implementasi balance scorecard untuk pengukuran kinerja padaorganisasi pemerintah

33
IMPLEMENTASI METODE BALANCED SCORECARD UNTUK PENGUKURAN KINERJA PADA ORGANISASI PEMERINTAH DISUSUN OLEH NAMA : NUR FITRI HARIANI NIM : I2F014047 INSTAN SI : BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NTB PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

Upload: nurfitrihariani

Post on 05-Sep-2015

266 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Makalah Implementasi Balanced Scorecard

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI METODE BALANCED SCORECARD UNTUK PENGUKURAN KINERJA PADA ORGANISASI PEMERINTAH

DISUSUN OLEH

NAMA:NUR FITRI HARIANINIM:I2F014047INSTANSI:BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NTB

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSIPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAMMATARAM2015IMPLEMENTASI METODE BALANCED SCORECARD UNTUK PENGUKURAN KINERJA PADA ORGANISASI PEMERINTAH

Nur Fitri HarianiProgram Studi Magister AkuntansiFakultas Ekonomi Universitas Mataram

ABSTRAK

Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Pengukuran kinerja merupakan bagian penting bagi proses pengendalian manajemen organisasi. Kinerja yang baik harus mempunyai sistem pengukuran kinerja yang andal dan berkualitas.Pengukuran kinerja organisasi pemerintah selama ini hanya menitik beratkan pada aspek keuangan/finansial yang bersifat jangka pendek, sehingga dianggap tidak mampu menginformasikan strategi apa yang harus diambil dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja organisasi. Penggabungan aspek keuangan dan non keuangan dalam pengukuran kinerja akan memberikan hasil yang lebih komprehensif, koheren, terukur dan seimbang. Balance Scorecard adalah salah satu alat manajemen kontemporer yang komplit untuk pengukuran kinerja organisasi karena tidak hanya mengukur aspek kuantitatif finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial seperti: Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Internal, serta Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Implementasi metode balanced scorecard pada organisasi pemerintah harus disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan organisasi karena setiap organisasi pemerintah memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dalam penentuan indicator kinerja serta dengan beberapa penyesuaian karena fokus utama organisasi pemerintah bukan pada pencapaian tujuan finansial, tetapi pada pencapaian tujuan yang berfokus pada pelanggan.

