skripsi evaluasi penerapan metode balance scorecard …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EVALUASI PENERAPAN METODE BALANCE SCORECARD
DALAM MENGUKUR KINERJA ORGANISASI RUMAH SAKIT
STUDI KASUS PADA R.S BHAYANGKARA DI MAKASSAR
FIRMAN
10573 1394 09
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADUYAH MAKASSAR
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Hipotesis
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem Pengukuran kinerja
B. Tujuan sistem pengukuran Kinerja
C. Pengukuran Kinerja Menurut Balance Scorecard
D. Kerangka Pikir
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
B. Jenis dan sumber Data
C. Metode Pengumpulan data
D. Metode Analisis Data
BAB IV. GAMBARAN UMUM RUMAH OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat RS Bhayangkara Makassar
4.1 keadaan Demografis
4.2 Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi
4.3 Struktur Organisasi
4.4 Visi, Misi dan Nilai
4.5 Fasilitas Rumah Sakit Bhayangkara makassar
4.6 Sumber Daya Manusia
4.7 Organisasi dan Tata Kerja
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Rumah Sakit Bhayangkara Mappaodang Makassar
5.2 Perspektif Balance Scorecard
5.3 Balance Scorecard R.S Bhayangkara Makassar
BAB VI. KESIM[ULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia bisnis modern ini dengan tingkat kompleksitas dan tingkat
persaingan yang tinngi, maka efektifitas dan efesien merupakan salah satu faktor
yang ikut menentukan keberhasilan perusahaan. Dengan adanya efesiensi dalam
setiap kegiatan atau aktivitas perusahaan akan memungkinkan tercapainya suatu
efektifitas dari kegiatan perusahaan tersebut. Efesiensi dalam suatu organisasi
atau perusahaan dapat terjadi secara efektif jika dalam perusahaan tersebut
diterapkan suatu sistem pengendendalian atau pengawasan yang cukup memadai.
Pada beberapa perusahaan, baik yang berskala kecil maupun yang berskala
besar, sistem pengendalian manajemen merupakan suatu keharusan yang mutlak
dalam rangka pencapaian tujuan dan saaran perusahaan. Oleh karena itu sistem
pengendalian manajemen perlu mendapat perhatian, baik dari segi metode
maupun penerapannya yang terus berkembang seiring perkembangan dunia usaha.
Salah satu penerapan sistem pengendalian manajemen yang banyak
mendapat perhatian adalah sistem pengendalian kinerja, baik baik kinerja maupun
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penilaian kinerja ini menyoroti semua
aspek yang terkait dari suatu aktifitas perusahaan. Mulai dari aspek organisasi
sampai aspek lingkungan yang tentunya akan sangat mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan.
Pada aspek-aspek tersebut di mungkinkan timbulnya resiko-resiko yang
dapat menghambat efektifitas perusahaan. Resiko biasa berupa resiko finansial
2
ataupun resiko operasional. Dalam resiko finansial yang akan kita lihat
perbandingan hubungan antara pihak ketiga dengan perusahaan sedangkan dalam
resiko opersional lebih melihat bagaimana kinerja manajemen dalam pengelolaan
sumber daya yang di milikinya serta lingkungan perusahaan tersebut.
Dalam rangka menghadapi keadaan yang semakin kompetitif tersebut
dengan berbagai macam kendala dan resiko yang mungkin saja timbul, hanya
perusahaan-perusahaan yang mempunyai standar kinerja yang tinggi dalam
usahanya yang dapat bertahan. Oleh karena itu perusahaan perlu mencari metode-
metode penilaian kinerja yang dapat mengikuti perkembangan jaman dan
kebutuhan para konsumen, sehingga perusahaan perlu mengorientasikan misi
kearah kepuasan pelanggan agar tetap dapat bersaing dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Umtuk mengetahui bagaimana keadaan suatu perusahaan atau kinerja
perusahaan maka di perlukan suatu sistem pengukuran yang terpadu. Namun pada
kenyataannya, perusahaan seringkali hanya menggunakan tolak ukur keuangan
seperti Return On Investement (ROI), Profit Margin, Rasio Opersional dan tolak
ukur lainnya yang mana sebetulnya belum cekup mewakili untuk menyimpulkan
apakah kinerja yang dimiliki oleh perusahaan sudah baik atau tidak.
Pengukuran yang hanya menggunakan tolak ukur keuangan memiliki
kelemahan, yaitu ketidakmampuannya mengukur harta yang tidak berwujud
(Intagible Asset) dan harta-harta intelektual seperti sumber daya manusia dalam
perusahaan. Lebih dari itu, kinerja keuangan tidak mampu bercerita banyak
mengenai masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun
3
perusahaan kearah yang lebih baik. Sehingga tolak ukur di pandang tidak lagi
memadai untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
Untuk menjawab masalah tersebut, maka di cari satu metode yang di
anggap bisa mengatasi yaitu metode pengukuran kinerja yang menyeluruh yang di
sebut metode Balance Scorecard. Menurut Vincent Gaspersz (2005: vii) Balance
Scorecard memiliki keistimewaan cukup konprehensif, dimana selain
mempertimbangkan kinerja finansial (tolak ukur keuangan) juga
mempertimbangkan kinerja non-finansial (tolak ukur operasional).
Tolak ukur operasional meliputi timgkat kepuasaan pelanggan, proses
bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Balance Scorecard
tersebut di komunikasikan kepada eksekutif untuk memberikan umpan balik
(feedback) tentang kinerja mereka sehingga mereka dapat mengambil keputusan
atas perkerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Penilaian kinerja perusahaan ini sangat penting bagi setiap perusahaan
yang menghendaki adanya perkembangan perusahaannya. Baik itu perusahaan
berskala besar, menengah maupun kecil. Terlebih lagi pada perusahaan yang
bersifat non profit atau lebih di kenal Public Service. Perusahaan ini perlu ada
kepedulian terhadap semua aspek penilaian kinerja yang ada terutama aspek
lingkungannya.
Rumah sakit sebagai salah satu organisasi yang bersifat profit dan non
profit selalu berusaha membenahi dan memperbaiki kinerjanya demi reputasi dan
kemajuan perusahaan. Salah satu rumah sakit yang cukup gigih memperbaiki
4
kinerjanya dalam upaya memaksimalkan pelayanannya adalah Rumah Sakit
Bayangkara Makassar. Rumah sakit ini sangat berkembang pesat seiring dengan
perkembangan jaman. Sebagai salah satu organisasi yang mengembangkan misi
pelayanan masyarakat yang optimal, adalah suatu yang wajar jika perusahaan ini
dapat menerapkan metode Balance Scoercard. Metode ini memberikan penekanan
pada perbaiakan berkesinambungan yang menyediakan informasi bagi
pengambilan keputusan strategi, sebab metode ini memberikan nilai lebih dari
metode lain. Metode pengukuran kinerja yang dapat memberikan gambaran yang
lebih luas kepada manajemen mengenai kondisi dalam membuat suatu keputusan
bisnis maupun kebijakan yang di ambil.
Dengan pemaparan di atas dan mengingat pentingnya pengukurran kinerja,
maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengevaluasi penerapan metode
tersebut dan efektifitasnya dalam pengembangan perusahaan ditengah-tengah
persaingan yang sangat kompetitif ini. Rumah Sakit Bayangkara Makassar
sebagai Rumah Sakit pemerintah yang pengelolaannya bersifat swasta sasaran
penelitian penulis dengan mengambil judul yaitu: “ Evaluasi Penerapan Metode
Balance Scorecard sebagai alat Ukur Kinerja Perusahaan pada Rumah Sakit
Bayangkara Makassar “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas mengenai penting alat ukur
kinerja yang tepat, maka permasalahan yang penulis angakat pada penelitian ini
adalah “ Apakah Penerapan Metode Balance Scorecard dalam mengukur kinerja
5
organisasi Rumah Sakit Bayangkara Makassar cukup efektif dalam mencapai misi
dan Visi organisasi?”
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui efektifitas penerapan metode Balance Scorecard
dalam pengukuran kinerja organisasi Rumah Sakit Bayangkara Makassar.
b. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang di harapakan dengan adanya penelitian ini adalah :
1. Bago Organisasi/Perusahaan
Memberikan masukan tentang sistem menajemen strategis yang
lebih komperhensif dan seimbang dengan menggunakan metode
Balance Scorecard yang sekaligus bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam mengevaluasi ketepatan pegukuran kinerja
perusahaan.
2. Bagi Pihak Luar
Menambah pengetahuan tentang penerapan Balance Scorecard
pada perusahaan dan sebagai bahan referensi bagi penelti
selanjutnya yang sejenis.
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan masalah pokokmdi atas, maka
hipotesis yang penulis ajukan dalam rangka penulisan ini adalah :
6
“ Diduga bahwa penerapan metode Balance Scorecard dalam
pengukuran kinerja Rumah Sakit Bayangkara Makassar sudah sangat
efektif sebagai upaya memaksimalkan pelayanannya dan
mempertahankan eksistensinya sebagai Public Service.”
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja
Sebelum mempelajari pengukuran kinerja perusahaan, maka terlebih
dahulu akan di bahas mengenai pengertian sistem pengukuran kinerja dan manfaat
pengukuran kinerja. Sehingga dapat di pahami tentang sistem pengukuran kinerja
yang lebih komperhensip.
Definisi sistem menurut Mulyadi (2001:5) adalah suatu jaringan yang di
buat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Sedangkan pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2001:419) adalah
penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
di tetapkan sebelumnya.
Dari definisi tentang sistem dan pengukuran kinerja maka dapat
disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja adalah suatu jaringan yang terpadu
yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berkaitan untuk mengevaluasi hasil
dari aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan guna mencapai sasaran yang ingin
di capai oleh suatu perusahaan atau organisasi.
8
B. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Tujuan pokok dari sistem pengukuran kinerja menurut Mulyadi
(2001:421) adalah untuk memotivasi karyawan dalm mencapai sasaran organisasi
guna mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang di inginkan.
a. Pengertian Laporan Keuangan
Hampir setiap perusahaan menyusun laporan dengan tipe tertentu,
bentuk dan kerumitan laporan yang bervariasi menurut kebutuhan
pemakaiannya. Terdapat banyak individu dan kelompok yang mempunyai
kepentingan terhadap hasil dari analisis laporan keuanagan yaitu pemilik,
manajer kreditor, karyawan, pemerintah dan masyarakat.
