makalah askeb kel 2

Upload: elvawahyuni

Post on 13-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

24

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPersalinan merupakan peristiwa yang sangat ditunggu oleh setiap wanita setelah lebih kurang selama 37-40 minggu mengandung.Persalinan sangat diharapkan berjalan normal tanpa hambatan baik oleh ibu maupun oleh penolong persalinan (bidan,dokter,maupun dokter kandungan).Dalam memantau proses persalinan penolong dalam hal ini tenaga kesehatan harus bisa menggunakan partograf sebagai alat bantu.Sehingga bisa mengevaluasi dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.Selain itu selama proses persalinan berlangsung timbul rasa sakit karena adanya kontraksi uterus yang membuat ibu merasa tidak nyaman.Oleh karena itu penolong persalinan diharapkan dapat membantu ibu inpartu mengatur posisi-posisi tertentu yang membuat ibu aman dan nyaman tanpa membahayakan ibu maupun bayinya.B. Tujuan1. Tujuan UmumUntuk menambah pengetahuan tentang penggunaan partograf serta posisi dan gerakan selama persalinan.2. Tujuan KhususTujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:a. Cara penggunaan partograf untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya dalam kala I,II,III dan IV.b. Posisi dan gerakan yang aman dan nyaman selama persalinan.C. Ruang LingkupPembahasan dalam makalah ini hanya kami batasi tentang penggunaan partograf dan deteksi tanda-tanda bahaya (kala I.II.III dan IV) serta posisi dan gerakan yang aman dan nyaman selama persalinan.

1

BAB IIPEMBAHASAN

A. Penggunaan Partograf dan Deteksi Tanda-Tanda Bahaya (Kala I.II.III dan IV)1. PengertianPartograf adalah alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan selama fase aktif persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik2. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:a. Mencatat kemajuan persalinan.b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.e. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu2. Penggunaan Partografa. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.b. 2Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dan lain-lain).c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).d. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu: a. Denyut jantung janin setiap 1/2 jamb. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam c. Nadi: setiap 1/2 jamd. Pembukaan serviks setiap 4 jame. Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jamf. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jamg. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jamPencatatan selama fase aktif persalinanHalaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:a. Informasi tentang ibu: 1) Nama, umur.2) Gravida, para, abortus (keguguran).3) Nomor catatan medis/nomor puskesmas.4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).5) Waktu pecahnya selaput ketuban.b. Kondisi janin: 1) DJJ; 2) Warna dan adanya air ketuban3) Penyusupan (molase) kepala janinc. Kemajuan persalinan: 1) Pembukaan serviks2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin3) Garis waspada dan garis bertindakd. Jam dan waktu:1) Waktu mulainya fase aktif persalinan 2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaiane. Kontraksi uterus:1) Frekuensi dan lamanyaf. Obat-obatan dan cairan yang diberikan: 1) Oksitosin2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikang. Kondisi ibu:1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh2) Urin (volume, aseton atau protein)h. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).3. Mencatat temuan Partografa. Informasi tentang ibu Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.b. Kesehatan dan kenyamanan janinKolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).1) Denyut jantung janin\Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.2) Warna dan adanya air ketubanNilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:U : Ketuban utuh (belum pecah)J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernihM: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekoniumD : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darahK : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.3) Molase (penyusupan kepala janin)Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkanc. Kemajuan PersalinanKolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.1) Pembukaan serviksDengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janinDengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.Kata-kata "turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pada garis waktu yang sesuai.pembukaan serviks. Berikan tanda "O" diSebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "O" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidaknomor 4. Hubungkan tanda " terputus.3) Garis waspada dan garis bertindakGaris waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dan lain-lain).Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan,rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri.Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan.Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.4) Jam dan waktua) Waktu mulainya fase aktif persalinanDi bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukanDi bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada.Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).5) Kontraksi uterusDi bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.Nyatakan lamanya kontraksi dengan:a) Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.b) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.c) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.6) Obat-obatan yang diberikanDi bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IVa) Oksitosin.Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.b) Obat-obatan lain dan cairan IVCatat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.7) Kesehatan dan kenyamanan ibuBagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuhAngka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai.Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.b) Volume urin, protein atau asetonUkur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnyaCatat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:a) Jumlah cairan per oral yang diberikan.b) Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.c) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).d) Persiapan sebelum melakukan rujukan.e) Upaya rujukan.4. Pencatatan pada lembar belakang partografHalaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:a. Data dasarb. Kala Ic. Kala IId. Kala IIIe. Bayi baru lahirf. Kala IVCara pengisian:Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut:a. Data dasarData dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. b. Kala IKala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. c. Kala IIKala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

