Tetapi Aku akan hadir ditengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi

umatKu. (imamat 26:12)

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus,Umat kepunyaan Allah

sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil

kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus2:9)

Perspektif umat berfokus pada kebutuhan umat terlebih kebutuhan rohani umat dan sudah

menjadi tugas perutusan gereja untuk memenuhi kebutuhan umat. Seperti pelanggan pada organisasi

profit, umat merupakan aset bernilai yang dimiliki oleh gereja sebab pada hakekatnya umat

merupakan unsur utama pembentuk gereja dan dapat dikatakan bahwa umat adalah gereja itu sendiri.

Umat tidak hanya sekedar diartikan sebagai orang yang datang ke gereja mengikuti misa,

berdoa dan pulang. Umat lebih dari sekedar itu karena dengan adanya umat gereja memiliki identitas

dan budaya. Oleh karena itu gereja berkewajiban memberikan pelayanan kerohanian yang terbaik

untuk setiap umatnya. Dalam memenuhi kebutuhan rohani umat, gereja membutuhkan pelayan-

pelayan rohani yang bersedia bekerja demi nama Tuhan dan tidak diberikan upah. Terkadang gereja

dihadapkan dengan suatu kondisi seperti yang dituliskan pada kitab Matius 9:37 “Maka kataNya

kepada murid-muridnya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” Melihat kondisi ini,

sangatlah tepat untuk melakukan penilaian terhadap perspektif umat agar secara nyata gereja dapat

memberikan hal terbaik dan umat puas akan gereja. Umat gereja X terdiri dari balita (0-5 tahun),

anak-anak (6-12 tahun), remaja awal (13-17 tahun), remaja (18-22 tahun), dewasa awal (23-35 tahun),

dewasa (36-59 tahun), dan lansia ( >60 tahun) yang tinggal di Bekasi dan hingga saat ini umat yang

terdaftar ada 6624. Dari perspektif umat, peneliti memiliki beberapa aspek yang akan peneliti

gunakan, terdiri dari aspek kepuasaan umat, aspek kesetiaan umat, aspek pertumbuhan iman umat dan

aspek pertanggung jawaban gereja.

Aspek pertama, aspek kepuasaan umat terhadap layanan gereja. Untuk menilai kepuasan

umat peneliti melakukan observasi pada waktu peneliti mengikuti kegiatan kategorial dan melakukan

wawancara tidak langsung (berbincang-bincang) sekitar 13 umat yang mewakili beberapa tingkatan

usia yang ada dalam gereja terdiri dari remaja, dewasa awal, dan dewasa serta mewakili gender laki-

laki dan perempuan.

Hasil dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap umat gereja X

menunjukan bahwa bahwa umat gereja X cukup puas dengan layanan yang diberikan oleh gereja X.

Tidak hanya mengenai kerohanian, melainkan juga dalam aspek kehidupan sehari-hari dari umat,

pastur dan pekerja-pekerja dalam gereja X sangat memperhatikan umat dan mereka tidak hanya

melayani umat melalui perayaan iman atau misa namun juga mengunjungi umat melalui berkunjung

ke lingkungan, memberikan umat waktu kapan saja untuk menerima sakramen dan sangat membuka

diri untuk umat yang memiliki keperluan untuk berkonsultasi diluar hari sabtu minggu atau pada saat

misa. Dengan kondisi seperti ini, menunjukan bahwa tingkat kepuasan umat terhadap gereja sangat

tinggi karena dari hasil wawancara tidak langsung yang peneliti lakukan, tidak ada umat yang

menyatakan kecewa terhadap pelayanan gereja sehingga tidak ada komplain apapun mengenai

pelayanan gereja.

Page 8: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

Aspek kedua, kesetiaan umat terhadap gereja. Untuk menilai kesetiaan umat terhadap

gereja peneliti menilai dari sense of belonging umat terhadap gereja yang pada akhirnya akan

membuat mereka setia terhadap gereja X. Peneliti mengamati data yang dimiliki oleh gereja mengenai

peningkatan umat ditahun 2014- 2015.

Setelah melakukan pengamatan terhadap data-data yang ada, Peneliti juga melakukan

wawancara tidak langsung pada beberapa umat yang aktif kegiatan dan menanyakan lama umat

tersebut aktif dalam gereja. Hasil yang peneliti dapat dari pengamatan data menunjukan bahwa ada

peningkatan umat dari tahun 2014 ke tahun 2015. Pada tahun 2015 total umat dalam gereja X sebesar

6.908 umat.