Pengertian laporan keuanagan menurut Sofyan S. Harahap (2002:105)
yaitu laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim di kenal adalah Neraca,
Laporan Laba Rugi, Laporan Keuangan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan umum dari laporan keuangan dalam Standar Akutansi
Keuangan (2007:2) adalah memberikan informasi yang dapat di percaya
kepada para pengguna laporan keuangan dengan menyiapkan secara
9
wajar, dan sesuai dengan prinsip akutansi yang diterima umum mengenai
posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam proses keuangan.
c. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sofyan S. Harahap (2006:189). Analisis laporan keuangan
adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna anatara satu dengan yang lain, baik antara data
kuantutatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Harahap (2006:195), bahwa tujuan Analisi
Laporan Keuangan memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam
daripada yang terdapat dari keuangan biasa serta dapat menggali
informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)
Dalam definisi tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa hasil
Analisis Laporan Keuangan di pergunakan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan serta mempredsiksi kemungkinan kondisi kinerja perusahaan
bagi para pengguna laporan keuangan.
10
C. Pengukuran Kinerja Menurut Balance Scorecard
Istilah kinerja sering di hubungkan dengan kondisi keuangan perusahaan,
yakni bahwa sebuah perusahaan dengan pengukuran-pengukuran keuangan
melalui Return On Investement (ROI), Return On Capital (ROCE) dan Profit
Margin mampu memberikan hasil yang memuaskan setidak-tidaknya bagi pemilik
saham perusahaan itu maupun terhadap karyawan. Namun pengukuran kinerja
model lama sudah tidak memadai lagi, karena hanya mengejar tujuan keuntungan
(profitability) jangka pendek semata dan tidak memperhatikan aspek-aspek
eksternal organisasi, seperti tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan dan
lain sebagainya.
Untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang muncul dan metode
pengukuran yang mengukur kinerja perusahaan dan satu aspek yaitu keuangan,
maka Robert S Kaplan dan David P. Norton (2007:7) mengusulkan kinerja bisnis
Balance Scorecard. Balance Scorecard mengukur kinerja perusahaan dengan
mempertimbangkan empat aspek yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Melalui Balance Scorecard memungkinkan manajer perusahaan mengukur
bagaimana unit bisnis mereka melalukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan di masa yang akan datang. Melalui
Backed Scorecard memungkinkan mereka mengukur apa yang telah mereka
investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur
demi perbaikan kinerja masa depan.
11
Balance Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non-
finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua
tingkat perusahaan. Para pekerja ini harus memahami konsekuensinya dalam
berbagai keputusan dan tindakan mereka, para eksekutif senior harus memahami
berbagai faktor yang mendorong keberhasilan keuangan jangka panjang. Tujuan
dan ukuran dalam Balance Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan ukuran
kinerja finansial dan nonfinansial. Semua tujuan dan ukuran ini di turunkan dari
suatu proses atas ke bawah (top down) yang di gerakkan oleh misi dan strategi
unit bisnis.
a. Pemgertian Balance Scorecard
Menurut pencetus ide pengukuran kinerja yang berdasarkan Balance
Scorecard yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000:8), mendefinisikan
sebagai “The Balance Scorecard translet mission and strategi into objective and
measure organizes into four different perspektif : Financial, Costumers, Internal
Bisiness Process, and Learning and Gwoth”.
Menurut Garisson dan Norren (2000:494) Balance Scorecard merupakan
kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang di turunkan dari strategi
perusahaan yang mendukung strategi secara keseluruhan.
Dan definisi di atas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Balance
Scorecard adalah suatu alat ukur kinerja perusahaan yang di turunkan dari visi dan
strategi perusahaan yang memberikan gambaran, baik dari segi keuangan maupun
dari non keuangan yang pengukurannya mencakup empat perspektif, yaitu:
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan.
12
b. Manfaat Balnce Scorecard
Manfaat Balance Scorecard bagi perusahaan (Robert S. Kaplan dan David
P. Norton, 2000:17) adalah sebagai berikit:
1. Balance Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan
untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
2. Balance Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam
perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis
internal, belajar dan pertumbuhan)
3. Balance Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah
mereka investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia,
sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan di masa
mendatang.
c. Komponen-komponen dalam Balance Scorecard
Balance Scorecard memberikan kerangka komperhensif untuk
menjabarkan visi kedalam sasaran-sasaran strategi. Sasaran-sasaran strategi yang
komperhensif dapat di rumuskan karena Balance Scorecard menggunakan 4
perspektif yaitru keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, belajar dan
pertumbuhan. 4 perspektif dari Balance Scorecard memberikan keseimbangan
anatara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil yang di inginkan
dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut.
Balance Scorecard sebagai alat pengukur kinerja yang di dasari oleh
perspektif pada key success factor-nya. Jika keberhasilan perusahaan untuk
13
menjadi institusi pencipta kekayaan di tentukan oleh berbagai faktor tersebut di
gunakan sebagai penngukur keberhasilan porsonel.
Critical Success Factors (CSFS) dapat di katakan sebagai hal yang harus di
laksanakan dengan benar untuk meraih kesuksesan Critical Success Factors
(CSFS) merupakan ukuran strategi yang bersifat keuangan dan non keuangan
yang merupakan kunci keberhasilan perusahaan untuk memperoleh keunggulan
kompetitif. Untuk dapat memperoleh keunggulan, setiap badan usaha harus
memiliki faktor-faktor yang berfungsi sebagai senjata dalam persaingan dan
memperlakukan faktor-faktor tersebut secara khusus. Sasaran yang hendak di
capai oleh suatu badan usaha berbeda dengan sasaran yang hendak di capai oleh
badan usaha lainnya, hal tersebut di karenakan masing-masing badan usaha
mempunyai Critical Success Factors (CSFS) yang berbeda-beda. Untuk badan
usaha yang berorientasi kepada konsumen yang menjadi Critical Success Factors
(CSFS) pada umumnya adalah time quality, performance, service dan cost.
Balance Scorecard sebagai suatu pengukur kinerja memenuhi semua
klasifikasi ini karena Balance Scorecard sebagai pengukuran kinerja selain di
dasarkan pada pemilihan Critical Indicator pada 4 perspektifnya, Balance
Scorecard juga memberikan keseimbangan dan integrasi antara aspek keuangan
dan non keuangan, serta mendukung tercpainya suatu perbaikan yang terus
menerus. Balance Scorecard berfungsi sebagai Critical performance indicator
yaitu suatu pengukuran yang memberikan indikasi kinerja badan usaha pada
Critical Success Factors (CSFs), sehingga melalui pengukuran yang di tetapakn
dapat membentuk ke arah kondisi yangdi harapkan.
14
Balance Scorecard yang di rancang dengan baik mengkombinasikan antara
pengukuran keuangan dan kinerja masa lalu dengan pengukuran dan pemicu kerja
masa depan perusahaan. Berikut ini di jelaskan komponen-komponen penting
dalam Balance Scorecard.
1. Perspektif Financial
Balance Scorecard tetap menggunakan perspektif finansial karena ukuran
finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan
ekonomi yang sudah di ambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk
apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksaannya memberikan
kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan.
Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas, yang di ukur
misalnya laba operasi, return On Capital Employee (ROCE) atau yang paling
baru, nilai tambahan ekonomi (economic value edded). Tujuan finansial lainnya
mungkin berupa pertumbuhan penjualan yang cepat atau terciptanya arus kas.
Sasaran-sasaran keuangan bisa sangat berbeda di tiap-tiap tahap dan siklus
kehidupan bisnis.
Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah, (Robert S. Kaplan dan David P.
Norton, 2000:42):
15
a). Tahap Pertumbuhan (Growth)
Tahap ini merupakan tahap awal dan siklus kehidupan bisnis. Pada tahap
inin suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki
potensi untuk berkembang biak.
b). Tahap bertahan
Suatu tahap di mana perusahaan masih melakukan investasi dengan
mensyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini perusahaan
berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya
apabila mungkin.
c). Tahap Panen
Suatu tahap di mana perusahaan melakukan panen terhadap investasi
mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk
pemeliharan dan perbaikan fasilitas, tidak melakukan ekspansi atau membangun
suatu kemampuan baru.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan Balance Scorecard, para manajer
mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan
bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen pasar.
Perspektif ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik
keberhasilan perusahaan dari strategi yang di rumuskan dan dilaksanakan dengan
baik.
16
Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan yaitu
kelompok pengukuran pelanggan utama (Core Measrement Grown) dan
pengukuran proposisi nilai pelanggan (Costumer Value Proposition), (Robert S.
Kaplan dan David P. Norton, 2000:59):
a). Kelompok yang pertama Core Measurement Group, terdapat lima tolak ukur
yang tergabung dalam kelompok di bawah ini:
a. Pangsa Pasar (Market Share), yang m,engukur seberapa besar
proporsisegmen pasar tertentu yang di kuasai oleh perusahaan.
b. Retensi Pelanggan (Costumer Acqistion), tingkat di mana perusahaan
mampu menarik konsumen baru.
c. Akuisisi Pelanggan (Costumer Retention), tingkat di mana perusahaan
dapat mempertahankan hubungan demgan konsumen lamanya.
d. Kepuasaan Pelanggan (Costumer Satisfasion), tingkat kepuasaan
konsumen terhadap kinrerja tertentu seperti tingkat pelayanan.
e. Profibilitas Pelanggan (Costumer Profitability), suatu tingkat laba bersih
yang di peroleh perusahaan dan suatu target atau segmen pasar yang di
layani.
17
Gambar 1 : Core Measurement Group
Satisfasion)
Sumber : Robert S. Kaplan and David P. Norton, Balanced Scorecard
b). Kelompok yang kedua di sebut Costumer Value Proposition atau proposisi
nilai pelanggan yang mengambarkan performance drive ( pemicu kerja ) yang
menyangkut pertanyaan apa yang harus di sajikan perusahaan untuk mencapai
tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang tinggi. Atribut
yang di sajiakn perusahaan dapat di bedakan dalam tiga kategori, yaitu:
1) Atribut Produk atau jasa (Product Or Services Atributes), meliputi fungsi
dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas
Pangsa Pasar
RetensiPelanggan
ProfitabilitasPelanggan
AkuisisiPelanggan
KepuasaanPelanggan
18
konsumen bisa berbeda-beda, ada konsumen yang mengutaman fungsi dari
produk, penyampaian yang tepat waktu dan harga murah.
