makalah kel. 1

186

Click here to load reader

Upload: cithz

Post on 26-Oct-2015

267 views

Category:

Documents


84 download

DESCRIPTION

makalah saraf

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kel. 1

PEMERIKSAAN

MOTORIK, SENSORIK, & REFLEKS

BAB IPENDAHULUAN

Umur harapan hidup diberbagai kawasan dunia bertambah karena

turunnya angka kematian. Hal ini ditunjang oleh majunya teknologi dibidang

kedokteran yang dalam beberapa dasawarsa ini telah banyak berperan penting

dalam penyediaan alat dan fasilitas kedokteran yang sangat bermanfaat dalam

mendiagnosa suatu penyakit. Alat-alat tersebut sangat membantu para dokter

untuk mendiagnosa secara tepat adanya pendarahan otak dan keganasan otak

melalui pemeriksaan pencitraan.

Dibidang praktek klinik, terjadi perkembangan hubungan antara ilmu

dangan pelayanan kesehatan dan adanya tendensi dibidang pelayanan kesehatan

akibat globalisasi ekonomi. Hingga kini kita masih tetap dan harus memupuk

kemampuan kita untuk melihat, mendengar serta mengobservasi pasien. Dengan

pemeriksaan anamnesis fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan

diagnosa dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

Fungsi penting sistem saraf adalah mengatur berbagai aktivitas tubuh.

Semua hal ini merupakan gabungan dari system motorik, sonsorik, dan reflek baik

dari susunannya, fungsi, maupun pemeriksaan adalah suatu yang paling vital dan

mendasar untuk mendiagnosa suatu kelainan atau penyakit dalam neurologi.

Dalam sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi koordinasi

dapat berlangsung, yaitu reseptor, konduktor, dan efektor.

1. Reseptor

Reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan.

Bagian yang berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut adalah indra.

Page 2: Makalah Kel. 1

2. Konduktor

Konduktor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar

rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang membentuk

sistem saraf. Sel-sel saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke

pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf.

3. Efektor

Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan

kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin). Keterkaitan ketiga

komponen tersebut dapat kita buat skema sederhana seperti berikut.

Nah, dari skema di atas tampak jelas bahwa antara sistem saraf dan indra

sangat erat kaitannya dalam sistem koordinasi. Berikut ini akan kita bahas

mengenai sistem saraf dan indra tersebut.

B. Sistem Saraf

Sebagai sistem koordinasi, sistem saraf mempunyai fungsi:

1. Pengendalian kerja alat-alat tubuh agar bekerja serasi.

2. Alat komunikasi antara tubuh dengan lingkungan di luar tubuh, yang

dilakukan oleh ujung saraf pada indra, dan lingkungan dalam tubuh.

3. Pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut

maka sistem saraf tersusun oleh berbagai organ, jaringan dan juga komponen

terkecil yaitu sel.

1. Sel Saraf

Sistem saraf tersusun oleh komponen-komponen terkecil yaitu sel-sel saraf

atau neuron. Neuron inilah yang berperan dalam menghantarkan impuls

2

Page 3: Makalah Kel. 1

(rangsangan). Sebuah sel saraf terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel,

dendrit dan neurit (akson). Lihat Gambar 3.1

a. Badan sel

Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma

terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk

membawa rangsangan.

b. Dendrit

Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma.

Pada umumnya sebuah neuron mempunyai banyak dendrit dan ukuran

dendrit pendek. Dendrit berfungsi membawa rangsangan ke badan sel.

c. Neurit (akson)

Neurit atau akson adalah serabut-serabut yang merupakan penjuluran

sitoplasma yang panjang. Sebuah neuron memiliki satu akson. Neurit

berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain.

Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut myelin yang terdiri

atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk

isolator dan pemberi makan sel saraf. Celah antara ujung neurit suatu

neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis (lihat

Gambar 3.2).

Berdasarkan bentuk dan fungsinya neuron dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

3

Page 4: Makalah Kel. 1

a. Neuron sensorik

Neuron sensorik adalah neuron yang membawa impuls dari reseptor

(indra) ke pusat susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang).

b. Neuron motorik

Neuron motorik adalah neuron yang membawa impuls dari pusat susunan

saraf ke efektor (otot dan kelenjar).

c. Neuron konektor

Neuron konektor adalah neuron yang membawa impuls dari neuron

sensorik ke neuron motorik.

2. Jalan yang Dilalui Impuls

Pada umumnya kita menggerakkan bagian badan karena kemauan kita atau

atas perintah otak. Menulis, membuka payung, mengambil makanan atau berjalan

merupakan contoh gerak yang kita sadari, sehingga gerak semacam ini disebut

gerak sadar. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh dikoordinasi oleh otak.

Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) disampaikan ke otak melalui

neuron sensorik.

Di otak rangsangan tadi diartikan dan diputuskan apa yang akan dilakukan.

Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot

(efektor) bergerak melaksanakan perintah otak. Secara ringkas lintasan/jalan gerak

sadar tersebut dapat kita buat skema sebagai berikut.

4

Page 5: Makalah Kel. 1

Kadang-kadang bagian tubuh kita juga melakukan suatu gerakan yang

terjadinya secara tiba-tiba tanpa disadari. Misalnya saat lutut kita diketuk/ dipukul

pada bagian tendon (lihat Gambar 3.4). Akibatnya secara tidak sadar, kaki kita

akan menyentak. Gerakan yang dilakukan oleh kaki tersebut terjadi secara tibatiba

dan tidak diperintah oleh otak. Gerak semacam ini disebut gerak refleks. Secara

ringkas lintasan gerak refleks dapat kita buat skema sebagai berikut.

3. Susunan Saraf Manusia

Jutaan sel-sel saraf bergabung membentuk suatu sistem yang dinamakan

sistem saraf. Sistem saraf manusia terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan

saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang

sedangkan susunan saraf tepi tersusun atas serabut-serabut saraf yang menuju ke

susunan saraf pusat dan dari susunan saraf pusat ke seluruh tubuh. Perhatikan

skema sistem saraf manusia berikut.

4. Sistem Saraf Pusat

5

Page 6: Makalah Kel. 1

a. Otak

Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput

kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling

dalam adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga

selaput tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk

mengurangi benturan atau goncangan. Peradangan yang terjadi pada

selaput ini dinamakan meningitis. Otak manusia terbagi menjadi tiga

bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang

otak

1) Otak besar (cerebrum)

Otak besar manusia terletak di dalam tulang tengkorak. Otak besar

memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan.

Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan

melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan. Otak besar

berfungsi sebagai pusat kegiatankegiatan yang disadari seperti berpikir,

mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.

2) Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak

kecil seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri serta terbagi

menjadi dua lapis. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan

tubuh dan mengkoordinasi kerja otototot ketika kita bergerak.

3) Sumsum lanjutan

Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta

menghubungkan pons Varoli dengan sumsum tulang belakang. Sumsum

tulang belakang berfungsi sebagai:

a) pusat pengendali pernapasan,

b) menyempitkan pembuluh darah,

c) mengatur denyut jantung,

6

Page 7: Makalah Kel. 1

d) mengatur suhu tubuh.

b. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang

belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke

dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput meninges.

Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar

tampak berwarna putih (substansi alba) dan bagian dalam yang berbentuk

seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea). Pada bagian yang

berwarna putih banyak mengandung akson (neurit) yang diselimuti

myelin. Bagian yang berwarna kelabu mengandung serabut saraf yang

tidak ada myelinnya. Bagian ini dibedakan dua yaitu akar dorsal atau akar

posterior dan akar ventral atau akar anterior.

Sumsum tulang belakang berfungsi untuk:

a) menghantarkan impuls dari dan ke otak,

b) memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.

5. Susunan Saraf Tepi

Susunan saraf tepi tersusun atas serabutserabut saraf dari dan ke pusat

7

Page 8: Makalah Kel. 1

susunan saraf. Susunan saraf tepi berupa 12 pasang serabut saraf dari otak dan 31

pasang serabut saraf dari sumsum tulang belakang.

a. Saraf otak (saraf cranial)

Saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati

lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12

pasang, berhubungan erat dengan otot mata, telinga, hidung, lidah dan kulit.

Kedua belas pasang urat saraf otak tersebut secara ringkas tercantum dalam

Tabel 3.1 berikut.

Dari kedua belas saraf otak tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu:

1) saraf sensorik : saraf nomor I, II, VIII

2) saraf motorik : saraf nomor III, IV, VI, XI, XII

3) saraf gabungan sensorik dan motorik : saraf nomor V, VII, IX, dan X

Ada saraf yang memiliki jangkauan fungsi sangat luas yaitu saraf nomor X

(saraf vagus). Sehingga disebut saraf pengembara. Sifat kerja saraf vagus seperti

saraf parasimpatik.

b. Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal)

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang yang keluar dari:

1) Ruas-ruas tulang leher : 8 pasang

8

Page 9: Makalah Kel. 1

2) Ruas-ruas tulang punggung : 12 pasang

3) Ruas-ruas tulang pinggang : 5 pasang

4) Ruas-ruas tulang kelangkang : 5 pasang

5) Ruas-ruas tulang ekor : 1 pasang

6. Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Autonom)

Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang

bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom

mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah,

jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas

dua macam yaitu:

a. Sistem saraf simpatik

b. Sistem saraf parasimpatik

Sistem saraf simpatik terdiri atas 25 pasang ganglion yang berasal dari:

1) Ruas tulang belakang : 3 pasang

2) Ruas tulang punggung : 11 pasang

3) Ruas tulang pinggang : 4 pasang

4) Ruas tulang kelangkang : 4 pasang

5) Ruas tulang ekor : 3 pasang

Dari ganglion-ganglion tersebut keluar serabut saraf yang mengendalikan

kerja organ seperti jantung, pembuluh darah, kelenjar keringat dan semua alat

dalam. Serabut saraf dari sistem saraf parasimpatik juga menuju organ-organ yang

dikendalikan oleh saraf simpatik. Sistem saraf simpatik dan sistem saraf

parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja

suatu organ.

9

Page 10: Makalah Kel. 1

Perhatikan perbandingan pengaruh kerja saraf simpatik dan saraf parasimpatik

pada Gambar 3.9.

10

Page 11: Makalah Kel. 1

11

Page 12: Makalah Kel. 1

HUBUNGAN DAN PERANAN SISTEM SENSORIK, MOTORIK

dan REFLEK

12

Page 13: Makalah Kel. 1

Sistem motorik bermanifestasi dalam gerakan otot,sistem sensoris

menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya (sensasi). Sedangkan

refleks merupakan jawaban involuntar dari rangsangan. Perpindahan / pertukaran

infomasi semacam ini melibatkan terutama dua jalur syaraf yang kompleks yaitu

jalur sensoris ke otak dan jalur motorik ke otot, selain itu suatu gerakan reflek

juga dapat terjadi.

Pemeriksaan saraf

Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan

neurologis yang terdiri dari; 1). Status mental, 2). Tingkat kesadaran, 3).Fungsi

saraf kranial, 4). Fungsi motorik, 5). Refleks, 6). Koordinasi dan gaya berjalan

dan 7). Fungsi sensorik Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan

informasi yang diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan

penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk

melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk

akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus

dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya

pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.

Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik

akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur

diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak

melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang

saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-

saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis

(IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII),

glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I,

II, VII merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII

merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-

otot yang dipersarafinya. Saraf kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf

13

Page 14: Makalah Kel. 1

kranial III, VII dan X juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang

parasimpatis sistem saraf otonom.

II. 1. DEFINISI

Saraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti

kedua belas pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi

olfaktorii (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V),

abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus

(X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Gangguan saraf kranialis adalah gangguan

yang terjadi pada serabut saraf yang berawal dari otak atau batang otak, dan

mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun gejala pada berbagai organ atau bagian

tubuh yang dipersarafinya.

II. 2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1) SARAF OLFAKTORIUS (N.I)

Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan

olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian

atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus

orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya

berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang

etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius

berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi

yang sama.

Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang

impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei di talamus.Serabut utama yang

menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain

bundle dan stria medularis talamus.

2) SARAF OPTIKUS (N. II)

Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.

Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga

serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma

14

Page 15: Makalah Kel. 1

optikum dan sebaliknya. Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh

bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan

visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal

dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan

dengan kedua nuklei saraf okulomotorius.

Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga

serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk

kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut

tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan

penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

3) SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea

periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea

(Nukleus otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-

otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator

palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin

sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot

siliaris.

4) SARAF TROKLEARIS (N. IV)

Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan

substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius.

Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal

batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk

menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.

5) SARAF TRIGEMINUS (N. V)

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan

serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot

temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang

utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya

15

Page 16: Makalah Kel. 1

mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar

dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga

luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.

6) SARAF ABDUSENS (N. VI)

Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian

bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf

abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.

7) SARAF FASIALIS (N. VII)

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi

motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari

tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari

Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf

vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.

Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri

dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot

stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma.

8) SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut

aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-

serabut aferen yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran

berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat

transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus

superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari

utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut

auditorik di dalam kanalis fasialis.

9) SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)

Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius,

saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis

superior dan ekstrakranialis inferior.

16

Page 17: Makalah Kel. 1

10) SARAF VAGUS (N. X)

Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau

jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah

foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen

dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.

11) SARAF ASESORIUS (N. XI)

Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial

adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari

saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot

sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot

sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius

memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

12) SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi

garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum

hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan

mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

II. 3. PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

a. Saraf Olfaktorius (N. I)

Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat

riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita

mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-

penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis. Untuk menguji saraf

olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau,

parfum atau rempah-rempah.

b. Saraf Optikus (N. II)

Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan

perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

17

Page 18: Makalah Kel. 1

i. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)

Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan

gerakan tangan.

· Kartu snellen

Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan

tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa

dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang

bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)

· Jari tangan

Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada

jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.

· Gerakan tangan

Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada

jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

ii. Pemeriksaan Penglihatan Perifer

Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang

saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis.

Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri /

kompimetri.

Tes Konfrontasi

- Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm

- Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.

- Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari

lapang pandang kahardan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana

mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap

lururs kedepan dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut.

- Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

18

Page 19: Makalah Kel. 1

· Perimetri / kompimetri

- Lebih teliti dari tes konfrontasi

- Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.

iii. Refleks Pupil

Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf

occulomotorius.

Ada dua macam refleks pupil.

· Respon cahaya langsung

Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak

memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk

melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini

pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.

· Respon cahaya konsensual

Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya

mengecil dengan ukuran yang sama.

iv. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)

Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus

dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu

pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus

optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke

arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

v. Tes warna

Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.

c. Saraf okulomotoris (N. III)

Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil

1. Ptosis

Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak

19

Page 20: Makalah Kel. 1

mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis

dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata

yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk

kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.

2. Gerakan bola mata.

Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke

arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda

(diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus.

3. Pupil

Pemeriksaan pupil meliputi :

i. Bentuk dan ukuran pupil

ii. Perbandingan pupil kanan dan kiri

Perbedaan Æ pupil sebesar 1mm masih dianggap normal

iii. Refleks pupil

Meliputi pemeriksaan :

1. Refleks cahaya langsung (bersama N. II)

2. Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)

3. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri)

kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut

konvergensi.

d. Saraf Troklearis (N. IV)

Pemeriksaan meliputi

1. gerak mata ke lateral bawah

2. strabismus konvergen

3. diplopia

20

Page 21: Makalah Kel. 1

e. Saraf Trigeminus (N. V)

Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks

1. Sensibilitas

Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula.

Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan

sisi yang satu dengan sisi yang lain. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan

tusukan terasa tumpul. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul

kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin

kecuali mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi

pada keadaan hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan

lakukan tes untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama.

2. Motorik

Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot

temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan

lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien

disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka

sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik

menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).

3. Refleks

Pemeriksaan refleks meliputi

- Refleks kornea

a. Langsung

Pasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain

kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan

atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada

mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut

kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal

dari N.VII.

21

Page 22: Makalah Kel. 1

b. Tak langsung (konsensual)

Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata

pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual

ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana

yang rusak (aferen atau eferen).

- Refleks bersin (nasal refleks)

- Refleks masseter

Untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita membuka mulut

secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan pemeriksa

diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak

ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya

pada lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.

f. Saraf abdusens (N. VI)

Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen dan

diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan

bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.

g. Saraf fasialis (N. VII)

Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah

(tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan :

· Asimetri wajah

Kelumpuhan nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut

unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada

kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik

· Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus

sardonicus tremor dan seterusnya ).

· Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

- Tes kekuatan otot

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.

22

Page 23: Makalah Kel. 1

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba

membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.

3. Memperlihatkan gigi (asimetri)

4. Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)

5. meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.

6. Menarik sudut mulut ke bawah.

- Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)

Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada

salah satu sisi lidah.

- Hiperakusis

Jika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka

suara-suara yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.

h. Saraf Vestibulokokhlearis (N. VIII)

Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan

pemeriksaan fungsi vestibuler

1) Pemeriksaan pendengaran

Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen

atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya

inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan

menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan

untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes

Weber.

- Tes Rinne

Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus

mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar

letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna.

23

Page 24: Makalah Kel. 1

Dalam keadaan norma anda masih terdengar pada meatus akustikus

eksternus. Pada tuli saraf anda masih terdengar pada meatus akustikus

eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif.

- Tes Weber

Garpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan

normal bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi

dihantarkan ke telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar

lebih keras pada telinga yang abnormal.

2) Pemeriksaan Fungsi Vestibuler

Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan

lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon –

Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

i. Saraf glosofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N. X)

Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka

biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek

(kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda hidung /

bindeng).

Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah

komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian

belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada

pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali

dilakukan. Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara

refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan

kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai

adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian disuruh

batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah (N. IX).

j. Saraf Asesorius (N. XI)

Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat

bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan

24

Page 25: Makalah Kel. 1

bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan

tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.

k. Saraf Hipoglosus (N. XII)

Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara; Inspeksi lidah dalam keadaan

diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang

halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral. Pasien

diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah (terkena)

jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral. Lesi UMN dari N XII

biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN

bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.