Kata kunci : organisasi pemerintah, pengukuran kinerja, dan balanced scorecard

PENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangOrganisasi sektor publik merupakan organisasi yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Keberhasilan sebuah organisasi sektor publik tidak dapat diukur hanya dari perspektif keuangan melainkan juga harus diukur dari kinerjanya (non keuangan). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah organisasi. Pengukuran tersebut antara lain dapat digunakan sebagai dasar menyusun sistem imbalan atau sebagai dasar penyusun strategi organisasi atau perusahaan (Cahyono, 2000). Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja dibuat dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum, 2009). Organisasi pemerintah merupakan bagian dari organisasi sektor publik yang dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang optimal dan terbaik kepada masyarakat karena sumber anggaran yang digunakan oleh organisasi pemerintah salah satunya bersumber dari masyarakat. Terlebih jika pembiayaan seluruh kegiatan sektor public bersumber dari pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat ataupun pendapatan lainnya yang diatur sesuai hukum, maka suatu pengukuran kinerja pemerintah adalah wujud dari pertanggungjawaban publik (Mahsun, 2009). Organisasi pemerintah juga dituntut untuk memenuhi harapan berbagai kelompok stakeholders (yaitu penerima layanan, karyawan, lembaga pemberi pinjaman/hibah, dan pembayar pajak). Tuntutan ini mengharuskan organisasi pemerintah untuk bertindak profesional sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi swasta. Organisasi pemerintah harus mempunyai sistem manajemen strategis. Karena dunia eksternal adalah sangat tidak stabil, maka sistem perencanaan harus mengendalikan ketidak-pastian yang ditemui. Organisasi pemerintah, dengan demikian, harus berfokus strategi. Strategi ini lebih bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis, dan merupakan pekerjaan setiap staf. Organisasi pemerintah harus juga merasakan, mengadakan percobaan, belajar, dan menyesuaikan dengan perkembangan. (Darwanto, Herry, 2007)Bagitu pentingnya peran organisasi pemerintah serta besarnya kewajiban yang harus dipenuhi menuntut organisasi pemerintah untuk melakukan penilaian kinerja organisasi secara komprehensif. Selama ini penilaian kinerjanya didasarkan pada laporan keuangan yaitu dengan membandingkan antara anggaran yang dialokasikan dengan realisasinyan (serapan anggaran). Organisasi pemerintah yang memiliki serapan anggaran yang tinggi (100%) mengindikasikan bahwa organisasi itu memiliki kinerja yang tinggi (baik) meskipun outcome dari pelaksanaan kegiatan/program tersebut masih belum terlihat hasilnya.Pengukuran kinerja berdasar aspek keuangan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang harus diambil dalam jangka panjang, untuk meningkatkan kinerja organisasi. Sistem pengukuran kinerja ini dianggap tidak mampu mengukur asset tidak berwujud yang dimiliki organisasi seperti sumber daya manusia, kepuasan pelanggan, dan kesetiaan pelanggan. Untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka diperlukan suatu sistem berbasis kinerja. Kinerja yang baik harus mempunyai sistem pengukuran kinerja yang andal dan berkualitas, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek non-keuangan. (Pramadhany, Wahyu Eko Y. 2011). Metode Balanced Scorecard telah menjadi salah satu alternatif dalam mengukur kinerja organisasi pemerintah. Balanced Scorecard pada awalnya dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990 sebagai alat pengukuran kinerja yang digunakan untuk perusahaan bisnis komersial. Balanced Scorecard dinilai tepat untuk organisasi sektor publik karena tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan sebagai ukuran utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan non keuangan (Mahmudi, 2013: 133).Balanced Scorecard memasukkan empat aspek/perspektif di dalamnya yaitu: 1. Financial perspective (perspektif keuangan) 2. Customer perspective (perspektif pelanggan) 3. Internal bisnis perspective (perspektif proses bisnis internal) dan 4. Learning and growth perspective (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) Balanced Scorecard merupakan strategi bisnis yang diterapkan agar dapat dilaksanakan dan dapat mengukur keberhasilan organisasi. Dengan demikian Balanced Scorecard dapat digunakan sebagai alat untuk mengimplementasikan strategi. Kelebihan sistem manajemen strategis berbasis balanced scorecard dibandingkan konsep manajemen yang lain adalah bahwa ia menunjukkan indikator outcome dan output yang jelas, indikator internal dan eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan, dan indikator sebab dan akibat.

I.2 Perumusan MasalahBagaimana implementasi metode Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja organisasi pemerintah

I.3 Tujuan Mengetahui dan memahami implementasi metode Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja organisasi pemerintah

I.4 Kontribusi 1) Bagi AkademikPaper ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai implementasi penilaian kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard pada organisasi pemerintah2) Bagi Organisasi pemerintahPaper ini dapat menambah pengetahuan mengenai metode/cara penilaian kinerja organisasi pemerintah selain menggunakan aspek keuangan yang selama ini telah dipergunakan sehingga dapat menjadi alternatif dalam membuat keputusan mengenai metode yang akan digunakan untuk penilaian kinerja di organisasinya

PEMBAHASAN

I. Pengertian Kinerja dan Pengukuran KinerjaKinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006:25)Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai apakah program/kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut dan apakah telah mencapai keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan. Pengukuran kinerja dimulai dengan proses penetapan indikator kinerja yang memberikan informasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan unit kerja untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat.. (Nordiawan, Ayuningtyas 2010:158)Hansen dan Mowen (1995) membedakan pengukuran kinerja secara tradisional dan kontemporer. Pengukuran kinerja tradisional dilakukan dengan membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan atau biaya standar sesuai dengan karakteristik pertanggungjawabannya, sedangkan pengukuran kinerja kontemporer menggunakan aktivitas sebagai pondasinya. Kinerja organisasi sektor publik yang bersifat multidimensional memiliki makna bahwa tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan secara komprehensif untuk semua jenis organisasi sektor publik, dengan begitu indikator kinerja yang dipilih akan sangat bergantung pada faktor kritikal keberhasilan yang telah diindentifikasi. Karena adanya sifat multidimensional atas kinerja organisasi sektor publik tersebut maka pengukuran kinerja instansi pemerintah haruslah dibuat sekomprehensif mungkin dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi kinerja. (Wirasata Putu. 2010)