2) Hubungan Pelanggan (Costumer Relationship), meliputi pengiriman
produk atau jasa kepada pelanggan, termaksud dimensi waktu dan respon
pelanggan dan apa yang di rasakan pelanggan saat membeli produk dari
perusahaan.
3) Citra dan Reputasi (Image and Reputation), menggambarkan faktor-faktor
intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan
perusahaan.
Ketiga katergori yang tercakup dalam Costumer Value Proposition
dapat di lihat dengan jelas dalam model berikut ini:
Gambar 2: Costumer Value Position
= + +
Sumber : Robert S. Kaplan and David P. Norton, Balance Scoercard
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif
mengidentifikasikan berbagai proses internal yang penting yang harus di kuasai
yang bai oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk
memberikan proposisi nilai yang akan menarik prhatian dan mempertahankan
pelanggan dalam segmen pasar sasaran, agar dapat menentukan tolak ukur bagi
Nilai Atribut produk atau Citra Hubungan
Fungsi Mutu Harga Waktu
19
kinerja ini, manajemen perusahaan pertama-pertama perlu mengidentifikasi proses
bisnis internal yang terdapat di dalam perusahaan.
Pendekatan Balance Scorecard membagi pengukuran dalam perspektif
proses bisnis internal menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Inovasi (Innovation)
Proses inovasi di bagi menjadi dua bagian, yaitu mengidentifikasi
kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan pasar tersebut.
b. Operasi (Operations)
Tahap ini merupakan tahapan aksi di mana perusahaan secara nyata
berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelannggan dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.
c. Pelayanan Puma Jual (Post Sale Service)
Tahapan ini perusahaan berupaya untuk memberikan manfaat
tambahan kepada para pelanggan yang telah memberi produk-
produknya dalam berbagai pelayanan puma transaksi jual-beli, seperti
garansi, aktivitas perbaikan dan pemrosesan pembayaran. Menurut
Kaplan dan Norton, perspektif bisnis internal terbentuk dalam suatu
model dalam rantai nilai (Value Chain), sebagai berikut:
20
Gambar 3: Rantai Nilai (Valau Chain)
Perspektif Proses Bisnis Internal
Kebutuhan
pelanggan di
ketahui
Kebutuhan
pelanggan
terpuaskan
Kenali
pasar
Ciptakan
produk/jasa
Bangun
produk/.jasa
Luncurkan
produk/jasa
Layani
pelanggan
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ke empat dari Balance Scorecard, pembelajaran dan
pertumbuhan, mengidentifikasi infrastruktur yang harus di bangun perusahaan
dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.
Proses pembelajaran dan pertumbuhan organisasi bersumber dari tiga
prinsip, yaitu: People, System, dan Organization Prosedures. Perspektif finansial,
pelanggan dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang
besar antara kemampuan yang ada dari orang (people), System dan prosedur
dengan apa yang di butuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Balance
Scorecard menekankan pentingnya investasi untuk kepentingan masa depan,
dalam perspekrif proses pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga faktor yang di
perhatikan, (Vincent Gaspersz, 2005:110), yaitu:
a. Kemampuan karyawan (Employeen Capabilities)
Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukan seluruh
pekerjaan rutin di otomatisasi, maka pekerjaan yang sama di lakukan
21
secara terus menerus pada tahap efisiensi dan produktifitas yang tidak
sama. Tidak lagi cukup bagi tercapainya keberhasilan perusahaan, oleh
karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus menerus.
b. Kemampuan Sistem Informasi (Information System)
Motivasi dan keahlian karyawan di perlukan dalam mencapai tujuan
pelanggan dan bisnis internal, namun itu saja tidak cukup jika mereka
tidak memiliki informasi yang memadai. Dalam persaingan bisnis
yang sangat ketat ini maka di perlukan informasi yang tepat, cepat dan
akurat sebagai umpan balik. Informasi tersebut dapat berupa informasi
tentang pelanggan, proses bisnis internal, keuangan dan keputusan
yang oleh karyawan.
c. Motivasi, kekuasan dan keselarasan ( Motivation, Empowerment and
Alignment)
Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran pegawai, di mana
ukuran ini menagkap partisipasi karyawan yang sedang berlangsung
dalam memperbaiki kinerja perusahaan, dan tingkat kualitas partisipasi
karyawan dalam memberiak saran untuk peluang.
22
D. Kerangka Pikir
Mempertemukan permasalahan dan hipotesis yang penulis ajukan
sebelumnya, maka pengelahan data dan analisisnya adalah merupakan inti proses
penelitian ini.
Untuk membantu proses tersebut maka penulis membuat suatu kerangka
yaitu pengukuran kinerja perusahaan yang di lakukan oleh Rumah Sakit
Bayangkara Makassar menggunakan tehnik atau metode yang di sebut Balance
Scorecard.
Metode ini terdiri dari 4 perspektif, yaiti:
1. Perspektif Keuangan
2. Perspektif Keuangan
3. Perspektif Keuangan
4. Perspektif Keuangan
Selanjutnya akan di lihat efektifitas hasil metode tersebut dengan
menganalisis data yang berupa hasil pertanyaan atau kosioner para pelanggan.
Secara skematis kerangka berpikir dapat di gambarkan seperti berikut ini:
23
R.S Bayangkara
Makassar
Pengukuran Kinerja
Balance Scorecard
A B C D
Analisis Data
Efektifitas
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini di lakukan dengan mengumpulkan data-data dan pengamatan
langsung pada obyek penelitian. Sebagai obyek atau tempat penelitian penulis
memilih Organisasi Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Bayangkara Makassar yang
berlokasi di Jl. Mappaodang No.xx Makassar. Waktu penelitian ini di mulai pada
bulan September sampai Oktober 2013, yaitu kurang lebih dua bulan.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dengan baik di perlukan
jenis data dan sumber data.
Adapun jenis data yang di gunakan adalah”
a. Data Kualititatif, data yang terdiri dari kumpulan data non angka yang
sifatnya deskriptif antara lain mengenai gambaran umum perusahaan,
sejarah singkat perusahaan dan data-data lainyang relevan dengan
obyek penelitian.
b. Data Kuantitatif, data yang terdiri dari data yang berupa anga-angka,
anatara lain laporan laba-rugi, neraca, data jumlah karyawan dan
semua data yang relevan dengan obyek penelitian.
25
c. Data Primer
Data yang di peroleh dari hasil pengamata dan wawancara langsung
dengan pihak-pihak perusahaan.
d. Data Sekunder, dta yang di peloreh dari perusahaan secara tertulis
berdasarkan bukti-bukti pembukuan.
C. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk
memperoleh data yang lengkap.
a. Penelitian Lapamgan (Field Research)
1. Wawancara (Interview)
Pengumpulan data yang di lakukan dengan cara tanya jawab dengan
pihak yang berkopeten. Pengguanaan teknik ini sangat membantu
penulis dalam memperoleh data yang sebenarnya, karena data yang di
peroleh berasal langsung dari pihak perusahaan sehingga dapat di
percayai kebenarannya.
2. Pengamatan (Obsevasi)
Pengumpulan data dengan cara mengamati aktivitas atau kegiatan
perusahaan. Pengamatan ini di lakukan untuk memperoleh keterangan
yang lebih terperinci mengenai kondisi badan usaha yang bersangkutan.
3. Daftar Pertanyaan (Kiesioner)
Di lakukan untuk memperoleh data primer. Penggunaan teknik ini
sangat membantu penulis untuk mengetahui dan mengukur pendapat
atau opini dari responden (Costumer dan karyawan).
26
4. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen menyangkut
data perusahaan.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari
literature dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang di
bahas, di maksud untuk memperoleh landasan teori yang akan di gunakan
dalam membahas masalah yang akan di teliti.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang di gunakan pada penelitian adalah 4 perspektif
Balance Scorecard adalah dengan cara:
a. Menentukan Critial Sucess Factors (CSFs) dari 4 perspektif Balance
Scorecard yang berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan.
1. Perspektif Keuangan
a. Tingkat Laba
b. Retum On Investments
c. Total biaya
d. Gross Margin
2. Perspektif pelanggan
a. Retensi pelanggan
b. Number Of Complain
3. Perspektif proses bisnis internal
a. Manufakturing Cycle Effective (MCE)
27
b. Part Million Depect Rete (PMDR)
4. Perspektif pembelajaraan dan pertumbuhan
a. Kepuasaan karyawan
b. Learning index
c. Produktifitas karyawan
b.Mengembangkan pengukuran yang relevan dengan Critical Success Factor
(CSFs)
1. perspektif keuangan
a) Tingkat laba yang di hitung sebagai berikut:
Laba periode sekarang – Laba periode sebelumnya
x 100
Laba periode sebelumnya
(Vincent Gaspersz, 2005:41)
Mengukur kemampuan perusahaan untuk terus meningkatkan laba, dan
juga merupakan cerminan profitabilitas perusahaan.
b) Return On Investement (ROI) yang di hitung sebagai berikut:
Laba
ROI = x 100%
Total Aktiva
(Vincent Gaspersz, 2005:43)
Mengukur seberapa besar tingkat pengembalian invetasi dari setiap
rupiah model yang di tanamkan dalam perusahaan. Menunjukan tingkat
profilitabilitas perusahaan dengan perbandingn antara laba dan investasi.
28
c) Tingkat total biaya yang di hitung sebagai berikut:
d) Total biaya periode sekarang – Total biaya periode sebelumnyax 100
Laba periode sebelumnya
(Vincent Gaspersz, 2005:43)
Dengan total cost di rumuskan sebagai berikut:
TC= Biaya operasional + Biaya lain-lain
Mengukur seberapa besar perusahaan mampu melakukan
penghematan biaya dalam menghasilkan jasa. Ini menunjukan tingkat
efesiensi yang di lakukan oleh perusahaan yang mana hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan laba.
e) Gross Margin yang di hitung sebagai berikut:
Laba kotor
Gross Margin= x 100%
Penjualam bersih
(Vincent Gaspersz, 2005:41)
Mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam meraih
laba kotor dari setiap penjualan.