II.4. KELAINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN PADA

NERVUS CRANIALIS.

1) Saraf Olfaktorius. (N.I)

Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan

berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat

unilatral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui

adanya gangguan penciuman.

Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang

serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar

tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang perjalanan

impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia.

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan penciuman berupa:

· Agenesis traktus olfaktorius

· Penyakit mukosa olfaktorius bro rhinitis dan tumor nasal

Sembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis

kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang

untuk seterusnya.

· Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa.

25

Page 26: Makalah Kel. 1

· Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi “countre coup”, biasanya

disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau

bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio

orbital.

· Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak

· Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus

olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia,

sindr foster kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis. Adenoma

hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.

· Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik

atau ekstrinsik).

Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang

sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena

kemampuannya untuk merasakan aroma, suatu sarana yang penting untuk

pengecapan menjadi hilang.

2) Saraf Optikus (N.II)

Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

Gangguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan

lapangan pandang. Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat

mengakibatkan gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada nevrus

optikus itu sendiri atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus

optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bila terjadi kelainan berat makan

dapat berakhir dengan kebutaan.

Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah

untuk buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang

sesisi, maka buta semacam itu dinamakan hemiopropia. Berbagai macam

perubahan pada bentuk lapang pandang mencerminkan lesi pada susunan saraf

optikus. Perubahan tersebut seperti tertera pada gambar 1.

26

Page 27: Makalah Kel. 1

Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh:

1. Trauma Kepala

2. Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)

3. Kelainan pembuluh darah

Misalnya pada trombosis arteria katotis maka pangkal artera oftalmika dapat

ikut tersumbat jug. Gambaran kliniknya berupa buta ipsilateral.

4. Infeksi.

Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:

a. Papiledema (khususnya stadium dini)

Papiledema ialah sembab pupil yang bersifat non-infeksi dan terkait pada

tekanan intrakkranial yang meninggi, dapat disebabkan oleh lesi desak

ruang, antara lain hidrocefalus, hipertensi intakranial benigna, hipertensi

stadium IV. Trombosis vena sentralis retina.

b. Atrofi optik

Dapat disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma, iskemia,

famitral, misal: retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia friedrich.

c. Neuritis optik.

3) Saraf Okulomotorius (N.III)

Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola mata

tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar. Juga

mengakibatkan gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan

akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III juga menpersarafi otot

kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata akan

jatuh ( ptosis). Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di

bawah ini:

1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya

perlawanan dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf

fasialis.

27

Page 28: Makalah Kel. 1

2. Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak adanya

perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.

3. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

Jika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya

terjadi di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan melibatkan

nukleus okulomotorius.

Penyebab kerusakan diperifer meliputi; a). Lesi kompresif seperti tumor

serebri, meningitis basalis, karsinoma nasofaring dan lesi orbital. b). Infark seperti

pada arteritis dan diabetes.

4) Saraf Troklearis (N. IV)

Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata tidak

bisa bergerak kebawah dan kemedial. Ketika pasien melihat lurus kedepan atas,

sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain. Jika pasien

melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada setiap arah

tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang terjadi dan

sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu verteks.

5) Saraf Abdusens (N. VI)

Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak

bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit

teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah

nasal, mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena predominannya

otot oblikus inferior. Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya akibat

kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah

ensefelaitis, neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor.

6) Saraf Trigeminus (N. V)

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus antara

lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek

kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.

Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia

28

Page 29: Makalah Kel. 1

trigeminal atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat

sepanjang percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus.

Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal

dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior

yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih tak bermielin.

Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan

berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan

abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.

7) Saraf Fasialis (N. VII)

Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain:

· Lesi UMN (supranuklear) : tumor dan lesi vaskuler.

· Lesi LMN :

- Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.

- Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan meningitis

kronik.

- Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur, sindroma

Rumsay Hunt, dan otitis media.

· Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre,

mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral.

· Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada

lesi telinga tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini

sangat jarang.

Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot

wajah, kelopak mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan

rasa pengecap di bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis).

Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu

sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung bibir, sudut mulut

turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami kesulitan

29

Page 30: Makalah Kel. 1

mengunyah dan menelan.

8) Saraf Vestibulokoklearis

Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan gangguan

pendengaran dan keseimbangan (vertigo). Kelainan yang dapat menimbulkan

gangguan pada nervus VIII antara lain:

· Gangguan pendengaran, berupa :

- Tuli saraf dapat disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi

misal presbiaksis. Trauma, misal fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas

misal aspirin, streptomisin atau alkohol, infeksi misal, sindv rubella kongenital

dan sifilis kongenital.

- Tuli konduktif dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan

penyakit Paget.

· Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler

- Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan,

intoksikasi streptomisin.

- Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis

vestibularis.

- Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel

IV demielinisasi.

- Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.

9) Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat

mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru.

Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis

dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi demikian bisa berakibat

pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan persarafan otot-otot

menelan menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke

esofagus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru.

30

Page 31: Makalah Kel. 1

Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain :

· Lesi batang otak (Lesi N IX dan N. X)

· Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata)

· Pasca operasi trepansi serebelum

· Pasca operasi di daerah kranioservikal

10) Saraf Asesorius (N. XI)

Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan

otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun

sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral.

Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan

iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus

terganggu.

11) Saraf Hipoglossus (N. XII)

Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang

otak, kelainan pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Pada kerusakan N. XII

pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat lidahnya. Pada lesi

unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan. Saat

istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.

MANIFESTASI DARI GANGGUAN SISTEM MOTORIK, SENSORIS dan

REFLEKS

Manifestasi klinis dari ganguan sistem motorik, sensoris & refleks cukup

banyak ditemukan di masyarakat. Suatu kelemahan ataupun kelumpuhan otot

dapat mengindikasi adanya kerusakan pada saraf motorik, sedangkan jika timbul

sensasi abnormal atau berkurangnya kepekaan rasa atau sensasi dapat

mengindikasi adanya kerusakan pada syaraf sensoris. Adapun refleks sangat

penting artinya dalam mendiagnosa dan melokalisasi lesi neuron.

Anamnesa

31

Page 32: Makalah Kel. 1

Langkah-langkah penting pada anamnesa

Beri salam pasien, memperkenalkan diri

Membuat pasien tidak canggung dengan menanyai hal-hal yang ringan

Identifikasi pasien, dengan cara yang sesuai

Menanyakan keluhan pasien yang membawa ke dokter, berapa lama keluhan

tersebut

Menanyakan bagaimana riwayat sakit

Menanyakan sakit sebelumnya, riwayat keluarga, pekerjaan, kebiasaan yang

mungkin terkait dengan sakit sekarang

Memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan, yang akurat telah

diperoleh semua

Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan sebetulnya sudah dimulai saat pemeriksa / dokter bertemu

pasien pertama kali, selama observasi atau saat-saat tertentu, dokter dapat

memeriksa pasien, memperhatikan penampilan, cara bicara, sikap, keadaan

fisiologis atau psikologis; sesuai tujuan pemeriksaan.

Pemeriksaan dilakukan secara sistematik :

o inspeksi

o palpasi perkusi

o Auskultasi

Inspeksi

Inspeksi memakai indera mata. Bagian yang diperiksa harus terbuka;

diusahakan pasien sendiri yang membuka pakaiannya untuk pemeriksaan. Pakaian

sebaiknya tidak dibuka sekaligus, dibuka sebagian demi sebagian. Diperlukan

selimut untuk menutup bagian tubuh sementara (misalnya kaki, perut). Pada

inspeksi diperhatikan sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerak abnormal yang

tidak dapat dikendalikan.

Sikap

Bentuk

Perhatikan adanya deformitas.

Ukuran

32

Page 33: Makalah Kel. 1

Perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan yang

kanan. Orang dewasa yang mengalami lumpuh sejak masa kanak-kanak,

ukuran ekstremitas yang lumpuh lebih pendek daripada yang sehat. Kemudian

perhatikan besar (isi) kontur (bentuk) otot. Adakah atrofi atau hipertrofi.

Perhatikan kontur (bentuk) otot. Pada atrofi besar otot berkurang dan

bentuknya berubah. Kelumpuhan jenis perifer disertai oleh hipotrofi atau

atrofi.

Gerakan abnormal yangtidak terkendali

Di antara gerakan abnormal yang tidak terkendali yang kita ialah: tremor,

khorea, atetose, distonia, balismus, spasme, fasikulasi, dan miokloni.

Tremor

Tremor ialah serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran,

yang timbul karena berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara

bergantian. la dapat melibatkan satu atau lebih bagian tubuh. Jenis tremor

yang perlu kita kenal ialah: tremor normal atau fisiologis; tremor halus

(disebut juga tremor toksik) dan tremor kasar.

Khorea

Pada khorea gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong, aritmik dan

kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh badan atau seluruh

badan.

Atetose

Berlainan dari khorea yang gerakannya berlangsung cepat, mendadak, dan

terutama melibatkan bagian distal.

Balismus

Balismus (hemibalismus) ialah gerak otot yang datang sekonyong-konyong,

kasar dan cepat, dan terutama mengenai otot-otot skelet yang letaknya

proksimal.

Spasme

Spasmus merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi otot-otot

yang biasanya disarafi oleh satu saraf

Tik (tic)

33

Page 34: Makalah Kel. 1

Tik merupakan suatu gerakan yang terkoordinir, berulang, dan melibatkan

sekelompok otot dalam hubungan yang sinergistik.

Fasikulasi

Fasikulasi merupakan gerakan halus, cepat dan berkedut dari satu berkas

(fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik.

Miokloni

Miokloni ialah gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat,

sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik dan tidak terkendali.

Palpasi

Palpasi adalah melakukan tindakan meraba dengan satu atau dua tangan

atau jari tangan. Palpasi merupakan usaha untuk menegaskan apa yang dilihat,

disamping untuk

menemukan yang tidak terlihat

Palpasi membedakan :

o tekstur : dengan ujung jari (satu atau lebih), kasar, lembut, nodul

o dimensi : ukuran dengan penggaris

o konsistensi : dilakukan dengan ujung jari, tergantung densitas/ketegangan

jaringan : lunak, kenyal (seperti karet), keras (seperti batu)

o suhu : perkiraan, memakai punggung ujung jari (bagian tersebut kulit tipis,

banyak saraf), hangat, dingin

o apabila ditemukan benjolan, maka perlu diketahui apakah benjolan bergerak

atau tidak

o lembab, kering

o Ballotment : adalah mendeteksi benda yang bergerak dalam cairan

o Palpasi dapat juga menemukan getaran (thrill) misalnya pada pemeriksaan

struma yang hipertiroid. Juga pada atau pemeriksaan fremitus suara paru.

Palpasi pada Extremitas Inferior

Sebelum anda menyentuh bagian-bagian ekstremitas inferior mintalah

kepada penderita untuk memberi tahukan nada bila terasa sakit. Raba untuk:

34

Page 35: Makalah Kel. 1

o nyeri tekan

o panas

o pembengkakan

o fluktuasi (efusi)

o krepitasi (sensasi gemeretak/suara gesekan antara tulang dengan tulang).

Krepitasi biasanya berhubungan dengan fraktur atau osteoarthritis.

Tes ruang gerak sendi secara pasif dan aktif, (harus dilakukan dengan

lembut), apakah gerakan secara pasif sama jauhnya seperti gerakan aktif.

Keterbatasan ruang gerak sendi mungkin diakibatkan oleh :

o nyeri

o kaku otot

o kontraktur

o inflamasi

o penebalan struktur partikuler

o efusi kedalam rongga sendi

o pertumbuhan tulang / kartilago

o keadaan nyeri yang tidak berhubungan dengan sendi (mungkin otot / tulang)

Bandingkan temperatur kulit kaki, tungkai bawah dan paha. Rasakanlah

pulsasi arteria femoralis, poplitea, tibialis posterior, dan dorsalis pedis.

o Arteria femoralis dipalpasi pada pertengahan antara spina illiaca anterior

superior dan sympisis pubis tepat dibawah ligamentum inguinale.

o Arteri poplitea yang paling baik dipalpasi secara dalam pada fossa poplitea

sedikit ke sisi lateral antara tendon-tendon paha; penderita dalam posisi

mukanya menghadap ke bawah dengan lutut di fleksikan 90 derajad. Pulsus

poplitea terletak dalam fossa poplitea dapat diraba dengan sedikit

memfleksikan lutut.

o Posisi penderita untuk palpasi arteri poplitea. Pemeriksa menyangga tungkai

bawah penderita dalam keadaan fleksi hampir 90 derajat dengan satu lengan

dan mengadakan palpasi pada fossa poplitea dengan tangan lainnya. Pulsus

poplitea dapat hanya terasa hanya pada posisi ini

35

Page 36: Makalah Kel. 1

o Arteri tibialis posterior dapat diraba pada pertengahan antara tendon asiles dan

maleolus medialis. Pulsus tibialis posterior terletak postero inferior dari

maleolus medialis tibia

o Arteri dorsalis pedis terasa pada pertengahan antara mata kaki dan basis jari-

jari. Ini tepat sebelah lateral tendon muskulus ekstensor hallucis longus yang

terlihat apabila penderita mengadakan dorso fleksi ibu jari kakinya. Kadang-

kadang arteri dorsalis pedis dibentuk oleh ramus perforate arteri peronea, jika

demikian akan didapati pada posisi yang lebih ke lateral. Pulsus dorsalis pedis

terletak menyilang arkus dorsum pedis.

o Arteri tibialis anterior dapat terasa pada bagian lateral tendo muskuli extensor

halucis longus pertengahan antara maleoli. Mintalah penderita agar

menggerakkan ekstrimitasnya dalam jangkauan yang normal.

Palpasi pada Ekstremitas Superior

Rasakan pulsus radialis, ulnaris, brakialis dan aksilaris. Arteri radialis dan

ulnaris dapat diraba sebelah medial prosesus stiroideus radii et ulnae, masing –

masing pada permukaan volar pergelangan tangan. Palpasi arteri radialis dapat

dipalpasi untuk mengetahui kesimetrisan pulsasi. Jika keduanya teraba dan

normal, tidak perlu dinilai arteri brakialis kecuali untuk menentukan letak

stetoskop untuk sfigmomanometer.

Arteri brakialis terasa pada sebelah medial bagian sepertiga tengah lengan

atas dan pada bagian tengah fossa ante cubiti.Arteri aksilaris terasa paling baik

pada apeks aksila dengan lengan abduksi 900 pada bahu. Rasakanlah telapak

tangan dan perhatikan suhu serta kelembapannya. Mintalah pada penderita untuk

menggerakkan lengannya dalam jangkauan yang normal termasuk pergelangan

tangan, sendi siku dan sendi bahu. Neurofisiologi merupakan bagian dari bidang

Neurologi yang mempelajari sifat-sifat fisiologis saraf.

Adapun pemeriksaan neurofisiologis yang dapat dikerjakan antara lain

seperti : ENMG (Elektroneuromiografi) – biasa sering disebut EMG saja, EEG

(Elektroensefalografi), EP (Evoked Potensial-termasuk disini

SSEP/BAEP/VEP/MEP). Pada umumnya yang lazim dikerjakan di klinik sehari-

36

Page 37: Makalah Kel. 1

hari adalah : EMG, EEG, dan Evoked Potential (EP), tergantung dari keperluan

untuk menunjang diagnosa.

Belakangan ini, dari neurofisiologi klinik tersebut, dikembangkanlah alat

yang dinamakan Intraoperatif Neurofisiologi Monitoring. Gunanya adalah untuk

membantu dokter-dokter bedah (baik ahli bedah syarah, bedah tulang ataupun

THT) yang sedang melakukan tindakan operasi agar dapat meminimalisir risiko

operasi terhadap fungsi syaraf. Dalam naskah ini, pembahasan masalah diagnostik

lebih dititik beratkan pada EMG dan Evoked Potensial (terutama SSEP – Somato

Sensoric Evoked Potential) dan sifat pembahasan juga bersifat sangat superficial.

ENMG (ELEKTRONEUROMIOGRAFI)

EMG merupakan suatu pemeriksaan yang non-invasif dan dipergunakan

untuk memeriksa keadaan saraf perifer dan otot. Dan merupakan pelengkap dari

pemeiksaan klinis neurologis maupun pemeriksaan penunjang lain (mis. MRI),

sehingga dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan.

Jangkauan pemeriksaan EMG adalah sesuai dengan gangguan Lower

Motor Neuron (LMN) yang meliputi cornu anterior, radiks, pleksus, saraf prefier,

paut saraf otot dan otot.

EMG klinik mempelajari:

- amplitudo potensial

- waktu/durasi potensial

- fase potensial

- recruitment (jumlah potensial yang dapat diaktifkan)

NEUROGRAFI, mempelajari :

- kecepatan hantar saraf (baik motorik maupun sensorik)

- F Wave

- H Refleks

SOMATO SENSERIC EVOKED POTENTIAL (SSEP)

37

Page 38: Makalah Kel. 1

Adalah pemeriksaan yang dipergunakan untuk melihat atau mempelajari

lesi-lesi yang letaknya lebih proksimal, sepanjang jaras somato-sensorik (dengan

kata lain yang tidak terjangkau dengan EMG – jadi dapat yang bersifat Upper

Neuron/UMN).\

INTRAOPERATIF NEUROFISIOLOGIK MONITORING

Suatu tindakan yang dikerjakan akan menempuh resiko. Lapangan

intraoperatif merupakan satu bagian yang penuh dengan resiko dan pembedahan

itu sendiri dapat menimbulkan berbagai resiko pada system persyarafan dan

anggota gerak. Pembiusan (anaesthesia) diaplikasikan untuk mencapai

penekanan /supresi pada fungsi motorik dan sensorik pasien selama proses

pembedahan, namun supresi tersebut tidak mampu memberikan informasi klinis

dini/memberi peringatan dini kepada operator jika terjadi bahaya yang

mengancam, yang tepat pada waktunya.

Sebagai metode alternatif dari monitoring dan untuk menjaga keselamatan

fungsi syaraf dari seorang pasien yang pada saat sedang dalam keadaan terbius

total, merupakan tujuan dari intraoperatif neurofisiologik monitoring.