Tabel 4.11 pertambahan dan pengurangan umat gerja X

2014

Umat gereja X diawal tahun 6.657 orang

pertambaha

n

Orang yang dibaptis 230 orang

Diterima resmi dari gereja kristen

lain (tanpa lewat baptis)

23 orang

Umat yang

pindah ke dalam

paroki

*dari paroki

lain dalam keuskupan

ini

69 orang

*dari

keuskupan lain

-

penguranga

n

Umat yang meninggal dunia 71 orang

Umat yang

pindah keluar gereja

*ke paroki

lain dalam keuskupan

ini

-

*ke

keuskupan lain

-

Umat yang pindah agama ke non

katolik

-

Tabel diatas memberikan bukti kesetian umat gereja X terhadap gereja. Ditahun 2014 tidak

ada umat yang berpindah gereja. Pengurangan umat hanya disebabkan oleh kematian yang tidak dapat

dihindarkan oleh setiap manusia. Untuk lebih membuktikan, peneliti melakukan wawancara tidak

langsung dengan romo A. Menurut romo A perpindahan umat di gereja X yang berpindah ke gereja

kristen lain sangatlah jarang, hal tersebut tidak terjadi rutin setiap tahunnya dan hal tersebut tidak

terjadi di tahun 2014. Kalau hal tersebut terjadi, hanya 8 sampai 10 orang yang berpindah ke gereja

kristen lain kurang lebih 1 atau 2 keluarga. Perpindahan yang cukup sering terjadi adalah perpindahan

umat dari gereja katolik satu dengan gereja katolik lainnya. Perpindahan tersebut tidak menjadi

persoalan gereja X karena setiap gereja katolik dimanapun masih didalam satu naungan yang sama.

Setelah melakukan wawancara kepada romo A peneliti juga mewawancarai beberapa umat

yang cukup aktif didalam gereja, hasil yang peneliti dapat adalah semua umat yang peneliti

wawancarai menyatakan bahwa mereka telah bergereja lebih dari 10 tahun dan bahkan ada yang dari

lahir sudah bergereja di gereja X. Dengan hasil yang telah dijabarkan diatas, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa ada sense of belonging umat terhadap gereja dan kesetiaan umat terhadap gereja

terbilang cukup tinggi.

Aspek ketiga, pertumbuhan iman umat. Seperti yang dijabarkan pada sub-bab analisis,

bahwa pertumbuhan iman umat dapat dilihat dari tingkat kehadiran umat dalam misa setiap minggu,

misa lingkungan dan kegiatan gereja lainnya. Untuk menilai aspek ini peneliti mewawancarai romo

ASM dan melihat langsung di gereja X. Dalam wawancara peneliti dan romo ASM peneliti mendapat

suatu fakta bahwa kehadiran umat dalam misa setiap minggu tidak dihitung dan dicatat secara rinci.

Gereja hanya menghitung dari kapasitas ruangan misa yang dimiliki gereja X. Menurut romo ASM

umat yang hadir kurang lebih 4000, kapasitas ruang misa gereja kurang lebih 1200 orang, dan setiap

minggu diadakan 4 kali misa. kalau dihitung secara kasar ada 3/4 umat dari total umat ditahun 2015

Page 9: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

yang mengikuti misa mingguan. Hasil tersebut cukup baik karena umat yang mengikuti misa lebih

dari setengah total umat yang terdaftar.

Untuk umat yang hadir dalam misa lingkungan sangat bervariasi jumlah umat yang datang

setiap lingkungannya. Tidak dapat diperkirakan. Sedangkan untuk kehadiran dalam kegiatan gereja

lainnya, umat gereja X sangat antusias tercermin dari rantai kegiatan dalam rangka merayakan HUT

gereja X ke 25. Peneliti yang juga turut serta dalam beberapa acara dalam rangka HUT gereja menilai

bahwa umat yang hadir cukup banyak. Tidak dihitung berapa yang datang namun yang peneliti lihat

adalah hampir seluruh lingkungan gereja penuh dengan umat. Melihat hasil penelitian tersebut dapat

mencerminkan adanya pertumbuhan iman umat didalam gereja sehingga kahidaran umat dalam misa

mingguan serta kegiatan gereja lainnya cukup tinggi.