29
2 Perspektif pelanggan
1) Retensi pelanggan
Pengukuran ini di lakukan untuk menggambarkan hubungan
pelanggan dengan perusahaan untuk mengetahui kadar loyalitas pelanggan
untuk perusahaan yang di tunjukan sebagai berikut:
Jumlah pelanggan yang tetap
Retensi pelanggan= x 100%
Total pelanggan
(Kaplan dan Norton, 2000:61)
Dalam hal ini ukuran untuk retensi pelanggan di amati dari periode
untuk melihat dari periode ke periode untuk melihat sejauh mana
perusahaan dalam mempertahankan pelanggannya sedangkan lama atau
tidaknya pelanggan tetap bagi perusahaan tergantung dari kebijakan
masing-masing perusahaan.
2) Number Of Complain
Pengukuran ini di lakukan untuk tingkat keluhan dari pelanggan
atas barang yang telah di kirim kepada pelanggan tersebut. Semakin
rendah tingkat keluhan dari pelanggan menunjukan bahwa barang yang
telah sesuai dengan kriteria atau kualitas yang di butuhkan para pelanggan.
30
3 Perspektif prosers bisnis internal
a. Manufacturing Cycle Effective (MCE)
Pengukuran ini di gunakan untuk menunjukan waktu proses
produksi yang di gunakan untuk menghasilkan produk rata-rata. MCE
dapat di tunjukkan sebagai berikut:
Processing time
MCE= x 100%
Troughtput time
Troughtput time = Processing + Inspection + Movement time +
Queve time
(Kaplan dan Norton, 2000:101)
MCE yang terbaik adalah satu, dengan kata lain waktu proses.
Apabila MCE ini lebih rendah, berarti perusahaan menggunakan sebagai
dari waktunya dengan sia-sia.
b. Part Million Depect Rate (PMDR)
Pengukuran ini di gunakan untuk memantau kualitas termaksud di
dalamnya untuk mengetahui tingkat kerusakan produk. Bila di
bandingkan dengan keseluruhan produksi dari proses manufaktur yang
di lakukan oleh perusahaan.
Total produksi cacatPMDR = x 100%
Total produksi
(Mulyadi dan Setyawan, 1999:101)
31
4 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Mengidentifikasi struktur yang harus di bangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.
1. Produktifitas karyawan (Employee Productivity) yang di hitung
sebagai berikut:
Penjualan
EP = x 100%
Jumlah karyawan
(Kaplan dan Norton, 2000:114)
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui berapa
output tang dapat di hasilkan oleh setiap karyawan.
2. Untuk mengetahui kepuasaan para karyawan, di lakuakn survey
langsung pada pegawai Rumah Sakit Bayangkara Makassar.
Pengukuran ini di lakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada pengawai Rumah Sakir Bayangkara makassar. Untuk
mengetahui tingkat kepuasaan pengawai pengolahan data sebagai
berikut:
1. Data-data kualitatif yang di peroleh dari pengisian kuesioner oleh
para responden di ubah menjadi data kuantitatif dengan
memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban dengan
skala linkert seperti yang di kemukakan oleh Sugiyanto (2000:74):
32
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
2. Dari hasil penjumlahan seluruh nilai yang di peroleh dari seluruh
responden akan di ketahui pencapaian indeks kepuasaan pegawai,
seperti yang di rumuskan oleh Sugiyanto (2000:79):
IKK = PP
Di mana:
IKK = Indeks kepuasaan pegawai
PP = Jumlah responden
3. Setelah di ketahui IKK dari seluruh responden kemudian di
golongkan pada skala : sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas,
sangat puas. Untuk menentukan skala ini di tentukan terlebih
dahulu indeks kepuasaan maksimal dan indeks kepuasaan minimal.
Interval yang dapat di cari dari pengukuran indeks kepuasan
maksimal dengan indeks kepuasaan minimal di bagi 5, seperti yang
di rumuskan oleh Sugiyanto (2000:80)
Ikmaks = R x PP x Exmaks
Ikmin = R x PP x Exmin
Intertval = (Ikmaks – Ikmin) : 5
33
Dengan keterangan :
PP = Banyak item pertanyaan
R = Jumlah responden
Exmaks = Skor Maksimal yang di berikan
Exmin = Skor Minimal yang di berikan
4. Mengartikan nilai minimal yang harus di peroleh responden untuk
dapat di kategorikan puas, dengan melihat nilai minimal yang
harus di capai seluruh responden untuk bisa di kategorikan puas:
a. Sangat tidak puas
b. Tidak puas
c. Cukup puas
d. Puas
e. Sangat puas
c. Learning indeks
Pengukuran ini di gunakan untuk mengukur tingkat
pembelajaran/pelatihan pegawai yang bertujuan untuk meningkatkan
keahlian mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
Pengukuran ini di lakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada pegawai Rumah Sakit Bayangkara Makassar. Untuk mengetahui
tingkat pembelajaran di dalam perusahaan, pengolahan data sebagai
berikut:
1. Data-data kualitatif yang di peroleh dari pengisian kuesioner oleh
para responden di ubah menjadi data kuantitatif dengan
34
memberikan skor pada masing-masing pilihan jawaban dengan
skala linkert seperti yang di kemukakan oleh Sugiyanto (2000:74):
a. Sangat tidak seuju
b. Tidak setuju
c. Netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
2. Dari hasil penjumlahan seluruh nilai yang di peroleh dari seluruh
responden akan di ketahui pencapaian indeks kepuasaan pegawai,
seperti yang di rumuskan oleh Sugiyanto (2002:79)
IKK = PP
Di mana:
IKK = indeks kepuasaan pegawai
PP = perceived performance
3. Setelah di ketahui IKK dari seluruh responden kemudian di
golongkan pada skala : sangat tidak puas, tidak puas, cukup puas,
puas, sangat puas. Untuk menentukan skala ini di tentukan terlebih
dahulu indeks kepuasaan maksimal dan indeks kepuasan minimal.
Interval yang dapat di capai dari pengukuran antara indeks
kepuasaan maksimal dengan indeks kepusaan minimal di bagi 5,
seperti yang di rumuskan oleh Sugiyanto (2002:80),
Ikmaks = R x PP x Exmaks
Ikmin = R x PP x Exmin
35
Interval = (Ikmaks – Ikmin) : 5
Dengan keterangan:
PP = banyaknya item pertanyaan
R = Jumlah responden
Exmaks= skor maksimal yang di berikan
Exmin = Skor minimal yang di bberikan
4. Mengartikan nilai minimal yang harus di peroleh responden untuk
dapar di kategorikan puas, dengan melihat nilai minimal yang harus
di capai seluruh responden untuk bisa di kategorikan puas:
a. Sangat tidak puas
b. Tidak puas
c. Cukup puas
d. Puas
e. Sangat puas
c Melakukan perhitungan total persentase dari keseluruhan kinerja yang di
capai oleh perusahaan.
Jumlah standar yang di capai
Standar persentase = x 100%
Jumlah pengukuran kerja
36
Penilaian kinerja secara keseluruhan yang di capai oleh perusahaan
di lihat dari 4 perspektif Balance Scorecard.
Dengan menggunakan standar sebagai berikut:
1. Sangat baik : 80 – 100% dari standar yang di tetapkan
2. Baik : 60 – 80% dari standar yang di tetapkan
3. Cukup : 40 – 60% dari standar yang di tetapkan
4. Tidak baik : 20 – 40% dari standar yang di tetapkan
5. Sangat tidak baik : 0 – 20% dari standar yang di tetapkan
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM RUMAH OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat R.S Bhayangkara Makassar
Makassar berdiri pada tanggal 2 November 1965. Pada saat itu AKBP
Rumah Sakit Bhayangkara dr. Adam Imam Santoso yang telah berdinas di polda
Sulseltra mendapat perintah lisan dari pangdak XVIII Sulselra untuk menempati
dan mengfungsikan bekas sekolah polisi Negara Djongaya menjadi Rumah Sakit
yang di beri nama Rumah Sakit Bhayangkara Makassar (di kenal dengan nama
Rumah Sakit Bayangkara Makassar) dengan luas tanah 17.642 M2 yang terletak
di jlan Bongaya dan sekarang jalam Mappaoudang No. 63 Kelurahan Jongaya,
Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Pada tanggal 10 Januari 1970 Rumah Sakit Bayangkara Makassar di akui
dan resmi di Mabes Polri dengan surat keputusan Kapolri No. Pol.
11/117/341/1977 yang di tandatangani oleh wakil kepala Kepolisian RI Inspektur
jendral Polisi T.A Aziz, yang isinya yaitu: membawahi 1 buah Rumah Sakit, 1
buah Klinik Bersalin, 3 buah Tempat perawatan Sementara (IPS) Polwil Bone,
IPS Polwil Pare-pare, TPS SPN Batua dan 30 Poliklinik Polres dan Brimob.
Dengan berjalannya waktu Rumah Sakit Bhayangkara selalu mengadakan
perubahan-perubahan dalam rangka memperbaiki pelayanan kepada anggota
Polisi dan keluarganya serta masyarakat umum. Mengingat bangunan yang di
gunakan sebagai Rumah Sakit Bhayangkara merupakan bekas SPN rumah sakit
pada umumnya. Oleh karena itu pada tanggal 7 Oktober 1971, Kapolda Sulsel
38
Komisaris Besar Polisi Drs. Upa Suparya meresmikan pembangunan dan renovasi
kantor Disdokkes dan Rumah Sakit Bersalin serta aula sehingga kondisinya
nampak seperti rumah sakit.
Dengan surat keputusan Kapolri tanggal 10 Oktober 2001 No. Pol:
SKEP/1549/X/2001 rumah sakit bhayangkara akhirnya menjadi rumah sakit
tingkat II. Pada tanggal 2 November 2001 dalam rangka pengembangan rumah
sakit kepolisian bhayangkara makassar hanya di peruntukan bagi anggota Polri
maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Sulsel No. Pol : SKEP/321/X/2001
tanggal 16 Oktober 2001 di putuskan penggantian nama rumah sakit Kepolisian
Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang.