d. Kala IIIKala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.e. Bayi baru lahirInformasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.f. Kala IVKala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).Contoh penggunaan partograf dalam persalinan :Ny.R, 23 tahun, G:1 P:1 A:0, datang ke BPS Bidan A pada tanggal 22 Desember 2011 pukul 13.00 wib.Ny.R menuturkan pada Bidan A bahwa ia sudah merasakan kontraksi sejak pukul 05.00 wib.Bidan A melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan ia menyimpulkan :1) Kehamilan cukup bulan,presentasi belakang kepala,penurunan 4/5,kontraksi berlangsung 18 detik dan DJJ 124x/menit.2) Pembukaan serviks 3 cm,tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.3) Tekanan darah 110/70 mmHg,nadi 80x/menit,temperatur tubuh 36,8 C.4) Ibu berkemih 200 ml sebelum dilakukan periksa dalam,hasil pemeriksaan urin tidak mendeteksi adanya protein dan aseton dalam urin.a) Berdasarkan data pukul 13.00 wib Bidan A membuat diagnosis : G1 P0 A0,hamil aterm,inpartu fase laten,janin tunggal hidup intra uterin,presentasi kepala.DJJ normal,pembukaan 3 cm,tiga kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi kurang dari 20 detik.Bidan A menulis tanggal,waktu,semua temuan dan asuhan yang diberikan pada catatan kemajuan persalinan.Bidan A melanjutkan pemantauan DJJ,nadi dan kontraksi uterus setiap jam.b) Pemeriksaan kedua dilakukan pada pukul 17.00 wib.Hasilnya : terjadi 4 kontraksi dalam 10 menit,lamanya 20-40 detik,DJJ 134x/menit,penurunan kepala 3/5,pembukaan serviks 5 cm,tidak ada penyusupan kepala janin dan selaput ketuban masih utuh.Tekanan darah 120/70 mmHg,nadi 88x/menit,temperatur 37C dan ia berkemih 100 ml sebelum pemeriksaan dilakukan.(1) Pukul 17.30 DJJ 144/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 80/menit.(2) Pukul 18.00 DJJ 144/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 88/menit.(3) Pukul 18.30 DJJ 140/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 90/menit.(4) Pukul 19.00 DJJ 134/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 97/menit.(5) Temperatur 36,8C.Urin 150 cc.(6) Pukul 19.30 DJJ 128/menit kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 88/menit.(7) Pukul 20.00 DJJ 128/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 88/menit.(8) Pukul 20.30 DJJ 128/menit kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik nadi 90/menit.Urin 80 cc.c) Pada pukul 21.00 wib Bidan A melakukan pemeriksaan abdomen dan dalam.Hasilnya : DJJ 130x/menit,5 kontraksi dalam 10 menit,lamanya lebih dari 45 detik,penurunan kepala 1/5,pembukaan serviks 10 cm,tidak ada penyusupan kepala janin,selaput ketuban pecah sebelum pemeriksaan (pukul 20.45) dan cairan ketuban jernih.Tekanan darah 120/70 mmHg,temperatur 37C dan nadi 80x/menit.d) Pukul 21.30 wib,seorang bayi perempuan lahir,berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm,bayi menangis spontan.Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir.Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi.Perkiraan kehilangan darah 150ml.e) Selama 15 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45) dan 15 menit berikutnya pada jam pertama setelah plasenta lahir,catatan Bidan A menunjukan semua berjalan normal.(1) 21.50: TD 120/70,nadi 80,suhu tubuh 37,2C,tinggi fundus 3 jari di bawah pusat,tonus uterus baik ( keras),kandung kemih kosong,jumlah darah pervaginam masih dalam batas normal.(2) 22.05: TD 120/70,nadi 76,tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,jumlah perdarahan pervaginam masih dalam batas normal.(3) 22.20: TD 110/70,nadi 76,tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik,kandung kemih kosong,jumlah perdarahan pervaginam masih dalam batas normal.(4) 22.35: TD 110/70,nadi 76,tinggi fundus 3 jari di bawah pusat,tonus uteri baik,kandung kemih kosong,jumlah perdarahan pervaginam masih dalam batas normal.f) Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut :(1) 23.05: TD 110/70,nadi 80,suhu tubuh 37,0C,tinggi fundus 2 jari di bawah pusat,tonus uterus baik,Ny.R berkemih dan pengeluaran urin 250 cc,sedikit perdarahan pervaginam.(2) 23.35: TD 110/70,nadi 80,tingggi fundus 3 jari di bawah pusat,tonus uterus baik,kandung kemih kosong,sedikit perdarahan pervaginam.