Pertumbuhan iman umat memiliki damapak yang cukup besar bagi gereja. Umat yang

imannya bertumbuh akan membawa pengaruh bagi dirinya sendiri, lingkungan sekitar tidak terkecuali

gereja X. Dengan iman umat yang bertumbuh kegiatan-kegiatan gereja X juga akan semakin

bervariasi sesuai dengan visi misi dan 5 pilar gereja, karena setiap kegiatan yang dirancang oleh

gereja X merupakan rancangan-rancangan umat yang juga menjadi pengurus gereja X.

Aspek keempat, aspek pertanggung jawaban gereja mengenai pelaporan keuangan dan

pertanggung jawaban mengenai pelaksanaan setiap program yang ada di gereja X. Umat

merupakan salah satu pemilik gereja, maka pihak gereja berkewajiban memberikan pertanggung

jawaban atas pengelolaan uang yang disetorkan oleh umat meskipun umat telah menaruh kepercayaan

penuh dalam hal ini sebab gereja merupakan lembaga kerohanian yang non profit sehingga cukup

jauh dari unsur kecurangan dan gereja juga berkewajiban untuk memberikan laporan pertanggung

jawaban atas setiap program yang dilaksanakan. Dalam keuangan, gereja melakukan pertanggung

jawaban dengan membuat laporan keuangan setiap bulan yang akan dirapatkan oleh dewan paroki

harian, setelah itu akan diumumkan di setiap misa minggu terakhir di akhir misa pada saat

pengumuman. Umat di beritahukan jumalah pemasukan dan pengeluaran bulan itu.

Sejauh ini, tidak ada komplain dari umat mengenai laporan keuangan yang dilaporakan

dengan cara yang telah dijabarkan diatas karena umat telah menaruh kepercayaan penuh kepada

gereja. Untuk pengelolaan keuangan gereja X sendiri dipegang oleh bendahara gereja. Melihat proses

mengenai pertanggung jawaban gereja terhadap umat peneliti menyimpulkan bahwa gereja sudah

cukup baik dalam memberikan pertanggung jawaban karena umat sama sekali tidak ada yang

komplain atas laporan yang diberikan gereja.

Selain dari keempat aspek yang telah dijabarkan diatas, untuk menilai perspektif umat peneliti

mengamati data yang ada berupa kegiatan, sasaran prioritas dan target.

Tabel 4.12 Tabel Pengamatan perspektif umat

Sasaran Prioritas Target hasil

Mengajak semua

anggota untuk lebih

meningkatkan pendalaman

imannya

90% Anggota

kategorial

93% anggota

kategorial yang hadir

Meningkatkan

komunikasi dan kerjasama

diantara anggota serta

pendalaman iman

80% Anggota

kategorial

93% anggota

kategorial yang hadir

Mendorong

tumbuhnya kesadaran

anggota dan umat akan

pentingnya pelayanan /

kepekaan terhadap

masyarakat dan lingkungan

90% Anggota

kategorial

93% anggota

kategorial yang hadir

Meningkatkan dan

mengembangkan pemahaman

pewarta kitab suci dan umat

akan kitab suci

110 orang 110 orang yang

hadir perwakilan dari

seluruh lingkungan

Page 10: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

Pelayanan umat yang

baik

Tidak adanya

keluhan pelayanan

sekretariat

Tidak ada keluhan

dari umat atas pelayanan

sekretariat

Mengembangkan

iman umat yang mendalam

mengenai lingkungan hidup

Semua wilayah Semua wilayah

turut serta

Tabel pengamatan diatas merupakan beberapa kegitan gereja yang dapat mengukur perspektif

umat. Dari hasil diatas menunjukan bahwa kinerja gereja X bila diukur dengan perspektif umat baik,

karena target dari setiap sasaran prioritas dapat tercapai dengan baik.

Perspektif Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan umat Kristiani merupakan perkejaan yang dilakukan dalam lingkup

kerohanian. Makna pekerjaan menurut Alkitab seperti tertulis pada kitab Yohanes 6:27-29

“ Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan

bertahan hidup yang kekal, yang kan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan

oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya. Lalu kata mereka kepadaNya: “apakah yang harus kami

perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka:

“ inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia, yang telah

diutus Allah.”