4.1 Keadaan Demografis
Awal mula Rumah Sakit ini berdiri, jumlah pegawainya 8 orang yang
terdiri dari: 1 orang sebagai tenaga kesehatan sebagai dokter umum, 4 perawat, 1
tenaga laboratorium, dan 2 tenaga administrasi. Pejabat pertama selaku Kadis
Dokkes Polda Sulselra yaitu Kol. Pol.(Purn) Dr. A.I. Santoso, SpB, Onk. (1956-
1983). Dan pejabat pertama selaku Karumkit Bhayangkara pertama yaitu Letkol.
Pol. (Purn) Dr. Zainal Arifin, Sp. M ( 1965-1985). Pada periode 1985-1991
Karumkit Bhayangkara di jabat oleh Letkol. Pol. Dr. Ida Bagus Putra Cjungutan,
Sp. B (ahn). Selanjutnya pada periode 1991-1993 Karumkit Bhayangkara di jabat
oleh Letkol. Pol. (purn) Dr. Roesman Roeslin, Sp. Pd. Selanjutnya Karumkit
Bhayangkara kemudian di jabat oleh Kombes. Pol. Drg. Peter Sahelangi, DFM
tahun 1993-2007. Kemudian Karumkit Bhayangkara di jabat oleh Kombes. Pol.
39
Dr. Syafrizal, MM tahun 2007 sampai desember 2008, kemudian pada Januari
2008 Karumkit Bhayangkara di jabat oleh Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi,
Sp. IP. DFM sampai sekarang.
4.2 Kedudukan, Tugas Pkok dan Fungsi
4.1.1 Kedudukan
1. Berdasarkan keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/SU/X/2002 tanggal
17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan tata kerja satuan-satuan
Organisasi Polri di tingkat kewilayaan (POLDA).
2. Berasarkan SK Kapolri No. Pol : Skep/957/XII/2004 tanggal 23
Desember 2004 tentang petunjuk pembentukkan poliklinik dan
rumah sakit serta peningkatan struktur rumah sakit di lingkungan
kepolisian Negara Republik Indonesia adalah unsur pelaksana
pelayanan kesehatan kepada personil Polri, PNS Polri dan
keluarganya serta masyarakat sekitarnya, yang bertannggung jawab
atas pelaksaan tugasnya kepada Kabid Dokkes Polda Sulsel.
4.1.2 Tugas Pokok
1. Rumah Sakit Bhayangkara Makassar bertugas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bagi personil polri dan keluarganya,
masyarakat umum serta penyelenggara dukungan kesehatan bagi
tugas operasional dan pembinaan Polri dalam kapasitas sebagai
rumah sakit rujukan untuk wilayah Indonesia Timur.
2. Menyelenggarakan kegiatan serta upaya dalam bidang kesehatan
yang meliputi : pemeriksaan, pengobatan dan perawatan penderita
40
sampai pada taraf spesialistik baik yang bersifat pelayanan umum
maupun dukungan kesehatan dalam bidang klinis kepada
masyarakat Polri/masyarakat umum dan Institusi Polri.
3. Menyelenggarakan kegiatan dan meningkatkan sarana penunjang
rumah sakit sesuai standar rumah sakit tingkat II yang merupakan
pusat rujukan Polda-polda Wilayah Timur Indonesia.
4.1.3 Funsi
1. Menyelenggarakan kegiatan medis meliputi : pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan penderita sampai taraf spesialistik atau
sub spesialistik.
2. Menyelenggarakan sistem kegiatan pembinaan sarana kedokteran
kepolisian dalam rangka mendukung tugas polri.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan sumber daya rumah sakit
meilputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, logistik,
pembiayaan sistem, metode serta informasi.
4. Menyelenggarakan pendidikan/pelatihan serta penelitian di bidang
kesehatan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, ke
prosedur pelayanan dan manajemen rumah sakit bhayangkara
makassar.
5. Penyelenggaraan kegiatan lain menunjang pelaksanaan tugas
rumah sakit bhayangkara makassar
41
6. Penyelenggaraan fungsi pembinaan materil dan fasilitas kesehatan
rumah sakit bhayangkara makassar sesuai kebijakan dan sistem
pembinaan logistik Polri.
7. Penyelenggaraan tugas kesehatan dalam rangka pengabdian kepada
masyarakat.
4.3 Srtuktur Organisasi
Susunan Oranisasi Rumah sakit Bhayangkara Makassar, terdiri dari:
a. Unsur Pimpinan
1. Kepala Rumah sakit Bhayangkara Makassar.
2. Wakil kepala Rumah sakit Bhayangkara Makassar
b. Unsur Pembantu pimpinan dan pelayanan staf
1. Departemen pelayanan Medik dan Keperawatan (Dep. LMP)
2. Departemen Sumber Daya Manusia dan Penelitian (Dep. SDMT)
3. Komite Medik, di singkat KOMED dengan satuan Medis Fungsional
(SMF) yang berada di bawahnya.
4. Departemen Kedokteran Kepolisian dan Penunjang Medik (Dep.
DPTM) terdiri dari:
a. Sub Departemen Hukum Medik (Subdep Kumed)
b. Sub Departemen Hubungan Masyarakat (Subdep Humas) dengan
instalasi yang berada di bawahnya
c. Sub Departemen Penunjang Medik (Subdep Jangmed) dengan
instalasi yang berada di bawahnya termasuk Instalasi Farmasi.
4.4 Visi, Misi dan Nilai
42
4.4.1 Visi Rumah Sakit
Rumah Sakit Bhayangkara terbaik (3,5,10):
- 3 tahu, terbaik untuk jajaran POLRI
- 5 tahun, terbaik untuk wilayah Sulsel
- 10 tahun, terbaik di kawasan Timur Indonesia.
4.4.2 Misi Rumah Sakit
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurrna dan
optimal bagi anggota Polri, PNS dan keluarga serta
masyarakat umum.
b. Menyelenggarakan kesehatan matra kepolisisan untuk
mendukung tugas operasi Polri
c. Meningkatkan kualifikasi dan jumlah tenaga medis,
paramedis dan tenaga pendukung lainnya.
d. Mempersiapkan sarana prasarana Rumah sakit dan alat-alat
kesehatan yang mutakhir
e. Menerapkan manajemen modern dalam pengelolaan Rumah
Sakit.
4.4.3 Nilai
1. Disiplin
2. Kebersamaan
3. Akuntanbilitas dan transparansi
4. Presentasi kerja
43
4.5 Fasilitas Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
4.5.1 Luas Tanah dan Bangunan
Adapun luas tanah dari Rumah Sakit Bhayangkara adalah: 17.642 M2
(bersertifikat) dan luas bangunan : 3.689,5 M2
4.5.2 Kapasitas tempat tidur
Kapasitas tempat tidur, terdiri dari:
Kelas VIP : 35 tempat tidur
Kelas I : 59 tempat tidur
Kelas II : 123 tempat tidur
Kelas III : 42 tempat tidur
Jumlah tempat tidur keseluruhan berjumlah 259 tempat tidur
4.5.3 Instalasi Rawat Jalan
Instalasi rawat jalan, terdiri dari:
Instalasi gawat darurat (24 jam)
Poliklinik umum
Poliklinik penyakit dalam
Poliklinin kulit kelamin
Poliklinik bedah umum
Poliklinik bedah Orthopedi
Poliklinik bedah tumor
Poliklinik kebidanan dan kandungan
Poliklinik mata
Poliklinik THT
44
Poliklinik penyakit anak
Poliklinikgigi dan mulut
Poliklinik jiwa/narkoba
Poliklinik keluarga berencana
Poliklinik jantung paru
Pelayanan General Chek-Up
4.5.4 Instalasi Rawat Inap
Unstalasi rawat inap, terdiri dari:
Perawatan anak
Perawatan pria dan wanita
ICU
Perawatan tahanan
Perawatan pasien HIV/AIDS
4.5.5 Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang, terdiri dari:
Radiologi
Laboratorium
Apotik
Fisioterapi
Perawatan Narkoba
Laboratorium gigi Porcelain, Frame, Mata palsu, Hidung
palsu, dan Telinga Palsu
Instalasi gizi
45
4.6 Sumber Daya Manusia
Jumlah personil di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar adalah:
495 orang, yang terdiri dari 82 polri, 126 orang PNS dan 287 orang Tenaga
Kontrak. Dokter spesialis berjumlah 39 orang, dokter umum 16 orang, dokter gigi
3 orang, apoteker 6 orang, paramedis 145 orang dan non paramedis 111 orang.
Selain itu, di rumah sakit di harapkan dengan banyaknya sumber daya manusia
maka visi dan misi dari rumah sakit ini dapat tercapai.
4.7 Organisasi dan Tata kerja
Kepala Instalasi Farmasi Rumah sakit Bhayangkara mappaoudang
bertugas mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang ada
di instalasi farmasi yang terdiri dari apotek dan gudang. Dalam tugasnya tersebut
kepala instalasi farmasi bertanggung jawab langsung kepada kepala rumah sakit
dan membawahi seksi-seksi.
Seksi-seksi yang berada di instalasi farmasi adalah sebagai berikut:
1. Seksi perencanaan
Bertugas dan bertanggung jawab merencanakan kebutuhan obat, bahan
obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang
tersedia serta menghindari kekosongan obat.
2. Seksi pengadaan
Bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan pengadaan obat serta
memfasilitasi alat kesehatan
46
3. Seksi penyimpana
Bagian penyimpanan bertugas untuk:
a. Mengelolah dan menyimpan dengan baik obat-obatan, alat kesehatan
dan bahan kimia di gudang
b. Membuat dan melaporkan persediaan yang masih ada
c. Melayani permintaan dari unit rawat inap, rawat jalan, gawat darurat
serta unit pelayanan kesehatan lainnya dengan ketentuan mengisi
daftar permintaan dan penggunaan bahan farmasi.
4. Seksi distrubusi
Yang melasanakan pendistribusian perbekalan farmasi adalah
apotek. Di dalam melakukan tugasnya, apotek selain menyerahkan obat
berdasarkan resep juga bertanggung jawab melayani permintaan obat-
obatan, alat kesehatan dan bahan kimia dari masing-masing unit/instalasi
(keperawatan, poliklinik, laboratorium, radiologi, IGD, Ok, kebidanan dan
unit lain yang membutuhkan).