B. B.Posisi dan Gerakan Yang Aman dan Nyaman Selama Persalinan1. Defenisi PersalinanPersalinan normal adalah suatu proses dimana janin cukup bulan, dengan presentasi belakang kepala masuk melalui jalan lahir sesuai dengan kurva partograf normal dan lahir secara spontan (Depkes RI Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat 2007). Sedangkan menurut Sarwono P, dalam Ilmu kebidanan, yang dikatakan Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Persalinan biasa atau persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran PersalinanFaktor-faktor penting yang memegang peranan pada persalinan adalah:a. Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu (Power)1) Kekuatan mengedan2) Kekuatan his3) Tenaga ibu (dipengaruhi oleh sikap dan posisi selama persalinan)b. Keadaan jalan lahir (Passage)c. Janinnya sendiri (passanger)d. Psikologis ibu (psycologie)3. Posisi Yang Aman Dan Nyaman Selama Persalinana. Posisi Tegak

1) Memperbaiki frekwensi kekuatan dan lamanya kontraksi.2) Pengurangan penggunaan oksitosin untuk memperkuat kontraksi, rata-rata persalinan lebih pendek.3) Mengurangi ketidak nyamanan dan pengalaman nyeri dengan berkurang kebutuhan akan analgetik epidural dan narkotik.4) Mengurangi episiotomi dan mengurangi sedikit persalinan terpimpin.5) Memperbaiki asupan oksigen ke bayi/lebih sedikit pola denyut jantung abnormal6) Memperkirakan mudah menampung dan mengukur darah (Gupta dan Nikodem, 2002).7) Membantu penurunan kepala bayi.8) Memperbesar ukuran panggul, menambah 28% ruang outletnya.9) Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada laserasi).10) Dapat memperbaiki kesegarisan tulang pelvis bentuk serta kapasitas pelvis, mengoptimalkan kemingkinan kesesuaian yang pas antara bayi dan pelvis (Simpkin dan Ancheta, 2000)11) Posisi berjalan,berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi,b. Posisi Setengah Duduk

1) Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala dan mengamati/mensupport perineum2) Dapat membantu turunnya kepala janin, jika persalinan berjalan lambat3) Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek4) Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal5) Posisi ini paling nyaman 6) Memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi,serta memberi kesempatan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi.c. Posisi Jongkok

1) Akan memaksimalkan sudut carrus, memungkinkan bahu besar turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet), diatas simpisis2) Mempermudah pengosongan blass, blass kosong dengan tujuan untuk turun bagian bawah dan mempermudah kontraksi uterus3) Data radiologi menunjukkan pelvis bergerak dan melebar diameter pintu atas panggul bertambah hampir sepertiga posisi jongkok/berlutut (Russel, 1982)4) Posisi berjongkok,menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta dapat melebarkan rongga panggul.d. Berbaring Miring Kiri

Cara ini memang tidak lazim dilakukan ibu-ibu di Indonesia. Jika memilih cara ini ibu harus berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini akrab disebut posisi lateral. Dan memiliki banyak manfaat bagi ibu:1) Memberi rasa santai bagi ibu yang letih2) Memberi oksigenisasi yang baik bagi ibu dan janin3) Membantu mencegah laserasi4) Peredaran darah ibu bisa mengalir lancar5) Proses pembukaan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman6) Cocok untuk ibu yang mengalami pegal-pegal punggung atau kelelahan karena mencoba posisi lain.e. Posisi Merangkak

1) Untuk ibu yang merasakan nyeri punggung2) Dapat membantu jika terdapat kesulitan pada proses perputaran janinf. Posisi Berlutut Dan Bersandar Pada Bantal