Perspektif aktivitas dapat diukur dari peningkatan kualitas berupa inovasi dan upaya

peningkatan layanan terhadap umat atas aktivitas yang diadakan gereja. Hal ini menunjukan bahwa

aktifitas yang dilakukan dalam gereja merupakan salah satu aspek paling penting yang merupakan

perwujudan visi dan misi gereja karena tanpa aktivitas gereja yang tepat maka tujuan, visi dan misi

gereja tidak akan tersampaikan dengan tepat kepada sasaran yang tepat. Dalam melakukan penilaian

atas perspektif ini, peneliti mengadakan observasi terhadap segala upaya peningkatan kualitas dan

pelayanan yang dilakukan untuk itu ada 4 aspek yang teliti yaitu: Inovasi aktivitas, peningkatan

pelayanan terhadap aktivitas yang ada, relevansi aktivitas dengan visi misi gereja, dan relevansi

aktivitas dengan 5 pilar gereja yang telah ditetapkan.

Aspek pertama inovasi aktivitas. Untuk menilai aspek ini peneliti lebih banyak mengamati

dan mendengar isu-isu yang sedang beredar. Dalam melakukan inovasi aktivitas gereja X

mengadakan survei atau terjun langsung ke umat dengan melakukan pendekatan melalui pengadaan

misa lingkungan berkala para pengurus gereja terutama kedua romo secara bergantian mengadakan

misa di setiap lingkungan dan dilanjutkan dengan tanya jawab serta santap malam atau dengan ibadah

lingkungan yang dapat dipimpin oleh seorang ketua lingkungan, setelah itu umat dapat melakukan

tanya jawab dengan ketua lingkungan, kemudia ketua lingkungan akan membawa pesan-pesan dari

umat kepada dewan paroki beserta para romo.

sejauh ini, dari hasil pengamatan yang dilakukakn terhadap umat, didapati bahwa tahun ini

sesuai arahan dasar gereja katolik 2016-2018 gereja X memiliki kebutuhan baru yaitu gereja X perlu

menjadi fasilitator agar menjadikan umat tidak hanya membangun persaudaraan sejati tetapi

menjadikan umat sebagai umat yang merdeka dalam segala hal dengan mengamalkan Pancasila serta

menyelami lebih lagi mengenai kerahiman Ilahi. Inovasi yang dilakukan antara lain membagikan

rosario merah putih serta berkumpul bersama mendoakan setiap unsur dari negara Republik Indonesia

melalui doa rosario, mengajak umat untuk berziarah 9 goa maria untuk menyelami kerahiman Ilahi

serta mendapatkan indulgensi (penghapusan dosa) penuh, dan mengadakan seminar mengenai

kerahiman Ilahi yang memerdekakan.

Dengan melihat hal diatas yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa gereja X sudah

cukup berhasil dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan baru dalam rangka inovasi dan

melakukan upaya untuk pemenuhannya dengan mengadakan aktivitas baru yang diperlukan dalam

perwujudan visi, misi, dan tujuan.

Aspek kedua, peningkatan pelayanan terhadap aktivitas yang ada. Untuk menilai aspek

ini peneliti melakukan pengamatan mendalam. Dalam melakukan peningkatan pelayanan terhadap

Page 11: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

aktivitas yang ada, pihak gereja membangun poliklinik untuk menambahkan pelayanan kesehatan

untuk umat serta sebuah gedung yang disebut graha gereja X untuk para umat yang ingin

melaksanakan sakramen pernikahan. Pada tahun ini juga gereja membangun sebuah ruangan yang

disebut ruang Sakramen Maha Kudus yang berfungsi untuk para umat berdoa dengan lebih khusuk

dihadapan Maha Kudus yaitu Tubuh Kristus yang dilambangkan dengan sebuah Hosti besar,

meskipun ruang tersebut sampai saat ini belum jadi namun proses pembangunan sangatlah cepat sejak

batu pertama diletakan pada saat perayaan 25 tahun gereja X. Gereja X juga meningkatkan pelayanan

konseling serta penerimaan sakramen tobat dan perminyakan disaat-saat yang darurat dan umat dapat

datang langsung ke gereja atau konfirmasi dahulu apabila ingin datang ke gereja.

Aspek ketiga, Relevansi aktivitas dengan visi misi gereja. Untuk melakukan penilian aspek

ini, peneliti mengamati data-data yang ada. Peneliti mengamati data aktivitas gereja pada tahun 2015

yang dibagi berdasarkan 19 seksi yang ada dalam gereja X. Selain aktivitas 19 seksi, peneliti

menemukan beberapa aktivitas yang ditangani oleh bagian kategorial, namun peneliti tidak dapat

melakukan penilaian terhadap bagian kategorial karena aktivitas didalamnya tidak rutin dan tidak

terjadwalkan.