II. Tujuan Pengukuran KinerjaPengukuran kinerja merupakan bagian penting bagi proses pengendalian manajemen organisasi.Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. (Srimindarti, 2004: 52-64)Menurut Mahmudi (2010) terdapat enam tujuan dalam pengukuran kinerja sektor publik yaitu:1. Untuk mengetahui tingkat ketercapain tujuan organisasi.2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.3. Memperbaiki kinerja pada periode berikutnya.4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan reward dan punishment.5. Memotivasi pegawai.6. Menciptakan akuntabilitas publik.

III. Organisasi Pemerintah Setiap negara memiliki cakupan organisasi sector publik sering tidak sama, sehingga tidak ada definisi yang secara komprehensif memformulasikan secara baku menyatakan cakupan organisasi sektor public untuk semua sistem pemerintahan, sehingga dalam suatu pemerintahan dimungkinkan terdiri dari berbagai macam organisasi sektor publik yang pendirian dan fungsinya memiliki misi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Di Indonesia, cakupan sector public antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, sejumlah perusahaan dimana pemerintah mempunyai saham (BUMN dan BUMD), organisasi bidang pendidikan, organisasi bidang kesehatan dan organisasi organisasi massa. (Mahsun, 2006)Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dimiliki oleh pemerintah, baik dalam bentuk BUMN/BUMD maupun instansi instansi pemerintah pusat dan daerah.

IV. Balanced ScorecardIV.1. Pengertian Balanced ScorecardKonsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan dan David P.Norton (HBR, January,1992). Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu nilai (scorecard) dan balanced (berimbang), maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi serta berimbang (balanced) artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat internal dan kinerja eksternal. (Ciptani, Monika.2000)Menurut Kaplan dan Norton (1996: 9), kata balanced disini menekankan keseimbangan antara beberapa faktor, yaitu:1. Keseimbangan antara pengukuran eksternal bagi stakeholders dan konsumen dengan pengukuran internal bagi proses internal bisnis, inovasi, dan proses belajar dan tumbuh.2. Keseimbangan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu dengan pengukuran yang mendorong kinerja masa mendatang.3. Keseimbangan antara unsur objektivitas, yaitu pengukuran berupa hasil kuantitatif yang diperoleh secara mudah dengan unsur subjektivitas, yaitu pengukuran pemicu kinerja yang membutuhkan pertimbangan Konsep ini merupakan satu konsep pengukuran kinerja yang sebenarnya memberikan rerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategik. Sasaran-sasaran strategik yang komprehensif dapat dirumuskan karena Balanced Scorecard menggunakan empat perspektif yang satu sama lain saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan (Mulyadi,1999:218). Rencana strategik yang komprehensif dan koheren menyediakan kemudahan dan kejelasan untuk penyusunan program. Dengan rerangka Balanced Scorecard, perencanaan strategik menghasilkan berbagai strategic initiatives yang dengan jelas menunjukkan: sasaran (strategik objectives) yang hendak dituju di masa depan, ukuran pencapaian sasaran dan informasi tentang pemacu kinerja (performance driver), target yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu di masa depan. Konsep Balanced Scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial (atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektivitas organisasi.