Intraoperatif Neurofisiologik Monitoring merupakan bagian dari neurofisiologi

yang tergolong berusia masih sangat muda. Alat ini baru dipergunakan sejak

tahun 1994 di Amerika Serikat. Idealnya adalah bahwa prosedur monitoring ini

tidak menambah resiko dari pembedahan, akan tetapi sebaliknya dapat

menunjukan manfaat yang positif dalam mengurangi insiden yang dapat

membahayakan system persyarafan.

Suatu tujuan dari intraoperatif neurofisiologik monitoring yaitu

mendeteksi pada saat yang tepat setiap terjadi kemundurang fungsi pada system

persarafan yang dapat terjadi selama operasi berlangsung, sehingga dapat segera

kepada operator untuk segera memodifikasi tindakan pembedahan agar fungsi

dapat tetap terpelihara.

Manfaat

38

Page 39: Makalah Kel. 1

Adapun kegunaan intraoperatif neurofisiologik monitoring ini sangatlah

luas. Dengan kemajuan teknologi kedokteran dan komputer yang demikian

canggih, maka terciptalah alat ini yang dapat mengawal setiap fungsi syaraf dalam

berbagai tindakan pembedahan.

Jenis-jenis teknik neurofisiologik monitoring

- EEG (Somato Sensoric Evoked Potential)

- BAEP (Brainstem Auditory Evoked Potential)

- MEP (Motor Evoked Potential)

- NAP (Nerve Action Potential)

Dengan tersedianya bermacam-macam jenis pemeriksaan neurofisiologik

yang ada, maka kita dapat memilih/melakukan setting yang diperlukan untuk

memonitoring suatu jenis tindakan pembedahan/invasi yang akan dilakukan.

Kesimpulan

Neurofisiologi merupakan bagian dari disiplin ilmu neurology yang

mempunyai lapangan begitu luas. Suatu diagnosa dapat dibantu untuk ditegakan

dengan mempelajari fisiologi/faal dari saraf. Juga dengan semakin

berkembangnya ilmu kedokteran, maka neurofisiologi ini dapat dipergunakan

dalam memonitoring suatu tindakan pembedahan, sehingga dapat memperkecil

risiko tindakan.

BAB II

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK

39

Page 40: Makalah Kel. 1

Sistem motorik adalah suatu system yang mengontrol atau yang mengatur

hal ikhwal yang berkaitan dengan otot skeletal yang terdiri dari unsur saraf dan

muscular.

Pemeriksaan fisik/ fisik diagnosis

Pemeriksaan motoris, sensoris maupun refleks palpasi sangat penting

artinya dalam klinis. Pada saat palpasi pasien diminta mengistirahatkan ototnya

kemudian ototnya dipalpasi dengan tujuan untuk menentukan konsistensi dan

adanya nyeri tekan. Sekelompok otot dapat dirasakan lebih keras ataupun lebih

lembek pada palpasi. Sedangkan nyeri tekan otot merupakan gejala miositis, jejas

otot, keletihan karena terlampau lama diam dalam sikap tertentu atau terlalu lama

dalam keadaan spasmus reflektorik,dll.

Sistem motorik meliputi beberapa komponen :

Neuron Sentral : merupakan neuron neuron dari korteks motorik ke inti inti

saraf di batang otak dan medulla spinalis. Neuron sentral ini disebut UMN

(Upper Motor Neuron).

Neuron Perifer : merupakan neuron saraf dari inti motorik di batang otak dan

medulla spinalis ke otot. Neuron Perifer ini disebut LMN (Lower Motor

Neuron).

Motoric End Plate merupakan penghubung antara neuron dan otot.

Otot.

SUSUNAN SOMATO MOTORIK

40

Page 41: Makalah Kel. 1

UNSUR SARAF UNSUR MUSKULER

UMN LMN MOTORIC END PLATE OTOT

SKELETAL

SUS. PIRAMIDAL SUS. EKSTRA PIRAMIDAL

Upper Motor Neuron (UMN)

Rangsangan saraf yang disalurkan melalui saraf disebut Impuls. Impuls ini

disampaikan ke otot untuk menghasilkan gerakan gerakan otot disebut impuls

motorik. Semua neuron di korteks serebri yang menyalurkan impuls motorik ke

inti motorik di LMN tergolong dalam UMN.

UMN ini disusun oleh

Susunan pyramidal

Susunan ekstra pyramidal

Susunan Pyramidal

Dimulai dari sel sel neuron di lapisan ke 5 korteks presentralis (area 4

Broadman) dan akson aksonnya menyusun system pyramidalis. Neuron neuron

tersebut tertata didaerah gyrus presentralis yang mengatur gerakan otot tubuh

tertentu dinamakan Penataan Somatotropik. Akson akson neuron di gyrus

presentralis menuju ke neuron neuron yang menyusun inti saraf otak motorik dan

neuron neuron yang terletak di kornu anterior seluruh medulla spnalis . hubungan

akson tersebut bersifat monosinaptik dan kontralateral.

Akson ini membentuk suatu berkas yang disebut TRAKTUS

PYRAMIDALIS yang terdiri dari:

Serabut kortikobulbaris (ke inti motorik saraf otak)

Serabut kortikospinalis (ke kornu anterior medulla spinalis)

41

Page 42: Makalah Kel. 1

Gerakan yang dibangkitkan oleh impuls pyramidalis menimbulkan

gerakan yang bersifat :

Halus, luwes, tepat dan khusus.

Melibatkan otot otot distal lebih sering dari pada otot proksimal

Lebih banyak mempengaruhi fungsi anggota gerak atas dari pada anggota

gerak bawah.

Terutama mengelola motor unit yang kecil secara kontralateral.

Susunan Ekstra Pyramidal

Impuls-impuls ekstrapyramidal sebelum tiba di motoneuron terlebih

dahulu mengalami berbagai pengolaha & perubahan di inti-inti yang dalam.

Inti inti yang menyusun ekstrapyramidal :

Korteks motorik tambahan (area 4, 6, 8 )

Ganglia basalis : nucleus kaudatus, putamen, globus pallidus, substansia

nigra, korpus subtalamikum (Luysii), nucleus ventrolateralis Talami.\

Nucleus Ruber & substansia retikularis atang otak.

Serebellum

System ekstrapiramidalis ini dibagi atas 3 lintasan :

Lintasan Sirkuit Pertama

Lingkaran yang disusun oleh jaras jaras penghubung berbagai inti

melewati korteks piramidalis (area 4 ) , area 6, oliva inferior, inti inti pontis,

korteks serebelli, nucleus dentatus, nucleus rubber, nucleus ventrolateralis talami,

korteks pyramidalis & ekstrapiramidalis.

Peranan sirkuit ini memberikan FEEDBACK kepada korteks pyramidalis

& ekstrapiramidalis yang berasal dari korteks serebellum. Gangguan feedback

lintasan ini timbul :

o Ataksia

o Dismetria

o Tremor sewaktu gerakan volunteer berlangsung.

Lintasan Sirkuit Kedua

42

Page 43: Makalah Kel. 1

Menghubungkan korteks area 4S & area 6 dengan korteks motorik

piramidalis & ekstrapiramidalis melalui substansia nigra, globus pallidus, nucleus

ventrolateralis talami.

Tujuan pengelolaan impuls piramidalis & ekstrapiramidalis untuk

mengadakan INHIBISI terhadap korteks piramidalis & ekstrapiramidakis, agar

gerakan volunteer yang bangkit memiliki ketangkasan yang sesuai. Gangguan

pada substansia nigra menimbulkan :

o Tremor sewaktu istrahat

o Gejala-gejala motorik lain : sering ditemukan pada sindroma Parkinson

Lintasan Sirkuit Ketiga

Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 & area 4S untuk

diolah secara berturut-turut oleh nucleus kaudatus, globus palidus & nucleus

ventrolateralis talami. Hasil pengolahan ini dengan dicetuskan impuls oleh

nucleus ventrolateralis talami yang dipancarkannya ke korteks piramidalis &

ekstrapiramidalis (area 6). Impuls terakhir ini melakukan tugas INHIBISI .

sebagian impuls ini disampaikan oleh globus pallidus kepada nucleus Luysii.

Bila area 4S & 6 tidak dikelola oleh impuls tersebut maka :

- Timbul gerakan involunter ( gerakan spontan yang tidak dapat dikendalikan)

o Khorea

o Atetosis

Keduanya akibat lesi di nucleus kaudatus & globus pallidus

o Balismus akibat lesi di Nukleus Luysii

Peranan / aktivitas susunan ekstrapiramidal :

- Mengurus regulasi & integrasi gerakan sekutu / mengurus komponen tonik

dari gerakan volunteer.

- Mengintegrasikan aktivitas serebellum dalam perencanaan untuk mencetuskan

impuls motorik involunter & volunter.

Gangguan pergerakan UMN memberikan gejala gejala berupa :

- Parese / paralysis

- Spastis, tonus meninggi & clonus (kaki & lutut)

43

Page 44: Makalah Kel. 1

- Hyper-refleksia

- Reflex patologi (+)

- Tidak ada atropi tapi bisa terdapat disuse atropi

LOWER MOTOR NEURON (LMN)

Merupakan neuron susunan neuromuskulus yang langsung berhubungan

dengan otot. LMN dapat dijumpai pada batang otak sebagai sel-sel motorik dari

inti saraf dan pada medulla spinalis sebagai sel-sel motorik di cornu anterior.

Gangguan pergerakan LMN terjadi apabila lesi paralysis terdapat pada

Motoneuron, Neuroaxis (axon), Motor end plate & Otot.

Gejala-gejala berupa :

- Parese/ paralysis yang sifatnya flaccid (lemas)

- Arefleksia

- Tidak ada refleks patologis

- Timbul atropi oto

Perbedaan UMN & LMN

UMN LMN

Kekuatan Parese - Paralisis Parese – Paralisis

Tonus Meningkat /Spastik

Clonus (+)

Menurun Flaccid

Refleks Fisiologis Menigkat Menurun – hilang

Refleks Patologi + -

Atropi Disuse Atropi (+)

A. PEMERIKSAAN FISIK / FISIK DIAGNOSTIK

Baik dalam pemeriksaan motoris, sensoris maupun refleks palpasi sangat

penting artinya dalam klinis. Pada saat palpasi, Pasien diminta mengistirahatkan

44

Page 45: Makalah Kel. 1

ototnya kemudian ototnya dipalpasi dengan tujuan untuk menentukan: Konsistensi

dan adanya nyeri tekan. Sekelompok otot dapat dirasakan lebih keras ataupun

lebih lembek pada palpasi. Adapun arti klinisnya antara lain:

Konsistensi keras pada :

spasmus otot

perubahan patologik pada otot sendiri seperti miotonia, penyakit

McArdle,dll.

kelumpuhan UMN

gangguan gerakan akibat lesi UMN pada susunan ekstrapiramidalis yang

diikuti rigiditas.

kontraktur otot.

Konsistensi lembek pada :

kelumpuhan LMN akibat denervasi otot .

kelumpuhan LMN akibat lesi di motor end plate

Sedangkan nyeri tekan otot merupakan gejala miositis, jejas otot, keletihan

karena terlampau lama diam dalam sikap tertentu atau terlalu lama dalam keadaan

spasmus reflektorik, dll.

Nilai tonus otot pada berbagai posisi anggota gerak

Urutan tindakan pemeriksaan motorik :

1. Observasi

2. Ketangkasan gerakan Volunter

3. Status otot skeletal

4. Tonus Otot

Observasi

45

Page 46: Makalah Kel. 1

– Gaya berjalan

– Sikap pasien

– Simetris/ asymetris sikap tubuh

46

Page 47: Makalah Kel. 1

47

Page 48: Makalah Kel. 1

48

Page 49: Makalah Kel. 1

Ketangkasan gerakan Volunter

• Yaitu untuk mengetahui apakah pasien masihdapat menekukkan lengannya di

sendi siku, mengangkat lengan di sendi bahu, mengepal & meluruskan jari –

jari tangan.

• Demikian pula untuk tungkai, apakah pasien dapat menekukkan tungkainya di

sendi lutut & panggul serta menggerakkan jari kakinya. Status otot skeletal

Atropi otot : yaitu hilangnya / mengecilnya bentuk otot yang disebabkan oleh

musnahnya serabut otot

– Atropi neurogenik : karena kerusakan disalah satu

komponen motorneuron yaitu di motorneuronnya sendiri

atau aksonnya.

– Atropi miogenik : atropi oleh karena penyakit otot.

Ditemukan pada:

– distropia muskulorum

– miositis

– miopatia

Status otot skeletal

Atropi otot

• Atropi artrogenik : akibat artropatia atau arthritis, otot-otot disekitar

persendian yang terkena menjadi atropik.

• Disuse atropi : akibat anggota gerak yang lama sekali tidak digunakan.

Biasanya ditemukan pada :

– Anggota gerak yang lama dibungkus gips

– Penyakit sistemik menahun

49

Page 50: Makalah Kel. 1

Hipertropi otot

– Hipertropi tulen : kontraksi otot yang berlangsung berulangulang & terus

menerus. Misalnya : tortikolis spasmodic disini otot sternokleidomastoideus

menjadi besar.

• Pseudohipertropi : bertambahnya jaringan lemak & pengikat, sehingga

konsistensinya lembik dan tenaga berkurang. Misalnya : distrofi muskulorum

progresiva

Fasikulasi :

Kedutan kedutan kulit yang timbul secara cepat tapi sejenak. Ini disebabkan oleh

kontraksi sekelompok serabut otot yang berada dibawah kulit tersebut. Mioklonia

yaitu fasikulasi yang benigna, kedutan kulit yang timbul tidak secepat gerakan

fasikulasi & berlangsung lebih lama.

– Perubahan konsistensi otot

• Konsistensi otot yang keras oleh karena spasmus otot disebabkan oleh

kelumpuhan UMN, kontraktur otot.

• Konsistensi otot yang lembik kelumpuhan LMN

– Nyeri tekan otot

• Gejala miosistis, jejas otot

• Keletihan karena terlampau lama berdiam dalam sikap tertentu

• Dalam keadaan spasmus secara reflektorik

– Efek otot terhadap perkusi

• Mioedema : penimbulan sejenak tempat yang telah diperkusi dapat

dijumpai pada :

– orang sehat tertentu (jarang)

– penderita miksedema

– penderita dengan keadaan gizi buruk

• Reaksi miotonik : dapat dibangkitkan pada penderita miotonia. Tempat

yang diperkusi menjadi ekung untuk beberapa detik oleh karena kontraksi

otot yang bersangkutan lebih lama.

50

Page 51: Makalah Kel. 1

Tonus Otot

Yaitu tegangan / tahanan otot saat relaksasi /kendor terhadap gerakan pasif.

Syarat pemeriksaan:

• Pasien harus tenang dan bersikap santai

• Ruang periksa harus tenang, tidak terlalu dingin atau panas

PENILAIAN TONUS OTOT :

» Normal

» Meningkat

» Menurun

Tonus sangat meningkat berarti pemeriksa mendapat kesulitan untuk menekukkan

dan meluruskan lengan & tungkai di sendi siku & lutut.

51

Page 52: Makalah Kel. 1

• Apabila terdapat tahanan yang terasa secara sinambung , maka tonus otot yang

meningkat itu disebut SPASTISITAS.

• Bila tahanan itu hilang timbul secara berselingan sewaktu bagian anggota

gerak ditekuk dan diluruskan disebut RIGIDITAS. 12

• Apabila terdapat tahanan yang terasa secara sinambung , maka tonus otot yang

meningkat itu disebut SPASTISITAS.

• Bila tahanan itu hilang timbul secara berselingan sewaktu bagian anggota

gerak ditekuk dan diluruskan disebut RIGIDITAS.

Tindakan pemeriksaan tonus otot lainnya yaitu

Test “Kepala Jatuh”

• Kepala pasien yang berbaring terlentang diangkat dengan tangan kanan

pemeriksa, kemudian kepala dilepaskan dan ditangkap oleh tangan kiri si

pemeriksa yang sudah disiapkan untuk menangkap kepala yang jatuh itu.

• Pada spastisitas & rigiditas kepala tidak langsung jatuh.

• Jika tonus rendah, kepala langsung jatuh.

Test tungkai Bergoyang Menurut Wartenberg

• Pasien diperiksa sambil duduk dengan kedua tungkai digantung, kemudian

sipemeriksa meluruskan salah satu tungkai pasien dan secara tiba-tiba tungkai

itu dilepaskan.

• Tungkai bawah pasien akan bergoyang – goyang kian kemari bagaikan bandul

lonceng jika ada hipotonia.

• Bila hipertonia maka gerakan hanya dua tiga kali saja kemudian berhenti

bergoyang

52

Page 53: Makalah Kel. 1

• Hipotonia : pada palpasi sekelompok otot terasa kendor, anggota gerak dapat

digoyangkan dengan mudah & tahanan otot sewaktu difleksikan &

diekstensikan tak terasa.

• Refleks tendon menurun / tidak ada. Terdapat pada :

• Kelainan LMN poliomyelitis, polyneuritis, lesi traumatic saraf perifer,

distrofi muskulorum progresif.

• Penyakit serebellar

• Lesi transversal medulla spinalis spinalis akut.

Hipertonia : keadaan tonus otot yang meninggi dapat bersifat spastic / rigid.

– Spastisitas : tahanan yang berlangsung secara sinambung sewaktu gerakan

fleksi & ekstensi anggota gerak dilakukan.

– Refleks tendon meningkat.

– Tenaga otot menurun.

53

Page 54: Makalah Kel. 1

• Rigiditas : hipertonia yang pada penilaian tonus otot dirasakan adanya tahanan

yang hilang timbul secara berselingan.

• Refleks tendon tidak terlalu meningkat.

Kekuatan Otot :

• Penilaian kekuatan otot ini merupakan salah satu pemeriksaan yang harus

dilakukan pada pemeriksaan neurology.

• Kekuatan otot yang diperiksa :

– Sewaktu otot melakukan gerakan (power, kinetic)

– Sewaktu menahan / menghambat / melawan gerakan (static).

– Kadang kelemahan otot baru diketahui bila penderita disuruh melakukan

serentetan gerakan pada satu periode (endurance).

• Untuk melakukan pemeriksaan kekuatan otot harus diketahui fungsi masing

masing otot yang diperiksa.

Penilaian kekuatan otot :

• 0 : Tidak ada kontraksi otot.