Visi misi yang dimiliki gereja X menyadarkan setiap umat bahwa mereka diutus dan

dipanggil untuk menciptakan persaudaraan sejati baik didalam gereja maupun diluar gereja. Hasil

yang peneliti dapat dalam mengamati setiap aktivitas yang ada sebagai berikut

Tabel 4.13 hasil pengamatan peneliti

Seksi Jumlah Jumlah kegiatan yang

membangun persaudaraan sejati

Liturgi 10 2

Panggilan 6 2

Katekese 7 2

KKS (Kerasulan

Kitab Suci)

10 1

KOMSOS

(Komunikasi Sosial)

4 -

Pendidikan 8 2

Kerasulan Keluarga 8 1

HAAK ( Hubungan

Antar Agama dan

kerpercayaan)

4 2

PEMIKAT

(Pertemuan Mitra Kategorial)

6 2

Prodiakon 7 3

Lingkungan Hidup 9 -

Dewan Paroki Harian 23 -

Keamanan 6 2

RT Paroki 21 3

PSE (pelayanan

sosial dan ekonomi)

6 -

Kesehatan 3 1

St. Yusuf 4 -

ASAK (Ayo Sekolah

Ayo Kuliah)

6 -

Kepemudaan 11 8

Total 15

9

30

Presentase aktivitas yang membangun persaudaraan sejati dari seluruh total aktivitas:

Page 12: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

30 ÷ 159 × 100% = 18,86% ≈ 19% Dari hasil pengamatan peneliti hanya ada 19% aktivitas dari seluruh seksi yang

membangun persaudaraan sejati didalam maupun diluar gereja. Dapat dikatakan hasil yang ada

kurang baik bila dilihat dari aspek relevansi aktivitas dengan visi misi gereja. Namun keberhasilan

perspektif aktivitas tidak hanya dari aspek ini saja. aspek relevansi aktivitas dengan visi misi gereja

merupakan suatu hal yang penting, akan tetapi dalam budaya gereja X aktivitas lebih diarahkan sesuai

dengan pilar gereja yang telah ditetapkan oleh induk gereja X yaitu Keuskupan Agung Jakarta.

Aspek keempat, Relevansi aktivitas dengan 5 pilar Gereja. Untuk aspek ini peneliti

melakukan pengamatan secara langsung kegiatan-kegiatan gereja X. 5 pilar gereja menjadi dasar

setiap seksi dalam membuat aktivitas maka dari itu setiap seksi memiliki aktivitas yang berunsur dari

5 pilar gerja diakonia, koinonia, martiria, kerygma, liturgia. Dalam sati aktivitas dapat memiliki 2 atau

lebih unsur 5 pilar gereja. Selain itu pada tahun ini gereja X menjalankan serangkaian kegiatan untuk

merayakan HUT ke 25, rangkaian kegiatan tersebut memberikan bukti nyata bahwa aktivitas gereja X

merupakan perwujudan 5 pilar gereja serta visi misi gereja X sendiri.

Tabel 4.14 kegiatan HUT ke 25 gereja X

Kegiatan

Pelantikan panitia & launching logo Liturgia

Penyerahan pohon ke kelurahan Koinonia & visi misi

Pesta pembukaan -

Penanaman pohon palem Visi misi

Seminar Kerygma & martiria

Pemberian makanan tambahan di

posyandu RW 08

Visi misi

Jalan sehat, aerobic, dan bazaar Visi misi & koinonia

Lomba paduan suara & vocal group

OMK

Visi misi

Khitanan massal Diakonia & visi misi

Seminar keluarga misa kreasi SMP

strada BW

Visi misi, liturgia, & koinonia

Misa Kreasi Wacana Bhakti Liturgia

Nonton Bareng Visi misi & koinonia

misa inkulturasi Liturgia

Pertandingan Olahraga Visi misi

Dengan hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam aspek ini gereja X cukup

baik. Setiap aktivitas yang dilakukan sesuai dengan 5 pilar gereja yang telah ditetapkan oleh

Keuskupan Agung Jakarta sebagai induk dari gerja X.

Dengan penjelasan diatas, dapat dinilai bahwa upaya gereja X dalam melakukan peningkatan

pelayanan terhadap segala aktivitas untuk umat sudah maksimal sehingga dapat memberikan

pelayanan-pelayanan yang maksimal dalam bidang kerohanian serta pelayanan kesehatan. Sehingga

dengan kata lain gereja X meningkatkan pelayanan pada segi kerohanian dan jasmani para umatnya.