IV.2. Teknik Pengukuran Kinerja Balanced ScorecardPengukuran kinerja didasarkan pada aspek finansial dan non finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu :1. Perspektif Finansial (keuangan)Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang penyedia sumber daya dan ketercapaian target keuangan sebagaimana rencana organisasi. Menurut Quinlivan (dalam Mahsun 2006) Perspektif finansial melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating income, dan cash flow. Untuk mengetahui kinerja keuangan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Teknik analisis rasio adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos pos tertentu dalam neraca atau laporan keuangan lain secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Pengukuran kinerja atas dasar perspektif finansial selain itu dapat menggunakan data primer berdasarkan yang dapat dikumpulkan dengan kuisioner dengan didesain menggunakan skala likert dan analisis statistic. (Mahsun. 2006)2. Perspektif PelangganPerspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention, customer profitability, dan market share. (Quinlivan dalam Mahsun 2006)Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi daripada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapatkan produk atau jasa itu. Suatu produk atau jasa semakin bernilai apabila manfaatnya mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen. (Widodo, Iman. 2011)Perspektif pelanggan merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan melihat organisasi dan bagaimana organisasi memandang mereka. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana pelanggan memandang organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui melalui survey pelanggan, sikap dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan keluhan yang mereka sampaikan. Teknik pengukuran perspektif ini menggunakan data primer berdasarkan yang dapat dikumpulkan dengan kuisioner dengan didesain menggunakan skala likert dan analisis statistic. (Mahsun. 2006)3. Perspektif Proses Internal. Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan. Perspektif ini mencakup indikator produktivitas, kualitas, waktu penyerahan, waktu tunggu dan sebagainya. Indikator ini memungkinkan kita untuk menentukan apakah proses telah mengalami peningkatan, sejajar dengan benchmarks dan atau mencapai target dan sasaran. Teknik pengukuran perspektif ini menggunakan data primer berdasarkan kuesioner yang didesain menggunakan skala likert dan analisis statistika. (Mahsun. 2006)4. Perspektif Pertumbuhan (Inovasi) dan PembelajaranPerspektif inovasi dan pembelajaran mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain yang perlu diperbaharui. Perspektif ini memuat tentang indikator tentang seberapa jauh manfaat dari pengembangan baru atau bagaimana hal ini dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan dimasa depan. Mengukur hasil dari tindakan dan aktivitas dalam perspektif ini mungkin tidak dapat dilakukan karena hasilnya tidak segera dapat diketahui dan bersifat jangka panjang. Teknik pengukuran perspektif ini menggunakan data primer berdasarkan kuesioner yang didesain menggunakan skala likert dan analisis statistika. (Mahsun. 2006)Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah memberikan infrastruktur yang memungkinkan tujuan dalam ketiga perspektif lainnya dapat tercapai. Proses belajar dan bertumbuh suatu organisasi bersumber dari tiga kategori (Kaplan dan Norton, 1996: 109), yaitu: (1) Kapabilitas Pekerja yang meliputi Tingkat Kepuasan Karyawan, Tingkat Perputaran Karyawan, Produktivitas Karyawan, (2) Kapabilitas Sistem Informasi, (3) Motivasi, Pemberdayaan, dan Penyelarasan

IV.3. Kelebihan Metode Balanced ScorecardKelebihan dalam penerapan pada suatu organisasi sebagai berikut:1. Komprehensif. Balanced scorecard mencakup pengukuran kinerja non finansial dan sisi eksternal Balanced scorecard mengukur kinerja non finansial melalui perpektif kepuasan pelanggan, bisnis internal dan pertumbuhan serta pembelajaran. Sedangkan pengukuran kinerja pada sisi eksternal adalah perspektif kepuasan pelanggan. 2. Pengukuran kinerja yang koheren, maksudnya pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara masing-masing item ukuran kinerja yang diarahkan untuk mencapai visi organisasi.3. Penilaian kinerja yang terukur. Semua sasaran strategis dapat diukur dengan jelas dengan menggunakan model balanced scorecard baik untuk perspektif yang bersifat kuantitaif maupun kualitatif.4. Keseimbangan dalam pengukuran berbagai aspek kinerja Keseimbangan dalam perencanaan strategis diwujudkan kedalam kinerja setiap perspektif balanced scorecard baik untuk perencanaan jangka panjang atau pendek, aspek finansial atau non finansial, ukuran kinerja masa lalu atau kinerja masa yang akan datang serta sisi eksternal ataupun untuk internal organisasi.Gambar 1. Rerangka Penjabaran Strategi ke Dalam Strategic Objectives Berlandaskan Balanced Scorecard