• 1 : Kontraksi otot tanpa gerakan yang nyata 0 – 10%

• 2 : Dapat menggerakkan / menggeser lengan tanpa adanya beban 11 – 25%

• 3 : Dapat mengangkat lengan melawan gaya berat 26 – 50%

• 4 : Dapat mengangkat lengan ditambah dengan tahanan 51 – 75 %

• 5 : Dapat mengangkat lengan melawan gaya berat & beban tahanan

maksimum beberapa kali tanpa tanda-tanda kelelahan 76 – 100%.

54

Page 55: Makalah Kel. 1

55

Page 56: Makalah Kel. 1

TES-TES KHUSUS PADA PEMERIKSAAN MOTORIK

Pemeriksaan kekuatan otot.

Penderajatan tenaga otot antara yang normal dan subnormal adalah yang

paling sukar. Sedangkan penderajatan antara lumpuh total dan normal adalah yang

paling mudah. Dalam melakukan penderajatan dapat digunakan 4 metode yang

sedikit berbeda:

56

Page 57: Makalah Kel. 1

Pasien disuruh menahan usaha si pemeriksa untuk menggerakan salah satu

anggota geraknya.

Pasien diminta untuk menggerakan bagian anggota geraknya dan si pemeriksa

menahan gerakan yang akan dilaksanakan pasien itu.

Pasien diminta untuk melakukan gerakan kearah yang melawan gaya tarik

bumi (gravitasi bumi).

Gerakan-gerakan voluntary yang harus dinilai secara umum adalah sebagai

berikut:

Pada extremitas tubuh bagian atas:

Ekstensi dan fleksi di sendi siku:

Penggerak utama pada gerakan eksentasi sendi siku adalah otot triseps

(C6,7,8).

Penggerak utama pada gerakan fleksi sendi siku adalah otot biseps

(C5,6).

57

Page 58: Makalah Kel. 1

Gambar 1 : pemeriksaan ekstensi dan fleksi sendi siku

Ekstensi dan fleksi di pergelangan tangan.

Penggerak utama pada gerakan eksentasi pergelangan tangan adalah

otot ekstensor karpi radialis dan otot ekstensor karpi ulnaris yang

diinervasi oleh N.radialis.

58

Page 59: Makalah Kel. 1

Gambar 2: pemeriksaan ekstensi sendi pergelangan tangan

Penggerak utama pada gerakan fleksi sendi pergelangan tangan adalah

otot fleksor karpi radialis (C6-7, N.medianus) dan otot fleksor karpi

ulnaris.

59

Page 60: Makalah Kel. 1

Gambar 3 : pemeriksaan fleksi sendi pergelangan tangan

Abduksi dan aduksi pada jari-jari tangan

Penggerak utama pada gerakan abduksi jari-jari tangan adalah otot-otot

interossei dorsalis yang diinervasi oleh N.ulnaris.

Gambar 4: pemeriksaan abduksi jari-jari tangan

Penggerak utama pada gerakan adduksi jari-jari tangan adalah otot-otot

interossei palmaris yang diinervasi oleh N.ulnaris.

60

Page 61: Makalah Kel. 1

Gambar 5: pemeriksaan adduksi jari-jari tangan

Ekstensi dan fleksi jari-jari tangan.

Penggerak utama pada gerakan ekstensi jari-jari tangan adalah otot-

otot ekstensordigitorum diinervasi oleh N.radialis

Penggerak utama pada gerakan fleksi jari-jari tangan adalah otot-otot

flexsor digitorum profundus yang diinervasi oleh N.ulnaris dan

N.medianus.

Gambar 6: pemeriksaan ekstensi dan fleksi jari-jari tangan

Pada ekstremitas tubuh bagian bawah.

Ekstensi dan fleksi pada sendi panggul.

Penggerak utama pada ekstensi sendi panggul adalah otot gluteus

maksimus diinervasi oleh N.gluteus inferior.

61

Page 62: Makalah Kel. 1

Gambar 7: pemeriksaan ekstensi pada sendi panggul

Penggerak utama pada fleksi sendi panggul adalah otot-otot illiopsoas

yang diinervasi oleh N.femoralis.

62

Page 63: Makalah Kel. 1

Gambar 8: pemeriksaan fleksi pada sendi panggul

Ekstensi dan fleksi pada sendi lutut

Penggerak utama pada gerakan ekstensi sendi lutut adalah otot

quadriceps femoris yang diinervasi oleh N.femoralis.

.

63

Page 64: Makalah Kel. 1

Gambar 9 : pemeriksaan ekstensi pada lutut

Penggerak utama pada gerakan fleksi sendi lutut adalah Hamstring

muscle yang diinervasi oleh N.ischiadicus.

Gambar 10 : pemeriksaan fleksi pada lutut

Abduksi dan adduksi pada kaki

Penggerak utama pada gerakan abduksi kaki adalah otot-otot abductor

paha (otot gluteus maksimus,gluteus medius,dan gluteus minimus)

yang diinervasi oleh N.gluteus superior.

64

Page 65: Makalah Kel. 1

Gambar 11 : pemeriksaan abduksi pada kaki

Penggerak utama pada gerakan adduksi adalah otot-otot adductor (otot

pektineus,adductor longus,adductor brevis,adductor

magnus,grasilis,obturator eksternus) yang di inervasi oleh

N.obturatorius.

65

Page 66: Makalah Kel. 1

Gambar 12 : pemeriksaan adduksi pada sendi panggul

Dorsofleksi dan plantarfleksi pada kaki.

Penggerak utama pada gerakan dorsofleksi pada kaki adalah otot

tibialis anterior yang diinervasi oleh N.peroneus profundus.

66

Page 67: Makalah Kel. 1

Gambar 13: pemeriksaan dorsofleksi kaki

Penggerak utama pada gerakan plantarfleksi pada kaki adalah otot

gastroknemius dan soleus yang di inervasi oleh N.tibialis.

Gambar 14 : pemeriksaan plantarfleksi kaki

67

Page 68: Makalah Kel. 1

Pada pemeriksaan kekuatan otot selalu pemeriksa memberikan penahanan

yang berlawanan terhadap gerakan yang di lakukan oleh pasien.

Pemeriksaan tonus

Test kepala jatuh

Kepala pasien yang berbaring terlentang di angkat dengan tangan

kanan pemeriksa

Kepala dilepaskan dan di tangkap oleh tangan kiri pemeriksa.

Pada adanya spastisitas dan rigiditas kepala tidak langsung jatuh,akan

tetapi jika tonus otot rendah,kepala langsung jatuh di tangan pemeriksa

yang telah di siapkan.

Test lenggang lengan

Pasien di periksa sambil berdiri.

Kedua tangan pemeriksa di tempatkan di kedua bahu pasien atau kedua

samping pinggang pasien.

Kemudian badan pasien digelengkan kekanan dan kiri berselingan

berulang kali.

Jika terdapat hipotoni kedua lengan pasien akan berlenggang secara

pasif dan mudah.

Jika hipertoni maka lengan tampak kaku dan sudut ayunan lengan

kecil.

Test menggoyang-goyangkan tangan.

Lengan pasien di pegang oleh tangan pemeriksa di pertengahan lengan

bawah.

Tangan berikut jari-jari pasien di goyang-goyangkan secara pasif

dengan menggerak-gerakkanlengan bawah pasien.

Jika terdapat hipotoni tangan pasien akan jatuh lunglai secara pasif

searah dengan arah gerakan lengan bawah.

68

Page 69: Makalah Kel. 1

Jika hipertoni garakan tangan di persendian tidak berjalan dengan

lancer dan jari-jarinya tidak mengikuti gerakan tangan,melainkan akan

tetap lurus.

Test lengan jatuh.

Lengan pasien di angkat secara pasif oleh pemeriksa

Lalu di lepaskan secara tiba-tiba

Jika hipotonia lengan pasien akan jatuh lunglai,tetapi jika tunus otot

meningkat maka lengan tidak langsung jatuh

Pada adanya paresis UMN ringan,lengan yang diangkat secara pasif

keatas bahu dan kemudian dijatuhkan,akan jatuh dalam posisi pronasi

Test tungkai bergoyang-goyang menurut wartenberg

Pasien di periksa sambil duduk dengan kedua tungkainya di gantung

Kemudian pemeriksa meluruskan salah satu tungkai pasien dan secara

tiba-tiba tungkai itu di lepaskan

Jika terdapat hipotonia maka tungkai bawah pasien akan bergoyang

kesana kemari seperti bandul lonceng

Jika terdapat hipertonia maka tungkai bawah pasien hanya bergoyang

dua tiga kali saja lalu dengan jangkauan gerakan pendularnya tidak

jauh.

Test tungkai jatuh

Pasien diperiksa dalam sikap telentang.

Salah satu tungkai pasien dalam sikap lurus di angkat secara pasif

dengan tangan kanan pemeriksa

Tungkai tersebut di lepaskan dan tangan kiri pemeriksa siap untuk

menangkap tersebut secara pasif.

Jika terdapat hipotonia tungkai bawah langsung jatuh yang di susul

kemudian oleh tungkai atas.

69

Page 70: Makalah Kel. 1

Jika terdapat hipertonia,maka jatuhnya tungkai berlangsung lambat dan

sewaktu tungkai jatuh masih dalam keadaan lurus.

Pemeriksaan tambahan khusus

Pada umumnya kelumpuhan yang ringan sekali nampak pada pasien

sebagai gangguan ketangkasan,misalnya kesukaran menutup dan membuka

kancing baju,kesukaran menggantungkan pakaian,kesukaran memakai atau

melepaskan sandal,dll.Oleh karena itu sangat penting melakukan pemeriksaan

tambahan sebagai berikut:

Test pronasi ringan

Lengan yang paretic UMN cenderung selalu berpronasi.Kecenderungan ini

tampak dengan jelas pada para penderita khorea-atetosis dan hemiparesis

akibat lesi di traktus piramidalis.

Tanda pronasi menurut strumpell

Gerakan fleksi lengan bawah di sendi siku secara volunteer akan

disusul dengan berpronasinyalengan bawah

Pada paresis UMN, telapak tangan tidak menghadap ke bahu,

melainkan dorsum manus yang menghadap ke bahu.

Test sikap tangan sembahyang

Sebagai posisi awal, kedua tangan di angkat dalam sikap

sembahyang cara islam

Lalu kedua lengannya di angkat dengan posisi yang tidak diubah.

Setelah kedua tangan berada di atas kepala,jari-jari kedua

tangannya harus menyentuh satu dengan yang lain

Pada orang yang hemiparetik UMN tidak dapat berbuat demikian

oleh karena tangan yang paretic UMN akan berpronasi sehingga

jari-jari kedua tangan tidak dapat bersentuhan secara sepadan

Test menggoyang-goyangkan lengan

Kedua lengan di luruskan kedepan dan telapak tangan terbuka

keatas

70

Page 71: Makalah Kel. 1

Lalu kedua lengan tersebut di goyang-goyangkan ke atas

Pada orang dengan hemiparesis UMN ringan, setelah beberapa kali

digoyangkan keatas , lengan yang paretic akan merubah posisi dari

sikap lengan lurus ke depan menjadi pronasi.

Test deviasi lengan

Pasien di minta untuk meluruskan kedua lengannya secara horizontal

ke depan.

Dengan kedua mata tertutup ia harus mempertahankan sikap tersebut

Lengan yang paretic UMN ringan akan menurun dan menyimpang

dalam mempertahankan sikap tersebut.

Apabila paresis itu sudah cukup jelas, test ini tidak perlu dilakukan

Tanda tungkai Barre

Pasien disuruh berbaring terlungkup, lalu kedua tungkai bawahnya

harus ditekuk disendi lutut hingga hampir tegak lurus terhadap sendi

lutut.

Dalam posisi tersebut, tungkai yang paretic akan langsung jatuh, tetapi

jika paresinya ringan maka jatuhnya akan berangsur-angsur.

Hal ini dapat lebih diperjelas jika kedua tungkai bawah ditekuk hingga

membentuk sudut 45 terhadap bidang landasan.

Posisi tersebut diatas dipertahankan dengan bantuan pemeriksa, yang

mana suatu saat bantuan tersebut dilepaskan sehingga tungkai yang

paretic ringan akan segera jatuh.

Test lutut jatuh menurut wartenberg

Pasien disuruh berbaring terlentang dengan kedua tungkai diluruskan.

Sehelai kertas ditempatkan di bawah kedua kaki(tumit) pasien sebagai

landasan yang licin.

Lalu pasien diminta untuk menekuk lututnya.

Kaki yang sehat dapat melakukan gerakan tersebut akan tetapi tungkai

yang paretic UMN tidak dapat mempertahankan tertekuknya

71

Page 72: Makalah Kel. 1

lutut,sehingga lutut Jatuh dan kaki meluncur di atas kertas landasan

tersebut.

Test menggoyang-goyangkan lengan

Kedua lengan di luruskan kedepan dan telapak tangan terbuka

keatas

Lalu kedua lengan tersebut di goyang-goyangkan ke atas

Pada orang dengan hemiparesis UMN ringan, setelah beberapa kali

digoyangkan keatas , lengan yang paretic akan merubah posisi dari

sikap lengan lurus ke depan menjadi pronasi.

Test deviasi lengan

Pasien di minta untuk meluruskan kedua lengannya secara horizontal

ke depan.

Dengan kedua mata tertutup ia harus mempertahankan sikap tersebut

Lengan yang paretic UMN ringan akan menurun dan menyimpang

dalam mempertahankan sikap tersebut.

Apabila paresis itu sudah cukup jelas, test ini tidak perlu dilakukan

Tanda tungkai Barre

Pasien disuruh berbaring terlungkup, lalu kedua tungkai bawahnya

harus ditekuk disendi lutut hingga hampir tegak lurus terhadap sendi

lutut.

Dalam posisi tersebut, tungkai yang paretic akan langsung jatuh,

tetapi jika paresinya ringan maka jatuhnya akan berangsur-angsur.

Hal ini dapat lebih diperjelas jika kedua tungkai bawah ditekuk

hingga membentuk sudut 45 terhadap bidang landasan.

Posisi tersebut diatas dipertahankan dengan bantuan pemeriksa, yang

mana suatu saat bantuan tersebut dilepaskan sehingga tungkai yang

paretic ringan akan segera jatuh.

Test lutut jatuh menurut wartenberg

72

Page 73: Makalah Kel. 1

Pasien disuruh berbaring terlentang dengan kedua tungkai

diluruskan.

Sehelai kertas ditempatkan di bawah kedua kaki(tumit) pasien

sebagai landasan yang licin.

Lalu pasien diminta untuk menekuk lututnya.

Kaki yang sehat dapat melakukan gerakan tersebut akan tetapi

tungkai yang paretic UMN tidak dapat mempertahankan tertekuknya

lutut,sehingga lutut Jatuh dan kaki meluncur di atas kertas landasan

tersebut.

Tes tumit-lutut-ibu jari kaki (heel toknee to toe test )

- Pasien diminta menempatkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai

lainnya.

- lalu tumit tersebut harus melunjur dari lutut ke pergelangan kaki

melalui tulang tibia dan akhirnya memanjat dorsum pedis untuk

menyentuh ibu jari.

- Tes ini dilakukan kedua tungkai secara bergiliran.

- Pada gangguan serebral tumit jatuh di paha ataupun disamping lutut

dan akhirnya tumit dijatuhkan diatas jari-jari kaki bukan diatas ibu jari

Tes ibu jari kaki-jari telunjuk

Pasien diminta untuk menyentuh ibu jari telunjuk pemeriksa dengan ibu

jari kakinya secara berulang-ulang.

Test untuk mengungkapkan Disdiadokhokinesia

Diadhokhokinesia adalah kemampuan untuk untuk melakukan gerakan

secara berselingan .

Pasien diminta untuk mempronasi-supinasikan tangan, menepuk-nepuk

paha atau membolak-balikan tangan diatas paha secara berulang-ulang.

Kecanggungan melakukan gerakan tersebut menandakan adanya gangguan

diadokhokinesia yang disebut disdiadokhokinesia.

Test Rebound

73

Page 74: Makalah Kel. 1

Pasien diminta untuk mengaduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi

lengan bawah.

Siku difiksasi atau diletakkan pada meja periksa.

Kemudian pemeriksa menarik lengan bawah tersebut dan pasien diminta

untuk menahannya.

Lalu dengan mendadak pemeriksa melepaskan tarikan tersebut sehingga

lengan bawah pasien terlanjur berfleksi.

Pada orang dengan gangguan serebral ia akan terlanjur memukul pipinya

sendiri setelah pemeriksamelepaskan tarikan secara mendadak.

BAB III

PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIS

74

Page 75: Makalah Kel. 1

Sistem sensorik menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya.

Sistem sensorik merupakan suatu system yang terdiri atas somesesia (perasaan

yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal dari somato pleura) :kulit, tulang,

periosteum, tendon, otot, kecuali: panca indra (penghirupan, penglihatan,

pengecapan, pendengaran, keseimbangan) dan viseroestesia yang mencakup

visceropleura (usus, paru, limpa, dan sebagainya)

Perlu ditanyakan jenis gangguan, intensitasnya, apakah hanya timbul pada

waktu-waktu tertentu, misalnya nyeri kalau dingin, dan juga faktor-faktor yang

dapat mencetuskan kelainan ini. Kata parestesia merupakan perasaan abnormal

yang timbul spontan, biasanya ini berbentuk rasa dingin, panas, semutan, ditusuk-

tusuk, rasa berat, rasa ditekan atau rasa gatal.

1. RESEPTOR SENSORIS

Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan

informasi tentang kondisi didalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat.