Setiap aktivitas dalam gereja X diadakan dengan tujuan yang jelas karena semuanya memperhatikan

kebutuhan umat dan dilakukan sebagai upaya-upaya menjalankan visi misi gereja serta 5 pilar gereja.

Selain dari keempat aspek yang telah dijabarkan diatas, untuk menilai perspektif aktivitas

peneliti mengamati data yang ada berupa kegiatan, sasaran prioritas dan target.

Tabel 4.15 Tabel Pengamatan Perspektif Aktivitas

Sasaran

prioritas

Target Hasil

Tersedianya

Pelayanan liturgi

Terlaksanan

ya perayaan ekaristi

terlaksana

Page 13: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

bagi umat dengan romo tamu

Membina

relasi , toleransi,

peduli,berbelarasa

dengan lingkungan

masyarakat non

katolik

4 kali dalam

setahun

6 kali dalam

tahun 2015

meningkatka

n kemampuan dalam

mewartakan iman

60 orang 82 orang

Memperbaiki

dan menyediakan

sarana dan prasarana

10 buah

tempat sampah dan

perbaikan air

mancur

10 tempat

sampah dan air

mancur telah

diperbaiki

Tabel pengamatan diatas merupakan beberapa kegitan gereja yang dapat mengukur perspektif

aktivitas. Dari hasil diatas menunjukan bahwa kinerja gereja X bila diukur dengan perspektif umat

baik, karena target dari setiap sasaran prioritas dapat tercapai dengan baik.

Perspektif Pekerja

Pekerja dalam gereja sangat berbeda dengan pekerja (karyawan) pada perusahaan atau

organisasi bisnis. Pekerja dalam gereja lebih diartikan sebagai pelayan Tuhan sehingga ketika bekerja

harus dengan motivasi melayani Tuhan sepenuh hati tanpa mengharapkan upah dari manusia sebab

yang mereka layani adalah Tuhan. Dalam perkembangannya, pekerja juga menjadi salah satu yang

menjadi peranan penting untuk pencapaian fungsi gereja sebagai organisasi yang memberikan

pelayanan kerohanian kepada masyarakat.

Perspektif pekerja adalah hal yang perlu diperhatikan dalam gereja meskipun jumlah pekerja

di gereja X belum cukup memadai dibandingkan jumlah umat di gereja X. Untuk menilai perspektif

pekerja ini peneliti membagi menjadi 2 aspek yang terdiri dari aspek kepuasan pekerja dan aspek

penciptaan iklim kerja yang kondusif. Dengan pekerja yang kompeten dan memiliki loyalitas maka

kualitas pelayanan berupa aktivitas terhadap umat dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan

berjalannya waktu serta dengan adanya upaya penciptaan iklim kerja yang kondusif dapat

memberikan rasa nyaman ketika para pekerja memberikan kontribusinya.

Aspek pertama, kepuasan pekerja.Untuk melakukan penelitian ini, peneliti melakukakn

observasi terhadap data pekerja yang ada di gereja X. Berdasarkan data yang diperoleh, didapat

informasi mengenai jumlah pekerja yang ada di gereja X sampai saat ini adalah 17 orang yang terdiri

dari 1 orang kasir, 2 orang koster,2 orang RT pastoran, 1 orang umum, 6 orang satpam, 2 orang

tukang kebun, 2 orang kerbersihan, dan 1 orang sekretariat. Upaya gereja X dalam meningkatkan

kualitas dan kesejahteraan pekerja gereja dengan memberikan pelatihan atau seminar yang bersifat

kerohanian (dapat dilihat dalam lampiran) dan memberikan waktu kepada para pekerja untuk

berkonsultasi mengenai masalah atau kesulitan dalam melakukan pekerjaan di gereja X serta

berdiskusi untuk penyelesaiannya.