47
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Rumah Sakir Mappaodang Makassar
Kinerja perusahaan atau lembaga pelayanan masyarakat seperi R.S
Bhayangkara adalah suatu ukuran tingkat keberhasilan suatu entitas yang
menyangkut seluruh aktivitas dalam pencapaian tujuan entitas tersebut. Pada
umumnya setiap manajemen perusahaan atau pimpinan suatu entitas selalu ingin
mengetahui prestasi yang di capai oleh entitas/perusahaan dalam suatu kurung
waktu tertentu secara keseluruhan. Prestasi tersebut tentu saja adalah prestasi yang
berupa suatu hasil yang positif, sehingga menampakkan suatu kinerja usaha yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan pengembangan perusahaan/organisasi. Untuk
itulah maka di perlukan suatu alat ukur yang dapat memberikan keyakinan
terhadap pencapaian kinerja perusahaan atau organisasi. Ada banyak alat ukur
yang dapat di gunakan dalam menilai kinerja perusahaan, mulai dari tanggapan
responden sampai pada rasio-rasio keuangan dan sebagainya. Alat ukur tersebut
tentu di sesuaikan dengan kondisi dan situasi serta luas dan sempitnya lingkup
perusahaan. Setiap alat ukur kinerja yang ada memiliki kelebihan atau kekurangan
masing-masing. Namun demikian pimpinan perusahaan/organisasi termasuk R.S
Bhayangkara Makassar selalu berupaya mencari alat ukur kinerja yang terbaik
dalam memberikan hasil pengukuran kinerja tersebut. Salah satu alat ukur yang di
anggap cukup memadai dalam memberikan hasil akan mengenai kinerja
perusahaan adalah dengan menggunakan alat ukur yang di sebut “ Balance
48
Scorecard”.
Balance Scorecard sebenarnya adalah merupakan suatu sistem
pengukurran kinerja perusahaan yang lebih komperhenship kerena mencakup
banyak hal yang berhubungan dengan pencapaian efektifitas tujuan perusahaan.
Hal tersebut meliputi 4 perspektif yaitu:
a. Perspektif keuangan
b. Perspektif pelanggan
c. Perspektif proses bisnis internal
d. Perspekrif pertumbuhan dan pembelajaran.
Pengukuran kinerja perusahaan atau entitas pada rumah sakit
bhayangkara mappaodang makassar selama beberapa tahun terakhir masih
menggunakan pengukuran kinerja yang hanya mempertimbangkan sebagian dari
aktivitasnya. Namun demikian belakangan ini kemajuan perusahaan/rumah sakit
cukup pesat yang tentu saja memberi pandangan bahwa kinerja rumah sakit sudah
cukup bagus.
Dengan demikian maka dalam kaitannya dengan pembahasan
penulis pada penelitian ini yang menyangkut tentang Balance Scorecard sebagai
alat ukur kinerja organisasi perusahaan, akan di uraikan pada sub berikut ini.
5.2 Perspektif Balance Scorecard
Balance Scorecard sebagai alat ukur kinerja organisasi perusahaan
meliputi empat perspektif. Untuk mengukur kinerja perusahaan melalui ke empat
49
perspektif tersebut di perlukan data keuangan, terutama neraca dan laporan laba
rugi.
Data keuangan R.S Bhayangkara Makassar yang penulis teliti dan
amati yaitu berupa Neraca Rumah Sakit dan Laporan Hasil Usaha R.S dapat di
lihat pada lampira.
a. Perspektif keuangan
Perspektif keuangan dalam Balance Scorecard tetap menjadi
perhatian, karena kinerja keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi
ekonomi yang terjadi yang di sebabkan oleh keputusan dan tindakan
ekonomi. Pengukuran kinerja keuangan menunjukan apakah perencanaan
dan implementasi memberikan perbaikan yang mendasar.
Berdasarkan pengamatan menunjukan bahwa R.S Bhayangkara
Makassar saat ini berada pada tahap substain. Pada tahap ini usaha rumah
sakit di anggap memiliki layanan jasa yang bertumbuh stabil sehingga
strategi dan pengukuran dalam perspektif keuangan dapat di fokuskan
pada peningkatan pendapatan atau penerimaan operasional, pengembalian
modal usaha, dan tingkat pendapat/penerimaannya.
1. Tingkat Laba
Laba atau hasil usaha merupakan sisa pendapatan yang terjadi dari
usaha setelah di kurangi dengan semua biaya operasional dan
pendapatan yang di peroleh selama periode tertentu. Berikut ini di
sajikan tabel yang memuat data R.S Bhayangkara Makassar.
50
Tabel 1
Laba
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
Tahun Laba2011 1.393.319.0002012 1.160.239.000
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa pada tahun 2011 laba
usaha rumah sakit ini mencapai Rp. 1.160.239.000 ini merupakan bahwa pada
tahun 2012 perusahaan mengalami penurunan. Tingkat penurunan laba tersebut di
hitung sebagai berikut:
Laba tahun 2012 – laba tahun 2011
Laba tahun 2012 = x 100%
Laba tahun 2011
1.160.239.00 – 1.393.319.000
= x100%
1.393.319.000
= 16,73%
Dari perhitungan di atas di lihat dari tingkat penurunan laba untuk
tahun 2012 mencapai 16,73% atau sebesar Rp. 233.080.000 hal ini berarti usaha
rumah sakit belum dapat mencapai tingkat kenaikan laba dari hari tarif standar
yang di tetapkan sebelumnya yaitu minimal sama dengan besar laba yang
mencapai tahun sebelumnya.
51
2. Return on investement (ROI)
Return on investemnet (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai
arti yang sanagt penting karena ROI adalah suatu teknik analisis yang lazim di
gunakan oleh perusahaan untuk mengukur afaktifitas dari keseluruhan operasi
usaha rumah sakit. ROI merupakan suatu ukuran yang menunjukan timgkat
pengembalian dari investasi yang di lakukan oleh pihak rumah sakit. Berikut ini di
sajikan tabel yang memuat data ROI R.S Bhayangkara Makassar.
Tabel 2
Return in investement
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
Tahun Laba (Rp) Total Aktiva (Rp) ROI
(1) (2) (3) = (1) : (2)
2011 1.393.319.000 13.905.533.000 10,09%
2012 1.160.239.000 13.905.511.000 8,34%
Dari tabel di atas, presentase ROI pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebesarv 1,75%. Hal ini berarti usaha rumah sakit ini belum dapat
mencapai standar yang telah di tetapkan sebelumnya yaitu minimal sama dengan
Roi yang di capai dengan tahun sebelumnya.
52
3. Total biaya
Penurunan biaya merupakan salah satu tujuan yang ingin di capai
oleh sebuah perusahaan. Jika biaya dapat di tekan tentu saja tanpa mengabaikan
kualitas dari pada layanan jasa, maka laba perusahaan dapat di tingkatkan.
Total biaya menunjukan keseluruhan biaya yang di gunakan
perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan. Berikut ini di sajikan tabel
yang memuat data biaya operasional dan biaya-biaya lainnya serta total biaya
secara keseluruhan yang terjadi pada R.S Bhayangkara Makassar selama tahun
2011 hingga tahun 2012.
Tabel 3
Total Biaya
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
TahunTotal
Biaya Operasional Biaya Lain-lain Total Biaya(1) (2) (3) = (1) : (2)
2011 1.391.403.000 10.865.000 1.402.269.0002012 1.203.029.000 - 1.203.029.000
Dari tabel di atas dapat di lihat total biaya pada tahun 2012
mengalami penurunan sebesar Rp 199.239.000 atau sebesar 14,20%. Hal ini
berarti perusahaan sudah dapat melakukan efisiensi biaya sehingga perusahaan
dapat mencapai standar yang telah di tentukan sebelumnya yaitu minimal sama
atau kecil dari total biaya yang telah di tetapkan sebelumnya.
53
4. Gross Margin
Gross Margin menunjukan kemampuan perusahaan dalam meraih
keuntungan kotor dalm setiap penjualan. Berikut ini di sajikan tabel yang terjadi
pada R.S Bhayangkara Makassar selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2012.
Tabel 4
Gross Margin
R.S Bhayangkara Makasaar
Tahun 2011-2012
TahunLaba kotor Penjualan Gross Margin (%)
(1) (2) (3) = (1) : (2)
2011 3.096.510.000 19.470.644.000 15,90%
2012 2.334.689.000 21.592.440.000 10,81%
Pada tabel di atas menunjukan bahwa Gross Margin mengalami
penurunan sebesar 5,81%. Hal ini berarti perusahaan belum dapat mencapai
standar yang di tetapkan sebelumnya yaitu minimal satu sma lebih besar dari
Gross Margin yang di capai sebelumnya.
b. Perspektif pelanggan
Secara teoritis indikator-indikator yang di tawarkan oleh Kaplan dan
Norton dalam perspektif pelanggan cukup bervariasi. Namun secara umum di bagi
dalam dua kelompok yakni kelompok inti yang di tujukan untuk mengukur hasil
akhir yang di capai perusahaan, seperti pangsa paar, timgkat perolehan perangkat
54
baru, kemampuan mempertahankan pelanggan lama, tingkat kepuasaan pelanggan
dan profitabilitas pelanggan. Sedangkan kelompok pemicu menyangkut atribut
yang di sajikan agar perusahaan dapat memperoleh hasil yang optimal seperti
atribut produk/jasa (fungsi, harga, mutu dan waktu).
Hubungan dengan pelanggan, dan citr/reputasi perusahaan beserta
produknya di mata para pelanggan dan para konsumen.
1. Retensi Pelanggan
Retensi pelanggan satu tingkat yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan hubungnan dedengan pelanggan. Retensi
pelanggan merupakan care out come measure yang di pilih perusahaan
mengidentifikasikan apakah konsumen puas dengan produk dan jasa yang telah di
terima, sebab bila konsumen puas maka di harapkan akan mempertahankan atau
justru menjadi pelanggan tetap di perusahaan
Tabel 5
Perhitungan Retensi pelanggan
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
TahunJumlah Pelanggan
Tetap Total Pelanggan Retensi Pelanggan(%)
(1) (2) (3) = (1) : (2)2011 5 5 100%2012 5 5 100%
55
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa retensi pelanggan
pada tahun 2012 tidak mengalami peningkatan atau tetap, ini di sebabkan total
pelanggan jiga tidak mengalami perubahan. Hal ini berarti bahwa perusahaan
sudah bisa mencapai standar yang di tetapkan sebelumnya yaitu minimal sama
atau lebih beasr dari retensi pelanggan yang di capai tahun sebelumnya.