Sumber: Mulyadi dan Setyawan (1999: 312).IV.4. Implementasi Balanced Scorecard di Organisasi PemerintahanOrganisasi pemerintah merupakan bagian dari organisasi sektor publik yang berhubungan langsung dengan penyediaan services and goods untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merupakan pelanggan yang harus dilayani dengan baik sehingga dalam rangka memenuhi customer satisfaction, sangat perlu ditanamkan pola pikir (mind set) terhadap para pengelola organisasi layanan publik tentang bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan (masyarakat). Menurut Gaspersz (1997: 208) ukuran finansial merupakan alat pengukuran tradisional yang digunakan oleh sektor swasta namun, hal itu tidak menjadi tujuan utama untuk organisasi pemerintah, dengan demikian, fokus utama organisasi pemerintah bukan pada pencapaian tujuan finansial, tetapi pada pencapaian tujuan yang berfokus pada pelanggan, yang dalam konteks organisasi pemerintah adalah masyarakat pembayar pajak.Pendekatan dalam pengukuran kinerja Balanced Scorecard bisa dimodifikasi agar layak digunakan untuk menilai kinerja akuntabilitas organisasi pemerintah dengan sebenarnya. Menurut Gaspersz (2003: 210) penerapan Balanced Scorecard pada organisasi pemerintah membutuhkan beberapa penyesuaian karena:1. Fokus utama sektor publik adalah masyarakat dan kelompok-kelompok tertentu, sedangkan sektor bisnis adalah pelanggan dan pemegang saham;2. Tujuan utama organisasi publik adalah keseimbangan pertanggungjawaban finansial melalui pelayanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan visi dan misi organisasi pemerintah;3. Mendefinisikan ukuran dan target dalam perspektif pelanggan membutuhkan pandangan dan kepedulian yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi pemerintah, dan membutuhkan definisi yang jelas serta hasil strategis yang diinginkan.Keberhasilan organisasi pemerintah dan nirlaba sebaiknya diukur melalui efektivitas dan efisiensi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pembayar pajak. Para manajer birokrat dapat memulai mendefinisikan segmen masyarakat yang akan mereka layani, kemudian memilih tujuan dan ukuran kinerja untuk segmen masyarakat ini agar menciptakan perspektif pelanggan. Pernyataan visi, misi, dan strategi organisasi pemerintah yang berfokus pada masyarakat harus diterjemahkan ke dalam tujuan spesifik yang berorientasi masyarakat dan dikomunikasikan ke seluruh organisasi pemerintah (Gaspersz, 1997: 208-209). Menurut Gaspersz (1997: 209) berdasarkan fokus untuk memberikan nilai bagi segmen-segmen masyarakat, para manajer yang mengelola organisasi pemerintah harus mengidentifikasi proses internal organisasi pemerintah itu. Dalam hal ini, kinerja mekanisme kerja dan proses pembuatan keputusan perlu diidentifikasi dan ditingkatkan. Kinerja proses-proses internal yang paling kritis untuk mencapai tujuan pemberian pelayanan berkualitas kepada masyarakat harus diidentifikasi, diukur, dianalisis, dan ditingkatkan secara terus-menerus. Kunci perspektif proses internal dalam organisasi pemerintah adalah mengidentifikasi proses kunci, mengukur dan menganalisis, menentukan target kinerja, dan melaksanakan inisiatif atau program peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan utama memberikan pelayanan publik bernilai tambah (berkualitas) kepada masyarakat pembayar pajak (pelanggan utama dari organisasi pemerintah). Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dalam Balanced Scorecard, memberikan suatu infrastruktur untuk organisasi pemerintah mencapai sasaran yang telah diidentifikasi melalui perspektif-perspektif yang lain. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dalam organisasi pemerintah adalah sebagai pengendali untuk mencapai keunggulan hasil dalam perspektif yang lain, terutama perspektif pemberian nilai tambah dalam pelayanan publik kepada masyarakat pembayar pajak (perspektif pelanggan) (Gaspersz, 1997: 208-209)

Gambar 2. Strategy Mapping balanced scorecard Pada Organisasi Sektor PublikPerspektif Pelanggan