Selain itu, setelah melakukan observasi lebih lanjut didapat informasi bahwa setiap pekerja di

gereja X mengerjakan suatu hal dengan budaya saling tolong menolong sesuai apa yang mampu

dikerjakan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara tidak langsung kepada 2 pekerja, dari hasil

wawancara tersebut peneliti mendapatkan informasi bahwa untuk meningkatkan kualitas para pekerja

yang berada jauh dari lingkungan gereja X berkesempatan tinggal di gereja dan menurut mereka pasra

pastur di gereja X juga sangat ramah dan tidak pernah mengganggap para pekerja seperti bawahannya

sehingga hubungan antara pastur selaku yang memiliki tanggung jawab terbesar digereja dengan para

pekerja selayaknya seorang teman/sahabat, meskipun seorang pastur namun para pastur di gereja X

tidak segan-segan membantu pekerjanya. “budaya kerja disini enak, tolong menolong. Beda pendapat

sih pernah tapi gak sampe berantem ni tetap akur” kata pak AB. Kalimat ini peneliti dapatkan dari

Page 14: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

wawancara tidak langsung, dan kalimat ini membuktikan bahwa para pekerja cukup puas dengan

bekerja di gereja ini.

Melihat pekerja yang dimiliki gereja X tidak terlalu banyak, tidak terlalu sulit bagi pihak

gereja untuk memantau kualitas kerja dan kesejahteraan mereka. Selama masa pengamatan

berlangsung, peneliti mengambil kesimpulan bahwa para pekerja merasa cukup puas dengan perhatian

dan kepedulian yang telah diberikan piahk gereja kepada mereka, oleh sebab itu para pekerja

termotivasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan dapat berpartisipasi dalam memajukan

gereja x.

Sedangkan untuk aspek kedua, penciptaan iklim kerja yang kondusif, pihak gereja sudah

berupaya cukup maksimal mungkin karena gereja X merupakan organisasi dibidang pelayanan yang

memiliki dasar kerohanian sehinga selalu diupayakan suatu penciptaan iklim kerja yang kondusif.

Penciptaan iklim kerja yang kondusif berupa penciptaan rasa nyaman, tenang, dan kepedulian antar

tiap individu dari para pekerja yang bekerja di gereja X.

Selain dari kedu aspek yang telah dijabarkan diatas, untuk menilai perspektif pekerja peneliti

mengamati data yang ada berupa kegiatan, sasaran prioritas dan target.

Tabel 4.16 Tabel Pengamatan Perspektif Pekerja

Sasaran

prioritas

Target Hasil

Meningkatny

a petugas liturgi

40 orang 55 orang

Menambah

jumlah seksi

pendidikan

12 orang 12 orang

meningkatka

n dan mendalami

iman kritiani seerta

menjalin keakraban

semua anggota

keluarga katekese

60 orang 82 orang

Melakukan

pendekatan

kekeluargaan, agar

karyawan kompak

dalam bekerja

Tingkat

kehadiran 90% dan

evaluasi kinerja per

tiap bulan

Tignkat

kehadiran para

pekerja sampai 90%

dan evaluasi tetap

diadakn tiap bulan

dalam rapat pleno

Tabel pengamatan diatas merupakan beberapa kegitan gereja yang dapat mengukur perspektif pekerja.

Dari hasil diatas menunjukan bahwa kinerja gereja X bila diukur dengan perspektif umat baik, karena

target dari setiap sasaran prioritas dapat tercapai dengan baik.

Melihat penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif pekerja gereja X sudah

cukup maksimal dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas

dari para pekerja sesuai dengan kapasitas mereka. Gereja X juga cukup peduli dengan para pekerja

sehingga para pekerja merasa puas dan dapat memaksimalkan kinerja mereka dengan adanya

pelatihan atau seminar yang diadakan khusus para pekerja. Hal tersebut membuat para pekerja

menghasilkan sesuatu yang lebih baik untuk memberikan yang terbaik bagi gereja X.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisi yang dilakukan pada Bab IV, kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut:

Page 15: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

1. Untuk melakukan pengukuran kinerja menggunakan balance scorecard terhadap gereja yang pada

dasarnya merupakan organisasi non profit, diperlukan penyesuaian atas keempat perspektif balance

scorecard yang pada umunya digunakan untuk organisasi-organisasi profit.

2. Penggunaan perspektif keuangan pada balance scorecard terasa tidak optimal dilakukan dengan

budaya gereja X, karena adanya keterbatasan peneliti dalam menyediakan data keuangan.

3. Dilakukan penyesuaian terhadap perspektif pelanggan menjadi perspektif umat.. Perspektif umat

dinilai dari 4 aspek yang terdiri dari kepuasan umat, kesetiaan umat, pertumbuhan iman umat dan

pertanggung jawaban gereja. Kinerja dalam perspektif umat sudah baik.