Indera peraba pada kulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan

sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran, dan propriosepsi. Indera

peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari

struktur yang sederhana. Beberapa informasi dikirim di susunan saraf pusat dan

sampai pada kortek sensoris primer sehingga kita bisa mengetahui ataupun

mengenal rangsangannya. Rangsangan sensoris dapat kita interpretasikan melalui

frekuensi-frekuensi basis setelah terjadi potensial aksi. Datangnya informasi atau

rangsangan pada kulit kita itulah yang dinamakan sensasi, dan saat kita mengenal

rangsangan yang datang dari kulit kita inilah yang dinamakan persepsi.(7)

Reseptor pada kulit dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain

exteroceptors dimana receptor ini memberi informasi terhadap lingkungan luar,

proprioseptor merupakan receptor yang menerima informasi terhadap posisi otot

skeletal dan sendi dan yang terakhir interoceptor yang berfungsi untuk memonitor

fungsi organ visceral. Untuk lebih detailnya receptor pada kulit dapat

75

Page 76: Makalah Kel. 1

diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu  nosiceptor untuk rasa nyeri,

thermoreceptor untuk temperature, mechanoreceptor untuk rangsangan fisik, dan

chemoreceptor untuk rangsangan kimiawi. Tiap-tiap receptor mempunyai fungsi

dan struktur yang berbeda.  Perbedaan antara somatik receptor dan visceral

receptor terletak pada lokasi bukan pada strukturnya. Reseptor nyeri di wajah

sama seperti reseptor nyeri di kulit, akan tetapi dua sensasi itu dikirim pada lokasi

yang berbeda di susunan saraf pusat, bagaimanapun juga propriosepsi adalah

sensasi somatik yang unik. Terdapat proprioseptor pada organ viseral thorak dan

kavum abdominopelvic. Kita tidak menyadari bila organ-organ tersebut mulai

bekerja, kita tidak bisa menceritakanyya contohnya saat spleen, appendik, ataupun

pankreas bekerja saat itu. organ viseral mempunyai reseptor rasa

nyeri,temperatur,sentuhan yang lebih rendah daripada reseptor pada kulit dan

informasi sensoris yang diterima lokasinya lebih sedikit karena daerah reseptor

tersebar luas di organ.(7)

NOCISEPTOR(7)

Reseptor nyeri atau nociseptor  terletak pada daerah superfisial kulit,

kapsul sendi, dalam periostea tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan

dalam dan organ viseral mempunyai beberapa nociseptor. Reseptor nyeri

merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya

sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.

Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis

dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun

juga rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itulah

kita bisa merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka

yang dalam. Rangsangan pada dendrit di nociseptor menimbulkan depolarisasi,

bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan

saraf pusat.

76

Page 77: Makalah Kel. 1

THERMORESEPTOR(7)

Temperatur reseptor atau thermorseptor merupakan free nerve ending yang

terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipothalamus. Reseptor dingin tiga atau

empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada struktur yang

membedakan reseptor dingin dan panas.

Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri.

Mereka dikirim sampai formasio retikularis, thalamus, dan korteks primer

sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur

berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. Jika kita

menghidupkan air conditioning dalam ruangan pada musim panas, temperatur

berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita cepat merasakan nyaman karena

sudah terjadi adaptasi.

MECHANORESEPTOR(7)

Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada

membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa

terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan, dan yang

bisa menimbulkan kelainan pada membran. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor

antara lain:

1. Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran.

Sensasi sentuhan memberikan informasi tentang bentuk atau tekstur,

dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi

getaran memberikan sensasi denyutan atau debaran.

2. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding

pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem

reproduksi.

3. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan

struktur dan fungsi yang komplek pada reseptor sensoris

Tactile reseptor

77

Page 78: Makalah Kel. 1

Memberikan sensasi secara lengkap tentang sumber rangsangan seperti

lokasinya, bentuk, ukuran, tekstur. Reseptor ini sangat sensitif dan mempunyai

daerah reseptif yang sempit. Reseptor sentuhan dan tekanan memiliki lokasi yang

sedikit karena mempunyai daerah reseptif yang luas dan memberikan sedikit

informasi terhadap rangsangannya. Ada beberapa tipe tactil reseptor pada kulit

seperti free nerve ending sentuhan dan tekanan yang terdapat pada sel epidermis,

nerve ending pada root hair pleksus, tactile disk  (Merkel’s), tactil corpuskel

(Meissner’s), lamelated corpuscle (Pacinian corpuscle),dan Ruffini corpuscle.

1. Free nerve ending pada epidermis untuk sensasi rasa nyeri dan suhu.

Reseptor ini hanya terdapat pada permukaan cornea pada mata dan bagian

permukaan bagian tubuh lainnya.

2. Nerve ending root hair pleksus untuk memonitor adanya kelainan dan

pergerakan  yang melewati permukaan tubuh. Seperti saat kita memakai

baju maka kita dapat merasakan sesuatu benda menempel pada kulit kita.

3. Tactile disk (Merkel’s) merupakan reseptor sentuhan dan tekanan yang

terdapat pada kulit yaitu pada sel epithel kulit pada lapisan stratum

germinativum.

4. Tactil corpuscle ( Meissner’s) menerima sensasi dari sentuhan dan tekanan

dan getaran yang rendah. Reseptor ini terdapat pada kelopak mata, bibir,

jari-jari tangan, puting susu dan genetalia eksterna.

5. Lamellated corpuscle (Pacinian corpuscle) reseptor ini sensitif terhadap

sentuhan yang dalam. Karena reseptor ini sangat cepat beradaptasi

sehingga sangat senstif terhadap denyutan atau getaran dengan frekuensi

yang tinggi. Reseptor ini terdapat pada dermis, jari-jari, glandula mamae

dan genetalia eksterna, pada permukaan dalam dan luar fascia, capsul

sendi. Informasi sensoris visceral diberikan oleh corpuskel lamela di

mesenteries, pancreas, dinding urethra, dan kandung kemih.

6. Corpuscle Ruffini juga sensitif terhadap tekanan dan perubahan-perubahan

pada kulit. Reseptor ini berlokasi pada lapisan retikular dermis.

Baroreseptor

78

Page 79: Makalah Kel. 1

Baroreseptor bisa memonitor perubahan dari tekanan. Baroreseptor terdiri

dari free nerve ending yang bercabang didalam jaringan elastic pada dinding

organ berongga, seperti pembuluh darah, bagian pernafasan, pencernaan dan

tractus urinarius. Bila ada perubahan tekanan dinding jaringan elastik mengecil

atau membesar. Baroreseptor memonitor dinding pembuluh darah yang besar

seperti arteri carotis, aorta. Hal ini juga mempengaruhi regulasi dari kerja jantung

sehingga pembuluh darah tetap mengalir pada organ –organ vital. Baroreseptor

pada paru juga memonitor derajat ekspansi dari paru.

Proprioseptor

Proprioseptor memonitor perubahan posisi sendi dan otot, adanya

tegangan pada tendon dan ligamen dan kontraksi dari otot. Proprioseptor dapat

dibagi menjadi:

1. Muscle spindle yang terdapat pada otot skeletal memonitor panjang dari

otot dan tanda tegangan dari reflek.

2. Golgi tendon yang fungsinya mirip dengan corpuscle Ruffini tetapi

berlokasi di otot skeletal dan tendon. Rangsangan pada reseptor dapat

berupa tekanan pada tendon sehingga terjadi kontraksi otot.

3. Reseptor capsul pada sendi. Reseptor ini sangat kaya dengan free nerve

ending yang bisa mendeteksi tekanan, sentuhan dan pergerakan dalam

sendi. Adanya perubahan posisi tubuh merupakan hasil dari integrasi

informasi pada reseptor ini dan juga pada musle spindle, golgi tendon

organ, dan reseptor pada telinga dalam.

CHEMORESEPTOR(7)

Spesialisasi pada neuron chemoreseptiv dapat dideteksi dengan perubahan

kecil dari konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap

substansi water-soluble dan lipid-soluble yang larut dalam cairan. Chemoreseptor

tidak mengirim informasi pada kortek primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya

sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi sensoris datang

79

Page 80: Makalah Kel. 1

lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang

mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovaskuler. Neuron pada pusat respirasi

merespon konsentrasi ion hidrogen (pH) dan tingkat karbondioksida pada cairan

cerebrospinal. Neuron chemoreseptive ini berlokasi di carotid bodies, dekat arteri

karotis inaerna pada tiap sisi leher, dean aortik bodies diantara cabang utama

lengkungan aorta. Reseptor ini memonitor pH dan karbondioksida dan tingkat

oksigen pada darah arteri. Serabut – serabut afferent meninggalkan carotid dan

aortik bodies mencapai pusat respirasi dengan berjalan ke nervus IX

(glossopharyngeal) dan X (vagus). (4)

1. TRAKTUS ASCENDENS MEDULA SPINALIS

Saat memasuki medula spinalis serabut saraf sensoris berbagai tipe dan

fungsi dipilih serta dipisahkan menjadi berkas atau traktus saraf. Beberapa serabut

saraf menghubungkan segmen medula spinalis, sementara yang lain naik dari

medula spinalis ke pusat-pusat yang lebih tinggi dan menghubungkan medula

spinalis dan otak. Semua ini disebut serabut ascendens atau traktus ascendens.

Substantia alba medula spinalis terdiri atas traktus ascendens dan traktus

descendens. Traktus ascendens menghantarkan informasi aferen dapat atau tidak

dapat mencapai kesadaran. Informasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok:

1. Informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh seperti rasa nyeri,

suhu dan raba

2. Informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh seperti otot dan

sendi.

ORGANISASI ANATOMINYA

Informasi umum dari ujung sensoris tepi dihantarkan melalui susunan

saraf oleh suatu seri neuron. Lintasan ascendens yang menuju kesadaran terdiri

dari 3 neuron :

1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks

posterior medula spinalis, suatu prosesus tepi berhubungan dengan ujung

reseptor sensoris, sementara suatu prosesus sentralis memasuki medula

80

Page 81: Makalah Kel. 1

spinalis melalui radiks posterior untuk bersinaps dengan ujung neuron

ordo kedua

2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio

(menyilang kesisi yang berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf

sentral yang lebih tinggi untuk bersinaps dengan ujung neuron ordo ketiga.

3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut

proyeksi melintasi daerah sensoris korteks serebri.

FUNGSI TRAKTUS ASCENDENS

Sensasi rasa nyeri dan suhu naik dalam traktus spinothalamikus lateralis,

raba dan tekanan ringan naik kedalam traktus spinothalamikus anterior. Raba

diskriminatif (kemampuan untuk melokalisir secara tepat daerah tubuh yang

diraba dan menyadari bahwa dua titik yang disentuh secara serempak) naik dalam

kolumna alba posterior termasuk juga informasi dari otot-otot dan sendi-sendi

yang berkaitan dengan gerakan dan posisi, disamping itu sensasi getaran juga naik

dalam kolumna alba posterior. Informasi tidak sadar otot, sendi, kulit dan jaringan

subkutan mencapai serebelum melalui traktus spinoserebelaris anterior dan

posterior serta melalui traktus cuneoserebelaris. Traktus ascendens lainya untuk

informasi nyeri suhu dan raba dialirkan ke kolikulus superior dari otak tengah

melalui traktus spinotectalis untuk keperluan refleks spinovisual. Traktus

spinoretikularis merupakan lintasan dari otot dan sendi dan kulit ke formasio

retikularis. Sementara traktus spinoolivarius merupakan lintasan tidak langsung

untuk informasi aferen yang mencapai serebelum.

TRAKTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS UNTUK RASA NYERI

DAN SUHU

Reseptor nyeri dan suhu dalam kulit dan jaringan lainya merupakan ujung

saraf bebas. Impuls nyeri,panas dan dingin memasuki medula spinalis dari

ganglion radiks posterior melanjutkan keujung kolumna grisea posterior dan

membagi diri menjadi cabang ascendens dan descendens. Cabang-cabang ini

81

Page 82: Makalah Kel. 1

berjalan dalam satu atau dua segmen medula spinalis dan membentuk traktus

posterolateralis lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini berakhir dengan

cara bersinaps dengan sel-sel dalam kolumna grisea posterior termasuk sel-sel

dalam substantia gelatinosa.

Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke sisi yang

berlawanan dalam komisura grisea dan alba anterior dalam satu segmen medula

spinalis dan serabut baru ditambah pada spek anteromedial traktus ini sehingga

dalam segmen servikalis atas serabut-serabut sakral terletak posterolateral dan

segmen servikal terletak anteromedial. Dengan naiknya traktus spinothalamikus

lateralis melalui medula oblongata maka terletak dekat lateral diantara nukleus

olivarius inferior dan nulkeus traktus spinalis nervus trigeminus. Dan saat ini

traktus diikuti oleh traktus spinothalamikus anterior dan traktus spinotectalis

bersama sama  membentuk lemniscus spinalis dan melanjutkan diri naik bagian

posterior pons, dalam otak tengah ia terletak dalam tegmentum lateral lemniscus

medialis, dan bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus posterolateralis

ventralis thalamus.

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis

thalamus melintas ke posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai

daerah somastatik dalam girus postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral

tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut terletak di inferior, tungkai

terletak di superior, kaki dan anogenital pada permukaan medial hemisferium.

Dari sini informasi ditransmisikan pada daerah korteks serebri untuk digunakan

area motorik dan area asosiasi parietal. Peranan korteks serebri adalah

menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat kesadaran.

TRAKTUS SPINOTHALAMIKUS ANTERIOR UNTUK RABA DAN

TEKANAN RINGAN

Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi kontribusi

untuk traktus posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron ordo pertama berakhir

dengan sel kelompok substantia gelatinosa dalam kolumna grisea posterior.

82

Page 83: Makalah Kel. 1

Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang berlawanan

dalam komisura grisea dan alba anterior dalam beberapa segmen spinal dan naik

dalam kolumna alba anterolateral yang berlawanan sebagai traktus

spinothalamikus anterior. Saat ia naik melalui medula spinalis serabut baru

ditambahkan pada medialis traktus, sehingga pada segmen servikalis atas medula

spinalis serabut sakral merupakan segmen yang sebagian besar terletak di lateral

dan segmen servikal di medial. Dan ia naik melalui medula oblongata bersama

dengan traktus spinothalamikus lateralis dan spinotektalis membentuk lemiscus

spinalis (untuk raba kasar dan tekanan diduga diapresiasi disini).

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis

thalamus melalui posterior kapsula interna dan korona radiata mencapai daerah

somastetik dalam girus postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh

diwakili sacara terbalik tangan dan mulut terletak di inferior. Apresiasi sadar, raba

dan tekanan tergantung pada aktifitas korteks serebri. Harus ditekankan bahwa

rasa hanya dapat dilokalisir secara kasar, dan hanya memungkinkan diskriminasi

intensitas yang sangat kecil.

COLUMNA ALBA POSTERIOR: FASCICULUS GRACILIS DAN

FASCICULUS CUNEATUS UNTUK RASA RABA DISKRIMINATIF,

RASA GETARAN, RASA SENDI OTOT SADAR

Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan melintas

columna alba posterior sisi yang sama. Disini serabut membagi diri menjadi

cabang ascenden panjang dan descenden pendek. cabang descenden melintas

turun dalam sejumlah segmen yang variabel, memberi cabang contralateral yang

bersinap dengan sel dalam cornu grisea posterior , dengan neuron internunsial dan

dengan sel cornu anterior, jelas bahwa serabut descenden pendek terlibat dengan

reflek intersegmental. Serabut ascenden panjang juga berakhir dengan cara

bersinap dengan sel cornu grisea posterior neuron internunsial dan sel cornu

anterior. Distribusi ini meluas meliputi beberapa segmen medula spinalis. Pada

serabut descenden pendek, berperan dalam reflek intersegmental.

83

Page 84: Makalah Kel. 1

Banyak serabut ascenden yang panjang berjalan dalam columna alba

posterior sebagai fasciculus gracillis dan cuneatus. Fasciculus gracillis ditemukan

disepanjang seluruh medula spinalis dan mengandung serabut ascenden panjang

saraf sacral, lumbal dan enam saraf thorakal bagian bawah. Fasciculus cuneatus

terletak dilateral pada segmen thorakalis atas dan servikalis medula spinalis serta

dipisahkan dari fasciculus gracillis oleh septum. Fasciculus cuneatus mengandung

serabut ascenden panjang enam serabut saraf thorakal dan semua nervus spinalis

servikalis.

Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan berakhir

dengan bersinaps dengan neuron ordo ke dua dalam nuklei gracillis dan cuneatus

medula oblongata. Akson ordo ke dua ini juga disebut dengan serabut arkuata

interna, memanjang anteromedial di sekeliling substantia grisea centralis dan

menyilang median , berdecusatio dengan serabut yang bersesuaian pada sisi yang

berlawanan dalam decusatio sensorik, Serabut kemudian naik sebagai berkas

tunggal dan kompak yaitu lemniskus medialis melalui medula oblongata, pons,

dan otak tengah. Serabut berakhir dengan bersinaps dengan ordo ke tiga dalam

nukleus postero lateralis ventralis thalamus.

Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui posterior

capsula minterna dan corona radiata untuk mencapai daerah somestetik pada

gyrus postcentralis cortek cerebri. Paruhan conteralateral tubuh diwakili secara

terbalik, tangan dan mulut diinferior. Dengan cara ini, kesan seperti raba dengan

tingkat intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan diskriminasi dua titik dapat

diapresiasi. Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang berbeda-beda dapat

diketahui secara sadar.

Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus segmen servikalis dan

thorakalis atas, setelah berakhir pada neuron ordo kedua nukleus cuneatus, direlay

dan berjalan sebagai akson neuron ordo kedua untuk memasuki cerebellum

melalui pedunkulus cerebellaris inferior sisi yang sama . lintasan ini disebut

Tractus Cuneocerebellaris dan serabut diketahui sebagai serabut arkuata externa.

Fungsi serabut ini untuk mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum

84

Page 85: Makalah Kel. 1

TRACTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR UNTUK RASA SENDI

OTOT KE CEREBELLUM

TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR

Serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari otot sendi,

spindel-spindel otot, organ-organ tendon dan reseptor-reseptor sendi badan dan

anggota gerak bawah. Informasi mengenai tegangan otot dan tendon serta

gerakan-gerakan otot dan sendi digunakan oleh serebellum dalam mengkoordinasi

gerakan-gerakan anggota gerak serta mempertahankan postur.

TRACTUS SPINOCEREBELLARIS ANTERIOR

Tractus spinocerebellaris anterior mengalirkan informasi otot sendi dari

spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor sendi badan dan

anggota gerak atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui facia ini cerebellum

menerima informasi dari kulit dan facia superficial

TRACTUS CUNEOCEREBELLARIS

Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki cerebellum

melalui pedunculus cerebellaris inferior sisi yang sama. Serabut ini diketahui

sebagai serabut arkuata externa posterior dan fungsinya adalah mengalirkan

informasi rasa otot sendi ke cerebellum

LINTASAN-LINTASAN ASCENDEN LAINNYA

TRACTUS SPINOTECTALIS

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berjalan ke

substantia grisea yang bersinap pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui.