Perspektif Keuangan

Perspektif Proses Internal

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

(Sumber: Robertson dalam Mahsun, 2009)Pada gambar 2 diatas menunjukkan ukuran finansial bukan merupakan tujuan utama organisasi pemerintah, tetapi ukuran outcome lebih dominan dimana perpektif pelanggan menjadi misi utama organisasi. Hal ini sejalan dengan fungsi organisasi pemerintah yang dituntut untuk dapat merespon berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat akan penyediaan barang dan pelayanan publik. Strategi yang diterapkan bagi organisasi pemerintah adalah bagaimana agar masyarakat/pelanggan dapat merasakan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya tanpa harus memperhatikan berapa pendapatan yang akan diterima dari masyarakat jika pemerintah menyediakan barang dan pelayanan publik tertentu. Cara pandang demikian dikarenakan masyarakat berkewajiban membayar pajak yang dipungut oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan barang dan jasa publik, sehingga pemerintah sebagai imbal jasanya diwajibkan pula memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat.

PENUTUP

I. KESIMPULAN1. Metode Balanced Scorecard merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja yang melibatkan empat perspektif yaitu perspektif finansial (keuangan), perspektif pelanggan, perspektif proses internal dan perspektif pertumbuhan (inovasi) dan pembelajaran. Dengan metode Balanced Scorecard akan diketahui kinerja dari sisi keuangan dan non keuangan.2. Metode Balanced Scorecard dapat diimplementasikan untuk mengukur kinerja pada organisasi pemerintah dengan beberapa penyesuaian karena fokus utama organisasi pemerintah bukan pada pencapaian tujuan finansial, tetapi pada pencapaian tujuan yang berfokus pada pelanggan, yang dalam konteks organisasi pemerintah adalah masyarakat pembayar pajak. 3. Pengukuran Kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard memiliki beberapa kelebihan diantaranya pengukuran kinerjanya yang komprehensif, koheren, terukur dan seimbang dalam pengukuran berbagai aspek kinerja

II. SARANDari kesimpulan diatas dapat disarankan :1. Organisasi pemerintah sebaiknya tidak hanya mengukur kinerja organisasi dari aspek keuangan/finansial saja tetapi dapat mengkombinasikannya dengan aspek non finansial sehingga hasil yang didapat lebih komprehensif, koheren, terukur dan seimbang. Metode Balanced Scorecard dapat menjadi alternative pilihan metodenya2. Pengukuran kinerja Balanced Scorecard bisa dimodifikasi agar layak digunakan untuk menilai kinerja akuntabilitas organisasi pemerintah dengan sebenarnya. Dalam menggunakan Balanced Scorecard sebagai metode pengukuran kinerja, organisasi pemerintah harus menyesuaikannya dengan karakteristik dan kebutuhan organisasi karena setiap organisasi pemerintah memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda terhadap pengukuran kinerja (perbedaan penentuan indicator kinerja)

DAFTAR PUSTAKA

Ciptani, Monika.2000. Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan: Suatu Pengantar. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2 (1) 21-35

Darwanto, Herry. 2007. Balanced Scorecard Untuk Organisasi Pemerintah

Hanuna, Soraya. 2010. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan (Studi Kasus PT. Astra Honda Motor). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang

Irsutami dan Rahmadaniah C. 2011. Pengembangan Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard. Politeknik Negeri Batam

Mahmudi, 2013. Manajemen Kinerja Sektor Publik, (Edisi Kedua). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Mahsun, 2010. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, (Edisi Pertama). BPFE UGM. Yogyakarta

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas, Hertianti, 2010. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta

Oemar, Abrar. Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik. Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran. jurnal.unpad.ac.id

Pramadhany, Wahyu Eko Y. 2011. Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian Kinerja Pada Organisasi Nirlaba. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Sutopo, Wihandoko. 2014. Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Pada Balai KSDA NTB Tahun 2010-2012. Tesis. Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Widodo, Iman.2011.Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Pendekatan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT. Jansen Indonesia). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Wirasata, Putu. 2010. Analisis Pengukuran Kinerja RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau Dengan Metode Balanced Scorecard. Tesis. Program Studi Magister Perencanaan Kebijakan Publik. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Implementasi Metode Balanced Scorecard Untuk Pengukuran Kinerja Pada Organisasi PemerintahPage 20