2. Number of Complain
Pada dasarnya number of complain di gunakan untuk mengukur
tingkat keluhan dari pelanggan atas barang yang telah di kirim kepada pelanggan
tersebut. Semakin rendah keluhan dari tingkat pelanggan menunjukan bahwa
barang yang telah di kirim sesuai dengan kriteria atau kualitas yang di butuhkan
oleh pelanggan.
Sejak dulu seng sermani memang selalu mengutamakan kualitas
produk. Produk seng sermani lebih tebal dan lebih tahan lama di bandingkan
seng-seng yang di jual di Makassar, maka tidaklah mengherankan jika sebagian
besar konsumen lebih memilih menggunakan seng sermani. Selama tahun 2011-
2012 perusahaan tidak pernah mendapatkan komplain dari pelanggan. Hal ini
berarti bahwa perusahaan bisa mencapai standar yang telah di tetapkan
sebelumnya yaitu sama atau minimal lebih beasr dari jumlah komplain yang di
capai tahun sebelumnya.
c. Perspektif proses bisnis internal
Dalam perspektif ini, misi perusahaan adalah untuk menciptakan
produk dengan kualitas terbaik dan dengan biaya yang seefektif mungkin dengan
56
mengurangi waktu dan tidak memberikan nilai tambah, kriteria yang di gunakan
untuk mengukur perspektif ini adalah.
1. Manufacturing Cycle Efficiency (MCE)
MCE menghubungkan waktu nilai tambah ke throughput time jika
MCE kurang dari 1, maka terdapat aktivitas yang tidak menambah nilai dalam
proses produksi. Demgan pengawasan dan pengendalian, perusahaan dapat
mengurangi aktivitas yang tidak memberi nilai tambah dan mempercepat
pengantaran produk ke tangan konsumen dengan harga yang kompetitif.
Tabel 6
Throghput Time ( Hari )
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
Keterangan 2011 20121. Processing time
- Pemotongan- Pelapisan- pengelombangan
111
111
2. inspectione time- pemeriksaan mutu 0,5 0,5
3. Moving time- Dari gudang kemesin 1 0,5
4. Queve time- Menunggu di proses- Menunggu di inspeksi- Menunggu di pindahkan- Menunggu di kirimkan
1
1
0,5
3
0,5
0,5
0,5
2
Total 10 7,5
57
Dari tabel Throughput Time (Hari) di atas di hitung MCE sebagai
berikut:
Tabel 7
Perhitungan MCE
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
Tahun
Processing time Throughput time MCE
(1) (2) (3) – (1) : (2)
2011 3 10 0,3
2012 3 7,5 0,4
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat MCE pada tahun 2011
sebesar 0,3 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,1 menjadi 0,4.
Jal ini menunjukan perusahaan sudah bisa mengurangi waktu yang telah terbuang
dalam proses produksi meskipun belum bisa di katakan efektif karena belum
tercapai angka maksimal yaitu 1. Hal ini berarti perusahaan sudah dapat mencapai
standar yang telah di tetapakn sebelumnya yaitu minimal sama atau lebih besar
dari tahun sebelumnya
58
2. Part Million Defect6 Rate (PMDR)
PMDR di gunakan untuk memantau kualitas termasuk di dalamnya
untuk mengetahui tingkat kerusakan produk bila di bandingkan dengan
keseluruhan produksi. PMDR di butuhkan untuk mengurangi masalah yang terjadi
di dalam perusahaan untuk menekan jumlah produk cacat. Berikut ini di sajikan
tabel yang menunjukan kondisi PMDR yang terjadi pada R.S Bhayangkara
Makassar selama tahun 2011 hingga tahun 2012.
Tabel 8
Part Million Defect Rate
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
TahunProduksi cacat
(ton)Total produksi
(ton) PMDR (ton)
(1) (2) 3 = (1) : (2)2011 26.625 12.237.302 0,22%2012 17.741 10.716.478 1,16%
Sumber : R.S Bhayangkara Makassar
Dari tabel di atas dapat di lihat kondisi PMDR mengalami
penurunan sebesar 0,06%. Hal ini berarti perusahaan sudah dapat mencapai
standar yang telah di tetapkan sebelumnya yaitu minimal sama atau lebih kecil
dari tahun sebelumnya. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran perspektif
pertumbuhan dari pembelajaran menggambarkan kesiapan infransruktur
perusahaan menjadi organisasi belajar sekaligus mendorong pertumbuhan dalam
mencapai sasaran jangka panjang. Proses pertumbuhan dan pembelajaran ini
bersumber dari faktor sumber daya ,manusia, sistem dan prosedur organisasi.
59
Dalam perspektif ini di lakukan pengukuran atas tiga, yaitu pengukuran terhadap
kepuasan karyawan, tingkat pembelajaran karyawan dan produktifitas karyawan.
1. Employen Satispaction Index
Perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuassan pelanggan
yang tinggi perlu memiliki pelanggan yang di layani oleh karyawan yang
terpuaskan oleh perusahaan. Karyawan yang puas merupakan syarat bagi
terciptanya kondisi yang dapat meningkatkan produktivitas, daya tamggap,
mutu dan layanan terhadap konsumen.
Untuk mengukur tingkat kepuasaan karyawan di lakukan
penyebaran kuisioner. Pertanyaan dslam kuisioner tersebut di susun dalam
beberapa aspek sebagai berikut:
a. Aspek keuangan yang terdiri dari:
1. Gaji dan upah
2. Tunjangan kesehatan dan tunjangan hari raya
3. Biaya pengobatan
4. Jaminan hari tua
b. Aspek non keuangan yang terdiri dari:
1. Memberikan kesempatan terhadap karyawan yang mampu
melakukan pekerjaan yang memuaskan untuk meneliti jenjang
karir selanjutnya.
2. Memberikan perhatian dan penghargaan jika karyawan
memberikan kemajuan bagi perusahaan
60
3. Menetapkan standar prestasi kerja yang berada dalam batas
kemampuan karyawan untuk mencapainya.
4. Melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan.
Untuk mengukur kepuasaan karyawan di lakukan pengambilan
sampel. Pemilihan sampel untuk mengetahui kepuasaan karyawan menggunakan
metode Non-Probability sampling di mana penentuan besarnya sampel merupakan
pertimbangan dari penulis atau masukan dari orang yang di anggap ahli.
Data dari kuisioner tersebut bersifat kualitatif dan kemudian di
ubah menjadi data yang bersifat kuantitatif. Untuk mengubah sifat data tersebut di
buat skor jawaban sebagai berikut:
1. Jika memilih sangat tidak setuju (STJ)
2. Jika memilih tidak setuju (TJ)
3. Jika memilih netral (N)
4. Jika memilih setuju (S)
5. Jika memilih sangat setuju (SS)
Jumlah kuisioner yang di bagikan sebanyak 40, yang kembali
sebanyak 34, sedangkan total pertanyaan dalam kuisioner tersebut
sebanyak 15 pertanyaan.
Dari data tersebut dapat di tentukan interval kepuasaan untuk
kemudian di gunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan.
Interval = (Ikmaks – Ikmin) : 5
Ikmaks = PpxRxIKmaks
61
= 15x34x5
= 2.550
Ikmin = PpxRxEXmin
= 15x34x1
= 510 Interval
= (2.550 – 510) : 5
= 408
1. 510 – 916 = Di kategorikan sangat tidak puas
2. 918 – 1.326 = Di kategorikan tidak puas
3. 1.326 – 1.734 = Di kategorikan cukup
4. 1.734 – 2.142 = Di kategorikan puas
5. 2.142 – 2.550 = Di kategorikan sangat puas
Standar minimal yang di tetapkan adalah di dasarkan pada skala yang di
gunakan untuk mengolah data.
2. Learning Index
Salah satu faktor pendorong dalam perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran adalah tingkat bpembelajaran tenaga kerja, kapabilitas
sistem informasi, motivasi, pemberdayaan dan keselarasan. Pembagian
kuisioner yang memuat faktor-faktor di atas di lakukan untuk mengetahui
sejauh mana usaha perusahaan dalam proses pembelajaran bagi karyawan
dan bagaimana pendapat karyawan itu sendiri mengenai usaha yang di
lakukan oleh perusahaan tersebut.
62
Untuk mengukur kepuassan karyawan di lakukan pengambilan
sampel. Pemilihan sampel untuk mengetahui kepuasaan karyawan
menggunakan metode Non-probability sampling dimana penentuan
besarnya sampel merupakan pertimbangan dari penulis atau masukan dari
orang yang di anggap ahli.
3. Produktifitas karyawan
Tujuan dari penggunaan pengukuran ini adalah untuk mengetahui
berapa besar output yang dapat di hasilkan oleh setiap karyawan, dengan
kata lain melalui indikator ini, dapat di ketahui perkembangan dan
penurunan produktivitas karyawan yang di miliki oleh perusahaan. Berikut
ini di sajikan tabel yang memuat data produktivitas karyawan R.S
Bhayangkara Makassar.
Tabel 9Produktivitas Karyawan
R.S Bhayangkara MakassarTahun 2011-2012
Tahun Penjualan (Rp)Jumlah
karyawan(orang)
ProduktivitasKaryawan
(1) (2) (3) = (1) : (2)2011 19.470.644.000 109 178.629.7622012 21.592.440.000 109 198.095.780
Sumber : R.S Bhayangkara Makassar
Dari tabel di atas dapat di lihat produktivitas karyawan pada tahun 2011
adalah sebesar Rp 178.629.762 per karyawan. Pada tahun 2012 produktivitas
karyawan di harapkan dapat miningkat atau minimal sama dengan yang di capai
pada tahun sebelumnya. Pada tabel dapat di lihat untuk tahun 2012 produktivitas
63
karyawan adalah sebesar Rp 198.095.780 per karyawan atau meningkat sebesar
Rp 19.466.018 per karyawan atau sebesar 10,90%. Peningkatan ini di picu oleh
kenaikan jumlah pendapatan berupa laba yang di peroleh oleh perusahaan. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan telah mampu mencapai target kinerja yang di
harapkan.