Akson neuron ordo kedua menyilang bidang median dan naik sebagai tractus

spinotectalis dalam columna alba anterolateral yang terletak berdekatan dengan

tractus spinothalamikus lateralis. Setelah melintasi medula oblongata dan pons

berakhir dengan bersinap dengan neuron dalam colicullus utak tengah . lintasan

85

Page 86: Makalah Kel. 1

ini memberikan informasi aferen untuk reflek spinovisualis serta membawa

gerakan-gerakan mata dan kepal kearah sumber stimuli.

TRACTUS SPINORETICULARIS

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir

pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui dalam substantia grisea. Akson

neuron ordo kedua ini naik dalam medula spinalis sebagai tractus spinoreticularis

dalam columna alba lateralis. Sebagian besar serabut ini tidak menyilang dan

berakhir dengan cara bersinap dengan neuron formatio reticularis dalam medula

oblongata, pons, otak tengah. Tractus spinoreticularis memberikan lintasan aferen

untuk formatio reticularis yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi

tingkat kesadaran.

TRACTUS SPINO-OLIVARIUS

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir

pada neuron ordo ke dua yang tidak diketahui dalam columna grisea posterior.

Akson dalam neuron ordo kedua melintasi garis tengah dan naik sebagai tractus

spino-olivarius dalam substantia alba pada sambungan columna anterior dan

lateralis. Akson ini berakhir dengan bersinap pada neuron ordo ketiga dalam

nuklei olivarius medula oblongata. Akson ini melintasi garis tengah dan

memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior. Tractus spino-

olivarius mengalirkan informasi dari organ-organ kulit dan proprioseptif ke

cerebellum.

TRACTUS SENSORIK VISERALIS

Sensasi yang timbul dari visera berlokasi dalam toraks dan abdomen

memasuki medula spinalis melalui radiks posterior. Badan-badan sel neuron orde

pertama terletak dalam ganglion radiks posterior. Prosesus tepi sel ini menerima

impuls saraf dari ujung reseptor regangan dan nyeri dalam visera. Prosesus

86

Page 87: Makalah Kel. 1

sentral, setelah masuk medula spinalis bersinaps dengan neuron orde kedua dalam

substansia grisea, kemungkinan ke dalam columna grisea anterior atau lateralis

Akson-akson neuron orde kedua diduga bersatu dengan traktus

spinothalamicus dan naik serta barakhir pada neuron orde ketiga dalam nukleus

posterolateral ventral thalamus. Tujuan akhir akson neuron orde ketiga

kemungkinan terdapat pada girus postcentralis korteks serebri. banyak serabut

viseral aferen yang memasuki medula spinalis bercabang dan berpartisipasi dalam

aktifitas refleks.(7)

TRAKTUS DESENDEN MEDULA SPINALIS

Neuron motorik dalam kolumna grisea anterior medula spinalis

mengirimkan akson-akson untuk menginervasi otot skelet melalui radiks-radiks

anterior medula spinalis. Neuron-neuron motorik ini disebut sebagai lower motor

neuron dan merupakan lintasan umum akhir ke otot.

Lower motor neuron secara konstan mengalami pemboman impuls saraf

yang turun dari medula oblongata, pons, otak tengah dan korteks serebri.

Demikian juga dengan impuls yang masuk sepanjang serabut sensorik radiks

posterior. Serabut saraf yang turun dalam substantia alba dari pusat saraf

supraspinal dipisahkan menjadi berkas saraf yang dipisahkan menjadi berkas saraf

yang disebut traktus desenden. Neuron-neuron supraspinal ini beserta traktusnya

disebut upper motor neuron dan memberikan banyak lintasan terpisah yang dapat

mempengaruhi aktifitas motorik.

ORGANISASI ANATOMIS

Pengendalian akitifitas otot skelet dari kortek serebri dan pusat-pusat lebih

tinggi lainya dihantarkan melalui susunan saraf boleh suatu seri-seri neuron.

Lintasan desenden kortek serebri seringkali terbentuk dari tiga neuron :

1. Neuron ordo pertama, mempunyai badan sel dalam kortek serebri.

Aksonya turun untuk bersinaps pada neuron orde kedua, suatu neuron

internunseal yang terletak dalam columna grisea anterior medula spinalis

87

Page 88: Makalah Kel. 1

2. Neuron orde kedua pendek dan bergabung dengan neuron orde ketiga

yaitu lower motor neuron dalam kolumna grisea anterior.

3. Neuron orde ketiga menginervasi otot skelet melalui radiks anterior nervus

spinalis.

FUNGSI TRAKTUS DESCENDEN

Traktus kortikospinalis merupakan lintasan yang berkaitan dengan gerakan

terlatih, berbatas jelas, volunter terutama bagian distal anggota gerak. Traktus

retikospinalis dapat mempermudah atau menghambat aktifitas neuron motorik alfa

dan gamma pada kolumna grisea anterior sehingga mempermudah atau

menghambat gerakan volunter dan aktifitas refleks. Traktus spinotectalis berkaitan

dengan gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulasi visual.

Serabut-serabut yang berhubungan dengan neuron simpatis dalam

kolumna grisea lateralis berkaitan dengan refleks pupilodilatasi sebagai respon

terhadap keadaan gelap. Traktus rubrospinalis bertindak baik terhadap neuron

motorik alpa dan gama pada kolumna grisea anterior dan mempermudah aktifitas

otot ekstensor. Traktus vestibulospinalis bekerja pada neuron motorik dalam

kolumna grisea anterior mempermudah otot ekstensor, menghambat aktifitas otot

fleksor yang berkaitan dalam keseimbangan. Traktus olivospinalis berkaitan

dalam aktifitas muskuler. Serabut otonomik desenden berkaitan dengan

pengendalian aktifitas viseral.

TRACTUS CORTIKOSPINALIS

Serabut corticospinal timbul sebagai akson sel-sel piramidal yang terletak

dalam lapisan kelima kortek cerebri  sepertiga berasal dari kortek motorik primer

(area 4), sepertiga dari kortek motorik sekunder (area 6), sepertiga dari area

parietalis (area-area 3, 1, dan 2 ); sehingga, duapertiga dari serabut timbul gyrus

precentralis serta sepertiga timbul dari gyrus postcentralis. Karena stimulus listrik

terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentralis menimbulkan kontraksi

88

Page 89: Makalah Kel. 1

bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat mewakili

bagian tubuh pada cortex ini. Perhatikan bahwa daerah yang mengendalikan muka

terletak di inferior dan anggota gerak bawah terletak di superior dan pada

permukan medial hemisfer. Homunculus merupakan gambaran tubuh yang

mengalami distorsi, dengan berbagai bagian yang mempunyai ukuran yang

sebanding dengan daerah cortek cerebri yang diperuntukan bagi pengendalianya.

Traktus kortikospinalis turun sepanjang medula spinalis dimana

serabutnya berakhir dalam kolumna grisea anterior semua segmen-segmen medula

spinalis. Sebagian besar serabut kortikospinal bersinaps dengan neuron

internunsial, yang pada giliranya bersinaps dengan neuron motorik alpa dan

beberapa neuron motorik gama. Hanya serabut kortikospinal terbesar bersinaps

langsung dengan neuron motorik.

Penting untuk dimengerti bahwa traktus kortikospinalis tidak merupakan

satu-satunya lintasan yang melayani gerakan volunter. Malahan, membentuk

lintasan yang bersesuaian dengan kecepatan dan ketangkasan pada gerakan-

gerakan volunter dan karena itu digunakan dalam melakukan gerakan-gerakan

terlatih yang cepat. Banyak gerakan volunter dasar, sederhana ini diduga

dihantarkan oleh traktus-traktus descenden lain.

CABANG TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

1. Cabang ini diberikan secara dini pada saat turun dan kembali ke korteks

serebri untuk menghambat daerah korteks yang berdekatan.

2. Cabang ini melintas ke nuklei lentiformis dan caudati,nukleus

rubrum,nukleus orifarius serta formatio retikularis . cabang ini menjaga

agar daerah-darah subcortikal  mendapat informasi mengenai aktivitas

kortikal. Sekali dalam keadaan waspada daerah-daerah subkortikal

bereaksi dan mengirimkan impuls ke neuron motorik alpha dan gamma

melalui lintasan desendens lainnya.

TRAKTUS RETICULOSPINALIS

89

Page 90: Makalah Kel. 1

Diseluruh otak tengah, pons  dan medula oblongata terdapat kelompok-

kelompok sel-sel saraf dan serabut saraf yang tersebar dan secara kolektif dikenal

sebagai formatio reticularis. Dari pons, nueron ini mengirimkan akson-akson,

yang sebagian besar tidak menyilang, ke medula spinalis dan membentuk tractus

reticulospinalis medula pontine. Dari medula neoron-neuron yang sama

mengirimkan akson secara menyilang dan tidak menyilang terhadap medula

spinalis lalu membentuk traktus retikulospinalis medularis.

Serabut retikulospinalis dari pons turun melalui kolumna alba anterior,

sementara serabut dari medula oblongata turun dalam kolumna alba lateralis.

Kedua sel serabut ini memasuki kolumna grisea anterior medula spinalis dan

mempermudah atau menghambat aktifitas dari neuron motorik alpa dan gama.

Dengan cara ini traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-gerakan volunter

dan aktifitas reflek. Saat ini diduga bahwa serabut retikulospinalis termasuk

serabut otonom descenden. Karena itu traktus retikulospinalis memberikan suatu

lintasan melalui hipotalamus dapat mengendalikan aliran keluar simpatik dan

parasimpatik.

TRAKTUS TECTOSPINALIS

Serabut traktus ini timbul sel-sel saraf dalam kolikulus superior otak

tengah. Sebagian besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar

dari asalnya dan turun melalui batang otak yang berdekatan melalui fasikulus

longitudinalis medialis. Traktus tectospinalis turun melalui kolumna alba anterior

medula spinalis berdekatan dengan fisura mediana anterior. Sebagian besar

serabut berakhir dalam kolumna grisea anterior segmen-segmen cervikalis bagian

atas medula spinalis dengan cara bersinaps dengan neuron internonsea. Serabut ini

diduga mengurusi gerakan-gerakan refleks postural sebagai respon terhadap

stimulus visual.

TRAKTUS RUBROSPINALIS

90

Page 91: Makalah Kel. 1

Nukleus rubrum terletak dalam tegmentum otak tengah setinggi kolikulus

superior. Akson-akson neuron dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi

nukleus dan turun sebagai traktus rubrospinalis melalui pons dan medula

oblongata untuk memasuki kolumna alba lateralis medula spinalis. Serabut yang

berakhir dengan cara bersinaps dengan neuron internosea pada kolumna grisea

anterior medula spinalis.

Neuron-neuron nukleus rubrum menerima impuls aferen melalui

hubungan dengan korteks serebri dan serebelum. Keadaan ini diduga merupakan

suatu lintasan tidak langsung yang penting dengan korteks serebri dan serebelum

yang mempengaruhi aktifitas neuron motorik alpa dan gama medula spinalis.

Traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot fleksor dan menghambat aktifitas

otot ekstensor dan grafitasi.

TRAKTUS VESTIBULOSPINALIS

Nuklei vestibularis terletak dalam pons dan medula oblongata di bawah

atap ventrikulus keempat. Nuklei vestibularis menerima serabut aferen dari telinga

dalam melalui saraf vestibularis serta dari serebelum. Neuron-neuron vestibularis

merupakan asal dari akson-akson yang membentuk traktus vestibulospinalis.

Traktus ini turun tanpa menyilang melalui medula spinalis dalam kolumna alba

anterior. Serabut ini berakhir dengan neuron internosea kolumna grisea medula

spinalis.

Telinga dalam dan serebelum melalui traktus ini mempermudah aktifitas

otot-otot ekstensor serta menghambat aktifitas otot fleksor yang berhubungan

dengan pemeliharaan keseimbangan.

TRAKTUS OLIVOSPINALIS

Traktus olivospinalis diduga timbul dari nukleus olivarius inferior dan

turun dalam kolumna alba lateralis medula spinalis, untuk mempengaruhi aktifitas

neuron motorik dalam kolumna grisea anterior. Saat ini terdapat keraguan dalam

keberadaan traktus ini.

91

Page 92: Makalah Kel. 1

SERABUT DESCENDEN OTONOMIK

Pusat-pusat yang lebih tinggi susunan saraf pusat berhubungan dengan

pengendalian aktifitas otonom yang terletak dalam korteks serebri, hipotalamus,

kompleks amigdaloidea, formatio retikularis. Kendatipun traktus-traktus yang

berbatas jelas belum diketahui, penelitian lesi-lesi medula spinalis

memperlihatkan terdapatnya traktus-traktus otonom descendens dan kemungkinan

membentuk bagian dari traktus retikulospinalis.

Serabut ini timbul dari neuron pada pusat yang lebih tinggi dan menyilang

garis tengah dalam batang otak. Diduga turut dalam kolumna alba lateralis medula

spinalis dan berakhir dengan bersinaps pada sel-sel motorik otonom dalam

kolumna grisea lateral pada tingkat-tingkat torakal dan lumbal atas (aliran keluar

simpatis) dan tingkat sakral tengah (parasimpatis)  medula spinalis.

TRAKTUS INTERSEGMENTAL

Traktus ascendens dan descendens pendek yang berasal dan berakhir

dalam medula spinalis, terdapat dalam kolumna alba anterior lateralis dan

posterior. Fungsi lintasan ini adalah saling menghubungkan neuron-neuron tingkat

segmental yang berbeda, dan penting terutama dalam refleks spinal intersegmental

ARKUS REFLEKS

Refleks dapat didefinisikan sebagai suatu respon involunter terhadap

stimulus. Refleks tergantung pada integritas arkus refleks. Dalam bentuk yang

paling sederhana, arkus refleks terdiri dari struktur anatomi berikut :

1. Organ reseptor

2. Neuron aferen

3. Neuron efektor

4. Organ efektor

92

Page 93: Makalah Kel. 1

Arkus refleks seperti ini hanya melibatkan satu sinaps dan disebut arkus

refleks monosinapik. Interupsi refleks pada setiap titik disepanjang perjalananya

akan menghapuskan respon ini.

Pada medula spinalis arkus refleks memainkan peranan penting dalam

mepertahankan tonus otot yang merupakan dasar tubuh. Organ reseptor terdapat

pada kulit, otot atau tendon. Badan sel neuron aferen berlokasi dalam ganglion

radiks posterior, dan akson sentral neuron orde pertama ini berakhir dengan cara

bersinaps pada neuron efektor. Karena serabut aferen merupakan serabut dengan

diameter yang besardan menghantarkan dengan cepat dan karena hanya terdapat

satu sinaps maka suatu respon yang sangat cepat merupakan hal yang

memungkinkan.

Pengaruh dari Pusat-pusat Neuronal yang lebih tinggi pada aktivitas reflek 

spinal Arkus reflek spinal segmental yang melibatkan aktivitas motorik sangat

dipengaruhi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Pengaruh ini dihantarkan

melalui traktus kortikospinalis, retikulospinalis, tektospinalis, rubrospinalis, dan

vestibulospinalis. Dalam kondisi klinik seperti  syok spinal, setelah

penggangkatan pengaruh-pengaruh secara mendadak akibat cedera pada medula

spinalis, reflek spinal segmental mengalami depresi. Jika apa yang disebut syok

spinal hilang dalam beberapa minggu, reflek spinal segmental kembali dan tonus

otot-otot meningkat. Apa yang disebut sebagai rigiditas decebrarasi ini disebabkan

oleh aktivitas yang berlebihan dari serabut saraf aferen gamma ke spindel otot,

yang timbulkan oleh pelepasan neuron ini dari hubungannya dengan pusat-pusat

yang lebih tinggi. Stadium berikutnya adalah paraplegia dalam extensi dengan

dominasi peningkatan tonus otot extensor atas otot flexsor.  Beberapa ahli

nuerologi yakin bahwa kondisi ini disebabkan cedera yang tidak lengkap dari

semua traktus desendes dengan traktus vestibulospinalis yang utuh. Jika semua

traktus mengalami cedera, maka terjadi keadaan paraplegi dalam flexi. Dalam

keadaan ini, respon-respon bersifat flexsor dan tonus otot extensor berkurang. (7)

PUSAT MOTORIS DAN SENSORIS

Pada corteks cerebral terdapat beberapa daerah :

93

Page 94: Makalah Kel. 1

1. Korteks serebral mengandung 3 jenis fungsional area yaitu motor area,

sensori area, dan asosiasi area. Neuron motoris dan neuron sensoris

terdapat pada motoris area dan sensoris area pada korteks serebri. Semua

neuron pada korteks serebri merupakan inter neuron.

2. Setiap hemisfer terdapat fungsi motoris dan sensoris yang berlawanan

pada sisi tubuh (kontralateral).

3. Sekalipun sebagian besar struktur pada 2 hemisfer kanan dan kiri simetris,

tetapi tidak ada fungsi yang sama. Masing – masing memiliki spesialisasi

fungsi kortikal.

4. Yang sangat penting yang harus kita ingat tidak ada fungsi area pada

korteks serebri yang bekerja sendirian.

AREA MOTORIS

Motoris area pada korteks serebri, dengan gerakan volunter yang

terkontrol yang terdapat pada lobus frontalis terdiri dari motor korteks primer,

premotor korteks, area broca, frontal eye field.

1. Motor korteks primer

Motor korteks primer terletak pada girus presentralis lobus frontalis pada

masing – masing hemisfer (area broadman 4). Terdapat neuron yang besar yang

disebut neuron piramidalis pada girus presentralis yang berfungsi untuk

mengontrol gerakan volunter pada otot skelet. Pada keseluruhan bagian tubuh

dipresentasikan pada motor korteks primer tiap hemisfer, dengan kata lain sel

piramidal mengontrol gerakan kaki pada satu tempat dan mengontrol gerakan

tangan pada lain tempat. Sebagian besar neuron pada girus ini mengontrol otot

pada bagian tubuh yang spesifik pada area tertentu seperti wajah lidah dan

tangan.Hal ini tergambar daerah seperti karikatur yang disebut motor homunculi.