1) Untuk memudahkan turunnya kepala dan membantu bayi dalam mengadakan rotasi posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan).2) Untuk mengurangi nyeri pinggang.3) Untuk mengurangi keluhan haemoroid.g. Posisi Melahirkan Dalam Air

Posisi melahirkan dalam air sudah sejak lama dikenal di negara-negara barat dan mulai tersedia pelayanan melahirkan dalam air terutama di Jakarta.Kelebihan :Relaksasi terhadap semua otot tubuh, terutama otot-otot yang berkaitan dengan proses persalinan. Mengejan pun jadi lebih mudah dan rasa sakit selama persalinan tidak sebesar rasa sakit persalinan diluar air. Selain itu proses melahirkan dalam air bisa mencegah kepala bayi cedera. Terhindar dari trauma atau cedera kepala memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibanding sesama bayi yang lahir dengan posisi lainnya.Kekurangan:Risiko air kolam tertelan oleh bayi sangatlah besar. Oleh karena itu, proses persalinan ini tidak hanya membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan saja, melainkan juga dokter spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Ada tidaknya air yang masuk maupun gangguan lainnya bisa langsung terdeteksi dan segera diatasi dengan baik. Selain itu, bila prosesnya berjalan lama, bisa-bisa ibu mengalami hipotermia alias suhu tubuh terlalu rendah.4. Posisi Yang Tidak Dianjurkan Dalam Persalinana. Posisi Terlentang

Keuntungan:Kalangan medis akrab menyebutnya dengan posisi litotomi. Pada posisi ini, ibu dibiarkan terlentang seraya menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Keuntungan posisi ini hanya terletak pada penolong persalinan yaitu, bidan bisa leluasa membantu proses persalinan. Karena jalan lahir menghadap langsung ke bidan, sehingga bidan lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan. Lainnya, waktu persalinanpun bisa diprediksi secara lebih akurat.Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, sehingga pengguntingannya bisa lebih bagus, terarah, serta sayatannya bisa diminimalkan. Begitu juga dengan posisi kepala bayi yang relatif lebih gampang dipegang dan diarahkan. Dengan demikian, bila ada perubahan posisi kepala, bisa langsung diarahkan menjadi semestinya.Kerugian:1) Berpengaruh buruk pada kontraksi dan kemajuan persalinan2) Peningkatan abnormal DJJ akibat karena hilangnya suplay O2 dan dapat menyebabkan hypotensi postural sehingga ibu pingsan karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena kava inferior serta pembuluh darah lain.3) Dapat menambah rasa sakit4) Bisa memperlama proses persalinan.5) Menyebabkan buang air besar menjadi sulit.6) Pergerakan ibu menjadi terbatas.7) Proses meneran menjadi lebih sulit.8) Bisa membuat ibu tidak berdaya.9) Menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum.10) Menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung,akan ada rasa sakit yang lebih banyak didaerah punggung pada masa post partum (nifas).

11) Menambah beban uterus ke tulang belakang yang memperkecil sudut antara uterus (Sutton dan Skott, 1994).12) Mempersempit saluran panggul selama ibu mendorong bayi untuk keluar.

BAB IIIPENUTUP

0. KesimpulanPemantauan persalinan dengan menggunakan partograf dapat membantu penolong persalinan dalam mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik normal maupun disertai dengan penyulit,sehingga ibu memperoleh penanganan yang cepat dan tepat.Posisi yang tepat untuk ibu maupun bayi dapat membuat ibu merasa aman dan nyaman selama proses persalinan berlangsung.

0. SaranDengan adanya makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bagi pembaca mengenai penggunaan partograf dan deteksi tanda-tanda bahaya (kala I,II,III dan IV) serta posisi dan gerakan yang aman dan nyaman selama persalinan.Dan bagi teman sejawat tenaga kesehatan dapat mengaplikasikannya dalam memberikan pelayanan praktik kebidanan.

24DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2007, Asuhan Persalinan Normal.

Handerson Christian, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Mochtar Roestam, DR, Obstetri Fisiologis Dan Patologis, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG

JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO

Saifuddin Abdul Bari, 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Menteri Kesehatan, 2009. Temu Kader Posyandu : Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (diakses pada tanggal 5 Desember 2011)

Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 5 Desember 2011)

Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang: Jawa Pos (diakses pada tanggal 5 Desember 2011)