4. Dilakukan penyesuaian terhadap perspektif proses bisnis menjadi perspektif aktivitas, karena

dengan kata lain proses bisnis didalam sebuah gereja disebut aktivitas. Dalam menilai perspektif

aktivitas peneliti mengelompokan menjadi 4 aspek yang terdiri dari aspek inovasi aktivitas,

peningkatan pelayanan terhadap aktivitas yang ada, relevansi aktivitas dengan visi misi gereja, dan

relevansi aktivitas dengan 5 pilar gereja. Kinerja dalam perspektif aktivitas sudah berjalan dengan

baik.

5. Dilakukan penyesuaian terhadap perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menjadi perspektif

pekerja, karena didalam gereja ada 2 subjek yang dapat diukur dalam perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran yaitu umat dan pekerja, sedangkan umat sudah ada pada perspektif umat maka peneliti

melakukan penyesuaiasan menjadi perspektif pekerja. 2 aspek dalam menilai perspektif pekerja yaitu:

aspek kepuasan pekerja dan penciptaan iklim kerja yang kondusif. Kinerja dalam perspektif pekerja

sudah baik, terbukti dengan banyaknya aktivitas yang semakin beragam serta tidak adanya komplain

dari umat.

6. Tema-tema budaya yang muncul adalah:

• Pertumbuhan iman umat menyebabkan tingginya jumlah umat dalam perayaan misa lingkup gereja,

lingkungan dan wilayah.

• Cara mengukur pertumbuhan iman umat dengan menghitung jumlah umat yang hadir dalam

perayaan iman.

• Pertumbuhan iman umat menyebabkan umat ingin semakin serupa dengan Tuhan dan menjadi

pribadi lebih baik untuk lingkungan sekitarnya.

• Pelaporan keuangan gereja harus melalui pemeriksaan oleh beberapa pengurus gereja yang akan

dilaporkan ke Keuskupan Agung Jakarta.

• Gereja tidak akan menyerah untuk terus membawa umat mendekati 5 pilar gereja dalam kondisi

apapun.

SARAN

Saran yang diberikan peneliti berkenaan dengan penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian mendatang diharapkan dapat meningkatkan jumlah informan, tidak hanya 2 orang

informan. Tetapi bisa 2 orang informan atau lebih.

2. Penelitian mendatang diharapkan meningkatkan intensitas dalam melakukan wawancara formal.

3. Penelitian mendatang diharapkan mampu menambah maupun memodifikasi pertanyaan agar

semakin relevan dengan perkembangan zaman.

4. Gereja X diharapkan untuk terus berkembang dan berinovasi dalam perspektif umat, aktivitas dan

pekerja, agar visi dan misi dapat terus tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, Jhon W (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative

and Qualitative Research, Edisi 4,Ney Jersey: Person Education, Inc

Gaspersz, Vincent (2013), All-in-one 150 Key Performance Indicators and Balanced

Scorecard, Malcom Baldrige, Lean Six Sigma Supply Chain Management, Edisi 1, Bogor: Tri-Al-

Bros Publishing

Page 16: BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA …

Gozali, Dodi M 2005, COMMUNICATION MEASUREMENT, Konsep dan Aplikasi Pengukuran

Kinerja Public Relations, Rema Karyanti S ‘(ed)’, Edisi Pertama, Bandung: Simbiosa Rekatama

Media

Kaplan, Robert S., David P. Norton 2000, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi,

diterjemahkan oleh Peter R. Yosi Palsa, Jakarta: Erlangga

Mulyadi 2001a, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatgandaan Kinerja

Perusahaa, Edisi Ke-2, Jakarta: Salemba Empat

Nawawi, Ismail 2013, BUDAYA ORGANISASI KEPEMIMPINAN DAN KINERJA Proses

Terbentuk, Tumbuh Kembang, Dinamika, dan Kinerja Organisasi, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group

Rangkuti, Freddy 2016, SWOT BALANCED SCORECARD Teknik Menyusun Strategi Korporat

yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko, Edisi ke-6, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Spradley, James P 2006, METODE ETNOGRAFI, Edisi 2, Yogyakarta: Tiara Wacana

https://www.academia.edu/9000018/Pengelompokan_Etnografi_Menjadi_Tiga_Jenis_Menurut_Hedd

y_Shri_ahimsa_putra

https://www.academia.edu/12016690/Model_Akuntabilitas_Organisasi_Non_Profit_pada_Masjid