94

Page 95: Makalah Kel. 1

Persarafan motorik tubuh berjalan kontralateral,jadi pada girus kiri mengontrol

otot tubuh bagian kanan dan sebaliknya.

2. Premotor korteks

Terletak pada girus presentralis lobus frontal. Daerah ini mengontrol

kemampuan motorik dalam melakukan gerakan berulang-ulang atau pola alamiah 

seperti memainkan alat musik dan mengetik. Daerah ini digunakan untuk gerakan

yang terencana. Dengan diterimanya informasi pada korteks area yang diproses

oleh pusat sensoris yang tinggi,maka gerakan terkontrol dapat dilakukan misalnya

dapat mengambil sesuatu ditempat yang gelap.

3. Area broca.

Area broca terdapat sepanjang anterior sampai inferior dari area promotor

yang bertumpuk-tumpuk. Pada area brodman 44 dan 45. Area ini hanya terdapat

pada satu hemisfer umumnya sebelah kiri dan khusus mengontrol kemampuan

bicara.

4. Frontal eye field.

Daerah ini terletak sebelah anterior premotor korteks dan superior area

broca. Daerah ini berfungsi mengontrol pergerakan mata secara volunteer.

AREA SENSORIS

Terdapat pada korteks serebri yaitu pada lobus parietal, insular, temporal,dan

occipital.

1. Korteks primer somatosensoris.

Korteks ini terletak pada girus postsentralis lobus perietalis, disebelah

posterior dari korteks primer motoris ( area brodman 1-3 ). Neuron-neuron pada

girus ini menerima informasi dari reseptor sensoris di kulit dan dari proprioseptor

di otot skelet,sendi dan tendon. Neuron ini kemudian mengidentifikasi yang

dirangsang dan kemampuan ini disebut diskriminasi partial. Dengan korteks

95

Page 96: Makalah Kel. 1

motor primer tubuh bergerak leluasa naik dan turun berdasarkan stimulus yang

masuk dan bagian hemisfer kanan menerima rangsangan dari bagian kiri tubuh.

Pada manusia wajah (khususnya bibir) dan jari-jari adalah bagian tubuh yang

sensitive yang terletak pada bagian terbesar dari homunculus somatosensoriks.

2. Korteks asosiasi somatosensoris.

Daerah ini terletak sebelah posterior dari korteks primer somatosensoris

dan mempunyai banyak sambungan dengan korteks primer somatosensoris.

Fungsi daerah ini adalah untuk mengintegrasikan rangsangan yang masuk

(temperature,tekanan) serta mengulangnya lewat korteks primer somatosensoris

dan bisa mengenal objek yang teraba seperti ukuran bentuk dan bagian-bagiannya.

Sebagai contoh: saat kita memasukkan tangan ke dalam celana,asosiasi korteks

somatosensoris  akan merekam hal itu seperti halnya kita mempunyai pengalaman

saat meraba koin atau kunci.

3. area visual

cortek primer visual terletak sebelah posterior lobus occipital, tetapi

sebagian besar terletak didalam sulkus carcarina sebelah medial lobus occipital.

Kortek primer visual menerima  informasi yang datang pada retina mata

contralateral tubuh seperti pada kortek somatosensori.

4. area auditory

terletak pada tepi superior lobus temporalis dekat sulkus lateralis. Suara

yang masuk pada telinga dalam diterima oleh reseptor menimbulkan impuls untuk

ditransmisikan pada kortek primer auditori dimana interpretasinya nada tinggi,

rendah dan lokasi.

5. korteks olfaktori

kortek primer olfaktori terletak medial lobus temporal dan terdapat daerah

kecil yang disebut lobus piriformis yang didominasi oleh uncus. Serabut aferen

96

Page 97: Makalah Kel. 1

dari reseptor penciuman pada superior cavum nasalis mengirimkan impuls menuju

traktus olfaktori dan berakhir pada kortek olfaktori dan hasilnya bisa membedakan

bau-bauan

6. Kortek gustatory

Daerah ini menggambarkan persepsi dari rangsangan perasa pada lidah.

Lokasinya pada insula bagian dalam lobus temporalis.

7. area sensori visual

kortek insula yang terletak sebelah belakang kortek gustatory digunakan

untuk persepsi sensasi visceral termasuk rasa kenyang pada lambung, rasa penuh

pada kandung kemih dan rasa terbakar saat kita bernafas terlalu banyak.

8. kortek vestibuler

kortek ini bertanggungjawab menjaga keseimbangan, pergerakan kepala dalam

suatu ruangan. Daerah ini terdapat pada bagian posterior insula bagian dalam

lobus temporalis. (5)

GANGGUAN SISTEM MOTORIK DAN SENSORIK

GANGGUAN  SISTEM SENSORIK

1. Sindrom Pemotongan Jaras Sensorik. Sindrom ini bervariasi tergantung

dari lokasi kerusakan sepanjang perjalanan jaras sensorik.

1. Lesi kortikal atau subkortikal dalam daerah sensorik motorik

lengan atau tungkai menyebabkan parestesia dan mati rasa pada

extemitas sisi yang berlawanan.

2. Lesi jaras sensorik tepat di bawah talamus menyebabkan hilangnya

semua kualitas sensorik separuh tubuh kontralateral.

3. Jaras sensorik lain selain nyeri dan suhu mengalami kerusakan

terjadi hipestesia pada sisi kontralateral wajah dan tubuh.

97

Page 98: Makalah Kel. 1

4. Jika kerusakan terbatas pada lemnikus trigeminalis dan

spinotalamikus lateral pada pusat otak, tidak ditemukan sensasi

nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh kontralateral, semua kualitas

sensorik lainnya tidak terganggu.

5. Keterlibatan lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus

anterior, menghilangkan semua kualitas sensorik pada bagian

kontralateral tubuh kecuali sensasi nyeri dan suhu.

6. Kerusakan nukleus dan traktus trigeminal spinalis dan traktus

spinotalamikus lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan

suhu pada wajah ipsilateral dan tubuh kontralateral.

7. Kerusakan funikuli posterior menyebabkan menghilangnya sensasi

sikap, getaran, diskriminasi dan sensasi lain yang berhubungan

dengan ataksia ipsilateral.

8. Lesi pada kornu posterior , menghilangkan sensasi suhu dan nyeri

ipsilateral semua kualitas lain tetap utuh ( gangguan disosiasi

sensibilitas).

9. Cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan, diikuti oleh

perestesia radikular dan nyeri,dan juga penurunan atau hilangnya

semua kualitas sensorik pada masing-masing segmen tubuh. Jika

radiks yang cedera mesuplai saraf dari lengan atau

tungkai,ditemukan hipotonia atau atonia, arefleksia dan ataksia.

10. Sindroma  Cedera Funikulus Posterior

1. Hilangnya sikap dan sensasi lokomotor dengan  mata tertutup

pasien tidak dapat mengetahui posisi anggota tubuhnya

2. Astereognosis: dengan mata tertutup, pasien tidak dapat

mengenal dan menggambarkan bentuk dan bahan dari objek

yang dirabanya.

3. Hilangnya diskriminasi dua titik

4. Hilangnya sensasi getaran: pasien tidak dapat merasakan

getaran dari garpu tala yang ditempelkan pada tulang

98

Page 99: Makalah Kel. 1

e. Tanda romberg positif. (6)

GANGGUAN SISTEM MOTORIK

LESI UPPER MOTOR NEURON

LESI TRACTUS CORTICOSPINAL  (TRACTUS PYRAMIDAL)

1. Tes Babinsky positif. Ingat bahwa tanda babinsky secara normal terdapat

selama setahun pertama kehidupan, karena tractus kortikospinal tidak

bermielin sampai akhir tahun kehidupan pertama.

2. Arefleksia abdominalis superficial. Reflek ini tergantung pada integritas

tractus, yang menimbulkan eksitasi tonik pada neuron internunsial.

3. Arefleksia cremaster.

4. Kehilangan penampilan gerakan volunter terlatih yang halus.

LESI TRACTUS DESCENDEN SELAIN TRACTUS CORTICOSPINAL

(TRACTUS EKSTRAPIRAMIDAL)

1. Paralisa parah dengan sedikit atau tanpa adanya atrofi otot

2. Spastik atau hipertonisasi otot. anggota gerak tubuh bawah dalam ekstensi

dan anggota gerak atas dipertahankan dalam keadaan fleksi

3. Peningkatan reflek otot serta klonus dapat ditemukan pada fleksor jari

tangan,muskulus quadrisep femoris dan otot paha.

4. Reaksi pisau lipat. Mengadakan gerakan pasif suatu sendi terdapat tahanan

oleh adanya spastisitas otot.

LESI LOWER MOTOR NEURON

1. Paralisis flaksid otot yang disuplai.

2. Atrofi otot yang disuplai.

3. Kehilangan reflek otot yang disuplai.

4. Vasikulasi muskuler. Keadaan ini merupakan twitching otot yang hanya

terlihat jika terdapat kerusakan yang lambat dari sel.

99

Page 100: Makalah Kel. 1

5. Kontraktur muskuler. Ini adalah pemendekan otot yang mengalami

paralise, lebih sering terjadi pada otot antagonis, dimana kerjanya tidak

lagi dilawan oleh otot yang mengalami paralise.

6. Reaksi degenerasi. Dalam keadaan normal otot yang diinervasi memberikan

respon terhadap stimulus dengan cara pemberian arus paradiks atau terputus-putus

dan adanya arus galvanis atau langsung. dalam hal ini jika LMN dipotong otot

tidak lagi memberikan respon terhadap stimulus listrik terputus setelah kejadian

tersebut,walaupun tetap memberikan respon terhadap arus langsung setelah arus

tersebut hilang. (7)

SINDROM PEMOTONGAN  SPESIFIK

1. LESI KORTIKAL (tumor,hematoma,infark,dll) mengakibatkan paresis

tangan atau lengan kontralateral. Gerakan volunter harus, terlatih, paling

sering terlibat. Terjadi monoparesis, paresis terjadi karena penjagaan

traktus ekstrapiramidalis yang hampir total. Lesi kecil di kortek ada 4

menghasilkan paresis flacid dan serangan epilepsi fokal yang agak sering

(epilepsi jackson).

2. Lesi kapsula Interna : terjadi hemiplegi spastik kontralateral karena serat

piramidalis dan ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Traktus

kortikonuklearis terlibat sehingga terjadi paralisis fasial kontralateral dan

mungkin saraf hipoglosus. Kebanyakan nuklei motorik kranialis disarafi

secara bilateral oleh traktus tersebut. Kerusakan cepat menyebabkan 

paralisis kontralateral , yang pertama-tama bersifat flacid karena efeknya

seperti syok pada neuron perifer, setelah berjam-jam atau berhari-hari

paralisis menjadi spastik karena serat ekstrapiramidalis juga rusak.

3. Lesi pedunkel : hasil dari lesi ini adalah hemiplegia spastik kontralateral,

yang berkaitan dengan paralisis ipsilateral saraf okulomotorius.

100

Page 101: Makalah Kel. 1

4. Lesi pons : hasil dari lesi ini hemiplegi kontralateral dan mungkin

bilateral. Tidak semua serat ekstrapiramidalis mengalami kerusakan

karena serat yang berjalan ke bawah ke wajah dan nuklei hipoglosus

terletak lebih dorsal, nervus fasialis dan hipoglosus mungkin tidak terkena

sebaliknya mungkin ada paralisis ipsilateral saraf abdusens dan

trigeminus.

5. Lesi piramida : menghasilkan hemiparesis flacid kontralateral. Tidak ada

hemiplegi kerena yang rusak hanya serat piramidalis. Jaras

ekstrapiramidalis terletak lebih dorsal dalam medula dan tetap utuh.

6. Lesi servikalis : keterlibatan traktus piramidalis lateral berasal dari

penyakit seperti sklerosis lateral amiotropik atau multipel, mengakibatkan

hemiplegia spastik ipsilateral karena traktus piramidal sudah menyilang,

paralisis bersifat spastik karena serat ekstrapiramidalis yang bercampur

dengan serat piramidalis juga mengalami kerusakan.

7. Lesi torakalis : interupsi pada traktus piramidalis lateral yang disebabkan

penyakit seperti sklerosis lateral amiotropik atau multipel mengakibatkan

monoplegia spastik ipsilateral dari tungkai. Kerusakan bilateral

menyebabkan paraplegia

8. Lesi radiks anterior : kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan

flaccid, akibat kerusakan motor neuron bawah atau perifer

Lesi yang melibatkan dekusatio traktus piramidalis menghasilkan sindrom yang

jarang ditemukan yaitu hemiplegia krusiata (hemiplegia alterans). (6)

Pemeriksaan Sensibilitas Eksteroseptik meliputi Rasa Raba, Rasa Nyeri dan

Rasa Suhu

1. Pemeriksaan rasa raba

Sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas,kertas atau kain dan

ujungnya diusahakan sekecil mungkin.Thigmestesia berarti rasa raba

halus.Bila rasa raba ini hilang disebut thigmanesthesia

101

Page 102: Makalah Kel. 1

102

Page 103: Makalah Kel. 1

Gambar 15 : pemeriksaan raba

2. Pemeriksaan rasa nyeri

Rasa nyeri dapat dibagi atas rasa-nyeri-tusuk dan rasa-nyeri-tumpul,atau rasa

nyeri cepat dan rasa nyeri lamban.Bila kulit ditusuk dengan jarum kita rasakan

nyeri yang mempunyai sifattajam,cepat timbulnya dan cepat hilangnya.Nyeri

serupa ini disebut nyeri-tusuk.Rasa nyeri yang timbul bila testis

dipijit,timbulnya tidak segeradan lenyapnya lama sesudah dipijit.Ini disebut

nyeri lamban.

103

Page 104: Makalah Kel. 1

Gambar 16 : pemeriksaan nyeri

104

Page 105: Makalah Kel. 1

Monofiliment

105

Page 106: Makalah Kel. 1

Monofiliment testing

Neuropathic Ulcer

3. Pemeriksaan rasa getar

106

Page 107: Makalah Kel. 1

Pemeriksaan rasa getar biasanya dilakukan dengan jalan menempatkan

garputala yang sedang bergetar pada ibu jari kaki,maleolus lateral dan medial

kaki,tibia,spina iliaka anteriorsuperior,sacrum,prosesus spinosus

vertebra,sternum,clavikula,prosesus stiloideus radius dan ulna dan jari-jari.

128 Hz tuning fork

107

Page 108: Makalah Kel. 1

Gambar 17: pemeriksaan getar

4. Temperatur/suhu

Pemeriksaan temperatur lebih banyak menghabiskan waktu dan sulit.Oleh

sebab itu tidak merupakan pemeriksaan yang rutin seperti halnya modalitas

yang lain.Serat-serat untuk rasa temperature bersama-sama atau mengikuti

serat-serat untuk nyeri.Perubahan yang sedikit (lesi ringan) akan sulit

diketahui.Diperiksa dengan 2 gelas/botol berisi air panas dan dingin

(temperature bisa diubah-ubah/bervariasi).Dengan mata tertutup pasien

diminta membedakan botol /gelas tersebut setelah disentuh di bagian

badannya.

Gambar 18: pemeriksaan suhu

108

Page 109: Makalah Kel. 1

5. Pemeriksaan sensorik kortikal/diskriminatif

Menentukan lokasi rangsangan (topografi),gradiasi kehalusan dari rasa

raba,berat badan,semuanya ini perlu fungsi kortikal.

Syarat pemeriksaan sensorik kortikal ini adalah fungsi sensorik primer

(raba,posisi) harus baik dan tidak ada gangguan tingkat

kesadaran ,kadang-kadang ditambah dengan syarat harus mampu

memanipulir objek atau tidak ada kelemahan otot-otot tangan (pada tes

barognosis).

Semua defek dari integrasi sensorik dianggap atau disebut agnosia.

Macam-macam gangguan fungsi sensorik kortikal adalah :

GANGGUAN 2 (two) POINT TACTILE DICRIMINATION.

Memeriksa dengan dua rangsangan tumpul pada dua titik di anggota gerak

secara serentak, bias memakai kompas atau calibrated dua point esthesiometer.

Pada anggota gerak atau biasanya diperiksa pada ujung jari. Orang normal

bisa membedakan dua rangsangan pada ujung jari bila jarak kedua rangsangan

pada ujung jari tersebut lebih besar dari 3 mm. Ketajaman menentukan dua

rangsangan tersebut sangat tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa, yang

terpenting adalah membandingkan kedua sisi.

Gambar 19: pemeriksaan two point of discrimination

GANGGUAN GRAPESTHESIA = GRAPHANESTHESIA

Melakukan pemeriksaan dengan cara menulis beberapa angka pada bagian

tubuh yang berbeda-beda dari kulit penderita. Meminta pasien mengenal

angka yang digoreskan pada bagian tubuh tersebut, sementara itu mata

sebaiknya ditutup. Besar tulisan tergantung pada area yang diperiksa. Alat

109

Page 110: Makalah Kel. 1

yang digunakan adalah pensil atau jarum tumpul. Pemeriksaan ini sangat

tergantung pada banyak faktor yaitu derajat tekanan, kecepatan, dan besar

huruf, sehingga kadang-kadang sulit membuat kesimpulan. Tetapi sekali lagi

yang terpenting adalah membandingkan antara kanan dan kiri.

Gambar 20: pemeriksaan grapesthesia

GANGGUAN STEREOGNOSIS = ASTEREOGNOSIS

Memeriksa pada tangan, pasien mengenal sebuah benda yang ditempatkan

pada masing-masing tangan dan diminta merasakan dengan jari-jarinya.

Ketidakmampuan mengenal benda dengan rabaan dan mata ditutup disebut

sebagai tactile agnosia atau astereognosis. Syarat pemeriksaan sensasi

protopatik dan proprioseptik harus baik

Gambar 21: pemeriksaan stereognosis

GANGGUAN BAROGNOSIS = ABAROGNOSIS

Membedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar

benda kurang lebih sama dengan berat benda. Syarat pemeriksaan adalah rasa

gerak dan posisi sendi harus baik.

110

Page 111: Makalah Kel. 1

GANGGUAN TOPOGRAFI/TOPETHESIA = TOPOGNOSIA

Kemampuan pasien melokalisasi rangsangan raba pada bagian tubuh tertentu.