5.2 Balance Store Card R.S Bhayangkara Makassar
Berikut ini di sajikan tabel yang merangkum hasil dari kinerja perusahaan
secara keseluruhan pada 4 perspektif Balance Scorecard
Tabel 10
Hasil pengukuran kinerja dengan pendakatan Balance Scorecard
R.S Bhayangkara Makassar
Tahun 2011-2012
4 perspektif BalanceScorecard serta ukurankinerja
Standar Realisasi
Pepspektif keuangana. Tingkat labab. ROIc. Total biayad. Gross margin
≤1.393.319.000≤10,09%≤1.402.268.000≤15,90%
Rp 1.160.239.0008,34%Rp 1.203.929.00010,81%
Perspektif pelanggana. Petensi pelangganb. number of
complain
≥100%Tidak ada complain
100%Tidak ada komplain
perspektif proses bisnisinternal
a. manufaktur cycleeffective (MCE)
b. part million defectrate (PMDR)
≥0,3%
≤22%
0,4%
0,16%
Perspektif pembelajarandan pertumbuhan
a. kepuasaan Min KK dapat di IKK adalah 1.807 point
64
palangga
b. learning index
c. produktivitaskaryawan
kategorikan puas atauberada di dalam intervalantara 1.734 – 2.142pointMin PP di kategorikanpuas atau berada dalaminterval antara 1.156 –1.428 point≥178.629.762 perkaryawan
atau di kategorikan puas
IP adalah 1.291 atau dikategorikan puas
Rp 198.095.780 perkaryawan
Sumber : hasil olahan dasta
Dari total 11 tolak ukur yang di gunakan, terdapat 8 tolak ukur yang
mencapai standar atau target yang di tetapkan, sedangkan 3 tidak mencapai
standar. Dengan demikian total persentase kinerja yang di capai R.S Bhayangkara
Makassar adalah sebagai berikut :
Jumlah standar yang di capai
Total persentase kerja = x100%
Jumlah ukuran kinerja yang di gunakan
18
= x100%
11
= 72,72%
Untuk perhitungan total persentase kinerja yang di capai
perusahaan di gunakan standar pengukuran sebagai berikut:
a. sangat baik : 80 – 100% dari standar yang di tetapkan
b. Baik : 60 – 80% dari standar yang di tetapkan
c. Cukup : 40 – 60% dari standar yang di tetapkan
d. Kurang : 20 – 40% dari standar yang di tetapkan
65
e. Tidak baik : 0 – 20% dari standar yang di tetapkan
Dari hasil perhitungan di atas dapat di ketahui bahwa persentase kinerja
yang di capai oleh R.S Bhayabgkara Makassar melalui pendekatan Balance
Scorecard adalah sebesar 72,72% dari tolak ukur yang di gunakan. Hasil ini
meninjukan bahwa kinerja R.S Bhayangkara Makassar secara keseluruhan
mempunyai kinerja yang baik.
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Balance Scorecard
sebagai alat ukur kinerja R.S Bhayangkara Makassar, maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan kinerja perusahaan di lihat dari 4 perspektif Balance
scorecard di nilai baik karena organisasi usaha rumah sakit mencapai
72,72% dari standar yang telah di tetapkan atau sebanyak 8 dari 11 tolak
ukur yang di gunakan berhasil memenuhi standar.
2. Dari perspektif keuangan, perusahaan mengalami penurunan keuntungan
sebesar 16,73%, tingkat pengembalian investasi (ROI) mengalami
penurunan sebesar 1,75%, sedangkan dari sisa total biaya terjadi
penurunan total biaya sesuai dengan yang di harapkan yaitu sebesar
14,20%. Demikian juga dengan Gross Margin mengalami penurunan
sebesar 5,09%
3. Dari perspektif konsume, kinerja perusahaan cukup baik. Hal ini dapat di
lihat dari retensi para pasien, di mana rumah sakit dapat memperyahankan
jumlah pasien, demikian juga dari sistem number of complian, perusahaan
tidak mendapat komplain dari pada pasien. Hal ini menunjukan hubungan
lembaga rumah sakit dengan para pasiennya cukup baik.
67
4. Dari perspektif proses bisnis internal, lembaga rumah sakit Bhayangkara
sudah tidak mebngurangi waktu terbuang dalam proses kegiatan
operasional meskipun belum bisa di katakan efektif karena belum
mencapai angka maksimal yaitu 1. Hal ini di tunjukan dengan
berkurangnya rasio MCE yang di capai sebesar 0,1%. Hal ini menunjukan
lembaga rumah sakit sudah bisa menekan jumlah gagal perawatan.
5. Dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, umumnya para dokter dan
karyawan rumah sakit merasa puas bekerja di lembaga tersebut. Dari hasil
penyebaran kuisioner, index yang di capai sebesar 1.807 point atau dapat
di kategorikan puas, sedangkan indeks pembelajaran sebesar 1.291 point
atau dapat di kategorikan puas. Dari ukuran produktifitas karyawan, pada
tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 10,90% per karyawan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, maka ada beberapa
saran yang dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, antara lain:
1. Pada perspektif keuangan, di perlukan upaya dari pihak manajemen untuk
terus meningkatkan efesiensi operasi dari usaha rumah sakit. Ini penting
karena efisiensi akan berdampak pada peningkatan persentase ROI dan
Gross Margin sekalipun usaha ini adalah tergolong bersifat Publik Service,
namun untuk kelanjutan dan kontinuitas usaha yang terus berkembang
akan berpengaruh baik bagi perkembangan usaha kedepan.
68
2. Pada perspektif pelanggan, lembaga rumah sakit Bhayangkara harus
mampu mempertahankan hubunganbaik dengan para pasien dengan cara
tetap menjaga kualitas layanan dan senantiasa menanggapi keluhan-
keluhan dari para pasien. Hal ini penting untuk meningkatkan animo para
pasien serta meningkatnya penerimaan rumah sakit adalah dari para
pelanggan atau pasien.
Pada perspektif proses bisnis internal, pimpinan rumah sakit harus
bisa mengurangi kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses
pelayanan jasa, selain itu pihak manajemen harus menekan jumlah gagal
perawatan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat yang akan
berdampak pada meningkatnya kunjungan atau pasien.
Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perlu di jaga
komunikasi dan hubungan yang baik antara atasan dan bawahan sehingga tercipta
lingkungan kerja yang baik. Hal ini penting karena karyawan merupakan modal
dari suatu perusahaan atau organisasi, termasuk organisasi rumah sakit.
69
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, Vincent. 2005. Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced Scorecarddengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. CetakanKetiga. Penerbit Raja Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Harahap, SofyanvSyafri. 2002. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. CetakanKetiga. Penerbit RajaGrafindo Persada. Jakarta
Husein, umar. 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Penerbit RajaWali Pers. Jakarta.
Ikatan Akutannsi Indonesia. 2007. Standar Akutansi Keuangan. Penerbit. SalembaEmpat. Jakarta.
Kaplan, Robert S dan David P Norto. 2000. Balance Scorecard Strategy IntoAction. Terjemahan: Pasla Yosi Peter R. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mulyadi dan J. Setyawan. 1999. Sistem perencanaan dan PengendalianManajemen : Sistem Pelipatgandaan Kinerja Perusahaan. Edisi Kesatu.Salemba Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2001. Balance Scorecard: alat Manajemen Kontempore untuk pelipatanganda Kinerja keuanagn Perusahaan. Edisi Kedua. Cetakan Kesatu.Penerbir Salemba Empat. Jakarta
Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Penerbit SalembaEmpat. Jakarta.
Ray H, Garisson dan Eric W, Norren. 2000. Manajerial Accounting. EdisiKesembilan. Irwin Mc Graw-Hill.
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Alternatif. Edisi ketiga. Alfa beta. bandung
70
L
A
M
P
I
R
A
N
71
Employee Satisfaction Survey
Jawaban aras pertanyaan berikut ini di gunakan untuk mengukur sejauh
mana tingkat kepuasan Bapak/Ibu sebagai karyawan/karyawati pada tempat
Bapak/Ibu bekerja yaitu PT. Sermani Stell, baik di tinjau dari aspek keuanagn
maupun non keuangan. Mohon Bapak/Ibu menjawab pertanyaan berikut ini
dengan melingkati salah satu di antara nomor 1 samapi nomor 5 dengan petunjuk
sebagai berikut.
a. Sangat tidak setuju (STS)
b. Tidak setuju (TS)
c. Netral (N)
d. Setuju (S)
e. Sangat setuju (ST)
72
Pertanyaan STS TS N S SS
Jumlah gaji yang saya terima sesuai dengan
pengorbanan fisik dan waktu yang saya sudah
berikan untuk menyelesaikan tugas-tugas
perusahaan.
Jumlah gaji yang saya terima memungkinkan
saya untuk hidup layak bersama keluarga
Jumlah gaji yang saya terima telah sesuai
dengan peraturan penggajian dan pengupahan,
misalnya UMR
Jumlah tunjangan kesehatan dan pengobatan
yang di berikan kepada saya sudah layak dan
memadai
Menurut saya jumlah dan sistem pengumpulan
jaminan hari tua yang di lakukan sudah cukup
layak dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku
Menurut saya jumlah tunjangan hari raya yang
di berikan sudah cukup layak, memadai dan
sesuai dengan kebutuhan saya
Menurut saya jumlah asuransi kecelakaan
kerja yang di berikan sudah sesuai dengan
resiko kerja yang saya hadapi
73
Menurut saya jumlah asuransi kematian yang
di beelakukan sudah sesuai, layak dan
,memadai
Menurut saya cuti yang di berkan setiap tahun
sudah layak, memadai dan sesuai dengan ap
yang telah saya lakukan untuk perusahaan
Menurut saya perusahaan selalu memberikan
kesempatan kepada karyawan yang hasil
pekerjaannya memuaskan untuk jenjang karir
berikutnya
Perusahaan tempat sya bekerja selalu memberi
perhatian dan penghargaan bila saya
memberikan sumbangan yang berarti terhadap
kemajuan perusahaan
Standar prestasi kerja yang di terapkan oleh
perusahaan kepada karyawan berada dalam
batas kemampuan karyawan untuk
mencapainya.
74