Syarat pemeriksaannya, rasa raba harus baik

ANOSOGNOSIA = SINDROMA ANTON-BABINSKY

Anosognosia adalah penolakan atau tidak adanya kesadaran terhadap bagian

tubuh yang lumpuh atau hemiplegia. Bila berat, pasien akan menolak adanya

kelumpuhan tersebut dan percaya bahwa dia dapat menggerakka bagian-

bagian tubuh yang lumpuh dan penderita sering menelantarkan anggota tubuh

yang lumpuh tersebut. Ada yang menduga bahwa penolakan dan penelantaran

bagian yang lumpuh atau sakit tersebut adalah akibat gangguan spasial yang

berat atau gangguan atensi yang berat.

SENSORY INATTENTION = EXTINCTION PHENOMENON

Memeriksa dengan rangsangan secara serentak pada kedua titik di anggota

gerak kanan dan kiri yang letaknya setangkup, sementara itu mata tertutup.

Mula-mula diraba punggung tangan dan pasien diminta untuk mengenali

tempat yang diraba. Kemudian meraba pada titik yang setangkup pada sisi

tubuh yang berlawanan dan mengulangi pertanyaan tersebut. Setelah pasien

dapat merasakan rabaan pada masing-masing sisi yang setangkup tersebut

dengan baik, maka kita raba pada kedua tempat tersebut dengan tekanan yang

sama besar secara serentak. Bila ada extinction phenomenon maka pasien akan

merasakan rangsangan pada sisi tubuh yang sehat saja. Rangsangan bisa

memakai ujung jari, kapas atau kepala jarum.

111

Page 112: Makalah Kel. 1

Gambar 22 : pemeriksaan sensory inattention

BAB IV

REFLEKS

Baik disadari maupun tidak,tubuh kita selalu melakukan gerak.

Bahkanseseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan

gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah

terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot.

112

Page 113: Makalah Kel. 1

Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan

melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh

yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari.

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam

tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat

sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari

peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di

dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun

dengan sangat kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu

sel saraf dan sel neuroglia.

Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri dapat dibedakan

atas tiga jenis :

1. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup

rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak

dan sumsum tulang belakang).SEl saraf sensorik disebut juga dengan sel

saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra.

2. Sel saraf Motorik

SEl saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari

susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau

kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf

penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.

3. Sel saraf penguhubung

Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini

disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik

ke sel saraf motorik. Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf

terbagi menjadi du kelompok besar :

1. Sistem saraf sadar

113

Page 114: Makalah Kel. 1

Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua

kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita.Contohnya,melempar

bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara dan lain-lain.

Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :

a. Saraf pusat

terdiri dari :

- Otak

Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.

- Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls

(rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak

refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang,yakni dari ruas –

ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua.

Dan dalam sumsum ini terdapat simpul – simpul gerak refleks.

b. Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari sarfa-saraf yang berada di luar system

saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf

tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang

melayani organ-organ tubh tertentu,sepeti

kulit,persendian,otot,kelenjar,saluran darah dan lain-lain.

2. Susunan saraf tak sadar.

- Susunan saraf simpatis

- Susunan saraf parasimpatis

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang

terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan

panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya

diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh

saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis

terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan

114

Page 115: Makalah Kel. 1

gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks

ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur

saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron

motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks

yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik

dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan

kemauan seseorang.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu

dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori

ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam

otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,

yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks

dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam

otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan

refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam

sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut

Kemudian bagaimanakah mekanisme gerak refleks dalam tubuh kita?

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling

sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan

neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak

refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron

sensor dan neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya

mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara

otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika

kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut

skema gerak refleks

115

Page 116: Makalah Kel. 1

Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori

langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini

berbeda sekali dengan ekanisme gerak biasa.

Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan kemudian

disampaikan langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf

motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui

atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang

disadari.

Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks, yaitu

refleks dalam dan refleks superficial.

Refleks Dalam (Refleks Regang Otot)

Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh

rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga

dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex).

Pemeriksaan refleks

Refleks patologik (abnormal)

Refleks tendo dalam (miotatik)

Refleks superfisialis (kulit,dan selaput lender)

Refleks (organik)

Pemeriksaan Refleks Dalam

Refleks triseps (C6,7-8 N.radialis)

Refleks tendon biseps brakhialis (C5-6,N.muskulocutaneus)

Refleks tenton lutut (L2-3-4,N.femoralis)

Refleks tendon archilles (L5,S1-2,N.tibialis)

Refleks biseps femoralis (L4-5,S1-2,N.ischiadicus)

Refleks maseter

Refleks periosteum radialis (C5-6,N.radialis)

Refleks periosteum ulnaris (C8,T.1,N.pektoralis medialis et lateralis)

116

Page 117: Makalah Kel. 1

Refleks otot dinding perut (bagian atas :T8-9,bagian tengah:T9-10,bagian

bawah :T11-12)

Pemeriksaan Refleks Patologik

Extensor plantar response (Babinski sign)

Penderita disuruh berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan.

Pergelangan kaki pasien dipegang dengan tujuan supaya kaki tetap pada

tempatnya.

Untuk menstimulasi digunakan kayu geretan atau benda yang agak

runcing. Goresan harus dilakukan perlahan agar tidak menimbulkan nyeri

karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight reflex).

Goresan dilakukan pada bagian lateral dari telapak kaki, mulai tumit

menuju pangkal jari.

Refleks babinski positif jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari serta

pengembangan jari-jari kaki.

117

normal

Page 118: Makalah Kel. 1

Gambar 25 : Babinski sign

Gerakan reflektorik sebagaimana yang tersebut di atas dapat dibangkitkan

dengan cara-cara lain. Metode –metode perangsangan yang berbeda-beda

itu antara lain:

Refleks Chaddock

Pemberian stimuli/ rangsangan dengan penggoresan terhadap kulit

dorsum pedis bagian lateral atau penggoresan di sekitar maleolus

eksterna.

118

Page 119: Makalah Kel. 1

Gambar 26 : Chaddock reflex

Refleks Oppenheim

Pengurutan dari proksimal ke distal secara keras dengan jari

telunjuk dan ibu jari tangan terhadap kulit yang menutupi os tibia,

atau,

Pengurutan dilakukan dengan menggunakan sendi interfalangeal

jari telunjuk dan jari tangan yang mengepal.

Gambar 27 : Oppemheim reflex

Refleks Gordon

Stimulasi dengan memencet betis secara keras

Gambar 28 : Gordon reflex

Refleks Schaeffer

Stimulasi dengan memencet tendon Achilles secara keras.

119

Page 120: Makalah Kel. 1

Gambar 29 : Schaeffer reflex

Refleks Gonda

Memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian melepaskannya.

Gambar 30 : Gonda reflex

Refleks Bing

Dibangkitkan dengan memberikan rangsangan tusuk pada kulit

yang menutupi metatarsal kelima.

Gambar 31: Bing reflex

Refleks Rossolimo

120

Page 121: Makalah Kel. 1

Mengetuk –ketuk kaki bagian terdepan maka akan timbul fleksi jari-jari

kaki di sendi –sendi interphalangeal.

Gambar 32 : Rossolimo reflex

Refleks Mendel-Becheterew

Mengetuk –ketuk kulit dorsum pedis yang menutupi os kuboid maka akan

timbul fleksi jari-jari kaki di sendi–sendi interphalangeal.

Gambar 33 : Mendel-Bechterew reflex

Refleks patologik di tangan

Refleks Hoffmann

Sikap tangan pasien dan tangan si pemeriksa seperti pada gambar

berikut

121

Page 122: Makalah Kel. 1

Stimulus: goresan pada kuku jari tengah pasien dengan ujung kuku ibu

jari si pemeriksa.

Respons: jari telunjuk terutama ibu jari dan jari-jari lainnya berfleksi

sejenak tiap kali kuku jari tengah pasien digores.

Gambar 34 : Hoffmann reflex

Refleks Wartenberg

Sikap tangan pasien dan tangan si pemeriksa seperti pada gambar

berikut

Gambar 35 : wartenberg reflex

Stimulus: ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada

phalangs kedua dan distal jari-jari pasien.

Respons: fleksi jari-jari pasien yang dapat dilihat/ dirasakan oleh

pemeriksa

122

Page 123: Makalah Kel. 1

Refleks Mayer

Sikap lengan pasien dipegang oleh si pemeriksa menekukkan jari

tengah pasien secara maksimal ke arah telapak tangan.

Respons: pada orang sehat ibu jari akan beroposisi, jika ada kerusakan

pada susunan piramidal maka ibu jari tidak beroposisi.

Refleks Leri

Sikap lengan diluruskan dengan bagian ventralnya menghadap ke atas

Stimulus: tangan pasien ditekuk secara maksimal di pergelangan

tangan oleh si pemeriksa

Respons: pada orang sehat lengan bawah akan menekuk di sendi siku,

jika ada kerusakan pada susunan piramidal maka gerakan fleksi di siku

tidak timbul.

Refleks Grewel pronasi-abduksi

Sikap lengan pasien setengah difleksikan di siku dengan lengan

bawahnya dalam posisi antara pronasi dan supinasi.

Stimulus: tangan pasien secara maksimal dan mendadak dipronasikan

oleh si pemeriksamencolek-colek ujung jari tengah

Respons: pada orang sehat timbul gerakan reflektorik yang terdiri

abduksi lengan atas, jika ada kerusakan pada susunan piramidal maka

gerakan reflektorik tersebut tidak timbul.

Refleks patologik pertanda regresi

Gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi dan tidak

didapatkan pada anak-anak yang besar maupun orang dewasa. Fenomena ini

menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-refleks

yang menandakan proses regresi antara lain

Snout reflex

Stimulus: perkusi pada bibir atas.

123

Page 124: Makalah Kel. 1

Respons: bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot –otot di

sekitar bibir atau di bawah hidung.

Gambar 36 : Snout reflex

Refleks memegang

Stimulus: penekanan atau penempatan jari pemeriksa pada telapak

tangan pasien.

Respons: tangan pasien mengepal.

Gambar 37 : graspping reflex

Refleks palmometal

124

Page 125: Makalah Kel. 1

Stimulus: goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks

terhadap kulit telapak tangan bagian tenar.

Respons: kontraksi M.mentalis dan orbikularis oris ipsilateral.

Reflek leher tonik

Stimulus: kepala diputar ke samping.

Respons: lengan dan tungkai yang dihadapi menjadi hipertonik dan

dalam posisi ekstensi, sedangkan lengan dan tungkai di balik wajah

menjadi hipertonik dalam sikap fleksi.

Refleks ini dapat dijumpai pada orang-orang dengan demnsia, proses

desak ruang intrakranial, paralisis pseudobulbaris dan sebagian

penderita sindroma post stroke.

Pemeriksaan Refleks Tendon Dalam

Hasil pemeriksaan refleks dalam merupakan informasi penting yang sangat

menentukan. Maka dari itu pembangkitan refleks tendon dan penilaiannya harus

tepat. Hal- hal yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut:

Tekhnik pengetukan dan sasaran ketukan harus tepat.

Sikap anggota gerak yang simetrik, santai dan tidak boleh tegang.

Pengetukan dilakukan dengan intensitas yang berbeda-beda pada refleks

tendon yang sepadan.

Penilaian / penderajatan refleks sesuai dengan tabel di atas.

Adapun pemeriksaan refleks –refleks dalam yang akan dilakukan antara lain:

Refleks tendon biseps brakhialis (C.5-6, N.muskulokutaneus)

Sikap lengan pasien setengah ditekuk di sendi siku.

Menempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps.

125

Page 126: Makalah Kel. 1

Gambar 38 : biceps reflex

Kemudian ibu jari diketuk .

Responnya berupa fleksi lengan di siku.

126

Page 127: Makalah Kel. 1

Refleks triseps ( C6,7-8, N.radialis)

Sikap lengan bawah pasien setengah difleksikan di sendi siku dan sedikit

dipronasikan.

Tendon otot triseps diketuk.

Gambar 39 : triceps reflex

Responnya berupa ekstensi lengan bawah di sendi siku.

Refleks tendon lutut ( L2-3-4, N.femoralis)

Pemeriksaan refleks tendon lutut dapat dilakukan dalam 3 posisi yaitu:

Pasien duduk dengan kedua kakinya digantung.

Pasien duduk dengan kedua kakinya ditapakkan di atas lantai.

Pasien berbaring telentang dengan tungkai yang difleksikan di sendi

lutut.

Gambar 40 : patellar reflex

Stimulasi berupa ketukan tepat pada tendon patela yang mana respon dari

pasien berupa tungkai bawah berekstensi.

Untuk mempermudah timbulnya refleksi tendon patela dan untuk

mengalihkan perhatian pasien , maka pasien disuruh untuk menarik kedua

127

Page 128: Makalah Kel. 1

tangan yang saling berkaitan pada jari-jarinya. Hal ini dikenal sebagai

jendrasic maneuver.

Refleks biseps femoris( L.4-5,S.1-2, N.ischiadicus)

Pasien diminta untuk berbaring terlentang dengan tungkai sedikit ditekuk

di sendi lutut.

Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon M.biseps femoris lalu diketuk,

maka responnya berupa kontraksi otot biseps femoris.

Refleks tendon achilles( L.5,S.1-2, N.tibialis)

Pemeriksaan refleks ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu;

Kemudian mengetuk tendon Achilles.

Gambar 41 : Achilles reflex

Responnya berupa plantarfleksi kaki.

Refleks maseter

Pasien diminta untuk sedikit membuka mulutnya dan selama membuka

mulut diminta untuk mengeluarkan suara 'aaaaaa'

Pemeriksa menempatkan jari telunjuk tangan kirinya di garis tengah dagu

dan dengan palu refleks dilakukan pengetukan dengan tangan kanan pada

jari telunjuk tangan kiri.

Jawaban yang diperoleh adalah kontraksi otot maseter dan temporalis

bagian depan yang menghasilkan penutupan mulut secara tiba-tiba.

Refleks ini hilang pada paralisis nuklearis dan infranuklearis N.trigeminus

dan meninggi pada lesi supranuklear N.trigeminus, terutama bila lesinya

bilateral.

Refleks periosteum radialis (C5-6, N.radialis)

128

Page 129: Makalah Kel. 1

Sikap lengan bawah pasien setengah difleksikan di sendi siku dan tangan

sedikit dipronasikan.

Periosteum ujung distal os radii diketuk

Responnya berupa fleksi lengan bawah di siku dan supinasi lengan /

tangan.

Refleks periosteum ulnaris ( C.8, T.1, N.ulnaris)

Sikap lengan bawah pasien setengah ditekuk di sendi siku dan sikap

tangan antara pronasi dan supinasi.

Periosteum prosesus stiloideus diketuk sehingga menimbulkan respon

pronasi tangan karena kontraksi otot pronator kwadratus.

Refleks pektoralis( C.5, T.1,N. pektoralis medialis et lateralis)

Pasien diminta untuk berbaring telentang dengan kedua lengan lurus di

samping badan.

Kemudian jari pemeriksa ditempatkan pada tepi lateral otot pektoralis dan

diketuk.

Responnya berupa kontraksi otot pektoralis.

Refleks otot dinding perut ( bagian atas: T8-9, bagian tengah : T9-10, bagian

bawah : T11-12).

Pasien diminta berbaring telentang dengan kedua lengan lurus disamping

badan.

Memberi stimulasi berupa ketukan pada jari atau kayu penekan lidah yang

ditempatkan pada bagian atas, tengah, dan bawah dinding perut.

Responnya berupa otot dinding perut yang bersangkutan mengganjal.

Pemeriksaan Refleks Superfisialis

Refleks kornea

Pasien diminta melirik ke atas atau ke samping, lalu di goreskan pada satu

sisi seutas kapas pada korneanya yang mana goresan tersebut

membangkitkan kedipan kelopak mata atas reflektorik secara bilateral.

129

Page 130: Makalah Kel. 1

Gambar 42 : refleks kornea

Reflek kornea ini negatif pada paralisi nervus fasialis perifer

Refleks bersin

Timbulnya bangkis reflektorik atas perangsangan mukosa hidung dengan

cara mengitik-itiknya (sehingga timbul kontraksi otot-otot fasialis

ipsilateral = refleks nasal Bechterew).

Refleks kulit dinding perut

Kulit dinding perut di gores dengan pensil, ujung gagang palu refleks atau

ujung kunci

Penggoresan dilakukan dari samping menuju ke garis tengah perut pada

setiap segmen, yaitu segmen epigastrik, supraumbilik, umbilik dan infra

umbilik.

Refleks kulit dinding perut hilang pada lesi piramidalis.

Refleks kremaster

Penggoresan dengan pensil, ujung gagang palu refleks atau ujung kunci

pada kulit paha bagian medial.

Responnya berupa elevasi testis ipsilateral.

Refleks ini menghilang pada lesi di segmen L.1-2, pada lansia, jika ada

hidrosel, varikosel, ataupun arkhitis dan epididimitis

Refleks gluteal

Dengan penggoresan atau penusukan pantat (bokong) dengan jarum atau

gagang palu refleks.

Responnya berupa gerakan reflektorik otot gluteus ipsilateral

Refleks ini menghilang jika terdapat lesi di segmen L.4-S.1.

130

Page 131: Makalah Kel. 1

Refleks anal eksterna

Dengan cara penggoresan atau ketukan pada kulit atau mukosa daerah

perianal.

Responnya berupa gerakan reflektorik dari kontraksi otot sphingter ani

eksterna.

Refleks plantaris (strumpell)

Dengan cara penggoresan pada kulit telapak kaki yang mana responnya

pada orang sehat berupa plantarfleksi dan fleksi semua jari kaki .

Dikatakan responnya abnormal jika terjadi ekstensi serta pengembangan

jari-jari kaki dan elevasi ibu jari kaki.

Respon patologik ini merupakan salah satu tanda lesi di sistem piramidal.

131

Page 132: Makalah Kel. 1

DAFTAR PUSTAKA

Hall and Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Lumbangtobing, S.M. Prof. DR. Dr. 2004. NEUROLOGI Klinik Pemeriksaan

Fisik Dan Mental. Hal 88-145. Jakarta : FKUI

Sidharta, Priguana M.D, Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam

Neurologi. Hal 393-408. Jakarta : DIAN RAKYAT

132